Pengukuran Epidemiologi Dan Hubungan Asosiasi
September 15, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Pengukuran Epidemiologi Dan Hubungan Asosiasi...
Description
Pengukuran Epidemiologi dan Hubungan Asosiasi Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari 3 kata dasar yaitu epi yang memiliki arti pada atau tenang, demos yang memiliki arti penduduk, dan logos yang memiliki arti ilmu pengetahuan, jadi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk. Sedangkan pada saat ini, epidemiologi adalah salah satu cabang dari ilmu kesehatan untuk menganalisa distribusi dan faktorfaktor yang berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan yang bertujuan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangannya. Epidemiologi sebagai ilmu diagnosa kesehatan masyarakat, terus menerus berkembang dari pengalaman menghadapi sepak terjang penyakit sebagai fenomena massa. Ketika wabah penyakit menular melanda bangsa-bangsa di dunia, epidemologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemik (wabah) . Untuk mengatasi suatu wabah yang tengah berkecamuk, perlu diketahui bagaimana menjalarnya wabah tersebut dengan mengamati siapa-siapa yang terserang, dimana wabah menyerang, dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyerang sejumlah orang tertentu. Sesuai peranannya pada masa itu epidemiologi dirumuskan sebagai ilmu tentang fenomena massa penyakit infeksi (Frost, 1927). Konsep penyebab dan proses terjadinya penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat kesuatu proses kejadian penyakit yakni proses interaksi antara manusia (pejamu) dengan berbagai sifatnya (Biologis, Fisiologis, Psikologis, Sosiologis dan Antropologis) dengan penyebab (A gent ) serta dengan lingkungan ( Enviroment Enviroment ) (Nur Nasry Noor, 2000). Menurut salah seorang ahli John Bordon, Model segitiga epidemiologi menggambarkan interaksi tiga komponen penyakit yaitu Manusia ( Host ), ), penyebab ( Agent ) dan lingkungan ( Enviromet Enviromet )).. Untuk memprediksi penyakit, model ini menekankan perlunya analis dan pemahaman masing-masing komponen. Penyakit dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan antar ketiga komponen tersebut”. Model ini lebih di kenal dengan model triangle epidemiologi atau triad epidemilogi dan cocok untuk
menerangkan penyebab penyakit infeksi sebab peran agent (yakni mikroba) mudah di isolasikan dengan jelas dari lingkungan (Purnawinadi, 2014). Tujuan dari epidemiologi adalah memberikan gambaran mengenai penyebaran, kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit, menjelaskan penyebab dari suatu penyakit, meramalkan kejadian suatu penyakit, serta mengendalikan penyebaran penyakit dan masalah kesehatan lainnya di masyarakat. Tujuan epidemiologi menurut seorang ahli adalah untuk : 1. mengidentifikasi penyebab dan faktor risiko penyakit/masalah kesehatan; 2. menentukan tingkat, jangkauan atau luasnya penyakit/masalah kesehatan, mempelajari perjalanan alamiah dan prognosis penyakit di masyarakat 3. mengevaluasi cara-cara pencegahan dan penatalaksanaan, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru, dan 4. menyediakan dasar bagi pengembangan keputusan dan kebijakan kesehatan. (Gordis, 2004). Kegunaan epidemiologi adalah untuk memperoleh informasi mengenai riwayatalamiah penyakit, proses terjadinya suatu penyakit, serta informasi mengenaipenyebaran penyakit pada berbagai kelompok masyarakat. Selain itu jugaepidemiologi dapat digunakan untuk mengelompokkan penyakit, membuat program pemeliharaan kesehatan, dan membuat cara-cara untuk mengevaluasi program pemeliharaan kesehatan yang dilakukan.Kegunaan epidemiologi makin meluas tidak hanya mengenai penyakit tetapi mengenai masalah-masalah kesehatan lainnya. Epidemiologi tidak hanya digunakan untuk keadaan-keadaan kesehatan yang bersifat populasi tetapi juga di klinik kedokteran yang umumnya bersifat individual atau bersifat populasi maka populasinya terbatas dan berciri khusus yaitu para penderita klinik tersebut. Epidemiologi juga banyak digunakan untuk mengevaluasi program pelayanan kesehatan. Selain perannya yang tradisional yaitu mencari dan atau menentukan etiologi penyakit (Budiarto, 2003). Salah satu ahli menyatakan bahwa epidemiologi berguna dalam 9 hal yaitu: 1. Penelitian sejarah- apakah kesehatan masyarakat membaik atau menjadi lebih buruk ? 2. Diagnosis komunitas-masalah kesehatan yang aktual dan yang potensial? 3. Kerjanya pelayanan kesehatan-Efficacy, Effectiveness, Efficiency
4. Resiko individual dan peluang-Actuarial risks, penilaian bahaya kesehatan 5. Melengkapi gambaran klinik-penampilan penyakit yang berbeda 6. Identifikasi sindroma “Lumping and spitting” 7. Mencari penyebab Case control and cohort studies 8. Mengevaluasi simptoms dan tanda-tanda 9. Analisis keputusan klinis (Last, 1987). Secara umum, dapat dikatakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam mempelajari epidemiologi adalah memperoleh data frekuensi distribusi dan determinan penyakit atau fenomena lain yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang penyebab penyakit, misalnya: 1. Penelitian epidemiologis yang dilakukan pada kejadian luar biasa akibat keracunan makanan dapat digunakan untuk mengungkapkan makanan yang tercemar dan menemukan penyebabnya 2. Penelitian epidemiologis yang dilakukan untuk mencari hubungan antara karsinoma paru-paru dengan asbes 3. Menetukan apakah hipotesis yang dihasilkan dari percobaabn hewan konsisten dengan data epidemiologis. Misalnya, percobaan tentang terjadinya karsinoma kandung kemih pada hewan yang diolesi tir. Untuk mengetahui apakah hasil percobaan hewan konsisten dengan kenyataan pada manusia, dilakukan analisis terhadap semua penderita karsinoma kandung kemih lebih banyak terpajan oleh rokok dibandingkan dengan bukan penderita 4. Memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, penanggulangan masalah kesehatan, serta menentukan
prioritas
masalah
kesehatan
masyarakat;
misalnya:
Keuntungan atau kelebihan rancangan kasus control yaitu, memungkinkan meneliti penyakit-penyakit yang jarang terjadi, memungkinkan meneliti penyakit yang memiliki masa laten yang lama antara paparan dan manifestasi klinis, dapat dilaksanakan pada periode waktu yang singkat, jika dibandingkan dengan penelitian kohort, penelitian kasus control relative lebih murah, dan dapat meneliti beberapa hal sekaligus yang
memiliki potensi sebagai penyebab penyakit.Akan tetapi, rancangan ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti, kemungkinan adanya bias recall karena informasi mengenai paparan diperoleh dari riwayat dahulu berdasarkan wawancara, validasi dari informasi mengenai adanya paparan bisa jadi sulit untuk dilakukan, informasinya tidak legkap, atau bahkan tidak memungkinkan, hanya memusatkan perhatian pada satu penyakit saja, biasanya tidak dapat menyediakan informasi mengenai angka kejadian penyakit, penyakit, secara umum umum tidak lengkap, pemilihan kontrol kontrol yang tepat bisa jadi merupakan hal yang sulit, metode penelitian bisa jadi sulit dipahami oleh orang yang bukan ahli epidemiologi dan interpretasi hasil bisa jadi sulit (Meirik, 2012). Pada umumnya rancangan kohort merupakan penelitian epidemiologi longitudinal prospektif, yaitu: a) Dimulai dari status keterpaparan b) Arahnya selalu maju
EFEK
FAKTOR RESIKO (FR)
ya
Populasi tidak subjek: Populasi
Sampel orang ya
sehat tanpa
Populasi
tidak
Gambar 1 rancangan Penelitian Penelitian kohort kohort Penelitian ini dimulai dengan memilih sampel kelompok (subjek) sehat dari suatu populasi. semua subjek penelitian harus bebas dari penyakit atau efek yang diteliti. Setelah itu subjek-subjek dengan maupun maupun tanpa paparan faktor risiko diikuti terus secara prospektif sampai timbul efek atau penyakit tertentu. Hasilnya memberikan nilai perhitungan asosiasi yang disebut Risiko relatif (Relative (Rela tive Risk). Sebagai suatu asosiasi, untuk memudahkan analisis terhadap data penelitian kohor, perlu adanya pemahaman kerangka tabulasi yang baku. risiko relatif dapat
digambarkan dalam suatu matriks empat sel 2 x 2 yang mempresentasikan adanya eksposur faktor risiko dan penyakit (Ryadi, dkk., 2010). Tabel 2.1 Tabel 2 x 2 eksposur faktor risiko dan penyakit:
Outcome/ efek Eksposur
Total
(+)
(-)
(+)
A
B
(a+b)
(-)
C
D
(c+d)
Total
(a+c)
(b+d)
Pada kerangka tabel tersebut, yang disebut dengan insiden kasus kelompok terpapar adalah a/(a+c), sedangkan insiden kasus kelompok tidak terpapar adalah b/(b+d). Dimana risiko relatif pada penelitian kohor adalah:
= =
/( + ) /( + )
=
(+)
×
(+)
=
( + ) ( + )
Interpretasi: 1) RR = 1 , faktor risiko bersifat netral, risiko kelompok terpapar sama dengan kelompok tidak terpapar. 2) RR > 1 , Confient Interval (CI) > 1 , faktor risiko menyebabkan sakit. 3) RR < 1 , Confient Interval (CI) < 1 , faktor risiko mencegah sakit (Bustan, 2006). Beberapa keuntungan dari penelitian Cohort antara lain, informasi mengenai paparan subyek bisa lengkap, termasuk pengendalian mutu data dan pengalaman sebelumnya, memberikan urutan waktu yang jelas antara paparan dan penyakit, terdapat a. Data frekuensi distribusi berbagai penyakit yang terdapat dimasyarakat dapat digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan pelayanan kesehatan disuatu wilayah dan menentukan prioritas masalah. b. Bila dari hasil penelitian epidemiologis diperoleh bahwa insidensi tetanus neonatorum disuatu wilayah cukup tinggi maka data tersebut dapat digunakan
untuk menyusun strategi yang efektif dan efisien dalam menggulangi masalah tersebut, misalnya dengan mengirirm petugas lapangan untuk memberikan penyuluhan pada ibu-ibu ibu-ibu serta mengadakan imunisasi pada ibu hamil. Demikian pula pada kelompok pembanding atau kontrol, dilakukan pencatatan mengenai kesempatan untuk meneliti beberapa outcome sekaligus yang terkait dengan paparan tertentu, memungkinkan perhitungan angka insidensi (absolute risk ) dan RR (relative (relative risk ), ), metodologi dan hasil penelitian mudah dipahami oleh kalangan non-ahli epidemiologi, memungkinkan meneliti paparan paparan yang relatif relat if jarang didapatkan.Meskipun demikian, rancangan kohort ini juga memiliki beberapa kekurangan seperti, kurang sesuai untuk penyakit penyakit yang jarang terjadi terj adi karena dibutuhkan subyek dalam jumlah j umlah yang besar, tidak sesuai apabila terdapat waktu yang cukup panjang antara paparan dan manifestasi klinis penyakit. Tetapi, hal ini dapat diatasi dengan model penelitian cohort retrospektif (historical (historical cohort)yaitu cohort)yaitu sebagai berikut : 1. Pola paparan dapat mengalami perubahan selama penelitian tersebut dilaksanakan. Sebagai contoh, seumpama ketika kita meneliti mengenai paparan berupa kontrasepsi oral, dapat terjadi perubahan komposisi selama pelaksaan penelitian yang mempengaruhi hasilnya menjadi kurang kurang relevan. 2. Upaya untuk mempertahankan tingkat follow up yang tinggi (jumlah subyek yang bisa dilakukan follow dilakukan follow up) up) bisa jadi merupakan hal yang sulit. Bentuk paling sederhana dari sebuah survey di populasi adalah pengukuran prevalensi penyakit pada satu waktu. Penelitian cross-sectional memiliki beberapa kegunaan seperti, survei nasional multi tujuan (Riskesdas atau riset kesehatan dasar Indonesia), misalnya untuk mempelajari tren faktor risiko atau gejala, identifikasi penyebab penyakit, dan evaluasi kebutuhan kesehatan. Kegunaan berikutnya seperti, penelitian untuk mengetahui prevalensi penyakit, dan kegunaan selajutnya yaitu penelitian etiologi penyakit, khususnya yang tidak memiliki onset (tanggal mulai gejala) yang jelas, misalnya pada penyakit bronkhitis kronis. Aktivitas Epidemiologi, Epidemiologi, antara lain: 1. Pengumpulan dan analisis pencatatan vital (kelahiran dan kematian) 2. Pengumpulan dan analisis data morbiditas dari rumah sakit, lembaga kesehatan, klinik, dokter dan industri
3. Pemantauan penyakit dan masalah kesehatan komunitas yang lain (Amiruddin, 2011). Ukuran asosiasi juga merefleksikan kekuatan atau besar asosiasi antara suatu eksposur/faktor risiko dan kejadian suatu penyakit. Memasukkan suatu perbandingan frekuensi penyakit antara dua atau lebih kelompok dengan berbagai derajat eksposur. Beberapa ukuran asosiasi juga digunakan untuk mengestimasi efek penyakit yang ditimbulkan (Azwar,1999). Ukuran asosiasi terdiri dari : 1.1 Ukuran Rasio A. Risiko Relatif
Risiko relatif adalah ukuran yang menunjukkan besarnya resiko untuk mengalami penyakit pada populasi terpapar dibandingkan dengan populasi tidak terpapar. Resiko relatif atau Relative Risk dipakai dalam studi epidemiologi untuk menjelaskan apakah ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau ratio antara dua proporsi. Ratio antara 2 proporsi ini adalah proporsi faktor resiko penyakit positif (terpapar) dengan faktor resiko penyakit negatif (tidak terpapar). Relative risk biasanya dipakai untuk penelitian kohort (Anonim1, 2010) Risiko relatif sering disebut sebagai rasio risiko (risk ratio) adalah perbandingan risiko peristiwa tertentu pada kelompok-kelompok orang yang berbeda. Risiko relatif (RR) biasanya digunakan untuk memperkirakan paparan terhadap sesuatu yang dapat mempengaruhi mempengaruhi kesehatan. Risiko kesehatan. Risiko relatif adalah rasio angka insidensi penyakit karena paparan dibandingkan dengan angka insidensi penyakit yang sama tanpa terpapar, dengan rumus sebagai berikut: Relative Risk = Angka insidensi penyakit dalam kelompok yang terpapar Angka insidensi penyakit dalam kelompok tanpa terpapar
Risiko relatif digunakan hanya sebagai pengukur probabilitas, dengan ini dapat dipertanyakan berapa peluang kelompok menjadi sakit jika mereka terpapar dan berapa peluang mereka tidak kena sakit kalau tidak terpapar (Magnus, 2010). Kelebihan utama dari penelitian ini adalah metodenya yang memungkinkan
mengamati
bagaimana
suatu
faktor
keterpaparan
berlangsung
hingga
memungkinkan terjadinya efek. B. Rasio Odds (OR)
Odds ratio (OR) atau rasio odds adalah kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok kasus dengan kemungkinan paparan faktor risiko pada kelompok kontrol (Kasjono dan Kristiawan, 2009). Definisi lain odds ratio menurut Magnus (terj., Belawati, dkk., 2010) adalah ukuran yang digunakan untuk menjelaskan asosiasi
yang
di
dapatkan
dalam
penelitian
kasus-kontrol.
Ukuran
ini
menggunakan tabel 2x2 dengan notasi yang sama untuk menjelaskannya. Terdapat dua pola desain tabulasi pada penelitian kasus-kontrol. Pola desain tersebut yaitu sebagai berikut Tabel 2.2 Notasi Tabel 2 x 2 Pola I Desain Penelitian Kasus-Kontrol Kasus-Kontrol
Penyakit
Eksposur
Total
(+)
(-)
(+)
(a)
(b)
(a+b)
(-)
(c)
(d)
(c+d)
Total
(a+c)
(b+d)
(a+b+c+d)
Tabel 2.3. Notasi Tabel 2 x 2 Pola II Desain Penelitian Kasus-Kontrol Kasus-Kontrol
Eksposur
Penyakit (+)
(-)
(+)
(a)
(c)
(a+c)
(-)
(b)
(d)
(b+d)
Total
(a+b)
(c+d)
(a+b+c+d)
Total
(Ryadi dan Wijayanti, 2011). Tabel Odds ratio merepresentasikan probabilitas untuk berada dalam kelompok yang sesuai (concordant ( concordant group), group), dimana huruf (a) mewakili kelompok yang terpajan dan sakit serta (d) mewakili kelompok yang tidak terpajan dan tidak sakit., atau berada dalam kelompok yang tidak sesuai (discordant ( discordant group), group), dimana
(b) mewakili kelompok yang tidak terpajan namun sakit serta (c) mewakili kelompok yang terpajan namun tidak sakit. Baik pada pola I maupun pola II, rumus untuk mencari rasio odds-nya yaitu :
( ) =
() () () ()
Pada dasarnya kedua pola tersebut menunjukkan hasil rasio odds yang sama, hanya berbeda pada penempatan eksposur dan outcome outcome-nya -nya pada sistem tabulasi. Pada umumnya, pola II lebih banyak digunakan. Rasio odds digunakan dalam penelitian kasus-kontrol dan bukan penelitian kohort. Hal ini karena desain dan ukuran penelitian kohort terkait secara integral, dan tidak dibenarkan untuk mengubah salah satunya tanpa mengubah yang lain. lai n. yang digunakan adalah RR yang disebut rasio odds (Ryadi dan Wijayanti, 2011). Jika penyakit yang hendak diselidiki itu merupakan penyakit yang relatif langka, misalnya penyakit kanker atau kardiovaskular, dan sampel kelompok kontrol ditentukan tanpa bergantung pada pajanan, maka rasio odd akan merepresentasikan aproksimasi RR. Ini terjadi karena a
View more...
Comments