Peradilan Islam Masa Rosulullah

September 22, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Peradilan Islam Masa Rosulullah...

Description

 

BAB 1 PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang  Allah mengutus Nabi Muhammad Saw. sebagai suri tauladan bagi ummat manusia baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Dalam kehidupan dunia manusia tidak pernah lepas dari masalah-masalah keduniaan baik mengenai syariat maupun mu’amalat. Dalam menghadapi segala persoalan kehidupan bernasyarakat Rasulullah sendiri berpeoman kepada Al-Qur’an Al-Qur’an yang diturunkan  Allah kepadanya. Lebih-lebih dalam kehidupan syariat khususnya dalam peradilan, Rasulullah Saw. selalu berpedoman kepada wahyu Allah tersebut baru kemudian beliau menggunakan ijtihad-ijtihad dalam mengambil keputusan hukum tersebut. Di dalam makalah ini akan membahas mengenai sejarah peradilan Islam di masa Rasulullah Saw. Melalui beberapa referensi yang didapat sebagai contoh dalam memutuskan perkara perkara dalam peradilan khus khususnya usnya dalam peradilan Is Islam. lam.

B.

Rumusan Masalah 1. Bagaiman awal mula peradilan Islam pada masa Rasulullah? 2. Apa saja sumber hukum pada masa Rasulullah? 3. Apa saja perangkat-perangkat lain dalam peradilan islam masa Rasulullah ? 4. Bagiamana saja proses peradilan pada masa Rasulullah ? 5. Apa saja contoh kasus peradilan pada masa Rasulullah ?

 

BAB II PEMBAHASAN

A.

Awal Mula Peradilan di Masa Rasulullah Setelah Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul, mulailah beliau menyampaikan risalah dakwah kepada penduduk makkah, terutama masalah akidah selama 13 tahun. Kondisi umat Islam masih lemah, baik dari segi kuantitas maupun kekuatan. Berbagai tekanan dan penindasan terjadi, sehingga belum memungkinkan untuk melaksanakan berbagaiketentuan agama terutama masalah peradilan. Berbeda dengan di Makkah, kondisi Madinah relatif stabil dan jumlah umat Islam semakin banyak, sementara Rasulullah Saw. dijadikan sebagai pemimpin oleh masyarakat Madinah baik umat Islam maupun non-Islam,sehingga sangat memungkinkan untuk melaksanakan berbagai ketentuan agama dan tuntutan syariah. Ketika terjadi permasalahan dimasyarakat, permasalahan tersebut dihadapkan kepada R Rasulullah asulullah Saw., dan beliau menyelesaikan permasalahan berdasarkan apa yang telah diwahyukan Allah Swt. Kepadanya. Orang yang pertama menjadi hakim dalam Islam adalah Rasulullah Saw. sendiri.  Allah Swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an Al-Qur’an surat an-Nisa: an-Nisa: 65 bahwa di antara fondasi keimanan seseorang adalah menjadikan Rasulullah Saw. sebagai hakim terhadap perkara yang diselisihkan

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”  sepenuhnya.”   1

 

Urusan peradilan di daerah-daerah diserahkan kepada penguasa yang dikirim ke daerah-daerah itu dan sekali-sekali pernah pula Rasul SAW menyuruh seseorang sahabat bertindak sebagai hakim di hadapan beliau sendiri. Beliau juga bertindak selaku mufti memberi fatwa kepada orang-orang yang memerlukannya. Maka pada diri beliau berpadulah tiga kedudukan, yaitu selaku hakim, selaku muballigh, dan selaku musysyarri’. musysyarri’.  

B.

Sumber Hukum Peradilan Rasul memutuskan perkara dengan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadanya. Para penggugat dan tergugat hadir di hadapan Rasul, maka beliaupun mendengar keterangan para pihak yang sedang berperkara.[2] Adapun dalam penerapan hukum-hukum itu, haruslah diperhatikan prinsip-prinsip tentang pemeliharaan hak-hak sebagaimana keharusan berpegang kepada adanya buktibukti dan menetapkan tempat dalil-dalil dalil-dalil Syari’at dengan ketentuan tidak boleh menyalahinya sedikit atau banyak. Adapun aturan-aturan tambahan yang dianggap sebagai sendi keadilan, maka berkembang kemudian menurut situasi zaman dan tempat.[3] Pembuktian-pembuktian Pembuktian-pembukt ian di masa Rasul ialah : 1. Bayyinah 2. Sumpah 3. Saksi 4. Bukti tertulis 5. Firasat Rasul Saw sendiri bersabda:

“Keterangan (pembuktian) itu, diminta kepada penggugat sedang sumpah dikenakan atas tergugat”.  tergugat”. 

2

 

Berbagai macam putusan yang Nabi Saw. teah tetapkan membuktikan bahwa, Nabi Saw. tidak pernah memihak kepada suatu golongan, dan beliau tetap memelihara keadilan dan kejujuran.

C.

Perangkat-peran Perangkat-perangkat gkat Lain dalam Sistem Peradilan pada Masa Nabi Dalam Islam sejak awal bahwa peradilan merupakan sebuah sistem yang selain mencakup proses peradilan atau arbitrasi itu sendiri juga mencakup hal-hal atau lembaga lainnya yang saling mendukung satu sama lain. Dalam diskursus  jurisprudensi Islam yang berkembang kemudian, selain istilah qadlā’ (yang berarti peradilan secara umum) dikenal pula istilah Hisbah dan al-Madzalim. Hisbah didefinisikan sebagai sebagai “memerintahkan halhal-hal yang baik (ma`rūf) ketika telah mulai

ditinggalkan

dan

mencegah

atau

melarang

kemungkaran

ketika

dikerjakan”.Dalam perkembangan system peradilan Islam yang terjadi kemudian hisbah menjadi sebuah lembaga (dan petugasnya disebut dengan muhtasib) yang bertugas menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran dengan dibekali hak istimewa untuk menginvestigasi dan mencari-cari perilaku kemungkaran yang mungkin dikerjakan.Dan ternyata, konsep lembaga ini jika dirunut memiliki akar historis pada zaman Rasulullah. Sebagaimana diriwayatkan, bahwa Rasulullah senantiasa memeriksa keadaan dan kondisi berbagai sisi hidup umatnya. Suatu ketika, saat berjalan-jalan (melakukan inspeksi) di pasar Nabi menjumpai kecurangan yang dilakukan oleh seorang pedagang makanan dan kemudian menegurnya.Sama halnya dengan hisbah, peradilan madzālim juga telah memiliki dasar sejarah di zaman Nabi. Madzālim merupakan institusi pembelaan terhadap hak-hak rakyat kecil dari seseorang yang berpengaruh, sehingga sulit bagi pengadilan biasa untuk menyelesaikannya. Nabi pernah mencontohkan pembelaan madzālim ini untuk umatnya atas dirinya sendiri dengan mengatakan “barangsiapa yang hartanya telah terambil olehku maka inilah hartaku aku silakan dirinya mengambilnya.Adapun lembaga system peradilan yang lain seperti kepolisian dan penjara, dari catatan sejarah yang ada dapat disimpulkan tampaknya kedua institusi tersebut belum pernah ada di zaman Nabi. Sedangkan konsep “lembaga 3

 

pengawasan” terhadap peradilan juga bisa ditemukan dalam sejarah peradilan di zaman Nabi. Fungsi pengawasan itu dilakukan oleh wahyu Allah terhadap Nabi Saw. Rasulullah juga melakukan pengawasan serta evaluasi terhadap para sahabat yang ditunjuknya untuk menjalanakan peradilan sebagaimana diindikasikan dalam riwayat Hudzaifah ibn Al-Yaman dan Ali yang usai menyelesaikan putusannya melaporkannya kepada Nabi, dimana Nabi kemudian membenarkannya. Jika putusan kedua sahabat itu salah, tentu Nabi-pun Nabi -pun akan segera mengoreksinya.[4]

D.

Proses Peradilan Pada zaman Nabi SAW proses peradilan berlangsung dengan sangat sederhana. Jika ada seseorang yang menemui satu permasalahan maka ia dapat bersegera datang kepada Nabi untuk meminta putusan tanpa harus menunggu waktu tertentu maupun mencari tempat tertentu pula. Bahkan kebanyakan dari putusan-putusan putusanputusan (qadlā’) yang dilakukan oleh Nabi lebih bersifat sebagai “fatwa” dengan model tanya- jawab,  jawab, dibandingkan dengan proses sebuah “pengadilan” dalam bahasa yang sering dipahami di masa sekarang. Dalam konteks ini Nabi Saw juga mengharuskan adanya bukti yang dibawa oleh pelapor dan sumpah bagi yang dilaporkan. Dalam sebuah riwayat dari Ibn `Abbas Nabi Saw bersabda: artinya: Seandainya setiap orang diberikan apa-apa yang mereka klaim, maka orang-orang akan mengklaim harta-harta atau jiwa-jiwa suatu kaum. Tetapi (semestinya adalah) bahwa bukti harus didatngkan oleh orang yang mengklaim (pelapor) dan sumpah harus diberikan oleh yang dilaporkan”.(HR.Atdilaporkan”.(HR.At Tirmizi) Adapun mengenai masa yang dibutuhkan bagi berlangsungnya proses mulai dari putusan hingga eksekusi tidak menunggu waktu melainkan dijalankan secara langsung oleh Rasullah. Pada zaman Rasulullah Saw ini , hakim dijabat oleh Rasulullah Saw sendiri. Bagi daerah yang jauh, beliau serahkan kursi hakim kepada para sahabat. Misalnya, Ali bin Abi Thalib pernah ditugaskan menjadi hakim di Yaman. Begitu juga dengan sahabat Mu’âdz bin Jabal untuk menjadi gubernur dan hakim di Yaman.[5]

4

 

E.

Contoh Kasus dan Penyelesaian Ulama meriwayatkan banyak hukum yang dikeluarkan oleh Rasullulah Saw, namun disini ada beberapa kasus yaitu : 1.

Rasulullah Saw memutuskan perselisihan antara Abu Bakar dan Rabi’ah Al

 Aslami tentang tanah yang didalamnya terdapat terdapat pohon kurma yang miring. Ada pun batangnya ditanah Robi’ah , sedangkan rantingnya ditanah Abu Bakar, dan masingmasing mengakui bahwa pohon tersebut miliknya.lalu keduanya pergi kepada Rasullulah Saw maka beliau memutuskan bahwa ranting menjadi milik orang yang memiliki batang pohon. 2.

Khansa’ Binti Khaddam Alansariah dinikahkan oleh bapaknya sedangkan dia

 janda dan tidak menyetujuinya,lalu ia datang kepada Rasulullah saw. Maka beliau membatalkan pernikahan tersebut, lalu ia berkata kepada Rasullulah Saw. “ saya tidak menolak sesuatu apapun yang dipeerbuat ayahku , tapi saya ingin mengajarkan kepda kaum perempuan bahwa mereka memiliki keputusan terhadap diri mereka”.  mereka”.  3.

Seorang wanita ditalak suaminya , dan suaminya ingin mengambil anaknya

darinya , lalu ia dating kepada nabi Muhammad Saw, maka beliaua berkata kepadanya : engkau engkau lebiih berhak dengannya selama engkau tidak menikah.”  menikah.”  4.

Onta Barra’ bin ‘Azib masuk kebun orang lain lalu membuat kerusakan

didalamnya, maka nabi memutuskan : “ pemilik taman harus menjaganya pada siang hari , dan apa yang dirusak oleh ternak pada malam hari menjadi tanggungaan pemilik ternak.”

5

 

BAB III KESIMPULAN

Awal Mula Peradilan di Masa Rasulullah Peradilan pada zaman Nabi merupakan fase paling penting dalam sejarah peradilan Islam. Pada saat itu Nabi SAW merupakan merupakan pemegang otoritas  jurisdiksi satu-satunya meskipun beliau juga pernah mendelegasikan tugas-tugas  jurisdiksi tersebut kepada kepada beberapa orang sahabat secara terbatas. terbatas. Pada zaman itu lembaga peradilan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pemegang kekuasaan pemeritahan secara umum (wilayah `ammah).

Sumber hukum Sumber hukum yang menjadi referensi adalah wahyu -baik berupa al-Qur’an al-Qur’an maupun Sunnah Nabi SAW- serta ijtihad. Peradilan di zaman Nabi dan yang dilakukan oleh Nabi sendiri merupakan penerjemahan langsung dari ayat-ayat dan sunnah qawliyah Nabi yang diimplementasikan dalam praktik-praktik yang ideal.

Perangkat-perangkat Perangkat-peran gkat lain dalam sistem peradilan pada masa Nabi Sistem peradilan yang dibawa oleh Nabi SAW, merupakan perkembangan yang  jauh lebih maju dan teratur dibanding dengan peradilan di zaman Jahiliyah. saat itu  juga memberikan pijakan dan prinsip dasar bagi perkembangan sistem peradilan yang berkembang kemudian dalam peradaban Islam yang mencakup penguatan lembaga-lembaga lembagalembaga baru seperti hisbah dan peradilan madzālim.  madzālim. 

Proses Peradilan Proses peradilan zaman Nabi SAW berlangsung sangat sederhana dan tidak berbelit-belit, namun justru lebih mementingkan substansi dari pada prosesi.

6

 

DAFTAR PUSTAKA

Koto, Alaiddin. 2011. 2011. Sejarah peradilan islam. Jakarta: pt ra rajagrafindo jagrafindo Koto, Alaiddin. 2012. 2012. Sejarah Peradilan Islam Islam.. Jakarta: Rajawa Rajawalili Pers Madkur , Muhammad Sala. 1982. Peradilan Dalam Islam. Surabaya : PT.Bina Ilmu Shalabi, Ahmad.1989. Al-Tashrī` Al-Tashrī` wa AlAl-Qadlā’ fi al-Fikr al-Fikr al-Islāmi. al-Islāmi. Kairo: Maktabah al-Naldlah al-Mişriyah al-Mişriyah   Shiddieqy, Hasbi Ash. 1964. Peradilan dan Hukum Acara Islam. Yogyakarta : PT.  Alma’arif  

7

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF