perawatan pasien dengan ett lama.pdf

August 31, 2017 | Author: Hari Mas Kuncoro | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ig...

Description

6/12/2013

Manajemen Perawatan Pasien dengan Endotracheal Tube

Jamil Sidik S

ABSTRAK Salah satu dampak perkembangan teknologi kesehatan adalah harapan dan tuntutan masyarakat untuk peningkatan kualiatas pelayanan dan jaminan mutu dari layanan yang diberikan. Ini disebabkan terpaparnya seluruh masyarakat pada informasi kesehatan didunia. Patient safety menjadi issue utama yang berdampak pada seluruh tindakan dan proses pelayanan kesehatan. Dalam hal pelayanan kesehatan pada pasien dengan endotrachel tube pelayanan kesehatan harus memenuhi tiga elemen penting dalam quality of care ; 1. Structure, terkait dengan kewenangan, kualifikasi pelaksanan kegiatan. 2. Process, mekanisme kegiatan , Standar operasional Prosedur dan alur koordinasi 3. Outcome, efek pelayanan atau hasil pelayanan mulai dari pemasangan sampai pasca perawatan. Dalam Pelaksanaan layanan pasien dengan tindakan invasif diharapkan hasil yang optimal dan atraumatik yang meminimalkan terjadinya efek yang tidak diharapkan

INTUBASI

Apakah perawatan ETT ? Perawatan Endotracheal tube adalah perawatan rutin yang membutuhkan perawatan posisi dari selang yang benar dan memelihara hygiene dengan baik pada pasien yang terpasang endotracheal tube.

INDIKASI INTUBASI:

Intubasi endotrakeal adalah cara pemberian jalan nafas bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri jalan nafas yang adekuat (pasien koma, yang menderita obstruksi jalan nafas), untuk ventilasi mekanis, dan untuk pengisapan sekresi dari bronkial.

– Gagal ventilasi

Intubasi endotrakeal mencakup memasukkan selang endotrakeal melalui mulut atau hidung ke dalam trakea. Intubasi memberikan jalan nafas yang paten saat pasien mempunyai gawat nafas yang tidak dapat diatasi dengan metode yang lebih sederhana

– Kegagalan proteksi jalan nafas (efek obat anestesi post

– Gagal oksigenasi (PaO2/FiO2 < 200) – Fasilitas diagnostik, bedah dan prosedur terapi lain – Anestesi operasi, tdk mampu mengeluarkan sekret, penurunan kesadaran e.c stroke)

1

6/12/2013

Bagaimana mengetahui kemungkinan sulit intubasi?

PROSEDUR PEMASANGAN ETT (Endo Tracheal Tube ) 1. Pre –Oksigenasi adequat 2. Atraumatik prosedur 3. Persiapan alat sesuai kondisi dan kebutuhan 4. Petugas terlatih dengan registrasi yang baik 5. Evaluasi pre dan post tindakan 6. Premedikasi sesuai kebutuhan 7. Bantuan nafas sesuai kebutuhan dengan memantau ketat saturasi oksigen

• • • •

Riwayat penyakit Pemeriksaan fisik Jarak Thyromental ≤ 6 cm Klasifikasi Mallampati dan Mc Cormack

2

6/12/2013

Penyulit Intubasi • Semua hal yang menyebabkan terbatasnya gerakan leher • Jaringan parut akibat pembedahan didaerah leher atau luka bakar • Kyphosis • Trauma, terutama daerah leher dan kepala • Obstruksi : tumor, benda asing, kehamilan,dll

Klasifikasi Mallampati

3

6/12/2013

Pemilihan Endotracheal tube • TUBE Dewasa ukuran 7,0; 7,5 atau 8,0 Anak > 2 thn : Uk. Tube = 4 + umur/4

4

6/12/2013

Efek pengunaan tube dan cuff (ballon) Efek tube : Meniadakan proses fisiologis pengolahan udara pada hidung berupa filtrasi,penghangatan dan pelembaban udara. Penekanan pada bibir/hidung,pangkal lidah dan epitel mukosa laring, faring, epiglotis dan pita suara

Cek kedalaman ETT • Berikan ventilasi, lihat pergerakan dinding dada, dengarkan suara nafas pada dada dan epigastrium. Bandingkan kesimetrisan suara nafas kanan dan kiri. • Tandai nomor kedalaman ETT, dan fiksasi ETT.

Efek cuff : Penekanan pada mukosa epitel trachea memungkinkan hipoperfusi memudahkan infeksi dan erosi. Kolonisasi bakteri, bahkan dapat terjadi striktur trachea .

Komplikasi • Trauma langsung pada bibir, gigi, gusi • Trauma pada jalan nafas  serak, nyeri menelan, nyeri tenggorok. • Fraktur/subluksasi vertebra servikal • Infeksi • Ruptur trakea • Obstruksi tube • Edema pita suara • Paralisis pita suara

5

6/12/2013

Pemasangan Intubasi dilanjutkan dengan pemberian oksigenasi sesuai kebutuhan menggunakan : 1. Ventilasi mekanik, sesuai kebutuhan. 2. Oksigenasi T piece. 3. Bagging ( Bag Valve Mask), sesuai kebutuhan.

Dignosa keperawatan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Ventilasi tidak adekuat s/d gangguan otot pernafasan, Bersihan jalan nafas tidak efektif s/d akumulasi slim Gangguan pertukaran gas s/d edem paru, retensi sputum dan shunt Resiko terjadi injuri : barotrauma s/d pemakaian tekanan posistip yang berlebihan Resiko terjadi penurunan curah jantung s/d venous return yang menurun Cemas s/d pemasangan ventilator dan penyakitnya Kerusakan permeabilitas muka dan jaringan s/d penekanan setempat. Gangguan tidur s/d lingkungan yang tidak nyaman, bunyibunyi yang ditimbulkan oleh mesin dan prosedur yang dilakukan.

Maintenance : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Status Respirasi Status kardiovaskuler Status neurologi Status renal Status Gastrointestinal Status Imunologi Psikologis

1. Penggantian fungsi fisiologis

6

6/12/2013

Prinsip / hal lain untuk tindakan tersebut Perawatan intubasi 1) Fiksasi harus baik 2) Gunakan oropharing air way (guedel) pada pasien yang tidak kooperatif 3) Hati-hati pada waktu mengganti posisi pasien. 4) Jaga kebersihan mulut dan hidung 5) Jaga patensi jalan napas 6) Humidifikasi yang adekuat 7) Pantau tekanan balon 8) Observasi tanda-tanda vital dan suara paru-paru 9) Lakukan fisioterapi napas tiap 4 jam 10) Lakukan suction setiap fisioterapi napas dan sewaktu-waktu bila ada suara lender 11) Yakinkan bahwa posisi konektor dalam kondisi baik 12) Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan. 13) Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentu. 14) Observasi terjadinya empisema kutis 15) Air dalam water trap harus sering terbuang 16) Pipa endotracheal tube ditandai diujung mulut / hidung.

Prinsip –prinsip perawatan pasien dengan ETT 1. Penggantian fungsi fisiologis filtrasi,pelembaban dan penghangatan sesuai suhu tubuh. 2. Pendidikan kesehatan untuk mengurangi tingkat kecemasan pasien dan keluarga terkait, gangguan reflek menelan, reflek glotis, faring dan laring serta kehilangan suara dalam waktu sementara selama menggunakan pipa ETT. 3. Pencegahan aspirasi, infeksi ( kolonisasi bakteri), ruptur, trauma selama pemasangan danperawatan. 4. Pemenuhan kebutuhan adl, nutrisi dan oksigenasi sesuai kebutuhan tubuh pasien.

Prinsip pencegahan infeksi Pada penderita dengan intubasi di mana ETT merupakan benda asing dalam tubuh pasien sehingga sering menjadi tempat ditemukan berbagai koloni bakteri, yang sering ialah Pseudomonas aeruginosa dan kokus gram positif. Pada fiksasi ETT juga sering kali menimbulkan penekanan pada salah satu sisi bibir pasien sehingga bisa menyebabkan luka/nekrotik sebagai penyebab masuknya kuman ke dalam tubuh pasien. Mengingat besarnya pengaruh tidak baik pemasangan ETT terhadap tubuh pasien maka diperlukan perawatan ETT yaitu: 1) Fiksasi harus baik, plester jangan terlalu tegang. 2) Pipa ET sebaiknya ditandai pada ujung mulut tercabut. 3) Pantau tekanan balon, jangan lebih dari 30 cm H2O. 4) Jaga patensi jalan napas dengan humidifikasi yang atau hidung sehingga bisa untuk mengetahui secara dini pipa kedalaman atau baik dan adekuat udara inspirasi. 5) Lakukan penghisapan lendir jika berlebih dan jika diperlukan lakukan bronchiale toilet untuk mencegah penumpukan slym. 6) Reposisi atau pindah-pindahkan penempatan pipa ET dari satu sisi mulut pasien ke sisi lainnya sesuai kebutuhan.

7

6/12/2013





DAFTAR PUSTAKA Asih, Ni Luh Gede Yasmin, 2003, Keperawatan Medical bedah,Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta:EGC Carpenito L.J, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, Jakarta : EGC. Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik, 2005, Standar Pelayanan Keperawatan di ICU, Jakarta : Dir Jen Pelayanan Medik Dep.Kes RI Hudak & Gallo, 1997, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik, Volume 1, Edisi VI, Jakarta : EGC. Linelle N.B.Pierce, 1995, Mechanical Ventilation and Intensive Respiratory Care, Philadelpia : W.B.Saunders Mancini E, 1994, Seri pedoman Praktis .Prosedur Perawatan Darurat.. Jakarta : EGC Instalasi Rawat Intensif & Reanimasi, SMF Anestesiologi dan Reanimasi RSUP Dr. Soetomo, 2007, Materi Pelatihan Intensif Care Unit (ICU), Surabaya : Bidang Diklit RSUP Dr. Soetomo. Potter & Perry, 2002, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik Volume 2, Edisi 4, Jakarta: EGC Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Jakarta : EGC. England Journal of Medicine 2011nd, from mount Auburn hospital, Harvard Medical School, Boston Medical school.

• • • •

8

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF