Perancangan Bangunan Gedung Tahan Gempa
May 11, 2019 | Author: Rizal Undityo R. | Category: N/A
Short Description
Download Perancangan Bangunan Gedung Tahan Gempa...
Description
PERANCANGAN BANGUNAN GEDUNG TAHAN GEMPA MENURUT SNI 03-1726-2002
BAB I PENDAHUULUAN
GEMPA RENCANA
Gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun sehingga prosentase terjadinya terbatas pada 10% selama umur gedung 50 tahun tersebut. Pengaruh gempa rencana harus dikalikan dengan Faktor Keutamaan Gedung (I) diatur dalam SNI 03-17262002 Pasal 4.1.2.
STRUKTUR GEDUNG
Sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 4.2.1 meliputi struktur gedung beraturan dan struktur gedung tidak beraturan (tidak sesuai dengan Pasal 4.2.1). Pengaruh gempa rencana untuk struktur gedung beraturan dapat ditinjau sebagai pengaruh beban gempa statik stat ik ekivalen sehingga dapat menggunakan analisis statik ekivalen. Sedangkan untuk struktur gedung tidak beraturan menggunakan pembebanan gempa dinamik, oleh karenanya digunakan analisis respon dinamik.
DAKTILITAS STRUKTUR BANGUNAN
Daktail adalah kemampuan deformasi inelastis tanpa kehilangan kekuatan yang berarti. Struktur daktail adalah kemampuan struktur mengalami simpangan pasca elastis elas tis yang besar secara berulangkali dan bolak-balik akibat gempa yang menyebabkan pelelehan pertama sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup sehingga struktur tersebut tetap berdiri, walaupun sudah di ambang keruntuhan. Faktor daktilitas gedung adalah rasio antara simpangan maksimum pada ambang batas keruntuhan dengan simpangan pertama yang terjadi pada pelelehan pelel ehan pertama. Daktilitas pada elemen struktur dapat tercapai bila unsur pokok dari material struktur tersebut sendiri daktail. Konsep daktilitas struktur adalah mempertimbangkan perancangan struktur tahan gempa untuk mampu berdeformasi secara daktail dengan cara memencarkan energi (dissipation of energy). energy).
PERANCANGAN KAPASITAS
Struktur gedung harus memenuhi syarat “ Str ong Colu mn W eak Beam ” yang artinya Beam perilaku struktur pada saat menerima pengaruh beban gempa hanya boleh terjadi sendi plastis di ujung-ujung balok, kaki kolom dan kaki dinding geser.
KARAKTERISTIK RESIKO WILAYAH GEMPA
Indonesia terbagi menjadi 6 (enam) wilayah gempa. Wilayah 1 dan 2 merupakan wilayah dengan tingkat resiko kegempaan rendah. Wilayah 3 dan 4 merupakan wilayah dengan tingkat resiko kegempaan sedang. Wilayah 5 dan 6 merupakan wilayah dengan tingkat resiko kegempaan tinggi. Pembagian wilayah ini berdasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan dengan periode ulang 500 tahun.
PEMBEBANAN STRUKTUR DAN KOMBINASI PEMBEBANAN
Untuk pembebanan yang diperhitungan dalam perancangan adalah: 1.
Beban Mati
2.
Beban Hidup
3.
Beban Gempa
Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah: 1.
U
= 1,4 D
2.
U
= 1,2 D + 1,6 L
3.
U
= 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
4.
U
= 0,9 D ± 1,0 E
Peta Pembagian Wilayah Wilayah Gempa di Indonesia
BAB II DATA PERENCANAAN BANGUNAN GEDUNG
Tipe struktur bangunan bangunan : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Wilayah gempa
Analisis pembebanan gempa:
: Zone 6 (Kota Jayapura)
1.
Beban gempa statik ekivalen
2.
Beban gempa dinamik – dinamik – response response spectrum
3.
Beban gempa dinamik – dinamik – time time history
Kombinasi pembebanan: 1.
1,4 D
2.
1,2 D + 1,6 L
3.
1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
4.
0,9 D ± 1,0 E
Analisis struktur menggunakan program bantu SAP2000 Version 14.2
Bentuk bangunan: 1.
Jumlah lantai
: 6 Lantai (termasuk atap)
2.
Tinggi tiap lantai
: 3,50 m
3.
Tinggi total gedung
: 17,50 m
4.
Panjang gedung
: 40 m
5.
Lebar gedung
: 25 m
Jenis tanah pada lokasi gedung Tanah Keras
Dimensi elemen bangunan: 1.
Tebal pelat lantai & atap
: 120 mm
2.
Dimensi balok
: 400 x 600 mm
3.
Dimensi kolom
: 600 x 600 mm
Mutu bahan
: fc’ = 30 MPa ; fy f y = 240 MPa
Fungsi gedung
: Perkantoran
Beban hidup:
1.
Lantai
: 250 Kg/ m2
2.
Atap
: 100 Kg/ m2
Beban mati: 1.
Beton bertulang
= 2400 Kg/ m3
2.
Keramik + spesi
= 45 Kg/ m2
3.
Waterproofing membrane
= 15 Kg/ m2
4.
Plumbing
= 10 Kg/ m2
5.
Ducting AC
= 20 Kg/ m2
6.
Plafond + penggantung
= 18 Kg/ m2
7.
Dinding bata ringan
= 90 Kg/ m2
BAB III PEMODELAN STRUKTUR DENGAN SAP2000 Version 14.2
Pembuatan Portal Bangunan
1.
Ubah satuan pada pojok kanan bawah tampilan SAP2000
2.
Pilih F i l e New 3D Fr ames
Kgf, m. C
Penentuan Material Struktur
1.
Pilih Define Materials 4000 psi M odif y/ Show M ateri als
2.
Pilih Define Materials A992fy50 M odif y/ Show M ateri als
Penentuan Dimensi Elemen Struktur Di mensi B alok 400 x 600 mm
1.
Pilih Define Section Properti es F r ame Sections Add N ew Property
2.
Pilih Concrete Rectangular
3.
Input dimensi elemen struktur balok ( section name , depth dan width ) lalu klik Concrete Reinforcement
4.
Input design type ( beam ) dan selimut beton 40 mm
Langkah no. 2
Langkah no. 3
Langkah no. 4
Tampilan akhir elemen struktur Balok 400x600 mm
Di mensi K olom 600 x 600 mm
5.
Pilih Define Section Properti es F r ame Sections Add N ew Property
6.
Pilih Concrete Rectangular
7.
Input dimensi elemen struktur balok ( section name , depth dan width ) lalu klik Concrete Reinforcement
8.
Input design type ( column ) dan selimut beton 40 mm
Reinforcement Data untuk Kolom
Tampilan akhir elemen struktur Kolom 600x600 mm
Di mensi Pelat L antai dan A tap tebal 120 mm
9.
Pilih Define Section Properti es Ar ea Section s Add N ew Section
10. Input ketebalan pelat 120 mm, lalu klik M odif y/ Shell D esign Parameter s 11. Input sistem pembesian plat ( two layer s ) dan selimut beton 20 mm
Langkah no. 9 dan 10
Langkah no. 11
Menggambar Elemen Balok
1. Ubah tampilan SAP2000 pada sumbu xy
maka
akan muncul tampilan denah balok
seperti gambar di bawah (untuk elevasi 3,50):
2. Klik semua frame yang ada pada tampilan denah xy view. 3. Assign Frame F r ame Section Bal ok 400x600 , maka akan muncul tampilan sbb:
4.
Ulangi langkah no. 1 s/d no. 3 untuk setiap lantai
Menggambar Elemen Kolom
1.
Ubah tampilan SAP2000 pada sumbu xz
maka akan muncul tampilan portal
seperti gambar di bawah:
2.
Klik semua frame vertikal (kolom) pada tampilan
3.
, maka akan muncul tampilan Assign Frame F r ame Section Kol om 600x600 sbb:
4.
Ulangi langkah no. 1 s/d no. 3 untuk setiap portal.
Menggambar Elemen Pelat
1.
Ubah tampilan SAP2000 pada sumbu xy
2.
Pilih Draw Dr aw Rectangul ar A rea Pelat
3.
Drag pada panel pelat. Bila telah selesai klik panel pelat anda maka akan muncul tampilan sperti dibawah:
4.
Klik semua panel pelat lalu replicate ke arah sumbu z sesuai dengan ketinggian lantai gedung. Pilih Edit Replicate
Perletakan Strutktur ( restraints )
1.
Ubah tampilan pada sumbu xy pada pojok kiri bawah pastikan z = 0
2.
Klik semua joint yang ada pada tampilan denah tersebut.
3. Pilih Assign Joint Restraints
Menggabungkan elemen pelat pada balok sekelilingnya ( M eshi ng Ar ea )
1.
Ubah tampilan pada sumbu xy
2.
Klik semua panel pelat yang ada
3.
Pilih Assign Area Au tomatic Ar ea M esh
Tampilan gambar portal 3D yang sudah jadi, siap untuk dilanjutkan pada tahap input beban (extrude view & fill object ).
BAB IV INPUT PEMBEBANAN PADA SAP2000 Ver. 14.2 (Analisis Portal 3D)
Mendefinisikan Beban Yang Bekerja
1.
Pilih Define L oad Patter n
Input Live Load Pattern
2.
Ketik Hidup pada kolom L oad Patter n N ame
3.
Ubah pada kolom Type menjadi Live
4.
Klik Add N ew L oad Patter n
Input Quake Load Pattern
5.
Ketik Statik-X pada kolom L oad Patter n N ame
6.
Ubah pada kolom Type menjadi Quake
7.
Klik Add N ew L oad Patter n
8.
Ketik Statik-Y pada kolom L oad Pattern Name
9.
Ubah pada kolom Type menjadi Quake
10. Klik Add N ew L oad Patter n
Menentukan Beban Kombinasi
1.
Pilih Define L oad Combin ations Add Defaul t Design Combos
2.
Pilih Concrete Frame Design Set Load Combination Data
Akan muncul tampilan beban kombinasi sebanyak 10 (sepuluh) Combos. Untuk mencek apakah beban kombinasi yang digunakan sudah sesuai maka klik pada M odify/ Show Combo .
Beban Kombinasi (M+H) = 1,2 D + 1,6 L Secara default 10 Combo tersebut mengacu pada ACI 318-05/ IBC-2003 untuk Concrete Frame Design adalah: U1
= 1,4 D
U2
= 1,2 D + 1,6 L
U3
= 1,2 D + 1,0 L + 1,0 Statik-X
U4
= 1,2 D + 1,0 L – 1,0 Statik-X
U5
= 1,2 D + 1,0 L + 1,0 Statik-Y
U6
= 1,2 D + 1,0 L – 1,0 Statik-Y
U7
= 0,9 D + 1,0 Statik-X
U8
= 0,9 D – 1,0 Statik-X
U9
= 0,9 D + 1,0 Statik-Y
U10
= 0,9 D – 1,0 Statik-Y
Perhitungan Beban Pelat Lantai
Beban Mati (lantai): Berat sendiri elemen struktur pelat tidak diperhitungkan, karena nanti akan dihitung secara otomatis oleh SAP2000. 1. Akibat keramik dan spesi
= 45 Kg/ m2
2. Akibat plafond dan penggantung
= 18 Kg/ m2
3. Akibat plumbing
= 10 Kg/ m2
4. Akibat ducting AC
= 20 Kg/ m2
Beban Hidup (lantai):
qDL
= 93 Kg/ m2
qLL
= 250 Kg/ m2
Beban Mati (atap): Berat sendiri elemen struktur pelat tidak diperhitungkan, karena nanti akan dihitung secara otomatis oleh SAP2000. 1. Akibat waterproofing membrane
= 15 Kg/ m2
2. Akibat plafond dan penggantung
= 18 Kg/ m2
3. Akibat plumbing
= 10 Kg/ m2
4. Akibat ducting AC
= 20 Kg/ m2
Beban Hidup (lantai):
qDL
= 63 Kg/ m2
qLL
= 100 Kg/ m2
Input Beban Mati dan Beban Hidup Pelat Pada SAP2000
1.
Ubah tampilan pada sumbu xy
2.
Klik semua panel pelat
3.
Pilih Assign Ar ea L oads Uni form to Fr ame (Shell )
4.
Masukkan beban mati pelat sebesar 93 Kg/ m2
5.
Distribusi pembebanan Two Way
6.
Ulangi langkah no. 2 dan no. 3
7.
Pilih Assign Ar ea L oads Uni form to Fr ame (Shell )
8.
Masukkan beban hidup pelat lantai sebesar 250 Kg/ m2
9.
Distribusi pembebanan Two Way
Ulangi langkah no. 1 s/d no. 9 untuk semua denah pelat pada masing-masing lantai. Hati-hati pada saat memasukkan beban mati dan hidup pelat atap karena berbeda dengan beban mati maupun beban hidup pelat lantai .
Perhitungan Beban Merata Pada Balok
Asumsi yang digunakan:
Beban ekivalen akibat plat sudah termasuk dalam beban uniform to frame (shell) sehingga akan dihitung secara otomatis oleh SAP2000.
Beban yang ditumpu oleh balok adalah berat dinding bata ringan yang berada pada sekeliling luar.
Beban dinding penyekat dalam (antar ruangan) menggunakan partisi, diasumsikan ringan dan tidak berpengaruh terhadap kekakuan struktur.
Berat dinding per lantai W = 90 Kg/ m2 * 3,50 m = 315 Kg/ m
Input beban dinding pada portal melintang: 1.
Ubah tampilan SAP2000 dalam sumbu xz (tampilan portal melintang)
2.
Pilih portal melintang yang paling tepi. Dalam kasus ini portal As -9 dan As-1.
3.
Pilih semua frame (balok) lantai yang ada kecuali pada atap.
4.
Pilih Assign F r ame L oads Distributed
Portal As-9
Input Beban Dinding (= 315 Kg/ m2)
5.
Ulangi langkah no. 1 s/d no. 4 untuk input beban dinding pada portal tepi yang sisi lain (Portal As-1).
Input beban dinding pada portal memanjang: 6.
Ubah tampilan SAP2000 dalam sumbu yz (tampilan portal memanjang)
7.
Pilih portal memanjang yang paling tepi. Dalam kasus ini portal As-A dan As-F.
8.
Pilih semua frame (balok) lantai yang ada kecuali pada atap.
9.
Pilih Assign F r ame L oads Distributed
Portal As-A
Input Beban Dinding (= 315 Kg/ m2) Ulangi langkah no. 6 s/d no. 9 untuk input beban dinding pada portal tepi yang sisi lain (Portal As-F).
BAB V INPUT BEBAN GEMPA DENGAN ANALISIS 3D STATIK
Eksentrisitas Pusat Massa Terhadap Pusat Rotasi Lantai
Bentuk bangunan simetris persegi panjang dengan ukuran 25 x 40 m sehingga koordinat pusat massa = koordinat pusat rotasi. Koordinat X = 12,5 m dan Koordinat Y = 20,0 m. Karena selisih antara koordinat pusat massa dan pusat rotasi (x = y = 0) maka e = 0. Sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Pasal 5.4.3: Ek sentr isitas rencana (ed)
Untuk 0 ≤ e ≤ 0,05 b baik arah x maupun arah y
atau ed = 1,5 e + 0,05 b
. ed = e – 0,05 b Arah X ed = 1,5 * 0 + (0,05 * 25)
= 1,25 m
Arah Y ed = 1,5 * 0 + (0,05 * 40)
= 1,00 m
Koor din at eksentr i si tas rencana (ed)
Arah X 0 + 1,25 = 1,25 m Arah Y 0 + 1,00 = 1,00 m
Input Koordinat Eksentrisitas Rencana
1.
Klik kanan pada salah (sembarang) frame. Pilih Edit Gri d Data M odify/ Show System
2.
Input koordinat pada Grid yang sudah ada, pada X-Grid dan Y-Grid.
Menggambar titik eksentrisitas rencana
1.
Ubah tampilan SAP2000 pada sumbu xy
2.
Pilih Draw Dr aw Special J oint
3.
Klik pada titik perpotongan koordinat eksentrisitas X dan koordinat eksentrisitas Y
4.
Lakukan langkah no. 1 s/d no. 3 untuk setiap elevasi denah lantai.
ed(1,25 ; 1,00)
Nilai Massa dan Momen Inersia Bangunan
Pilih Define M ass Sour ce F rom E lement and A dditional M asses
Perhitungan Massa Bangunan dan Momen Inersia Per Lantai Bangunan
Massa bangunan untuk lantai 2:
Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk massa masing-masing lantai, yang hasilnya sebagai berikut: Massa lantai 3
= 92.757 Kg
Massa lantai 4
= 92.757 Kg
Massa lantai 5
= 92.757 Kg
Massa lantai atap
= 73.539 Kg
Momen Inersia Lantai 2:
Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk momen inersia masing-masing lantai, yang hasilnya sebagai berikut: Momen Inersia Lt. 3
= 17.198.615 Kg-m4
Momen Inersia Lt. 4
= 17.198.615 Kg-m4
Momen Inersia Lt. 5
= 17.198.615 Kg-m4
Momen Inersia Lt. Atap
= 13.635.326 Kg-m4
Input nilai massa dan momen inersia dengan cara, sbb: 1.
Ubah tampilan SAP2000 pada sumbu xy
2.
Klik pada joint/ titik pusat eksentrisitas lantai yang akan di masukkan nilainya
3.
Pilih Assign Joint M asses
4.
Masukkan nilai massa per lantai pada arah x dan arah y
5.
Masukkan nilai momen inersia per lantai pada rotasi arah z
6.
Ulangi langkah no. 1 s/d no. 5 untuk tiap-tiap lantai. Hati-hati untuk atap nilai massa dan momen inersianya berbeda.
Input Massa dan Momen Inersia Lantai
Input Massa dan Momen Inersia Lantai Atap
Kekakuan Struktur
Berdasarkan SNI 03-1726-2002 Pasal 5.5.1 akibat pengaruh gempa rencana, pengaruh peretakan beton pada elemen beton bertulang, beton pratekan maupun komposit harus diperhitungkan. Untuk itu momen inersia penampang struktur harus dikalikan dengan suatu persentase efektifitas. 1.
Pilih Define F r ame Sections Balok 400x600 M odify/ Show Of Pr operty
2.
Klik Set M odifi er s
3.
Masukkan nilai efektifitas sebesar 0,75
Lakukan langkah no. 1 s/d no. 3 juga untuk penampang kolom.
Pelat Sebagai Diafragma
Penyalur Beban Lateral (gempa) ke Struktur Primer
Pelat lantai dapat dianggap sebagai diafragma apabila luas bukaan/ opening pada tiap lantai kurang dari 50% dari jumlah total luas lantai bangunan (SNI 03-1726-2002 Pasal 5.3.2). Untuk memodelkannya dalam SAP2000 ikuti langkah berikut: 1.
Ubah tampilan SAP2000 dalam sumbu xy
2.
Klik semua joint yang ada dalam tampilan tersebut
3.
Pilih Assign Joint Constraints Diaphragm Add New Constr ain ts
Klik disini
Lakukan langkah no. 1 s/d no. 3 juga untuk semua lantai bangunan
Kekakuan Ujung Balok-Kolom
Pertemuan antara balok dan kolom dalam portal beton bertulang dapat dianggap cukup kaku/ rigid/ monolit. Untuk memodelkan koneksi balok-kolom yang kaku, ikuti langkahlangkah berikut: 1.
Pilih Select Al l
2.
Pilih Assign Frame En d (L ength) Off sets
Beban Terpusat Statik Ekivalen Pusat Massa
Perhitungan beban gempa statik ekivalen telah dilakukan terlebih dahulu dan didapatkan hasil
Nilai beban gempa statik ekivalen di atas harus dibebankan pada Pusat Massa Eksentrisitas Bangunan per lantai sesuai dengan SNI 03-1726-2002 Pasal 5.8.2
Pengaruh gempa rencana sebesar 100% pada arah utama dan 30% pada arah tegak lurus arah utama.
Ubah tampilan SAP2000 dalam sumbu xy
Klik Pusat M assa Ek sentr isitas Bangun an pada denah lantai yang ditinjau
Pilih Assign Joint L oads Forces
Input Beban Gempa Statik Ekivalen 100% Fx dan 30% Fy pada Lantai2
Input Beban Gempa Statik Ekivalen 100% Fx dan 30% Fy pada Lantai 2
Ulangi langkah di atas untuk semua lantai. Nilai beban gempa statik ekivalen untuk tiap lantai berbeda-beda.
BAB VI INPUT BEBAN GEMPA DENGAN ANALISIS 3D DINAMIS (RESPONSE SPECTRU M )
Pengaruh gempa rencana untuk beban gempa dinamik menggunakan metode Response Spectrum sesuai dengan Gambar 2 SNI 03-1726-2002. Untuk mendapatkan data nilai C vs T, maka harus dimodelkan terlebih dahulu sesuai dengan perencanaan bangunan yaitu pada Wilayah Gempa 6 – jenis tanah keras.
Pada grafik di atas nilai C setelah T (periode) > 0,5 detik berupa parabolik dengan fungsi C sebesar:
Untuk mendapatkan nilai C sampai dengan T = 3 detik, perlu dibuat bantuan sebagai input faktor respons gempa pada SAP2000. Melalui program MS-Excel dibuat 2 kolom (kolom 1 = C dan Kolom 2 = T) untuk interval waktu 0,1 detik.
Pemodelan Kurva Respons Spektrum Rencana Sesuai SNI 03-1726-2002 Untuk Wilayah Gempa 6 Jenis Tanah Keras
File excel ini copy dan paste ke dalam program NotePad dan simpan dalam bentuk .txt
sehingga nanti dapat di eksport ke SAP2000.
Pilih Define Function Response Spectru m
Pilih Choose F un ction T ype to Add From File Add New Fu nction
Klik Browse Cari dimana tadi anda menyimpan file .txt ; Bila sudah ketemu maka klik Open
Klik pada Per iod vs Valu e Klik Di splay Graph akan muncul tampilan seperti gambar di atas. Klik Conver t to U ser Defi ned OK OK
Input Beban Gempa Dinamik (Response Spectrum)
1.
Pilih Define L oad Cases Add N ew L oad Case
2.
Pilih L oad Case Type Response Spectr um
3.
Pilih L oad Case Name RSP-X artinya Response Spectr um Ar ah X
4.
Pilih M odal Combin ation CQC
5.
Pilih Di r ectional Combination SRSS
6.
Pilih L oads Appl ied
Load Type
Load Name
Function
Scale Factor
Accel
U1
FUNC
Accel
U2
FUNC
Step no. 1
Step no. 2
Input Beban Gempa Dinamik (Response Spectrum)
7.
Pilih Define L oad Cases Add N ew L oad Case
8.
Pilih L oad Case Type Response Spectr um
9.
Pilih L oad Case Name RSP-Y artinya Response Spectrum Ar ah Y
10. Pilih M odal Combin ation CQC 11. Pilih Di r ectional Combination SRSS 12. Pilih L oads Appl ied Load Type
Load Name
Function
Scale Factor
Accel
U1
FUNC
Accel
U2
FUNC
Analysis Modal
Pilih Define L oad Cases Modal M odif y/ Show L oad Case akan muncul tampilan seperti gambar dibawah ini:
Type Of M odes Ei gen Vectors
Nu mber Of M odes Maximum Number = 5 dan Minimum Number = 1. Modes
diisikan sejumlah lantainya.
L oad Appli ed
a.
Pada L oad Type Accel
b.
Pada L oad Name UX
c.
Pada Tar get M ass Parti cipati on Ratios (%) 99
d.
Pada Static Cor r ection No
e.
Klik Add
f.
Ulangi lagi langkah a s/d e hanya saja pada L oad Name UY
g.
Klik Add OK
Menambahkan Beban Kombinasi Akibat Beban Gempa Dinamik
Pilih Define L oad Combination Add N ew Combo
Kombinasi 1,2 D + 1,0 L + 1,0 RSP-X + 0,3 RSP-Y
Tambahan beban kombinasi yang digunakan adalah: 1.
1,2 D + 1,0 L + 1,0 RSP-X + 0,3 RSP-Y
2.
1,2 D + 1,0 L + 1,0 RSP-Y + 0,3 RSP-X
3.
0,9 D + 1,0 RSP-X + 0,3 RSP-Y
4.
0,9 D + 1,0 RSP-Y + 0,3 RSP-X
Melakukan Analisis Struktur
1.
Pilih Analyze Set An alysis Opti on
2.
Klik pada Space Fr ame OK
3.
Pilih Analyze Set L oad Cases To Ru n
4.
Klik Run Now
Setelah proses analysis struktur selesai, langkah terakhir adalah mendapatkan informasi tentang design struktur, caranya sbb: Pilih Design Concrete Fr ame Design Start D esi gn/ Check Of Stru ctur e
BAB VII KONTROL HASIL ANALISIS STRUKTUR
A. Kontrol Partisipasi Massa
Sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 yang menyatakan jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons ragam harus sedemikian rupa sehingga partisipasi massa dalam menghasilkan respons total harus mencapai minimal 90%.
Pilih Display Show Tables
Pilih Stru cture Output M odal I nformation Table: M odal Participatin g M ass Ratios
Partisipasi Massa untuk arah X maupun arah Y mencapai 94% pada modes ke-5. Ini berarti sudah
memenuhi
persyaratan
minimal 90%
Bilamana dikehendaki Parti sipasi M assa yang l ebih besar , maka jumlah maximum nu mber . Sebagai contoh gedung ini memiliki 5 of m odes pada def in e load case modal diti ngkatkan Lantai yang masing-masing lantainya memiliki 3 DOF (translasi x,translasi y,dan rotasi z) sehingga modes nya dapat dibuat menjadi 3 x 5 = 15.
B. Kontrol Base Reactions
Jumlah total distribusi gaya geser gempa statik per lantai = base reactions dari SAP2000
Sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.3
Nilai
akhir respons dinamik struktur gedung (V)
terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama (V1).
Berdasarkan hasil output SAP di atas nampak bahwa gaya geser gempa respons dinamik tidak ada yang kurang dari 80% gaya geser gempa statik ekivalen. Oleh karena itu dalam perancangan selanjutnya digunakan beban gempa dinamik.
C. Kontrol Batas Layan (Δs) dan Batas Ultimate (Δm)
Output displacement di lihat pada joint Pusat Massa Eksentrisitas Bangunan. Dalam kasus ini No Joint sebagai berikut:
View more...
Comments