Pengertian dan Proses Progradasi, Retrogradasi dan Agradasi

April 30, 2018 | Author: Alfi Cahya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Progradasi, Retrogradasi dan Agradasi...

Description

TUGAS MATA KULIAH SEDIMENTOLOGI

Pengertian dan Proses Progradasi, Retrogradasi dan Agradasi

1

Pengertian dan Proses Progradasi, Retrogradasi dan Agradasi 1. Progadasi

Progradasi adalah proses perkembangan gisik, gosong atau bura ke arah laut melalui pengendapan sedimen yang dibawa oleh hanyutan litoral (Setiyono, 1996). Bentuk-bentuk endapan yang utama dari gelombang dan arus sepanang pantai adalah beach, bars, spits, tombolo, tidal delta, dan beach ridges. Ketika gelombang menghempas (swash) merupakan kekuatan pukulan untuk memecahkan batuan yang ada di pantai. Butiran-butiran halus dari pecahan  batuan (material klastis), seperti kerikil atau pasir, kemudian diangkut sepanjang  pesisir (shore, zona pasang-surut), yaitu bagian yang terkadang kering dan terkadang berair oleh gerak pasang-surut atau oleh arus terbimbing sepanjang  pesisir (long shore currents). Proses erosi dan pemindahan bahan- bahan penyusun  pantai (beach) yang terangkut disebut beachdrift, yaitu penggeseran- penggeseran  pasir atau kerikil oleh gelombang (swash dan backwash) sampai diendapkan danmembentuk daratan baru, misalnya, endapan punggungan pasir memanjang yang disebut off shore bars atau spit.

Gambar diambil dari

http://www.sepmstrata.org/CMS_Images/progradation-kendall.jpg

2. Retrogradasi

Pergerakan pantai tanah-bangsal dalam menanggapi pelanggaran. Hal ini dapat terjadi selama kenaikan permukaan laut dengan fluks sedimen rendah. pola

2

susun retrogradasi dari parasequences mengacu pada pola yang fasies menjadi semakin lebih distal ketika ditelusuri ke atas secara vertikal (Posamantier, 1988; Wilgus, 1988; Emery, dan Meyers, 1996). Perkembangan pola pengendapan yang mundur mengisi tempat akomodasi yang ada diatas pengendapan yang sudah ada sebelumnya dan terjadi backstapping. Pola pengendapan mundur ini salah satunya disebabkan oleh naiknya muka air atau garis pantai menuju ke arah darat identik dengan transgresi. Hal ini terjadi dimana pasokan sedimen (s upply sediment) lebih rendah dibandingkan dengan tempat akomodasi (accommodation space).

3. Agradasi

Agradasi merupakan suatu pembentukan permukaan bumi melalui  pengendapan, gejala ini adalah gejala jangka panjang yang prosesnya berakibat tingginya

permukaan

bumi

yang

sebelumnya

rendah

sebagai

akibat

 penimbunan/sedimentasi oleh tenaga air, gelombang arus tsunami, gravitasi, gletser dan angin. Perkembangan pola yang tetap dimana volume pasokan sedimen (supply sediment)

seimbang

dengan

tempat

akomodasi

(accommodation

space)

(keseimbangan antara sediment supply dan kenaikan muka air laut).

3

4. Regresi  (Susut Laut/Seaward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan garis pantai yang menuju (mundur) ke arah lautan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti  pasokan sedimen (sediment supply) lebih besar dari tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan relatif sea level. Dalam sikuen stratigrafi terdapat istilah force regresi yang berarti suatu kondisi regresi yang dipaksakan karena drop sea level. Jadi istilah transgresi dan regresi hanya mengenai perubahan garis pantai yang maju atau mundur dari posisi awal. Kedua istilah ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pengendapan yang terjadi di dalamnya. Transgresi dan regresi ini menghasilkan produk pengendapan.

5. Transgresi

(Genang Laut/Landward) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan garis  pantai yang menuju (maju) ke arah daratan. Hal ini terjadi karena beberapa sebab seperti pasokan sedimen (sedimen supply) lebih kecil dari pada tempat akomodasi (accommodation space), perubahan global dan relatif sea level.

4

Gambar diambil dari

https://3.bp.blogspot.com/YpeYuxE69xY/Vu0_tz63GBI/AAAAAAAABLY/651 AOdWQNDcj-A0OqMxwgN4Kk5NxoemQ/s1600/progradasi%252C%2Bretrogradasi%252C%2Bagradasi.jpg

Van Wagoner dkk (1990) mendefinisikan parasekuen set (parasequence  set) sebagai paket selaras yang disusun oleh sejumlah parasekuen, di dalam lintap mana parasekuen-parasekuen itu memiliki kaitan genetik, serta dibatasi oleh maximum flooding surface  dan keselarasan yang korelatif dengannya. Apabila  parasekuen mencerminkan individu topset  dalam suatu systems tract , sebagaimana yang tampak dalam rekaman seismik, parasekuen set biasanya mencerminkan keseluruhan komponen topset  tersebut. Berdasarkan pola tumpukan vertikalnya, dapat dikenal adanya tiga jenis  parasekuen set: parasekuen set progradasional (progradational parasequence set),  parasekuen set aggradasional (aggradational parasequence set), dan parasekuen set retrogradasional (retrogradational parasequence set). Dalam parasekuen set  progradasional, fasies yang terletak di atas suatu batas parasekuen mengindikasikan lingkungan yang lebih dangkal dibanding fasies yang terletak di bawah batas  parasekuen itu. Dalam parasekuen set retrogradasional, fasies yang terletak di atas suatu batas parasekuen mengindikasikan lingkungan yang lebih dalam dibanding fasies yang terletak di bawah batas parasekuen tersebut. Dalam parasekuen set aggradasional, fasies yang terletak di atas suatu batas parasekuen mengindikasikan lingkungan yang lebih kurang sama dengan lingkungan yang diindikasikan oleh fasies yang terletak di bawah batas parasekuen tersebut. Topset   dari lowstand   dan highstand prograding wedges umumnya berupa  parasekuen set progradasional, sedangkan transgressive systems tract   berupa  parasekuen set retrogradasional. Walau demikian, parasekuen set dan systems tract  tidak selalu sinonim seperti itu. Posamentier & James (1993) memperlihatkan  bahwa  systems tracts  yang terbentuk di daerah dengan laju subsidensi dan laju  pemasokan sedimen yang tinggi dapat disusun oleh sejumlah paras ekuen set. Jadi,  parasekuen set adalah satuan pengendapan yang lebih tinggi tingkatannya daripada  parasekuen, namun lebih rendah daripada sekuen. Marine flooding surface utama

5

yang membatasi parasekuen set dapat digunakan sebagai lapisan penciri dalam korelasi regional.

6

DAFTAR PUSTAKA Wilgus, C.K., Hastings, B.S., Kendall, C.G.St.C., Posamentier, H.W., Ross, C.A., Van Wagoner, J.C. (Eds.). 1988. Sea Level Changes ––  An Integrated  Approach, vol. 42. SEPM Special Publication,407 p.

Aditya. 2012, diakses pada tanggal 13 Desember 2016 di alamat : http://zonageologi.blogspot.co.id/2012/07/prinsip-dasar-stratigrafi.html

Hugo. 2016. Diakses pada tanggal 13 Desember 2016 dial amat : http://ilmubatugeologi.blogspot.co.id/2016/03/fluktuasi-naik-dan-turunmuka-air-laut.html

7

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF