Pengetahuan Dan Sikap Remaja Tentang HIV-AIDS Di SMA Negeri 17 Makassar - Muhammad Fauzi Ramadhan - C11108264

March 28, 2018 | Author: Muh. Idham Rahman | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Skripsi...

Description

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN SKRIPSI 2013

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 17 MAKASSAR

Disusun Oleh: Muhammad Fauzi Ramadhan C111 08 264

Pembimbing Dr.dr.Sri Ramadhany,M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN HATAN MASYARAKAT ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS KO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013



BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Telah Disetujui untuk ntuk Dicetak dan Diperbanyak

Judul Skripsi: “PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG

HIV/AIDS DI SMA NEGERI 17 MAKASSAR”

Makassar, Pembimbing

(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)) 



ii



PANITIA SIDANG UJIAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Skripsi dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang

HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar” telah diperiksa, disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas K Fakultas Kedokteran edokteran Universitas Hasanuddin Makassar, pada: Hari/tanggal

: Kamis / 31 Oktober 2013

Waktu

: 10.00 WITA

Tempat

: Ruang Seminar IKM-IKK IKK FKUH PB.622

Ketua Tim Penguji:

(Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes)

Anggota Tim Penguji

(dr. H. M. Rum Rahim, M.Kes)

(Dr. dr. A. Armyn Nurdin, Nurdin M.Sc)

 

iii

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi dengan judul : ”Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar”

Oleh nama : Muhammad Fauzi Ramadhan

Stambuk : C111 08 264

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar pada : Hari / Tanggal

: Kamis, 31 Oktober 2013

Pukul

: 10.00 WITA

Tempat

: Ruang Seminar PB. 622 IKM & IKK FK Unhas

Makassar,

Mengetahui,

Pembimbing

(Dr. dr .Sri Ramadhany, M.Kes) iv

Oktober 2013

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan

segala

rahmat

dan

karunia-Nya,

sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Dengan rahmat dan petunjuk-Nya disertai usaha yang sungguh-sungguh, doa, ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dan pengalaman selama masa kepaniteraan klinik serta dengan arahan dan bimbingan dokter pembimbing,maka skripsi yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar” ini akhirnya dapat diselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, tetapi penulis tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan yang terbaik dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menghaturkan terima kasih kepada : 1. Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes selaku pembimbing yang dengan kesediaan, keikhlasan, dan kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis mulai dari penyusunan proposal sampai pada penulisan skripsi ini. 2. Staf pengajar Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH. v

3. Dr. dr. H. A. Armyn Nurdin, M.Sc selaku ketua Bagian IKM-IKK FK-UH yang telah memberikan banyak bimbingan dan bantuan selama penulis mengikuti kepaniteraan klinik di Bagian IKM-IKK FK-UH. 4. Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, para Wakil Dekan, staf pengajar, dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti kepaniteraan klinik di FK Unhas. 5. Pemerintah Kota Makassar yang telah membantu memberikan rekomendasi penelitian. 6. Pihak SMA Negeri 17 Makassar yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. 7. Rekan-rekan mahasiswa kepaniteraan klinik yang telah banyak memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian serta semua pihak yang tidak sempat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Makassar,

Oktober 2013

Penulis     

vi



SKRIPSI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN OKTOBER 2013

Muhammad Fauzi Ramadhan (C111 08 264) Dr. dr. Sri Ramadhany, M.Kes “PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI SMA NEGERI 17 MAKASSAR” (xvii + 42 halaman + 14 tabel + 1 skema + 9 lampiran)

ABSTRAK Latar Belakang : Masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Menurut data WHO, pada tahun 2011 di seluruh dunia terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV/AIDS, yaitu terjadi peningkatan sebesar 16 persen dari tahun 2001. Meskipun angka kejadian HIV baru berkurang, total jumlah penderitanya tetap mengalami peningkatan. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang paling rawan karena pada masa ini sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal baru. Terdapat hal-hal yang mempengaruhi perilaku dan sikap remaja. Terdapat hal-hal yang dapat mendukung dan membantu ataupun menghambat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan sikap. Di kalangan siswa, hal-hal ini dikaitkan dengan media informasi yang tersedia, dan pola didikan dari sekolah dan orangtua di rumah, serta jenis kelamin dan teman bergaul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar. Metode : Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 17 Makassar, dengan sampel sebanyak 89 orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner yang berisi 40 pertanyaan pengetahuan berdasarkan MDGs, dan 10 pernyataan sikap. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 16.0. Hasil : Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di dapatkan bahwa sebesar 68,5% responden memiliki pengetahuan baik, sebesar 31,5% responden memiliki pengetahuan cukup dan tidak ada responden yang memiliki pengetahuan kurang. Serta sebanyak 76,4% memiliki sikap dalam kategori baik, sebesar 23,6% responden dalam kategori cukup dan tidak ada responden yang memiliki sikap dalam kategori kurang. Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa secara umum, pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar tergolong baik. Kata kunci : pengetahuan, sikap, remaja, HIV/AIDS Kepustakaan : 14 (2007-2011) vii

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………........

i

HALAMAN PENGESAHAN...…………………………………...... .

ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….…………………………….. .

iv

KATA PENGANTAR …………………………………………….... .

v

ABSTRAK ……………………………………………………….... .

vii

DAFTAR ISI ……………………………………………………...... .

viii

DAFTAR SKEMA ………………………………………………...

xi

DAFTAR TABEL …………………………………………………

xi

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………

xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang …………………………………….

1

1.2

Rumusan Masalah ………………………………….

2

1.3

Tujuan Penelitian …………………………………..

2

1.3.1

Tujuan Umum .......................................

2

1.3.2

Tujuan Khusus ......................................

2

1.4

Manfaat Penelitian …………………………………

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Tinjauan tentang HIV/AIDS ………………………

4

2.1.1

Definisi …………….......…………………

4

2.1.2

Epidemologi ……………………………….

4

2.1.3

Etiologi ……………………………………

5

2.1.4

Patogenesis …………………………………

5

2.1.5

Cara Penularan ..........…………………….

7

2.1.6

Gejala Klinis ……………………………..

8

2.1.7

Pemeriksaan Diagnostik .........……………

10

2.1.8

Penatalaksanaan ...………………………….

10

2.1.9

Prognosis ………………………………….

11

2.1.10 Pencegahan …......……………………….. viii

11

2.2

Pengetahuan dan Sikap terhadap HIV/AIDS ..........

12

2.2.1

Mitos-Mitos HIV/AIDS.....…………………

12

2.2.2

Pengetahuan ……………………………….

12

2.1.3

Sikap ….....................................................

13

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1

Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti …………….

15

3.2

Kerangka Konsep ……………………..…………….

15

3.3

Defenisi Operasional ….....................................…

16

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1

Desain penelitian ………………………………….

19

4.2

Tempat dan Waktu Penelitian ………………………

19

4.3

Populasi dan Sampel penelitian ……………………

19

4.4

Pengumpulan Data …...........……………………..

20

4.4

Pengolahan Data ….....................………………..

20

BAB V GAMBARAN UMUM SMA NEGERI 17 MAKASSAR 5.1

Sejarah singkat ….......................................................

21

5.2

Visi dan Misi …....................………………………..

21

5.2.1

Visi ...................................…………………

21

5.2.2

Misi …..............…………………………….

21

5.2.3

Tujuan …..........…………………………….

22

Fasilitas …............................………………………..

22

5.2

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 6.1

6.2

Karakteristik Responden ….....................................

24

6.1.1

Jenis Kelamin ............................……………

24

6.1.2

Pendidikan Orangtua …............…………….

24

6.1.3

Tempat Tinggal ….………………………....

25

6.1.4

Sumber Informasi tentang HIV/AIDS ..…....

25

6.1.5

Pengetahuan tentang HIV/AIDS…………....

26

6.1.7

Sikap terhadap HIV/AIDS ..................…....

27

Deskripsi Antarvariabel ...….....................................

28

6.2.1

Jenis Kelamin dan Pengetahuan ……………

28

6.2.2

Tingkat Pendidikan Orangtua dan Pengetahuan 28 ix

6.3

6.2.3

Tempat Tinggal dan Pengetahuan ……….....

30

6.2.4

Sumber Informasi dan Pengetahuan .....…....

31

6.2.5

Jenis Kelamin dan Sikap ...........……………

32

6.2.6

Tingkat Pendidikan Orangtua dan Sikap ......

33

6.2.7

Tempat Tinggal dan Sikap …..........…….....

34

6.2.8

Sumber Informasi dan Sikap ...............…....

35

Pembahasan …………………………………………

36

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1

Kesimpulan …………………………………………

39

7.2

Saran ……………………………………………….

39

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………….

41

LAMPIRAN………………………………………………………

43

x

DAFTAR SKEMA Skema

Halaman

3.1 Kerangka Konsep………………………………………………. …

15

DAFTAR TABEL Tabel

Halaman

Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden ……..............…

24

Tabel 2. Distribusi Tingkat Pendidikan Orangtua Responden….

24

Tabel 3. Distribusi Tempat Tinggal Responden ….…………....

25

Tabel 4. Distribusi Sumber Informasi tentang HIV/AIDS yang diakses responden .................................................................….... 25 Tabel 5. Distribusi Pengetahuan Responden tentang HIV/AIDS ... 26 Tabel 6. Distribusi Sikap Responden terhadap HIV/AIDS .…....... 27 Tabel 7. Distribusi Jenis Kelamin Responden terhadap Pengetahuan HIV/AIDS ….......................................................………

28

Tabel 8. Distribusi Tingkat Pendidikan Orangtua Responden terhadap Pengetahuan HIV/AIDS..................................………….. 29 Tabel 9. Distribusi Tempat Tinggal Responden terhadap Pengetahuan HIV/AIDS ……….....................................................

30

Tabel 10. Distribusi Sumber Informasi terhadap Pengetahuan HIV/AIDS .............................................................................…....

31

Tabel 11. Distribusi Jenis Kelamin terhadap Sikap Responden terhadap HIV/AIDS ...............................................……………..... 32 Tabel 12. Distribusi

Tingkat

Pendidikan

Orangtua

terhadap

Sikap

Responden terhadap HIV/AIDS ................................... . 33 Tabel 13. Distribusi Tempat Tinggal terhadap Sikap Responden terhadap HIV/AIDS …..................................................…….....

34

Tabel 14. Distribusi Sumber Informasi terhadap Sikap Responden terhadap HIV/AIDS ..........................................................….... xi

35

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Persetujuan Seminar Proposal

Lampiran 2

Lembar Persetujuan Seminar Hasil

Lampiran 3

Surat Keterangan Penelitian SMA Negeri 17 Makassar

Lampiran 4

Surat izin penelitian Dinas Pendidikan Kota Makassar

Lampiran 5

Rekomendasi Penelitian Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Makassar

Lampiran 6

Izin Penelitian BKPMD Pemerintah Propinsi Sulawesi Selatan

Lampiran 7

Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 8

Lembar Kuisioner penelitian

Lampiran 9

Hasil Pengolahan Data Jawaban Kuesioner Siswa SMA Negeri 17 Makassar

   

xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang HIV atau human immunodeficiency virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). AIDS diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. AIDS itu sendiri merupakan tahap akhir dari HIV. Masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Menurut data WHO, pada tahun 2011 di seluruh dunia terdapat 34 juta orang hidup dengan HIV/AIDS. Dibandingkan dengan pada tahun 2001 yang penderitanya sekitar 29,4 juta orang, terjadi peningkatan sebesar 16 persen. Data dari WHO ini menyatakan bahwa meskipun angka kejadian HIV baru berkurang, total jumlah penderitanya tetap mengalami peningkatan. Diperkirakan pula pada tahun 2011, 8 dari 100 orang dewasa berusia 15 sampai 49 tahun merupakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Sementara itu, meskipun angka kematian akibat HIV/AIDS ini telah berkurang dari puncaknya pada tahun 2005 dengan 2,3 juta orang, diperkirakan pada tahun 2011 angka kematiannya di seluruh dunia akibat penyakit ini adalah 1,7 juta orang. HIV/AIDS dapat menular melalui cairan sperma atau vagina, cairan darah, maupun dari cairan air susu ibu (ASI). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa terjadi peningkatan infeksi HIV pada pengguna narkotika akibat penyalahgunaan penggunaan jarum suntik. Mirisnya, sebagian besar ODHA yang menggunakan narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan usia produktif. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang paling rawan karena pada masa ini sifat ingin tahu dan mencoba hal-hal yang baru pada remaja sangat sering terjadi. Apabila sifat ingin tahu ini tidak diiringi dengan pengetahuan atau infromasi

yang

memadai

mengenai

kesehatan

reproduksi

maka

dapat

mengakibatkan terjadinya aktivitas seksual sebelum tercapainya kematangan mental dan spiritual. Lebih lanjut, hal ini sangat berhubungan erat dengan penularan penyakit menular seksual yang mana salah satunya adalah HIV/AIDS.

1

Terdapat hal-hal yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Di antara hal-hal ini, terdapat hal-hal yang dapat mendukung dan membantu ataupun menghambat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang berkaitan dengan sikap. Di kalangan siswa, hal-hal ini dapat dikaitkan dengan media informasi yang tersedia, dan pola didikan dari sekolah dan orangtua di rumah, serta jenis kelamin dan teman bergaul. Pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS akan beragam tergantung dari lingkungannya. SMA Negeri 17 Makassar merupakan salah satu sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI), yang mana merupakan salah satu sekolah unggulan di Makassar. Akses informasi yang tergolong baik oleh siswa dapat menjadi hal yang mendukung untuk pengetahuan tentang HIV/AIDS. Dalam hal ini, penulis tertarik untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS di salah satu sekolah RSBI di Makassar.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk memperoleh informasi mengenai pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar.

1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui deskripsi tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar. b. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat mendukung serta membantu siswa untuk lebih banyak mengetahui tentang HIV/AIDS berkaitan dengan pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar.

2

c. Untuk mengetahui hal-hal yang dapat menghambat keinginan siswa untuk lebih

banyak

mengetahui

tentang

HIV/AIDS

berkaitan

dengan

pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kepustakaan mengenai perkembangan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang berkaitan dengan pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS. 3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu, kompetensi, dan pengalaman berharga bagi peneliti dalam melakukan penelitian kesehatan pada umumnya, dan terkait dengan pengetahuan dan sikap remaja terhadap HIV/AIDS pada khususnya. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan bagi instansi terkait dan pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan-kebijakan dalam usaha mencegah HIV/AIDS. 5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang juga ingin melakukan penelitian tentang pengetahuan dan sikap remaja tentang HIV/AIDS.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV (human immunodeficiency virus) adalah retrovirus yang menyerang sistem imunitas manusia dan lebih lanjut menyebabkan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). (1) Virus ini seterusnya menyerang dan merusak selsel limfosit T CD4+ sehingga imunitas penderita rusak dan rentan terhadap berbagai macam infeksi. (2)

2.1.2 Epidemiologi Kasus pertama AIDS dilaporkan di Los Angeles pada bulan Juni 1981 oleh dr. Gottlib pada lima remaja homoseksual yang semuanya aktif secara seksual dan menunjukkan gejala yang sama berupa penurunan imunitas dan infeksi oleh pneumocystis carinii pneumonia (PCP).(3) Kasus pertama yang terjadi di Indoneisa dilaporkan pada April tahun 1987 pada seorang turis asal Belanda homoseksual yang telah didiagnosis 2 tahun sebelumnya. Dalam kurun waktu 13 tahun berikutnya menunjukkan peningkatan laporan kasus secara perlahan-lahan. Pada tahun 2000, didapatkan peningkatan tajam dari penderita AIDS ini. (3) Pada tahun 1987 sampai dengan 2002, peningkatan kasus baru penderita AIDS masih rendah. Akhir tahun 1997 jumlah total kasus AIDS di Indonesia adalah 153 kasus, sedangkan jumlah kasus infeksi HIV baru adalah 486 kasus. Penularannya 70% adalah melalui hubungan seksual berisiko. Namun, pada akhir tahun 2002, terdapat peningkatan signifikan terhadap sub-populasi berisiko dengan peningkatan sebesar 5% sehingga Indonesia masuk ke dalam kelompok negara epidemi terkonsentrasi. Pada akhir tahun 2002, dilaporkan jumlah kumulatf kasus AIDS adalah 1016 kasus, dan total infeksi HIV adalah 2552 kasus. Peningkatan pesat ini disebabkan oleh penyebaran melalui jarum suntik non-steril oleh pengguna napza suntik (penasun) sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung. (4)

4

Pada tahun 2006, didapatkan peningkatan pesat dari penderita AIDS dan infeksi HIV. Presnetase jumlah usia muda dan anak-anak penderita HIV meningkat. Penderita dari golongan usia 20 sampai 29 tahun mencapai 55%, bila digabung sampai kelompok usia 49 tahun mencapai 89%. Sementara itu, presentase penderita golongan anak di bawah 5 tahun adalah 1%. Diperkirakan pada tahun 2006 ini sebanyak 4360 anak tertular HIV dari ibunya yang positif HIV dan separuhnya meninggal. Dan penderita AIDS sampai dengan Maret 2009 dengan penderita 74,5% adalah laki-laki. (5)

2.1.3 Etiologi HIV pada mulanya disebut sebagai LAV (lymphadenopathy associated virus), yang ditemukan oleh ilmuwan Institute Pasteur Paris, Barre-Sirrousi Montagnier bersama rekannya pada tahun 1983. Tahun 1984 Popovic, Gallo, dan rekannya dari National Institute of Health, Amerika menemukan virus lain yang disebut Human T Lymphotropic Virus Type III (HLTV-III). Penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa kedua virus ini sama, lalu kemudian disebut sebagai HIV-1. (2) Tahun 1985 ditemukan retrovirus yang berbeda dengan HIV-1 pada penderita yang berasal dari Afrika Barat. Virus ini disebut sebagai LAV-2 yang selanjutnya disebut sebagai HIV-2. Dibandingkan dengan HIV-1, HIV-2 kurang virulensinya. Namun, sejumlah besar individu yang terinfeksi oleh HIV-2 akan terinfeksi oleh HIV-1. (2)

2.1.4 Patogenesis HIV adalah retrovirus yang masuk anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus, yakni gag, pol, env. Terdapat lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit. Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi

5

HIV. Protein Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip virus yang terlebaps dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh makrofag, yang kemudian dapat menginfeksi sel yang lain. (1) Gen HIV-ENV memberikan kode pada sebuah protein 160-kilodalton (kD) yang kemudian membelah menjadi bagian 120-kD (eksternal) dan 41-kD (transmembranosa). Keduanya merupakan glikosilat, glikoprotein 120 yang berkaitan dengan CD4 dan mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu perlekatan virus dengan sel target. (1) Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya adalah limfosit CD4 karena virus memiliki afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah dungsi imunologis yang penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon imum yang progresif. (1)

Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12 minggu. Selama masa itu, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan jumlah sel-T CD4. Respon imum terhadap HIV terjadi 1 minggu sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level sel CD4 kembali meningkat kembali tetapi tidak mampu menyingkirkan infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung selama 10 tahun. Selama masa laten ini, akan terjadi replikasi virus yang meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari. Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari. Cepatnya proliferasi ini ditambah dengan angka kesalahan reverse transcriptase HIV yang berikatan memungkinkan setiap nukleotida dari genom HIV untuk bermutasi dalam basis harian. (1) Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau neoplasma. Level virus yang

6

lebih tinggi dapat terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan lebih virulen daripada yang ditemukan pada awal infeksi. (1) Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV memiliki daya tahan tubuh yang menurun sampai pada tingkat yang sangat rendah, sehingga berbagai jenis mikroorganisme dapat menyerang bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan, mikroorganisme komensal bisa menjadi ganas dan menimbulkan penyakit. (1)

2.1.5 Cara Penularan HIV terdapat terutama pada cairan tubuh manusia. Cairan yang berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Penularan HIV dapat terjadi melalu beberapa cara, yaitu: kontak seksual, kontak dengan darah atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan, persalinan, dan pemberian ASI. (6) 1. Seksual Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau dengan lakilaki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut), antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tidak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. 2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang tercemar dengan virus HIV. 3. Melalui jarum suntik atau alat lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna napza suntik secara bergantian. Juga bisa terjadi ketika melakukan prosedur tindakan medis ataupun terjadi kecelakaan kerja bagi petugas kesehatan. 4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian. 5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV 6. Penularan dari ibu ke anak

7

Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan, dan sesudah lahir melalui ASI. 7. Penularan HIV melalui pekerjaan: pekerja kesehatan dan petugas laboratorium. Terdapat risiko penularan melalui pekerjaan yang kecil, tetapi definitif, yaitu pada pekerja kesehatan, petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja

dengsn

spesimen/bahan

terinfeksi

HIV,

terutama

bila

menggunakan benda tajam. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat menularkan infeksi baik melalui ciuman maupun pajanan lain misalnya sewaktu bekerja pada pekerja kesehatan. Selain itu air liur terdapat inhibitor terhadap aktivitas HIV. Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain: 1. Kontak fisik Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS, bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular. 2. Memakai milik penderita 3. Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular. 4. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya. 5. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

2.1.6 Gejala Klinis Gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi): (7) Gejala mayor: a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan

8

d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati

Gejala minor: a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut CDC (Center for Disease Control), gejala klinis dan diagnosis HIV/AIDS dibagi menjadi empat kelompok. 1. Infeksi akut HIV Disebut juga sebagai infeksi primer, yakni waktu dari paparan virus sampai timbulnya gejala, yaitu antara 2-4 minggu. Infeksi akut biasanya asimtomatis, tetapi menunjukkan gejala seperti demam influenza. Jarang sekali diagnosis ditegakkan pada fase ini sebab tes serologi standar untuk HIV masih memberikan hasil megatif (window period). 2. Infeksi seropositif HIV simtomatis Pada dewasa, periode laten HIV bisa berlangsung selama beberapa bulan, bahkan tahun. Namun, pemeriksaan pada saat itu akan menunjukkan seropositif antibodi p24 dan gp41. Pada fase ini, pasien memiliki potensi tinggi untuk menularkan HIV kepada orang lain. 3. Persistent Generalized Lymphadenopathy / PGL Pada fase ini, terdapat pembesaran limfonodus yang setidaknya terdapat pada dua tempar selain inguinal yang tidak disebabkan oleh penyakit lain ataupun pengobatan tertentu yang dapat menyebabkan hal tersebut selama minimal 3 bulan terakhir. Pada fase ini, pasien mulai mengalami beberapa keluhan seperti penurunan berat badan dan diare kronik. 4. Gejala berkaitan dengan HIV/AIDS

9

Infeksi HIV tanpa terapi akan berkembang dan menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Limfosit CD4+ pada penderita di fase ini turun di bawah 100/mm3. Fase ini dikenali sebagai ‘full blown AIDS.’

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis laboratorium dilakukan dengan menggunakan 2 metode: •

ELISA : tes ini mempunyai sensitifitas yang tinggi, yaitu 98%-100%. Prinsip kerjanya adalah dengan melihat respon zat antibodi spesifik. Akan tetapi, hasil yang positif hanya bisa dikonfirmasi 2-3 bulan sesudah infeksi.



PCR (Polymerase Chain Reaction) : kaedah ini menggunakan isolasi virus dari sampel dan dideteksi dengan menggunakan mikroskop elektron dan deteksi antigen virus. (2)

2.1.8 Penatalaksanaan Secara umum, penatalaksanaan penderita HIV/AIDS terdiri dari beberapa jenis, yaitu: a. pengobatan untuk menekan replikasi virus HIV dengan obat anti retroviral (ARV). Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. Tidak semua ARV tersedia di Indonesia. b. pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIV/AIDS. c. pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi yang lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan perlu menjaga kebersihan.

(8)

Pemberian anti retroviral (ARV) telah menyebabkan kondisi kesehatan para penderita menjadi jauh lebih baik. Infeksi penyakit oportunistik lain yang berat dapat disembuhkan. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan

10

produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan. Obat ARV terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transkriptase inhibitor, nucleotide reverse transcriptase inhibitor, non nucleotide reverse transcriptase inhibitor dan inhibitor protease. Obat-obat ini hanya berperan dalam menghambat replikasi virus tetapi tidak bisa menghilangkan virus yang telah berkembang. (1) Vaksin terhadap HIV dapat diberikan pada individu yang tidak terinfeksi untuk mencegah baik infeksi maupun penyakit. Dipertimbangkan pula kemungkinan pemberian vaksin HIV terapeutik, dimana seseorang yang terinfeksi HIV akan diberi pengobatan untuk mendorong respon imun anti HIV, menurunkan jumlah sel-sel yang terinfeksi virus, atau menunda onset AIDS. Namun perkembangan vaksin sulit karena HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer. (1)

2.1.9 Prognosis HIV/AIDS sampai saat ini memang belum dapat disembuhkan secara total. Namun, data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang sangat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV (obat anti retroviral, disingkat obat ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortilitas dini akibat infeksi HIV. (8) Terapi anti retroviral gabungan untuk infeksi HIV telah menandai revolusi pengobatan HIV dan AIDS. Pengobatan tersebut, yang biasanya melibatkan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor dan setidaknya satu inhibitor protease atau satu nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor disebut terapi anti retroviral yang sangat aktif (highly active antiretroviral therapy/ HAART). (8)

2.1.10 Pencegahan Pencegahan AIDS difokuskan pada tiga cara penularan yang utama, yaitu: (1) kontak seksual, (2) penggunaan jarum suntik dan (3) transfusi darah. (8) Pengendalian diri untuk tidak berperilaku resiko tertular virus AIDS adalah kunci pencegahan yang jika dikembangkan secara konsisten akan cukup

11

efektif untuk menyelamatkan masyarakat dari wabah penularan virus AIDS ini. Pengendalian diri dapat diterapkan melalui tiga cara, yaitu puasa (P) seks (abstinensia), artinya tidak melakukan hubungan seks, setia (S) pada pasangan seks yang sah, artinya tidak berganti-ganti pasangan seks dan penggunaan kondom pada setiap melakukan hubungan seksual yang beresiko tertular virus AIDS atau penyakit menular seksual (PMS). (8) Saat ini perkembangan vaksin HIV sangat ditekankan. Vaksin digunakan untuk menginduksi imunitas tambahan pada tiap imunitas yang menurun akibat infeksi alamiah pada pasien. Sebagian besar vaksin yang kini tersedia didasarkan pada protein selubung ekstraselular gp 120 atau protein prekusor selubung gp 160. Salah satu faktor yang mungkin membatasi keberhasilan vaksin ini adalah banyaknya jenis protein selubung antara galur HIV berbeda.

2.2 Pengetahuan dan Sikap terhadap HIV/AIDS 2.2.1 Mitos-Mitos HIV/AIDS Mitos adalah berita/informasi yang beredar di masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak terbukti kebenarannya. Banyak orang percaya bahwa HIV dan AIDS dapat ditularkan melalui gigitan nyamuk, minum dari gelas yang sama dengan orang dengan AIDS, bergaul sehari-hari dengan orang dengan AIDS yang batuk, dengan memeluk atau mencium orang dengan AIDS, dan seterusnya. Hal ini menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi pada penderita HIV/AIDS (ODHA Indonesia, 2007).(8)

2.2.2 Pengetahuan Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, indra pendengaran, indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seorang individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan, kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang sesuatu di lingkungannya.(8) Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu:

12

a. Tahu (know) adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) adalah suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (application) adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain. e. Sintesis

(synthesis)

adalah

kemampuan

untuk

meletakkan

atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2.3 Sikap Sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan pre-disposisi tindakan atau prilaku. Sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: (8) 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Seperti pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

13

b. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah. Ini merupakan indikasi sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko. Ini merupakan indikasi sikap yang paling tinggi.

14

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian dunia pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya. Peningkatan angka kejadian HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh faktor perilaku seksual, tetapi juga penggunaan narkoba suntik secara bersama-sama. Kurangnya pengetahuan mengenai hal ini merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus HIV/AIDS. Pengetahuan dan sikap yang berkaitan dengan narkoba dan HIV/AIDS serta faktor-faktor yang diperlukan dalam mengembangkan pendidikan kesehatan pada siswa sekolah. Penyakit ini memang memiliki angka kematian yang tinggi, dimana hampir seluruh pendertia AIDS meninggal dalam waktu lima tahun setelah menunjukkan gejala pertama AIDS. Hampir semua siswa tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai masalah HIV/AIDS begitu pula kesadaran tentang bahaya HIV/AIDS, baik dari segi cara infeksi, penularan, juga perilaku hidup sehat yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Dalam menurunkan kejadian penyakit seperti HIV/AIDS ini diperlukan peran institusi sekolah (guru), aparat hukum seperti kehakiman dan kepolisian, serta petugas kesehatan.

3.2 Kerangka Konsep

Jenis Kelamin Pengetahuan tentang HIV/AIDS

Pendidikan Orangtua Remaja Tempat Tinggal

Sikap tentang HIV/AIDS

Sumber Informasi

15

3.3 Definisi Operasional 1. Jenis Kelamin Jenis kelamin adalah status jenis kelamin siswa sesuai dengan yang tercantum di dalam kuesioner. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut: a. Laki-laki b. Perempuan Skala yang digunakan adalah skala nominal.

2. Pendidikan orangtua (ayah dan ibu) Pendidikan orangtua adalah status pendidikan terakhir yang dijalani oelh orangtua (ayah dan ibu) siswa. Dengan adanya status pendidikan dari orangtua diharapkan dapat menjelaskan pengaruh informasi yang diperoleh siswa melalui orangtuanya. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut: a. Tidak bersekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Diploma/S1 f. S2 g. S3 Skala yang digunakan adalah skala nominal.

3. Tempat tinggal Tempat tinggal yang dimaksud adalah gambaran tempat tinggal siswa termasuk dengan siapa siswa tersebut tinggal. Hal ini bermaksud untuk memperoleh gambaran pengaruh informasi kesehatan yang diperoleh siswa dengan atau tanpa orangtua. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut: a. Tinggal bersama orangtua b. Tidak tinggal bersama orangtua Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

16

4. Sumber infromasi Sumber informasi yang dimaksud adalah segala sumber yang dapat diakses oleh siswa dalam memperoleh infromasi. Dalam hal ini, diharapkan dapat diketahui sumber informasi apa saja yang mendukung pengetahuan siswa dalam memperoleh informasi mengenai HIV/AIDS. Hasil ukur: a. Orangtua b. Sekolah/guru c. Teman d. Media cetak/elektronik e. Internet f. Lain-Lain Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal.

5. Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang diketahui remaja tentang pengertian dan cara penularan HIV/AIDS, gejala penderita serta pencegahannya. Penilaian terhadap pengetahuan remaja terhadap HIV/AIDS dilakukan dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan indikator pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS pada remaja oleh MDGs

(11)

, yaitu mengetahui 2 cara

mencegah dan 3 miskonsepsi mengenai HIV/AIDS. Pengetahuan komprehensif itu adalah tahu bahwa (1) penggunaan kondom dapat mencegah penularan HIV, (2) setia dengan satu pasangan seks dapat mencegah penularan HIV, (3) penderita HIV dapat saja terlihat sehat, (4) gigitan nyamuk tidak menularkan HIV, (5) berbagi makanan dengan penderita HIV tidak menularkan HIV. Akan diberikan kuesioner berisi 40 pertanyaan, setiap pertanyaan yang dijawab benar akan diberikan skor 1. Hasil ukur dikategorikan sebagai berikut: a. Skor > 28: baik b. Skor 15-28 : cukup c. Skor 7 : baik b. Skor 4-7 : cukup c. Skor
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF