pengelolaan pasien isolasi

June 13, 2019 | Author: eka | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

tor...

Description

TERM OF REFERENCE (TOR) DIKLAT PENANGANAN PASIEN ISOLASI KOMITE PPI RUMAH SAKIT BELLA BEKASI

2018

1

TERM OF REFERENCE (TOR) PENANGANAN PASIEN ISOLASI RUMAH SAKIT BELLA BEKASI

I.

PENDAHULUAN

Ruang isolasi adalah ruangan khusus yang terdapat di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi medis tertentu terpisah dari pasien lain ketika mereka mendapat perawatan medis dengan tujuan mencegah penyebaran penyakit atau infeksi kepada pasien dan mengurangi risiko terhadap pemberi layanan kesehatan serta mampu merawat pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi pasien dan petugas kesehatan. Isolasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengurangi atau mencegah suatu  penyebaran infeksi yang diakibatkan oleh oleh mikroorganime tertentu. Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi  penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial. . II.

LATAR BELAKANG

Penyakit menular adalah penyakit yang dapat di tularkan (berpindah- pindah dari orang yang satu ke orang yang lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya agen atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat  berpindah. Penularan penyakit disebabkan proses infeksi oleh kuman. Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Rumah sakit merupakan tempat pelayanan pasien dengan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit karena infeksi, dari mulai yang ringan sampai yang terberat, dengan begitu hal ini dapat menyebabkan resiko penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien lainnya, begitupun dengan petugas kesehatan yang sering terpapar dengan agen infeksi. Penularan infeksi dapat melalui beberapa cara diantaranya melalui darah dan cairan tubuh seperti halnya penyakit HIV/AIDS dan Hepatitis B.

2

Penyebaran virus HIV dan Hepatitis B melalui : perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba; umumnya tertular melalui penggunaan jarum suntik bersama, melalui transfusi darah, ASI, alat-alat kedokteran, hubungan suami istri yang sudah tertular virus HIV/HVB positif, dan apabila ada kontak antara cairan tubuh (terutama darah, semen, sekresi vagina dan ASI) dengan luka terbuka pada seseorang yang sehat walaupun kecil. Seseorang yang mengidap penyakit ini dapat menularkan virusnya kepada orang lain jika darah atau cairan tersebut masuk kedalam darah orang lain melalui luka atau produk darah. (R. Syamsuhidajat dan Wim de jong, 1997). Berdasarkan data yang dikeluarkan UNAIDS (United Nations Aquired Immuno  Deficiency Syndrom)  pada 2006 yang lalu, dari prevalensi HIV/AIDS yang mencapai 40 juta orang, sekitar 75 persennya berada di Asia dan Afrika. Prevalensi kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia periode Januari sampai dengan Maret 2007 sebesar 440 orang tertular virus HIV dan 794 orang lainnya menderita penyakit AIDS dengan jumlah kematian sebesar 123 orang. Prevalensi kasus HIV/AIDS di Jawa Barat periode Januari sampai dengan Maret 2007 sebesar 1105 orang dengan jumlah kematian sebesar 173 orang yang menempati urutan ketiga tertinggi di Indonesia (Ditjen PPM dan PL Depkes R.I, 2007). Kasus penyakit hepatitis B menurut Lesmana (2007) menyatakan bahwa, jumlah penderita hepatitis B di Cina sebesar 123,7 juta orang, di India sebesar 30-50 juta orang, sedangkan di Indonesia secara keseluruhan berjumlah 13,3 juta penderita, dengan tingkat prevalensi mencapai 5-10%. Tenaga medis yang bekerja di fasilitas kesehatan sangat beresiko terpapar infeksi yang secara potensial membahayakan jiwanya, karena tenaga medis dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dapat kontak langsung dengan cairan tubuh atau darah pasien dan dapat menjadi tempat dimana agen infeksius dapat hidup dan berkembang biak yang kemudian menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lainnya. Menurut penelitian apabila tenaga medis terkena infeksi akibat kecelakaan maka resikonya 1% mengidap hepatitis fulminan, 4% hepatitis kronis (aktif), 5% menjadi pembawa virus (Syamsuhidajat & Wim de Jong, 1997). Tahun 1997 CDC (Center For Desease Control)  melaporkan ada 52 kasus petugas kesehatan terkena HIV akibat kecelakaan di tempat kerja, sedangkan 114 orang petugas kesehatan lain di duga terinfeksi ditempat kerja. ICN (2005) melaporkan bahwa estimasi sekitar 19-35% semua kematian pegawai kesehatan pemerintah di Afrika disebabkan oleh HIV/AIDS. Sedangkan di Indonesia data ini belum terlaporkan. Namun dari kejadian tersebut, resiko perawat mempunyai andil yang paling besar untuk tertular akibat terpapar cairan dan tertusuk jarum, sehingga berkembang upaya untuk mencegah terinfeksi dari paparan HIV (Nurmartono, 2006).

3

Seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan individu yang rentan terhadap  penularan penyakit. Hal ini karena daya tahan tubuh pasien yang relatif menurun. Penularan  penyakit terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit disebut infeksi nasokomial. Infeksi nasokomial dapat disebabkan oleh kelalaian tenaga medis atau penularan dari pasien lain. Pasien yang dengan penyakit infeksi menular dapat menularkan penyakitnya selama dirawat di rumah sakit. Penularan dapat melalui udara, cairan tubuh, makanan dan sebagainya. Meningkatnya angka kejadian infeksi di rumah sakit, baik terhadap petugas kesehatan atau pasien yang dirawat di rumah sakit, mengharuskan diwujudkannya suatu langkah  pencegahan sehingga angka infeksi di rumah sakit dapat menurun. Salah satu upaya adalah dengan melakukan DIKLAT PPI Pengelolaan pasien di ruang isolasi yang bertujuan untuk merawat pasien dengan penyakit infeksi yang dianggap berbahaya disuatu ruangan tersendiri, terpisah dari pasien lain, dan memiliki aturan khusus dalam prosedur pelayanannya.

III.

TUJUAN Tujuan Umum

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit BELLA BEKASI secara efektif dan efisien. Tujuan Khusus

-

Meningkatkan pengetahuan perawat dalam melakukan prosedur tindakan yang sesuai dengan  prinsip pengendalian infeksi.

-

Meningkatkan pengetahuan petugas dalam melakukan tindakan dengan prinsip kewaspadaan standar yang sesuai dengan prinsip pengendalian infeksi

-

IV.

V.

Menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial.

MANFAAT BAGI PESERTA PELATIHAN

-

Memahami Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

-

Mengimplementasikan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit

-

Memahami penanganan pasien di ruang isolasi

MATERI DIKLAT

DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi Rumah Sakit Bella Bekasi

VI.

NARASUMBER / PEMBICARA 4

Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

VII.

KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

a. Kegiatan Pokok

DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi tim PPI b. Rincian Kegiatan -

Pembukaan

-

Pre test

-

Presentasi Penanganan pasien di ruang isolasi

-

Tanya jawab

-

Post test

c. Pelaksanaan kegiatan

Menggunakan LCD dan slide power point tentang Penanganan pasien di ruang isolasi RS PPI d. Sasaran Kegiatan

1. Staff medis Rumah Sakit Bella Bekasi 2. Staff non medis Rumah Sakit Bella Bekasi e. Rencana Anggaran dan Biaya

Kegiatan DIKLAT ini tidak memeerlukan biaya f.

Waktu Pelaksanaan Sepanjang tahun 2018

g. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi DIKLAT a. Pencatatan

Pada setiap kegiatan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilakukan, ada  beberapa hal yang harus didokumentasikan seperti: -

Materi

-

Undangan

-

Daftar hadir 

-

Laporan hasil kegiatan

-

Dokumentasi (foto) kegiatan

b. Pelaporan

Laporan pelaksanaan program dibuat setiap selesai kegiatan dilakukan (maksimal 1 minggu setelah kegiatan berlangsung) dan dilaporkan kepada ketua Tim PPI setiap 1 bulan sekali, yang selanjutnya akan dilaporkan kepada direktur dan komite pelayanan medik. 5

c. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi pelaksanaan program dilakukan 1 tahun sekali dengan cara melihat seluruh  pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan dan kegiatan yang belum dilakukan beserta hambatan pelaksanaan kegiatan.

Bekasi Maret 2018

Ketua Tim PPI

dr. Bernadus Andrew

6

Lampiran 1 : Undangan

PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI RS

Bekasi, 12 Maret 2018  Nomor : No.VI / PPI /Rs BELLA/ II I /2018 Lampiran : 1 hal Perihal : Undangan DIKLAT PPI Kepada Yth IPCLN dan KARU Dengan Hormat, Sehubungan dengan program kerja PPI yang sedang berjalan saat ini, kami mengundang saudara/I untuk mengikuti DIKLAT yang diadakan : Hari/ Tanggal : Selasa, 20 Maret 2018 Pukul : 14.30 wib  –  sampai selesai Tempat : Ruang senam hamil Acara : DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi RS Demikian surat undangan ini kami buat. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Mengetahui,

Bekasi, 20 Maret 2018

Direktur RS Bella

Ketua Tim PPI

Dr. Kristianto Budiono

DR. Bernardus Andrew

Jl. Ir. H. Juanda No. 141 Bekasi 17111 Telp (021) 880 1778  –  881 9377 Fax. 8835 172 E-mail : [email protected]

7

Lampiran 2 : DAFTAR NAMA UNDANGAN N0

1

NAMA

BAGIAN

TANDA TANGAN

1.

2 3

2. 3.

4 5

4. 5.

6 7

6. 7.

8 9

8. 9.

10 11

10. 11.

12 13

12. 13.

14 15

14. 15.

16 17

16 17

18 19 20

18 19 20

8

Lampiran 3 : LAPORAN KEGIATAN DIKLAT PENANGANAN PASIEN DI RUANG ISOLASI RUMAH SAKIT A. Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi di Rumah SAkit Bella Bekasi dengan jadwal sebagai berikut Hari/Tanggal

Jam

Tempat

Selasa, 20 Maret 2018

14.30 –  15.00

Ruang Senam Hamil

Proses pelaksanaan dapat berjalan lancar dan sejauh ini tidak ditemukan adanya hambatan ataupun kendala. B. Peserta Pelatihan

Adapun sasaran peserta pelatihan adalah setiap unit terdiri dari :  No

Unit

Target

Realisasi

1.

IGD

3

1

2.

POLI RAWAT JALAN

3

1

3.

HEMODIALISA

3

1

4.

NS LANTAI II

6

3

5.

OK

3

1

6.

ICU / NICU / PICU

2

1

7.

NS LANTAI III

4

1

8.

VK

3

1

9

9.

BAYI

3

1

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa peserta DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi RS belum sepenuhnya terealisasikan semua dan belum mencapai target C. Fasilitas/sarana

Selama pelaksanaan pelatihan berlangsung menggunakan beberapa fasilitas RS yang tersedia seperti R. kelas, LCD, Laptop. Sejauh ini selama pelaksanaan pelatihan berlangsung tidak menemukan hambatan/kendala dalam penyediannya. D. Proses Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan berlangsung satu hari yang terbagi dengan beberapa beberapa sesi dari mulai  pembukaan, materi dan evaluasi. E. Materi dan Dokumentasi

Selama pelatihan hanya dilakukan beberapa penjelasan dengan disertai praktek. F. Rencana Tindak Lanjut

Pelatihan internal untuk DIKLAT Penanganan pasien di ruang isolasi RS akan terus direncanakan setiap tahunnya sebagai upaya refresh terhadap hal  –   hal yang berkaitan dengan ilmu kesehatan khususnya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Bella Bekasi. Bekasi, Maret 2018 Ketua Tim IPCN ( dr Andrew )

10

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF