PERBEDAAN TONSILITIS AKUT DAN DIFTERI.pptx

July 17, 2019 | Author: gisela | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PERBEDAAN TONSILITIS AKUT DAN DIFTERI.pptx...

Description

PERBEDAAN TONSILITIS AKUT DAN D AN DIFTERI Irine Sanusi (1522316050) Joy January A. S. Ninu (1522316051)  Amaryaditha Temmy Lukito (1522316052)

I.

TONSILITI ONSILITIS S AKUT AK UT

 Definisi Infeksi akut pada jaringan tonsil (amandel). Tons Tonsil ilit itis is akut akut se seri ring ng me meny nyer eran ang g anak anak-a -ana nak k dan dan  juga orang dewasa, jarang pada bayi dan usia > 50 tahun. ▫

 Etiologi  Virus : Virus Epstein Virus Epstein Barr (EBV) Barr (EBV) Bakteri :   Haem Haemof ofil illu luss inf influe luenza nza   (> (>>) dan  Streptococcus Beta-Haemolitycus (30-49%). Beta-Haemolitycus  (30-49%). Pada anak, umumnya disebabkan oleh virus sedangkan pada dewasa disebabkan oleh bakteri. ▫

PATOFISIOLOGI •





  Patologi pada tonsil berupa radang pada jaringan limfoid (folikel), udem, hiperemi, dan menghasilkan eksudat. Eksu ksudat kel keluar ke permukaan sehing ingga terjadi penumpukan penumpukan kripte yang disebut detritus. detritus. Tonsilitis Tonsilitis akut akut deng dengan an detr detrit itus us yang yang jela jelass dise disebu butt tons tonsil ilit itis is fol folikul ikular aris is.. Tons Tonsil ilit itis is akut akut deng dengan an detr detrit itus us yang yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.   Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembrane) semu (pseudomembrane) yang  yang menutupi tonsil.

DIAGNOSIS  Anamnesis Mula-mual tenggorok terasa panas dan kering   Nyeri tenggrorok, nyeri telan, demam tinggi. Demam  yang tinggi pada anak (38-40 derajat Celcius) dapat menimbulkan kejang.  Nyeri telan hebat dan mendadak dalam waktu beberapa hari-minggu, kesulitan menelan. Anak-anak tidak mau makan karena nyeri lokal. Kadang disertai   drooling   (air liur menetes keluar) karena sakit menelan.   Reffered pain: Bisa dikarenakan penjalaran nyeri dari tonsil atau akibat otitis media akut sebagai komplikasi. •

















Gejala konstitusional: Nyeri kepala, pegal-pegal, malaise, konstipasi. Mual, muntah, nyeri perut (pada   Strep. Beta  Haemolitycus)  Pembesaran tonsil bila disertai pembesaran adenoid menyebabkan sumbatan jalan napas, dengan manifestasi napas lewat mulut, mendengkur (snoring), gangguan napas saat tidur (sleepdisordered breathing) atau sleep apneu. Gejala membaik dalam waktu 3-4 hari namun dapat menetap hingga 2 minggu.

Pemeriksaan Fisik   Suara penderita seperti mulut penuh dengan makanan (plummy voice). Mulut berbau busuk   (foeter ex ore). Air liur menumpuk dalam rongga mulut (ptialismus). Isthmus fausium menyempit. Tonsil hiperemi, edema dengan sekret detritus (folikularis) atau kanal (lakunaris) atau membran (membranosa).  Tonsil dapat membesar dan kongesti mendekati midline dengan edema uvula dan palatum molle (tonsilitis akut parenkimatosa). •

• • • •







Kelenjar getah bening jugulodisgastrikus membesar dan nyeri tekan. Penilaian Tonsil : Warna, ukuran, permukaan, kripta melebar atau tidak, detritus. Ukuran tonsil:

T1 : Tidak melewati pilar faring posterior T2 : Melewati pilar faring posterior namun tidak melewati garis pertengahan (imajiner antara uvula dan pilar posterior) T3 : Mencapai garis pertengahan uvula dan pilar posterior T4 : Tonsil saling menempel (kissing tonsil) atau mendorong uvula

TATA LAKSANA Tonsilitis akut dapat sembuh sendiri   (selflimiting disease)   terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh yang baik. Dianjurkan untuk: •





Istirahat, makan lunak, minum hangat Analgesik/antipiretik: Parasetamol 3x500 mg (anak-anak 10 mg/kgBB/dosis, 3-4x sehari) Obat kumur: Benzydamin gargel

 Antibiotika diberikan pada kasus pilihannya: Lini pertama: Phenoksimetilpenisilin 4x500 mg  Amoksisilin 3x500 mg

infeksi

bakteri,

• •

 Alternatifnya: Amoksisilin-asam klavulanat 3x500 mg  Eritromisin 3x500 mg Cephalosporin oranl (cefadroxil 2x500 mg)  Lama pemberian 7-10 hari, jika tidak ada respon dalam  waktu 72 jam, revaluasi pasien dan diganti dengan antibiotika jenis yang lain. • • • •

Pada komplikasi abses peritonsil dilakukan pungsi, insisi, dan pemberian antibiotika seperti di atas.









Tonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil/amandel). Indikasinya: Infeksi berulang sebanyak 7x atau lebih dalam jangka waktu 1 tahun   Infeksi berulang sebanyak 5x atau lebih setahun dalam jangka  waktu 2 tahun   Infeksi berulang sebanyak 3x atau lebih setahun dalam jangka  waktu 3 tahun Abses peritonsil yang tidak sembuh dengan antibiotika, pembesaran tonsil menyebabkan sumbatan napas dan tonsilitis kronis

KOMPLIKASI Lokal  Tonsilitis kronik akibat resolusi tidak sempurna pada infeksi akut. Infeksi kronik dapat menetap pada folikel limfoid pada tonsil membentuk mikroabses. Perintonsilitis (infiltrat peritonsil), abses peritonsil, abses parafaring, abses servikal akibat supurasi pada kelenjar limfe  jugulodisgastrik, serta otitis media akut. •



Sistemik (Penyebab Streptococcus-beta haemolitycus) Glomerulonefritis (jarang)   Penyakit jantung rematik. Pada tonsilitis bakteri oleh karena SGABH (Streptococcus Grup-A Beta Haemolitycus). Endokarditis bakterial sub akut. •





II. DIFTERI •

  Definisi Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dengan ditandai permbentukan pseudomembran pada kulit dan/ mukosa.

Etiologi

Baksilus gram positif, tidak bergerak, tidak   berkapsul ♦ Aerob ♦

Patofisiologi

Diagnosis Manifestasi Umum

Diagnosis Difteri Hidung •





Tampak membrane putih pada daerah septum nasi Gejala seperti common cold (pilek) Sekret hidung

Diagnosis Difteri Faring

Nyeri tenggorokan Timbul membrane yang melekat  berwarna putih/kelabu dapat menutupi tonsil dan dinding faring meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah laring trakea Bullneck 







Diagnosis Difteri Laring •







Stridor yang progresif  Suara parau Batuk kering Demam tinggi, lemah, pembengkakan kelenjar leher

Diagnosis Difteri Kulit

Dermatosis yang mendasari Nyeri, sakit, eritema, eksudat khas Luka goresan, luka bakar, impetigo  yang telah terkontaminasi sekunder







Diagnosis Difteri Vulvovaginal, Mata, Telinga •



Mata: lesi pada konjungtiva berupa kemerahan, edema dan membrane pada konjungtiva pelpebra. Telinga: berupa otitis eksterna dengan secret purulen dan berbau.

Tatalaksana Pengobatan umum Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan  biakan hapusan tenggorok negatif 2 kali berturut-turut (2-3 minggu)  Tirah baring 2-3 minggu, Pemberian cairan serta diet yang adekuat  Makanan lunak dan mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori. •











 Penderita diawasi ketat kemungkinan terjadinya komplikasi antaralain dengan pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan setiap minggu selama 5 minggu. Khusus pada difteri laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan nebulizer.

Pengobatan Khusus 1. Antitoksin

Pengobatan Khusus 2. Antibiotik •









Penisilin Prokain Eritromisin Klindamisin Rifampisin Tetrasiklin

Pengobatan Khusus 3. Kortikosteroid Belum ada persamaan pendapat mengenai kegunaan obat ini pada difteri. Dianjurkan kortikosteroid diberikan kepada kasus difteri  yang disertai dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian atas dapat disertai atau tidak disertai bullneck  •



Komplikasi 1. Respirasi: Bronkopneumonia, atelectasis 2. Kardiovaskular: Miolarditis 3. Saraf: Paralisis/paresis palatum mole, paralisis/paresis otot-otot mata 4. Kelumpuhan Diafragma 5. Difteri Hipertoksik 

III. PERBEDAAN TONSILITIS AKUT DAN DIFTERI

Patofisiologi Tonsilitis Akut

Patofisiologi Difteri

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF