Pengertian Fiqh, Syariah, dan Hukum Islam.pdf

August 29, 2017 | Author: Adlal Waro | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pengertian Fiqh, Syariah, dan Hukum Islam.pdf...

Description

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika kita lebih mendalami akan pemahaman kita terhadap agama, utamanya yang berkaitan dengan tindakan para mukallifin (orang-orang yang terbebani hukum taklif), kata syari’ah, fikih, dan hukum islam merupakan kata-kata yang begitu sering kita jumpai dalam setiap pembahasannya. Tidak jarang kita menggunakan kata-kata tersebut dalam satu arti, tanpa membedakannya, bahkan seringkali malah menyamakan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak lain karena penilaian kita yang memganggap katakata tetsebut merupakan sinonim. Melihat realita yang telah umum tersebut, kami (penulis) memiliki keinginan untuk mengungkapkan bahwa, apa sebenarnya pengertian dari masing-msing kata tersebut? Apakah memang benar kata-kata itu merupakan sinonim, tanpa adanya perbedaan antara yang satu dengan yang lain? B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, pasti ada rasa ingin tahu, paling tidak ada beberapa pertanyaan yang timbul dalam benak penulis, yaitu: 1.

Bagaimanakah pengertian Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam?

2.

Apa sajakah perbedaan antara Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam?

C. Tujuan Adapun tujuan dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1.

Untuk mengetahui apa pengertian dari Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam itu.

2.

Untuk mengetahui perbedaan Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam itu.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Fikih, Syariah, dan Hukum Islam Pengertian fikih atau ilmu fikih sangat berkaitan dengan syariah, karena fikih itu pada hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah.1 Karenanya, sebelum membahasa tentang arti fikih, terlebih dahulu perlu dibahas arti dan hakikat syariah. 1.

Pengertian Syariah Syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, antaranya adalah ‫( الوارد‬al-warid) yang berarti jalan, ia bermakna pula ‫نحو الماء‬ yaitu tempat keluarnya (mata) air.2 Al-Raghib menyatakan syariah adalah metode atau jalan yang jelas dan terang misalnya ucapaan ‫شرعت له نهجا‬ (aku mensyariatkan padanya sebuah jalan). Manna' Khalil Al-Qathan berkata “Syariat pada asalnya menurut bahasa adalah sumber air yang digunakan untuk minum, kemudian digunakan oleh orang-orang Arab dengan arti jalan yang lurus (al-shirath al-mustaqim) yang demikian itu karena

tempat

keluarnya

air

adalah

sumber

kehidupan

dan

keselamatan/kesehatan badan, demikian juga arah dari jalan yang lurus yang mengarahkan manusia kepada kebaikan, padanya ada kehidupan jiwa dan pengoptimalan akal mereka.3 Kata syariah banyak terdapat di dalam Al-Qur'an, misalnya firman Allah SWT dalam QS Al-Jatsiyah : 18

ِ َّ ٍ ِ ِ ‫ين الَيَعلَ ممو َن‬ َ َ‫مُثَّ َج َعلن‬ َ ‫اك َعلَى َش ِر َيعة ِّم َن األَم ِر فَاتَّبع َها َوالَتَتَّبع أَه َوآءَ الذ‬ Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatusyariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan

1

. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih, Juz 1, hal. 1. 2 Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab Juz VII, hal. 86 3 Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir : Maktabah Wahbah, 2001, hal. 13.

3

janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. Makna syariah pada ayat ini adalah peraturan atau cara beragama. Sedangkan dalam QS Asy-Syura ayat 13 bermakna memberikan tata cara beragama :

ِ ِ ِِ َّ ‫صى بِِه نموحا والَّ ِذي أَوحي نآ إِلَيك وماو‬ ‫يم‬ َّ ‫ع لَ مكم ِّم َن الدِّي ِن َم َاو‬ َ ‫َشَر‬ َ ََ َ َ َ َ ً َ ‫صي نَا به إب َراه‬ ِ ِ ِِ ِ ‫وهم إِلَي ِه‬ َ ‫ِّين َوالَتَتَ َفَّرقموا فيه َكبم َر َعلَى ال ممش ِرك‬ ‫ني َماتَدعم م‬ َ ‫َومم‬ ‫يسى أَن أَق م‬ َ ‫يموا الد‬ َ ‫وسى َوع‬ ِ ِِ ِ ِِ ‫يب‬ ‫اهللم ََيتَِِب إلَيه َمن يَ َشآءم َويَهدي إلَيه َمن يمن م‬ Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). Makna syariah yang serupa disebutkan dalam QS Al-Syura ayat 21 Allah ta’ala berfirman :

ِ ‫ال َفص ِل لَ مق‬ ‫ض َى‬

‫آؤا َشَرعموا ََلمم ِّم َن الدِّي ِن َما ََل يَأ َذن بِِه اهللم َولَوالَ َكلِ َمةم‬ ‫أَم ََلمم مشَرَك م‬ ِ ‫ب ي ن هم وإِ َّن الظَّالِ ِمني ََلم ع َذ‬ ُ‫يم م‬ ٌ َ ‫َ م‬ َ ‫َ َم‬ ‫اب أَل م‬

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih. Dari

beberapa

ayat

tersebut

dapat

disimpulkan

bahwa

kata syariah bermakna peraturan, agama dan tata cara ibadah. Pengertian

4

ini telah mengarah kepada makna secara istilah, karena khitab dari ayatayat tersebut adalah orang-orang yang beriman agar mereka dapat merealisasikan syariat tersebut. Secara istilah “syariat” adalah “Seperangkat norma yang mengatur masalah-masalah bagaimana tata cara beribadah kepada Allah SWT, serta bermuamalah dengan sesama manusia”. Al-Fairuz Abady menyebutkan bahwa syariat adalah apa-apa yang disyariatkan Allah kepada para hambaNya.4 Ibnu Mandzur menyatakan bahwa syariah adalah :

‫سن اهلل من الدِّين وأ ََمر به كالصوم والصالة واحلج والزكاة‬ َّ ‫والشريعةم والشِّرعةم ما‬ ‫الب‬ ِّ ‫وسائر أَعمال‬ Segala sesuatu yang ditetapkan

Allah dari dien(agama) dan

diperintahkanya seperti puasa, shalat, haji, zakat dan amal kebaikan lainnya.5 Definisi ini seperti yang disebutkan oleh Manna' Al-Qathan yang menyebutkan bahwa syariat secara istilah adalah “Setiap sesuatu yang datang dari Allah SWT yang disampaikan oleh utusan/RasulNya kepada para hambaNya, dan Dia adalah pembuat syariat yang awal, hukumNya dinamakan syar'an.6 Senada dengan pengertian ini Mahmud Syalthut mendefinisikannya dengan "Sebuah nama untuk tata peraturan dan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT dalam bentuk ushulnya dan menjadi kewajiban setiap muslim sebagai pedoman dalam berhubungan dengan Allah dan antar sesama manusia."7 Para

intelektual

muslim

Indonesia

memberikan

definisi

dari syariah dengan beraneka ragam, misalnya Hasbi Ash-Shidieqy mendefinisikannya dengan “Segala yang disyariatkan Allah untuk kaum muslimin, baik ditetapkan oleh Al-Qur'an ataupun sunnah Rasul yang

4

Al-Fairuz Abady, Al-Qamus Al-Muhith, hal. 732. 5 Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab, Juz 5, hal. 86. 6 Manna' Khalil Al-Qathan, Op. Cit, hal. 14. 7 Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah Wa-Syari'ah, hal. 73.

5 berupa sabda, perbuatan, ataupuntaqrirnya”.8 Sedangkan M. Ali Hasan menyatakan bahwa syari'ah adalah : Hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah bagi hamba-hambaNya (manusia) yang dibawa oleh para nabi, baik

menyangkut

cara

mengerjakannya

yang

disebutfar'iyah

amaliyah (cabang-cabang amaliyah) dan untuk itulah fikih dibuat, atau yang

menyangkut

petunjuk

beri'tiqad yang

disebut ashliyah

i'tiqadiyah(pokok keyakinan), dan untuk itu para ulama menciptakan ilmu kalam (ilmu tauhid). Dalam bagian lain disebutkan bahwa syariah adalah “Semua yang disyariatkan Allah untuk kaum muslimin baik melalui AlQur'an maupun melalui sunnah rasul.9 Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Kata syariah muncul dalam beberapa ayat Al-Qur’an, seperti dalm surah AlMaidah:48, asy-Syura: 13, yang mengandung arti “ jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan.”(Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih. Hal. 1). Dalam hal ini agama yang ditetapkan oleh Allah disebut syariah, dalam artian lughawi karena umart isla selalu melaluinya dalam kehidupannya. 2.

Pengertian Fikih 10

.‫(فاالصل لغة) هو ما بين عليه غريه – كاصل اجلدار‬

Fikih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi akal.11 Sedangkan secara terminologi fikih merupakan bagian darisyari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin

8

Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 2001. hal. 18. 9 M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 1995, hal. 5. 10 Abdul hamid hakim, Al-Bayan. hal 3-4 11 Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fikih. hal. 18

6 mengatakan fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili.12 Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskan bahwa fikih itu menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatu yang berasal dari kehendak Allah. Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan bahwa fikih itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah. Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan amaliah seperti masalah keimanan atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fikih dalam uraian ini. penggunaan kata “digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fikih itu adalah hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang hukum. Fikih itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdak dijelaskan oleh nash. Dari penjelasan diata dapat kita tarik benang merah, bahwa fikih dan syariah memiliki hubungan yang erat. Semua tindakan manusia di dunia dalam mencapai kehidupan yang baik itu harus tunduk kepada kehendak Allah dan Rasulullah. Kehendak Allah dan Rasul itu sebagian terdapat secara tertulis dalam kitab-Nya yang disebut syari’ah. Untuk mengetahui semua kehendak-Nya tentang amaliah manusia itu, harus ada pemahaman yang mendalam tentang syari’ah, sehingga amaliah syari’ah dapat diterapkan dalam kondisi dan situasi apapun dan bagaimanapun. Hasilnya itu dituangkan dalam ketentuan yang terinci. Ketentuan yang terinci

tentang

amaliah

manusia

mukalaf13

yang

diramu

dan

12 Amir Syarifuddin, Op. Cit, hal. 3 13 Mukallaf adalah muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal. Sedangkan mujtahid adalah ialah orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa masalah saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka tidak mengikuti satu madzhab. Misalnya, Hazairin berijtihad tentang hukum kewarisan Islam, Mahmus Junus berijtihad tentang hukum perkawinan, A. Hasan Bangil berijtihad tentang hukum kewarisan dan hukum lainnya, Prof. Dr. H. M. Rasyidi berijtihad tentang filsafat Islam. Wikipedia, mukallaf. Mujtahid.

7 diformulasikan sebagai hasil pemahaman terhadap syari’ah itu disebut fikih.14 3.

Pengertian Hukum Islam Kata hukum dalam “Hukum Islam” bukanlah arti hukum dalam bahasa Arab al-hukm akan tetapi makna hukum dalam bahasa Indonesia adalah bermakna syari'ah dalam bahasa Arab. Pendapat ini seperti disebutkan oleh Fathurrahman Djamil yang menyimpulkan : Kata hukum Islam tidak ditemukan sama sekali di dalam Al-Qur'an dan literatur hukum dalam Islam15, yang ada dalam Al-Qur'an adalah kata syari'ah, fikih, hukum Allah dan yang seakar dengannya, kata hukum Islam merupakan terjemahan dari term “Islamic Law” dari literatur barat.16 Maka dalam ruang lingkup hukum Islam digunakan istilah Syariah Islam, yaitu "Seluruh peraturan dan tata cara kehidupan dalam Islam yang diperintahkan oleh Allah SWT yang termaktub di dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah". Hal ini sebagaimana term hukum dalam bahasa Indonesia yaitu “Seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan ditegakkan oleh penguasa, baik berupa hukum tertulis ataupun tidak tertulis seperti hukum adat”.17 Pengertian selanjutnya dalam rangkaian hukum Islam adalah kata “Islam”. Kata ini secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu kata - ‫السالم‬ ‫ إسالما‬- ‫( أسلم – يسلم‬al-salam-aslama-yaslimu-islaman) kata ini mempunyai cabang makna yang sangat banyak, namun semuanya menunjuk kepada

14 Mukallaf adalah muslim yang dikenai kewajiban atau perintah dan menjauhi larangan agama (pribadi muslim yang sudah dapat dikenai hukum). Seseorang berstatus mukallaf bila ia telah dewasa dan tidak mengalami gangguan jiwa maupun akal. Sedangkan mujtahid adalah ialah orang-orang yang berijtihad hanya pada beberapa masalah saja, jadi tidak dalam arti keseluruhan, namun mereka tidak mengikuti satu madzhab. Misalnya, Hazairin berijtihad tentang hukum kewarisan Islam, Mahmus Junus berijtihad tentang hukum perkawinan, A. Hasan Bangil berijtihad tentang hukum kewarisan dan hukum lainnya, Prof. Dr. H. M. Rasyidi berijtihad tentang filsafat Islam. Wikipedia, mukallaf. Mujtahid. 15 Amir Syarifuddin, Op. Cit, hal. 5 16 Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. hal. 11. 17 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, hal. 40.

8 makna ‫( السلم‬al-salam) yaitu kesejahteraan, kedamaian serta sifat tunduk patuh.18 Dalam Al-Qur'an akar kata ‫(أسلم‬aslama) terdapat dalam QS AlHujuraat : 14

ِ ِ ‫اب ءَ َامنَّا قمل ََل تمؤِمنموا َولَ ِكن قمولموا أَسلَمنَا َولَ َّما يَد مخ ِل‬ ‫اْلميَا من ِِف‬ ‫قَالَت األَعَر م‬ ِ ‫قملموبِ مكم وإِن تم ِطيعوا اللَّه ورسولَه َال يلِت مكم ِمن أَعمالِ مكم َشيئا إِ َّن اللَّه َغ مف‬ ‫يم‬ ً ٌ َ َ ‫م َ ََ م م‬ ٌ ‫ور َرح‬ َ َ Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu ta`at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada

akan

mengurangi

sedikitpun

(pahala)

amalanmu;

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Pada ayat ini kata ‫ أَ ْسلَ ْمنَا‬berarti kami tunduk kepada peraturan Allah SWT. Adapun dalam QS Al-Jin : 14, kata ‫ أَ ْسلَ ْم‬bermakna taat terhadap perintahNya :

ِ ‫وأَنَّا ِمنَّا المسلِمو َن وِمنَّا ال َق‬ ‫ك ََتََّروا َر َش ًدا‬ َ ِ‫اسطمو َن فَ َمن أَسلَ َم فَأمولَئ‬ َ ‫م م‬ َ Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang ta`at dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang ta`at, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Sinonim dari kata tunduk dan taat adalah berserah diri, hal ini seperti disebutkan dalam QS Az-Zumar :54

ِ ِ ِ ِ ِ ‫ص مرو َن‬ َ ‫اب مُثَّ َال تمن‬ ‫َوأَنيبموا إ ََل َربِّ مكم َوأَسل مموا لَهم من قَب ِل أَن يَأتيَ مك مم ال َع َذ م‬ Dan

kembalilah

kamu

kepada

Tuhanmu,

danberserah

dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Selain itu masih banyak sekali ayat-ayat yang menggunakan lafadz aslama seperti dalam QS Ash-Shafaat 103, An-Naml 44, Al-Haj 18

Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab Juz VI, hal. 344.

9

34, Al-An'am 14, Al-Maidah 44, An-Nisaa 125, Ali Imran 83 dan 20 serta Al-Baqarah ayat 131 dan 112.19 Akar kata aslama juga terdapat dalam sebuah hadits yang shahih dari riwayat Abdullah bin Amr bin Al-'Ash, Rasulullah bersabda :

‫املسلم من سلم املسلمون من لسانه ويده‬ Seorang muslim itu adalah seseorang yang kaum muslimin lainnya selamat dari ucapan lidah dan gangguan tangannya.”20 Sedangkan pengertian Islam menurut istilah adalah:

‫اْلستسالم هلل بالتوحيد واالنقياد له بالطاعة والباءة من الشرك وأهله‬ Penyerahan diri kepada Allah SWT serta tunduk dengan penuh ketaatan serta berlepas diri dari syirik dan para pelakunya."21 Secara umum dapat dikatakan bahwa Islam adalah “Rangkaian ibadah kepada Allah SWT dengan apa-apa yang disyariatkanNya, ia berlaku sejak Nabi pertama di utus hingga hari kiamat, sebagaimana disebutkan dalam QS Al-Baqarah ayat 128 :

ِ ِ ‫اب َواحلِك َم َة‬ َ ِ‫َربَّنَا َواب َعث في ِهم َر مسوالً ِّمن مهم يَت لموا َعلَي ِهم ءَايَات‬ َ َ‫ك َويم َعلِّ مم مه مم الكت‬ ِ ِ َ ‫َّك أ‬ ‫يم‬ َ ‫َويمَزِّكي ِهم إِن‬ ‫َنت ال َعز ميز احلَك م‬ Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

19

Fadhlurrahman, Indeks Al-Qur’an, Bandung : Pustaka Hikmah, lLihat dalam software Holy Qur'an. 20 HR Bukhari. Lihat Fath Al-Bary Juz 10 hal. 446. lihat pula Lisan Al-Arab Ibnu Mandzur hal. 345. dan Maktabah Syamilah. 21 Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarh Ats-Tsalastah Al-Ushul, Mesir : Dar Ibn AlJauzy, 2004, hal. 50.

10

Sedangkan Islam dalam arti khusus adalah agama yang diturunkan oleh

Allah

Wassalam bagi

SWT

kepada

seluruh

umat

Nabi

Muhammad Shalallahu

manusia.22 Pengertian

yang

Alaihi lebih

komprehensif disebutkan oleh Mahmud Syalthut dalam Al-Islam, Aqidah wa Syari'ah, ia mendefinisikan Islam dengan “Dienullah (Agama Allah) yang

diwahyukan

kepada

Nabi

Muhammad Shalallahu

Alaihi

Wasalam yang berisi pokok pengajaran pada bidang ushul(dasar/pokok) maupun syariat, dan Nabi diperintahkan untuk menyampaikan kepada seluruh manusia dan menda'wahkannya.23 Dari sini dapat dipahami bahwa hukum Islam adalah hukum yang berdasarkan kepada nilai-nilai yang terkandung dalam Islam. Mengenai hal ini M. Daud Ali mengatakan “Hukum Islam adalah seperangkat tingkah laku yang mengatur tentang hubungan seorang manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya yang berasal dari Allah SWT”.24 Adapun Hasbi Ash-Shidieqy menyatakan bahwa hukum Islam adalah “Hukum-hukum yang bersifat umum dan kulli yang dapat diterapkan dalam perkembangan hukum Islam menurut kondisi dan situasi masyarakat dan masa.25

4.

Perbedaan antara Syari’ah, Fikih, dan Hukum Islam Dari pengertian syari'ah dan fikih yang telah dibahas sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki karakter masingmasing. Dilihat dari sumbernya maka syariah bersumber dari Allah SWT yaitu berupa Al-Qur'an dan Hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam. Sedangkan fikih bersumber dari para ulama dan ahli fikih yang telah menggali hukum-hukum yang berasal dari Al-Qur'an dan Hadist. Sementara dari segi obyeknya maka syariah objeknya meliputi bukan saja

22

Ibid, hal. 15. Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah Wa-Syari'ah, hal. 7. 24 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, hal. 40. 25 M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah hukum Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1986. hal. 44. 23

11

batin manusia akan tetapi juga lahiriyah manusia dengan Tuhannya (ibadah). Sedangkan fikih objeknya peraturan manusia yaitu hubungan lahir antara manusia dengan manusia serta manusia dengan makhluk lainnya.

Perbedaan

selanjutnya

adalah

mengenai

sanksi

ketika

melanggarnya, syariah sanksinya adalah pembalasan Allah SWT di akhirat, sedangkan fikih Semua norma sanksinya bersifat sekunder yaitu negara sebagai pelaksana sanksinya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa hukum Islam adalah aturanaturan yang datang dari Allah SWT melalui perantara para rasul-Nya yang berupa hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih. Dengan kata lain hukum Islam adalah syariat Allah yang bersifat menyeluruh berupa hukum-hukum yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta hukum-huukm yang dihasilkan oleh para ahli hukum Islam dengan menggunakan metode ijtihad (fikih).

12

BAB III PENUTUP

Dari pembahasan yang telah kami uraikan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan, bahwa: 1. Syari’ah merupakan isi yang sebenarnya dari wahyu (al-Qur’an dan al-Sunnah). Sedangkan fikih ialah ilmu yang menerangkan hukumhukum syariat Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci. Hukum Islam adalah aturan-aturan yang datang dari Allah SWT melalui perantara para rasul-Nya yang berupa hukum-hukum yang qath’i (syariah) dan juga yang bersifat dzanni yaitu fikih. 2. Hukum islam lebih umum dari pada kedua kata lainnya, karena apabila berupa hukum-hukum qath’i dinamakan dengan syari’ah. Sedangkan bila berupa hukum yang dzanni maka dinamakan dengan fikih.

13

DAFTAR PUSTAKA

Abdul hamid hakim, Al-Bayan, tt. Amir Syarifuddin, Ushul Fikih, Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2009. Fadhlurrahman, Indeks Al-Qur’an, Bandung : Pustaka Hikmah, dalam software Holy Qur'an. Fathurrahman Jamil, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999. Hasbi Ash-Shidieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra , 2001. Ibnu Mandzur, Lisan Al-‘Arab , tt Mahmud Syalthut, Al-Islam Aqidah Wa-Syari'ah, tt. Maktabah Syamilah. Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir : Maktabah Wahbah, 2001. Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, tt. Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarh Ats-Tsalastah Al-Ushul, Mesir: Dar Ibn Al-Jauzy, 2004. M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta : PT Rajagrafindo Persada, 1995. M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Falsafah hukum Islam, Jakarta : PT Bulan Bintang, 1986. Rachmat Syafe’I, Ilmu Ushul Fikih, tt.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF