Perawatan Paliatif Suku Madura

July 7, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Perawatan Paliatif Suku Madura...

Description

 

 

PERAWATAN PALIATIF MENJELANG AJAL DALAM KEARIFAN LOKAL BUDAYA

KEPERWATAN MENJELANG MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

oleh : KELOMPOK 11 WindaMufidayani WindaMufidaya ni

NIM 1523101011 152310101101 01

NariswariDiah W.N NIM 162310101032 162310101032 EviRositiah

NIM 1623101010 162310101033 33 KELAS A

PROGAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dengan judul “Perawatan Paliatif Menjelang Ajal Dalam Kearifan Lokal Budaya”. Budaya ”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya hingga pada umatnya sampai akhir zaman. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif ini, kami mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini kami juga bermaksud menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1.  Ns. Ana Nistiandani, M.Kep selaku PJMK mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliaif. 2.  Ns. Akhmad Zainul R,MadvN. selaku dosen mata kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliaif kelas A. 3.  Ucapan terimakasih kami kepada teman-teman yang telah mendukung atas  pembuatan makalah ini. Kami berharap makalah yang telah disusun ini bisa bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Akhir kata, dalam rangka perbaikan selanjutnya, kami akan terbuka terhadap saran dan masukan dari semua pihak karena kami menyadari makalah yang telah disusun ini memiliki banyak sekali kekurangan. Jember, 23 November 2019

ii

 

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................. ................................................................... ....................................... ................. i KATA PENGANTAR ......................................... ............................................................... ........................................ .................. ii DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ............................... ......... iii BAB I. PENDAHULUAN..................... ........................................... ............................................ .................................. ............ 1

1.1 Latar Belakang......................................... Belakang............................................................... ............................................ ............................ ...... 1 1.2 Rumusan Masalah.................................................. Masalah........................................................................ .................................... .............. 2 1.3 Tujuan............... Tujuan..................................... ............................................ ............................................ ............................................ ........................ 2 1.4 Manfaat.................... Manfaat............................................. ............................................... ............................................ ................................... ............. 2 BAB II. PEMBAHASAN........................ PEMBAHASAN.............................................. ............................................ ................................ .......... 3

2.1 Perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal pada Suku Madura...................... Madura...................... 3  2.2 Tanda-Tanda Kematian Menurut Suku Madura........................................ Madura........................................ 4 2.3 Penatalaksanaan Menjelang Ajal dan Perawatan Pasca Meninggal.......... 5 BAB III. PENUTUP................................... PENUTUP......................................................... ............................................ ............................ ...... 10

3.1  Kesimpulan................. Kesimpulan....................................... ............................................ ............................................ ..................................10 ............10 3.2  Saran................. Saran.......................................... ................................................ ............................................. ........................................10 ..................10 DAFTAR PUSTAKA.................................... PUSTAKA........................................................... ............................................. ........................ 11

iii

 

1

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perawatan paliatif merupakan perawatan untuk dewasa dan anak dengan  penyakit serius yang berfokus mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas

hidup

pasien

serta

keluarga,

tetapi

tidak

dimaksud

untuk

menyembuhkan pasien. Perawatan paliatif dapat diberikan kepada semua usia dan semua stadium penyakit dengan mengurangi gejala, nyeri, dan stres dan diberikan bersama dengan pengobatan kuratif. Keperawatan paliatif dan menjelang ajal merupakan pendekatan yang sesuai untuk menghadapi  permasalah kematian pada pasien. Perawatan paliatif ini diberikan pada klien rawat inap, rawat jalan, maupun kunjungan atau rawat rumah yang tujuannya adalah untuk mencegah dan meringankan penderitaan, perpanjangan umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan dukungan dukungan keluarga. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal  pasien siap secara psikologis dan spiritual. Keperawatan paliatif merupakan suatu perawatan untuk meningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan dari pertama didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui pendekatan psiko-sosio, kultural, dan spiritual (Macleod dkk, 2012). Hal ini sesuai dengan

 National Consensus Project For Quality

 Palliative Care (NCP, 2013) pedoman praktek klinis untuk perawat perawatan  paliatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan terdiri dari 8 domain salah satunya adalah domain 6

yang menjelaskan bahwa bahwa keperawatan paliatif

merupakan cara yang dilakukan untuk menilai budaya dalam proses  pengambilan keputusan dengan memperhatikan preferensi pasien atau keluarga, dengan memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut pasien dan keluarga (De Roo dkk, 2013). Pendekatan kultural dalam perawatan paliatif bisa dilihat dari faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga salah satunya pada faktor eksternal yaitu faktor latar belakang budaya keluarga klien yang dapat mempengaruhi

 

2

keyakinan, nilai serta kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan kesehatan.

Budaya mempunyai peran dalam

mempengaruhi kehidupan seseorang pada suatu wilayah tertentu. Kim (2001) mengatakan bahwa budaya dapat diartikan sebagai pola hidup menyeluruh dari suatu masyarakat yang bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam budaya yang disebut multikultural. Multikultural merupakan lebih kepada mengisyaratkan  pengakuan terhadap realita keragaman kultural, yang mencakup baik keragaman tradisional seperti keberagaman suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-bentuk kehidupan (subkultural) yang terus bermunculan disetiap

tahap

sejarah

kehidupan

masyarakat.

Dari

berbagai

kultural

kebergaman tradisional salah satunya adalah suku Madura. Pada suku Madura identitas keislaman sangat lah penting sehingga hal ini yang melandasi setiap hal yang dikerjakan, dan kepatuhan kepada orang tua, guru, dan pemimpin merupakan hal yang dipegang teguh oleh orang Madura. Perbedaan pada  perilaku, kebiasaan, dan nilai-nilai nilai -nilai budaya yang dipegang d ipegang akan mempengaruhi  perawatan paliatif pada individu dalam menghadapi penyakit terminal. Oleh sebab itu, untuk melakukan perawatan paliatif perawat harus mampu memahami kultur budaya yang dianut oleh klien paliatif khususnya pada  perawatan paliatif suku Madura. 1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana perawatan paliatif dan menjelang ajal dalam kearifan lokal budaya  pada suku Madura? 1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana perawatan paliatif menjelang ajal dalam kearifan lokal budaya pada suku Madura. 1.4 Manfaat

Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah ilmu pengetahuan mengenai perawatan paliatif dan menjelang ajal pada suku Madura.

 

3

BAB II. PEMBAHASAN PEMBAHASAN

2.1  Perawatan Paliatif dan Menjelang Ajal pada Suku Madura

Keperawatan paliatif menawarkan peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam kehidupan dari pertama didiagnosis sampai proses berduka akibat kematian melalui pendekatan psikososio, kultural, dan spiritual (Machleod et al, 2012). Budaya mempunyai peran  penting dalam mempengaruhi kehidupan seseorang pada suatu wilayah tertentu. Setiap bangsa atau daerah memiliki budayanya sendiri yang kemudian akan memberikan pengaruh dalam setiap sendi kehidupan individu. Oleh karena itu  perawat dapat menggunakan pendekatan kultural yang dimiliki oleh setiap individu saat akan melakukan tindakan keperawatan seperti melakukan perawatan  paliatif dan menjelang ajal. Hal ini sesuai sesu ai dengan National dengan  National Consensus Project For Quality Palliative Care (NCP, 2013) bahwa saat melakukan praktek klinis  perawatan paliatif dapat menggunaan domain Culture aspect of care yang merupakan pendekatan atau cara yang dilakukan untuk menilai budaya dalam  proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan prefensi pasien atau keluarga, memahami bahasa yang digunakan serta ritual-ritual budaya yang dianut klien dan keluarga (De Roo dkk, 2013). Suku Madura memiliki pandangan hidup yang tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai agama islam yang mereka anut berkeyakinan bahwa amal mereka di dunia ini dijadikan bekal kehidupannya di akhirat kelak. Sehingga pada suku Madura memiliki keimanan yang kuat, taat, dan tekun karen dilandasi kesadaran dan keyakinan bahwa ngajhi bandhana akherat   (mengaji bekal atau modal di akhirat), karena identitas keislaman merupakan suatu hal yang amat penting bagi orang Madura (Rifai, 2007). Oleh karena itu saat melakukan perawatan paliatif  perawat bisa melakukan pendekatan bersama keluarga klien seperti pada suku Madura apabila ada keluarganya yang mengalami penyakit terminal atau sudah menjelang ajal maka keluarga akan sering membacakan surat Yassin dan jika klien masih bisa berbicara maka akan dibimbing untuk membaca kalimat

 

4

syahadat, hal ini dilakukan agar klien meninggal dalam keadaan Islam dan tenang. Dengan melakukan perawatan paliatif ini bisa membantu dalam meningkatkan kualitas pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan  penyakit yang mengancam mengancam jiwa. 2. 2 Tanda  –  Tanda  Tanda Kematian Menurut Suku Madura

Menurut Refisa (2019) menjelaskan bahwa tanda-tanda kematian pada suku Madura adalah sebagai berikut: 1.  Jika seandainya klien mangalami sakartul maut masih mampu berucap, maka ia akan berbicara tentang keberadaan para malaikat. Tetapi kebanyakan keinginan berbicara dari apa yang dilihatnya pada saat itu, hanya ia simpan dalam dirinya sendiri. 2.  Lidah terasa kaku sehingga sulit suli t untuk mengucapkan.

3.  Klien terasa sesak dan seakan-akan langit bersatu dengan bumi sedangkan ia berada diantara keduanya. 4.  Keringat mulai bercucuran membasahi tubuh, matanya mendelik, puncak hidungnya terlihat memanjang,

tulang

iganya terangkat,

jasadnya

menegang dan warna kulitnya menguning. 5.  Panca indera manusia tidak akan dapat berfungsi lagi kecuali indera  pendengaran. Oleh karena itu individu dianjurkan untuk mentelkinkan  pada saat sakaratul maut (membantu mengarahkan menyebut dua kalimat syahadat) hal ini dapat membantu individu menjelang ajalnya. 6.  Tidur Berlebihan: Beberapa bulan sebelum meninggal, orang yang menjelang ajal mungkin mulai tidur lebih lama dari biasanya. Ketika akan mendekati kematian, maka metabolisme tubuh akan turun karena tidak ada  pasokan energi akan mengakibatkan kelelahan. 7.  Kurang makan dan minum: kebutuhan energi akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Orang yang menjelang ajal tidak akan tertarik lagi dengan makanan dan minum, hal ini akan mengakibatkan penurunan energi.

 

5

8.  Menarik Diri Dari Lingkungan: orang yang mejelang ajal perlahan-lahan akan menjauhkan diri dari lingkungannya. Hal ini merupakan sebuah refleksi alami dari perubahan energi serta keinginan untuk melindungi hari dan jam terakhir individu tersebut. 9.  Tekanan darah menurun pada saat menjelang ajal. Perubahan pernafasan menjadi lebih jelas dan detak jantung menjadi tidak teratur. 10.  Individu akan melemah seperti tidak mampu mengangkat cangkir berisi air atau membalikkan diri di tempat tidur. 11.  Merasa kesakitan: seperti sering meringis, mengerang, atau cemberut Kematian

merupakan

berakhirnya

fungsi

biologis

tertentu,

seperti

 pernafasan dan tekanan darah serta kakunya tubuh, hal-hal tersebut dianggap cukup jelas sebagai tanda-tanda kematian (Refisa, 2019). Dalam artikel Portal Madura (2016) menjelaskan bahwa pada suku Madura ketika orang sudah meninggal dunia akan megalami keadaan yang beragam, hal ini terjadi tergantung dari amal ibadah yang dilakukan oleh individu tersebut ketika hidup di dunia. Misalnya orang yang meninggal pada keadaan air ludahnya terus mengalir, mengerut dua bibirnya, wajahnya mulai menghitam dan kedua matanya menguning, hal ini ditandai bahwa ia orang yang sengsara karena pada saat itu terlihat baginya hakikat kesengsaraan di akhirat nanti. Namun jika pada orang yang meninggal mulutnya mengering dan seakan-akan terlihat sedang tertawa, wajahnya berseri, matanya terkatup, maka ditandai bahwa orang tersebut meninggal dalam kedaan senang dan bahagia di akhirat, karena pada saat itu ia telah melihat hakikat kemuliaan dirinya. 2.3 Penatalaksanan Menjelang Ajal dan Perawatan Pasca Meninggal  

Menurut Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jendral Kebudayaan (1994) menjelaskan bahwa ada beberapa penatalaksanaan dalam menjelang ajal dan  perawatan pasca meninggal pada suku Madura, antara lain yaitu: a. Menghadapi Sakaratul Maut  1.  Klien akan selalu di elemelle-e elemelle-e   yang yang memiliki

arti klien dijaga sampai

malam hari. Jika keadaannya demikian, kerabatnya atau keluarganya

 

6

sesekali akan melakukan epettok , artinya yaitu klien akan dibisikan agar selalu mengingat Allah SWT. 2.  Klien akan dijenguk oleh tetangganya sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian terhadap keluarga klien yang mengalami musibah. 3.  Klien sering dibacakan surat Yassin dan jika klien masih bisa berbicara akan dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, hal ini dilakukan agar klien meninggal dalam keadaan Islam.  b. Perawatan Jenazah Pada Suku Madura 1.  Ketika individu telah meninggal, seseorang akan mengucapkan Inna Lillahi wainna Ilaihi Roji’un (Kita berasal dari Allah All ah dan kembali kepada kepada-Nya). -Nya). 2.  Selanjutnya mengatur tangan jenazah yang semula sejajar dengan badannya, disilangkan di dada seperti orang sedang sholat. Lalu diikat dengan sapu tangan. 3.  Kemudian memperbaiki posisi kaki, diluruskan dan pada ujung kedua kakinya juga diikat agar posisinya tidak terbuka. 4.  Mulutnya yang sedikit menganga dikatupkan rapat untuk mencegah agar tidak terbuka lagi dari geraham diikat dengan d engan kain yang simpulnya berada di ubun-ubun. 5.  Matannya yang sedikit terbuka dipejamkan pada kelopak matanya lalu ditindih dengan uang benggol koin disertakan berdo’a untuk jenazah agar tenang dan diterima disisiNya (Chovi, 2014). c. Memandikan Jenazah Saat akan memandikan jenazah pada suku madura dilakukan di luar rumah dan di tempat terbuka. Tempat ini diitari dinding kain setinggi orang berdiri yang diikat pada empat pancang dari bambu hingga tempatnya berbentuk segi panjang. Kelengkapan untuk memandikan jenazah seperti batang pisang yang dibelah, sebanyak lima atau tujuh batang, dipakai untuk alas jenazah, klemuk semacam  buyung atau kemaron besar siapkan tiga masing-masing masing-masi ng dikasih air. Klemuk yang  pertama hanya diisi air bersih untuk membasuh seluruh badan serta mencuci rambut. Klemuk yang kedua diisi air dengan ramuan bunga atau wangi-wangian. Klemuk yang ketiga diisi air besih untuk mensucikan jenazah dari hadast kecil

 

7

maupun besar. Masing-masing klemuk dilengkapi dengan gayung dari tempurung kelapa. Selai itu siapkan sabun mandi yang harum, daun pacar dan rumput ilalang atau batang padi, air landa merang yaitu digunakan untuk keramas yang dibuat dari batang bulir padi yang dibakar, kemudian abunya dimasukkan ke dalam  baskom yang berisi air. Setelah semuanya siap maka jenazah diusung dari tempatnya untuk memulai prosesi memandikan jenazah yang dilakukan oleh keluarga terdekatnya. Jenazah diusung oleh tiga orang lelaki. d. Mengafani Jenazah Mengafani jenazah dilakukan di ruang tengah rumah, terletak sebuah keranda yang sudah dibuka bagian atasnya dengan posisi arah utara- selatan. Pada alas keranda diletakkan selembar tikar, kemudian di atasnya diletakkan selembar kain kafan yang digunakan sebagai pembungkus. Pada sisi kepala, tubuh tub uh dan kaki, ada serpihan kain untuk pengikat. Di atas lembaran itu terdapat kain putih yang akan digunakan sebagai sarung, celana dan baju. Sedangkan dibagian atas diletakkan kain putih yang sudah siapkan kira-kira setapak tangan untuk pengikat kepala. e. Sholat Jenazah Menyolati jenazah dilakukan di rumah dengan keranda masih terbuka. Kemudian dilanjutkan untuk disholatkan lagi di masjid terdekat. Prosesi menyolati jenazah dipimpin oleh seorang kyai. f. Prosesi Sebelum Mulai Mengantarkan Jenazah Sebelum mengantarkan jenazah pada suku Madura biasanya jenazah dibawa kedepan rumah lurus di depan pintu hal ini bertujuan untuk memamitkan jenazah dengan keluarganya karena hari itu adalah hari terakhir jenazah tersebut melihat keluarganya dan tetangganya. Dan saat itu posisi jenazah dihadapkan ke rumahnya karena pada saat itu adalah hari terakhir jenazah tersebut melihat rumahnya yang selama masa hidupnya dia tempati. Dan juga dari pihak keluarga ada yang mengambil genting rumahnya dan dijatuhkan yang menandakan  patahnya hati karena ditinggalkan oleh orang yang selama s elama hidupnya tinggal satu rumah bersama orang yang meninggal tersebut. Kemudian diadakan sambutan singkat oleh wakil keluarga almarhum biasanya diwakilkan oleh kyai atau guru

 

8

ngaji. Dalam sambutan tersebut dikemukakan mengenai asal usul manusia yang dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah. Selain itu menguraikan tentang hubungan manusia yang sudah meninggal dengan keluarga yang masih hidup sudah berakhir berpisah di alam yang berbeda. g.  Mengantar Jenazah ke Pemakaman Dianjurkan mempercepat jalan tidak sampai batas lari dengan diiringi dengan membaca dzikir dan sholawat. Mengantarkan jenazah dengan jalan kaki lebih baik dari pada naik motor. h.  Pemakaman Jenazah Saat prosesi pemakam jenazah biasanya pada suku Madura orang yang ikut mengatarkan jenazah atau pelayat menimbun liang lahat secara bergantian hingga selesai.

Setelah

itu,

mengambil

posisi

disebelah

timur

makam

lalu

membentangkan tikar dan meletakkan anglo atau untuk membakar kemenyan. Lalu membaca telekan (talkin) yang dipimpin dengan kyai dengan duduk di atas tikar yang sudah disiapkan dan sebelum ia menuangkan air talkin dan kendi dari arah kepala ke kaki sambil membaca do’a  do’a  (Chovi, 2014). i.  Kepercayaan Adanya Kematian Pada Suku Madura 1.  Individu yang sudah meninggal segera dikubur tanpa harus menunggu keluarga yang lain datang. 2.  Keluarga jenazah membagian uang recehan yang dibungkus dengan koran atau “Tambengan” dengan tujuan untuk meringankan  meringankan  beban psikologis terhadap orang yang ditinggal. 3.  Keluarga harus membakar kemenyan di setiap rumah dan tempat  pemandiannya supaya jenazah kemabali ke sang penciptaNya dengan keadaan harum dan juga diyakini bahwa dengan hal tersebut jenazah akan didekati oleh malaikat karena malaikat juga menyukai wangi-wangian. 4.  Keluarga yang ditinggalkan telinganya harus diolesi kapur khususnya pada anak-anak yang dipercaya untuk menolak bala. 5.  Saat keluarga mengantarkan jenazah ke makam yang menggotong orang yang meninggal harus cepat-cepat sampai ke makam.

 

9

6.  Setelah penguburan selesai peziarah serta keluarga diharuskan mengepal tanah, lalu ditiup dan membaca do’a lalu ditaburkan ke makam dan lain-lain lain -lain (Irawan, 2011).  j.  Tradisi Setelah Kematian Pada Suku Madura 1.  Alalabet   merupakan dimana seluruh keluarga dan tetangga orang yang meninggal tersebut turut berduka cita dan berkumpul di rumahnya (Qomariah, 2018).  2.  Tahlilan Tahlilan   merupakan suatu pengajian dimana semuanya yang hadir adalah laki-laki

dengan

tujuan

mendoakan

orang

yang

meninggal

untuk

mendapatkan ampunan disisi Sang Khalik. Acara ini yaitu pembacaan surat Yasin, Dzikir, dan berdo’a  berdo’a (Chovi, 2014).  3.  Kematian yang terjadi pada suku Madura memiliki tradisi yang harus dilakukan oleh keluarga yaitu keluarga akan melakukan tradisi seperti: lo’ tello’   (hari ketiga setelah kematian), to’petto’   (hari ketujuh setelah kematian),  pa’polo  pa’polo   (hari ke empat puluh setelah kematian), nyatos nyatos   (hari keseratus setelah kematian), nyataon nyataon   (satu tahun setelah kematian), dan nyebu   (hari keseribu setelah kematian). Tetapi ada perbedaan dalam nyebu melakukan tradisi tersebut, seperti pada tradisi lo’telo’   dan to’petto’   pihak keluarga tidak mengundang orang lain tetapi hanya dilakukan oleh tetangganya dan tamu sendiri yang datang melayat atau untuk berdo’a ke tempat yang sedang ditimpa kematian. Sedangkan tradisi  pa’polo  pa’polo   (hari keempat puluh setelah kematian) dan seterusnya biasnya pihak keluarga yang mengundang orang lain untuk datang dan melayat untuk mendoakan keluarga yang meninggal tersebut. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk dalam berbagi kebaikan kepada orang lain khususnya pada orang yang sudah meninggal meninggal dunia dunia (Chovi, 2014). 

 

10

BAB III. PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Perawatan paliatif adalah pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup klien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang ngancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik,  psikososial, kultural dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya diagnosa hingga akhir kehidupan klien. Kim (2001) menjelaskan bahwa budaya dapat diartikan sebagai pola hidup menyeluruh dari suatu masyarakat yang bersifat kompleks, abstrak dan luas. Dengan dasar pemikiran tersebut budaya memiliki nilai-nilai yang mendasari kepribadian dan mempengaruhi pola pikir seseorang. Oleh karena itu perawat dapat menggunakan pendekatan kultur budaya yang dimiliki oleh setiap individu saat akan melakukan tindakan keperawatan seperti saat melakukan  perawatan paliatif dan menjelang ajal. Salah satunya yaitu pada suku Madura yang memiliki keyakinan bahwa ngajhi bandhana akherat   (mengaji bekal atau modal di akhirat), maka perawat harus mampu melakukan pendekatan sesuai suku Madura tersebut salah satunya dengan cara mendukung keluarga untuk sering membacakan surat Yassin dan jika klien masih bisa berbicara maka akan dibimbing untuk membaca kalimat syahadat, hal ini dilakukan agar klien meninggal dalam keadaan Islam dan tenang. 1.2 Saran

Dari makalah yang telah dibuat ini diharapkan pembaca mendapat informasi dan dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai perawatan paliatif dan menjelang ajal pada suku Madura karena dengan melalui pendekatan kultur  budaya ini akan membantu dalam meningkatkan kualitas pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan penyakit yang mengancam  jiwa.

 

11

DAFTAR PUSTAKA

Chovi, F. 2014. Tradisi Keislaman Pasca Kematian di Madura. https://platm.com/tradisi-keislaman-pasca-kematian-di-madura/   [Diakses m.com/tradisi-keislaman-pasca-kematian-di-madura/

pada

30

 November 2019] Irawan, D. 2011. Analisis Semiotika Terhadap Mitos Atau Kepercayaan Tentang Kematian Pada Masyarakat Desa Jatiadi Kabupaten Probolinggo. Skripsi. Skripsi.   Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Dan Daerah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang. Macleod, R., Vella-Brincat, J., & Macleod, A. 2012. The Palliative Care Handbook 10th ed., Wellington: Hospice New Zealand. Muhamad Zulfatul A’la. 2016. The Frommelt Attitudes Toward Toward Care Of The Dying Care Form Form B

(Fatcodb) Versi Bahasa Indonesia: Indonesia: Pengukuran

Validitas Pada Mahasiswa Keperawatan Menggunakan Analisis Faktor.  NurseLine Journal . 1(01):73-82.  National Consensus Project for Quality Palliative Care. (2013). Clinical Practice Guidelines for Quality Palliative Care, Third Edition. USA: National Consensus Project for Quality Palliative Care. Pendidikan dan Kebudayaan. [Diakses pada 23 November 2019] Putri, I. 2017. Successful Aging Pada Lansia (Studi Pada Lansia dengan Budaya Jawa dan Mudara). Skripsi Skripsi.. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Portal

Madura.

Kenali

10

tanda

kematian

yang

semakin

dekat.

2016.

https://portalmadura.com/kenal i-10-tanda-kematian-yang-sem atian-yang-semakin-dekat-169 akin-dekat-16903612 03612   https://portalmadura.com/kenali-10-tanda-kem [Diakses pada 23 November 2019]

Qomariah, N.2018. Solidaritas Sosial Dalam Tradisi Lalabet Jenazah Pada Masyarakat Desa Gapura Tengah, Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep-

 

12

Madura. Skripsi Skripsi.. Yogyakarta: Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuludin Dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rifai, Mien Ahmad. (2007). Manusia Madura: Pembawaan, Perilaku, Etos Kerja, Penampilan, Dan Pandangan Hidupnya Seperti Dicitrakan Peribahasanya. Yogyakarta: Pilar Media. Refisa.

2019.

Kematian

Mengungkapkan

Adalah

Fakta. 

Rahasia

Allah.

Madura

Post

Berani

https://www.madurapost.co.id/2019/05/kematian-

adalah-rahasia-allah.html  [Diakses pada 02 Desember 2019] adalah-rahasia-allah.html

Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1994. Khasanah Budaya  Nusantara V. Jakarta: Departemen

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF