PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA DUNIA KETIGA

September 11, 2017 | Author: Herry Syahyadi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA DUNIA KETIGA...

Description

1

PENGARUH UTANG LUAR NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI NEGARA DUNIA KETIGA

RINA FEBRIANTI 8125082647

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI KONSENTRASI PENDIDIKAN EKONOMI KOPERASI JURUSAN EKONOMI DAN ADMINISTRASI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2012

2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Selama empat dasawarsa terakhir ini, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara tentunya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (ecomomic growth). Tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional sering dijadikan dasar untuk menilai berhasil atau tidaknya program-program pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga. Bahkan, baik buruknya kualitas kebijakan pemerintah dan tinggi atau rendahnya mutu aparatnya di bidang ekonomi secara keseluruhan biasanya diukur berdasarkan kecepatan pertumbuhan output nasional yang dihasilkannya. Pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan. Sebab, tanpa pertumbuhan tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas, dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga merupakan tangga untuk mencapai tahapan kemajuan ekonomi selanjutnya.1 Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu

1 Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, Teori Ekonomi Makro; Suatu Pengantar, Edisi Keempat (Jakarta: LPFE UI, 2008), p. 132

3

negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus dan berarti kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Namun, di samping memiliki tingkat pendapatan perkapita yang begitu rendah, pertumbuhan pendapatan nasional (GNI) di banyak negaranegara Dunia Ketiga lebih rendah daripada yang dicapai negara-negara maju. Pada tahun 2002, pendapatan nasional total dari seluruh negara di dunia mencapai lebih dari US$32 triliun. Dari nilai total tersebut, hampir US$26 triliun dihasilkan oleh negara-negara maju dan kurang dari US$7 triliun dihasilkan oleh negara-negara berkembang. Apabila ditinjau dari sudut penyebaran penduduk dunia, maka lebih dari 80 persen nilai total pendapatan dunia dihasilkan oleh negar-negara maju yang jumlah penduduknya kurang dari 15% penduduk dunia. Hal ini berarti empat perlima penduduk dunia hanya menghasilkan seperlima dari total output dunia. Yang lebih penting lagi, ternyata negara-negara Dunia Ketiga yang penduduknya hampir meliputi 85% dari total penduduk dunia. Rata-rata pendapatan per kapita di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ternyata kurang dari seperdua puluh pendapatan per kapita yang dimiliki negara-negara kaya.2

Dari data yang ada pada International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011, rata-rata pertumbuhan ekonomi negara berkembang (Emerging and developing economies) selama periode 1980-2011 adalah 4,6% pertahun dengan angka

2

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Economic Development/Ninth Edition, diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Puji A.L dengan judul Pembangunan Ekonomi/Edisi Kesembilan ,Jilid 1 ( Jakarta: Erlangga, 2006), p. 61-63

4

pertumbuhan terendah tercatat tahun 1982 (1,7%) dan tertinggi tahun 2007 (8,9%). Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi ekonomi dunia. Pada kedua tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia menurun dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 2,8% pada tahun 2008 dan -0,7% pada tahun 2009. Penurunan kegiatan ekonomi dunia ini terutama disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi AS dan krisis keuangan di negara maju. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang menurun dari 8,9% pada tahun 2007 menjadi 6,03% pada tahun 2008 dan 2,8% pada tahun 2009. Seperti yang terjadi di wilayah Tengah dan Timur Eropa dan juga Amerika Latin dan Karibian yang mengalami pertumbuhan negatif pada tahun-tahun tersebut. Pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan dari 3,1% tahun 2008 menjadi -3,6% di tahun berikutnya untuk wilayah Tengah dan Timur Eropa sedangkan untuk wilayah Amerika Latin dan Karibian penurunannya dari 4,3% menjadi 1,7%. Di negara ASEAN-5, rata-rata pertumbuhan ekonomi selama periode 1991-2010 adalah 4,9% pertahun dengan angka pertumbuhan terendah tercatat tahun 1998 yang mencapai angka negatif sebesar 8,3% dan tertinggi tahun 1995 sebesar 8,3%. Ada beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara diantaranya sumber daya alam, teknologi, tingkat pendidikan

5

dan kesehatan, kegiatan ekspor dan impor, tingkat investasi, serta utang luar negeri. Besar kecilnya potensi pertumbuhan ekonomi suatu negara dipengaruhi oleh salah satunya dari kuantitas maupun kualitas dari sumber daya yang dimilikinya, baik itu sumber daya alam berupa tanah yang subur, kandungan mineral berharga, dan bahan mentah bernilai ekonomis lainnya. Letak geografi dan iklim juga dapat memainkan peranan penting dalam keberhasilan atau kegagalan usaha-usaha pembangunan. Pentingnya persediaan sumber daya alam bagi yang beruntung memilikinya, dapat dilihat pada negara-negara penghasil minyak seperti yang berada di kawasan Teluk Persia. Namun, tidak jarang negara berkembang yang miskin dengan sumber daya alam sehingga pertumbuhan ekonominya pun rendah. Kasus ekstrem yang memperlihatkan betapa sengsaranya mereka yang kurang beruntung karena tidak dikaruniai sumber daya alam seperti Chad, Yaman, Haiti, dan Bangladesh. Negara-negara ini hanya memiliki sedikit sekali persediaan bahan baku dan mineral yang berharga, tanahnya pun kurang subur untuk digarap.3 Faktor lain yang memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi. Hampir dapat dipastikan bahwa penggunaan teknologi yang makin tinggi sangat memacu pertumbuhan ekonomi jika hanya dilihat dari peningkatan output. Untuk meningkatkan output secara efisien, pilihan yang rasional yaitu teknologi padat modal. Namun,

3

Ibid., p. 54.

6

konsekuensinya adalah menciutnya kesempatan kerja. Untuk mengurangi keterpisahan antara kesempatan kerja dan teknologi adalah penggunaan teknologi tepat guna di negara sedang berkembang sehingga manusia dapat memanfaatkan secara optimal apa yang ada dalam diri dan lingkungannya. Kenyataannya, beberapa negara berkembang masih belum tepat guna dalam

penggunaan teknologi sehingga pertumbuhan

ekonominya masih rendah.4 Kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga.

Keduanya

merupakan

komponen

pertumbuhan

dan

pembangunan yang penting. Pendidikan memainkan peranan utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan

serta

pembangunan

yang

berkelanjutan.

Sedangkan

kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu pada kesehatan yang baik. Yang terjadi saat ini adalah tingkat kesehatan dan pendidikan di negara-negara berkembang masih rendah sehingga pertumbuhan ekonominya pun berjalan lambat.5 Ekspor akan memperluas pasar barang buatan dalam negeri dan ini memungkinkan perusahaan-perusahaan dalam negeri mengembangkan kegiatannya sehingga memberi sumbangan kepada pertumbuhan ekonomi. 4 5

Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, op.cit., p. 137 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit, p. 434-435

7

Pada umumnya, perekonomian negara-negara berkembang lebih banyak berorientasi ke produksi barang primer (produk-produk pertanian, bahan bakar, hasil hutan, dan bahan-bahan mentah) daripada barang sekunder (manufaktur) dan barang tersier (jasa-jasa). Namun, kinerja ekspor mayoritas negara-negara berkembang senantiasa relatif lemah sehingga membuat pertumbuhan ekonomi mereka rendah.6 Banyaknya barang impor yang ada di suatu negara juga memengaruhi pertumbuhan ekonominya. Di beberapa negara berkembang, volume impor barang dan jasa lebih besar dibanding volume ekspor barang dan jasa. Rata-rata dari barang impor tersebut adalah barang konsumsi yang membuat pertumbuhan ekonominya tidak berkualitas. Peningkatan impor atau impor yang lebih besar dari pada ekspor membuat neraca perdagangan menjadi defisit dan membuat pertumbuhan ekonomi menjadi rendah. Investasi khususnya penanaman modal asing (PMA) juga ikut memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Pada dasarnya investasi

merupakan pembentukan modal yang mendukung peran swasta dalam perekonomian. Menurut Harrod Domar, dalam mendukung pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Namun, aliran masuk PMA ke negara-negara berkembang tetap menempati bagian terkecil dari investasi total negara-negara ini, sebagian besar diantaranya 6

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Economic Development/Ninth Edition, diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Puji A.L dengan judul Pembangunan Ekonomi/Edisi Kesembilan ,Jilid 2 ( Jakarta: Erlangga, 2006), p. 91

8

berasal dari sumber-sumber domestik sehingga membuat pertumbuhan ekonomi mereka masih rendah.7 Pengaruh investasi asing seperti penanaman modal asing (direct invesment) dan berbagai bentuk investasi portofolio (portfolio invesment) mempunyai arti penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Sampai saat ini konsep pembangunan dengan menggunakan modal asing masih sering menimbulkan pendapat. Foreign Direct Investment (FDI) dipandang sebagai cara yang lebih efektif untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Melalui FDI, modal asing memberikan kontribusi yang lebih baik pada proses pembangunan seperti dengan adanya alih teknologi dan pengembangan kemampuan manajerial. Mengingat pentingnya investasi asing untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maka setiap negara harus terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga dapat menarik minat para investor asing untuk menanamkan modalnya. Utang luar negeri merupakan salah satu sumber modal asing yang dapat membantu pembiayaan pembangunan suatu negara. Arus modal asing ini semakin leluasa keluar masuk khususnya ke negara berkembang. Pinjaman

luar

negeri

sebagai

salah satu

alternatif

pembiayaan

pembangunan, terdiri dari pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta dan pinjaman oleh pemerintah. Peranan pinjaman luar negeri terhadap

7

Ibid., p. 261-262

9

pertumbuhan ekonomi di negara berkembang telah lama menjadi perdebatan di antara ekonom dunia. Pada satu sisi, datangnya modal dari luar negeri tersebut dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Tetapi pada sisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-negara yang sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan, yang justru menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi dan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya. 8 Begitu kompleksnya yang memengaruhi tinggi rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sebagai contoh di beberapa negara Dunia Ketiga memiliki kendala pada utang luar negeri dan penanaman modal asing. Kami sebagai peneliti tertarik untuk meneliti sejauh mana utang luar negeri dan penanaman modal asing memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara Dunia Ketiga.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan

uraian

latar

belakang

masalah,

maka

dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh sumber daya alam terhadap pertumbuhan ekonomi? 8 Adwin Surya Atmadja, “ Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya”, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 2, No. 1, Mei 2000, p. 83 – 94

10

2. Apakah ada pengaruh teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi? 3. Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan dan kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi? 4. Apakah ada pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi? 5. Apakah ada pengaruh impor terhadap pertumbuhan ekonomi? 6. Apakah ada pengaruh investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi? 7. Apakah ada pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi?

C. Pembatasan Masalah Mengingat kompleksnya masalah yang timbul dan hal ini tidak memungkinkan bagi peneliti untuk membahas semua masalah di dalam penelitian ini, maka penelitian ini dibatasi hanya pada masalah “Pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 1991 - 2010”.

D. Perumusan masalah Berdasarkan

pembatasan

masalah,

peneliti

merumuskan

permasalahan di dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh antara utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 19912011?

11

2. Apakah terdapat pengaruh antara penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 19912011? 3. Apakah terdapat pengaruh antara utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 1991 - 2010?

E. Kegunaan Penelitian Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak baik secara teeoritis maupun secara praktis. 1. Kegunaan Teoretis: Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang telah diperoleh tentang pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara khususnya negara-negara Dunia Ketiga. 2. Kegunaan Praktis: Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan berbagai pihak dan diharapkan dapat berguna sebagai bahan penelitian lebih lanjut mengenai utang luar negeri dan penanaman modal asing kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi negara.

12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis 1. Pertumbuhan ekonomi Istilah pertumbuhan ekonomi digunakan untuk menerangkan atau mengukur

prestasi

dari

perkembangan

ekonomi

suatu

negara.

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan adanya perkembangan fisik produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Sejak lahirnya ilmu ekonomi, berbagai ekonom besar mempunyai pandangan atau persepsi yang tidak selalu sama mengenai proses pertumbuhan suatu perekonomian. Sering kali pandangan atau persepsi ini sangat dipengaruhi oleh keadaan atau peristiwa-peristiwa pada waktu ekonom tersebut hidup. Seringkali pula teori pertumbuhan seorang ekonom dipengaruhi oleh idiologi yang dianut oleh ekonom, sehingga aspek-aspek yang ditonjolkan dalam teorinya mencerminkan kecenderungan idiologisnya. 9 Hal ini perlu kita pahami sebagai orang yang mempelajari teori pertumbuhan (ilmu ekonomi umumnya). Jangan beranggapan bahwa teori yang kita pelajari adalah yang paling benar dan satu-satunya kebenaran yang tidak bisa dibantah. Semakin banyak teori yang di pelajari maka akan

9

Boediono, Teori pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta : BPFE, 1985), p. 2

13

semakin luas pandangan dan semakin mudah menghindari perangkap fanatisme intelektual tersebut. Arsyad memberikan suatu definisi mengenai pertumbuhan ekonomi (economic growth) suatu negara. Pertumbuhan Ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP/GNP tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. 10

Farid Wijaya berpendapat tentang pertumbuhan ekonomi yaitu “Pertumbuhan ekonomi adalah proses terjadi kenaikan produk nasional bruto riel atau pendapatan nasional riel. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riel.” 11 Dari definisi- definisi tersebut, nilai pendapatan nasional riil dijadikan sebagai acuan untuk memberikan suatu gambaran tentang adanya pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan pendapatan nasional rill tergambar dari kenaikan GDP/GNP berdasarkan harga konstan. Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara perubahan pendapatan nasional tahun yang dimaksud dikurangi pendapatan nasional tahun sebelumnya dibagi dengan pendapatan nasional pada tahun sebelumnya. Atau secara ringkas dapat dituliskan sebagai berikut: –

Di mana: Gt 10 11

(2.1)

= pertumbuhan ekonomi periode t (triwulan atau tahunan)

Lincolin Arsyad, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: STIE- YKPN, 1997), p. 11 Faried Wijaya, Ekonomika Makro (Yogyakarta: BPFE, 1990),p. 262

14

PDBRt = Produk Domestik Bruto Riil periode t (berdasarkan harga konstan) PDBRt-1 = PDBR satu periode sebelumnya Jika interval waktunya lebih dari satu periode, penghitungan tingkat pertumbuhan ekonomi dapat menggunakan persamaan eksponensial: PDBRt = PDBR0 (1 + r)t Di mana: PDBRt = PDBR periode t PDBR0 = PDBR periode awal r = tingkat pertumbuhan t = jarak periode 12 Apabila tingkat pertumbuhan ekonomi bernilai negatif berarti kegiatan perekonomian menunjukkan penurunan, sebaliknya jika tingkat pertumbuhan

ekonomi

tersebut

bernilai

positif

berarti

kegiatan

perekonomian mengalami peningkatan. Menurut Boediono, Pertumbuhan Ekonomi merupakan tingkat pertambahan dari pendapatan nasional. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi adalah sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang dan merupakan ukuran keberhasilan pembangunan.13 Pengertian tersebut mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Jadi, pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bukan gambaran ekonomi atau hasil pada saat itu. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan output perkapita yaitu mengenai

pertumbuhan GDP

dan pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang

yaitu apabila

selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat. 12 13

Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, op. cit, p. 130 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi ( Yogyakarta: BPFE UGM, 1999), p. 12

15

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Teori pertumbuhan secara umum terbagi dalam tiga kelompok pendekatan yaitu pendekatan Klasik (Adam Smith, David Ricardo, Thomas Robert Malthus dan Jhon Stuart Mill), Neo Klasik (Solow-Swan, dan Schumpeter), dan pemikiran modern yang dianut oleh Rostow dan Harrod-Domar. a. Teori Pertumbuhan Klasik Bangsa-bangsa di dunia sudah lama menganggap pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan ekonomi dan politik. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses yang berusaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana yang dikemukanan oleh Smith yang mengenai pandangan-pandangannya

terhadap

faktor

yang

penting

dalam

pertumbuhan ekonomi: Pertumbuhan ekonomi bergantung pada: 1. Peranan pasar bebas 2. Perluasan pasar 3. Spesialisasi dan kemajuan teknologi 14 Menurut pandangan Adam Smith, kebijaksanaan Laissez-faire atau sistem mekanisme pasar akan

memaksimalkan tingkat pembangunan

ekonomi yang dapat dicapai oleh suatu masyarakat. Penduduk yang bertambah akan memperluas pasar, dan perluasan pasar akan mendorong 14

Sadono Sukirno, Makroekonomi Modern (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), p. 448

16

tingkat spesialisasi. Dengan adanya spesialisasi akan mempertinggi tingkat kegiatan ekonomi atau mempercepat proses pembangunan ekonomi karena spesialisasi akan mendorong produktivitas tenaga kerja dan mendorong tingkat perkembangan teknologi. Mengenai corak dan proses pertumbuhan ekonomi, Adam Smith mengemukakan bahwa apabila pembangunan sudah terjadi maka proses tersebut akan terus-menerus berlangsung secara kumulatif. Pandangan Smith yang optimis terhadap pola proses pembangunan di atas sangat bertentangan dengan pendapat David Ricardo dan Malthus, yang lebih pesimis terhadap proses pembangunan dalam jangka panjang. Karena dalam jangka panjang menurut mereka perekonomian akan mencapai “stationary state”, yaitu suatu keadaan di mana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali. Sedangkan perkembangan penduduk menurut

pendapat

mereka,

akan

menurunkan

kembali

tingkat

pembangunan ketahap yang rendah. Menurut David Ricardo, pertumbuhan ekonomi merupakan proses tarikmenarik antara Law of Deminishing Return dengan kemajuan teknologi.

Sedangkan

menurut

Thomas

Robert

Malthus,

dalam

pembangunan ekonomi diperlukan pembangunan berimbang antar sektor pertanian dan industri serta perlunya menaikkan permintaan efektif. Dalam analisis selanjutnya, John Stuart Mill mengemukakan bahwa dalam pembangunan ekonomi diperlukan tabungan, tingkat laba, kemajuan

17

teknologi, distribusi yang adil, perluasan perdagangan luar negeri, dan perubahan kelembagaan. 15

b. Teori Pertumbuhan Neo-Klasik Teori pertumbuhan Neo-Klasik dikembangkan sejak tahun 1950an. Teori ini berdasarkan analisis-analisis mengenai pertumbuhan ekonomi menurut pandangan ekonomi klasik. Ekonom yang menjadi perintis pengembangan teori ini adalah Robert Solow dan Trevor Swan yang memunculkan teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Fokus pembahasan teori pertumbuhan Neo Klasik adalah akumulasi stok barang modal dan keterkaitannya dengan keputusan masyarakat untuk menabung atau melakukan investasi. Faktor-faktor penentu pertumbuhan yaitu stok barang modal dan tenaga kerja. Lebih lanjut lagi, PDB per kapita semata-mata ditentukan oleh stok barang modal per tenaga kerja.16 Untuk menghasilkan sejumlah produksi dapat digunakan berbagai jumlah modal yang berbeda-beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya juga berbeda-beda. Umumnya, kalau banyak menggunakan modal, sedikit tenaga kerja yang digunakan. Ahli ekonomi Neo-Klasik lainnya yaitu Yoseph Schumpeter dalam bukunya The Theory of Economics Development, menekankan

15

Wahyu Sugeng Imam Soeparno, Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara, Tesis (Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2011), p. 117 16 Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, op. cit., p. 140-141

18

tentang peranan pengusaha dalam pembangunan. Sebagai kunci dari teori Schumpeter adalah bahwa untuk perkembangan ekonomi, faktor yang terpenting adalah entrepreneur, yaitu orang yang memiliki inisiatif untuk perkembangan produk. 17 Para pengusaha dianggap memiliki kemampuan dan keberanian mengaplikasikan penemuan-penemuan baru dalam aktivitas produksi sebagai langkah inovasi. Dengan inovasi produk tersebut, termasuk penyusunan teknik tahap produksi serta masalah organisasi manajeman, produk yang dihasilkan akan dapat diterima pasar

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern Rostow

memunculkan

model

pembangunan

tahapan

pertumbuhan. Menurut ajaran Rostow, perubahan dari keterbelakangan menuju kemajuan ekonomi dapat dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh semua negara, yaitu: 1. Masyarakat tradisional, yaitu suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di dalam fungsi produksi yang terbatas yang didasarkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan dan sikap yang masih primitif, dan berfikir irasional. 2. Prasyarat lepas landas, adalah suatu masa transisi di mana suatu masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk

17

Ibid., p. 143

19

mencapai pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk terus berkembang (self-sustained growth). 3. Lepas landas, adalah suatu masa di mana berlakunya perubahan yang sangat drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi, atau berupa terbentuknya pasar baru. 4. Tahap kematangan, adalah suatu masa di mana suatu masyarakat secara efektif menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam. 5. Masyarakat berkonsumsi tinggi, adalah suatu masyarakat di mana perhatiannya lebih menekankan pada masalah konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, bukan lagi pada masalah produksi. Umumnya negara-negara berkembang masih berada pada tahap lepas landas, namun ada juga yang masih berada pada tahap prasyarat lepas landas. Hanya tinggal merumuskan serangkaian aturan pembangunan untuk tinggal landas, maka mereka akan segera bergerak menuju ke proses pertumbuhan ekonomi yang pesat dan berkesinambungan. Salah satu cara untuk tinggal landas adalah pengerahan atau mobilisasi dana tabungan untuk menciptakan bekal investasi dalam jumlah yang memadai untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi. 18 Harrod-Domar adalah ahli ekonomi yang mengembangkan analisis Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam 18

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Economic Development/Ninth Edition, diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Puji A.L dengan judul Pembangunan Ekonomi/Edisi Kesembilan ,Jilid 1 ( Jakarta: Erlangga, 2006), p. 127

20

menciptakan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya setiap usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Menurut Harrod Domar, masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah

menaikkan investasi modal. Dalam

mendukung

pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Selain investasi, pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh tingginya tabungan. Bila tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat/negara tersebut juga akan rendah. 19

d. Teori Ketergantungan Internasional Dalam pendekatan ini, terdapat tiga aliran pemikiran utama, yaitu model ketergantungan neokolonial, model paradigma palsu, dan tesis pembagunan-dualistik. 20 Model Ketergantungan Neokolonial mencoba menghubungkan kemiskinan yang terus berlanjut dan semakin parah di sebagian besar negara Dunia Ketiga dengan keberadaan dan kebijakan kelompok negaranegara industri kapitalis dari belahan bumi Utara yang dapat menyebar luas melalui kelompok-kelompok domestik elit yang berkuasa di negara berkembang. Kelompok domestik elit tersebut seperti para tuan tanah, 19

Nurlia Listiani, “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, Widyariset, Vol 9 Tahun 2006, p. 286. 20 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op.cit., p. 142

21

pengusaha, saudagar, pejabat pemerintah dan para pimpinan serikat buruh telah mengabdi (didominasi oleh) dan tergantung pada kelompokkelompok kekuatan internsional yang memiliki kepentingan tertentu seperti perusahaan-perusahaan multinasional, lembaga-lembaga keuangan bilateral dan organisasi-organisasi penyedia bantuan multilateral yang kesemuanya terikat oleh jaring-jaring kesetiaan. Tindakan mereka bahkan telah

mengarah

pada

penurunan

taraf

hidup

serta

pelestarian

keterbelakangan. Model keterbelakangan

Paradigma negara

Palsu

Dunia

mencoba

Ketiga

dengan

ketidaktepatan saran yang diberikan para

menghubungkan kesalahan

dan

pengamat atau pakar

internasional. Para pakar ini menawarkan konsep-konsep yang canggih, struktur teori yang bagus, dan model-model ekonometri yang serba rumit tentang pembangunan yang dalam praktiknya justru menciptakan kebijakan-kebijakan yang tidak tepat guna atau bahkan melenceng sama sekali dan dalam banyak hal hanya melayani kepentingan sepihak. Selain itu, para pakar di negara berkembang tersebut hampir semuanya mendapat didikan dan latihan dari negara-negara maju. Mereka terlalu banyak menelan konsep-konsep dan model-model teoritis yang serba hebat tetapi sebenarnya tidak cocok dan tidak dapat diterapkan di daerah mereka sendiri. Tesis Pembangunan-Dualistik melihat dunia terbagi menjadi negara-negara kaya dan miskin, dan di negara-negara berkembang terdapat

22

beberapa penduduk yang kaya diantara banyak penduduk yang miskin. Konsep ini menunjukkan adanya jurang pemisah yang makin melebar antara elemen superior dan inferior. Keterbelakangan tersebut semakin mereka kembangkan. Dalam kenyataannya, elemen-elemen superior tersebut justru memanfaatkan, memanipulasi, mengeksploitasi ataupun menggencet elemen-elemen inferior Pada intinya, model ketergantungan internasional memandang negara-negara Dunia Ketiga sebagai korban kekakuan aneka faktor kelembagaan, politik, dan ekonomi baik domestik maupun internasional. Mereka telah terjebak dalam perangkap ketergantungan dan dominasi negara-negara kaya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses keadaan di mana terjadi kenaikan kapasitas produksi perekonomian suatu negara dalam jangka panjang dan dijadikan sebagai pengukur keberhasilan pembangunan yang diwujudkan dalam pertumbuhan pendapatan nasional (Gross Domestic Product).

2. Utang Luar Negeri Utang luar negeri merupakan pinjaman luar negeri (loan) yang diberikan oleh pemerintah negara-negara maju atau badan-badan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman semacam

23

itu dengan kewajiban untuk membayar kembali dan membayar bunga pinjaman tersebut.21 Biaya terbesar dari semakin menumpuknya utang luar negeri itu adalah meningkatnya beban pembayaran angsuran utang (debt service). Angsuran utang tersebut terdiri dari amortisasi (pembayaran utang pokok) dan pembayaran bunga yang jika tidak segera dilunasi akan menumpuk.22 Untuk mengukur sampai sejauh mana tingkat utang membebani suatu negara dan bagaimana efektivitas utang luar negeri, dapat dilihat dari besarnya DSR (Debt Service Ratio). Jika DSR meningkat maka menunjukkan semakin tidak efektifnya pengelolaan pinjaman. Debt Service Ratio (DSR) adalah perbandingan antara pembayaran bunga plus cicilan utang terhadap penerimaan ekspor suatu negara. Misalnya tingkat DSR Brazil dan Korea Selatan pada tahun 1982 masingmasing sebesar 81% dan 2,2%. Ini berarti Brazil menggunakan 81% dari ekspornya untuk membayar utangnya sedangkan Korea Selatan hanya 2,2%. Ambang batas aman angka DSR lazimnya menurut para ahli ekonomi adalah 20%. Lebih dari itu, utang sudah dianggap mengundang cukup banyak kerawanan. Faktor eksternal seperti perubahan kurs dan suku bunga uang sangat mungkin akan mudah memengaruhi kondisi perekonomian negara yang berarti dapat memengaruhi tingkat DSR.23

21

Zulkarnain Djamin, Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara-negara Berkembang dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1996),p. 19 22 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Economic Development/Ninth Edition, diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Puji A.L dengan judul Pembangunan Ekonomi/Edisi Kesembilan ,Jilid 2 ( Jakarta: Erlangga, 2006), p. 217 23 Zulkarnain Djamin, op. cit, p. 28

24

Munculnya utang luar negeri yang dilakukan pemerintah dapat mencerminkan adanya ketidakmampuan negara tersebut dalam memenuhi anggaran pendapatan dan belanja negaranya. Selain itu juga masih adanya kepercayaan yang tinggi dari negara kreditur atau lembaga keuangan dunia terhadap debitur. Kreditur beranggapan bahwa debitur masih mampu meningkatkan perekonomiannya sehingga mampu membayar kembali hutang-hutangnya.24 Ditinjau dari sudut manfaatnya, ada dua peran utama bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu: 1. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing. 2. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two gaps problems), yaitu jurang tabungan (saving gap) yang berarti bahwa tabungan dalam negeri tidak cukup untuk membiayai penanaman modal yang dapat ditanamkan dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap) yang berarti bahwa mata uang asing yang tersedia tidak cukup untuk membiayai impor yang diperlukan. 25 Pinjaman luar negeri bisa dalam bentuk pinjaman bersyarat lunak (soft loan) atau pinjaman komersial (commercial loan). Apabila tenggang waktu atau jangka waktu pembayaran kembali pinjaman tersebut lama dan tingkat bunganya rendah maka dinamakan sebagai pinjaman bersyarat lunak (soft loan). Dan sebaliknya, apabila tenggang waktu atau jangka 24

A.D. Uphadi. “Depresiasi Rupiah, Hutang Luar Negeri dan Beban APBN”. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Berkembang, Vol. 2 No. 3, 1997, p. 227 25 Ibid., p. 21

25

waktu pembayaran kembali relatif singkat dan tingkat bunganya relatif tinggi maka dinamakan sebagai pinjaman komersial (commercial loan). 26 Pada tahapan awal, total utang negara-negara berkembang merupakan utang resmi yang bersumber dari pemerintahan negara-negara asing serta lembaga-lembaga keuangan internasional yang bersyarat lunak. Namun, berkembang menjadi utang yang bersifat nonkonsensional atau tidak bersyarat lunak pada bank-bank komersial internasional.27 Ditinjau dari kajian teoritis, masalah

utang luar negeri dapat

diterangkan melalui pendekatan pendapatan nasional. Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, utang luar negeri dibutuhkan untuk menutupi 3 (tiga) defisit, yaitu kesenjangan tabungan investasi, defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Hubungan ketiga defisit ini dijelaskan Basri (2004) dalam Nurliani Listiani yaitu dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional, yaitu: a. Sisi Pengeluaran Y = C + I + G + (X – M) … … … … … … … . (2.2) Dimana: Y = Produk Domestik Bruto C= Total Konsumsi Masyarakat I= Investasi Swasta G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor Barang dan Jasa M = Impor Barang dan Jasa b. Sisi Pendapatan Y = C + S + T … … … … … … … … … … … .(2.3) Dimana: C= Total Konsumsi S= Tabungan Pemerintah T= Penerimaan Pajak Pemerintah 26 27

Ibid., p. 20 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit, p. 216-217.

26

Jika kedua sisi identitas pendapatan nasional digabung, maka akan diperoleh: (M-X) = (I-S) + (G – T) … … … … … … (2.4) Dimana: (M-X) = Defisit Transaksi Berjalan (I-S) = Kesenjangan Tabungan Investasi (G –T) = Defisit Anggaran Pemerintah Hubungan antara kebutuhan utang luar negeri dan ketiga defisit tersebut diperlihatkan dengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran yaitu: Dt = (M-X) t + Dst – NFLt + Rt – NOLT … … . (2.5) Dimana: Dt = Utang pada tahun 1 (M-X)t = Defisit transaksi berjalan pada tahun 1 Dst = Pembayaran beban utang (bunga+amortisasi) tahun 1 NFLt = Arus masuk bersih modal swasta pada tahun 1. Rt = Cadangan otoritas moneter tahun 1. NOLT = Arus masuk modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lain-lain pada tahun 1. Persamaan ini menunjukkan bahwa Utang Luar Negeri (sisi kiri) digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran utang, cadangan otoritas moneter dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal serta pergerakan arus modal jangka pendek seperti capital flight. Bila (2.4) disubstitusikan pada (2.5), maka akan diperoleh persamaan: Dt = (I-S) t + (G-T) t + DSt + NFLt + Rt – NOLT … … .(2.6) Identitas (2.6) ini menunjukkan, disamping untuk membiayai defisit transaksi berjalan, Utang Luar Negeri juga dibutuhkan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah, serta kesenjangan tabungan-investasi dengan utang luar negeri.28 Tabungan domestik dibutuhkan untuk membiayai investasi, namun besarnya tidak seimbang dengan rencana kegiatan investasi (savinginvestment gap). Nilai impor yang melebihi ekspor membuat neraca transaksi berjalan mengalami defisit sehingga diperlukan tambahan dana untuk membiayai impor atau menggenjot nilai ekspor. Pendapatan yang diterima pemerintah dari masyarakat, selanjutnya digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi di negaranya. Namun, besarnya

28

Nurlia Listiani, op. cit., p. 285-286

27

pendapatan pemerintah.

tersebut

pembangunan

tidak

Sehingga, dari

perekonomiannya

cukup

ketidakmampuan

dalam

tersebut

untuk

negeri harus

untuk ditutup

membiayai

pengeluaran

sumber

pembiayaan

membiayai dengan

kegiatan

mendatangkan

pembiayaan pembangunan dari luar negeri yang salah satunya dalam bentuk utang. Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa utang luar negeri adalah bantuan pinjaman yang didatangkan dari luar negeri dari pemerintahan negara-negara asing atau lembaga-lembaga keuangan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman dan bank-bank komersial internasional dengan kewajiban untuk membayar kembali angsuran utang pokok tersebut beserta bunga pinjaman yang telah disepakati bersama.

3. Penanaman Modal Asing Penanaman modal atau terkadang disebut juga investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berpengaruh dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktivitas dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Istilah penanaman modal sebenarnya adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu investment. Penanaman modal asing atau investasi seringkali dipergunakan dalam artian yang berbeda-beda. Perbedaan

28

penggunaan istilah investasi terletak pada cakupan dari makna yang dimaksudkan. Samuelson dan Nordhaus mengungkapkan bahwa Investasi atau pembelian barang modal meliputi penambahan stok modal atau barang modal di suatu negara seperti bangunan, peralatan produksi, dan barang-barang inventaris dalam kurun waktu satu tahun. Investasi merupakan langkah mengorbankan konsumsi saat ini untuk memperbesar konsumsi di masa yang akan datang. Termasuk investasi adalah tindakan kita untuk tidak membelanjakan semua uang yang ada untuk membeli roti, melainkan kita belikan oven baru agar selanjutnya kita bisa menikmati roti yang lebih banyak.29 Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa pengertian investasi dalam konteks kajian ekonomi makro mencakup pembelian barang modal untuk penambahan stok modal atau untuk mendapatkan keuntungan atau hasil yang lebih besar di waktu yang akan datang. Investasi ini bisa dilakukan dengan cara menunda atau mengorbankan kegiatan konsumsi sekarang agar kehidupan di masa yang akan datang menjadi lebih bernilai. Menurut Panglaykim dalam Fahmi Hasbullah, “Penanaman modal asing merupakan usaha yang dilakukan pihak asing dalam rangka menanamkan modalnya di suatu negara dengan tujuan untuk mendapatkan laba melalui penciptaan suatu produksi ataupun jasa.” 30 Dari pernyataan di atas mengandung makna bahwa modal yang ditanamkan tersebut bukan berasal dari dalam negeri, melainkan dari luar

29 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus. Makro Ekonomi edisi keempatbelas (Jakarta: Erlangga, 1992), p.108 30 Fahmi Hasbullah, Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi ( Medan: Departemen Ekonomi Pembangunan USU, 2009), p. 32

29

negeri yang digunakan untuk menciptakan suatu produk atau jasa yang memiliki nilai dan mendatangkan keuntungan. Penanaman modal asing adalah salah satu bentuk investasi selain penanaman modal dalam negeri. Investasi sebagai salah satu bentuk arus internasional sumber-sumber daya keuangan terdiri dari penanaman modal langsung yang dilakukan pihak swasta (private foreign direct investment— FDI) dan investasi asing portofolio (foreign portfolio investment—FPI). FDI biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa multinasional ( atau biasa juga disebut perusahaan transnasional yaitu perusahaan besar dengan kantor pusat yang berada di negara-negara maju asalnya sedangkan cabang operasi atau anak-anak perusahaannya tersebar di berbagai penjuru dunia). Dana investasi ini langsung diwujudkan berupa pabrik, pengadaan fasilitas produksi, pembelian mesin-mesin dan sebagainya. Bentuknya dapat berupa cabang perusahaan multinasional, lisensi, joint venture, dan lain-lain. Sedangkan FPI yang dana investasinya tidak diwujudkan langsung sebagai alat-alat produksi, melainkan ditanamkan pada pasarpasar modal dan kredit milik lembaga swasta atau individu di negaranegara berkembang dalam aneka bentuk instrumen keuangan seperti saham, obligasi, sertifikat deposito, surat promes investasi (commercial paper) dan sebagainya. 31 Menurut Kindleberger (1996), “Investasi asing langsung sebagai setiap arus pinjaman atau pembelian hak pemilikan dalam suatu

31

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., p. 259-260

30

perusahaan asing yang sebagian besar dimiliki oleh penduduk negara penanam modal” 32 Menurut Ismail Sunny dan Rudiono Rochmat (1968) berpendapat bahwa unsur-unsur pokok dari Penanaman Modal Asing adalah penanaman secara langsung, penggunaan modal untuk menjalankan perusahaan, dan risiko yang langsung ditanggung oleh pemilik modal. 33 Dari beberapa pernyataan tersebut, penanaman modal asing merupakan investasi asing yang ditanamkan secara langsung dan diwujudkan berupa pabrik, pengadaan fasilitas produksi, pembelian mesinmesin dan sebagainya oleh perusahaan-perusahaan raksasa multinasional dimana pihak asing tersebut juga ikut menaggung risikonya. Menurut teori “It”, Krugman menyatakan bahwa, keberhasilan dalam ekspor barang-barang manufaktur (dari suatu negara) tidaklah semata-mata disebabkan oleh perubahan ke arah kebijakan yang berorientasi pasar, tetapi karena adanya sejenis ‘eksternalitas’ yaitu eksternalitas informasi berupa perusahaan-perusahaan pionir (MNC) membantu mendemonstrasikan kepada perusahaan-perusahaan lain tentang kemungkinan melakukan ekspor barang-barang manufaktur secara menguntungkan, sehingga kebijakan yang berorientasi ke luar itu akan menyebabkan peningkatan ekspor dari dan juga peningkatan teknologi di negara-negara yang ternyata mempunyai keunggulan komparatif.34 Menurut teori Krugman, penanaman modal asing membawa kemampuannya

berupa

‘eksternalitas

informasi’

yakni

mampu

menerjemahkan berbagai peluang yang dimiliki suatu negara dengan keberaniannya mengambil risiko untuk memproduksi suatu komoditi yang

32

Pandji Anoraga, op.cit., p. 63 Ibid ., p. 48 34 Ibid., p. 18 33

31

mampu menembus pasaran ekspor barang-barang manufaktur dengan daya saing yang tinggi. Menurut M. Arsyad Anwar (1992) dalam Pandji Anoraga, penanaman modal asing yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan raksasa multinasional (MNC) berperan secara tidak langsung dalam pembentukan dan penciptaan berbagai infrastruktur dan perlengkapannya berupa sarana dan prasarana serta meningkatkan perhatian pemerintah dalam hal pengadaan fasilitas-fasilitas umum di zona industri.35 Selain pembangunan infrastruktur dan pengadaan fasilitas umum, masuknya investasi asing juga membawa alam modernisasi secara lebih efektif dan mantap baik dibidang teknologi industri maupun manajerial usaha. Berdasarkan pemaparan teori di atas dapat disimpulkan bahwa investasi asing (PMA) adalah kegiatan penambahan stok modal atau barang modal secara langsung (Direct Investment) oleh sektor produsen (swasta) yang berasal dari luar negeri dengan tujuan untuk mendapatkan laba di mana investor ikut serta sebagai pemilik dan mempunyai hak dalam penguasaan modal.

4. Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Peranan pinjaman luar negeri dan modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang telah lama menjadi

35

Ibid., p. 17

32

perdebatan di antara ekonom dunia. Diantara mereka ada yang mendukung peranan utang luar negeri sebagai sumber modal untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi, tetapi banyak pula yang memandang negatif pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Sekelompok

ekonom

pada

tahun

1950-an

dan

1960-an

berpendapat dan meyakini bahwa bantuan luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negera tanpa menimbulkan gangguan pada masa sesudahnya bagi negara-negara debitor tersebut. Pengalaman keberhasilan pembangunan kembali perekonomian negara-negara Eropa Barat melalui Marshal Plan menjadi dasar kelompok tersebut menganjurkannya diterapkan dinegara-negara berkembang. Argumentasi ekonomi yang dikemukakan oleh pandangan yang mendukung utang luar negeri antara lain: a. Teori Harrod Domar Pengalaman seperti yang diuraikan di atas juga mengilhami teori yang dikembangkan oleh Sir Roy Harrod dan Evsey D. Domar yang berpendapat bahwa: Pinjaman luar negeri mempunyai dampak yang positif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara yaitu akan menambah sumbersumber produktif tanpa menimbulkan dampak negatif terhadap alokasi dan efisiensi sumber daya terutama tingkat efisiensi dalam penggunaan modal. Keadaan ini telah dibuktikan oleh negara-negara yang tergabung dalam kelompok negara industri maju seperti Korea Selatan dan Taiwan di mana utang luar negeri telah dengan sukses menjadi mesin pertumbuhan (engine of growth) dalam perekonomian mereka.36

36 Kuwat Waluyo, Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 1999-2004, Tesis (Depok: Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik FE UI, 2006), p. 6

33

Asumsi yang mereka gunakan dalam proses penganjurannya adalah bantuan luar negeri akan menambah sumber-sumber produktif tanpa menimbulkan dampak substitusi terhadap tingkat tabungan domestik, dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap alokasi dan efisiensi sumber daya terutama tingkat efisiensi dalam penggunaan modal.

b. Teori Neo Klasik, Menurut aliran Neo Klasik, Utang luar negeri merupakan suatu hal yang sangat positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan dana pinjaman luar negeri dapat menambah cadangan devisa, mengisi kekurangan tabungan sebagai modal pembangunan yang sangat membantu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun, utang luar negeri akan menjadi masalah ketika utang tersebut tidak dikelola dengan baik dan benar.37 Sumber keuangan yang berasal dari luar dalam bentuk pinjaman ini, dapat memainkan peranan yang masuk akal dalam melengkapi atau menutupi kelangkaan sumberdaya dalam negeri demi mengejar target tabungan, investasi, dan devisa. Utang luar negeri diberikan dalam rangka mempercepat proses pembangunan yang nantinya akan menghasilkan tambahan tabungan dalam negeri sebagai akibat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara bertahap, akhirnya utang luar negeri berkurang dan lenyap. Sumber daya lokal telah mencukupi untuk menggerakkan proses pembangunan yang sesuai dengan kemampuan sendiri (self sustaining).

37

Ibid, p. 283

34

c. Laffer Curve Theory Teori ini menggambarkan efek akumulasi utang terhadap pertumbuhan PDB. Menurut teori ini, pada dasarnya utang diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan utang akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut, utang merupakan kebutuhan normal setiap negara. Namun, pada saat stok utang melebihi batas tersebut maka penambahan utang mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.38 Dalam proses pembangunan ekonomi negara-negara berkembang adanya akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar sebab tidak ada satu negara yang membangun tanpa pinjaman. Pinjaman tersebut merupakan obat pendorong bagi proses pembangunan dan seharusnya tertanam pada kegiatan-kegiatan yang mendorong pendapatan sehingga mempercepat proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Dan utang ini dirasa masih aman selama debt service ratio tetap di bawah 25% .

Sumber: Catherine Patillo (2002) dalam Nurlia Listiani

Gambar II.1. Kurva Laffer d. Teori Chenery Teori yang berbicara tentang penggunaan bantuan luar negeri dalam 38

pembiayaan

pembangunan

Nurlia Listiani, op. cit., p. 285

selanjutnya

dikembangkan

oleh

35

beberapa ekonom seperti Hollis Chenery, Alan Strout, dan lain-lain pada tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Pemikiran mereka seperti yang diungkapkan oleh Chenery dan Carter (1973) dapat dikelompokkan ke dalam empat pemikiran mendasar. 39 Pertama, sumber dana eksternal (modal asing) dapat dimanfaatkan oleh negara sedang berkembang sebagai suatu dasar yang signifikan untuk memacu kenaikan investasi serta pertumbuhan ekonomi. Kedua, untuk menjaga dan mempertahankan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi diperlukan perubahan dan perombakan yang subtansial dalam struktur produksi dan perdagangan. Ketiga, modal asing dapat berperan penting mobilisasi sumber dana dan transformasi struktural. Keempat, kebutuhan akan modal asing akan menjadi menurun setelah perubahan struktural terjadi.

Pemikiran-pemikiran di atas sedemikian kuatnya mempengaruhi proses perencanaan pembangunan di negara-negara sedang berkembang yang semata-mata hanya mengandalkan upaya proses pembangunannya pada sumber-sumber daya domestik. Malahan porsi bantuan luar negeri tidak lagi diperlakukan sebagai faktor pelengkap (complementary factor), tapi telah menjadi sumber utama dalam pembiyaan pembangunan.40. Sementara

argumentasi

ekonomi

yang

dikemukakan

oleh

pandangan yang negatif terhadap utang luar negeri antara lain: 39

Desmawati Sihombing. Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Skripsi (Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2010), p. 53-54 40 Basri Faisal, Perekonomian Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2002), p. 104

36

a. Rana dan Dowling (1988) Berdasarkan hasil penelitiannya, pada tahun 1980 di sembilan negara Asia menunjukkan bahwa Utang luar negeri cenderung lebih memberikan dampak negatif bagi negara tersebut. Hal ini disebabkan utang luar negeri yang sangat besar akan membebani proses dan perjalanan ekonomi sampai dengan generasi yang akan datang. Selain itu, ketergantungan utang luar negeri juga akan mengakibatkan bangsa menjadi tidak mandiri dalam membangun dan memulihkan kondisi ekonomi terutama setelah diterpa krisis ekonomi.41 Biaya terbesar dari semakin menumpuknya utang-utang luar negeri itu adalah meningkatnya beban pembayaran angsuran utang (debt service). Angsuran utang tersebut terdiri dari amortisasi (pembayaran utang pokok) dan pembayaran bunga yang menumpuk. Apabila utang terus meningkat atau suku bunganya meningkat, maka pembayaran cicilan utang juga akan meningkat. Jika hal ini terus berlanjut dan negara tersebut kesulitan untuk membayar angsuran utangnya, maka dapat berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi.

b. Kenen (1990) dan Sachs (1990) Kenen dan Sachs berargumentasi bahwa Ketergantungan terhadap hutang eksternal merupakan penyebab utama pelambatan ekonomi di negara-negara pengutang besar dan oleh karenanya terdapat suatu kebutuhan untuk membuat fasilitas keringanan hutang internasional.42 Pandangan mereka didasari pada rasionalitas Krugman (1989) bahwa pembayaran hutang pemerintah yang tinggi membutuhkan tingkat 41

Nurlia Listiani, op. cit., p. 283 Khorshed Chowdhury dan Amnon Levy. “Hutang Eksternal dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Negara Berkembang, Vol. 2 No. 3, 1997, p. 340 42

37

pajak yang tinggi sehingga dapat menghambat pembentukan modal dan repatriasi pelarian modal.

Pemikiran-pemikiran tersebut didasarkan pada fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di mana utang luar negeri membuat negara menjadi tidak mandiri dalam membangun negaranya sehingga sangat tergantung pada negara lain. Selain itu juga melihat fakta bahwa beban yang harus ditanggung oleh negara debitur semakin lama semakin meningkat seiring dengan terus bertambahnya hutang yang diakibatkan oleh tingginya cicilan dan bunga yang harus dibayar. Sehingga pengalaman-pengalaman ini dijadikan sebagai gambaran untuk berfikir kembali jika ingin berhutang. Dari perbedaan kedua argumen tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pada dasarnya dalam proses pelaksanaan pembangunan ekonomi negara-negara Dunia Ketiga, akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar, di mana tabungan dalam negeri rendah, defisit neraca pembayaran sangat tinggi, dan impor modal juga sangat dibutuhkan untuk menambah sumber daya domestik. Utang luar negeri dibutuhkan untuk menutup kekurangan tersebut. Pinjaman itu bermanfaat sebagai sumber dana untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, namun pinjaman tersebut juga menimbulkan biaya yang harus dibayarkan Apabila utang terus meningkat atau suku bunganya meningkat, maka pembayaran cicilan utang juga akan meningkat. Jika hal ini terus berlanjut dan negara tersebut kesulitan untuk

38

membayar angsuran utangnya, maka dapat berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi. Untuk itu pinjaman tersebut seharusnya tertanam pada

kegiatan-kegiatan

yang

mendorong

pendapatan

sehingga

mempercepat proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

5. Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi Argumen yang mendukung penanaman modal asing sebagian besar berasal dari aliran Neo Klasik tradisional yang memusatkan perhatiannya pada berbagai faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Menurut aliran ini, penanaman modal asing (dan juga bantuan luar negeri) merupakan suatu yang sangat positif karena hal tersebut mengisi kekurangan tabungan yang dapat dihimpun dari dalam negeri, menambah cadangan

devisa,

memperbesar

penerimaan

pemerintah,

dan

mengembangkan keahlian manajerial bagi perekonomian di negara penerimanya. Semua manfaat yang akan dihasilkan oleh investasi tersebut jelas sangat penting karena semuanya itu memang merupakan faktor-faktor kunci yang dibutuhkan untuk mencapai target pembangunan. 43 Menurut aliran Neo Klasik, penambahan output berhubungan juga dengan penambahan input kapital, angkatan kerja terlatih dan tidak terlatih, dan variabel lainnya seperti sumber daya alam dan penambahan produktivitas atau efisiensi input yang digunakan.

43

Nurlia Listiani, op. cit., p. 286-287

39

Harrod-Domar adalah ahli ekonomi yang mengembangkan analisis Keynes yang menekankan tentang perlunya penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu menurutnya setiap usaha ekonomi harus menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Harrod-Domar melihat pentingnya investasi terhadap pertumbuhan ekonomi, sebab investasi akan meningkatkan stok barang modal yang memungkinkan peningkatan output. Sumber dana domestik untuk keperluan investasi berasal dari bagian produksi (pendapatan nasional) yang ditabung.44 MNC dengan kemampuan dan kapasitas permodalan, teknologi, dan keahlian manajerial yang tinggi merupakan salah satu sumber dalam rangka mengisi kelangkaan modal, teknologi, dan keahlian manajemen dalam negeri. Perusahaan multinasional tersebut tidak hanya menyediakan sumber-sumber finansial dan pabrik-pabrik baru saja kepada negaranegara tuan rumah, tetapi juga menyediakan pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, serta keahlian dibidang teknologi yang kemudian dapat dialihkan kepada mitra-mitra usaha di dalam negeri melalui program-program latihan dan proses belajar sambil bekerja. Perusahaan multinasional ini juga berguna untuk mendidik para manajer

44

Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, op. cit., p. 143-145

40

lokal agar mereka mengetahui cara-cara dalam memperluas pasar, mencari alternatif pasokan sumber daya, serta memiliki pemahaman yang lebih baik akan praktek-praktek pemasaran internasional. selain itu, perusahaan multinasional ini juga akan membawa pengetahuan mengenai proses produksi dengan menggunakan teknologi yang canggih. Transfer pengetahuan, keahlian, dan teknologi semacam ini dianggap sangat berguna dan produktif bagi negara penerimanya. 45 Namun, ada pula yang berpandangan negatif pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satunya adalah menurut Maxwell J. Fry yang termuat dalam suntingan Todaro dan Smith mengungkapkan bahwa: Kenaikan investasi asing langsung cenderung diiringi oleh hal-hal yang tidak menguntungkan, yakni penurunan tingkat investasi domestik, penurunan tabungan nasional, peningkatan defisit neraca transaksi berjalan, serta pada akhirnya penurunan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.46 Kalangan yang cenderung menentang kegiatan investasi asing mendasarkan sikapnya pada pemikiran dan keyakinan akan pentingnya pengawasan nasional terhadap aktivitaas perekonomian domestik serta usaha mengurangi dominasi dari hubungan ketergantungan antara pemerintah negara-negara Dunia Ketiga dengan perusahaan-perusahaan multinasional yang sangat kuat tersebut.47 Kesimpulan yang dapat diambil dari perbedaan kedua argumen di atas adalah penanaman modal asing bisa menjadi pendorong pertumbuhan 45

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit., p. 267-268 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit, p. 271 47 Ibid., p. 272 46

41

ekonomi selama kepentingan-kepentingan perusahaan multinasional tersebut sejalan dengan kepentingan pemerintah dan masyarakat di negara tuan rumah. Namun, jika perusahaan multinasional hanya mementingkan kepentingannya sendiri dari segi output secara global atau maksimalisasi keuntungan tanpa meperdulikan dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari aktivitas bisnisnya terhadap kondisi ekonomi dan sosian di negara tuan rumah, maka pemikiran yang menentang penanaman modal asing semakin diterima oleh pemerintah dan masyarakat di negara-negara Dunia Ketiga.

6. Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada banyak negara yang sedang berkembang, ketidaktersediaan sumberdaya modal seringkali menjadi kendala utama. Dalam beberapa hal, kendala tersebut disebabkan karena rendahnya tingkat pemobilisasian modal di dalam negeri. Beberapa penyebabnya antara lain 1. pendapatan per kapita penduduk yang umumnya relatif rendah, menyebabkan tingkat MPS (marginal propensity to save) rendah, dan pendapatan pemerintah dari sektor pajak, khususnya penghasilan, juga rendah. 2. Lemahnya sektor perbankan nasional menyebabkan dana masyarakat, yang memang terbatas itu, tidak dapat didayagunakan secara produktif dan efisien untuk menunjang pengembangan usaha yang produktif.

42

3. Kurang berkembangnya pasar modal, menyebabkan tingkat kapitalisasi pasar yang rendah, sehingga banyak perusahaanyang kesulitan mendapatkan tambahan dana murah dalam berekspansi.48 Dengan kondisi sumberdaya modal domestik yang sangat terbatas seperti itu, jelas tidak dapat diandalkan untuk mampu mendukung tingkat pertumbuhan output nasional yang tinggi seperti yang diharapkan. Sehingga dibutuhkan adanya sumberdaya modal yang dapat digunakan sebagai katalisator pembangunan, agar pembangunan ekonomi dapat berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan adanya sumberdaya modal, maka semua potensi kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dimungkinkan untuk lebih didayagunakan dan dikembangkan. Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala

rendahnya

mobilisasi

modal

domestik

adalah

dengan

mendatangkan modal dari luar negeri seperti utang luar negeri dan penanaman modal asing. Menurut Harrod Domar, masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah

menaikkan investasi modal. Dalam

mendukung

pertumbuhan ekonomi diperlukan investasi-investasi baru sebagai stok modal seperti penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing. Selain investasi, pertumbuhan ekonomi juga ditentukan oleh tingginya tabungan. Bila tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat/negara tersebut juga akan rendah. 49 48 49

Adwin Surya Atmadja, op. cit., p. 83 – 94 Nurlia Listiani, op. cit., p. 286.

43

Teori Harrod Domar menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi yang ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Bila tabungan dan investasi rendah, pertumbuhan ekonomi masyarakat/negara tersebut juga akan rendah. Teori ini berasumsi bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menaikkan investasi modal. Pembentukan modal dipandang sebagai pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk menghasilkan barangbarang maupun sebagai pengeluaran yang akan menambah permintaan efektif seluruh masyarakat. Teori ini menunjukan suatu kenyataan bahwa apabila pada suatu masa tertentu dilakukan sejumlah pembentukan modal, maka pada masa perekonomian berikutnya mempunyai kesanggupan yang lebih besar untuk menghasilkan barang-barang. Menurut Harrod-Domar, ada hubungan ekonomi yang langsung antar besarnya stok modal dan jumlah produksi nasional. Adapun model pertumbuhan ekonomi yang bisa ditunjukkan berdasarkan teori Harrrod Domar adalah sebagai berikut: 1. Tabungan (S) merupakan suatu proporsi (s) dari output total (Y), oleh karenanya nilai mempunyai persamaan yang sederhana: S = s . Y .................................................................... 2. Investasi

didefinisikan

sebagai

perubahan

(2.7) stok

modal

dan

dilambangkan dengan ΔK, maka: I = ΔK ................................................................ ..........

(2.8)

44

Tetapi karena stok modal (ΔK) mempunyai hubungan langsung dengan output total (Y), seperti ditunjukkan oleh rasio modal/output (COR) atau k, maka: K/Y = k atau ΔK/ΔY = k atau K = k . Y .......................

(2.9)

3. Karena tabungan total (S) harus sama dengan investasi total (I),maka: S=I

.....................................................................

(2.10)

4. Dari persamaan (2.7) dikatakan bahwa S = s . Y dan persamaan (2.8) dan (2.9) maka diketahui bahwa I = ΔK = k. ΔY ..........................................................

(2.11)

Dengan demikian, identitas tabungan dapat diperlihatkan dalam persamaan: S = s . Y = I = ΔK = k. ΔY .................................. ..........

(2.12)

s . Y = k. ΔY maka akhirnya kita akan mendapatkan : ΔY/Y = s/k ..............................................................

(2.13)

Karena tingkat pertumbuhan (g) dinyatakan dalam (ΔY/Y) sehingga g = s/k

................................................................

(2.14)

Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan PDB ditentukan bersama oleh rasio tabungan dari pendapatan nasional (s) dan rasio kapital-output (k). Persamaan tersebut menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara positif berkaitan erat dengan tingkat rasio tabungan sehingga lebih banyak bagian pendapatan yang ditabung secara langsung akan meningkatkan pertumbuhan PDB. Tingkat pertumbuhan yang dapat dijangkau pada setiap tingkatan tabungan

45

dan investasi adalah banyaknya tambahan output yang didapat dari suatu unit investasi. Oleh karena itu, dinegara-negara yang sedang berkembang terjadi kesenjangan antara tabungan dan investasi, di mana tabungan domestik tidak mampu untuk membiayai pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan adanya intervensi pemerintah agar menjamin keadaan equilibrium antara tabungan, investasi, dan pendapatan sehingga alternatif yang paling mudah untuk menutupi kesenjangan tersebut adalah melalui utang luar negeri dan penanaman modal asing.50 Beberapa penelitian terdahulu Tabel II.1 Penelitian Terdahulu No

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

Tahun

dan Nama Peneliti 1.

Hutang Eksternal

Penelitian menggunakan data tahunan (1970-1993) pada 40

dan Implikasinya

negara yang dikelompokkan menjadi lima wilayah: Asia Timur

Terhadap Pertumbuhan

dan Pasifik, Asia Selatan, Amerika Latin dan Karibia, Afrika Utara, dan Afrika Sub Sahara. Menggunakan metode estimasi three stage least squares (3SLS).

Ekonomi. a.

Oleh: Khorshed

pasiva eksternal pemerintah jangka panjang terhadap

Chowdhury dan Amnon Levy

Pada semua wilayah kecuali Asia Selatan, pengaruh penuh

output adalah negatif. b.

Pengaruh penuh hutang eksternal swasta jangka panjang terhadap output adalah positif pada semua wilayah kecuali di Asia Selatan.

c.

50

Pengaruh penuh pasiva jangka pendek terhadap output

Nurlia Listiani, op. cit., p. 286

1997

46

adalah negatif hanya di Afrika Utara dan Sub Sahara sementara di Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan serta Amerika Latin dan Karibia adalah positif. d.

Meskipun GNP telah meningkatkan kapasitas produksi negara berkembang di semua wilayah, tetapi juga telah meningkatkan tingkat hutang mereka.

2.

Peranan

Penelitian dilakukan pada wilayah Asia Timur terpilih yaitu

Investasi

Malaysia, Thailand, Korea, Singapura, Indonesia, Philipina

2000

selama periode 1969-1996. Penelitian ini menggunakan model

Asing Langsung

persamaan regresi berganda linier, model koreksi kesalahan atau error correction model (ECM), dan Model Granger.

Terhadap a.

Pertumbuhan

Modal Asing Langsung mempunyai hubungan yang positif dan kuat terhadap pertumbuhan ekonomi (PDB) negara

Ekonomi Di

tujuan FDI dalam jangka pendek sedangkan jangka

Negara-

panjang, hanya di Indonesia dan Philippina.

Negara Asia

b.

Dalam jangka panjang, utang luar negeri (DEBT)

Timur.

berpengaruh negatif bagi pertumbuhan ekonomi kecuali

Oleh: Suryawati

Philippina. Sedangkan dalam jangka pendek, pada umumnya, DEBT tidak berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi, kecuali Malaysia.

B. Kerangka Berpikir Konsep dunia ketiga menjadi terkenal selama perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kepala dari dua blok kekuasaan yang saling menentang dalam suatu pergulatan ideologi di awal 1950. Sisa negara-negara yang tidak bersekutu dengan salah satu blok, diberi label Dunia Ketiga. Namun, pada akhir perang dingin, konsep Dunia Ketiga tidak lagi memiliki muatan ideologis dan akhirnya menjadi ungkapan sinonim

47

dengan

negara

berkembang

yang

berjuang

untuk

melawan

keterbelakangan ekonomi dan kemiskinan. Pada banyak negara yang sedang berkembang, ketidaktersediaan sumberdaya modal seringkali menjadi kendala utama. Dengan kondisi sumberdaya modal domestik yang sangat terbatas seperti itu, jelas tidak dapat diandalkan untuk mampu mendukung tingkat pertumbuhan output nasional yang tinggi seperti yang diharapkan. Solusi yang dianggap bisa diandalkan untuk mengatasi kendala rendahnya mobilisasi modal domestik adalah dengan mendatangkan modal dari luar negeri seperti utang luar negeri dan penanaman modal asing. Sekarang ini dengan semakin terbukanya perekonomian dunia, termasuk dalam bidang finansial, membuat arus modal asing semakin leluasa keluar masuk suatu negara. Pada banyak negara yang sedang berkembang, modal asing seolah-olah telah menjadi salah satu sumber modal pembangunan yang diandalkan. Peranan pinjaman luar negeri dan investasi asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang telah lama menjadi perdebatan di antara ekonom dunia. Pada dasarnya, dalam proses pelaksanaan

pembangunan

ekonomi

negara-negara

Dunia

Ketiga,

akumulasi utang luar negeri (external debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar, di mana tabungan dalam negeri rendah, defisit neraca pembayaran sangat tinggi, dan impor modal juga sangat dibutuhkan untuk menambah sumber daya domestik.

48

Terjadi kesenjangan yang semakin melebar antara tabungan dan investasi. Sementara itu pengerahan modal melalui tabungan pemerintah masih belum bisa diandalkan sepenuhnya, walaupun penerimaan pemerintah melalui sektor perpajakan dan sumber -sumber lainnya lebih besar dibandingkan investasi pemerintah, namun secara nasional terjadi kesenjangan yang terus melebar antara tabungan dengan investasi, melebarnya kesenjangan ini secara tidak langsung menunjukkan pesatnya pertumbuhan investasi domestik yang tidak dapat diimbangi oleh kemampuan perekonomian dalam mengakumulasikan tabungan nasional. Secara teoritis, kesenjangan antara tabungan dan investasi inilah kemudian ditutup dengan bantuan luar negeri (utang luar negeri). Untuk membangun suatu perekonomian harus memiliki Social Overhead Capital yaitu proyek-proyek raksasa yang diperlukan untuk memperlancar bisnis dan perdagangan seperti jalan raya, rel kereta api, proyek irigasi dan bendungan, serta sarana kesehatan umum. Semua ini memerlukan investasi yang sangat besar yang cenderung bersifat sekaligus. Tidak ada seorang pun atau perusahaan kecil yang mampu membangun suatu sistem jalan raya. Tidak ada perusahaan yang bisa berharap mendapatkan laba jika dana yang diperlukan tidak mampu disediakan oleh pemerintah. Disinilah manfaat proyek investasi skala besar yang ke semuanya itu berasal dari luar negeri yang dapat menyebar ke seluruh perekonomian termasuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi.

49

Dana investasi asing akan selalu tertuju ke negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat hasil finansial dan kadar kepastian paling tinggi (tingkat risikonya paling kecil). Untuk itu diperlukan iklim investasi yang menjanjikan, sehingga dapat menarik para investor untuk menanamkan modalnya. Perusahaan-perusahaan dalam negeri juga harus meningkatkan daya saingnya agar tidak kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Penanaman modal asing dengan kemampuan dan kapasitas permodalan, teknologi, dan keahlian manajerial yang tinggi merupakan salah satu sumber dalam rangka mengisi kelangkaan modal, teknologi, dan keahlian manajemen dalam negeri. Masuknya investasi asing dalam berbagai industri yang padat modal dan teknologi tinggi telah mendorong pertumbuhan ekonomi yang semula agraris ke arah pembangunan yang berorientasi pada industri. Secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut : Terbukanya perekonomian dunia

Arus modal asing

ULN

PMA

Menutup kesenjangan antara tabungan dan investasi

Investasi skala besar, kemampuan dan kapasitas permodalan, teknologi, dan keahlian manajerial yang tinggi

Pertumbuhan ekonomi meningkat

Gambar II.2. Skema Kerangka Berfikir

50

C. Perumusan Hipotesis Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berfikir maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi negara Dunia Ketiga tahun 1991-2010.” Artinya, semakin tinggi utang luar negeri maka semakin rendah pertumbuhan ekonominya. 2. “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara Dunia Ketiga tahun 1991-2010.” Artinya, semakin tinggi penanaman modal asing maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya. 3. “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi negara Dunia Ketiga tahun 1991-2010.” Artinya, semakin tinggi utang luar negeri dan penanaman modal asing maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonominya.

51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan yang tepat, valid, dan dapat dipercaya tentang: 1. Pengaruh utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 1991 – 2010. 2. Pengaruh penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negaranegara Dunia Ketiga tahun 1991 – 2010. 3. Pengaruh utang luar negeri dan penanaman modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga tahun 1991 – 2010.

B. Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil data total utang luar negeri, penanaman modal asing (direct investment), dan pertumbuhan ekonomi selama tahun 1991-2010 di negara-negara Dunia Ketiga yang dikelompokkan menjadi wilayah Eropa Tengah dan Timur, Developing Asia, Amerika Latin dan Karibian, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Afrika Sub-Sahara. Data tersebut diperoleh dari website resmi lembaga keuangan dunia seperti IMF dan World Bank. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012. Waktu ini dipilih dengan alasan bahwa pada waktu tersebut merupakan waktu yang paling luang

52

untuk melakukan penelitian karena sudah tidak terlalu disibukkan dengan jadwal perkuliahan sehingga peneliti dapat lebih fokus pada saat penelitian.

C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode expos facto yang merupakan suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian meruntut ke belakang untuk mengetahui faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut.51 Metode ini dipilih sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel yang diteliti yaitu pertumbuhan ekonomi sebagai variabel terikat, utang luar negeri sebagai variabel bebas pertama, dan penanaman modal asing sebagai variabel bebas kedua.

D. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yaitu data tahunan utang luar negeri dan penanaman modal asing dan data tahunan pertumbuhan ekonomi. Jenis data yang digunakan adalah gabungan antara data time series dan data cross section atau disebut data panel. Banyaknya data panel berjumlah 100 data. Data sekunder tersebut diperoleh dari sumber-sumber seperti catatan atau laporan yang dipublikasikan oleh World Bank dan International Monetary Fund (IMF).

51

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Jakarta: Alfabeta, 2004), p. 7

53

E. Operasionalisasi Variabel Penelitian 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Definisi Konseptual Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses keadaan di mana terjadi kenaikan kapasitas produksi perekonomian suatu negara dalam jangka panjang dan dijadikan sebagai pengukur keberhasilan pembangunan yang diwujudkan dalam pertumbuhan pendapatan nasional (Gross Domestic Product) . b. Definisi Operasional Pertumbuhan ekonomi dalam penelitian ini diperoleh dari laporan pertumbuhan ekonomi negara-negara Dunia Ketiga yang dilihat dari indikator pertumbuhan GDP tahunan atas harga konstan yang dinyatakan dalam persen mulai tahun 1991 sampai tahun 2010.

2. Utang Luar Negeri a. Definisi Konseptual Utang luar negeri adalah bantuan pinjaman yang didatangkan dari luar negeri dari pemerintahan negara-negara asing atau lembaga-lembaga keuangan internasional yang khusus dibentuk untuk memberikan pinjaman serta dari bank-bank komersial internasional dengan kewajiban untuk membayar kembali angsuran utang pokok tersebut beserta bunga pinjaman yang telah disepakati bersama.

54

b. Definisi Operasional Utang luar negeri dalam penelitian ini diperoleh dari laporan total utang luar negeri negara-negara Dunia Ketiga yang dilihat dari indikator besarnya total pinjaman dari pemerintahan negara-negara asing atau lembaga-lembaga keuangan internasional dan dari bank-bank komersial internasional negara-negara maju atau badan-badan internasional mulai tahun 1991 sampai dengan tahun 2010 berdasarkan perhitungan tahunan dan dinyatakan dalam U.S. dollars.

3. Penanaman Modal Asing a. Definisi Konseptual Investasi asing (PMA) adalah kegiatan penambahan stok modal atau barang modal secara langsung (Direct Investment) oleh sektor produsen (swasta) yang berasal dari luar dengan tujuan untuk mendapatkan laba di mana investor ikut serta sebagai pemilik dan mempunyai hak dalam penguasaan modal. b. Definisi Operasional Penanaman Modal Asing dalam penelitian ini diperoleh dari laporan investasi yang dilihat dari indikator investasi asing langsung atau Foreign Direct Investment (FDI) negara-negara Dunia Ketiga mulai tahun 1991 sampai dengan tahun 2010 dalam U.S. Dollars pertahun.

55

F. Konstelasi Pengaruh Antar Variabel Konstelasi pengaruh antar variabel dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan arah atau gambaran dari penelitian ini, yang dapat digambarkan sebagai berikut: X1 Y X2 Keterangan: X1

: Utang Luar Negeri

X2

: Penanaman Modal Asing

Y

: Pertumbuhan Ekonomi : Arah Pengaruh

G. Teknik Analisis Data 1. Panel Data Model ini menggabungkan observasi lintas sektor dan runtun waktu sehingga

jumlah

observasi

meningkat.

Estimasi

panel

data

akan

meningkatkan derajat kebebasan, mengurangi kolinearitas antara variabel penjelas dan memperbaki efisiensi estimasi. Verbeek dalam Musleh Jawas (2008) mengemukakan bahwa keuntungan regresi dengan data panel adalah kemampuan regresi data panel dalam mengidentifikasi parameter-parameter regresi secara pasti tanpa asumsi restriksi atau kendala.

56

Gujarati (2001) berdasarkan uraian dari Baltagi, keunggulan penggunaan data panel dibanding data runtun waktu dan data lintas sektor adalah : 1. Estimasi data panel dapat menunjukkan adanya heterogenitas dalam tiap unit. 2. Dengan data panel, data lebih informatif, mengurangi kolinieritas antara variabel, meningkatkan derajat kebebasan dan lebih efisisen. 3. Data panel cocok digunakan untuk menggambarkan adanya dinamika perubahan. 4. Data panel dapat lebih mampu mendeteksi dan mengukur dampak. 5. Data panel bisa digunakan untuk studi dengan model yang lebih lengkap. 6. Data panel dapat meminimumkan bias yang mungkin dihasilkan dalam regresi. Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan data time series, dalam hal modelnya dapat dituliskan sebagai berikut: Yit = α+ βXit + εit Dimana :

i = 1, 2, ...., N;

N

= banyaknya observasi

T

= banyaknya waktu

t = 1, 2, ...., T (3.1)

N x T = banyaknya data panel Untuk mengestimasi parameter model dengan data panel, terdapat beberapa teknik yang ditawarkan, yaitu:

57

a. Model Common Effect Model common effects atau pooled regression merupakan model regresi data panel yang paling sederhana. Model ini pada dasarnya mengabaikan struktur panel dari data, sehingga diasumsikan bahwa perilaku antar individu sama dalam berbagai kurun waktu atau dengan kata lain pengaruh spesifik dari masing-masing individu diabaikan atau dinggap tidak ada. Dengan demikian, akan dihasilkan sebuah persamaan regresi yang sama untuk setiap unit cross-section. Sesuatu yang secara realistis tentunya kurang dapat diterima. Karena itu, model ini sangat jarang digunakan dalam analisis data panel. Persamaan regresi untuk model common effect dapat dituliskan sebagai berikut: Yit = α+ βXit + εit

i = 1, 2, ...., N;

t = 1, 2, ...., T

(3.2)

di mana Y adalah variabel dependen, α adalah koefisien regresi, X adalah variabel independen, β adalah estimasi parameter, εit adalah error term, N adalah jumlah (individu) dan T adalah jumlah periode waktu. Ekananda (2005) menyatakan bahwa berdasarkan asumsi struktur matriks varians-covarians residual, maka pada model common effects, terdapat 4 metode estimasi yang dapat digunakan, yaitu: 1.

Ordinary Least Square (OLS), jika struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat homoskedastik dan tidak ada cross sectional correlation,

2.

Generalized Least Square (GLS) / Weighted Least Square (WLS): Cross Sectional Weight, jika struktur matriks varians-kovarians residualnya

58

diasumsikan bersifat heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation, 3.

Feasible Generalized Least Square (FGLS)/Seemingly Uncorrelated Regression (SUR) atau Maximum Likelihood Estimator (MLE), jika struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation,

4.

Feasible Generalized Least Square (FGLS) dengan proses autoregressive (AR) pada error term-nya, jika struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada korelasi antar waktu pada residualnya.

b. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Jika model common effect cenderung mengabaikan struktur panel dari data dan pengaruh spesifik masing-masing individu, maka model fixed effect adalah sebaliknya. Pada model ini, terdapat efek spesifik individu αi dan diasumsikan berkorelasi dengan variabel penjelas yang teramati Xit. Ekananda (2005) menyatakan bahwa berdasarkan asumsi struktur matriks varians-kovarians residual, maka pada model fixed effect, terdapat 3 metode estimasi yang dapat digunakan, yaitu: 1.

Ordinary Least Square (OLS/LSDV), jika struktur matriks varianskovarians residualnya diasumsikan bersifat homoskedastik dan tidak ada cross sectional correlation,

59

2.

Weighted Least Square (WLS), jika struktur matriks varians-kovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation,

3.

Seemingly Uncorrelated Regression (SUR), jika struktur matriks varianskovarians residualnya diasumsikan bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation. Dalam model data panel dengan OLS, ada asumsi yang menyatakan

bahwa dalam persamaan 3.2, α dan β konstan untuk setiap individu (i) dan waktu (t) kurang realistik. Yit = α + βXit + εit ; i = 1, 2, ...., N; t = 1, 2, ...., T Maka dari itu, dalam model efek tetap hal tersebut diatasi yang mana model ini memungkinkan adanya perubahan α pada setiap i dan t. Secara matematis, model efek tetap dapat dituliskan sebagai berikut: Yit = α + βXit + γ2 W2i + γ3 W3i + .... + γN WNi + σ2 Zi2 + σ3 Zi3 + .... + σi ZiT + εit

(3.3)

Dimana: Yit = variabel terikat untuk negara ke-i dan tahun ke-t Xit = variabel bebas untuk negara ke-i dan tahun ke-t Wit dan Z it variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut: Wit = 1; untuk negara i;

i = 1, 2, ..., N

= 0 ; lainnya Zit = 1 ; untuk tahun t; t = 1, 2, ..., T = 0 ; lainnya

60

Dari model di atas, terlihat bahwa sesungguhnya model efek tetap adalah sama dengan regresi yang menggunakan dummy variable sebagai variabel bebas, sehingga dapat diestimasi dengan OLS. Dengan diestimasinya model tersebut dengan OLS, maka akan diperoleh estimator yang tidak bias dan konsisten.

c. Model Efek Random (Random Effect) Keputusan untuk memasukkan peubah dummy dalam model fixed effects akan menimbulkan konsekuensi tersendiri yaitu dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dapat digunakan model random effects. Dalam model ini, parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan ke dalam error, karena hal inilah model ini sering juga disebut sebagai error component model. Bentuk model random effects dapat dijelaskan dengan persamaan berikut: Yit = α + β Xit + εit

εit = ui + vt + wit

(3.4)

dimana: ui ~ N (0, δU2) = error component cross section vt ~ N (0,δV2) = error component time series wit ~ N (0,δW2)

= error component combinations

Melihat persamaan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa Model Efek Random menganggap efek rata-rata dari data cross-section dan time-series

61

direpresentasikan dalam intercept. Sedangkan deviasi efek secara random untuk data time-series direpresentasikan dalam vt dan deviasi untuk data cross-section dinyatakan dalam ui. Telah diketahui bahwa: εit = ui + vt + wit. Dengan demikian varians dari error tersebut dapat dituliskan dengan: Var (εit) = δU2 + δV2 + δW2

(3.5)

Hal ini tentunya berbeda dengan model OLS yang diterapkan pada panel data, sebagaimana telah dijelaskan di atas, yang mempunyai varian error sebesar: Var (εit) = δW2

(3.6)

Dengan demikian, Model Efek Random bisa diestimasi dengan OLS bila δU2 = δV2 = 0. Kalau tidak demikian, Model Efek Random diestimasi dengan metode Generalized Least Square (GLS). Asumsi yang digunakan dalam Model Efek Random ini adalah error secara individual tidak saling berkolerasi, begitu pula dengan error kombinasinya. Penggunaan pendekatan random effects dapat menghemat derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya sepeti pada pendekatan fixed effects. Hal ini berimplikasi pada parameter hasil estimasi akan menjadi efisien. Semakin efisien maka model akan semakin baik. Terkait dengan beberapa pilihan teknik untuk permodelan panel data, sebelum model diestimasi dengan model yang tepat, terlebih dahulu dilakukan uji spesifikasi apakah Common Effect, Fixed Effect dan atau

62

Random Effect memberikan hasil yang sama. Penyeleksian model estimasi data panel antara lain: 1. Pengujian Signifikansi Common Effects atau Fixed Effects Signifikasi model fixed effect dapat dilakukan dengan uji statistik F. Uji F digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari model regresi data panel tanpa variabel dummy (common effect) dengan melihat residual sum squares (RSS).

(3.7) di mana, n adalah jumlah individu, T adalah periode waktu, k adalah parameter dalam model fixed effect, RSS1 dan RSS2 masing-masing merupakan residual sum of squares teknik tanpa variabel dummy dan teknik fixed effect dengan variabel dummy. Nilai statistik F hitung akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas sebanyak (n-1) untuk numerator dan (nT-n-k) untuk denumerator. Jika nilai statistik F hitung lebih besar dari F tabel, maka hipotesis null akan ditolak, yang berarti koefisien intersep dan slope adalah sama tidak berlaku, sehingga teknik regresi data panel dengan fixed effect lebih baik dari common effect.

2. Pengujian Signifikansi Common Effects atau Random Effects Breush dan Pagan (1980) telah mengembangkan pengujian Lagrange Multiplier untuk mengetahui signifikansi dari random effects berdasarkan residual dari OLS (common effects).

63

Secara matematis, statistik uji untuk LM test (Lagrange Multiplier) dapat dituliskan sebagai berikut:

(3.8) Di bawah hipotesis nul, LM mengikuti sebaran chi-square dengan derajat bebas satu. Jika hasil LM statistik lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode random effect dibandingkan metode common effects.

3. Pengujian Signifikansi Fixed Effects atau Random Effects Setelah menguji signifikansi antara common effects atau fixed effects serta common effects atau random effects, maka selanjutnya jika terbukti fixed effects dan random effecs sama-sama lebih baik dari common effects adalah melakukan pengujian signifikansi fixed effects atau random effects. Uji ini dilakukan dengan membandingkan untuk subset dari koefisien variabel-variabel yang bervariasi antar unit waktu (time-varying variables). Secara matematis dengan menggunakan notasi matriks, statistik uji Hausman (H) dapat dituliskan sebagai berikut:

(3.9) di bawah hipotesis nul, statistik uji ini mengikuti sebaran chi-square dengan derajat bebas M, di mana M adalah jumlah variabel penjelas yang nilainya bervariasi antar unit waktu di dalam model.

64

Hipotesis null pada uji Hausman adalah efek spesifik individu tidak berkorelasi dengan peregresi atau dengan kata lain model random effect lebih baik bila diabandingkan dengan model fixed effect. Di bawah hipotesis nul, pendugaan parameter dengan menggunakan random effect adalah konsisten dan efisien, sedangkan pendugaan dengan fixed effect meskipun tetap konsisten, tetapi tidak lagi efisien. Di bawah hipotesis alternatif, estimasi dengan random effect menjadi tidak konsisten, sebaliknya estimasi dengan fixed effect tetap konsisten. Jika nilai statistik Hausman lebih besar daripada nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode fixed effect dari pada metode random effect. Sementara itu, Judge et al. dalam Gujarati (2003) memberikan sejumlah pertimbangan terkait pilihan apakah menggunakan model fixed effect (FE) ataukah model random effect (RE). Pertimbangan-pertimbangan itu adalah sebagai berikut: 1.

Jika jumlah data time series (T) besar dan jumlah data cross-section (N) kecil, ada kemungkinan perbedaan nilai parameter yang diestimasi dengan FE dan RE cukup kecil. Karena itu, pilhan ditentukan berdasarkan kemudahan perhitungan. Dalam hal ini, adalah model FE.

2.

Ketika N besar dan T kecil estimasi kedua metode dapat berbeda secara signifikan. Pada kondisi seperti ini, pilihan ditentukan berdasarkan keyakinan apakah individu yang diobservasi merupakan sampel acak yang diambil dari populasi tertentu atau tidak. Jika observasi bukan

65

merupakan sampel acak, maka digunakan model FE. Jika sebaliknya, maka digunakan model RE. 3.

Jika efek individu tidak teramati αi berkorelasi dengan satu atau lebih variabel bebas, maka estimasi dengan RE bias, sedangkan estimasi dengan FE tidak bias.

4.

Jika N besar dan T kecil, serta semua asumsi yang disyaratkan oleh model RE terpenuhi, maka estimasi dengan menggunakan RE lebih efisien dibanding estimasi dengan FE. Dalam penelitian ini, penentuan apakah model FE atau RE yang

akan digunakan selain didasarkan pada sejumlah pertimbangan yang telah disebutkan, juga akan didasarkan pada kreteria ekonomi (make sense secara ekonomi). Dalam hal ini, adalah kesesuaian tanda hasil estimasi koefisien regresi setiap variabel di dalam model dengan teori dan kewajaran besaran nilai koefisien hasil estimasi tersebut. Setelah menentukan spesifikasi model yang akan digunakan, tahapan selanjutnya adalah memilih metode estimasi (estimator) yang tepat sesuai dengan struktur varian kovarian residual. Konsekuensi yang muncul ketika membangun model regresi dengan data panel adalah bertambahnya komponen residual, karena adanya dimensi cross-section dan time-series pada data. Kondisi ini menyebabkan matriks varian kovarian residual menjadi sedikit lebih kompleks bila dibandingkan dengan model regresi klasik yang hanya menggunakan data cross-section atau data time-series.

66

Pada model regresi klasik, pelanggaran terhadap asumsi klasik terkait residual, seperti heterokedastisitas dan autokerelasi merupakan masalah serius yang mengakibatkan penduga parameter regresi yang diestimasi dengan OLS tidak lagi bersifat BLUE (best linier unbiased estimator). Tindakan yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan melakukan penghitungan robust standard error. Dalam pemodelan regresi dengan data panel, terjadinya pelanggaran asumsi regresi linier klasik pada residual adalah hal yang sangat sulit dihindari, dan tidak seperti pada regresi klasik, pelanggaran dapat diakomodasi untuk menentukan metode estimasi terbaik bagi spesifikasi model yang digunakan. Terdapat beberapa kemugkinan struktur varian kovarian residual yang mungkin terjadi pada model regresi data panel. Berbagai kemungkinan yang dibahas pada bagian ini adalah yang biasa dijumpai pada estimasi model dengan common effects dan fixed effect. Karena itu, metode-metode estimasi yang dapat digunakan terkait struktur varian kovarain residual yang dipaparkan pada bagian ini hanya akan diterapkan pada model yang diestimasi dengan common effects atau fixed effect. a. Pemilihan Estimator Struktur Homoskedastik atau Heteroskedastik dengan Uji Lagrange Multiplier (LM) Pada pengujian ini, hipotesis null (H0) yang digunakan adalah bahwa struktur varians-covarians residual bersifat homoskedastik. Sementara hipotesis alternatif (H1) adalah bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik.

67

Secara matematis, statistik uji yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(3.10) di mana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah individu, adalah varians residual persamaan ke-i pada kondisi homoskedastik, dan adalah Sum Square Residual (SSR) persamaan system pada kondisi homoskedastik. Statistik uji LM ini mengikuti distribusi statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak n-1. Jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul ditolak, yang berarti struktur varianscovarians residual bersifat heteroskedastik.

b. Pemilihan Estimator Struktur Heteroskedastik dan Ada Cross-sectional Correlation Pengujian ini dilakukan apabila hasil pengujian LM menunjukkan bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik. Pada pengujian ini, hipotesis nul (H0) yang digunakan adalah bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik dan tidak ada cross sectional correlation. Sementara hipotesis alternatifnya (H1) adalah bahwa struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation (Seemingly Uncorrelated Regression/SUR). Secara matematis, statistik uji yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut:

68

(3.11) di mana T adalah jumlah periode waktu, n adalah jumlah individu, dan rij adalah residual correlation coefficient antara persamaan ke-i dan ke-j. Statiktik uji LM ini mengikuti distribusi statistik chi-square dengan derajat bebas sebanyak n(n-1)/2. Jika nilai statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nul akan ditolak, yang berarti struktur varians-covarians residual bersifat heteroskedastik dan ada cross sectional correlation (Seemingly Uncorrelated Regression/SUR). Pengujian statistik juga dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi non linier merupakan model yang tepat untuk menggambarkan hubungan antar variabel dan apakah ada hubungan yang signifikan diantara variabel-variabel dependen dengan variabel-variabel penjelas (seperti : uji statistik t dan uji statistik F) selain itu kita bisa melihat nilai hasil estimasi 2

untuk R (koefisien determinasi).

2. Uji Hipotesis a. Uji Statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebasnya. Hipotesis pengujian: H0 : βi = 0 H1 : βi ≠ 0 Formulanya adalah sebagai berikut:

69

(3.12) adalah nilai penduga parameter ke-i,

adalah simpangan baku dari

nilai penduga parameter ke-i. Hipotesis null ditolak jika t

hitung

>t

α/2;(nT-n-k-1).

Hal ini berarti secara

parsial variabel bebas ke-i signifikan memengaruhi variabel tidak bebasnya dengan tingkat kepercayaan sebesar (1-α) × 100%. Tingkat kesalahan yang digunakan adalah α = 5% atau 0,05.

b. Uji Statistik F Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan. Pengujian ini menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan kedalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis pengujian yang digunakan adalah: H0 : β1 = β2 = ... = βk = 0 H1 : paling sedikit salah satu nilai β1 ≠ 0, dengan i = 1, 2, ...,k. Statistik uji F dihitung dengan formula sebagai berikut:

(3.13) Hipotesis nol ditolak jika F hitung > F α;(n+k – 1, nT-n-k) yang berarti bahwa minimal ada satu variabel bebas yang signifikan berpengaruh terhadap variabel tidak bebasnya dengan dengan taraf signifikansi sebesar (1-α) × 100%. Tingkat kesalahan yang digunakan adalah α = 5% atau 0,05

70

2

c. Koefisien Determinasi (R )

R2 digunakan untuk mengukur kebaikan atau kesesuaian suatu model persamaan regresi. Besaran R2 dihitung dengan rumus:

(3.14) Dan R2 adjusted dihitung dengan rumus:

Dimana: ESS: Jumlah kuadrat yang dijelaskan RSS: Jumlah kuadrat residual. TSS: Jumlah kuadrat total. n: Jumlah observasi (negara) T: Jumlah periode waktu. k: Banyaknya variabel bebas tanpa intersep. Adjusted R2 digunakan karena sudah menghilangkan pengaruh penambahan variabel bebas dalam model, karena nilai R2 akan terus naik seiring dengan penambahan variabel bebas. Karena itu kita harus berhati-hati dalam menggunakan nilai R2 ketika menilai kebaikan dan kesesuaian suatu model persamaan regresi. Penggunaan adjusted R2 sudah memperhitungkan jumlah derajat bebas. Koefisien determinasi merupakan angka yang menunjukkan besarnya derajat kemampuan menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat.

71

Nilai R2 berkisar antara 0 – 1 (0 < R2< 1) yang berarti semakin mendekati satu maka semakin dekat pula hubungan antara variabel bebas dan terikat dan dapat dikatakan model tersebut adalah model terbaik.

3. Uji Asumsi Klasik Untuk membangun persamaan regresi panel yang terbaik dari kriteria ekonometrika, perlu dilakukan penyelidikan dan penanganan adanya masalah-masalah yang berkaitan dengan pelanggaran asumsi dasar. Berikut ini adalah asumsi-asumsi yang diperlukan dalam analisis regresi: a. Normalitas Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residual berdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan dalil limit pusat (central limit theorem), ada kecenderungan residual yang terjadi sebenarnya menyebar secara normal. Jika residual merupakan jumlah residual dari beberapa sumber, maka apapun sebaran peluang masing-masng residual itu, akan mendekati sebaran normal bila komponen residual semakin banyak. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menguji Normalitas adalah JarqueBera test. Uji statistik ini dapat dihitung dengan rumus berikut:

(3.15) di mana: n = jumlah sampel

µ2 = varians

µ3 = skewness

µ4 = kurtosis

72

Jarque-Bera test mempunyai distribusi chi square dengan derajat bebas dua. Jika hasil Jarque-Bera test lebih besar dari nilai chi square pada α=5%, maka terima hipotesis nul yang berarti berdistribusi normal. Jika hasil Jarque- Bera test lebih kecil dari nilai chi square pada α=5%, maka tolak hipotesis nul yang berarti error term tidak berdistribusi normal.

b. Multikolinieritas Multikolinieritas berarti adanya korelasi antar variabel bebas, yang terjadi karena variabel-variabel bebas tersebut memiliki hubungan pada populasi atau hanya pada sampel. Cara mendeteksi adanya kolinieritas: - Dengan memeriksa simple pairwise (Pearson) correlation antar variabel independen. Batas nilai yang disarankan sebagai indikasi kolinieritas serius berbeda-beda (0,8 menurut Berry dan Felman, 1985; dan 0,9 menurut Griffith dan Amerhein, 1997). Nash dan Bradford (2001) menyebutkan bahwa suatu variabel independen berkorelasi tinggi dengan variabel independen lainnya jika r lebih dari 0,85. - Uji formal untuk mendeteksi keberadaan dari multikolinieritas yaitu dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF ini menunjukkan bagaimana varians dari sebuah estimator akan meningkat akibat adanya multikolinieritas. Nilai VIF diperoleh dengan formula berikut:

(3.16)

73

di mana k = 1,2,...,p – 1 dan

merupakan koefisien determinasi dari

regresi berganda ketika Xk diregresikan dengan p-2 variabel lainnya dalam model. Jika nilai VIF lebih dari 10, maka hal tersebut dapat berindikasi bahwa multikolinieritas bersifat serius dan akan memengaruhi estimasi yang menggunakan OLS karena meskipun estimator tetap bersifat unbiased namun sudah tidak lagi memiliki varians yang minimum. Selain itu, keberadaan multikolinieritas juga akan membuat estimator bersifat sensitif untuk perubahan yang kecil pada data, sehingga akan mengakibatkan kesalahan (missleading) dalam menginterpretasikan suatu model regresi. Cara mengatasi adanya multikolinieritas antara lain melepas satu

atau

lebih

variabel

yang

memiliki

korelasi

mentransformasi model, atau memperbesar jumlah sampel.

yang

tinggi,

74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu Utang Luar Negeri (ULN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sedangkan variabel dependennya adalah Pertumbuhan Ekonomi (PE).

1. Pertumbuhan Ekonomi Data pertumbuhan ekonomi menggunakan data Product, percent change berdasarkan harga konstan

Gross Domestic

yang diperoleh dari

laporan lembaga keuangan dunia seperti IMF dan World Bank yang dipublikasikan pada website resminya selama tahun 1991-2010 di negaranegara Dunia Ketiga yang dikelompokkan menjadi wilayah Eropa Tengah dan Timur, Developing Asia, Amerika Latin dan Karibian, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Afrika Sub-Sahara. Data pertumbuhan ekonomi di negaranegara Dunia Ketiga dapat dilihat pada tabel IV.1 di lampiran 1 atau secara grafik tergambar seperti di bawah ini:

75

14

Pertumbuhan Ekonomi Negara Dunia Ketiga 1991-2010

12 10 8

PE (%)

6 4

2 0 -2 -4 -6 -8 Central and eastern Europe Latin America and the Caribbean Sub-Saharan Africa

Tahun

Developing Asia Middle East and North Africa

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

Gambar IV.1 Grafik Pertumbuhan Ekonomi di Negara Dunia Ketiga Berdasarkan gambaran dari grafik di atas maka dapat dilihat bahwa wilayah Asia (Developing Asia) merupakan wilayah yang paling baik pertumbuhan ekonominya yang rata-rata mencapai 7% pertahun selama periode observasi. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar negara-negara berkembang di wilayah Asia memiliki perekonomian yang paling dinamis sehingga pertumbuhan ekonominya relatif pesat. Sebut saja negara China dan India yang rata-rata pertumbuhan ekonominya hampir mencapai 10%. Namun, tidak semua negara di wilayah Asia bernasib sama seperti China dan India. Seperti negara Nepal, Bangladesh, Pakistan, dan Filipina yang kondisi perekonomiannya tidak sebaik negara lain dengan pertumbuhan ekonominya di bawah 5% pertahun. Kondisi demikian juga terjadi di negara kita yaitu

76

Indonesia yang rata-rata pertumbuhan ekonominya 4,6% pertahun selama periode observasi. Sedangkan wilayah yang pertumbuhan ekonominya tidak terlalu tinggi yaitu wilayah Eropa Tengah dan Timur serta Amerika Latin dan Karibian. Wilayah ini sangat rentan terhadap krisis ekonomi yang terjadi di negara-negara maju sehingga membuat pertumbuhan ekonominya terpuruk ditahun-tahun tertentu. Seperti pada tahun-tahun belakangan ini yaitu sejak tahun 2007-2009, kedua wilayah tersebut pertumbuhan ekonominya terus mengalami penurunan hingga mencapai angka negatif 3% dan 1% sehingga membuat rata-rata pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah ini hanya mencapai 3%. Pertumbuhan ekonomi di wilayah lainnya yaitu Timur Tengah dan Afrika Utara serta di Afrika Sub Sahara juga tidak semulus di wilayah Asia. Adanya konflik berdarah antaretnik dan antaragama dibeberapa negara di wilayah ini membuat perekonomiannya terganggu. Pada dekade 1990-an, ketegangan ini mengakibatkan kehancuran dan kebinasaan seperti yang telah terjadi di negara Liberia dan Rep. Demokrasi Kongo sehingga membuat ratarata pertumbuhan ekonominya hanya 1% dan 3% pertahun. Beberapa negara yang kurang beruntung di wilayah ini seperti Chad dan Yaman, pertumbuhan ekonominya hanya mencapai 4% pertahun. Mereka hanya memiliki sedikit sekali persediaan bahan baku dan mineral yang berharga, tanahnya pun kurang subur untuk digarap. Di negara Senegal, Kenya, dan Tanzania sering terjadi kegagalan ekonomi dan krisis keuangan di banyak badan usaha atau

77

perusahaan milik pemerintah sehingga membuat pertumbuhan ekonominya hanya dikisaran 3% pertahun.

2. Utang Luar Negeri Data utang luar negeri diperoleh dari laporan lembaga keuangan dunia yaitu IMF yang dipublikasikan pada website resminya selama tahun 1991-2010 di negara-negara Dunia Ketiga yang dikelompokkan menjadi wilayah Eropa Tengah dan Timur, Developing Asia, Amerika Latin dan Karibian, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Afrika Sub-Sahara. Data external debt total dalam milyar US $ di negara-negara Dunia Ketiga dapat dilihat pada tabel IV.2 di lampiran 2 atau secara grafik tergambar seperti di bawah ini:

1600

Utang Luar Negeri di Negara Dunia Ketiga 1991-2010

ULN (Milyar US $)

1400 1200 1000 800 600 400 200

0

Central and eastern Europe Latin America and the Caribbean Sub-Saharan Africa

Tahun

Developing Asia Middle East and North Africa

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

Gambar IV.2 Grafik Utang Luar Negeri di Negara Dunia Ketiga

78

Dari gambaran di atas, pada periode antara tahun 1991 dan 2010, utang eksternal negara-negara Dunia Ketiga terus meroket dari US$1,3 triliun hingga melebihi US$5,4 triliun atau naik lebih dari 300%. Pembayaran pelunasan pinjamannya sendiri mengalami kenaikan hingga 700% dengan nilai lebih dari US$1700 milyar pada tahun 2010 (Tabel IV. 3 di lampiran 3). Jika total utang eksternal ini dijumlah untuk masing-masing wilayah, maka Developing Asia merupakan wilayah yang paling tinggi nilai utang eksternalnya yaitu lebih dari US$15 triliun sepanjang tahun observasi. Di tahun 2010 saja utangnya sudah mencapai lebih dari US$1400 milyar. Sebenarnya, seberapa banyak pun jumlah utang di suatu wilayah atau negara tidaklah menjadi persoalan selama ia memiliki kemampuan untuk membayarnya. Wilayah Asia sendiri, merupakan salah satu wilayah yang perekonomian paling dinamis sehingga nilai total utang eksternalnya yang tinggi dirasa masih aman dengan pertumbuhan ekonominya yang relatif pesat. Hal ini didukung dengan fakta bahwa rata-rata total utang eksternalnya hanya sekitar 25% (Tabel IV.4 di lampiran 4). Sementara wilayah Afrika Sub Sahara, nilai total utang eksternalnya hanya sekitar US$4000 milyar dan yang paling rendah dari wilayah lainnya, tetapi nilai tersebut mencapai lebih dari 50% dari GDP-nya. Masalah utang di kawasan Afrika Sub Sahara dianggap paling memprihatinkan karena pendapatan per kapitanya terus menerus mengalami kemerosotan dan perekonomiannya secara keseluruhan mengalami stagnasi.

79

3. Penanaman Modal Asing Data penanaman modal asing diperoleh dari laporan lembaga keuangan dunia yaitu IMF berdasarkan nilai Direct Investment, net dalam milyar US $ yang dipublikasikan pada website resminya selama tahun 19912010 di negara-negara Dunia Ketiga yang dikelompokkan menjadi wilayah Eropa Tengah dan Timur, Developing Asia, Amerika Latin dan Karibian, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan Afrika Sub-Sahara. Data penanaman modal asing di negara-negara Dunia Ketiga dapat dilihat pada tabel di Tabel IV.6 di lampiran 6 atau secara grafik tergambar seperti di bawah ini:

200

Penanaman Modal Asing di Negara Dunia Ketiga 1991-2010

180 160 140

120

PMA (Milyar US $)

100 80 60 40 20 0 -20 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Central and eastern Europe Latin America and the Caribbean Sub-Saharan Africa

Developing Asia Middle East and North Africa

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

Gambar IV.3 Grafik Penanaman Modal Asing di Negara Dunia Ketiga

80

Pertumbuhan PMA yang dilakukan oleh pihak swasta di negaranegara Dunia Ketiga telah berlangsung pesat selama beberapa dasawarsa terakhir. Pada tahun 1991, nilai totalnya baru mencapai sekitar US$29 miliar per tahun kemudian nilai ini terus meningkat hingga mencapai lebih dari US$166 miliar pertahun di tahun 1999 sebelum menurun menjadi US$148 miliar per tahun berikutnya di tahun 2000. Nilai ini terus mengalami pasang surut dan mencapai puncaknya pada tahun 2008 sebesar lebih dari US$467 miliar. Hampir sekitar 60% dari total dana investasi asing tersebut mengalir ke negara-negara Asia. Jumlah yang diterima Afrika kurang dari 3% dari total dana yang mengalir sedangkan bagian yang diperoleh sejumlah negara-negara berkembang paling miskin bahkan di bawah 2%. Hal yang demikian dianggap wajar karena modal swasta akan selalu tertuju ke negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi dan kadar kepastian paling tinggi. Perusahaan-perusahaan multinasional itu senantiasa mencari peluang ekonomi yang paling menguntungkan. Itulah sebabnya mengapa lebih dari 90% dana investasi asing swasta selama ini mengalir ke negara-negara industri

maju

dan

sebagian

negara-negara

berkembang

yang

perekonomiannya paling dinamis dan pertumbuhannya relatif pesat. dan mereka tidak bisa diharapkan untuk memberi perhatian kepada soal-soal kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan lonjakan pengangguran. 52

52

Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, op. cit, p. 261

81

B. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis panel data (pooling data) dan pengolahan datanya menggunakan program Eviews 6.0. Keunggulan menggunakan panel data sudah dijelaskan sebelumnya. Model regresi data panel dapat dilakukan melalui tiga model estimasi, yaitu common effects (lampiran 7), fixed effects (lampiran 8), dan random effects (lampiran 9). Pemilihan model estimasi terbaik akan dilakukan terhadap ketiga jenis model tersebut. Untuk menentukkan model estimasi terbaik tersebut akan dilakukan beberapa prosedur pengujian formal, yaitu: uji statistik F untuk memilih antara model common effects atau fixed effects; uji Langrange Multiplier (LM) untuk memilih antara common effects atau random effects; uji Hausman untuk memilih antara model fixed effects atau random effects. Selanjutnya, untuk model estimasi data panel terpilih akan dilakukan pengujian untuk memilih estimator dengan struktur varians-kovarians residual yang lebih baik.

1. Pemilihan Model Terbaik a. Pengujian Signifikansi Common Effect atau Fixed Effect Tahapan awal pemilihan model regresi terbaik adalah pengujian signifikansi model fixed effects. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model estimasi fixed effects lebih baik dari model regresi common effects. Berdasarkan hasil pengujian dengan Eviews 6.0, ternyata diperoleh nilai F-statistik sebesar 6,574046 yang lebih besar daripada nilai kritis

82

F(o,o5, 4, 92) = 2,470681. Dengan demikian hipotesis null ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α=5%, intersep untuk setiap negara adalah berbeda yang artinya bahwa model fixed effects lebih baik dari common effects. (lampiran 10)

b. Pengujian Signifikansi Common Effect atau Random Effect Tahapan berikutnya adalah melakukan pengujian signifikansi model random effects. Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model random effects lebih baik dari model common effects. Berdasarkan hasil penghitungan, diperoleh LM-statistic = 17,86 yang lebih besar daripada nilai kritis = 3,841. Dengan demikian, hipotesis null dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada α=5%, intersep setiap negara merupakan random/stokastik yang artinya model random effects lebih baik dari model common effects (lampiran 11).

c. Pengujian Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect Berdasarkan pengujian tahap kedua diperoleh model random effects lebih baik dari model common effects. Merujuk pada tahap pertama yang menyatakan bahwa model fixed effects lebih baik daripada common effects, maka peneliti dihadapkan pada pemilihan mana yang lebih baik antara fixed effecst dan random effects. Uji formal untuk mengetahui apakah model random effects lebih baik dari fixed effects adalah Uji Hausman (lampiran 12).

83

Setelah melakukan pengujian Hausman dengan Eviews 6.0, uji Hausman akan dibandingkan dengan distribusi chi-square pada derajat bebas 3 (df=k) dan ternyata diperoleh hasil yang invalid dikarenakan statistik hitungannya bernilai negatif. Nilai negatif ini kemudian dijadikan nol dengan probability chi- square menjadi 1. Jadi, karena nilai Chisquared stats adalah 0 dan lebih kecil dari Chi-squared tabel (7,814728) maka hipotesis null diterima yang berarti model random effect lebih baik digunakan dibanding model fixed effect. Namun, dengan mempertimbangkan beberapa hal secara teoritis maka peneliti memilih untuk tidak memakai model random effect. Hal-hal tersebut adalah: -

Data tersebut memiliki lebih banyak T daripada N. Menurut Gujarati (2001) berdasarkan penjelasan dari Judge et.al (1985), jika jumlah data time series (T) besar dan jumlah data cross-section (N) kecil, maka fixed effecst lebih baik.

-

Unit di dalam sampel bukanlah acak yang ditarik dari sampel yang besar maka jika observasi bukan merupakan sampel acak, maka digunakan model fixed effecst.

-

Dengan membandingkan nilai ukuran-ukuran statistik, seperti Adjusted R-squared antara fixed dan random, maka fixed effecst lebih baik karena nilainya yang lebih besar. Sehingga model yang dipakai dalam penelitian ini adalah persamaan regresi data panel dengan teknik fixed effects

84

2. Pemilihan Estimator dengan Struktur Varian Kovarian Residual Setelah fixed effects terpilih, selanjutnya dilakukan identifikasi struktur matriks varian-kovarian residual. Penyesuaian model regresi berdasarkan matriks varians kovarians bertujuan untuk menghindari model fixed effects yang bias bila terdapat heteroskedastisitas. Statistik uji yang digunakan adalah statistik LM (Langrange Multiplier). Hasil penghitungan pengujian LM menunjukkan hasil yang signifikan, diperoleh nilai LMstatistic = 49,00675 yang lebih besar dari nilai chi-square = 9,487. Dengan demikian hipotesis null ditolak yang berarti bahwa pada α=5% model estimasi fixed effects mengandung

masalah heteroskedastisitas. Untuk

mengatasi masalah heteroskedastisitas ini dapat dilakukan dengan memakai penimbang cross-sections weight pada fixed effect model sehingga dapat diperoleh model terbaik sementara. (lampiran 13) Tahapan selanjutnya adalah mengidentifikasi struktur matriks varians kovarians residual, apakah model fixed effect di atas (yang heteroskedasnya telah diobati) mengandung masalah autokorelasi atau adanya cross sectional correlastion. Hasil penghitungan pengujian diperoleh nilai sebesar 26,379 yang lebih besar dari wilayah kritis 18,307. Hasil penghitungan ini menunjukkan bahwa hipotesis null ditolak sehingga model fixed effect mengandung masalah autokorelasi atau terdapat cross serial correlation. Untuk mengatasi masalah itu,model estimasi fixed effect akan mamakai penimbang cross section SUR (Seemingly Uncorrelated Regression) sehingga diperolehlah model terbaik. (lampiran 14)

85

3. Uji Hipotesis a. Uji T Uji parsial dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai t-hitung (tstatistik) yang kemudian dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat bebas α/2 ; nT-n-k-1. Dari model terbaik tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel IV.7 Hasil Uji T Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1?

5.135729 -0.003786 0.042275 -2.279967

0.431822 0.001066 0.007043 0.632538

11.89317 -3.550208 6.002108 -3.604472

0.0000 0.0006 0.0000 0.0005

Sumber: Data hasil olahan

1. Untuk variabel Utang Luar Negeri (ULN) diperoleh nilai t hitung = -3,550 sedangkan nilai ttabel =2,279. Kerena nilai |thitung| > ttabel maka peneliti dapat mengambil keputusan untuk menolak H0. Maka dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% bahwa variabel Utang Luar Negeri

memiliki

pengaruh

negatif

yang

signifikan

terhadap

pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian. 2. Untuk variabel Penanaman Modal Asing (PMA) diperoleh nilai thitung=6,002 sedangkan nilai ttabel =2,279. Karena nilai |thitung| > ttabel maka peneliti dapat mengambil keputusan untuk menolak H0. Maka dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% bahwa variabel Penanaman Modal Asing memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian.

86

3. Untuk variabel dummy (krisis) yang disimbolkan dengan D1 diperoleh nilai thitung = -3,604 sedangkan nilai ttabel =2,279. Kerena nilai |thitung| > ttabel maka peneliti dapat mengambil keputusan untuk menolak H0. Maka dapat disimpulkan pada tingkat kepercayaan 95% bahwa adanya krisis yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008 terbukti memiliki pengaruh yang negatif terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian.

b. Uji F Pengujian

parameter

secara

simultan

dilakukan

dengan

membandingkan Fhitung dengan nilai F(α, n+k-1, nT-n-k), Pada tabel di bawah diperoleh nilai Fhitung =21,277 sedangkan nilai F(0.05, 7, 92) = 2,1107. Karena niali Fhitung > Ftabel maka dapat diputuskan untuk menolak H0. Sehingga diperoleh kesimpulan pada tingkat kepercayaan 95% peneliti dapat menyatakan semua variabel independen secara bersama-sama (simultan) signifikan mempengaruhi variabel dependennya. Dari model terbaik tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel IV.8 Hasil Uji F R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

Sumber: Data hasil olahan

0.618157 0.589103 1.009714 21.27665 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

2.719488 2.850296 93.79608 1.642712

87

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% keseluruhan variabel independen (Penanaman Modal Asing, Hutang Luar Negeri, dan variabel dummy untuk krisis yang terjadi pada

1998

dan

2008)

secara

bersama-sama

terbukti

signifikan

mempengaruhi angka Pertumbuhan Ekonomi pada kelima wilayah penelitian.

c. Koefisien Determinasi (R2) Dari model terbaik tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel IV.9 Hasil Koefisien Determinasi R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.618157 0.589103 1.009714 21.27665 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

2.719488 2.850296 93.79608 1.642712

Sumber: Data hasil olahan

Dengan memperhatikan nilai R-Square sebesar 0,5891 maka dapat dinyakatan bahwa seluruh variabel independen mampu menjelaskan keragaman nilai pada variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 58,91% sedangkan sisanya 41,09% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang berada di luar model penelitian. Besarnya koefisien ini dirasakan wajar mengingat bahwa penelitian ini hanya memakai 3 variabel independen yang salah satunya merupakan variabel dummy. Kecurigaan terhadap adanya regresi yang spurious (regresi palsu) terbantahkan karena nilai Rsquare yang lebih kecil dari statistik Durbin.

88

4. Pengujian Asumsi Klasik Persamaan regresi data panel yang terpilih adalah model fixed effects dengan penimbang cross section SUR. Asumsi normalitas dari residual telah terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari signifikansi uji JarqueBera yang menunjukkan nilai probability dari residual untuk masingmasing wilayah selalu lebih besar dari nilai chi-square pada α = 0,05. Oleh karena itu hipotesis null tidak dapat ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual berdistribusi normal. (lampiran 15) Asumsi non multikolinieritas juga telah terpenuhi. Nilai koefisien korelasi antara variabel independen kurang dari 0,85 (menurut Nash dan Bradford, 2001). Nilai variance inflation factor (VIF) seluruh variabel independen lebih kecil dari 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi hubungan linier (non multikolinieritas) di antara variabel independen. (lampiran 16) Asumsi non-autokorelasi juga telah terpenuhi karena sebelumnya sudah diatasi dengan penimbang cross section SUR. Maka dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terjadi gangguan autokorelasi pada residual model. Masalah heteroskedastisitas tidak perlu diuji lagi karena estimator sudah kebal dengan heteroskedastisitas karena sebelumnya masalah heteroskedastisitas ini sudah diatasi dengan memakai penimbang crosssections weight pada fixed effect model. Maka dapat disimpulkan bahwa model estimasi fixed effects sudah bersifat homoskedastik.

89

C. Interpretasi Hasil Penelitian Setelah semua tahap pemilihan untuk menentukan model estimasi terbaik untuk pertumbuhan ekonomi, akhirnya diperoleh model fixed effects dengan cross-section SUR sebagai model estimasi terbaik.

1. Variabel Pertumbuhan Ekonomi (%) Merujuk pada hasil regresi data panel terbaik yang dihasilkan (fixed effects), diperoleh nilai koefisien untuk masing-masing cross sections (lampiran 17). Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa wilayah dengan ratarata pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah

wilayah Developing Asia

kemudian disusul oleh wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara. Wilayah Afrika Sub Sahara tertinggi ke tiga sedangkan Amerika Latin dan Karibian tertinggi ke empat. Terakhir adalah wilayah Eropa Tengah dan Timur yang merupakan wilayah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah.

2. Variabel Utang Luar Negeri (Milyar US $) Merujuk pada hasil regresi data panel terbaik yang dihasilkan (fixed effects), diperoleh secara statistik bahwa utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian ini diperoleh tanda yang negatif pada variabel utang luar negeri. Pada tingkat kepercayaan 95% bahwa variabel Utang Luar Negeri memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian. Koefisien Utang Luar Negeri sebesar

90

-0,003786 memiliki makna jika terjadi kenaikan pada ULN sebesar 1 milyar ($) akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun sebesar 0,003786 %. Berarti hasil estimasi ini tidak sesuai dengan hipotesisnya yang menyatakan positif dan signifikan. Sebenarnya walaupun negatif, nilai koefisien tersebut kecil dan bahkan jauh dari angka negatif satu. Sehingga adanya utang luar negeri hanya menurunkan 0,0038% pertumbuhan ekonominya. Bagaimanapun juga, nilai koefisien yang negatif tersebut menunjukkan suatu ketidaksesuaian antara teori yang ada dan kenyataan sebenarnya. Hal ini disebabkan di sebagian besar negara Dunia Ketiga jumlah utang luar negeri yang didapatkan belum dipergunakan secara maksimal. Utang masih merupakan sumber utama pembiayaan anggaran negara untuk menutup defisit maupun untuk pembayaran kembali pokok utang yang telah jatuh tempo (refinancing). Jadi, utang luar negeri yang lama dibayar dengan utang luar negeri yang baru. Pada awal tahun 1990-an yaitu tahun 1991 dan 1992 besarnya pertumbuhan ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibian adalah 3,8% dan menurun menjadi 3,3% sedangkan utang luar negerinya adalah 469,965 milyar US $ dan meningkat menjadi 488,828 milyar US $. Kemudian ditahun 2008 dan 2009 pertumbuhan ekonomi untuk wilayah yang sama mengalami penurunan yaitu sebesar 4,2% dan -1,7% sedangkan utang luar negerinya meningkat dari 856,705 milyar US $ menjadi 876,387 milyar US $. Kemudian di awal tahun 2000-an yaitu tahun 2000 dan 2001, pertumbuhan ekonomi di kawasan Eropa Tengah mengalami kemunduran

91

dari 5% menjadi 0,2% padahal utang luar negerinya mengalami peningkatan dari 276,86 milyar US $ menjadi 282,408 milyar US $ Dalam beberapa kasus seperti contoh di atas, peningkatan utang luar negeri justru menyebabkan pertumbuhan ekonomi negara menjadi negatif. Jadi kenaikan utang luar negeri tersebut tidak dibarengi dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu penyebab lainnya adalah beban atau biaya yang muncul dari dana pinjaman tersebut telah jauh melebihi keuntungan atau manfaatnya. Apabila utang terus meningkat atau suku bunganya meningkat, maka pembayaran cicilan utang juga akan meningkat. Makin besar negara miskin membayar cicilan dan bunga utang, justru makin besar utang baru diperlukan (the more debtors pay, the more they owe). Negara pengutang terjebak dalam kondisi "gali lubang tutup lubang". Jika hal ini terus berlanjut dan negara tersebut kesulitan untuk membayar angsuran utangnya, maka dapat berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi. Beban utang tersebut akan ditanggung oleh generasi yang akan datang untuk itu pinjaman tersebut seharusnya tertanam pada kegiatan-kegiatan yang mendorong pendapatan sehingga utang luar negeri yang diberikan tersebut mampu mempercepat proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang nantinya akan menghasilkan tambahan tabungan dalam negeri sebagai akibat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Secara bertahap, akhirnya utang luar negeri berkurang dan lenyap. Sumber daya lokal telah mencukupi untuk menggerakkan proses pembangunan yang sesuai dengan kemampuan sendiri (self sustaining).

92

3. Variabel Penanaman Modal Asing (Milyar US $) Merujuk pada hasil regresi data panel terbaik yang dihasilkan (fixed effects), diperoleh secara statistik bahwa penanaman modal asing berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian ini diperoleh tanda yang positif pada variabel penanaman modal asing. Pada tingkat kepercayaan 95% bahwa variabel Penanaman Modal Asing memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian. Koefisien PMA sebesar 0,042275 memiliki makna jika terjadi kenaikan pada PMA sebesar 1 milyar ($) akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat 0,042275%. Hal ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan hubungan penanaman modal asing dan pertumbuhan ekonomi adalah positif dan signifikan.

4. Variabel Dummy (Krisis Ekonomi 1998 dan 2008) Peneliti memasukkan krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 sebagai variabel dummy (X3). Merujuk pada hasil regresi data panel terbaik yang dihasilkan (fixed effects), diperoleh secara statistik bahwa krisis ekonomi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil penelitian ini diperoleh tanda yang positif pada variabel dummy. Pada tingkat kepercayaan 95% bahwa adanya krisis yang terjadi pada tahun 1998 dan 2008 terbukti memiliki pengaruh yang negatif terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi pada kelima wilayah penelitian. Koefisien variabel dummy pada tahun-tahun terjadinya krisis adalah -2,279967. Hal ini

93

berarti pada saat terjadinya krisis nilai pertumbuhan ekonomi cenderung akan lebih rendah 2,279967% dibandingkan jika tidak terjadi krisis.

D. Keterbatasan Penelitian Meskipun penelitian ini telah berhasil menguji hipotesis yang diajukan, tetapi belum sepenuhnya pada tingkat kebenaran mutlak, sehingga tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan penelitian lanjutan. Hal tersebut disebabkan adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian, antara lain: 1. Permasalahan pertumbuhan ekonomi yang begitu kompleks yang tidak hanya dipengaruhi oleh utang luar negeri dan penanaman modal asing, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan faktor non ekonomi lainnya. Selain itu pengukuran pertumbuhan ekonomi juga tidak hanya dilihat dari pertumbuhan GDP tetapi juga bisa dilihat dari pertumbuhan GDP per kapitanya. 2. Keterbatasan dalam perolehan data untuk wilayah Commonwealth of Independent States

pada tahun-tahun awal penelitian sehingga wilayah

tersebut tidak dijadikan objek penelitian. Selain itu juga penelitian hanya sampai tahun 2010 karena untuk data tahun terbaru yaitu tahun 2011 belum dipublikasikan secara final oleh lembaga-lembaga keuangan internasional.

94

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji pengaruh variabel Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1991-2010, dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Wilayah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah wilayah Developing Asia sedangkan wilayah Eropa Tengah dan Timur merupakan wilayah dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi terendah. 2. Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing (PMA) berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1991-2010. 3. Utang Luar Negeri (X1) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 1991-2010. 4. Penanaman Modal Asing (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga pada tahun 19912010.

95

5. Peneliti memasukkan krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008 sebagai variabel dummy (X3) dan diperoleh secara statistik bahwa krisis ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. 6. Pengujian pelanggaran asumsi klasik yang dilakukan dalam persamaan tersebut tidak terdapat multikolinearitas dan asumsi normalitas terpenuhi sedangkan heteroskedastisitas maupun autokorelasi sudah diatasi dengan memakai penimbang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan terbebas dari pelanggaran asumsi klasik.

B. Implikasi Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, implikasi dari penelitian ini adalah: 1. Dalam menciptakan kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masalah yang dihadapi adalah ketidakefisienan utang luar negeri di negara-negara Dunia Ketiga. Penggunaan pinjaman tersebut seharusnya tertanam pada kegiatan-kegiatan yang mendorong pendapatan dan peningkatan produktivitas sehingga utang luar negeri yang diberikan tersebut mampu mempercepat proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi 2. Total dana investasi asing sebagian besar mengalir ke negara-negara Asia karena modal swasta akan selalu tertuju ke negara-negara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi dan kadar kepastian paling tinggi sehingga harus diciptakan situasi yang kondusif agar fungsi

96

penanaman modal asing ini dapat diperlukan secara optimal dengan mengacu pada fungsi investasi sebagai salah satu penyokong dana dari pertumbuhan ekonomi

C. Saran 1. Diperlukan suatu pengelolaan atau manajemen utang luar negeri yang baik seperti melakukan kegiatan pengawasan, mengevaluasi penggunaan pinjaman luar negeri, pengelolaan dana pinjaman yang transparan dan sebagainya sehingga dana pinjaman yang ada dapat digunakan dengan sebaik mungkin dan dapat terasa langsung manfaatnya oleh masyarakat. 2. Pinjaman tersebut digunakan seperti untuk pembiayaan program padat karya, pembangunan infrastruktur, dan pembiayaan sektor sosial terutama untuk pendidikan dan kesehatan atau pada kegiatan-kegiatan yang merangsang devisa. 3. Menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga mampu menarik investor asing untuk berinvestasi.

97

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji. Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995.

Arsyad, Lincolin. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE- YKPN, 1997.

Boediono. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Yogyakarta: BPFE UGM, 1999.

Djamin, Zulkarnain. Masalah Utang Luar Negeri Bagi Negara-negara Berkembang dan Bagaimana Indonesia Mengatasinya. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1996.

Faisal, Basri. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2002.

Gujarati, Damodar. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain. Jakarta : Erlangga, 1995.

______________. Basic Econometric: fourth edition. Singapore: McGraw-Hill International Inc., 2003.

Greene, William H. Econometric Analysis Fifth Edition. New Jersey: Pearson Education Inc., 2003.

Nachrowi, Nachrowi D. dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LPFE Universitas Indonesia, 2006.

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. Pengantar Ilmu Ekonomi: Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi. Jakarta: FE UI, 2004.

______________. Teori Ekonomi Makro; Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: LPFE UI, 2008.

98

Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. Makro Ekonomi. Edisi Keempatbelas. Jakarta: Erlangga, 1992.

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005. Sutawijaya, Adrian. “Analisis yang Memengaruhi Investasi Swasta”, Jurnal Ekonomi (Kajian Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi), No.1 / Th. XIV / 28 / Januari-Maret 2005.

Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Alfabeta, 2004.

Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jilid 1. Terjemahan Haris Munandar dan Puji A.L. Jakarta: Erlangga, 2006.

______________. Pembangunan Ekonomi. Edisi Kesembilan. Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2006.

Wijaya, Faried. Ekonomika Makro. Yogyakarta: BPFE, 1990.

Atmadja, Adwin Surya. “ Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya”, Jurnal Akuntansi & Keuangan. Mei 2000, Vol. 2, No. 1, hal. 83-94. Chowdhury, Khorshed dan Amnon Levy. “Hutang Eksternal dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Negara Berkembang. 1997, Vol 2, No 3, hal. 337-361. Listiani, Nurlia. “Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”, Widyariset. 2006, Vol 9, hal. 283-292. Suryawati. “Peranan Investasi Asing Langsung Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Negara-Negara Asia Timur”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Kajian Ekonomi Negara Berkembang. 2000, Vol. 5, No. 2, p. 101-113.

99

Uphadi, A.D. “Depresiasi Rupiah, Hutang Luar Negeri dan Beban APBN”. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Ekonomi Berkembang. 1997, Vol. 2 No. 3, p. 227.

Azef, boy. Analisis Total Pengeluaran Wisatawan Mancanegara Berdasarkan Negara Tempat Tinggal Serta Variabel-Variabel Yang Memengaruhinya. Skripsi. Jakarta: STIS, 2011.

Hasbullah, Fahmi. Analisis Pengaruh Ekspor Sektor Industri Dan Penanaman Modal Asing Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Medan: Departemen Ekonomi Pembangunan USU, 2009.

Jawas, Musleh. Pengaruh Penanaman Modal Asing dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Muslim 2004-2005. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 2008.

Ramadhan, Fahril. Pengaruh Utang Luar Negeri, Penanaman Modal Asing, Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Jakarta: Universitas Gunadarma, 2010.

Sihombing, Desmawati. Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Skripsi. Medan: Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2010.

Soeparno, Wahyu Sugeng Imam. Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2011.

Waluyo, Kuwat. Pengaruh Utang Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia periode 1999-2004. Tesis. Jakarta: Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik FE UI, 2006.

www.worldbank.org/ (diakses tanggal 31 Maret 2012) www.imf.org/ (diakses tanggal 31 Maret 2012)

100

Lampiran 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara Dunia Ketiga Tabel IV.1 Pertumbuhan Ekonomi di Negara Dunia Ketiga Central Latin America and Developing and the eastern Asia Caribbean Europe 1991 -5.802 6.059 3.846 1992 0.773 8.848 3.337 1993 3.392 8.953 4.083 1994 0.301 9.326 5.01 1995 5.989 8.893 1.281 1996 5.067 8.433 3.545 1997 4.777 6.274 5.419 1998 3.08 3.595 2.329 1999 0.315 6.361 0.369 2000 5.215 6.95 4.003 2001 0.231 5.767 0.448 2002 4.3 6.835 0.341 2003 4.799 8.127 2.074 2004 7.283 8.527 6.008 2005 5.847 9.482 4.649 2006 6.432 10.331 5.619 2007 5.474 11.457 5.778 2008 3.144 7.736 4.28 2009 -3.642 7.174 -1.747 2010 4.502 9.46 6.083 Gross domestic product, constant prices Percent change

Middle East and North Africa 6.915 4.939 1.901 2.553 2.072 5.091 3.843 3.995 1.956 4.968 2.906 3.575 7.264 5.916 5.421 6.02 6.661 4.629 2.626 4.408

SubSaharan Africa -0.071 -1.249 1.329 1.844 3.489 5.598 3.808 2.381 2.651 3.568 4.92 7.219 4.873 7.064 6.183 6.445 7.103 5.585 2.784 5.404

Emerging and developing economies 3.834 2.249 3.266 3.379 4.019 5.14 5.036 2.548 3.555 5.896 3.72 4.678 6.243 7.482 7.278 8.239 8.871 6.03 2.795 7.327

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

101

Lampiran 2. Utang Luar Negeri Negara Dunia Ketiga Tabel IV.2 Total Utang Luar Negeri

1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Central and eastern Europe 135.816 148.395 165.741 161.187 181.938 184.557 193.212 233.425 254.337 276.86 282.408 324.318 402.685 483.837 528.788 688.562 923.969 1,024.19 1,118.41 1,142.61

Developing Asia 363.594 399.026 457.979 513.061 572.385 608.091 659.57 692.607 691.944 652.324 693.351 698.078 728.065 803.993 852.501 934.586 1,055.67 1,118.18 1,221.00 1,457.97

Latin America and the Caribbean 469.965 488.828 527.022 564.607 621.596 651.152 687.852 773.469 795.731 762.885 774.107 763.137 792.398 802.922 743.901 743.136 833.608 856.705 876.387 1,022.53

Middle East and North Africa 183.083 190.943 218.925 233.554 237.731 245.26 240.195 263.658 266.584 260.728 254.932 261.278 280.207 306.741 414.873 487.654 651.007 689.182 718.866 762.997

SubSaharan Africa 181.032 177.787 184.665 195.657 207.52 212.378 209.881 205.464 206.666 208.902 202.549 203.929 221.739 236.982 214.335 183.907 203.458 212.913 224.029 239.665

Emerging and developing economies 1,333.73 1,512.66 1,672.53 1,808.53 1,967.71 2,064.44 2,179.79 2,379.65 2,422.24 2,371.90 2,408.33 2,462.92 2,678.38 2,932.73 3,115.83 3,503.59 4,348.00 4,630.72 4,893.80 5,414.61

External debt, total U.S. dollars Billions Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

102

Lampiran 3. Pembayaran Angusuran Utang Luar Negeri Tabel IV.3 Debt Service Ratio US. Dollars (Billion) Central and Developing eastern Asia Europe 1991 28.121 63.377 1992 21.172 74.954 1993 21.044 80.458 1994 24.361 92.91 1995 28.2 128.627 1996 33.268 149.873 1997 35.833 169.62 1998 39.4 182.379 1999 50.628 164.285 2000 81.916 149.016 2001 97.616 157.292 2002 96.785 247.85 2003 105.456 249.543 2004 134.316 238.013 2005 184.503 317.254 2006 227.327 377.211 2007 288.889 427.463 2008 394.926 517.685 2009 404.935 527.436 2010 379.866 551.733 External debt, total debt service U.S. dollars Billions

Latin America and the Caribbean 77.729 86.858 98.469 149.412 126.696 188.582 219.06 225.708 255.825 246.586 240.428 248.812 254.99 247.225 294.821 309.209 297.002 309.709 312.323 311.323

Middle East and North Africa 36.265 29.852 31.618 44.213 53.292 57.785 59.159 50.433 71.427 74.739 77.605 76.415 80.742 95.309 117.56 133.887 138.244 185.199 184.09 199.093

SubSaharan Africa

Emerging and developing economies

20.199 25.884 22.277 25.596 26.083 30.108 35.775 29.967 29.572 35.707 34.825 33.492 34.05 41.367 57.178 69.579 52.433 59.022 54.583 57.243

225.707 251.411 260.404 342.312 371.463 471.499 536.221 565.888 610.238 658.473 664.014 769.21 795.182 852.528 1,098.79 1,290.77 1,433.82 1,782.79 1,733.81 1,743.70

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

103

Lampiran 4. Rasio Utang Luar Negeri terhadap GDP Tabel IV.4 External Debt Total Percent of GDP Central and Developing eastern Asia Europe 1991 37.194 31.434 1992 38.528 30.9 1993 39.261 31.285 1994 41.801 33.741 1995 36.72 31.197 1996 34.334 29.687 1997 35.28 30.689 1998 38.488 34.625 1999 44.043 31.868 2000 46.336 27.872 2001 50.243 28.223 2002 50.73 26.055 2003 51.077 23.924 2004 49.623 22.797 2005 45.421 20.931 2006 52.99 19.394 2007 56.718 17.415 2008 53.458 15.045 2009 70.134 15.427 2010 65.459 15.292 External debt, total Percent of GDP

Latin America and the Caribbean 37.294 35.625 34.131 32.12 34.108 32.889 32.062 36.048 41.43 35.848 37.466 42.072 41.85 36.674 27.962 23.811 22.523 19.968 21.944 21.153

Middle East and North Africa 35.085 33.699 39.926 42.858 39.868 36.873 34.998 40.002 37.375 32.931 31.937 32.271 30.718 28.716 31.295 31.062 34.898 29.551 34.834 31.941

SubSaharan Africa 60.213 57.44 64.103 71.612 63.59 62.092 61.414 63.793 63.784 63.457 64.307 60.795 51.308 43.777 34.191 25.616 24.617 22.547 25.067 22.839

Emerging and developing economies 36.94 37.533 37.335 37.679 36.167 34.2 34.325 39.143 40.571 36.239 36.398 36.515 35.034 32.304 28.709 27.31 27.534 24.251 27.04 25.15

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

104

Lampiran 5. Rasio Pembayaran Angsuran ULN terhadap Ekspor Tabel IV.5 Debt Service Ratio of Exports (%) Central and eastern Europe

Developing Asia

Latin America and the Caribbean

1991 42.059 27.609 45.453 1992 27.289 28.192 47.577 1993 27.787 27.06 49.727 1994 28.708 25.109 65.883 1995 24.63 28.221 46.45 1996 25.322 29.616 61.939 1997 24.751 29.967 65.016 1998 24.896 33.796 67.092 1999 34.529 28.378 72.193 2000 47.78 21.328 58.387 2001 53.359 22.704 59.426 2002 46.885 31.404 61.017 2003 39.896 26.059 57.342 2004 39.257 19.237 45.573 2005 46.4 20.81 45.188 2006 48.325 20.13 39.915 2007 49.181 18.638 33.997 2008 55.454 19.322 30.599 2009 71.622 22.812 39.078 2010 59.706 18.47 31.198 External debt, total debt service Percent of exports of goods and services

Middle East and North Africa 22.409 17.06 18.245 25.044 26.301 24.629 24.726 26.916 31.292 23.825 26.672 25.015 21.283 19.146 16.66 15.646 13.742 14.084 19.537 17.198

SubSaharan Africa

Emerging and developing economies

27.821 34.807 30.881 34.695 30.05 31.224 36.221 34.594 32.134 32.021 33.07 30.489 24.304 23.129 25.409 26.041 16.641 15.368 18.594 15.793

32.142 29.647 28.985 33.449 29.788 33.683 35.448 39.91 40.479 34.981 36.041 38.511 32.991 27.475 28.214 27.3 25.304 25.853 31.866 25.581

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

105

Lampiran 6. Penanaman Modal Asing Negara Dunia Ketiga Tabel IV.6 Direct Investment Net US. Dollars (Billion) Central and Developing eastern Asia Europe 1991 2.389 12.189 1992 2.672 17.452 1993 3.806 34.581 1994 2.679 44.631 1995 9.72 50.347 1996 9.578 58.563 1997 10.872 61.969 1998 12.656 58.811 1999 13.806 54.847 2000 15.816 45.921 2001 16.57 46.279 2002 12.003 60.134 2003 14.563 58.512 2004 30.615 68.334 2005 37.797 131.936 2006 64.114 131.6 2007 74.764 175.364 2008 66.427 161.786 2009 29.279 102.871 2010 21.534 159.332 Direct investment, net U.S. dollars Billions

Latin America and the Caribbean 11.499 13.359 8.863 23.832 25.248 39.794 58.399 62.473 82.435 72.694 69.221 51.378 37.868 50.852 56.82 32.689 91.254 98.039 68.752 73.183

Middle East and North Africa 1.521 2.309 5.678 5.9 3.836 3.706 9.044 11.013 3.785 5.452 14.458 9.752 17.688 13.135 35.928 44.972 48.921 58.053 64.11 43.223

SubSaharan Africa 2.319 -0.722 0.658 1.059 1.012 2.552 5.504 4.233 6.847 6.096 17.68 10.62 12.493 11.654 17.352 8.91 22.83 32.144 28.875 19.88

Emerging and developing economies 29.917 36.082 55.236 79.578 93.215 119.008 151.765 154.819 166.399 148.303 169.094 149.008 146.567 187.789 291.508 303.629 441.429 467.023 310.599 324.768

Sumber: International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, September 2011

106

Lampiran 7. Model Common Effect Dependent Variable: PE? Method: Pooled Least Squares Date: 03/18/12 Time: 07:40 Sample: 1991 2010 Included observations: 20 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 100 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1?

4.357762 -0.003953 0.063839 -1.494011

0.529687 0.001560 0.013015 0.873486

8.227050 -2.534231 4.904890 -1.710401

0.0000 0.0129 0.0000 0.0904

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

0.256166 0.232921 2.570808 634.4690 -234.2748 11.02032 0.000003

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

4.554070 2.935279 4.765495 4.869702 4.807670 1.147441

Lampiran 8. Model Fixed Effect Dependent Variable: PE? Method: Pooled Least Squares Date: 03/18/12 Time: 07:55 Sample: 1991 2010 Included observations: 20 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 100 Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1? Fixed Effects (Cross) _CEE--C _DA--C _LAC--C _MENA--C _SSA--C

4.429613 -0.002195 0.036602 -1.092042

0.594327 0.001623 0.012985 0.795945

7.453152 -1.352281 2.818793 -1.372007

0.0000 0.1796 0.0059 0.1734

-1.101148 2.464528 -1.267900 0.112794 -0.208274 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression

0.421513 0.377498 2.315900

Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion

4.554070 2.935279 4.594092

107

Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)

493.4322 -221.7046 9.576518 0.000000

Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat

4.802506 4.678441 1.400686

Lampiran 9. Model Random Effect Dependent Variable: PE? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/21/12 Time: 11:01 Sample: 1991 2010 Included observations: 20 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 100 Swamy and Arora estimator of component variances Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1? Random Effects (Cross) _CEE--C _DA--C _LAC--C _MENA--C _SSA--C

4.337223 -0.003613 0.059585 -1.439078

0.504043 0.001436 0.011930 0.787916

8.604863 -2.515297 4.994389 -1.826435

0.0000 0.0136 0.0000 0.0709

-0.164308 0.361312 -0.245192 0.054221 -0.006032 Effects Specification S.D.

Cross-section random Idiosyncratic random

0.250710 2.315900

Rho 0.0116 0.9884

Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.229864 0.205797 2.524893 9.551094 0.000014

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

4.098962 2.833201 612.0084 1.176772

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.255252 635.2479

Mean dependent var Durbin-Watson stat

4.554070 1.133722

Lampiran 10. Pengujian Signifikansi Common Effect atau Fixed Effect Hasil pengujian dengan menggunakan Eviews 6.0 :

108

Redundant Fixed Effects Tests Pool: RINA2 Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square

Statistic 6.574046 25.140293

d.f.

Prob.

(4,92) 4

0.0001 0.0000

Lampiran 11. Pengujian Signifikansi Common Effect atau Random Effect Statistik pengujian:

df (1)= 3,84146 (α = 5%) Lampiran 12. Pengujian Signifikansi Fixed Effect atau Random Effect Hasil pengujian dengan menggunakan Eviews 6.0 : Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: RINA2 Test cross-section random effects

Test Summary Cross-section random

Chi-Sq. Statistic

Chi-Sq. d.f.

Prob.

0.000000

3

1.0000

* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.

109

Lampiran 13. Pemilihan Estimator Struktur Homoskedas Atau Heteroskedastisitas Secara matematis, statustik uji yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut :  T n ˆ 2 LM    i2  1 2 i 1 ˆ 

LM 

2

20 (4,900675) 2

LM  10(4,900675) LM  49,00657

df (4) = 9,487729 (α = 5%) Model Terbaik Sementara Dependent Variable: PE? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 05/21/12 Time: 11:07 Sample: 1991 2010 Included observations: 20 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 100 Linear estimation after one-step weighting matrix Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1? Fixed Effects (Cross) _CEE—C _DA—C _LAC--C _MENA--C _SSA--C

4.904808 -0.003255 0.039676 -1.676318

0.545604 0.001560 0.010299 0.651277

8.989686 -2.085967 3.852415 -2.573896

0.0000 0.0397 0.0002 0.0117

-1.118353 2.615357 -1.072098 0.013808 -0.438714 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.590508 0.559351 2.294673 18.95269 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

5.823998 4.836096 484.4281 1.407438

110

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.413540 500.2334

Mean dependent var Durbin-Watson stat

4.554070 1.446827

Lampiran 14. Pemilihan Estimator Struktur Heteroskedastisitas Dan Ada Cross-Sectional Correlation Secara matematis, statistik uji yang digunakan dapat dirumuskan sebagai berikut

df (10) = 18,30704 (α = 5%) Model Terbaik Terakhir Dependent Variable: PE? Method: Pooled EGLS (Cross-section SUR) Date: 03/18/12 Time: 08:29 Sample: 1991 2010 Included observations: 20 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 100 Linear estimation after one-step weighting matrix Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C ULN? PMA? D1? Fixed Effects (Cross) _CEE--C _DA--C _LAC--C _MENA--C _SSA--C

5.135729 -0.003786 0.042275 -2.279967

0.431822 0.001066 0.007043 0.632538

11.89317 -3.550208 6.002108 -3.604472

0.0000 0.0006 0.0000 0.0005

-1.112473 2.648183 -0.989934 -0.018711 -0.527065 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics

111

R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)

0.618157 0.589103 1.009714 21.27665 0.000000

Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat

2.719488 2.850296 93.79608 1.642712

Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid

0.397642 513.7940

Mean dependent var Durbin-Watson stat

4.554070 1.501387

Lampiran 15. Normalitas RESID_CEE -2.66E-16 1.454340 3.893819 -9.412109 3.384459 -1.227278 3.945469

RESID_DA -1.11E-17 -0.024988 1.836844 -1.773279 1.086239 0.027850 1.914312

RESID_LAC -8.88E-17 0.833678 2.904469 -5.481673 2.426880 -0.903555 2.761313

RESID_MENA -2.78E-18 0.401425 2.459963 -2.627299 1.759226 -0.198748 1.632489

RESID_SSA 2.22E-17 0.453138 2.933362 -5.154114 2.328666 -0.620065 2.522860

Jarque-Bera Probability

5.765629 0.055977

0.984850 0.611143

2.768850 0.250468

1.690075 0.429541

1.471320 0.479189

Sum Sum Sq. Dev.

-3.55E-15 217.6367

-1.11E-15 22.41840

-8.88E-16 111.9052

-1.17E-15 58.80268

2.22E-16 103.0310

Observations

20

20

20

20

20

Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis

Lampiran 16. Multikolinearitas 1. Korelasi Antara Variabel Independen ULN PMA DUMMY

ULN 1.000000 0.842359 0.182039

PMA 0.842359 1.000000 0.117606

DUMMY 0.182039 0.117606 1.000000 Coefficients

a

2. Variance Inflation Factor (VIF) Collinearity Statistics Model 1

Tolerance

VIF

PMA

.283

3.528

ULN

.289

3.459

D1

.962

1.039

a. Dependent Variable: PE

112

Lampiran 17. Representations Estimation Command: ===================== LS(CX=F,WGT=CXSUR) PE? C ULN? PMA? D1? Estimation Equations: ===================== PE_CEE = C(5) + C(1) + C(2)*ULN_CEE + C(3)*PMA_CEE + C(4)*D1_CEE PE_DA = C(6) + C(1) + C(2)*ULN_DA + C(3)*PMA_DA + C(4)*D1_DA PE_LAC = C(7) + C(1) + C(2)*ULN_LAC + C(3)*PMA_LAC + C(4)*D1_LAC PE_MENA = C(8) + C(1) + C(2)*ULN_MENA + C(3)*PMA_MENA + C(4)*D1_MENA PE_SSA = C(9) + C(1) + C(2)*ULN_SSA + C(3)*PMA_SSA + C(4)*D1_SSA

Substituted Coefficients: ===================== PE_CEE = -1.11247312414 + 5.13572925288 - 0.00378558148941*ULN_CEE + 0.0422753002503*PMA_CEE - 2.27996656486*D1_CEE PE_DA = 2.64818345673 + 5.13572925288 - 0.00378558148941*ULN_DA + 0.0422753002503*PMA_DA - 2.27996656486*D1_DA PE_LAC = -0.989933658381 + 5.13572925288 - 0.00378558148941*ULN_LAC + 0.0422753002503*PMA_LAC - 2.27996656486*D1_LAC PE_MENA = -0.018711454819 + 5.13572925288 - 0.00378558148941*ULN_MENA + 0.0422753002503*PMA_MENA - 2.27996656486*D1_MENA PE_SSA = -0.527065219388 + 5.13572925288 - 0.00378558148941*ULN_SSA + 0.0422753002503*PMA_SSA - 2.27996656486*D1_SSA

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF