PENILAIAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

March 18, 2019 | Author: irvan naufal | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

PENILAIAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN (MANAJEMEN PERSEDIAAN)...

Description

PENILAIAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN 1. Penilaian Persediaan Tujuan utama dari penilaian persediaan digunakan untuk proses penandingan antara pendapatan dan biaya. Proses penandingan ini dilakukan dalam menentukan besarnya biaya dari barang yang tersedia untuk dijual, untuk kemudian dikurangi dengan pendapatan pada periode berjalan, sehingga dari proses penandingan ini akan diperoleh besarnya laba p erusahaan.

Metode Penilaian Persediaan Penilaian persediaan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kelayakan hasil usaha dan posisi keuangan suatu perusahaan. Persediaan dinyatakan sebesar harga pokok atau perolehan dengan memperhitungkan seluruh biaya-biaya untuk memperoleh nilai yang wajar yang berati persediaan yang ada didalam perusahaan sesuai dengan yang diperhitungkan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada nilai perolehannya, yakni nilai pembelian persediaan tersebut setelah ditambah dengan biayabiaya yang terkait didalamnya sampai dengan persediaan untuk digunakan atau dijual.

Metode- nilai persediaan dapat ditentukan dengan menggunakan metode : A. Metode FIFO B. Metode LIFO C. Metode Weghted Average dikenal dengan metode Average cost

A. Metode FIFO (MPKP) Asumsi dari metode ini adalah bahwa metode yang dibebankan sebagai biaya pada periode berjalan terdiri dari pembelian terdahulu, sehingga pada akhir periode nilainya terdiri dari harga pembelian terakhir, seperti yang dikemukakan oleh Prepared by Ridwan Iskandar Sudayat, SE. Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:460) menyatakan bahwa: “Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang pertama yang dibeli adalah barang pertama yang digunakan (dalam perusahaan manufaktur atau dijual dalam perusahaan dagang), karena itu, persedian yang tersedia merupakan barang yang dibeli paling terakhir.”

Jumlah persediaan yang dihitung dalam metode FIFO dengan cara fisik akan mengakibatkan hasil yang sama dengan metode buku, metode FIFO akan mengakibatkan nilai persediaan dalam neraca dengan harga sekarang. Dalam keadaan harga naik akan menghasilkan laba bruto dengan keadalan harga turun akan mengakibatkan turunnya laba bruto, karena harga pokok persediaan akan dibebankan dengan harga pokok Penjualan adalah harga pokok barang yang dibeli lebih awal.

Tujuan dari metode FIFO ini adalah: 1. Merupakan penggabungan semua unsure laba pada saat penjualan, dimana gain dan loss yang timbul dari perubahanperubahan harga yang dianggap tidak dapat dipisahkan dari income yang merupakan hasil dari keputusan manajerial dalam kegiatan normal perusahaan. 2. Untuk menyajikan persediaan akhir didalam neraca berdasarkan harga yang paling akhir. 3. Untuk melakukan matching atau current cost dengan revenue dan pelaoran secara terpisah antara gain dan loss yang disebabkan oleh perubahan harga

B. Metode LIFO Asumsi bahwa metode ini adalah persediaan yang dibebankan sebagi biaya berjalan terdiri dari saldo awal dan pembelian-pembelian awal periode yang masih tersisa, seperti yang telah dikemukakan oleh Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt dan Terry D. Warfield yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:461) menyatakan bahwa: “Metode LIFO menandingkan (matches) biaya dari barang-barang yang paling akhir dibeli terhadap pendapatan.”

Beberapa alasan dalam menggunakan metode LIFO ini antara lain: 1. Memudahakan penandingan biaya berjalan dengan pendapatan berjalan 2. Apabila harga meningkat, penilaian persediaan dilakukan secara konservatif 3. Perubahan-perubahan harga sepanjang siklus produksi tidak akan mengakibatkan pelaporan kerugian dan keuntungan yang tidak direalisasikan yang timbul dari penyimpangan inventory semula dan kenaikan dalam jumlah inventory.

4. LIFO memungkinkan pemerataan laba sepanjang siklus usaha apabila harga-harga menigkat ataupun menurun. e. Pendapatan hanya dilakukan apabila pendapatan untuk pembayaran deviden atau tujuan lain.

C. Metode Average Cost / Metode Rata-Rata tertimbang Penilaian persediaan menurut metode ini adalah bahwa persediaan yang dibebankan pada periode berjalan atau nilai persediaan pada akhir periode merupakan nilai yang dirata-ratakan dari saldo awal dan pembelian-pembelian pada periode tersebut. Cara ini berbeda dengan cara yang telah dijelaskan sebelumnya karena berdasarkan atas rata-rata dimana harga tersebut dari pengaruhi oleh jumlah barang-barang yang diperoleh pada masing-masing harganya. Metode Rata-Rata tertimbang adalah netral ditinjau dari persediaan dan harga pokok penjualan dan harga pokok produksi, pada umumnya harga pokok penjualan dan harga pokok produsi seta laba akan jatuh diantara ekstrim-ekstrim FIFO dan LIFO

Pemilihan salah satu dari ketiga metode penilaian pesediaan didasarkan pada pertimbangan : a) Apabila harga relatif stabil maka menggunaan ketiga metode tersebut tidak menunjukan perbedaan hasil usaha dan posisi keuangan seuatu perusahaan. b) Apabila harga cendrung meningkat secara terus menerus maka metode LIFO akan memberikan gambaran yang lebih jelas realistis dibandingkan dengan pendapatan penjualan c) Apabila harga cendrung menurun terus menerus akan terjadi sebaliknya bahwa dengan menggunakan metode FIFO dianggap lebih realistis karena perhitungan laba rugi dilakukan atas dasar harga lebihdahulu yang lebih besar, sedangkan sisa persediaan dalam neraca dinilai dengan barang yang lebih mendekati harga pada saat ini. Metode penilaian persediaan dengan didasarkan pada arus biaya (cost) adalah yang layak digunakan dalam praktek dunia usaha, tetapi ada pengecualian apabila mamfaat yang diberikan sudah tidak layak sesuai lagi dengan costnya maka dapat diperkenankan untuk melakukan penyimpangan dari suatu penilaian berdasarkan arus biaya. Menurutnya mamfaat yang diberikan persediaan diakibatkan karena beberapa pada factor yang mempengaruhi, seperti yang terjadi akibat kerusakan,keusangan karena pengelohan atau pemakaian dan sebab kondisi lainnya.

Apabila hal ini terjadi maka pengurangan manfaat dari persediaan harus diaggap sebagai kerugian pada periode terjadinya, akibat dari pengurangan mamfaat tersebut, maka perhitungan kerugian atau pengurangan mamfaat yang terjadi dilakukan dengan cara mencantumkan nilai persediaan secara lebih rendah dari costnya dengan menggunakan nilai persediaan yang berlaku sebagai dasar penilaiannya. Penyimpangan seperti ini sering diistilahkan dalam bidang akuntansi sebagi metode penilaian biaya persediaan yang lebih rendah dari harga pasar atau disebut lower of cost or market.

2. PENGENDALIAN PERSEDIAAN Adalah usaha-usaha penyediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk proses produksi sehingga dapat berjalan lancar tidak terjadi kekurangan bahan serta dapat diperoleh biaya persediaan yang sekecil-kecilnya

Fungsi dan Manfaat Persediaan: a. Mengatasi risiko keterlambatan pengiriman b. Mengatasi risiko kesalahan pengiriman c. Mengatasi risiko kenaikan harga d. Mengatasi ketergantungan pada musim e. Mendapatkan keuntungan dari pembelian f. Untuk melayani konsumen dengan lebih baik g. Kelangsungan operasional perusahaan

Pengelompokkan Persediaan: a. Fluktuation Stock b. Anticipation Stock c. Lot-Size Inventory d. Pipeline Inventory e. Persediaan ABC

Metode pengendalian persediaan Metode ini menggunakan matematika dan statistika sebagai alat bantu utama dalam memecahkan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Pada dasarnya metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan : 1.  Jumlah pemesanan optimal (EOQ) 2. Titik pemesanan kembali (Reorder point) 3. Material Requirement Planning (MRP) 4.  Just In Time (JIT)

Material Requirement Planning (MRP) Merupakan suatu teknik atau prosedur logis untuk menterjemahkan Jadwal Produksi Induk (JPI) dari barang jadi atau end item menjadi kebutuhan bersih untuk beberapa komponen yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan JPI. MRP ini digunakan untuk menentukan jumlah dari kebutuhan material untuk mendukung Jadwal Produksi Induk dan kapan kebutuhan material tersebut dijadwalkan. (Orlicky,et al., 1994). Perencanaan MRP ini mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP yaitu kebutuhan material, dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP yaitu Pengendalian persediaan dan Penjadualan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP itu sendiri adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus untuk mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, menjaga jadwal

valid dan up-to date, serta secara khusus berguna dalam lingkungan manufaktur yang kompleks dan tidak pasti.

Ada empat tahap dalam proses perencanaan kebutuhan material, tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Netting (Perhitungan kebutuhan bersih) Netting adalah proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor denagan keadaan persediaan. 2. Lotting (Penentuan ukuran pemesanan) Lotting adalah menentukan besarnya pesanan setiap individu berdasarkan pada hasil perhitungan netting. 3. Offsetting (Penetapan besarnya waktu ancang-ancang) Offsetting bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan rencana pemesanan dalam memenuhi kebutuhan bersih yang diinginkan lead time. 4. Exploding (Perhitungan selanjutnya untuk level di bawahnya) Exploding adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat level dibawahnya, berdasarkan pada rencana pemesanan.

Dengan

MRP

ini,

kita

akan

mendapatkan

informasi

mengenai

:

1. Bahan dan komponen apa saja yang akan dipesan serta berapa banyak yang diperlukan. 2. Kapan waktu komponen tersebut akan dipesan. 3. Apakah komponen tersebut pemesanannya dipercepat, diperlambat atau dibatalkan.

Just in Time (JIT) Adalah filosofi manajemen dari pemecahan masalah yang berkelanjutan dan dipaksakan, sehingga pemasok-pemasok dan komponen-komponen ditarik melalui sistem untuk menunjukkan dimana dan kapan mereka dibutuhkan. JIT memusuhi pemborosan yang tidak memberi nilai tambah produk. JIT juga membeberkan permasalahan dan kemacetan yang disebabkan oleh keragaman (variabilitas). Keragaman ini terjadi karena adanya deviasi dari nilai optimum. JIT juga akan mampu mencapai produksi ramping dengan mengurangi persediaan

Kontribusi JIT untuk keunggulan bersaing Paling tidak terdapat 7 kontribusi JIT untuk memperoleh keunggulan bersaing, yaitu: pemasok, tata letak, persediaan, penjadwalan, pemeliharaan pencegahan, mutu produksi dan pemberdayaan karyawan.

1. JIT pada pemasok Dengan semangat JIT, jumlah pemasok sebaiknya sedikit, ada hubungan kedekatan dan pemasok yang senantiasa berbisnis ulang dengan kita. Perlu dilakukan analisis untuk memilih pemasok yang mampu bersaing dengan harga yang bersaing. Penawaran yang bersaing sebagian besar dibatasi kepada pembeli baru. Pembeli mempertahankan integrasi verttikal dari bisnis pemasok. Para pemasok seringkali mendorong untuk menerapkan JIT kepada pemasok- pemasok mereka.

2. JIT pada Tata Letak Tujuan JIT adalah mengurangi perpindahan orang maupun perpindahan barang. Hal ini disebabkan bahwa perpindahan merupakan pemborosan. Oleh karena itu, JIT menghendaki sel-sel kerja untuk produk-produk yang sejenis. JIT  juga menghendaki mesin-mesin yang dapat dipindahkan dan dapat diubah-ubah,  jarak yang dekat, ruang yang sedikit untuk persediaan, dan pengiriman langsung ke tempat kerja.

3. JIT pada Persediaan JIT pada persediaan menggunakan sistem tarik (pull system) untuk memindahkan persediaan. JIT akan mengurangi ukuran lot dan mengurangi waktu penyetelan. Perlu juga dikembangkan sistem JIT pada pengiriman dengan pemasok melalui pengiriman langsung kepada titik penggunaan. JIT akan melakukan penjadwalan serta menggunakan grup teknologi.

4. JIT pada Penjadwalan JIT pada penjadwalan dapat ditempuh dengan meng komunikasikan  jadwal tersebut kepada pemasok. Perlu dibuat derajat-derajat penjadwalan. JIT mencari lembaran mana yang dibuat dan lembaran yang dipindahkan. JIT akan menghilangkan pemborosan, memproduksi dalam lot yang kecil, menggunakan Kanban dan membuat masing-masing produksi operasi menjadi bagian yang penting.

5. JIT pada Pemeliharaan Pencegahan JIT pada pemeliharaan pencegahan dapat ditempuh dengan pemeliharaan pencegahan yang terjadwal dan rutin harian. Pihak yang melakukan pemeliharaan ini adalah operator. Operator itu harus operator yang mengetahui mesin, agar

dalam memeliharanya tidak ada hambatan yang berarti. Pemeliharaan pencegahan ini sangat baik untuk menjaga kualitas produk

6. JIT pada Kualitas JIT pada kualitas adalah diiterapkannya kendali proses secara statistic. Untuk itu, maka pegawai harus diberdayakan, membangun metode-metode yang selamat dari kegagalan (seperti daftar periksa, dan lain-lain) serta menyediakan empan balik yang cepat.

7. JIT pada Pemberdayaan Karyawan JIT pada pemberdayaan karyawan adalah dikembangkannya pelatihanpelatihan. Karena dengan karyawan yang berkembang, maka proses JIT sebenarnya sudah dimulai. Hal ini disebabkan pada prinsipnya, yang mengetahui seluk beluk pekerjaan itu adalah karyawan itu sendiri

Prinsip kerja JIT dapat dibagi kepada tiga bagian besar yaitu: a. Cost reduction, karena menggunakan prinsip 5S. b. Inventory reduction, karena just in time (yang menggunakan konsep pull system) melawan just in case (yang menggunakan konsep push sistem). c. Quality improvement dimulai dari: Pemberdayaan karyawan kemudian kualitas sebagai paradigma baru setiap orang dan akhirnya pada gugus kendali mutu.

COST REDUCTION (Pengurangan biaya) Suatu konsep manajemen baru yang diambil dari kebiasaan di Jepang dan mampu menyingkirkan paradigma barat dunia industri manufaktur adalah prinsip 5-S: 1. SEIRI/Pemilahan. diartikan sebagai usaha untuk memilih mana yang perlu dan mana yang tidak serta menghindari berbagai kelebihan. 2. SEITON/Pengaturan. Barang atau peralatan diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pemakaian dan pencarian. 3. SEISO/Pembersihan. Peralatan dijaga agar selalu dalam keadaan bersih agar mudah dirawat dan dan selalu dalam kondisi bagus pada saat digunakan. 4. SEIKETSU/Pemeliharaan kebersihan lingkungan. Untuk menjaga kebersihan lingkungan diperlukan prosedur standart sehingga setiaap orang akan berperilaku sama dalam perawatan kebersihan. 5. SHITSUKE/Pelatihan dan disiplin. Untuk menjaga prosedur standard dan kelangsungannya maka pelatihan untuk mengubah dan menjaga perilaku induvidu perlu dilakukan

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF