Pengenalan Identifikasi Alkaloid Dan Basa Nitrogen, Barbiturat, Sulfonamida, Dan Antibiotik
March 27, 2017 | Author: Mega Trinova | Category: N/A
Short Description
Analisis Fisikokimia...
Description
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA II Identifikasi Senyawa-Senyawa Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen,Barbiturat,Sulfonamida, dan Antibiotika
Disusun Oleh : Mega Trinova Durika 260110130098
LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA II FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN 2015
Identifikasi Senyawa-Senyawa Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen, Barbiturat, Sulfonamida, dan Antibiotika
I.
Tujuan Mengetahui dan memahami cara identifikasi golongan alkaloid dan basa nitrogen , barbiturate,sulfonamide,dan antibiotika.
II.
Prinsip 1. Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen Golongan alkaloid dan basa nitrogen adalah senyawa yang mengandung amina dalam struktur molekulnya sehingga bersifat basa. Dapat bereaksi dengan reagensia dragendarf,dapat diamati dari terbentuknya endapan. 2. Golongan Sulfonamida Pengkopelan dengan reagensia p-DAB menghasilkan endapan dengan spectrum warna kuning hingga merah. 3. Golongan Barbiturat Pembentukan kompleks berwarna dengan reagensia Parri. Caranya zat harus bebas air, di atas kertas saring, tambahkan pereaksi Parri (larutan kobalt nitrat dalam alkohol), paparkan kertas saring di atas uap ammonia. 4. Golongan Antibiotik Reaksi dengan asam atau basa pekat.
III. Reaksi I.
Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen 1. Kinin + H2SO4
( Clark , 2002)
2. Papaverin HCl + H2SO4
( Clark , 2002) 3. Efedrin HCl + Tembaga (II) Sulfat dan NaOH
( Clark , 2002)
II.
Golongan Sulfonamida 1. Sulfamerazin + Vanilin sulfat
( Roth & Blasche , 1988 )
2. Sulfamerazin + Vanilin sulfat
(Svehla,1986)
3. Sulfamerazin + CuSO4
(Svehla, 1986)
III.
Golongan Barbiturat 1. Luminal + H2SO4 + α-naftol
(Svehla,1985)
2. Barbital + H2SO4 + α-naftol
(Svehla,1985)
IV.
Golongan Antibiotika 1. Amoksisilin + H2SO4
(Roth & Blosche,1988)
2. Kloramfenikol + Piridin + NaOH ( Fujiwara )
(Moss and Rylance,1966)
3. Tetrasiklin + H2SO4
(Svehla,1985)
IV. Teori Dasar Alkaloid adalah senyawa nitrogen organic, lazimnya bersifat heterosiklik, sering bersifat optis aktif dan kebanyakan berbentuk kristal lebih dari 10000 jenis alkaloid sudah dapat diisolasi dari alam. Alkaloid memiliki banyak sekali aktivitas biologis seperti antimikroba, antioksidan, antikanker, antiinflamasi, dan aktivitas antivirus ( Zhu Shuang Lai dkk, 2011). Beberapa reagen yang digunakan untuk identifikasi alkaloid dengan prinsip presipitasi adalah : a. Reagen Mayer : Terdiri dari Merkurio klorida , Kalsium iodide dan aquadest b. Reagen Dragendarf : Iodin,dan kalium klorida ( E-Pharmacognosy , 2012 ) Sulfonamida adalah kelompok zat antimikroba dengan rumus NH2C6H4-SO2-NHR . Golongan ini bersifat amfoter,artinya dapat membentuk garam dengan asam maupun basa. Sulfonamida merupakan antibiotic yang bekerja menghambal sintesis asama folat,contohnya sulfastin, dihidropteroat, dan sulfapiridin (Gupra, 2014). Barbiturat merupakan turunan asam barbiturate 12, 4, 6 trioksohidro pirimin yang merupakan kondensasi antara urea dengan asam malonate. Barbiturate bersifat lipofil, sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam pelarut-pelarut non polar seperti minyak, kloroform dan sebagainya. Barbiturate secara ekstensif digunakan sebagai hipnotik dan sedative (Ganiswara, 2015).
Identifikasi golongan antibiotika : 1. +KOH + piridin kloramfenikol 2. + p-DAB + HCl jingga (penisilin) 3. + Felling A + B endapan merah bata (ampisilin, amoksisilin) 4. + 𝐻2 𝑆𝑂4 merah ungu (tetrasiklin, rifampisin), coklat (eritromisin) (Setiono, 1990)
V.
Alat dan Bahan 5.1 Alat 1. Cincin sublimasi 2. Kaca preparat 3. Kapas 4. Mikroskop 5. Plat tetes 6. Pipet tetes 7. Pembakar Bunsen 8. Penagas air 9. Spektro-UV 10. Tabung Reaksi
5.2 Bahan 1. Air 2. Amiksisilin 3. Asam asetat 4. Asam asetat anhidrid 5. Asam klorida 6. Asam sulfat 7. Aseton air 8. Barbiturat 9. Benedict 10. Efedrin
11. Formaldehid 12. Formalin sulfat 13. Heksamin 14. Kitin 15. Kolramfeniko 16. Kppayi-zwiker 17. Kertas lakmus merah 18. Kloroform 19. Larutan Bromida 20. Larutan tembaga (II) sulfat 21. Luminal 22. Merkuri kolorida 23. Merkurionitrat 24. Natrium Hidroksida 25. Papaverin HCl 26. Pereaksi Fujiwara 27. Pereaksi Lieberman 28. Pereaksi Mandelin 29. Pereaksi Marquis 30. Pereaksi Nessler 31. Pereaksi p-DAB 32. Pereaksi Thaleiuquin 33. Streptomisin sulfat 34. Sulfanilamid 35. Sulfamerazin 36. Tetrasiklin 37. Vanilin – sulfat
VI.
Prosedur dan Data Pengamatan A. Golongan Alkaloid dan Basa Nitrogen
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Gambar
Kinin HCl 1
Kinin HCl + air + 𝐻2 𝑆𝑂4
+ air tidak larut
Dilihat dibawah sinar UV
+ 𝐻2 𝑆𝑂4 larut menjadi warna kuning muda Sinar UV 254 berfluoresensi menjadi warna biru muda
2
Kinin HCl + Kristal 𝐻𝑔𝐶𝑙2
Kristal putih berbentuk
Kristal diamati di bawah
panjang
mikroskop
Papaverin HCl 1
Papaverin HCl + asam
Terbentuk larutan
asetat anhidrat + 𝐻2 𝑆𝑂4,
berwarna kuning
lalu dipanaskan.
Pada sinar UV 254
Diamati dibawah UV
berfluoresensi menjadi warna kuning kehijauan Pada Sinar UV 254
2
Papaverin HCl + 𝐻𝑔𝐶𝑙2
Kristal bulat berwarna
Kristal diamati dibawah
putih
mikroskop
Efedrin 1
Efedrin + 𝐶𝑢𝑆𝑂4 + NaOH
Terbentuk larutan berwarna ungu
2
Efedrin + 𝐻𝑔𝐶𝑙2
Kristal berbentuk kotak
Kristal yang terbentuk diamati dibawah mikroskop
B. Golongan Sulfanamid dan Barbiturat No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Sulfamerazin 1
Sulfamerazin + p-DAB Amati perubahan warnanya
Terbentuk larutan orange
Gambar
2
Sulfamerazin + 𝐶𝑢𝑆𝑂4
Terbentuk larutan biru muda dan Kristal 𝐶𝑢𝑆𝑂4 tidak larut
3
Sulfamerazin
+
sulfat + 𝐻2 𝑆𝑂4
Vanilin
Terbentuk kuning
larutan keorangean
dengan Kristal tidak larut dan menyebar
4
Sulfamerazin + Koppayi- Terbentuk larutan kuning zwiker
5
Sulfamerazin aseton air
dan menguap
+
Kristal Terbentuk Kristal tidak beraturan
Luminal 1
Luminal + Koppayi zwikker Terbentuk larutan pink
2
Luminal + reaksi Kristal Kristal berbentuk batang aseton air
Barbital 1
Barbital + Koppayi zwikker
Terbentuk larutan merah muda yang pekat
2
Barbital + reaksi Kristal Kristal berbentuk batang aseton air
C. Golongan Antibiotika No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
Gambar
Amoksisilin 1
Amoksisilin
dipanaskan Tercium bau belerang
diatas nyala api bunsen Diamati aromanya
2
Pada pelat tetes + 𝐻2 𝑆𝑂4 + 𝐻2 𝑆𝑂4 kuning pekat pekat.
Sinar UV 254 nm hijau
Amati dibawah sinar UV
kekuningan
Pada Sinar UV 254
3
Amoksisilin + Kristal aseton Berbentuk hablur, tidak air
ada kristal
Kloramfenikol 1
Kloramfenikol + pereaksi Larutan berwarna hijau Nessler
2
muda
Kloramfenikol
+
reaksi Kristal memanjang
Kristal aseton air
Tetrasiklin 1
Tetrasiklin benedict
+
pereaksi Larutan berwarna hijau dan hijau
terdapat
endapan
2
Tetrasiklin
+
pereaksi Larutan berwarna kuning
marquis
3
Tetrasiklin + 𝐻2 𝑆𝑂4
Larutan berwarna orange dan ada endapan orange pkat
VII. Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan reaksi pendahuluan untuk golongan alkaloid dan basa nitrogen, barbiturat,
sulfonamida, dan antibiotik. Untuk
golongan alkaloid dan basa nitrogen, prinsip yang digunakan adalah reaksi dengan reagensia Dragendorf meghasilkan suatu endapan. Prinsip pengujian reaksi identifikasi golongan sulfonamida adalah pengkopelan dengan reagensia p-DAB menghasilkan endapan dengan spektrum warna kuning hingga merah. Prinsip reaksi golongan barbiturate adalah pembentukan kompleks dengan reagensia Parri. Prinsip identifikasi golongan antibiotika adalah reaksi dengan asam pekat atau basa pekat. Identifikasi pertama yang dilakukan yaitu pada golongan alkaloid dan basa nitrogen. Alkaloid adalah senyawa yang mengandung substansi dasar nitrogen basa, biasanya dalam bentuk cincin heterosiklik. Alkaloid terdistribusi secara luas pada tanaman. Diperkirakan sekitar 15 – 20%vascular tanaman mengandung alkaloid. Basa nitrogen adalah “anak tangga” yang berbentuk seperti cincin datar, ditumpuk di atas satu sama lain di tengah-tengah untai DNA. Fungsinya adalah untuk menguraikan urutan yang kita sebut gen – yang dapat
dipikirkan basa sebagaimana huruf dan gen mereka membuat sebagai kata-kata atau kalimat. Sampel pertama yang diuji pada golongan alkaloid dan basa nitrogen adalah kinin. Kinin merupakan serbuk kristalin putih yang sedikit berfluoresensi. Kinin umumnya memiliki rasa yang pahit. Kinin juga merupakan salah satu zat yang dapat digunakan dalam pengobatan penyakit malaria. Pertama-tama Kinin HCl ditambahkan dengan 𝐻2 𝑆𝑂4, lalu dilakukan pengamatan di bawah sinar UV 254 nm. Hasil yang didapatkan yaitu pada saat ditambahkan dengan air larutan tidak larut, ditambahkan asam sulfat terbentuk larutan berwarna kuning muda, dan berfluoresensi pada UV 254 nm menjadi warna biru muda. Selanjutnya, kinin HCl ditambahkan dengan kristal 𝐻𝑔𝐶𝑙2 dan lakukan pengamatan di bawah mikroskop. Caranya, serbuk seujung spatel diletakkan di atas kaca objek, kemudian ditetesi merkuro nitrat, setelah itu ditutup dengan kaca penutup dan diamati bentuk kristalnya di bawah mikroskop. Fungsi dari merkuro nitrat sendiri adalah sebagai larutan pembawa dari kinin sehingga kinin dapat lebih mudah diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapatkan yaitu krital putih berbentuk panjang. Sampel kedua untuk identifikasi golongan alkaloid dan basa nitrogen adalah papaverin. Papaverin berupa serbuk kristalin putih. Papaverin digunakan untuk meningkatkan peredaran darah pada pasien dengan masalah sirkulasi darah. Papaverine bekerja dengan merelaksasi saluran darah sehingga darah dapat mengalir lebih mudah ke jantung dan seluruh tubuh. Papaverin adalah golongan alkaloid opium yang diindikasikan untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos, emboli perifer dan mesenterik. Pertama-tama papaverin HCl ditambahkan asam asetat anhidrart, ditambahkan asam sulfat dan dipanaskan, selanjutnya diamati di bawah sinar UV. Hasilnya terbentuk larutan berwarna kuning dan pada sinar UV 254 nm berfluoresensi menjadi warna kuning kehijauan. Selanjutnya, papaverin HCl ditambah 𝐻𝑔𝐶𝑙2 dan Kristal diamati di bawah mikroskop. Hasil yang didapatkan Kristal bulat berwarna putih. Bentuk kristal ini menandakan bentuk kristal yang spesifik untuk setiap golongan alkaloid dan basa nitrogen.
Sampel selanjutnya adalah efedrin. Efedrin merupakan serbuk kristal tidak berwarna atau putih terurai jika terkena cahaya. Efedrin memiliki kegunaan sebagai stimulan, penekan nafsu makan, obat pembantu berkonsentrasi, pereda hidung tersumbat dan untuk merawat hypotensi yang berhubungan dengan anaesthesia. Pengujian pertama untuk sampael efedrin yaitu pertama-tama efedrin ditambahkan asam sulfat + NaOH. Hasil yang didapatkan yaitu terbentuk warna ungu. Lalu pengujian selanjutnya dilakukan dengan menguji kristal efedrin dengan 𝐻𝑔𝐶𝑙2 di bawah mikrsokop. Hasil yang didapat adalah Kristal berbentuk kotak. Identifikasi golongen kedua yang diujikan yaitu golongan sulfonamide dan barbiturate. Sulfonamida secara luas digunakan sebagai antimikroba. Golongan barbiturat adalah sekelompok obat penenang yang mengurangi aktivitas di otak, menimbulkan kecanduan dan kemungkinan fatal ketika diambil bersamaan dengan alkohol. Barbiturat terutama digunakan untuk sedasi ringan, anestesi umum, dan sebagai pengobatan untuk beberapa jenis epilepsi. Barbiturat mengganggu transport natrium dan kalium melewati membran sel yang mengakibatkan inhibisi aktivitas sistem retikular mesensefalik. Sampel pertama yang akan diuji pada golongan sulfonamida barbiturate adalah sulfamerazin. Sulfamerazin adalah serbuk kristalin putih atau putih kekuningan. Sulfamerazin sering digunakan sebagai terapi kombinasi antimikroba. Biasanya sulfamerazin digunakan dalam kombinasi dengan sulfonamida lainnya, yaitu sulfamezatin, dan sulfadiazin menghasilkan trisulfa untuk menurunkan resiko terjadi resistensi. Pengujian yang pertama dilakukan yaitu sulfamerazin ditambahkan pereaksi p-DAB dan diamati perubahan warnanya. Hasil yang didapatkan adalah terbentuk larutan berwarna orange. Ini menandakan bahwa terjadi reaksi positif untuk golongan sulfonamide. Selanjutnya, sulfamerazin ditambahkan 𝐶𝑢𝑆𝑂4 dan hasilnya terbentuk larutan biru muda dengan Kristal 𝐶𝑢𝑆𝑂4 tidak larut. Kemudian sulfamerazin ditambahkan dengan vanillin sulfat dan 𝐻2 𝑆𝑂4. Hasil yang didapatkan yaitu terbentuk larutan kuning keorangean demgan Kristal tidak larut dan menyebar. Selanjutnya, sulfamerazin ditambahkan dengan koppayi
zwikker dan didaptkan hasil larutan berwarna kuning, lalu larutan menguap. Terakhir, sulfamerazin ditambahkan Kristal aseton air dan terbentuk Kristal tidak beraturan. Pengujian selanjutnya yaitu luminal. Luminal berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih yang berbentuk polimorfisme dengan rumus molekul 𝐶12 𝐻12 𝑁2 𝑂3 dan berat molekul 232,2. Luminal biasa dikenal juga sebagai fenobarbital, karena pada salah satu substituennya terdapat gugus fenol. Pengujian pertama luminal adalah dengan Koppayi zwikker. Hasilnya adalah terbentuk larutan berwarna pink yang pekat. Caranya sampel dilarutkan dalam 1 mL etanol, lalu ditambahkan 1 tetes reagen Koppayi zwikker dan campuran dikocok. Pada praktikum ini terjadi kesalahan yang mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak sesuai. Kemudian dilakukan pengujian reaksi kristal aseton-air, hasilnya terbentuk kristal yang khas dari kristal luminal berbentuk seperti batang. Pengujian berikutnya yaitu barbital. Barbital berupa serbuk kristal tidak berwarna atau putih dengan rumus molekul 𝐶8 𝐻12 𝑁2 𝑂3 dan berat molekul 184,2. Percobaan barbital pertama dilakukan pengujian dengan pereaksi Koppayi zwikker. Pertama-tama sampel dilarutkan dengan etanol, lalu ditambah pereaksi Koppayi-Zwikker, lalu ditambahkan pirolidin. Hasilnya terbentuk larutan berwarna merah muda yang pekat. Lalu dilanjutkan dengan reaksi kristal asetonair dengan pengamatan menggunakan di bawah mikroskop, dengan hasil kristal barbital berupa bentuk kristal seperti batang. Identifikasi golongan terkahir yaitu identifikasi golongan antibiotika. Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi Pengujian antibiotika yang pertama dilakukan yaitu amoksisilin. Amoksisilin merupakan antibiotik yang dihasilkan oleh Penicillinum chrysogenum
berupa
serbuk
kristalin
putih
dengan
rumus
molekul
𝐶16 𝐻19 𝑁3 𝑂6 𝑆 dan berat molekul 365,4. Pertama-tama amoksisilin dilakukan
pengujian dengan cara dibakar, lalu diamati aromanya. Hasilnya adalah tercium bau aroma khas aroma khas amoksisilin yang sangat kuat seperti bau belerang. Lalu dilakukan pengujian amoksisilin dengan 𝐻2 𝑆𝑂4 pekat dan didapatkan hasil terbentuk larutan berwarna kuning pekat, ketika dilakukan pengamatan di bawah sinar UV 254 nm, larutan kemudian menghasilkan fluoresensi berwarna hijau kekuningan. Selanjutnya dilakukan reaksi kristal aseton-air dan dilakukan pengamatan di bawah mikroskop, hasilnya berbentuk hablur dan tidak ada kristal. Pengujian nntibiotik kedua adalah kloramfenikol. Kloramfenikol adalah antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces venezuelae berupa serbuk kristal halus, putih hingga putih abu-abu atau kekuningan dengan rumus molekul 𝐶11 𝐻12 𝐶12 𝑁2 𝑂5 dan berat molekul 1323,1. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang mempunyai aktifitas bakteriostatik dan pada dosis tinggi bersifat bakterisidal. Aktivitas antibakterinya bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan jalan meningkatkan ribosom subunit 50 S yang merupakan langkah penting dalam pembentukan ikatan peptida. Kloramfenikol efektif terhadap bakteri aerob gram positif dan beberapa bakteri aerob gram negatif. Kloramfenikol merupakan antibiotik pilihan utama untuk mengobati demam tifoid yang sangat selektif terhadap bakteri Salmonella typhosa (Hardman, 2012). Efek samping dari penggunaan kloramfenikol adalah terjadi baby grey syndrome, yaitu kondisi bayi baru lahir yang berwarna keabuan akibat ibu yang mengonsumsi antibiotik kloramfenikol (Katzung, 2002). Pertama-tama yang dilakukan yaitu kloramfenikol ditambahkan dengan pereaksi Nessler. Hasil yang didapatkan larutan berwarna hijau muda. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan literature yang disebabkan kesalahan praktikan atau zat yang digunakan. Selanjutnya, kloramfenikol ditambahkan reakasi Kristal aseton air dan didapatkan hasil bentuk Kristal memanjang. . Pengujian antibiotik ketiga yang dilakukan adalah tetrasiklin. Tetrasiklin dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens dengan rumus molekul 𝐶22 𝐻24 𝑁2 𝑂3 . 𝐻𝐶𝑙 dan berat molekul 444,4. Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat mengatasi sampir seluruh bakteri, baik gram negatif,
maupun positif. Tetrasiklin termasuk ke dalam golongan antibiotik aminoglikosida seperti eritromisin. Cara kerjanya adalah menghambat atau menginhibisi sintesis protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30 S ribosom. Efek samping pada ibu hamil adalah bayi yang akan dilahirkan memiliki gigi berwarna kecoklatan yang tidak dapat hilang (Katzung, 2002). Pertama-tama tetrasiklin ditambahkan dengan pereaksi benedict. Hasilnya yaitu larutan berwarna hijau dan terdapat endapan hijau. Selanjutnya dilakukan pengujian dengan pereaksi Marquis. Hasilnya terbentuk larutan berwarna kuning. Berbagai senyawa dengan struktur kimia berbeda memberikan reaksi terhadap reagensia ini. Struktur yang cenderung mempertahankan respons terhadap reagensia pada ujung spektrum ungu, dengan urutan yang menurun adalah cincin sulfur, cincin oksigen dengan cincin aromatik, cincin oksigen atau sulfur luar dengan cincin aromatik, senyawa aromatik yang seluruhnya terdiri dari C, H, dan N. Sehingga terdapat kecenderungan respons terhadap reagen Marqus bergerak secara bertahap ke arah panjang gelombang yang lebih jauh yaitu melalui warna hijau, jingga dan merah, karen rasio C, H, dan N terhadap gugus lain dalam molekul meningkat. Terakhir, tetrasiklin diuji dengan asam sulfat. Hasilnya terbentuk larutan berwarna orange dan terdapat endapan orange pekat.
VIII. Simpulan Cara identifikasi golongan alkaloid, basa nitrogen, dan sulfonamida dapat diketahui sebagai berikut : 1. Golongan alkaloid dan basa nitrogen dapat diketahui dengan cara melihat bentuk kristal di bawah mikroskop dan melihat penampakan spektrum warna di bawah sinar UV 254 nm. 2. Golongan sulfonamida dapat diketahui dengan cara menggunakan pereaksi pDAB, pereaksi CuSO4, melihat bentuk kristal di bawah mikroskop, dan menggunakan peraksi vanilin sulfat. 3. Golongan barbital dapat diidentifikasi dengan cara :
Luminal dapat diidentifikasi dengan pereaksi Koppayi-Zwikker dan reaksi pemebntukan kristal aseton-air.
Barbital dapat diidentifikasi dengan pereaksi Koppayi-Zwikker reaksi pemebntukan kristal aseton-air.
Sulfamerazin dapat diidentifikasi dengan pereaksi p-DAB, 𝐶𝑢𝑆𝑂4, vanillin dan 𝐻2 𝑆𝑂4, koppayi zwikker dan Kristal aseton air.
4. Golongan antibiotika dapat diidentifikasi dengan cara :
Amoksisilin dapat diidentifikasi dengan reaksi pemanasan di atas nyala api dengan aroma yang spesifik, reaksi dengan asam sulfat, dan reaksi kristal aseton-air, , Benedict, dan Mandelin.
Kloramfenikol dapaat diidentifikasi dengan pereaksi Fujiwara, peraksi Nessler, dan reaksi kristal aseton-air. 3. Tetrasiklin dapat diidentifikasi dengan pereaksi Benedict, pereaksi formalin-asam sulfat, pereaksi Liebermann, pereaksi Mandelin, pereaksi Marquis, dan reaksi dengan asam sulfat.
DAFTAR PUSTAKA Clark, J. 2002. The Mechanism For the Esterification Reaction. Available online at http://www.chemguide.co.uk/organicprops/estermenk.html
[diakses
6
Oktober 2015]. E Pharmacognosy. 2012. General Characteristic of Alkaloids. Available online at http://epharmacognosy.com/2012/07/general-characteristic-ofalkaloids.html [diakses 6 Oktober 2015] Ganiswara, Sulistio G. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Universitas Indonesia. Gupta, RIC, Ali S, dkk. 2014. PCR – RFLP Differentiation of Multidrug Resistent Proteus sp. Stains From Row Beef. Microbiology and Biotechnology Vol. 2 No. 4 : 426 -430. Setiono. 1990. Vogel I. Jakarta : Kalman Media Pustaka. Svehla. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta : PT Kalman Pustaka. Zhu Sang-Lai, dkk. 2011. Qualitative and Quantitative Analysis of Alkaloids in Cortex Phellodendri by HPLC-ESI-MS/MS and HPLC-DAD. Journal Chem Res. Chinese Universities Vol. 27 hal. 38.
View more...
Comments