Pengembangan Akuakultur Lanjutan

August 23, 2017 | Author: sumoharjo | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pengembangan Akuakultur Lanjutan...

Description

PENGEMBANGAN AKUAKULTUR LANJUTAN Dosen Editor

: Prof. Dr. Ir. Enang Harris S., MS : Prof. Dr. Ir. Komar S., M.Sc : Sumoharjo, S.Pi

I. Pendahuluan Akuakultur adalah sektor produksi pangan yang berkembang dengan cepat, dengan rata-rata pertumbuhan 8.9 % per tahun, jika dibandingkan dengan penangkapan hanya 1,2 % dan produksi daging hewan darat yang hanya 2.8 % pada periode yang sama (FAO, 2004). Dibandingkan dengan akuakultur, penangkapan secara keseluruhan sudah tidak berkembang, meskipun belum menurun hingga era 1990-an, tetapi secara umum stok perikanan laut sudah overfished . menurunnya stok perikanan laut dunia dan pesatnya pertumbuhan populasi manusia adalah harga yang harus dibayar oleh pertumbuhan akuakultur selanjutnya, atas dasar inilah akuakultur menjadi solusi bagi ketahanan pangan protein di masa yang akan datang. Selain itu, sektor produksi akuakultur harus meningkat 5 kali lipat lagi untuk dua dekade berikutnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein minimum untuk nutrisi manusia (FAO, 2004). Secara umum, strategi pengembangan akuakultur dunia termasuk Indonesia adalah : Fisheries bussiness

Aquaculture bussiness “based on domesticated or controlled stock”

Capture fisheries “based on wild stock management”

Developing aquaculture

Controlling capture

Faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh pelaku akuakultur jika produknya dapat bersaing dengan produk pangan lain adalah menitik beratkan pada keadaan dan gaya hidup manusia di masa yang akan datang, yang mana :

1. Semakin sibuk, semakin tidak punya waktu sehingga lebih cenderung mengkonsumsi makanan siap saji 2. Populasi urban yang semakin tergantung pada makanan yang disuplai oleh pasar. 3. harapan

hidupnya

lebih

lama

dan

perlu

makanan

yang

menyehatkan/mencegah penyakit degeneratif 4. Kebiasaan makan di luar rumah meningkat 5. Generasi mudanya tidak dibesarkan dalam lingkungan yang menyukai aquatic food. Dari tinjauan ini dapat dikatakan bahwa akuakultur sebagai sektor produksi harus mempertimbangkan bahwa produk yang dihasilkan harus laku dijual (jangan memproduksi barang yang tidak laku dijual). Oleh karena itu, industri pengolahan dan pemasok aquatic food seharusnya : 1. menyiapkan,

yang

berarti

:

makanan

harus

siap

saji,

siap

masak/dihangatkan, memiliki variasi produk yang banyak, dan dikemas dengan baik serta pantas dibawa. 2. semua makanan dan kemasannya memenuhi “food savety” 3. semua produk dipasarkan secara agresif seperti produk kedelai Dengan demikian, karakter bahan baku industri dan pemasok makanan akuatik harus; massal, kontinyu, seragam, aman, dan trace ability.

Istilah akuakultur berkelanjutan dan berkualitas menurut FAO : Syarat untuk berkelanjutan : ∗

Menguntungkan (economic viable)



Diterima masyarakat setempat (sociopoliticly acceptable)



Dapat padu dengan lingkungan (environmentally compatible)

Syarat untuk berkualitas, memberikan manfaat bukan hanya pelaku budidaya : ∗

Penyerapan tenaga kerja



Pendapatan yang layak



Peningkatan kesejahteraan

II. Perkembangan Akuakultur Secara defenisi, akuakultur sendiri mengalami perkembangan, yakni : 1. Aquaculture is the farming and husbandry of aquatic organisms (Bardach et al, 1972). Konsep ini merupakan akuakultur tradisional yang hanya

mengandalkan pakan alami, sehingga teknologinya daya dukungnya (carrying capacity) dapat dinaikkan dengan meningkatkan pakan alami, maka teknologinya hanya pemupukkan dan aplikasi budidaya berbasis potensi sumber daya alamnya. Contoh; budidaya ikan rawa di daerah rawa, dan lainlain. 2. Aquaculture is the science which deal with methods of growing (cultivation) animal and vegetable live in water. Definisi ini mengacu pada akuakultur semi intensif, dimana kultivan sudah diberikan pakan buatan (pelet) sehingga peran pakan alami dikurangi (khususnya pembesaran), sehingga pakan alami bukan lagi sebagai faktor pembatas tetapi oksigen dan bahan berracun seperti; NH3 dan CO2. Maka, teknologi berperan untuk menyuplai oksigen dan menghilangkan toksin seperti running water/flow through system, seperti kolam air deras dan KJA. 3. Aquaculture is profit-oriented commercial farming of aquatic organisms in controlled water (Hertrapf, 1991). Defenisi ini merupakan paradigma baru dalam akuakultur, dimana organisme yang dibudidayakan adalah yang laku dijual, limbah akuakultur diolah dan dimanfaatkan kembali untuk akuakultur itu sendiri dengan melalui penyesuaian kondisi alam, contoh; sistem resirkulasi dan filtrasi. Oleh Hirata (2002), perkembangan akuakultur tersebut diterjemahkan ke dalam paradigma; (1) aquaculture for yesterday, (2) aquaculture for today, dan (3) aquaculture for tomorrow. Di dalam praktek akuakultur dengan tujuan mendapatkan keuntungan secara ekonomi ini, maka ada dua hal utama yang harus dipertimbangkan, yakni; laku dijual (marketable product) dan berbiaya rendah (low cost atau feasible cost). Oleh karena itu, diprioritaskan pemilihan spesies organisme air yang memiliki prospek pasar berdasarkan atas data harga dan total produksinya, serta pemilihan spesies didasarkan pada kebutuhan biologisnya sehingga dapat dilakukan penentuan lokasi yang tepat. Selain itu, pertimbangannya juga didasarkan pada kebiasaan makannya (herbivora, omnivora, atau karnivora), biaya benih (fekunditas tinggi), dan teknik budidaya yang didasarkan pada kebiasaan ikan untuk dapat menentukan tingkat kepadatan serta konstruksi media budidayanya. Pernyataan akuakultur berorientasi keuntungan dapat diterjemahkan ke dalam skema berikut ini :

To select priority of cultured species

Profit = Benefit - Cost

Marketable product

Low cost or feasible cost

Market prospect based on data of total production and average unit price

Feed cost Seed cost Cultured technique based on fish behaviour

Selected species High fecundity Detritus feeder Herbivora Omnivorus carnivorus

Standard requirements of the selected spesies

Cultured technique based on fish behaviour

Site selection

Sebagai contoh, pertimbangan dalam memilih antara ikan mas dan ikan jelawat. Dimana pertimbangan antara fekunditas, teknologi, dan harga dapat ditabulasikan dalam matriks berikut : Fekunditas

Teknologi

Harga

Contoh

Tinggi

Dikuasai

Murah

Ikan Mas

Tinggi

Tidak dikuasai

Mahal

Ikan Jelawat

Rendah

Dikuasai

Mahal

Ikan Arwana

III. Oksigen sebagai faktor pembatas (limiting factor) Kandungan oksigen dalam air merupakan faktor pembatas dalam akuakultur karena akan mempengaruhi parameter kimia air lainnya. Jika oksigen berkurang, maka pH akan turun dan CO2 meningkat, sehingga konsentrasi CO2 dalam darah tidak dapat diekskresikan dan pH darah menjadi asam. Pada oksigen 50 % jenuh ikan sudah mengalami stress dan tidak mau makan Oksigen terlarut (dissolved oxygen) adalah jumlah konsentrasi okseigen dalam air per satu liter air (mg/L atau ppm Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan oksigen (oxigen tension). Tekanan oksigen merupakan daya larut oksigen sebagai tekanan parsial atmosfir yang diperlukan untuk menahan konsentrasi oksigen (O2) di dalam air.

Pada tekanan standar OT = 760 mmHg x 0.2095 = 159.2 mmHg, sehingga jika diketahui DO = 4.4 ppm dan suhu 20 °C, maka OT =

OT =

4.4 x 159.2 = 79.2 mmHg 8.84

Nilai 8.84 adalah nilai standar tabel DO air murni pada suhu 20 °C. Semakin besar OT semakin banyak oksigen yang tertahan dalam air. Tabel standar nilai DO dalam air murni Suhu °C 0 5 10 15 20 25 30 35

DO (mg/L) 14.18 12.37 10.92 9.76 8.84 8.11 7.53 7.04

DO seimbang atau jenuh (saturated) pada suhu kamar (20 °C) menjadi standar perhitungan, yakni : Kejenuhan oksigen (SO) =

8.84 x 100 = 100 % jenuh (saturated) 8.84

Sehingga, jika DO = 5.15 mg/L, maka Kejenuhan oksigen =

5.15 x 100 = 64 % jenuh (undersaturated) 8.84

Tabel kisaran DO dalam air dalam beberapa temperatur dan salinitas, pada tekanan 1 ATM salinitas Suhu °C 0 10 20 30 35 18 9.5 8.9 8.4 7.9 7.7 20 9.1 8.6 8.1 7.6 7.4 22 8.7 8.2 7.8 7.3 7.1 24 8.4 7.9 7.5 7.2 6.9 26 8.1 7.7 7.2 6.8 6.6 28 7.8 7.4 7.0 6.6 6.4 30 7.6 7.1 6.8 6.4 6.2 32 7.3 6.9 6.5 6.2 6.0 34 7.0 6.7 6.2 6.0 5.8

3.1. Hubungan Konsumsi Oksigen dan feeding rate Tingkat konsumsi oksigen ikan dapat ditekan dengan menurunkan tingkat metabolismenya. Karena ikan adalah poekilothermal (tidak dapat mengatur suhu

tubuh

sendiri)

bukan

homothermal

seperti

mamalia,

sehingga

tingkat

metabolismenya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jika suhu rendah maka metabolismenya akan turun (hibernasi) demikian pula sebaliknya, jika suhu meningkat metabolisme meningkat sehingga konsumsi oksigen meningkat, demikian pula dengan CO2 dan NH3, maka DO akan berkurang. Kondisi metabolisme pada organisme akuatik terbagi atas : 1. Hibernation metabolism (pseudohibernate), dimana metabolisme ikan terhenti atau berjalan lambat karena tidur atau akibat penurunan suhu, dll 2. Basal metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan berjalan lambat pada saat tidak makan dan tidak bergerak bebas (biasanya untuk penelitian ikhtiologi) 3. Standard metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang tidak makan tetapi dapat bergerak bebas (biasa dalam penelitian akuakultur) 4. Maintanance metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang diberi makan, bergerak bebas, tetapi tidak tumbuh (distanting). Biasanya tingkat pemberian pakannya (feeding rate, FR) adalah 1 % BW/hari 5. Protection metabolism, yakni ikan yang diberi makan dan juga tumbuh. Makan dan tumbuh dapat diasumsikan juga dalam dua kategori, yaitu ∗

Makan dan tumbuh secara optimal, pertumbuhannya secara sigmoid seiring dengan perkembangan biologisnya, biasanya FR = 3 %



Makan dan tumbuh secara maksimal, pertumbuhannya secara linear seiring dengan banyaknya pakan yang diberikan, biasanya FR = 5 %

Contoh 1 Ikan berukuran awal 100 g diberi pakan 3 % dengan periode pemeliharaan 15 hari sehingga bobotnya menjadi 130 g. Pertanyaanya : ∗

Berapa jumlah pakan yang dikonsumsi? = 3% x 100 g x 15 hari = 45 g



Berapa FCR nya? =



Berapa laju pertumbuhan hariannya ??



a = ⎜t



Berapa Feeding Rate sebenarnya? FR = a x FCR = 1.76 % x 1.5 = 2.64 %

Σpakan 45 = = 1 .5 ∆W 30

⎛ Wt ⎞ ⎛ ⎞ ⎟ x100% = ⎜ 15 130 − 1⎟ x100% = 1.76% − 1 ⎜ 100 ⎟ ⎜ W ⎟ 0 ⎝ ⎠ ⎝ ⎠

Body weight (BW)/hari

Contoh 2 : Ikan patin sebesar 25 kg dipelihara dalam suatu sistem air mengalir (debit 2.8 L/menit) dengan volume air dalam sistem 900 L dan kandungan DO 10 mg/L, ikan diberi pakan dengan FR 250 g/hari. Pertanyaannya : ∗

Berapa kira-kira suhu dalam air ? jawabannya adalah < 18 °C, karena, pada suhu 18 °C DO hanya 9.5 sementara kandungan DO dalam media kultur adalah 10 mg/L

FR 250 g/hari x 100 % = 1 % W 25000 g



FCR nya adalah



Konsumsi oksigen pada suhu 16 °C atau 17 °C adalah 0.01 kg O2/kg ikan/hari, sehingga konsumsi O2 adalah 25 kg x 0.01 kg O2/kg ikan/hari = 0.25 kg O2/hari



Berapa menit ikan akan mati ?? ƒ

Diketahui, oksigen yang tersedia = 10 mg/L x 900 L = 9000 mg O2

ƒ

Konsumsi oksigen = 0.25 kg/hari = 250.000 mg/hari = 173.61 mg/jam

ƒ

Ikan akan mati ketika oksigen dalam air habis, yakni pada saat = 51.84 menit aerasi dihentikan ; dari perhitungan

ƒ

9000 mg O 2 173.61 mg/jam

Ikan tidak mau makan/mulai stress pada saat O2 50 % jenuh = 21.92 menit (0.5 x 51.84)

Contoh 3. Jika 1 kg pakan/hari dimakan jadi daging, konsumsi oksigen 200-220 gram, feeding rate untuk pertumbuhan adalah 2-4 % BW/hari (3 %), maka : ∗

Berat ikan tersebut adalah 100/3 x 1 kg pakan/hari = 33.3 kg



Konsumsi oksigen per jam adalah : 200 g O2/33.3 kg ikan/hari = 200/4 = 8.3 g O2/33.3 kg ikan/jam = 8300 mg O2/33.3 kg ikan/jam



Jika volume kolam = 600 -1500 L atau 1000 L, dan temperatur = 28 °C, (konsentrasi O2 tabel = 7.8 mg/L), maka oksigen yang tersedia di kolam tsb adalah 1000 L x 7,8 mg/L = 7.800 mg O2



Kapan ikan akan mati jika aerator dimatikan??, dalam kurun waktu : 7800 mg O2 / 8300 mg O2/jam = 0.94 jam = 56.4 menit Hubungan antara oksigen, suhu dan FCR, yakni; jika oksigen dan suhu

naik maka FCR juga akan naik, demikian pula sebaliknya.

Jika suplai oksigen dari aliran air berhenti, maka gangguan pertama adalah oksigen, tetapi jika oksigen disuplai dengan aerasi, maka gangguan (faktor pembatas) nya adalah CO2 yang mengakibatkan pH darah menurun sehingga meningkatkan produksi amonium.

Mediasi/Asimilasi Limbah Nitrogen oleh bakteri dalam sistem akuakultur 24-48 jam Sumber N-Organik

Agae

Nitrosomonas sp

Nitrococcus sp

Jika tidak ada C organik hanya CO2

N-Anorganik 48 %

NH4+-N

NH3-N

NO2+-N

Jika tersedia karbon organik

Feed particles

NO3+-N

NH4+-N Uptake rate

2% Uneaten food

Heterobacteria

Heterophobic population

Only 10 jam

Sumber N-organik New growth

Feces 20 % Degradation rate

Menjadi floc, dimakan oleh filter feeder

Maksimal 30 % dari protein yang diretensi olah ikan, sisanya dikatabolis menjadi amonia atau tidak tercerna (feses). Pakan yang diabsorbsi di metabolisme di hati (anabolisme = daging) dan (katabolisme = energi, HH3, CO2, dan H2O). Dalam perkembangannya limbah sisa metabolisme ini akan mengganggu ikan itu sendiri, maupun perairan umum secara luas, khususnya pada akuakultur sistem terbuka. Proporsi NH3 ÅÆ NH4 adalah pada pH 9 maka proporsi amoniak adalah kurang dari 50 %, sedangkan pada amonium > 50 %. Dengan penambahan C organik, maka amonia dapat diasimilasi oleh bakteri heterotrof dalam rentang waktu kurang dari 10 jam. Hal ini dikenal dengan istilah Immobilized nitrogen (Norganik yang diikat oleh bakteri heterotrof. Dalam perkembangannya konsep ini diterapkan dalam teknologi bioflok (microbial flock)

Jika tidak memungkinkan menggunakan tabel, maka faktor pengali dapat dicari dengan rumus berikut Albert (1973) : NH 3 =

TAN 1 + 10 pKa − pH

Emerson, et al (1975) : pKa =

0.09018 + 2729.92 T + 273

; T = °C

MANAJEMEN BENIH

I. Pendahuluan Selama ini kegiatan akuakultur terlalu berfokus pada kuantitas, akibatnya muncul masalah terkait dengan : ∗

Kecepatan

pertumbuhan

melambat,

dapat

ditanggulangi

dengan

pendekatan genetis ∗

Meningkatnya wabah penyakit ; bakteri, virus, dll. Yang mana dapat ditanggulangi secara fisiologis dengan obat-obatan, immunostimulan, vaksinasi, dan probiotik

Masalah

Solusi

Genetik

Kualitas Benih

Pemuliaan

Fisiologik

Vaksinasi, imunostimulan, feed enrichment

Keragaman ukuran

Sortasi/grading

Hal yang perlu diperhatikan bahwa jika selalu mengutamakan kuantitas, maka kualitas akan menurun, dengan demikian supaya optimal maka perlu dilakukan upaya perbaikan genetik (pemuliaan).

Pakan

Sistek

Kerugian Segar Budidaya/ pembesaran

Benih

Pasar

Produk

Olahan Kualitas air

Tidak unggul

Kesehatan/ penyakit

Unggul Pertumbuhan baik SR : tahan penyakit, perubhn lingk. Disukai konsumen Keinginan pasar

Tidak ada pemuliaan

Pemuliaan

Dalam akuakultur, kuncinya adalah apapun jenis dan ukuran ikan yang ingin dicapai tetap saja yang diinginkan adalah kecepatan pertumbuhan yang paling baik. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah daya dukung (carrying capacity) yaitu

ketersediaan

persyaratan

hidup

organisme

budidaya,

contohnya;

penambahan oksigen terlarut, mengurangi CO2 dan NH3. sehingga rekayasa sistek juga dipelukan. Pemberian pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan, karena berhubungan dengan kapasitas lambung, sehingga jika diberikan terus menerus, maka makanan akan terdorong keluar dan tidak sempat dicerna. 2. Membuat Benih SPF dan SPR SPF

: Specific pathogen free, dalam penggunaan menerapkan

biosekuritas yang ketat (lingkungan harus steril) SPR

: Specific pathogen resistant, merupakan benih yang sangat kuat

sehingga tidak ada masalah dengan lingkungan. Baik SPF maupun SPR merupakan benih yang berkualitas secara geneti, yang mana : ∗

Dapat diturunkan



Sehat dan baik secara fisiologis



Ukurannya seragam Pemuliaan dapat dikelompokkan atas :



Metode konvensional, contoh : selective breeding, di negara lain sudah berlangsung selama 5000 tahun



Metode semi modern, contoh; rekayasa kromosom, hibridisasi, kloning, dll



Metode modern, contohnya ; rekayasa genÆ ikan transgenik

3. Membuat Benih Cepat Tumbuh Benih cepat tumbuh Æ bobot, hal ini terkait dengan produktifitas, productivity (kg/ha/MT), produksi, production (kg pada tahun tertentu), dan hasil, yeald (jumlah produk yang diperoleh saat panen). Benih yang cepat tumbuh dapat diperoleh melalui cara : a. Seleksi (selective breeding) : Seleksi

biasanya

bertujuan

untuk

membuat

induk

yang

menurunkan keunggulannya sehingga akan dapat meningkatkan produksi.

dapat

Teknik seleksi harus memperhatikan : umur yang sama, membedakan secara genetik melalui padat tebar yang rendah supaya tidak ada kompetisi, pakan yang cukup, dan jumlah induk yang menghasilkan populasi awal harus banyak (> 25 pasang) 25

psÆtelur

10.000Ælarva

6.000Æ50%

hidupÆ3000Æ2.400Æ10%

hasilnyaÆ240 ekor (F1) Untuk seleksi famili ada 2, yakni : ∗

Within family, ambil yang terbaik dari setiap famili (top 10 saja)



Between family, hasil dari within family dipertandingkan lagi

b. Hibridisasi (kawin silang) Merupakan perkawinan silang antara varietas X dan varietas Y akan menghasilkan benih hibrida. Pengaruh hibridisasi antara lain : ∗

Keragaman

genetiknya akan ditingkatkan lagi, yang manan telah

berkurang akibat dari selective breeding ∗

Pertumbuhannya akan meningkat akibat hibrid vigour (efek heterosisi) yang merupakan performa yang baik yang muncul dan lebih baik dari induknya. Sehingga benih ikan yang ideal adalah hasil dari hibridisasi.

AA

AA

X

AA

x

BB

BB

AA

BA

AB

AA inbred

x

BB

x

BB

BB inbred

AA + BB 2 x 100% AA + BB

AB − Hibrid vigour =

Biasanya paling sedikit dihasilkan 15 % hibrid vigous c. Sterilisasi Sterilisasi ikan biasanya dihasilkan untuk tujuan lain selain konsumsi, misalnya di Amerika melakukan sterilisasi ikan grass carp dengan tujuan untuk membersihkan gulma di danau. Sterilisasi merupakan teknik membuat ikan triploid yang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni : ∗

Secara langsung : melalui metode kejutan panas pada suhu tertentu, ketika

pembelahaan

meiosis

II

yang

bertujuan

untuk

menahan/membalikkan pelepasan polar body II sehingga menjadi tambahan set kromosom menjadi 3n



Secara tidak langsung melalui perkawinan ikan tetraploid dengan diploid (4n x 2 n = 3n) Sebagai catatan bahwa jumlah kromoson normal adalah 50 (25 set),

organisme tetraploid memiliki 100 kromosom sehingga masing-masing utas memiliki 25 kromosom. Namun demikian, tetraploid secara alami bisa terjadi melalui evolusi sehingga hanya terdapat 2 set kromosom yang masing-masing terdiri atas 50 kromosom. Mitosis dan Meiosis Pembelahan sel gamet bisa terjadi secara mitosis maupun meiosis. Secara mitosis pembelahannya menghasilkan sel dengan jumlah kromosom yang sama dengan induknya. Dalam mitosis sel membelah menjadi dua anak sel yang identik dan memiliki copy setiap kromosom induk. Prosesnya yaitu; sebelum mitosis kromosom dicopy kemudian melintir mementuk huruf X sehingga masing-masing memiliki 2 kromatid lalu mitosis membagi dua kromatid ini maka masing-masing akan memiliki copy setiap kromosom (2n).

Sedangkan proses meiosis membagi pasangan kromosom yang sama (homolog) yang terjadi baik di sel sperma maupun sel telur sehingga masingmasing memiliki 1 copy saja (1n)

meiosis. Dengan demikian ketika terjadi

pembuahan maka telur akan memiliki set kromosom penuh (2n) Meiosisi terjadi dua kali, yaitu : ∗

Meiosis I : membagi pasangan kromosom homolog



Meiosis II : membagi masing-masing kromosom menjadi dua kopy

Pada ikan meiosis II terjadi setelah telur dibuahi oleh sperma.



Ginogenesis adalah pembentukan organisme baru melalui kejutan sehingga mencegah terjadinya pelepasan polar body. Generasi I dilakukan kejutan pada saat mitosis, seperti cara menghasilkan klon. Proses ginogenesis, spermanya harus diradiasi sehingga anak yang dihasilkan secara genetik hanya akan mewarisi galur betina. Cara ini dapat digunakan juga untuk memverifikasi apakah induk betinanya itu homozigot atau heterozigot.



Androgenesis, kejutan dilakukan pada saat mitosis



Triploidisasi, kejutan dilakukan pada saat meiosis II



Tetraploid, kejutan dilakukan pada saat mitosis

c. Teknologi Transgenesis Transgenesis bertujuan untuk membuat populasi ikan yang mempunyai gen tambahan dari luar (Eksogene). Sebagai contoh yang banyak digunakan

adalah gen GH (Growth hormone), gen tahan penyakit, tahan dingin, atau gen yang menghasilkan omega 3 atau omega 6. Gen GH paling banyak digunakan yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan, caranya melalui konstruksi gen kemudian diinjeksikan ke dalam embrio yang dapat dideteksi apakah diekspresikan atau tidak pada saat larva. Organisme

ini

adalah

F0.

Untuk

mendeteksi

apakah

gen

ini

diturunkan/diwariskan atau tidak maka F0 dikawinkan dengan yang normal = F1. Organisme transgenik disebut juga dengan nama Genetically Modified Organism (GMO) Mekaisme konstruksi gen

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF