Pengendalian Dan Pemberantasan Lalat
November 10, 2018 | Author: Anisa Rahmadiana A. | Category: N/A
Short Description
Download Pengendalian Dan Pemberantasan Lalat...
Description
PRAKTIKUM II PENGENDALIAN DAN PEMBERANTASAN LALAT
Nama
:
Anisa Rahmadiana Ariani
NIM
:
J410110110
Kelas / Shift
:
6B / Shift A
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
A.
PENDAHULUAN
Status masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang kurang memenuhi syarat sanitasi dapat mengundang berbagai macam mac am penyakit menular. Program pengendalian lingkungan bertujuan untuk menyediakan air, udara dan makanan yang bersih dan aman. Manajemen pengelolaan limbah padat (sampah kering dan sampah basah), limbah cair (air kotor), dan pengendalian
vektor
juga
termasuk
dalam
program
pengendalian
lingkungan. (Efendi, 2009) Lalat merupakan serangga dari ordo Diptera yang mempunyai sepasang sayap biru berbentuk membran. Semua bagian tubuh lalat rumah bisa berperan sebagai alat penular penyakit (badan, bulu pada tangan dan kaki, feses dan muntahannya). Kondisi lingkungan yang kotor dan berbau merupakan
tempat
yang
sangat
baik
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangbiakan bagi lalat rumah. (Ahmad, 2002) 2002) Lalat juga merupakan spesies yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan infectious agent dari sumber infeksi kepada host yang rentan. (Kusnoputranto, 2000) Upaya untuk menurunkan populasi lalat adalah sangat penting, mengingat dampak yang ditimbulkan. Untuk itu sebagai salah satu cara penilaian baik buruknya suatu lokasi adalah dilihat dari angka kepadatan lalatnya. Dalam menetukan kepadatan lalat, pengukuran yang tepat dan bisa diandalkan adalah terhadap populasi lalat dewasa dari pada pengukuran populasi larva lalat. (Ervina, 2012) Ada bermacam - macam teknik pengendalian lalat. Diantara teknik pengendalian lalat yang biasa digunakan adalah penggunaan insektisida, pelaksanaan sanitasi, pembabatan tumbuhan (clearing of vegetation), dan pengendalian genetik. (Chandra, 2006) 2006)
B.
TUJUAN
1. Mengetahui kepadatan lalat di wilayah TPS Wirogunan Kartasura, pabrik tahu Kartasura, dan kandang babi babi Kartasura. 2. Mengetahui berapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit bagi lingkungan sekitar.
C.
ALAT
-
Fly grill
-
Counter
-
Stopwatch
-
Masker
-
Sepatu boots
D.
HASIL
Dari survey yang telah dilakukan pada tanggal 7 Mei 2013, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Lokasi TPS Wirogunan Kartasura, pukul 07.30 WIB
Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill 30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Ke 7
Ke 8
Ke 9
Ke 10
25
10
105
13
58
94 94
71
69
47
6
Jumlah lalat (5 tertinggi pada 10 pengukuran)
:
397
Rata-rata (5 tertinggi)
:
79.4
Keterangan
:
Sangat tinggi
b. Lokasi Pabrik Tahu Kartasura, pukul 08.00 WIB
Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill 30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Ke 7
Ke 8
Ke 9
Ke 10
3
0
4
4
7
0
1
20
14
6
Jumlah lalat (5 tertinggi pada 10 pengukuran)
:
51
Rata-rata (5 tertinggi)
:
10.2
Keterangan
:
Tinggi
c. Lokasi Kandang Babi Kartasura, pukul 08.15 W IB
Jumlah lalat yang hinggap pada fly grill
E.
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
30”
Ke 1
Ke 2
Ke 3
Ke 4
Ke 5
Ke 6
Ke 7
Ke 8
Ke 9
Ke 10
0
12
10
7
6
0
1
0
6
0
Jumlah lalat (5 tertinggi pada 10 pengukuran)
:
36
Rata-rata (5 tertinggi)
:
7.2
Keterangan
:
Tinggi
PEMBAHASAN
Pengukuran kepadatan lalat dilakukan di tiga lokasi. Lokasi pertama di TPS Wirogunan Kartasura, kedua di Pabrik Tahu Kartasura, dan ketiga di Kandang Babi Kartasura. Pada saat praktikum pemantauan kepadatan lalat praktikan atau mahasiswa menggunakan APD yaitu berupa masker dan sepatu boots. Pada survey penghitungan kepadatan lalat yang dilakukan, di setiap lokasi dilakukan penghitungan selama 30 detik sebanyak sepuluh kali. Jumlah lima tertinggi diambil kemudian di rata-rata. Kategori pada rata-rata lima tertinggi : a. 0-2
: Rendah (tidak ada masalah)
b. 3-5
: Sedang (perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat)
c. 6-20
: Tinggi (populasi cukup padat & perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin rencana pengendalian) pengendalian)
d. 21 katas
: Sangat tinggi (populasi padat & perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian) pengendalian)
Dari survey yang dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut (lihat point D. Hasil), maka pada lokasi : a. TPS Wirogunan Kartasura, dengan jumlah kepadatan lalat (5 tertinggi pada 10 pengukuran) adalah 397 lalat, dengan rata-rata (5 tertinggi) 79.4, maka di TPS Wirogunan kepadatan lalat termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa di TPS Wirogunan diperlukan tempat pengamanan biaknya lalat dan diperlukan adanya tindakan pengendalian. b. Pabrik tahu Kartasura, dengan jumlah kepadatan lalat (5 tertinggi pada 10 pengukuran) adalah 51 lalat, dengan rata-rata (5 tertinggi) 10.2, maka di pabrik tahu Kartasura kepadatan lalat termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa di pabrik tahu Kartasura diperlukan tempat pengamanan biaknya lalat dan bila mungkin diperlukan adanya tindakan t indakan pengendalian. c. Kandang babi Kartasura, Kartasura,
dengan jumlah kepadatan kepadatan lalat (5 tertinggi tertinggi
pada 10 pengukuran) adalah 36 lalat, dengan rata-rata (5 tertinggi) 7.2, maka di peternakan babi Kartasura kepadatan lalat termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa di peternakan babi Kartasura diperlukan tempat pengamanan biaknya lalat dan bila mungkin diperlukan adanya tindakan pengendalian.
F.
KESIMPULAN
1. Pengendalian lalat merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh lalat t ersebut. 2. Dari hasil penghitungan kepadatan lalat, hasil tertinggi atau lokasi dengan kepadatan tertinggi adalah di TPS Wirogunan Kartasura, dengan nilai rata-rata 79,4. 3. Tingginya populasi kepadatan lalat diperlukan penanganan tindakan pengendalian dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat, sehingga nantinya lalat tersebut tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad 2002. Kawalan Lalat Rumah (Musca domestica) di Kawasan Ladang Peternakan Ayam. www.jphpk.gov.my. (Online, diakses pada 8 Mei 2013)
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan Lingkungan.. Jakarta : EGC
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ervina, Yolamba. 2012. Menghitung Kepadatan Lalat . Http://lingksehat.blogspot.com/2012/12/menghitung-kepadatan-lalat.html.. sehat.blogspot.com/2012/12/menghitung-kepadatan-lalat.html (Online, diakses pada 8 Mei 2013).
Kusnoputranto, Haryoto, 2000. Kesehatan Lingkungan. Lingkungan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
View more...
Comments