PENGUJIAN DAN EVALUASI KAIN.pdf

March 15, 2019 | Author: Pratiwi Twin Digita | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PENGUJIAN DAN EVALUASI KAIN.pdf...

Description

PENGUJIAN DAN EVALUASI TEKSTIL (KAIN) TOTONG, AT., MT.

Rule of Conduct • Min 70% Present in Class • Present in Class Before Starting the Lecture • Don’t Use Sandal, Kaos Oblong and Hand Phone During the Lecture • Having Good Attitude

Assessment • Requirements: – Min 70% Present in Class – Having Good Attitude

• Score/Grade : – Mid Semester Test (UTS) : 30 % – Final Test (UAS): 40 % – Homework (PR) : 30 %

EVALUASI Evaluasi atau penilaian berarti tindakan untuk menentukan nilai sesuatu. Dalam arti luas evaluasi adalah suatu proses dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan evaluasi, maka dapat dikatakan bahwa : • Kegiatan evaluasi merupakan proses yang sistematis. Yang dimaksud dengan proses sistematis ialah kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan yang dilakukan pada permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah program dianggap selesai. • Di dalam kegiatan evaluasi diperlukan berbagai informasi atau data yang menyangkut objek yang sedang dievaluasi. • Dalam setiap kegiatan evaluasi, tidak lepas dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Hal ini karena setiap kegiatan penilaian memerlukan suatu criteria tertentu sebagai acuan dalam menentukan batas ketercapaian objek yang dinilai.

ILMU YANG BERKAITAN • • • •

Pengetahuan serat tekstil Statistik Teknologi/engineering Standar - Standar Mutu - Standar Cara Uji - Standar Kindisi Ruangan - Standar Proses - dll

EVALUASI • Evaluasi memerlukan data/informasi • Salah satu cara untuk memperoleh data dengan melakukan pengujian • Pengujian harus memiliki sifat Valid dan Reliable

Validitas • Validitas : Sifat benar menurut barang bukti yang ada, logika berfikir atau kekuatan hukum • Validitas menentukan sampai seberapa bagus suatu alat ukur yang didesain mampu mengukur suatu konsep tertentu yang ingin diukur (Ancok, 1989; Sekaran, 2000).

Reliabilitas • Reliabilitas adalah bersifat andal/dipercaya • Ketelitian dan ketepatan teknik pengukuran, keterandalan • Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Ancok, 1989). • Jika suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur sesuatu yang sama dan hasil kedua pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Ancok, 1989). • Reliabilitas mengukur sampai seberapa jauh tingkat konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur sesuatu (berhubungan dengan stabilitas dalam pengukuran).

An Analogy to Validity and Reliability (Babbie, 1992)

Reliable but not valid

Valid but not reliable

Valid and reliable

Tujuan Evaluasi • Seleksi bahan baku dalam proses • Seleksi bahan baku secara teoritis • Penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan Dalam evaluasi diperlukan : - Contoh uji - Alat - Standar cara uji tertentu

Kondisi Standar Ruangan untuk Pengkondisan dan Pengujian • Untuk daerah sub tropis • Suhu (21 ± 1)o C • RH ( 65 ± 2) % • Untuk daerah tropis • Suhu (27 ± 1)o C • RH ( 65 ± 2) %

Waktu Pengondisian Bahan Tekstil No.

Jenis Serat

1. Serat binatang (seperti wool) dan protein diregenerasi 2. Serat tumbuhan (seperti kapas) 3. Rayon Viskosa 4. Asetat 5. Serat yang mempunyai regain tidak lebih dari 5 % dalam kondisi standar pengujian

Waktu (jam) 8

6 8 4 2

(Sumber ASTM D 1776) Catatan : Jika bahan tekstil yang akan diuji terdiri dari campuran dua jenis serat atau lebih maka waktu pengondisian adalah diambil dari serat yang paling lama waktu pengondisiannya. Jika pengujian dilakukan pada kondisi ruang pengujian yang berbeda dengan kondisi ruang standar pengkondisian, maka pengujian dilakukan dalam waktu maksimal 4 menit setelah dikeluarkan dari eksikator atau ruang standar pengkondisian

DIMENSI KAIN • Dimensi kain adalah ukuran panjang, lebar dan tebal kain. • Panjang kain adalah jarak antara ujung kain yang satu dengan ujung lainnya, yang diukur searah dengan lusi pada kain tenun atau wale pada kain rajut dimana kain tidak dalam keadaan terlipat dan rata serta dalam keadaan tidak tegang.

DIMENSI DAN BERAT KAIN • Lebar kain adalah jarak antara pinggir kain yang satu dengan pinggir kain yang lainnya, yang diukur searah dengan pakan kain tenun dan course pada kain rajut dimana kain dalam keadaan tidak terlipat dan rata serta dalam keadaan tidak diregang. • Untuk kain shuttleless loom pengukuran lebar kain dilakukan antara lusi paling pinggir ke lusi paling pinggir lainnya, untuk kain rajut datar lebar kain diukur antara wale paling pinggir ke wale paling pinggir lainnya, sedangkan untuk kain rajut bundar pengukuran lebar kain dilakukan antara pinngir kain terlipat tegak lurus ke pinggir kain lainnya dikali dua.

DIMENSI KAIN • Tebal kain adalah jarak antara dua permukaan kain yang berbeda. • Tekanan adalah gaya yang dibeban kan pada suatu permukaan kain per unit luas , yang dinyatakan dalam kg/cm2 atau kPa.

BERAT KAIN • Berat kain adalah berat untuk satu satuan luas tertentu atau berat untuk satu satuan panjang tertentu dari kain, yang dinyatakan dalam gram per meter persegi, gram per meter dan lain-lain.

DIMENSI DAN BERAT KAIN • Dalam praktek dilapangan kain dijual atau dibeli dalam panjang atau berat. • Unit-unit panjang biasanya dalam bentuk potongan atau pieces yang panjangnya macammacam ada 30 yard, 50 yard, 100 yard atau 120 yard. • Dalam berat kain biasanya dinyatakan dalam berat tiap yard atau dengan lebar tertentu atau dalam berat tiap yard persegi atau per meter persegi.

Pengukuran panjang kain • 1 Pengukuran Panjang kain dengan Meja Rata  Meja rata dengan pajang minimal 3 meter dan lebar minimal selebar kain.  Penggaris logam dengan ketelitian dalam millimeter.  Jarum untuk memberi tanda.

• 2 Pengukuran Panjang Kain dengan Silinder  Silinder pengukur yang dilengkapi dengan alat pencatat berupa counter yang gerakannya disesuaikan dengan putaran silinder. • 3 Pengukuran Panjang Kain Dengan Counter Mekanik  Sepasang rol berdiameter 75 mm atau 100 mm yang dihubungkan dengan jam sebagai counter mekanik yang dapat berputar menghitung panjang kain • 4 Pengukuran Panjang Kain Dengan Mesin Pelipat  Mesin pelipat yang dilengkapi dengan penghitung jumlah lipatan

Pengujian Lebar Kain •

Alat pengukur berupa tongkat atau meteran rol dengan ketelitian dalam millimeter dan panjangnya melebihi lebar kain yang akan diukur.

Cara Pengujian • Kain diletakan rata tanpa tegangan  Letakan kain rata tanpa tegangan di meja rata.  Ukur jarak antara kedua tepi kain dengan arah tegak lurus pada tepi kain.  Jumlah pengukuran paling sedikit lima kali pada tempat yang berbeda tersebar di seluruh kain. • Kain sedang diproses finish atau sedang diinspeksi  Ukur lima kali pengukuran pada tempat yang berbeda pada rol kain atau pada waktu yang berlainan selama proses  Pengukuran tidak dilakukan pada jarak 1 meter dari ujung kain.  Hitung lebar rata-rata dan lebar terbesar dan terkecil.



Kain diukur dari potongan contoh uji  Kain diletakan rata pada meja rata tanpa tegangan  Ukur lebar kain sesuai dengan jenis kainnya.

Pengujian Tebal Kain • Spesifikasi alat Jenis Pembebanan

Diameter Kaki Penekan (mm)

Jumlah Pembebanan (kPa)

Ketelitian skala pembacaan (mm)

Kain tenun, rajut, tekstur, Open End

Beban tetap

28,7 ± 0,02

4,14 ± 0,21

0,02

Kain Coated, Webbing, Pita

Beban tetap

8,5 ± 0,02

20,4 ± 0,7

0,02

Selimut, handuk wool

Beban tetap

28,7 ± 0,02

5,7 ± 0,07

0,02

Jenis Bahan

Pengujian Berat Kain Peralatan • Alat Pengukur panjang dengan sekala cm atau mm. • Neraca analitis dengan ketelitian 0,001 g. • Gunting.

Pengujian Berat Kain Cara Pengujian • Untuk kain dalam bentuk gulungan, lipatan atau potongan yang besar – Timbang kain yang akan diuji – Ukur panjang dan lebar kain – Hitung berat kain per meter persegi atau per meter



Untuk kain contoh uji dalam potongan kecil-kecil. – Potong kain dengan ukuran 10 cm X 10 cm atau sejumlah yang paling kecil ukuran 5 cm X 5 cm yang jumlah luasnya minimal 125 cm2. – Timbang beratnya – Hitung berat per meter persegi



Untuk kain berbentuk pita dengan lebar tidak lebih dari 30 cm yang mempunyai anyaman khusus padakedua pinggirnya. – Ambil 3 contoh laboratorium masing-masing 100 ± 0,3 cm, dari tempat atau gulungan yang berbeda. – Ukur lebar kain dengan ketelitian dalam mm – Timbang tiap-tiap contoh uji. – Hitung berat rata-rata per meter.

PENGUJIAN KONSTRUKSI KAIN • Anyaman Kain Tenun Anyaman kain tenun adalah silangan antara benang lusi dengan benang pakan sehingga terbentuk kain tenun. Benang lusi adalah benang yang sejajar dengan panjang kain tenun dan biasanya digambarkan ke arah vertikal, sedangkan benang pakan adalah benang yang sejajar dengan lebar kain dan biasanya digambarkan ke arah horizontal

Anyaman Kain Tenun Untuk menyatakan anyaman suatu kain tenun dapat dilakukan dengan cara : • Dengan menyebut nama anyaman Nama anyaman beragam dari mulai anyaman dasar, yaitu anyaman polos (plain/plat), anyaman keper (twill) dan anyaman satin (satine). Anyaman lain adalah anyaman turunan dari anyaman dasar misalnya anyaman panama, anyaman keper runcing dan lain - lain. • Dengan gambar anyaman Anyaman selain dinyatakan dengan nama anyaman juga dapat dinyatakan dengan gambar yang disebut gambar desain anyaman. Penggambaran anyaman dapat dilakukan dengan cara : • Dengan gambar Untuk menempatkan gambar anyaman diperlukan kertas desain, yang berupa kertas kotak-kotak, dengan ukuran sesuai dengan perbandingan tetal lusi dan tetal pakan. Kotak-kotak kearah vertikal mewakili benang-benang lusi dan ke arah horizontal mewakili benang pakan. Tiap kotak mewakili satu titik persilangan (persilangan satu helai benang lusi dengan satu helai benang pakan). • Dengan tanda Tanda tanda yang digunakan berupa angka diatas garis datar, angka dibawah garis datar, garis miring dan angka dibelakang garis miring. Angka diatas garis datar menunjukan efek lusi dan dibawah garis datar menunjukan efek pakan dengan cara pembacaan angka mulai dari angka paling kiri atas kemudian bawah dan seterusnya. Garis miring menunjukan arah dari pergeseran benang dan angka dibelakang garis miring merupakan angka loncat dari anyaman.

Pengujian Anyaman Kain Tenun Peralatan : Kaca pembesar, Gunting, Jarum,Kertas desain, Pinsil Cara Pengujian • Tentukan arah lusi dan arah pakan dan arah pakan diberi tanda panah, dengan pedoman : • Arah lusi sejajar dengan pinggiran kain • Pada kain biasanya terlihat bekas-bekas garis sisir, berupa garis lurus, arah garis lurus tersebut searah lusi. • Bila salah satu arah adalah benang gintir maka benang gintir adalah benang lusi. • Untuk kain grey bila kedua benang adalah benang tunggal maka yang dikanji adalah benang lusi. • Tetal lusi biasanya lebih tinggi dari tetal pakan. • Tentukan pada kertas desain yang mewakili lusi dan pakan. • Pada kain tentukan mana yang dipakai acuan sebagai lusi pertama dan pakan pertama, demikian juga pada kertas desain. • Dengan kaca pembesar dan dibantu jarum, buka dan amati lusi pertama dan lihat efek anyaman pada pakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, untuk efek lusi beri tanda silang atau arsiran pada kertas desain. • Seterusnya amati lusi kedua dan seterusnya. • Apabila dengan cara diatas sukar maka yang dibuka adalah pakan pertama dan lihat efeknya terhadap lusi pertama, kedua dan seterusnya. Untuk efek lusi diberi tanda silang atau arsiran pada kertas desain. • Apabila efek anyaman sudah berulang berarti satu raport anyaman telah tercapai dan pada kertas pola diberi tanda satu raport anyamannya. • Gambar dalam kertas desain satu raport anyaman, buat rumus anyamannya dan nama anyamannya.

Nomor Benang • Nomor benang (yarn count) adalah kehalusan benang, yang dinyatakan dalam satuan berat setiap panjang tertentu atau satuan panjang setiap berat tertentu. • Penomoran benang dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu : • Nomor Langsung, TD, Tex • Nomor tidak Langsung, Ne1, NM

Satuan yang Biasa Digunakan • Satuan Inggris Satuan Berat 1 pound (lbs) = 16 ounces 7000 grains 453,6 gram

Satuan Panjang = 840 yard

1 hank 768 meter 1 lea = 120 yard 1 yard = 36 inch = 0,914 meter 1 inch = 2,54 cm

• Satuan metrik Satuan Berat Kilogram (kg) Gram (g) Miligram (mg) Dst.

Satuan Panjang Kilometer Meter Centimeter Milimeter, dst

Nomor Benang Langsung Penomoran langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada berat benang setiap panjang tertentu. Nomor benang langsung yaitu : • Nomor benang cara denier (TD)

Contoh • TD = 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 9000 meter • TD = 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang panjang benang 9000 meter

Nomor Benang Langsung • Nomor benang cara Tex

Contoh • Tex = 1 berarti berat benang 1 gram setiap panjang benang 1000 meter • Tex = 100 berarti berat benang 100 gram setiap panjang benang 1000 meter • Nomor benang gintirnya dapat dihitung dengan rumus : • Nomor benang gintir (NG) = N1 + N2 + N3 +………….dst.

Nomor Benang Tak Langsung • Penomoran benang tidak langsung adalah penomoran benang yang didasarkan pada panjang benang setiap berat tertentu. Nomor benang tidak langsung yaitu : • Penomoran cara Inggris, Ne1 • Penomoran cara metrik, NM

Nomor Benang Tak Langsung • Penomoran cara Inggris (Ne1) Contoh • Ne1 = 1 berarti panjang benang 1 hank setiap berat benang 1 lbs • Ne1 = 20 berarti panjang benang 20 hank setiap berat benang 1 lbs

Nomor Benang Tak Langsung • Penomoran cara Metric Contoh • Ne1 = 1 berarti panjang benang 1 m setiap berat benang 1 g • Ne1 = 20 berarti panjang benang 20 m setiap berat benang 1 g • Nomor benang Gintir

Rumus Cepat Untuk Menghitung Konversi Nomor Benang Nomor

Ne1

Nm

TD

Tex

Ne1

-

0,59 Nm

5315/TD

590/Tex

Nm

1,69 Ne1

-

9000/TD

1000/Tex

TD

5315/Ne1

9000/Nm

-

9 Tex

Tex

590/Ne1

1000/Nm

TD/9

-

Pengujian Nomor Benang Peralatan : Meteran dengan skala millimeter, Jarum, Gunting, Timbangan Cara Pengujian • Potong contoh uji sejajar dengan benang lusi dan benang pakan dengan ukuran 20 cm X 20 cm. • Ambil 20 helai benang lusi/pakan dari kain diatas, masing-masing 10 helai dari kedua pinggirnya. • Timbang 20 helai benang lusi/pakan dengan timbangan (sensitifitas 0,01 miligram), kemudian ukur panjang masing-masing benang lusi/pakan dengan tegangan benang tidak terlalu besar juga tidak kendor. • Hitung nomor benang dalam Ne1, NM, TD dan Tex.

Tetal Benang • Tetal benang adalah kerapatan benang pada kain atau jumlah benang setiap satuan panjang tertentu, misalnya jumlah benang setiap cm atau inci. Ada beberapa cara menentukan tetal benang, yaitu : • Dengan kaca pembesar • Dengan kaca penghitung secara bergeser • Dengan cara urai • Dengan proyektor • Dengan parallel line grating dan • Dengan taper line grating

PengujianTetal Benang Lusi/ Pakan – Peralatan • • •

Kaca Pembesar dengan sekala inci dan jarum Jarum

– Persiapan Contoh Uji • •

Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.

– Cara Pengujian • • • • • •

Ratakan kain tanpa tegangan pada meja pemeriksaan. Dengan kaca pembesar dibantu jarum , hitung jumlah lusi atau pakan setiap inci. Pengujian dilakukan paling sedikit di lima tempat yang berbeda secara merata. Kalau tetal lusi atau pakan kurang dari 10 helai tiap cm maka lakukan pengujian setiap 7,5 cm. Kalau lebar kain kurang dari 7,5 cm maka seluruh benang dihitung. Hitung rata-rata tetal lusi dan tetal pakan

Mengkeret benang • Apabila benang ditenun maka akan berubah panjangnya, hal ini karena adanya silangan pada kain. Untuk menyatakan perubahan ukuran tersebut dapat dilakukan dengan dua cara

Crimp • Adalah prosentase perubahan panjang benang dari keadaan lurus (pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjang kain tenun.

Take Up • Adalah prosesntase perubahan panjang benang dari kedaan lurus (pb) menjadi panjang kain tenun (pk) terhadap panjuang benang dalam keadaan lurus. •

Pengujian Mengkeret Lusi/Pakan – Peralatan • Meteran dengan sekala millimeter. • Gunting • Beban penegang = tex x 0,25

– Persiapan Contoh Uji • Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. •

– Cara Pengujian • Potong contoh uji sejajar dengan benang lusi dan benang pakan dengan ukuran 20 cm X 20 cm. • Ambil 20 helai benang lusi/pakan dari kain diatas, masing-masing 10 helai dari kedua pinngirnya • Ukur panjang masing-masing benang lusi/pakan dengan tegangan benang tidak terlalu besar juga tidak kendor.

Grading Kain Grading kain adalah penggolongan kain berdasarkan cacat kain. Cacat kain adalah kelainan yang tampak pada permukaan kain secara visual yang dapat menurunkan mutu kain dan terjadi tanpa direncanakan. Kegunaan grading kain adalah : • Untuk menggolongkan dalam hal mutu, misalnya mutu pertama dan kedua, berdasarkan keinginan pasar atau konsumen. • Untuk memberikan informasi tentang kain yang sedang dihasilkan.

Grading Kain • Grading kain bisa menjadi sukar apabila hanya berdasarkan penglihatan atau perasaan. Selembar kain mungkin akan tampak menjadi mutu pertama bagi seseorang tetapi tidak bagi orang lain. Kedaan ini menyulitkan bagi perusahaan-perusahaan karena harus melayani beragam pembeli, hal ini dapat diatasi dengan adanya standar untuk menilai grade kain secara kuantitatif. Cara yang banyak dipakai adalah system point, dengan cara ini tiap cacat kain (defect) dinilai dengan angka tertentu.

Grading Kain Ketentuan umum cacat kain mentah (grey) adalah :

• Cacat mayor Cacat mayor adalah cacat kain yang tidak dapat diperbaiki

• Cacat minor Cacat minor adalah cacat kain yang masih bisa diperbaiki dan akan hilang pada proses penyempurnaan.

Grading Kain Ketentuan umum cacat kain yang telah disempurnakan (finish) adalah :

– Cacat Sub minor • Cacat yang tidak nampak dan tidak mempengaruhi penilaian angka grading. Jika hal ini sering terjadi maka harus dimintakan pertanggungjawaban siap yang bertanggung jawab.

– Cacat minor • Cacat yang agak nampak pada kilasan pandangan pertama, dan mungkin menyebabkan cacat pada pakaian, cacat ini dinilai lebih kecil tergantung panjang cacat.

– Cacat Mayor • Cacat ini kelihatan atau sangat terlihat dan kebanyakan menyebabkan kerusakan pakaian. Cacat ini dinilai lebih besar tergantung panjang cacat.

– Critical defect • Cacat yang menyebabkan pakaian sudah tidak dapat dipakai lagi, meskipun mutu kedua. Bagian cacat ini harus dibuang atau dipotong.

Tabel 3.1 Ukuran dan Nilai Cacat Kain Tenun No

Kelompok Cacat Mutlak

Ukuran dan Nilai Sedang N Ukuran 10 10 – 50 cm X lebar 10 10

1.

Nep

-

2. 3.

Slub Benang tidak rata

-

Besar Ukuran > 50 cm X lebar kain > 5 cm > 50 cm

4.

Benang putus

-

> 50 cm

10

10 – 50 cm

5

< 10 cm

3

5.

Benang tegang, kendor

-

> 50 cm

10

10 – 50 cm

5

< 10 cm

3

6. 7. 8.

Garis lipatan Garis lusi Garis pakan

10 10 10

2,5 – 10 cm 10 – 25 cm ¼ lebar - ½ lebar

5 5 5

< 2,5 cm < 10 cm < ¼ lebar kain

3 3 3

9. 10. 11. 12. 13.

Salah pola Bare Belang Sobek Benang tak teranyam

10

< 0,5 X 2 cm

3

Noda

10

0,5 X 2 cm – 0,5 X 5 cm 0,5 X 0,5 cm samar

5

14.

5

-

-

15.

Cacat lebar

> 10 cm > 25 cm >3 garis ½ lebar kain pakan Tampak Tampak Tampak Tampak > 0,5 X 10 > 0,5 X 5 cm – 0,5 cm X 10 cm 0,5 X 0,5 0,5 X 0,5 cm Jelas cm kontras > 2 % lebar -

-

-

-

-

-

16.

Pakan bias

> 5 % lebar

10

270 g/m2, jarum nomor metrik 110, benang jahit poliester tex 60 atau kapas tex 70.

d.2 Untuk kain sedang dengan benang sedang atau lebih kasar, – Untuk kain dengan berat sampai 270 g/m2, jarum nomor metrik 110 (diameter blade 1,1 mm), benang jahit poliester tex 60 atau benang kapas tex 70 – Untuk kain > 270 g/m2, jarum nomor metrik 140, benang jahit poliester tex 90 atau kapas tex 105.

Pengujian Kekuatan Jahitan Persiapan Contoh Uji • Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. • Potong contoh uji sesuai gambar di bawah ini. • Jahit sesuai gambar, dengan jumlah stitch 12 ± 1 /25 mm. Dilipat, dan dijahit dan dipotong menjadi sbb :

Dijahit

5 cm 2,5 cm

20 cm

1,3 cm Gambar 4.3 Contoh Uji Pengujian Kekuatan Jahitan

Pengujian Kekuatan Jahitan Cara Pengujian • Atur jarak jepit menjadi 7,5 cm • Jepit contoh uji dan atur sehingga jahitan tepat ditengah. • Jalankan mesin sampai contoh uji putus. • Catat nilai kekuatan jahitan. • Amati dan catat penyebab putus, yaitu : – – – –

Kain putus. Benang jahit putus. Benang-benang kain tergelincir. Gabungan dua atau tiga penyebab diatas.

Pengujian Slip Jahitan Peralatan Alat uji kekuatan tarik dengan sistim laju mulur tetap. • Jarak jepit : 7,5 cm, penjepit untuk uji kekuatan tarik cara cekau. • Perbandingan antara kecepatan grafik dengan kecepatan penarikan : 5 : 1 • Kecepatan penarikan : 100 ± 10 mm/menit • Mesin jahit listrik jeratan kunci 1 jarum, dengan kecepatan tidak lebih dari 3000 sticth per menit. • Jarum jahit dan benang jahit dengan ketentuan, sebagai berikut: • g.1 Untuk kain rapat benang halus, – –



Untuk kain dengan berat sampai 270 g/m2, jarum nomor metrik 90 (diameter blade 0,9 mm), benang jahit poliester tex 40 atau benang kapas tex 35 Untuk kain > 270 g/m2, jarum nomor metrik 110, benang jahit poliester tex 60 atau kapas tex 70.

g.2 Untuk kain sedang dengan benang sedang atau lebih kasar, – –

Untuk kain dengan berat sampai 270 g/m2, jarum nomor metrik 110 (diameter blade 1,1 mm), benang jahit poliester tex 60 atau benang kapas tex 70 Untuk kain > 270 g/m2, jarum nomor metrik 140, benang jahit poliester tex 90 atau kapas tex 105.

Penggaris dengan sekala mm. Jangka sorong Gunting

Pengujian Slip Jahitan Persiapan Contoh Uji – Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. – Gunting kain dan jahit sesuai gambar dibawah ini, dengan jumlah 12 ± 1 / 25 mm 35 cm

10 cm

25 cm

10 cm

10 cm

Gambar 4.4

Contoh Uji Pengujian Kekuatan Sobek Kain Cara Lidah dan Cara Travesium

Pengujian Slip Jahitan Cara Pengujian • Lipat contoh uji dan jahit sesuai dengan gambar contoh uji diatas. • Pasang contoh uji tersisa 15 cm yang tidak terlipat dan tidak ada jahitan pada klem atas dan bawah. • Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur kain. • Kemudian ujung pena kembalikan pada titik dimana awal terjadi grafik pada pengujian pertama. • Pasang contoh uji yang ada jahitan pada klem atas dan bawah. • Jalankan mesin sehingga terbentuk grafik kekuatan dan mulur jahitan. • Ukur garfik dengan cara : – Ukur jarak (1) antara dua kurva pada gaya 0,5 kg (5 N) yang merupakan tegangan awal dari contoh uji yang dijahit. – Tambahkan 15 mm pada jarak (1) untuk slip 3 mm dan tambahkan 30 mm untuk slip 6 mm. – Tentukan jarak antara dua titik pasangan kurva yang dipisahkan oleh jarak (1) + 15 mm atau jarak (1) + 30 mm tepat sejajar sumbu pertambahan panjang (tarikan). – Baca besarnya gaya pada titik tersebut dalam kg (N) pada sumbu kurva kekuatan sampai 2 N terdekat. – Besarnya tahan selip adalah gaya tersebut dikurangi 5 N. – Apabila pemisahan antara dua kurva lebih dari 20,4 kg (200 N), laporkan hasil pengujian sebagai lebih besar 20,4 kg (200 N) dan apabila kainnya sobek dan pemisahan kurva tidak ada, laporkan kekuatan pada saat sobek.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN •

Keawetan kain (serviceability) adalah lamanya suatu kain bisa dipakai sampai tidak bisa dipakai lagi, karena suatu sifat penting telah rusak. Misalnya karena warna sudah berubah, mengkeret atau cembung pada siku atau lutut. Keawetan kain tenda misalnya ditentukan oleh daya tembus air, keawetan kain kanvas atau kain sepatu benar benar ditentukan oleh keusangan. Jadi keawetan tidak diuji dan ia tergantung dari lamanya dipakai atau jumlah kali pakai. Sedangkan keusangan (wear) adalah jumlah kerusakan kain karena serat-seratnya putus atau lepas. Dalam hal-hal tertentu, misalnya kain belt keawetan dan keusangan mungkin sama, tetapi dalam banyak hal lainnya berbeda. Keusangan juga merupakan suatu mutu kain yang tidak diuji sebab kondisi-kondisi sangat bervariasi disamping tidak dapat diketahui secara kuantitatif pengaruh macam-macam faktor terhadap keusangan.



Pilling kain adalah istilah yang diberikan untuk cacat permukaan kain karena adanya “pills”, yaitu gundukan serat-serat yang mengelompok dipermukaan kain yang menyebakan tidak baik dilihat. Pills akan terbentuk ketika dipakai atau dicuci, karena kekusutan serat –serat lepas yang menonjol di permukaan kain akibat gosokan.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Faktor-fator yang mneyebabkan keausan : • Gaya gaya yang langsung pada kain, ini bisa terjadi pada keadaan tidak normal. • Pengaruh tumbukan, ini penting pada alas lantai seperti permadani. • Tekukan atau friksi antar serat-dengan serat dan atara-benang dengan benang, karena kain sering tertekuk. • Gosokan, friksi antar kain dengan kain, friksi antar kain dengan benda lain dan friksi antar serat dengan kotoran, ini menyebabkan putus serat.

Berdasarkan uraian diatas, faktor gosokan dalam banyak hal merupakan faktor penting yang berhubungan dengan keusangan. Pengujian ketahanan gosokan kain hanya merupakan pengujian yang sederhana terhadap mutu kain. Jadi harus diingat bahwa gosokan bukan hanya satu-satunya factor yang mempengaruhi keusangan dan keawetan. J.E. Booth menggolongkan gosokan menjadi beberapa bagian, yaitu : • Gosokan datar (pane or plate abration), yaitu penggosokan pada permukaan datar dari contoh. • Gosokan pinggir (Edge abration), yaitu gosokan yang terjadi pada leher atau lipatan kain. • Gosokan tekuk (Flex abration), yaitu gosokan yang disertai dengan tekukan dan lengkungan. • Pembagian diatas hanya pembagian yang kasar saja karena sesungguhnya banyak dijumpai pula gosokan campuran yang rumit.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN • • • •



Pengujian ketahanan gosokan kain dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan kain menahan gosokan yang berputar dengan tekanan tertentu. Ada beberapa hal penting yang mempengaruhi hasil pengujian ketahanan gosokan kain, yaitu : Kedaan contoh, jika tidak ditentukan lain maka keadaan contoh harus dikondisikan dalam kondisi standar pengujian. Pemilihan alat, tergantung pada karakter pengujian yang diperlukan, apakah menggunakan gosokan datar, tekanan dan lain-lain. Karakter gerakan, apakah arah gerakan bolak-balik, maju saja, memutar atau macam-macam gerakan. Arah gerakan, arah gerakan apakah searah lusi, pakan atau membentuk sudut terhadap lusi dan pakan.

Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian ketahanan gosokan kain, yaitu : • Pemilihan bahan penggosok, Kain penggosok bisa berupa kain itu sendiri, kain standar (kanvas atau wool), baja, silicon carbide, kain amplas atau kertas amplas. Masing-masing penggosok mempunyai kelebihan dan kelemahan, misalnya jika kain penggosok adalah kain contoh itu sendiri, proses penggosokan memrlukan waktu lama dan hasil pengujiannya tidak bisa dibandingkan. • Pelapis contoh, kain pelapis contoh mempengaruhi hasil pengujian. • Kebersihan alat daerah yang digosok harus bersih dari kotoran, karena akan mempengaruhi hasil gosokan, misalnya serat yang tinggal di daerah gosokan. • Tegangan contoh, tegangan harus distandarkan sehingga hasilnya sesuai dengan standar. • Tekanan antara penggososok dengan contoh, tekanan sangat berpengaruh terhadap lamanya penggosokan, karena itu harus distandarisasi.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Beberapa cara untuk menilai kerusakan akibat gosokan yaitu : • Kenampakan terhadap contoh yang tidak tergosok. • Jumlah gosokan sampai kain berlobang, benang putus atau contoh putus. • Kehilangan berat setelah penggosokan. • Perubahan tebal kain. • Kehilangan kekuatan kain. • Perubahan sifat-sifat lain misalnya daya tembus udara, kilau dan lain-lain. • Pengujian mikroskopis mengenai kerusakan benang atau serat pada kain.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN • Pilling kain telah lama dianggap sebagai cacat terutama pada kain rajut, karena benang rajut dibuat dari benang-benang rendah twist. Pilling ini akan lebih parah lagi jika timbul pada serat buatan. Kalau pada kain wool pills mudah dihilangkan, sedangkan pada kain-kain dari serat buatan pills ini sangat susah dihilangkan, melekat dengan kuat pada kain dan bertambah besar sehingga memperburuk penampilan dari kain.

• Interprestasi hasil pengujian pilling, sebagai berikut : • Banyaknya pilling, diperlihatkan oleh standar yang diperuntukan, tidak akan dihasilkan oleh tiap orang, tetapi hanya oleh orang yang bekerja keras dengan menggunakan baju itu. • Pengalaman menunjukan, kalau pilling hanya muncul dibagian-bagian tertentu saja seperti leher, tepi siku, lipatan lengan dan sebagainya. • Ditinjau dari segi pilling ini, maka kemeja blouse dan pakaian merupakan pemakaian akhir yang kritis.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Peralatan • Martindale Wear and Abrasion Tester, yang dilengkapi dengan : • Beban penekan 9 ± 0,2 kPa ( untuk kain dengan berat < 150 g/m2) dan 12 ± 0,2 kPa (untuk kain dengan berat 151 – 300 g/m2) • Alat stop motion setelah ditentukan jumlah gosokannnya. • Pemotong/pisau berbentuk lingkaran dengan diamter 38 mm. • Neraca dengan ketelitian sampai 1 mg. • Kaca pembesar • Kain penggosok standar, kain felt wool, berat 576 – 678 g/m2, tebal 2 mm.] • Pelapis contoh uji busa poliuretan, tebal 3 mm, berat jenis 0,04 g/cm2. Persiapan Contoh Uji • Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. • Potong contoh uji dengan ukuran diameter 3,8 cm sebanyak 4 pcs.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Cara Pengujian – Metode uji sampai putus • Potong 4 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk contoh uji bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak. • Kondisikan contoh uji di ruangan standar • Potong kain penggosok standar dengan diameter 140 mm. • Potong empat lembar pelapis contoh uji dengan diameter 140 mm. • Pasang pelapis contoh uji dan kain penggosok pada alat penggosok di mesin. • Letakan cincin dudukan contoh uji pada dudukan pengencang, pasang setiap contoh uji pada cincin dudukan contoh uji dengan permukaan contoh uji menghadap kebawah. Pasang secara hati-hati penekan contoh uji agar kedudukan contoh uji tepat ditengah. • Pasang badan pemegang contoh uji, kencangkan dengan tangan. Jaga agar contoh uji tidak terlipat, kemudian kencangkan lagi dengan alat pengencang. • Pasang pemegang contoh uji pada meja beban, dengan tekanan sesuai berat kain. • Jalankan mesin dengan ketentuan jumlah gosokan :

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Tabel 5.1 Jumlah Gosokan Perkiraan Jumlah Gosokan

Interval Pengamatan

Sampai dengan 5000 Antara 5000 dan 20.000 Antara 20.000 dan 40.000 Lebih dari 40.000

Setiap 1000 gosokan Setiap 2000 gosokan Setiap 5000 gosokan Setiap 10.000 gosokan

– Periksa kerusakan contoh uji setiap interval sesuai table diatas menggunakan kaca pembesar tanpa dilepas dari pemegang contoh uji, apakah sudah dua helai benang putus atau belum. – Jika telah putus, catat jumlah gosokan.

PENGUJIAN KEKUATAN GOSOK KAIN Metode uji pengurangan berat • • • • • •

• • •

Potong 8 contoh uji secara acak hingga mewakili seluruh contoh, untuk contoh uji bercorak struktur, potong contoh uji setiap corak. Kondisikan contoh uji di ruangann standar Timbang-masing-masing contoh uji. Lakukan pengujian dua contoh uji seperti cara tersebut di atas, sehingga diketahui jumlah gosokannnya. Gosok masing-masing dua contoh uji lainnya dalam 3 tahap jumlah gosokan, yaitu 25 %, 50 %, 75 % dari jumlah gosokan. Kondisikan kembali contoh uji setiap selesai pekerjaan selama 24 jam dan ditimbang masing-masing sampai mg terdekat. Buat grafik pengurangan berat terhadap jumlah gosokan. Apabila tiga titik terletak mendekati garis lurus, tentukan rata-rata pengurangan berat dalam mg setiap 1000 gosokan. Apabila tiga titik berbentuk kurva, tentukan nilai pengurangan berat untuk setiap tahap.

Pengujian Pilling Kain Peralatan    

Alat uji pilling buatan ICI, berupa kotak ukuran 9 inci X 9 inci X 9 inci dengan pintu, Bagian dalam dilapisi lempeng gabus dengan tebal 1/8 inci, kotak diputar dengan kecepatan 60 putaran per menit. Tabung karet atau poliuretan diameter luar 1,25 inci, panjang 6 inci dan tebal 1/8 inci Gunting Mistar

Persiapan Contoh Uji •

Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian.

Cara Pengujian • • • • • • •

Potong kain dengan ukuran 5 inci X 5 inci , kemudian dijahit supaya kencang. Masukan tabung dari karet ke dalam contoh uji yang berbentuk silinder. Tutup ujung potongan kain dengan Cellophane. Masukan empat tabung karet beserta contoh uji ke dalam satu. Putar alat dengan kecepatan 60 putaran per menit selama 5 jam. Untuk pakaian pengujian dapat dilakukan pada kain asli dan kain setelah pencucian sebanyak pencucian yang ditetapkan. Pencucian dipakai standar cara pencucian yang berlaku. Bandingkan secara visual kenampakan pilling yang timbul pada contoh uji dengan foto standar pilling dalam kotak pengamatan. – – –

Standar 1, timbul bulu tetapi tidak pill. Standar 2, timbul bulu dan sedikit pill. Standar 3, timbul bulu dan lebih banyak pill.

PENGUJIAN PEGANGAN KAIN • Sifat- sifat kain dapat diuji dan dinyatakan dalam angka-angka, seperti kekuatan tarik kain, mulur kain, ketahanan terhadap zat kimia dan sebagainya. Tetapi ada beberapa sifat kain yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti kenampakan, kehalusan atau kekasaran, kekakuan atau kelemasan, dan mutu draping yang baik atau yang jelek. Sifat-sifat kain diatas diperlukan dalam pemilihan kain. • • Dalam pemilihan kain ada beberapa hal dilakukan seperti memegang, mencoba, kemudian menentukan mana yang sesuai dengan penggunaanya. Dengan memegang dan merasakan kain sebenarnya telah dinilai beberapa sifat sekaligus secara subjektif. Menurut Pierce apabila pegangan kain ditentukan, maka mencakup rasa kaku atau lembek, keras atau lunak, dan kasar atau halus

Pengujian Pegangan kain Drape agak berbeda artinya yaitu kemampuan kain untuk memberikan kenampakan indah waktu dipakai. Tidak semua bahan pakaian harus mempunyai drape yang baik. Kain untuk bullet Skirt atau Patti Coat kaku, tidak harus mempunyai drape yang baik. Untuk menetukan besarnya kekakuan dan drape ternayata terdapat beberapa kesulitan. Penelitian dilakukan untuk menentukan metode yang bisa mengatasi kesulitan dalam penentuan pegangan dan drape. Untuk itu ada dua hal yang perlu diperhatikan : • Pemisahan macam-macam bahan yang memiliki pegangan dan drape, dan desain instrumen yang cocok untuk mengukur sifat-sifat kain secara individu. • Menentukan teknik staistik untuk menetukan kesimpulan hubungan antara hasil-hasil pengujian yang dinilai secara individu dan secara grup oleh tim penilai. • Pengalaman menunjukan bahwa kesimpulan dari Pierce adalah dalam sasaran bahwa kekakuan merupakan kunci dalam mempelajari pegangan dan drape

Kekakuan Kain • Prinsip penentuan kekakuan kain dengan Shirley Stiftness Tester adalah contoh uji kain dengan ukuran 20 X 2,5 cm yang disangga oleh bidang datar bertepi. Pita kain tersebut digeser kearah memanjang dan ujung pita melengkung karena beratnya sendiri. Setelah ujung pita kain sampai pada bidang yang miring dengan sudut 41,5 o terhadap bidang datar, maka dari panjang kain yang menggantung tadi dan sudut dapat dipertimbangkan parameter-parameter :

Pengujian kekakuan kain • Bending Length ( C ) • Adalah panjang kain yang melengkung karena beratnya sendiri pada suatu pemanjang tertentu. Ini merupakan ukuran kekakuan yang menetukan mutu draping. • Pada Shirley Stiftness Tester dipilih sudut 41,5 o

Pengujian Kekakuan kain

Pengujian Kekakuan kain

Langsai Kain (Drape) • Kelangsaian (drape) adalah variasi dari bentuk atau banyaknya lekukan kain yang disebabkan oleh sifat kekerasan, kelembutan, berat kain dan sebagainya apabila kain digantungkan. Drape Factor adalah perbandingan selisih luas proyeksi vertikal dengan luas landasan contoh uji, terhadap selisih contoh uji dengan luas landasan contoh uji. • The Fabric Researh Laboratories of USA telah mengembangkan suatu metode untuk mengukur drape, hal ini dilakukan dengan dengan cara mengabungkan karakteristik lusi dan pakan menghasilkan suatu tekukan seperti terlihat ditoko apabila suatu kain digantung pada gantungan bulat.

Langsai Kain (Drape) • Pengujian dilakukan dengan cara selembar kain contoh uji ukuran diameter 25 cm disangga oleh sebuah cakra bulat berdiameter 12,5 cm, bagian kain yang tidak tersangga akan jatuh (drape), seperti terlihat

A

B

• Bila tidak ada drape yang terjadi maka proyeksi contoh akan tetap 25 cm, karena adanya drape maka terlihat seperti gambar B.

Langsai Kain (Drape)

Pengujian Kekakuan Kain • Peralatan – Shirley Stiftness Tester – Gunting – Mistar

• Persiapan Contoh Uji – Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. – Potong contoh uji kain dengan ukuran 2,5 cm X 20 cm rapih tidak ada benang lusi atau benang pakan yang mengantung dan tidak ada benang lusi dan atau benang pakan yang sama setiap contoh uji, 3 helai kearah lusi dan 3 helai kearah pakan. Contoh uji usahakan sesedikit mungkin dipegang. Kain cenderung menggulung usahakan didiamkan beberapa jam pada alas yang datar sehingga akan merata.

Pengujian Kekakuan Kain • Letakan alat mendatar pada meja. • Contoh uji diletakan pada bidang datar P dan alat dan salah satu ujungnya berimpit dengan tepi depan bidang datar P. Penggeser S diletakan pada contoh uji sehingga skala nol segaris dengan garis penunjuk D. • Penggeser didorong ke depan sehingga contoh uji menjulur keluar dan tepi depan bidang datar P dan melengkung ke bawah karena beratnya sendiri. Penggeser didorong terus sedingga tepi depan contoh uji sebidang dengan garis L1 dan L2. Apabila contoh uji terpuntir maka titik tengah tepi depan contoh uji harus sebidang dengan kedua garis L1 dan L2. • Setelah 6 sampai 8 detik, panjang lengkung contoh uji dibaca pada sekala penggeser yang lurus dengan garis batas pada alat. • Untuk satu contoh uji pengujian dapat dilakukan pada empat tempat, yaitu depan atas, depan bawah, belakang atas dan belakang bawah. • Untuk memudahkan cara pengerjaan tersebut maka alat ukur kekakuan diletakan sedemikian rupa sehingga sekala terletak didepan penguji dan pada kedudukan yang memudahkan membaca sekala pada penggeser S. Kedudukan relatif tepi depan contoh uji terhadap garis L1 dan L2 dapat dilihat pada cermin yang diletakan atau ditempelkan pada salah satu sisi alat.

Pengujian Langsai (Drape) Kain • Peralatan – – – –

Drape Tester Alat Pengukur contoh Uji Gunting Printer

• Cara Pengujian • Gunting kain contoh uji sesuai pola piringan standar diameter 25 cm sebanyak 5 lembar. Beri tanda muka dan belakang kain, buat lubang pada titik pusat lingkaran diameter 3 mm, kondisikan dalam ruang standar pengujian. • Nyalakan komputer • Nyalakan Drape Tester, dengan cara membuka kaca, kemudian tekan saklar kanan bawah alat sampai lampunya menyala. • Klik icon Drape Tester, sampai keluar menu Drape Tester. • Pasang contoh uji pada landasan uji, sehingga titik pusatnya berada pada titik tengah landasan uji. • Jalankan alat sehingga contoh uji berputar 30 detik atau 60 putaran. Biarkan beberapa saat. • Klik reset, tunggu sampai lampu merah pada alat menyala. • Beri nama operator dan nama kain. • Klik Start untuk memulai pengujian, photo sensor bekerja membaca drape kain, biarkan sampai pengujian selesai. • Klik print untuk mencetak hasil pengujian. Hasil pengujian dapat dibaca pada layar monitor komputer dan atau pada kertas hasil print.

PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN UNTUK KEMBALI DARI KEKUSUTAN • Serat selulosa merupakan serat yang mudah kusut dan usaha-usaha untuk memperbaiki kekurangan ini banyak dilakukan dalam proses penyempurnaan. Wol merupakan serat yang elastisitasnya sangat baik, sehingga mudah pulih dari kekusutan. Sifat ini menjadi dasar untuk mengukur sudut kembali dari kekusutan. • Kemampuan kembali dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkan untuk kembali dari lipatan. Alat uji untuk ketahanan terhadap kekusutan ada dua jenis, yaitu : – Pengujian Tootal

• Prinsip pengujian dengan cara ini adalah kain dipotong dengan ukuran 4 cm X 1 cm, kemudian dilipat dan ditekan dengan beban 500 gram untuk mengusutkan selama 5 menit. Kain diambil dan digantungkan pada kawat selama 3 menit supaya kembali dari kekusutannya, setelah itu jarak antara kedua ujung pita (V) diukur. Untuk wol yang mempunyai mutu crease recovery yang baik jarak antara kedua ujung pita 33 – 35 mm. – Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester

• Prinsip pengujiannya sama seperti Tootal tetapi yang diukur adalah sudut (V) nya bukan jaraknya. Alat terdiri dari beban pemberat dan piringan busur derajat yang dipasang dan bisa berputar pada porosnya. Tepat pada 0 o dipasang penjepit untuk menjepit contoh uji. Tepat dibawah poros piringan, pada dudukan terdapat lempeng penunjuk. Disamping itu terdapat pula garis penunjuk sudut pada sekala.

PENGUJIAN KEMAMPUAN KAIN UNTUK KEMBALI DARI KEKUSUTAN • Prinsip pengujiannnya dengan cara kain dipotong berbentuk pita kemudian dilipat dan ditekan dengan beban tertentu selama waktu tertentu. Kemudian contoh uji dipasang pada lempeng busur derajat, dibiarkan pulih dari lipatan dan diatur ujung contoh uji yang bebas lurus dengan lempeng penunjuk. Setelah waktu tertentu atur kembali penunjuk sesuai arah ujung kain dan baca sudut kembali dari kekusutan tersebut. • Prinsip pengujian dan alat dari Shirley dan AATCC sama tetapi kondisi pembebanan dan waktu pembebanan serta waktu pembacaan sudut berbeda.

Pengujian dengan alat Shirley Crease Recovery Tester Peralatan » Shirley Crease Recovery Tester, yang dilengkapi dengan

– – – –

Beban penekan 800 gram Busur derajat pengukur sudut kembali dari lipatan Lempeng pemegang contoh uji Jarum penunjuk sekala.

Persiapan Contoh Uji – Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruang pengujian standar. – Gunting kain yang akan diuji dengan ukuran 4 cm X 1,5 cm, masing masing 6 contoh uji arah lusi dan pakan

Cara Pengujian » Lipat contoh uji menjadi dua bagian kearah panjang. » Jepit contoh uji dengan pinset dan letakan dibawah beban penekan 800 gram dan biarkan selama 3 menit. » Setelah 3 menit, ambil salah satu ujung kain contoh uji dengan pinset, kemudian ujung lain contoh uji dimasukan ke dalam penjepit pada alat. Posisi bagian lipatan menempel tepat pada ujung penjepit dan ujung lainnya menjuntai ke bawah segaris dengan garis penunjuk vertikal, dan diamkan selama 3 menit. » Setelah 3 menit contoh uji yang menjuntai diatur kembali posisinya segaris dengan penunjuk vertikal, baca penunjuk sampai derajat terdekat dari busur derajat. » Pengujian dilakukan untuk lipatan arah muka dan belakang kain pada contoh uji yang berbeda.

Pengujian dengan alat AATCC Recovery Tester Peralatan AATCC Recovery Tester, yang dilengkapi dengan – Beban Penekan 500 gram – Piringan dan busur derajat yang dipasang seporos pada penyangga vertikal sehingga keduanya dapat berputar bebas pada sumbu horizontal. Pusat piringan busur derajat ditandai dengan garis vertikal pada penyangga dari pusat dasar. Piringan transfaran mempunyai titik nol yang menunjukan pada busur derajat besarnya sudut yang dibentuk oleh contoh uji apabila dipasang pada penjepit.. – Penjepit yang ditempatkan pada piringan untuk menyangga pemegang contoh uji.

Persiapan Contoh Uji • Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruang pengujian standar. • Gunting kain yang akan diuji dengan ukuran 4 cm X 1,5 cm, masing masing 6 contoh uji arah lusi dan pakan

Cara Pengujian – Pegang pemegang contoh uji dengan tangan kiri, contoh uji diletakan dengan menggunakan penjepit diantara lempeng pemegang contoh dan salah satu ujung tepat bedara dibawah garis 18 mm. Dengan menggunakan penjepit ujung yang bebas dilipat kebelakang sampai tepat pada tanda garis 18 mm pada lempeng logam yang lebih pendek dan dipegang dengan kuku ibu jari kiri.

Harus dicegah supaya contoh uji tidak dipegang didekat daerah pelipatan meskipun menggunakan penjepit. Pada bagian ini tidak bolah ada pelipatan atau penekanan tetapi harus ada dalam keadaan melengkung. – Buka plastik penekan dengan tangan kanan kemudian pemegang dan contoh uji dimasukan kedalam plastik penekan sedmikian sehingga lempeng plastik yang mempunyai tempelan plastik menempel dan sejajar dengan lemepeng panjang dan pemegang contoh. Bagian yang lebih tebal dari lempeng plastik diatur sehingga tepat berada diatas contoh uji. Ujung lempeng plastik penekan ditutup perlahan-lahan, asal cukup untuk memegang contoh uji sehingga garis pada lempeng pendek, pemegang contoh uji, ujung bebas contoh uji dan ujung plastik penekan terletak satu garis. Cara ini harus membentuk lipatan kira-kira 1 mm dari ujung lempeng logam.

Cara Pengujian – Letakan penekan bersama-sama contoh uji diatas dan dengan perlahanlahan pemberat 500 gram diletakan diatas bagian yang tebal. Setelah 5 menit ± 5 detik pemberat diambil pemegang bersama penekan diambil bersama-sama, ujung pemegang contoh dimasukan pada penjepit yang terpasang pada permukaan piringan alat uji. Plastik penekan segera dilepaskan. Ujung contoh uji dijaga supaya tidak tergulung dan letak pemegang contoh uji diatur dengan baik. – Lipatan harus tepat terletak pada titik tengah piringan dan bagian contoh uji yang tergantung harus segaris dengan garis penunjuk vertikal. Pengerjaan-pengerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak menyentuh atau meniup bagian contoh uji yang tergantung atau menempelkannya pada permukaan piringan dengan menekan pemegang contoh uji kebelakang dan pengerjaan tersebut harus dilakukan secepat mungkin. – Untuk menghilangkan pengaruh gaya tarik bumi, bagian contoh uji yang tergantung dibiarkan segaris dengan garis penunjuk vertikal selama 5 menit waktu kembali. Apabila diperlukan hasil yang lebih teliti maka pengaturan setiap 15 detik pada menit pertama dan selanjutnya setiap 1 menit. – Setelah 5 menit ± 5 detik dari pengambilan beban (10 menit dari pembebanan) bagian contoh uji yang tergantung diatur lagi segaris dengan garis vertikal untuk yang terakhir, dan baca besarnya sudut kembali sampai derajat terdekat dari busur derajat.

PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA KAIN • Ada dua istilah yang dipakai yang berhubungan dengan ruang udara pada kain, yaitu : – Daya tembus udara (Air permeability) – Rongga Udara (Air porosity)]

PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA KAIN • Daya tembus udara adalah laju aliran udara yang melewati suatu kain, dimana tekanan pada ke dua permukaan kain berbeda. Daya tembus udara dinyatakan dengan volume udara (cm3) yang mengalir per satuan waktu (detik) melalui luas permukaan kain tertentu (cm2) pada perbedaan tekanan udara tertentu pada kedua permukaan kain. Sedangkan rongga udara adalah untuk menyatakan berapa persentase volume udara dalam kain terhadap volume keseluruhan kain tersebut

PENGUJIAN DAYA TEMBUS UDARA KAIN Peralatan Alat uji daya tembus udara (air permeability tester), yang dilengkapi dengan : – Pemegang contoh uji dengan luas lubang tertentu – Kipas penghisap untuk mengalirkan udara. – Manometer tegak (manometer air) – Incline manometer (manometer minyak) – Pengatur besarnya tekanan udara yang melalui contoh uji. – Skala untuk mencatat hasilnya.

Orifice sebanyak 8 buah dengan kapasitas daya tembus udara sebagai berikut : Diameter Orifice

Daya Tembus Udara (cm3/detik/cm2)

(mm)

h (harga minimal)

H (harga maksimal

2

4,0

11,4

3

9,3

26,6

4

20,0

58,0

5

32,0

91,0

6

40,0

113,0

8

72,0

197,0

11

137,0

375,0

16

292,0

794,0

Persiapan Contoh Uji – Kondisikan kain yang akan diuji dalam ruangan standar pengujian. – Jumlah pengujian adalah n = 0,154 X CV (%), atau jika tidak diketahui CV-nya n = 7

Cara Pengujian – Letakan mesin uji pada meja atur agar letaknya benar-benar horizontal. – Isi penampung air dengan air suling sehingga manometer air menunjukan sekala nol (0), dan atur letak manometer agar benar-benar tegak. – Isi penampung minyak dengan minyak khusus dengan berat jenis 0,834 sehingga manometer minyak menunjukan sekala nol (0). – Pasang contoh uji pada lubang tempat contoh uji, dijepit dengan cincin yang sesuai sehingga kain cukup tegang, dan kemudian lubang ditutup. – Pasang orifice terpilih, yang cocok untuk kain tersebut sehingga angka pada manometer air berada diantara 4 sampai 14. – Hubungkan alat melalui rheostat, ke sumber listrik dan kemudian kipas penghisap dijalankan. – Atur Rheostat agar tekanan udara sesuai dengan tekanan 12,7 mm (0,5 inci) air dengan indikator baca pada manometer minyak menunjukan sekala 0,5 dan tetap.

Cara Pengujian

TAHAN LUNTUR WARNA • Hasil pengujian tahan luntur warna biasanya dilaporkan secara pengamatan visual. Pengukuran perubahan warna secara kimia fisika yang dilakukan dengan bantuan kolorimetri atau spektrometri hanya dilakukan untuk penelitian yang membutuhkan hasil penelitian yang tepat. • Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah dan berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu standard perubahan warna.

• Standard yang telah dikenal adalah standard yang dibuat oleh Society of Dyes and Colourists (SDC) di Inggris dan oleh American Association of Textile Chemist and Colourist (AATCC) di Amerika Serikat, yaitu berupa Gray Scale untuk perubahan warna karena kelunturan warna dan Staining Scale untuk perubahan warna karena penodaan pada kain putih.

Gray Scale • Gray Scale terdiri dari sembilan pasangan standar lempeng abu-abu, setiap pasangan mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna (Shade and Strength) sesuai dengan penilaian tahan luntur dengan angka. • Pada gray scale, penilaian tahan luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli terhadap perbedaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh Gray scale

Gray Scale • Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan seterusnya sampai nilai 1 yang berarti perubahan warna sangat besar. Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12  1 persen. Perbedaan warna sama dengan nol. • Nilai tahan luntur 4 – 5 sampai 1 ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang identik dan yang dipergunakan untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu netral yang sama tetapi lebih muda.

Staining Scale • Pada staining scale penilaian penodaan warna pada kain putih di dalam pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak dinodai, terhadap perbedaan yang digambarkan oleh staining scale • Staining Scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih dan 8 pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna (shade and strength) sesuai dengan penilaian penodaan dengan angka. • Staining scale digunakan untuk mengevaluasi penodaan pada kain putih pada pengujian tahan luntur warna.

Cara Penggunaan Gray Scale • Prinsip : Hasil dari pengujian tahan luntur warna dinilai dengan membandingkan perbedaan warna dari contoh uji dengan bahan tekstil asli terhadap perbedaan yang digambarkan oleh Gray Scale tersebut.

Cara Pengujian • Letakan sebagian bahan tekstil yang asli dan contoh yang telah diuji berdampingan pada bidang dan arah yang sama, • Letakan Gray Scale di sampingnya pada bidang yang sama. Gray scale dan tekstil yang dinilai ditutup sedemikian sehingga bagian yang terbuka hanya gray scale pembanding dan luas kain terbuka sama dengan luas gray scale. • Daerah sekitarnya harus berwarna abu-abu yang merata dengan kecerahan yang sedikit lebih kecil dari kecerahan Gray Scale yang paling tua. Bilamana perlu untuk mencegah pengaruh latar belakang pada kenampakan bahan tekstil dipergunakan dua lapisan atau lebih bahan yang asli di bawah kedua contoh tersebut. Permukaan bahan diterangi dengan cahaya yang mempunyai kuat penerangan 540 lux atau lebih. Cahaya harus dijatuhkan pada permukaan membentuk sudut 45 dan arah pengamatan kira-kira tegak lurus pada bidang permukaan. • Perbedaan visual antara contoh asli dan yang telah diuji dibandingkan dengan perbedaan yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dan contoh yag telah diuji. Nilai 5 hanya diberikan apabila tidak ada perbedaan warna (shade and strength) antara contoh asli dan contoh yang telah diuji.

Penilaian Hasil Uji • Dalam menggunakan Gray Scale sifat perubahan warna baik dalam corak, ketuaan, kecerahan atau kombinasinya tidak dinilai. Dasar evaluasi adalah keseluruhan perbedaan atau kekontrasan antara contoh uji asli dengan contoh yang telah diuji. • Apabila dalam penilaian diinginkan untuk menilai sifat perubahan contoh uji dapat disatukan keterangan-keterangan seperti : lebih biru (B), lebih hijau (H), lebih merah (M) lebih kuning (K), lebih lemah (L) lebih kuat (Ku), lebih suram (S) dan lebih cerah (C).

Cara Penggunaan Staining Scale Prinsip : • Penodaan pada kain putih didalam pengujian tahan luntur warna dinilai dengan membandingkan perbedaan warna dari kain putih yang dinodai dan yang tidak dinodai, terhadap yang digambarkan oleh staining scale tersebut

Cara Pengujian • Letakan sepotong kain putih yang tidak dinodai dan yang telah diuji berdampingan pada bidang dan arah yang sama, • Letakan staining scale di sampingnya pada bidang yang sama. staining scale dan tekstil yang dinilai ditutup sedemikian sehingga bagian yang terbuka hanya staining scale pembanding dan luas kain terbuka sama dengan luas staining scale. • Daerah sekitarnya harus berwarna abu-abu yang merata dengan kecerahan yang sedikit lebih kecil dari kecerahan lempeng staining scale yang paling tua. Bilamana perlu untuk mencegah pengaruh latar belakang pada kenampakan bahan tekstil dipergunakan dua lapisan atau lebih bahan yang asli di bawah kedua contoh tersebut. Permukaan bahan diterangi dengan cahaya yang mempunyai kuat penerangan 540 lux atau lebih. Cahaya harus dijatuhkan pada permukaan membentuk sudut 45 dan arah pengamatan kira-kira tegak lurus pada bidang permukaan. • Perbedaan visual antara contoh asli dan yang telah diuji dibandingkan dengan perbedaan yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dan contoh yag telah diuji. Nilai 5 hanya diberikan apabila tidak ada perbedaan warna (shade and strength) antara contoh asli dan contoh yang telah diuji.

Penilaian Hasil Uji • Nilai tahan luntur contoh uji adalah Angka Gray Scale yang sesuai dengan kekontrasan antara contoh uji asli dan contoh yang telah diuji. Kondisi penilaian dengan Staining Scale adalah sama dengan Gray Scale, hanya disini dibandingkan sepotong kain putih yang tidak dinodai dengan yang dinodai. • Nilai tahan luntur warna contoh uji, adalah angka staining scale yang sesuai dengan kekontrasan antara kain putih asli dan yang telah diuji. Nilai 5 hanya diberikan apabila tidak ada perbedaan warna antara kain putih asli dengan yang telah diuji.

Penilaian Hasil Uji • Hasil evaluasi tahan luntur warna terhadap angka-angka Gray Scale dan Staining Scale adalah sebagai berikut :

Nilai tahan luntur warna

Evaluasi tahan luntur warna

5 4–5 4 3–4 3 2–3 2 1–2 1

Baik sekali Baik Baik Cukup baik Cukup Kurang Kurang Jelek Jelek

Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian • Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan pencucian komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil dalam larutan pencuci dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian komersial yang dipilih, untuk mendapatkan nilai perubahan warna dan penodaan pada kain pelapis. • Kondisi pencucian dapat dipilih sesuai dengan keperluan dari 16 kondisi yang disediakan

Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian • Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna terhadap pencucian yang berulang-ulang. • Berkurangnya warna dan pengaruh gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pengujian ganda (M), sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama dengan hasil satu kali pencucian

Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian • Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis dengan pengatur suhu secara thermostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat. • Proses pencucian dilakukan sedemikian rupa, sehingga pada kondisi suhu, alkalinitas, pemutihan yang sesuai dan gosokan sedemikian sehingga berkurangnya warna yang tejadi, didapat dalam waktu yang singkat. • Gosokan diperoleh dengan lemparan, geseran dan tekanan bersama-sama dengan digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sejumlah kelereng baja yang sesuai

Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian • Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung suhu yang dikehendaki. Jenis sabun yang digunakan dalam pencucian ini, adalah sabun standar detergen yang dikeluarkan oleh AATCC atau ECE

Deterjen AATCC : • Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS) : 14,00 ± 0,02 % • Alkohol etoksilat : 2,30 ± 0,02 % • Sabun – berat molekul tinggi : 2,50 ± 0,02 % • Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02 % • Natrium silikat (SiO2 /Na2O = 2/1): 9,70 ± 0,02 % • Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02 % • Karboksil metil selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02 % • Air : 1,85 ± 0,02 %

Deterjen ECE • Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS) ( panjang rata-rata rantai alkana C 11,5) • Alkohol lemak dietoksilasi (14 EO) • Sabun Natrium, panjang rantai C 12 – C 16 : 13 % - 26 % C 18 – nC 22 : 74 % - 87 % • Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1) • Magnesium silikat • Karboksil metil selulosa (CMC) • Garam natrium dan asam etilena diamida Tetra asetat (EDTA) • Natrium sulfat • Air

: 8,00 ± 0,02 % : 2,90 ± 0,02 %

: : : :

3,50 ± 0,02 % 7,50 ± 0,02 % 1,90 ± 0,02 % 1,20 ± 0,02 %

: 0,20 ± 0,02 % : 21,20 ± 0,02 % : 9,90 ± 0,02 %

Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian Metoda Uji

Suhu (oC)

Jumlah Larutan (ml)

Khlor aktif (%)

Natrium Perborat (g/l)

Waktu (menit)

Jumlah Kelereng

Pengaturan (pH)

A1S A1M A2S

40 40 40

150 150 150

-

1

30 45 30

10* 10 10*

-

B1S B1M B2S

50 50 50

150 150 150

-

1

30 45 30

25* 50 25*

-

C1S C1M C2M

60 60 60

50 50 50

-

1

30 45 30

25 50 25

10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1

D1S D1M D2S D3S D3M

70 70 70 70 70

50 50 50 50 50

0,015 0,015

1 -

30 45 30 30 45

25 100 25 25 100

10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1

E1S E1M

95 95

50 50

-

1

30 30

25 25

10,5 ± 0,1 10,5 ± 0,1

*) Untuk kain-kain ringan dan kain wool atau sutera serta campurannya, tidak perlu menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil uji bila menggunakan kelereng baja.

Persyaratan Kain putih dan Pasangannya Untuk Uji Tahan Luntur Warna Jenis

PH

Berat Kain (g/m2)

Kapas Rayon Viskosa Poliamida Poliester Akrilic Sutera Wool

7 ± 0,5 7 ± 0,5

115 140

7 ± 0,5 7 ± 0,5 7 ± 0,5 7,8 ± 0,5 ± 0,5

130 ± 5 130 ± 5 135 ± 5 60 ± 5 125 ± 5

Kadar Derajat Putih Minyak Kurang dari (%) 70 ± 5,0 70 ± 5,0 1,0 0,5 1,0 0,5 0,4 ± 0,1

70 ± 5,0 70 ± 5,0 70 ± 5,0 70 ± 5,0 43 ± 5,0

Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian Peralatan – Launder O-meter, yang dilengkapi dengan

• penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang ditetapkan ± 2oC • Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiamter 75 mm ± 5 mm, dan tinggi 125 mm ± 10 mm. • Frekwensi putaran tabung 40 putaran per menit ± 2 putaran per menit. – Kelereng baja tahan karat dengan diameter ± 6 mm – pH meter dengan ketelitian 0,1 – Neraca analitis dengan ketelitian 0,1 g

• Kain pelapis masing-masing berukuran 10 cm X 4 cm, dapat digunakan salah satu dari jenis berikut , kain pelapis multiserat DW, atau kain multiserat TV, atau pasangan kain pelapis tunggal yang dusun sesuai tabel

Kain Pelapis Pertama Kapas Wool Sutera Rayon Viskosa Linen Asetat Triasetat Poliamida Poliester Akrilat

Kain Pelapis Kedua (Pasangannya) Untuk Uji A dan B Untuk Uji C, D dan E Wool Rayon Viskosa Kapas Kapas Wool Kapas Wool Rayon Viskosa Rayon Viskosa Rayon Viskosa Wool/Kapas Kapas Wool/Kapas Kapas Wool/Kapas Kapas

Catatan : • Jenis kain pelapis pertama adalah kain sejenis dengan jenis serat contoh uji • Untuk contoh uji yang terbuat dari serat campuran, kain pelapis pertama dipakai kain pelapis tunggal yang sejenis dengan jenis serat dominan, dan kain pelapis kedua adalah kain dengan serat dominan kedua – Sabun tanpa pemutih optik seperti sabun standar AATCC atau sabun ECE. – Grey Scale dan Stanining Scale – Air suling – Larutan 0,2 g/liter asam asetat glasial

Persiapan Contoh Uji – Potong contoh dengan ukuran 4 cm X 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran yang sama. – Letakan contoh uji diantara sepasang kain pelapis., kemudian jahit salah satu kain terpendek

Cara Pengujian – Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l ke dalam air suling. Untuk kondisi larutan pencuci C, D dan E atur agar pH sesuai kondisi pada tabel 9.4, dengan penambahan kira-kira 1 g/l natrium karbonat. Pada waktu pengaturan pH, larutan harus dingin (suhu kamar). Untuk kondisi A dan B tidak perlu pengaturan pH. – Untuk pengujian yang menggunakan perborat, pada saat mau dipakai siapkan larutan pencuci yang mengandung perborat dengan cara pemanasan pada suhu tidak lebih dari 60 oC dengan waktu tidak lebih dari 30 menit. – Untuk pengujian D3S dan D3M, tambahkan larutan natrium hipoklorit atau litium hipoklorit kedalam larutan pencuci sesuai dengan tabel 9.4. – Masukan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah larutan seperti tercantum pada tabel 9.4, kecuali untuk cara D2S dan E2S. Atur suhu larutan sesuai persyaratan. Masukan contoh uji dan kelereng baja, kemudian tutup tabung dan jalankan mesin pada suhu dan waktu sesuai kondisi pengujian pada tabel 9.4.

Cara Pengujian – Untuk pengujian D2S dan E2S, masukan contoh uji ke dalam tabung baja tahan karat yang berisi larutan pencuci pada suhu kira-kira 60 oC, tutup tabung dan naikan suhu larutan sampai suhu pengujian yang dipersyaratkan selama waktu tidak lebih dari 10 menit. Perhitungan waktu pencucian tepat dimulai pada saat tabung ditutup. Jalankan mesin selama waktu sesuai dengan kondisi pengujian. – Keluarkan contoh uji kemudian bilas dua kali dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 40 oC. – Bilas dengan 100 ml larutan 0,2 g/l asam asetat glasial selama 1 menit pada suhu 30 oC kemudian bilas dengan 100 ml air suling selama 1 menit pada suhu 30oC, kemudian peras. – Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari 60 oC. Jaga agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali pada bagian jahitan. – Penilaian Tentukan nilai perubahan warna contoh uji dengan Gray scale dan penodaan warna pada kain pelapis dengan staining scale. Jika menggunakan kain pelapis multiserat, untuk pengujian bahan wool dan sutera pada pada suhu 60 oC serta pengujian seluruh bahan pada suhu 70 oC dan 95 oC, penodaan pada wool dan asetat tidak dinilai

Tahan Luntur Warna terhadap Keringat • Cara ini dimaksudkan utuk menentukan tahan luntur warna dari segala macam dan bentuk bahan tekstil berwarna terhadap keringat. • Contoh-contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil berwarna direndam dalam larutan keringat buatan bersifat basa dan asam, kemudian diberikan tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu yang naik sedikit demi sedikit

Larutan keringat buatan bersifat asam untuk tiap liter: • Natrium khlorida (Na Cl) • Natrium dihidogen orto-fosfat (NaH2PO4 2H2O) • Histidin monohidrokhlorida monohidrat (C6H9O2N3HCl H2O) • PH • Larutan dibuat pH 5,5 dengan penambahan larutan asam asetat

:5g : 2,2 g :0,5 g : 5,5 : 0,1 N

Larutan keringat buatan bersifat basa untuk tiap liter: • Natrium khlorida (Na Cl) • Disodium hidogen orto-posfat dihidrat (Na2HPO4. 2 H2O) • Histidin monohidroklorida monohidrat • PH • Larutan dibuat pH 8 dengan penambahan larutan natrium hidroksida

:5g : 2,5 g : 0,5 g :8 : 0,1 N

Bahan-bahan : Dua helai kain putih dimana sehelai dari serat yang sejenis dengan bahan yang diuji, sedang yang sehelai lagi dari serat pasangan seperti di bawah ini :

Bila yang sehelai : Kapas Wol Sutera Linen Rayon viskosa Poliamida Poliester Akrilat Asetat

Maka helai yang lain : Wol Kapas Kapas Wol Wol Wol/Rayon viskosa Wol/kapas Wol/kapas Rayon viskosa

Catatan: Yang dimaksud dengan kain putih untuk kapas, wol, sutera dan linen adalah kain grey yang diputihkan.

Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Keringat Peralatan • AATCC Perspiration Tester atau alat lain yang sejenis • Alat pemeras mangel yang diperlengkapi dengan pengatur tekanan • Gelas piala 500 ml dan pengaduk gelas yang ujungnya dipipihkan • Gray Scale dan Staining Scale • Lempeng-lempeng kaca atau plastik • Oven dengan pengatur suhu

Persiapan Contoh Uji • Potong contoh dengan ukuran 4 cm X 10 cm, potong pula kain pelapis dengan ukuran yang sama. • Letakan contoh uji diantara sepasang kain pelapis., kemudian jahit salah satu kain terpendek.

Cara Pengujian • Siapkan larutan keringat asam dan basa buatan dalam cawan. • Rendam dan aduk-aduk contoh uji dalam larutan, biarkan 15 – 30 menit untuk mendapatkan pembasahan sempurna. Apabla kain sukar dibasahi, contoh uji direndam, diperas dengan mangel, direndam lagi, diperas lagi demikian dilakukan berulang-ulang, sampai mendapatkan pembasahan yang sempurna. • Peras contoh uji, sehingga beratnya menjadi 2,25 – 3 kali berat semula. Untuk contoh-contoh uji yang sama, kadar larutan dalam contoh uji setelah pemerasan harus sama, karena derajat penodaan bertambah dengan beratnya kadar larutan yang tertinggal dalam contoh uji. • Letakkan Contoh uji diantara 2 lempeng kaca atau plastik perspiration tester, lalu seluruh lempeng kaca dan contoh uji dipasang pada perspiration tester dan diberi tekanan 10 pound ( 60 g/Cm2 ), dan diatur sedemikian rupa sehingga tekanan padacontoh uji tetap. • Masukan contoh uji yang telah diberi tekanan tersebut ke dalam oven dalam kedudukan contoh uji vertikal pada suhu 38  1 C, selama paling sedikit 6 jam.

Cara Pengujian • Bila setelah 6 jam contoh uji belum kering, maka contoh uji tersebut dilepaskan dari perspiration tester, kemudian dikeringkan di udara pada suhu tidak lebih dari 60C. Untuk mudahnya contoh uji tersebut dapat dikerjakan semalam selama 16 jam. • Percobaan – percobaan menunjukkan bahwa setelah 6 jam tidak terjadi lagi perubahan warna atau penodaan. • Pengujian dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali dan hasil rata-rata ketiganya merupakan hasil pengujian. Tidak tahan lunturnya warna terhadap keringat dapat disebabkan oleh migrasi warna ( bleeding ) atau perubahan warna contoh uji. • Perubahan warna dapat terjadi tanpa bleeding, sebaliknya mungkin pula terjadi bleeding, tanpa perubahan warna atau dapat terjadi keduanya. • Evaluasi perubahan warna contoh uji dilakukan dengan membandingkan terhadap Gray Scale dan evaluasi penodaan warna dilakukan dengan membandingkan penodaan warna pada kain putih terhadap Staining Scale.

Cara Pengujian Catatan : • Walaupun banyaknya contoh uji kurang dari 20 buah, lempeng lempeng kaca sebanyak 21 buah seluruhnya dipasang pada perspiration tester. • Untuk mendapatkan pembebanan 10 pound ( 60 g/cm2 ) beban seberat 8 pound diletakkan di atas alat tersebut, kemudian alat penahan tekanan pada lempeng-lempeng kaca dikunci dengan memutar sekrupnya. Setelah beban diambil, perspiration tester dimasukkan ke dalam oven sedemikian rupa, sehingga letak lempenglempeng kaca dan contoh uji tersebut tegak.

Tahan Luntur Warna Terhadap Gosokan • Cara ini dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan berwarna pada kain lain, yang disebabkan karena gosokan dan dipakai untuk bahan tekstil berwarna dari segala macam serat, baik dalam bentuk benang maupun kain. • Pengujian dilakukan dua kali, yaitu gosokan dengan kain kering dan gosokan dengan kain basah. Contoh uji ukuran 5 x 15 cm dipasang pada crockmeter, kemudian padanya digosokkan kain putih kering dengan kondisi tertentu. Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada kain putih dinilai dengan mempergunakan staining scale. • Kain putih yang dipakai adalah kain kapas dengan konstruksi 100 x 96/inch² dan berat 135,3 g/m² yang telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, dipotong dengan ukuran 5 cm x 5 cm. Bila bahan yang diuji berupa benang, maka hendaknya dirajut lebih dahulu lalu dipotong dengan ukuran 5 cm x 15 cm,atau boleh juga dibelitkan sejajar pada suatu karton menurut arah panjangnya dan berukuran 5 cm x 15 cm.

Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan Peralatan – Alat crockmeter, mempunyai jari dengan diameter 1,5 cm, yang bergerak satu kali maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran, dengan gaya tekanan pada kain seberat 900 gram – Staining Scale – Air suling – Kain kapas dengan konstruksi 100 X 96/inci dan berat 135,3 g/m2 yang telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, dipotong dengan ukuran 5 cm X 5 cm

Persiapan contoh Uji • Potong kain penggosok dengan ukuran 5 cm X 5 cm • Potong contoh uji ukuran 5 x 15 cm dengan arah diagonal

Cara Pengujian a. Gosokan Kering • Letakan contoh uji rata di atas alat penguji dengan sisi yang panjang, searah dengan arah gosokan. • Bungkus jari crockmeter dengan kain putih kering dengan anyamannya miring terhadap arah gosokan. • Kemudian gosokkan 10 kali maju mundur ( 20 kali gosokan ) dengan memutar alat pemutar 10 kali dengan kecepatan satu putaran per detik. Kain putih diambil dan dievaluasi. • Bandingkan kain penggosok dengan Stainning scale.

Cara Pengujian Gosokan Basah. • Kain putih dibasahi dengan air suling, kemudian diperas diantara kertas saring, sehingga kadar air dalam kain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain contoh uji. • Kemudian dikerjakan seperti pada cara gosokan kering secepat mungkin untuk menghindarkan penguapan. Kain putih dikeringkan diudara sebelum dievaluasi. • Bandingkan kain penggosok dengan stainning scale. Pengujian kering dan basah masing-masing dikerjakan tiga kali dan hasil rata-rata dari ketiganya merupakan hasil pengujian

Tahan Luntur Warna terhadap Cahaya (Cahaya Matahari dan Cahaya Terang Hari) • Cara pengujian asli yang telah dipakai bertahun-tahun adalah cahaya matahari, dimana contoh uji disinari bersama-sama standar untuk sejumlah radiasi tertentu. Dalam cara ini pengujian dilakukan hanya pada siang hari yang cerah antara jam 09.00 sampai jam 15.00. Cara cahaya matahari dimana penyinaran hanya dilakukan dengan intensitas tinggi, yang berarti suhu contoh uji tinggi dan kadar air rendah, dikenal sebagai pengujian kering dan merupakan pengujian dengan sinar matahari yang paling dapat direproduksi. • Cara cahaya terang hari dimana contoh uji dibiarkan didalam kotak pengujian selama 24 jam sehari. Cara ini lebih sesuai dengan kondisi penyinaran yang sesungguhnya. Di dalam pengujian ini contoh uji juga mendapat penyinaran dengan intensitas rendah, dimana suhu contoh uji rendah dan kadar air tinggi.

• Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, biasanya penyinaran contoh uji dilakukan dengan kedua cahaya matahari dan cahaya terang hari di berbagai daerah. Dalam menginterprestasikan hasil-hasil pengujian dengan cahaya matahari, harus diketahui bahwa jumlah dan sifat-sifat perubahan warna yang terjadi, bergantung pada faktorfaktor seperti distribusi spectra dan kerapatan radiasi yang jatuh pada contoh uji, suhu dan kadar air dari contoh uji dan pengaruh zat-zat yang terkandung di udara. • Untuk mengetahui pengaruh-pengaruh ini disarankan untuk melakukan pengujian tambahan dengan cara meletakkan contoh uji lain dalam kondisi yang sama tanpa penyinaran langsung

• Yang dimaksud dengan tepat berubah dalam cara berikut ini adalah perubahan warna dalam berbagai bentuk (baik perubahan dalam corak, kejenuhan atau kecerahan), yang segera dapat terlihat dengan membandingkan bagian yang disinari dengan bagian yang tidak disinari dari contoh uji, apabila dilihat dengan kuat penerangan 50 foot candle atau lebih. • Apabila untuk memastikan bahwa warna berubah, diperlukan pengamatan yang lebih teliti atau mengubah letak contoh uji maka dianggap tidak tepat berubah. Tepat berubah juga merupakan derajat perbedaan warna antara bagian contoh uji yang disinari dan yang tidak disinari yang secara visual sesuai dengan nilai 4 pada Gray Scale

• Penyinaran dari bermacam-macam standar dan contoh uji dengan corak-corak kecerahan dn kejenuhan yang berbeda secara visual mungkin menunjukkan tepat berubah sesuai dengan nilai 4 dari Gray Scale. Tetapi apabila diukur dengan alat pengukur warna, besarnya perbedaan warna dalam satuan NBS Judd yang dihasilkan berbeda dari nilai 4 Gray Scale

Pengujian Tahan Luntur Warna terhadap Cahaya (Cahaya Matahari dan Cahaya Terang Hari)

Peralatan : • Gray Scale, untuk menentukan perubahan warna • Lempeng penutup yang tidak tembus sinar, dapat dibuat dari karton, aluminium atau bahan lainnya. • Rak untuk menempatkan contoh uji. Rak ini dibuat dari kayu, logam atau bahan-bahan lainnya. Apabila tempat pengujian berada di sebelah utara khatulistiwa, maka rak tersebut dihadapkan ke selatan, sedang jika berada di sebelah selatan khatulistiwa rak dihadapkan ke utara, dan diatur sedemikian sehingga letak contoh uji membentuk sudut dengan bidang horizontal yang besarnya kurang lebih sama dengan besarnya derajat garis lintang tempat dimana pengujian dilakukan.

• Rak harus ditempatkan sedemikian, sehingga tidak ada bayang-bayang yang menutupi contoh uji dan standar celupan yang sedang disinari. Jarak antara kaca dengan contoh uji sekurang-kurangnya 5 cm. Konsentrasi rak harus sedemikian hingga memungkinkan adanya sirkulasi udara yang cukup. • Kaca yang dipergunakan harus bermutu baik, jernih tidak ada gelembung- gelembung udara dan sebagainya, dengan ketentuan tebal kaca 2 – 2,5 mm dan tidak meneruskan cahaya dengan panjang gelombang sampai 90 % 370 – 380 nm dan tetap untuk seluruh daerah tampak sampai 700 nm. • Kaca harus dibersihkan sekurang-kurangnya sehari sekali. Kaca harus diganti setelah satu tahun kerja

Zat warna Standar Celupan kain wool Standar Wol Biru Zat warna yang digunakan * 1 2 3 4 5 6 7 8

C.I Acid Blue 104 C.I Acid Blue 109 C.I Acid Blue 83 C.I Acid Blue 121 C.I Acid Blue 47 C.I Acid Blue 23 C.I Solubized Vat Blue 5 C.I Solubized Vat Blue 8

*Menurut Colour Index, edisi ke 2 The Society of Dyers and Colourists, New York.

• Daya tahan luntur warna terhadap sinar matahari dari zat warna ini bertingkat-tingkat dari yang paling rendah (nilai 1) sampai yang paling tinggi (nilai 8). Masing-masing standard tahan luntur warnanya terhadap sinar matahari kurang lebih dua kali daya luntur warna terhadap sinar matahari standar di bawahnya atau contoh standar yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersangkutan

Persiapan contoh uji • Jika contoh uji berupa kain, tiap pengujian diperlukan satu potong kain berukuran 3 cm x 6 cm dengan bagian yang pendek ke arah panjang kain. • Jika contoh uji berupa benang, maka benang dirajut terlebih dahulu, kemudian untuk setiap pengujian diperlukan sepotong kain ukuran 3 x 6 cm, atau benang tersebut digulung pada karton putih membentuk suatu lapisan yang rata dengan ukuran 3 cm x 6 cm dan arah penggulungan ke arah panjang. • Jika contoh uji berupa serat maka serat tersebut terlebih dahulu dibuat lapisan yang rata di atas karton putih dengan ukuran 3 cm x 6 cm dan panjang serat ke arah panjang karton.

Cara pengujian Dengan Standar Celupan • Standar-standar celupan dan contoh uji diletakkan pada karton dengan tutup yang buram dari bahan karton yang sama, yang menutupi setengah bagian daripada standar celupan dan contoh uji. Sebagai pembanding setiap standar celupan dan contoh uji harus mempunyai daerah penyinaran yang sama. Tahan luntur warna terhadap cahaya matahari • Standar celupan dan contoh uji disinari secara terus-menerus terhadap sinar matahari pada kondisi tersebut di atas. Penyinaran contoh uji dan standar celupan di dalam kotak penyinaran hanya dilakukan pada hari cerah antara jam 09.00 sampai jam 15.00 (waktu setempat. Contoh uji tidak boleh ditinggal di dalam kotak peyinaran sebelum jam 09.00 dan sesudah jam 15.00 atau kalau hari mendung dipindahkan ke dalam ruangan penyimpanan yang gelap dan kering pada suhu kamar. Tahan luntur warna terhadap cahaya terang hari • Cara pengujiannya sama dengan cara pengujian untuk cahaya matahari, kecuali contoh uji dan standar celupan tetap dalam kotak penyimpanan selama 24 jam tiap hari dan hanya diangkat untuk tiap pemeriksaan

Cara pengujian Dengan Standar Celupan • Amati pengaruh penyinaran terhadap standar celupan dengan seringkali membuka tutupnya. Teruskan penyinaran sehingga standar nilai 1 menunjukan perbedaan warna antara daerah yang disinari dan yang tertutup sesuai dengan nilai 4 pada gray scale. Apabila hal ini terjadi buka tutup contoh-contoh uji dan pindahkan standar nilai 1 dan semua contoh uji yang mempunyai perubahan warna yang sesuai dengan atau lebih besar dari nilai 4 pada grey scale. • Sisa standar dan contoh uji ditutup lagi dan penyinaran dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna pada standar berikutnya sesuai pada nilai 4 pada gray scale. Buka tutup pada contoh dan standar uji yang mempunyai perubahan warna yang sesuai dengan atau lebih besar dari nilai 4 pada gray scale. • Teruskan penyinaran, dan pisahkan contoh uji dan standar yang mempunyai nilai lebih tinggi dan mempunyai perubahan warna dengan nilai 4 pada gray scale sampai semua contoh uji mmenunjukan perubahan warna sesuai dengan nilai 4 pada gray scale.

Cara pengujian Dengan Contoh Standar •

Contoh standar dan contoh uji diletakan pada karton dengan tutup yang buram dari bahan karton yang sama, yang menutupi setengah bagian dari pada contoh standar dan contoh uji. Dimana semua contoh akan disinari, pemasangan dapat dilakukan dalam kondisi yang sama. Sebagai bahan pembanding, setiap standar dan contoh uji harus mempunyai penyinaran yang sama. Tahan luntur warna terhadap cahaya matahari • Sinari contoh standar dan contoh uji secara terus menerus terhadap cahaya matahari pada kondisi tersebut di atas. Penyinaran terhadap contoh uji dan contoh standar di dalam kotak penyinaran hanya pada hari cerah jam 09.00 sampai 15.00 (waktu setempat). Contoh standar dan contoh uji tidak boleh terletak dalam kotak penyinaran sebelum jam 09.00 atau setelah jam 15.00 atau kalau hari mendung tapi dipindahkan ke dalam ruangan penyimpanan yang gelap dan kering pada suhu kamar. Tahan luntur warna terhadap cahaya terang hari • Cara pengujiannya sama dengan cara pengujian untuk cahaya matahari, kecuali contoh uji dan contoh standar tetap didalam kotak penyinaran selama 24 jam tiap hari dan hanya diangkat untuk tiap pemeriksaan. • Amati pengaruh penyinaran terhadap contoh standar dengan seringkali membuka tutupnya, teruskan penyinaran sampai contoh standar mengalami perubahan sesuai dengan niali 4 pada gray scale. Pindahkan contoh uji dan contoh standar dari kotak penyinaran.

Evaluasi • Perubahan-perubahan yang terjadi pada contoh uji dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada standar celupan. Nilai tahan sinar contoh uji adalah tingkat standar celupan yang menunjukkan derajat perubahan yang sesuai dengan contoh uji yang diuji. • Apabila contoh uji menunjukkan perubahan diantara dua standar celupan, maka tahan sinarnya terletak diantara kedua standar tersebut, nilai tahan sinar 4 – 5 berarti bahwa nilai tahan sinar dari contoh uji tersebut lebih besar dari 4 tetapi kurang dari 5. Apabila nilai tahan sinar dari suatu contoh uji kurang dari 1, maka diberi nilai 1. • Apabila suatu contoh standar telah disetujui dan contoh uji telah disinari bersama-sama sampai contoh standar menujukkan perubahan warna sesuai dengan nilai 4 dari Gray Scale, tahan warnanya dinyatakan memuaskan, apabila contoh uji menunjukkan perubahan warna yang tidak lebih besar dari contoh standar. Dinyatakan tidak memuaskan apabila contoh uji menunjukkan perubahan yang lebih besar dari contoh standar.

PERUBAHAN DIMENSI BAHAN TEKSTIL PADA PROSES PENCUCIAN DAN PENGERINGAN • Cara uji ini dimaksudkan untuk menentukan perubahan dimensi dari kain tenun atau rajut atau pakaian jadi, yang akan terjadi apabila kain mengalami proses pencucian dan pengeringan dalam rumah tangga. • Dalam cara ini dipergunakan berbagai cara yang bervariasi dari kondisi pencucian yang paling ringan dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi pencucian. • Pengeringan dilakukan dengan lima macam cara pengeringan yang mencakup semua pengeringan baik pengeringan secara komersil maupun pengeringan rumah tangga. • Pengujian-pengujian ini bukan pengujian yang dipercepat dan harus diulang untuk mengevaluasi perubahan dimensi setelah dicuci berulang-ulang

• Prinsip pengujiannya adalah contoh uji atau pakaian yang diberi tanda, dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang dipilih. Jarak tanda pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.

Peralatan Mesin cuci

• Mesin tipe A1 • silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan • Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan. • Diameter silinder dalam (51,5 ± 0,5 ) cm • Kedalaman silinder dalam (33,5 ± 0,5) cm • Jarak antara silinder luar dan dalam 2,8 cm • Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing (5,0 ± 0,5) cm sudut ketajaman 120 o. • Gerakan putar 1 (normal) • 12 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 3 ± 0,1 detik berhenti, 12 ± 0,1 berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 3 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya.

Peralatan • Gerakan putar 2 (ringan) • 3 ± 0,1 detik berputar searah jarum jam, 12 ± 0,1 detik berhenti, 3 ± 0,1 berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 12 ± 0,1 detik berhenti dan seterusnya. • Frekwensi putaran • Saat pencucian 52 putaran per menit. • Saat pemerasan 530 ± 20 putaran per menit. • Pengisian air pada kondisi normal 25 ± 5 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC • Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 2 menit . • Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup pembuangan dibuka. • Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat. • Kapasistas pemanasan, 5,4 ± 0,11 kW

Peralatan Mesin Tipe A2 • Kedudukan silinder pencuci horizontal dengan pintu pemasukan dari depan. • Diameter silinder dalam 48 cm • Kedalaman silinder dalam 24,7 cm • Jarak antara silinder luar dan dalam 2,5 cm • Tiga buah sayap pengangkat dengan tinggi masing-masing 4,2 cm sudut ketajaman 120 o. • Gerakan putar 1 (normal) • 13,5 detik berputar searah jarum jam, 1,5 detik berhenti, 13,5 berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 1,5 detik berhenti dan seterusnya. • Gerakan putar 2 (sedang) • 9 detik berputar searah jarum jam, 6 detik berhenti, 9 berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 6 detik berhenti dan seterusnya.

Peralatan • Gerakan putar 3 (ringan) • 3,5 detik berputar searah jarum jam, 11,5 detik berhenti, 3,5 berputar berlawanan dengan arah jarum jam , 11,5 detik berhenti dan seterusnya. • Frekwensi putaran • Saat pencucian 50 putaran per menit. • Saat pemerasan 700 putaran per menit. • Pengisian air pada kondisi normal 10 ± 1 liter per menit, suhu 20 ± 5 oC • Waktu pengisian, untuk mencapai ketinggian maksimum (13 cm) kurang dari 3 menit. • Waktu pengosongan air : dari ketinggian air maksimum (13 cm) kurang dari 1 menit sejak katup pembuangan dibuka. • Sistem pemanasan, secara elektronik dilengkapi dengan thermostat. • Kapasistas pemanasan, 4,6 kW

Peralatan Mesin Tipe B • Tipe mesin menggunakan agitator • Kecepatan agitator • Normal : 70 ± 5 putaran per menit • Ringan : 50 ± 5 putaran per menit • Diameter silinder pencuci 50 ± 5 cm • Tinggi silinder pencuci 30 ± 5 cm • Pada batas tertinggi : volume air 40 liter • Waktu pencucian dapat diatur : 0 – 15 menit dengan toleransi 1 menit. • Frekwensi putaran • Normal : 525 ± 15 putaran per menit • Lambat : 360 ± 15 putaran per menit

Peralatan – Pengering putar, mempunyai keranjang silinder berdiameter kira-kira 75 cm, kedalaman tidak kurang dari 40 cm, dan frekwensi putar 50 ± 5 putaran per menit. Dilengkapi dengan pengatur suhu antara 50 – 70 oC yang terukur pada lubang ventilasi terdekat dari silinder pengering serta mempunyai periode pendinginan 5 menit saat pengeringan selesai.

• Deterjen tanpa pemutih optik yang sesuai dengan standar AATCC yang hanya digunakan pada mesin tipe B, deterjen ECE tanpa pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci, deterjen IEC dengan pemutih optik yang dapat digunakan pada semua tipe mesin cuci tetapi perubahan warna contoh uji tidak diamati

Deterjen AATCC tanpa pemutih optik • • • • • • • •

Alkilsulfonat linier – garam natrium (LAS) Etoksilat alkohol Sabun dengan berat molekul tinggi Natrium tripolifosfat Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) Natrium sulfat Karboksil metil selulosa Kandungan air

14,0 2,3 2,5 48,0 9,7 15,4 0,25 7,85

Deterjen ECE dan IEC • • • • • • • • • • • • • •

Natrium alkil benzena sufonat linier (panjang rantai alkana rata-rata C11,5) Etoksilat tallow alkohol (14 EO) Sabun natrium (panjang rantai C12-22) Natrium tripolifosfat Natrium silikat (SiO2 : Na2O = 3,3 : 1) Magnesium silikat Karboksil metil selulosa Asam etilendiaminatetraasetat Atau garam natriumnya Natrium sulfat Pemutih optik untuk kapas (tipe dimorpolinostilbena) Kandungan air

ECE

IEC

8,0 2,9 3,5 43,7 7,5 1,9 1,2

8,0 2,9 3,5 43,7 7,5 1,9 1,2

0,2 21,2

0,2 21,0

9,9

0,2 9,9

– Natrium perborat tetrahidrat – Kain pemberat yang merupakan kain yang terdiri dari 2 lembar kain rajut poliester 100 % atau kain tenun campuran poliester-kapas yang beratnya mendekati contoh uji dengan toleransi 25 % serta ukuran masing-masing (30 X 30) cm dengan toleransi ± 3 cm. – Pengering listrik tekan datar (heated bed press) – Alat bantu pengering tetes dan pengering gantung. – Rak pengering kasa, terbuat dari baja tahan karat dengan ukuran mesh 16. – Mistar atau alat ukur baja tahan karat.

– Pena dengan tinta yang tidak hilang atau luntur, yang memberikan penandaan permanen. – Meja datar untuk membentangkan contoh uji. – Gunting

Persiapan Contoh Uji Contoh uji kain – Siapkan contoh uji berukuran sekurang-kurangnya 50 cm X 50 cm. Pengambilan contoh uji dilakukan 10 cm dari tepi kain. Bila benang-benang pada tepi contoh uji diperkirakan akan terurai pada proses pencucian, sebaiknya tepi contoh uji diobras/dijahit. – Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan usahakan bebas dari kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang tanda masing-masing sejajar arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak antara masing-masing pasangan tidak kurang dari 350 mm dan berjarak minimal 50 mm dari setiap tepi contoh uji. – Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab. – Ukur kembali jarak masing-masing tanda dengan skala terkecil 1 mm dan catat data ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang awal.

Contoh uji pakaian jadi • •

• •

• • •



Bagian bagian yang diukur pada pakaian jadi sangat banyak, tetapi tidak semua harus dilakukan, dapat dipilih sesuai dengan tipe atau model pakaian jadi bergantung pada persyaratan yang harus dilaporkan atau kepentingan langganan yang mengujikan. Bila diperlukan penentuan perubahan ukuran bahan pakaian jadi yang berbeda dari perubahan ukuran jahitan dan kelim yang mungkin lebih besar atau lebih kecil dari perubahan ukuran bahan, maka diperlukan tambahan pengukuran perubahan ukuran arah lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut), sepanjang dapat dilakukan. Petunjuk pengukuran pakaian jadi Lakukan pengukuran ke arah panjang dan lebar pada titik-titik yang khusus. Sebaiknya pada jahitan atau antara titik-titik dimana jahitan bertemu. Posisi yang diukur harus dapat ditandai dan tanda tersebut tidak hilang dalam proses pengujian. Bila model pakaian jadi cukup rumit sebaiknya dibuat pola pengukuran. Bila pada pakaian jadi ada kain pelapis yang berfungsi penting bagi pakaian jadi tersebut, lakukan pengukuran pada posisi ini sesuai dengan pengukuran yang dilakukan pada pakaian jadi tersebut. Kondisikan pakaian jadi tersebut dalam ruang standar sampai tercapai keseimbangan lembab. Letakan pakaian jadi secara mendatar pada meja datar dan ukur jarak masing-masing pasangan tanda tanpa tekanan/tarikan menggunakan mistar atau alat ukur dengan ketelitian 1 mm. Pengukuran pakaian jadi dilakukan dalam keadaan kancing terpasang dengan baik. Catat data ukuran masing-masing jarak tersebut sebagai panjang awal. Ukur bagian-bagian elastis dalam keadaan tanpa tegangan/tarikan

Cara Uji • •

• •

Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan, menurut tabel 10.1 untuk mesin tipe A dan tabel 10.2 untuk tipe B (hal 84 dan 86). Masukan contoh uji yang telah dipersiapkan ke dalam mesin cuci dan tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1 – 3 g/l dengan perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3 cm pada waktu mesin berputar. Kesadahan air tidak melampaui 5 ppm (dinyatakan dalam CaCO3). Bila digunakan mesin tipe A, deterjen yang digunakan mengandung 4 bagian deterjen IEC dan 1 bagian natrium perborat tetrahidrat. Setelah pemerasan putar teraKhir selesai, pindahkan contoh uji dengan hati-hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), dan keringkan dengan salah satu cara pengeringan. Bila contoh uji akan dikeringkan dengan cara pengeringan tetes, hentikan mesin tepat sebelum pemerasan putar terakhir. Pindahkan contoh uji dengan hati-hati, kemudian keringkan dengan cara pengeringan tetes.

Cara Pengeringan Pengeringan gantung, • Setelah pemerasan terakhir selesai, gantungkan contoh uji dikedua ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu kamar dan biarkan sampai kering.

Cara Uji Pengeringan tetes, • Setelah pembilasan terakhir selesai, keluarkan contoh uji dari mesin cuci, gantungkan dikedua ujung kain pada gantungan pakaian yang tidak berkarat dengan arah lusi atau wale vertikal dalam udara tenang suhu kamar, dan biarkan sampai kering. Pengeringan kasa, • Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada kasa datar, hilangkan kekusutan menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati (hindari tarikan dan perubahan bentuk), diamkan sampai kering pada suhu kamar. Pengeringan tekan datar, • Setelah pemerasan terakhir selesai, bentangkan contoh uji pada alat, hilangkan kekusutan menggunakan tangan secara perlahan dan hati-hati. Letakan penekan, atur suhu dan waktu sesuai dengan kain yang diuji, catat suhu dan tekanan yang digunakan.

Cara Uji Pengeringan putar, • Masukan contoh uji bersama kain pemberat, atur suhu 70 oC untuk kain-kain sedang sampai berat atau 50 oC untuk kain-kain ringan. Lakukan pengeringan sampai kering dan lanjutkan putaran tanpa pemanas selama 5 menit. • Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam ruang standar sampai mencapai keseimbangan lembab. • Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat hasilnya sebagai panjang dan lebar akhir.

Penyajian hasil uji • Mengkeret menurut kedua arah ditentukan sebagai berikut ; kedua pengukuran mula-mula dan akhir adalah rata-rata dari pengukuran yang dibuat pada contoh uji, sampai 0,5 % terdekat. Mulur dalam pencucian (apabila pengukuran akhir lebih besar dari pengukuran mula-mula) biasanya dinyatakan dengan penggunaan tanda tambah (+) atau tanda minus (-) apabila sebaliknya. • Disamping melaporkan mengkeret panjang dan lebar secara terpisah sampai ketelitian 0,5 % harus dilaporkan juga tipe mesin, prosedur pengujian dan pengeringan yang digunakan. • Rincian penyimpangan atau perubahan dari prosedur yang dipersyaratkan

PENGUJIAN DAYA SERAP KAIN • Kebanyakan kain mempunyai permukaan rata dan relatif halus, tetapi untuk keperluan tertentu, seperti handuk mempunyai permukaan berbulu, baik bulu yang dipotong atau yang masih berbentuk lengkungan. Perbedaan permukaan tersebut memerlukan cara pengujian daya serap yang berbeda pula

PENGUJIAN DAYA SERAP KAIN • Prinsip pengujian daya serap kain tidak berbulu dilakukan dengan meneteskan setetes air dari ketinggian tertentu ke permukaan kain. Waktu yang diperlukan oleh pantulan cahaya karena setetes air untuk menghilang diukur dan dicatat sebagai waktu basah. Untuk kain berbulu seperti handuk, cara ini tidak dapat digunakan karena tetesan air akan segera tertutup oleh ketinggian bulu-bulu tersebut. Untuk kain berbulu, prinsip pengujiannya dilakukan dengan menjatuhkan kain contoh uji dari ketinggian tertentu kepermukaan air. Waktu yang diperlukan oleh kain contoh uji sampai tenggelam diukur dan dicatat sebagai waktu basah. Kapasitas serap kain dihitung dari selisih berat basah kain contoh uji setelah tenggelam dikurangi berat kering kain contoh uji dibandingkan berat kain contoh uji kering dinyatakan dalam persen

Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu 1. Peralatan • a. Simpai bordir dengan diameter 150 mm atau lebih. • b. Buret, dengan 15 – 25 tetesan air tiap mililiter. • Stopwatch 2. Persiapan Contoh Uji • Sepotong kain yang cukup untuk dipasang rata pada simpai bordir. Contoh uji dikondisikan dalam ruangan dengan kondisi standar pengujian.

3. Cara Pengujian. – Pasang kain pada simpai bordir sehingga permukaan kain bebas dari kerutan-kerutan tetapi tanpa mengubah struktur kain – Letakkan simpai bordir tersebut dibawah buret dengan jarak 10  1 mm dari ujung buret. Teteskan setetes air pada permukaan kain – Ukur waktu yang diperlukan hingga pantulan cahaya tetesan hilang menggunakan stopwatch. Pengamatan dilakukan dengan meletakkan simpai bordir diantara pengamat dan sumber cahaya (jendela atau lampu duduk) dengan sudut sedemikian sehingga pantulan cahaya dari permukaan tetesan air mudah dilihat. Ketika tetesan air sedikit demi sedikit terserap, luas permukaan pantulan cahaya menyusut dan akhirnya hilang selusuhnya dan meninggalkan bulatan basah yang suram. Saat itu stopwatch dihentikan dan waktu yang berlangsung dicatat. Jika waktu basah melebihi 60 detik, pengukuran waktu dihentikan dan waktu basah dilaporkan 60 + detik. – Pengujian dilakukan lima kali.

Pengujian Daya Serap Kain Berbulu 1. Peralatan – Keranjang berbentuk silinder, salah satu ujungnya terbuka, dengan ukuran diameter 30 mm dan tinggi 50 mm. Keranjang dibuat dari kawat tembaga dan jarak kawat 15 mm x 15 mm. berat keranjang 3 g – Timbangan sampai 0,1 g.

2. Persiapan Contoh Uji. • Kain dikondisikan dalam ruangan dengan kondisi standar pengujian. Contoh uji dipotong diagonal terhadap arah lusi dan pakan, berbentuk pita dengan lebar 75 mm dan panjang sedemikian hingga berat contoh uji lima gram.

Cara Pengujian 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Timbang contoh uji sampai 0,1 g. Gulung contoh uji kearah panjang sehingga menbentuk silinder dengan tinggi 75 mm. Gulungan contoh uji dimasukkan ke dalam keranjang kawat. Jatuhkan keranjang kawat beserta contoh uji dalam keadaan mendatar ke permukaan air dari atas permukaan air dengan jarak 25 mm. Ukur waktu dari saat contoh uji menyentuh permukaan air sampai contoh uji tenggelam dengan stopwatch, dan catat sebagai waktu basah Biarkan contoh uji terendam 10 detik kemudian diambil dan diletakkan diatas kasa selama 10 detik. Timbang contoh uji sampai 0,1 g dan catat sebagai berat basah. Kapasitas serap adalah selisih antara berat basah contoh uji dengan berat kering contoh uji dibagi berat kering contoh uji, dinyatakan dalam persen Lakukan pengujian lima kali.

Laporan Hasil Pengujian • Standar pengujian yang dipakai • Waktu basah rata-rata. Makin kecil waktu basah, kain makin mudah menyerap air. Daya serap dianggap baik, jika waktu basah lima detik atau kurang. • Kapasitas serap rata-rata.

PENGUJIAN TOLAK AIR DAN TAHAN AIR KAIN Air dapat menembus kain melalui tiga cara, yaitui: • Oleh pembasahan kain, diikuti sifat kapiler yang membawa air menembus kain • Oleh tekanan air yang menekannya melalui rongga-rongga pada kain • Oleh kombinasi kedua cara tersebut di atas.

• Jika kain dibuat sedemikian rapat hingga tidak ada rongga-rongga diantara benang-benang, kain masih mungkin tembus air jika air dapat membasahi kain. • Hal ini terjadi pada kain kanvas dari kapas yang ditenun sangat rapat. • Apabila kain tenun biasa dibuat dari serat yang diberi proses kimia sehingga tidak dapat dibasahi oleh air, maka air akan menggelincir dipermukaan kain tanpa menembusnya, tetapi jika air terkumpul di permukaan kain dengan ketebalan tertentu atau air menetesi kain dengan tekanan yang lebih kuat, air akan menembus kain melalui rongga-rongga pada kain. • Hal ini terjadi pada kain yang disebut kain tahan gerimis. • Agar kain benar-benar tidak ditembus air, kain harus dilapisi dengan pelapis yang tidak tembus air, misalnya untuk jas hujan, kain dilapisi karet, atau untuk terpal dilapisi sejenis ter. Kain yang diberi pelapis juga bersifat tidak tembus udara, sehingga tidak nyaman dipakai. • Untuk pakaian biasa diperlukan sifat tahan air cukup namun masih bersifat tembus udara dan uap air.

Kedap air, Tahan air dan Tolak air • Uraian di atas menunjukkan perbedaan sifat kedap air (waterproof), tahan air (water resistance) dan tolak air (water repellence). • Kain kedap air adalah kain yang dilapisi dengan zat tidak tembus air sehingga juga tidak tembus udara. • Tahan air adalah sifat kain untuk mencegah pembesahan dan tembus air, tetapi masih bersifat tembus udara. • Tolak air adalah sifat serat, benang atau kain yang menolak pembasahan air. • Kain bersifat tolak air dapat ditembus udara dan uap air dan masih mungkin ditembus air dengan tekanan ,misalnya tetesan air hujan yang cukup lebat

• Walaupun terdapat hubungan antara tolak air dan tahan air, untuk tujuan masing-masing diperlukan pengujian yang berbeda, yaitu Uji Siram untuk menilai tolak air, Uji Hujan untuk menilai tahan air dan Uji Tekanan Hidrostatik untuk menilai kedap air,

Uji Siram • Prinsip pengujian Uji Siram adalah menyiramkan air pada permukaan kain dengan kondisi tertentu, sehingga menghasilkan pola kebasahan pada permukaan kain,yang ukurannya relatif bergantung pada sifat tolak air kain. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pola kebasahan kain dengan gambar pada Penilaian Uji Siram Standar

Uji Tahan Hujan • Prinsip Uji Hujan adalah menyiramkan air dengan tekanan tetesan air tertentu pada permukaan kain dengan kondisi tertentu selama waktu tertentu. Diukur jumlah air yang menembus kain dan jumlah air yang terserap kain. Kondisi pengujian yang berhubungan dengan tekanan tetesan air, seperti besar tetesan air, jarak peyiram dari contoh uji, letak contoh uji terhadap arah tetesan air dan waktu penyiraman berbeda antara standar satu dengan standar lainnya

Uji Tekanan Hidrostatik • Prinsip Uji Tekanan Hidrostatik adalah memberikan tekanan hidrostatik yang meningkat terus dengan kecepatan tetap pada permukaan kain, sehingga tiga titik air menembus kain. • Ukuran tabung pemegang contoh uji dan kecepatan peningkatan tekanan hidrostatik pada masing-masing standar berbeda

Pengujian Tolak Air • Peralatan – AATCC Spray Tester. Terdiri dari corong gelas diameter 150 mm, yang ujungnya dipasang penyemprot diameter 32 mm, dengan 19 lubanglubang diameter 0,86 mm yang diatur melingkar. Satu lubang di titik pusat penyemprot, enam lubang melingkar ditengah dan 12 lubang melingkar di luarnya. Penyemprot dipasang di atas penyangga contoh uji sehingga jarak ujung penyemprot dari permukaan contoh uji 150 mm. Penyangga contoh uji membentuk sudut 45  dengan bidang datar. – Simpai bordir , diameter 150 mm.

• Persiapan Contoh Uji Tiga buah contoh uji berukuran 180 mm x 180 mm, dikondisikan dalam ruang standar pengujian selama minimum empat jam. Jika memungkinkan masing-masing contoh uji tidak mengandung benang lusi dan benang pakan yang sama.

Cara Pengujian • Pasang contoh uji pada simpai bordir sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada kain • Letakkan simpai beserta contoh uji pada penyangga contoh uji sedemikian sehingga titik tengah penyemprot tepat di atas titik tengah simpai. • Untuk kain-kain keper, gabardin, atau kain sejenis yang mempunyai pola rusuk-rusuk, letakkan simpai sedemikian sehingga rusuk-rusuk miring terhadap aliran air di permukaan kain. • Tuangkan 250 ml air suling, suhu 27  1 C ke dalam corong penyemprot dan biarkan air menyemprot contoh uji selama 25 – 30 detik. Waktu menuang air gelas piala jangan menyentuh corong. • Ambil simpai dengan memegangnya pada satu sisi dan ketukkan sisi lain pada benda keras dengan permukaan kain menghadap ke bawah satu kali. Putar simpai 180 dan ketukkan sekali pada sisi yang semula dipegang. • Ulangi pekerjaan tersebut untuk tiga contoh uji

Cara Evaluasi • Segera setelah contoh uji diketukkan, bandingkan pola titik-titik pembasahan atau bagian basah kain dengan gambar Penilaian Uji Siram Standar dari AATCC. Nilai Uji Siram masing-masing contoh uji didasarkan pada nilai terdekat dengan ganbar Penilaian Uji Siram Standar. Dalam penilaian kain dengan konstruksi kurang rapat seperti voile, air yang menembus rongga-rongga kain diabaikan.

Nilai Uji Siram adalah sebagai berikut: • 100 (ISO 5) : tidak ada-ada titik-titik pembasahan pada permukaan atas • 90 (ISO 4) : sedikit titik-titik pembasahan secara acak pada permukaan atas • 80 (ISO 3) : pembasahan permukaan atas pada titik-titik tetesan • 70 (ISO 2) : pembasahan pada sebagian permukaaa atas • 50 (ISO 1) : pembasahan seluruh permukaan atas • 0 : pembasahan seluruh permukaan atas dan permukaan bawah

Pengujian Tahan Air Hujan Peralatan • a, Bundesmann Rain Tester, Alat terdiri dari penyiram dan tabung-tabung pemegang contoh uji. Penyiram menghasilkan tetesan-tetesan air dengan ukuran rata-rata 0,075  0,005 gram dan diatur dengan jarak tetesan seragam. Penyiram diletakkan 150 cm di atas empat tabung pemegang contoh uji yang dipasang dalam satu kesatuan dan berputar dengan kecepatan lima putaran per menit. Posisi tabung pemegang contoh uji sedemikian sehingga contoh uji membentuk sudut 10 – 15  terhadap horisontal. Dalam tabung pemegang contoh uji terdapat batang logam penggosok (wiper) yang akan berputar bolak-balik menggosok permukaan bawah contoh uji ketika tabung pemegang contoh uji berputar dibawah siraman air, meniru gesekan yang terjadi pada jas hujan ketika dipakai. Air yang digunakan dengan pH 6,0 – 8,0 dan suhu 25 – 29 C. • b. Pemotong contoh uji berbentuk lingkaran . • c. Alat pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesan–tetesan air di permukaan contoh uji.

Cara Pengujian – Rangkaian tabung-tabung pemegang contoh uji tanpa contoh uji dipasang pada alat. Tutup penahan siraman air masih menutup dan kran air dibuka. Jalankan motor pemutar tabung contoh uji, buka tutup penahan siraman air selama satu menit, kemudian tutup kembali. Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah air yang tertampung pada masingmasing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai mililiter terdekat. Ulangi pekerjaan tersebut dengan mengatur kran tekanan air sehingga jumlah air yang tertampung dalam tabung pemegang contoh uji 62 – 68 ml / menit / tabung. – Timbang masing-masing contoh uji yang telah dikondisikan dalam ruangan standar pengujian sampai miligram terdekat. – Setelah air dalam masing-masing tabung pemegang contoh uji dikeluarkan, tutup kembali kran pada tabung tersebut. Pasang contoh uji pada tabung pemegang contoh uji sehingga tidak terdapat kerutan-kerutan pada

Cara Pengujian – Tutup penahan siraman air masih menutup, pasang rangkaian pemegang contoh ji dengan contoh ujinya pada alat. – Jalankan motor pemutar rangkaian tabung pemegang contoh uji, kemudian buka tutup penahan siraman air, sehingga air menyirami contoh uji yang berputar selama 10 menit dan tutup kembali. – Matikan motor, ambil rangkaian pemegang contoh uji. – Masing-masing contoh uji diambil dari tabung pemegang contoh uji, pasang pada alat pemutar contoh uji untuk menghilangkan tetesantetesan air pada permukaan contoh uji. Timbang berat contoh uji tersebut sampai miligram terdekat. – Dengan membuka kran pada tabung pemegang contoh uji, ukur jumlah air yang tertampung pada masing-masing pemegang contoh uji dengan gelas ukur sampai mililiter terdekat. Jumlah air yang tertampung tersebut adalah jumlah air yang menembus contoh uji selama 10 menit.

Evaluasi – Hitung jumlah air yang terserap contoh uji dari selisih berat contoh uji basah dikurangi berat contoh uji kering dibagi berat contoh uji kering dinyatakan dalam persen. – Hitung jumlah air yang menembus contoh uji per tabung dalam mililiter per menit.

Pengujian Tekanan Hidrostatik Peralatan • Alat Uji Hidrostatik. Terdiri dari suatu tabung terbalik, bagian bawah terbuka dengan diameter dalam 114 mm. Tabung dilengkapi penjepit untuk menjepit contoh uji dibawah tabung. Peralatan akan memasukkan air di atas permukaan contoh uji dengan kecepatan peningkatan tekanan hidrostatik sebesar 10,0  0,05 mm/detik. Persiapan Contoh Uji • Tiga contoh uji dipotong dengan ukuran minimum 200 mm x 200 mm, agar dapat dijepit pada tabung alat uji. Contoh uji dikondisikan dalam ruang standar pengujian minimum 4 jam. Tetapkan permukaan kain mana yang akan dikenai air dan beri tanda disalah satu sudutnya.

Cara Pengujian – Pastikan bahwa air yang digunakan dengan suhu 25 – 29 C. – Bersihkan permukaan cincin penjepit, kemudian jepit contoh uji dengan permukaan yang diuji menghadap ke air. Hidupkan peralatan sehingga permukaan kolom air meningkat dengan kecepatan 10 mm / detik. – Catat tekanan hidrostatik ketika tiga titik air yang berbeda menembus contoh uji. Titik air yang muncul pada jarak 3 mm dari tepi cincin penjepit diabaikan.

Laporan Hasil Uji Uji Tolak Air • Laporkan nilai tolak air masing-masing contoh uji. Jangan dirata-ratakan. • Laporkan standar cara uji yang digunakan Uji Tahan Air Hujan • Laporkan harga rata-rata air yang diserap contoh uji dalam satu persen terdekat dan harga rata-rata air yang menembus kain dalam mililiter terdekat per menit per tabung. • Laporkan standar cara uji yang digunakan Uji Tekanan Hidrostatik • Laporkan hasi uji tekanan hidrostatik masing-masing contoh uji dan harga rataratanya • Laporkan kain dan bagian permukaan yang diuji • Laporkan kecepatan peningkatan tekanan hidrostatik yang digunakan • Laporkan standar cara uji yang digunakan

PENGUJIAN SIFAT NYALA DAN TAHAN API KAIN • Faktor yang berpengaruh pada sifat nyala api atau tahan api adalah jenis serat dan berat kain. Struktur benang dan struktur kain seperti kain tenun, kain rajut dan sebagainya tidak berpengaruh pada sifat nyala api dan tahan api. • Sifat nyala api sebagian ditentukan oleh jenis serat yang digunakan. Serat selulosa seperti kapas, linen dan rayon mudah meneruskan pembakaran. Kain wol biasanya sulit menyala; Nylon dan poliester mengerut dari nyala api dan sulit menyala, tetapi penyempurnaan yang membuat kain kaku memungkinkan nylon dan poliester mudah menyala. • Pada kain-kain yang meneruskan nyala api, sifat tahan apinya bergantung pada berat kain dan kandungan seratnya. Untuk kain dengan serat sama, makin berat kainnya, makin tahan api.

PENGUJIAN SIFAT NYALA DAN TAHAN API KAIN • Dalam keadaan nyata, banyak faktor yang berpengaruh pada sifat tahan api, dan terdapat beberapa cara uji tahan api. Untuk pakaian, pengujian yang banyak digunakan adalah uji sifat nyala api tekstil pakaian (cara 45) dan uji tahan api(cara vertikal) • Prinsip pengujian sifat nyala api tekstil pakaian (cara 45) adalah mengukur waktu perambatan nyala api membakar contoh uji yang dijepit rangka dan diletakkan 45 dengan jarak 127 mm, sejak api pembakar diambil. Cara ini tidak dapat digunakan untuk uji pemerimaan, tetapi karena cara ini cepat dan murah, cara ini banyak digunakan untuk pengendalian mutu dalam industri.

• Prinsip uji sifat tahan api (cara vertikal) adalah membakar kain yang dijepit rangka dan diletakkan vertikal selama waktu tertentu. Diukur waktu dari saat api diambil sampai nyala padam, waktu dari saat nyala padam sampai bara padam dan panjang sobekan pada contoh uji karena sobekan dengan gaya tertentu.

Pengujian Sifat Nyala ApiTekstil Pakaian Peralatan • Alat Uji Sifat Nyala. Terdiri dari suatu kotak dengan pintu kaca untuk melindungi nyala api dari hembusan udara. Didalam alat terdapat tempat untuk meletakkan penjepit contoh uji sehingga contoh uji membentuk sudut 45. Di bagian bawah terdapat pembakar gas untuk membakar bagian bawah contoh uji dan dilengkapi pengatur waktu nyala pembakar gas selama satu detik. Alat dilengkapi stopwatch dengan sistem otomatis yang dapat mengukur waktu yang diperlukan nyala api membakar contoh uji dengan jarak 127 mm sejak api pembakar dipadamkan.

Persiapan Contoh Uji. • Siapkan contoh uji dengan ukuran 50 mm x 150 mm, masing-masing sebanyak lima buah untuk arah panjang dan lebar kain dan permukaan yang akan dibakar.

Cara Pengujian – Keringkan contoh uji dalam oven pada suhu 105 C, selama 30 menit, kemudian dinginkan dalam eksikator sampai dingin; minimum 15 menit. – Jepit contoh uji pada penjepit contoh uji , kemudian pasang pada tempat penjepit contoh uji sehingga contoh uji miring 45 dan jarak ujung pembakar gas dari ujung bawah kain 8 mm. Pasang benang di tempat yang telah ditentukan pada bagian atas contoh uji – Atur nyala api setinggi 16 mm dari ujung pembakar gas. – Gerakkan pembakar gas dengan nyala api horizontal ke contoh uji. Nyala api gas akan membakar contoh uji selama 1  0,05 detik, kemudian padam dan stopwatch mulai jalan. Jika nyala api membakar benang yang dipasang melintang di bagian atas contoh uji, benang putus dan menggerakkan mekanisme menghentikan stopwatch.

Evaluasi • Sifat nyala api dinyatakan dalam Kelas 1 (Normal), Kelas 2 (Antara) dan Kelas 3 (Cepat) • Kelas 1; diterima untuk pakaian : 3,5 detik atau lebih untuk kain tidak berbulu Lebih dari 7 detik untuk kain berbulu • Kelas 2; antara Kelas 1 & Kelas 2 : 4 – 7 detik untuk kain berbulu • Kelas 3; tidak diterima: Kurang dari 3,5 detik untuk kain tidak berbulu Kurang dari 4 detik untuk kain berbulu

Pengujian Tahan Api Peralatan • Alat Uji Tahan Api (Cara Vertikal). Terdiri dari suatu kotak dengan pintu kaca untuk melindungi nyala api dari hembusan udara. Didalam alat terdapat tempat untuk memasang penjepit contoh uji sehingga contoh uji vertikal. Di bagian bawah terdapat pembakar gas dengan diameter lubang 10 mm dan jika diletakkan dibawah contoh uji berjarak 19 mm dari ujung bawah contoh uji Persiapan Contoh Uji • Contoh uji dengan ukuran 76 mm x 300 mm, untuk arah panjang kain dan arah lebar kain, dikondisikan dalam ruangan standar pengujian.

Cara Pengujian 1. 2. 3.

4.

5.

Jepit contoh uji pada penjepit contoh uji dengan rata dan pasang pada tempat penjepit contoh uji dalam Alat Uji Tahan Api. Atur nyala api hingga tingginya 38 mm. Geser nyala api ke bawah contoh uji dan membakar contoh uji selama 12  0,2 detik kemudian ambil atau padamkan nyala api. Amati adanya lelehan atau tetesan Ukur Waktu Nyala (After Flame Time), yaitu waktu sejak api diambil sampai nyala padam, dan Waktu Bara (After Glow Time), yaitu waktu sejak nyala padam sampai bara padam Dinginkan contoh uji kemudian ukur Panjang Arang (Char Length) sebagai berikut • Lubangi salah satu sudut dengan jarak 0,6 mm dari tepi bawah contoh uji, kemudian diberi beban sesuai berat kain seperti tercantum pada Tabel 14.1 Pegang sudut sebelahnya dan angkat ke atas sehingga bagian kain yang dibakar akan sobek. • Ukur panjang sobekan tersebut sampai 3 mm terdekat.

Beban Untuk Menyobek Contoh Uji Berat Kain, g/m

Beban, g

68 – 203

100

203 – 508

200

508 – 780

300

780

475

Evaluasi • Untuk kain pelindung terhadap api , Waktu Nyala 0 detik • Di Amerika Serikat, kain untuk pakaian tidur anak-anak harus mempunyai sifat tahan api sampai batas tertentu. Untuk mengevaluasi apakah sifat tahan api kain memenuhi syarat untuk pakaian tidur anak-anak, pengujian dilakukan menggunakan cara ini tetapi waktu pembakaran dipersingkat hanya tiga detik, kemudian diukur Panjang Arang. • Panjang Arang rata-rata dari lima contoh uji tidak boleh lebih dari 17,8 mm dan Panjang Arang masing-masing contoh uji tidak boleh lebih dari 25,4 mm.

Laporan Nyala Api • Laporkan waktu perambatan nyala api rata-rata sampai 0,5 detik terdekat • Laporkan standar uji yang digunakan Tahan Api. • Laporkan waktu nyala rata-rata, waktu bara rata-rata sampai 0,5 detik terdekat dan panjang arang rata-rata sampai 3 milimeter terdekat dan panjang arang terbesar. • Laporkan standar uji yang digunakan

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF