Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru

April 7, 2017 | Author: Harry D. Fauzi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pengaruh Sarana Dan Prasarana Pendidikan Terhadap Profesionalisme Guru...

Description

PENGARUH SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN TERHADAP PROFESIONALISME GURU SMA AL-MUAWANAH CIANJUR

SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

Oleh ACHMAD MUHARAM NURJAMAN NIM 1030010109008

PROGRAM MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SURYAKANCANA CIANJUR

2013 M/1434 H

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan terutama di sekolah, sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjadi lingkup tanggung jawabnya dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan hasil guna dalam berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsifungsinya sebagai guru. Seorang guru yang mengajar karena panggilan jiwanya, ada misi untuk mengantarkan mereka (anak didiknya) kepada kehidupan yang lebih baik secara intelektual dan sosial bukan sekedar karena profesi gurulah pekerjaan yang paling mudah didapatkan. Maka ia akan bisa mengalirkan energi kecerdasan, kemanusiaan, kemuliaan, dan keislaman yang besar dalam dada setiap muridnya, bahkan sesudah ia meninggal. Guru yang mengajar dengan mental seorang pendakwah sekaligus pengasuh, bukan dengan mental tukang teriak untuk 2

mendapat upah bulanan bernama gaji, akan mampu menyediakan cadangan energi agar tetap lembut menghadapi murid yang membuat kening berkerut. Guru selalu mendarma baktikan tenaga dan pikirannya demi kemajuan pendidikan, dan mereka juga ikhlas dalam melakukannya. Guru juga tidak menuntut balas jasa, karena pekerjaannya itu bukan bisnis yang harus ada kalkulasi untung dan rugi. Tapi yang dituntut guru cuma satu, yakni keadilan akan haknya sebagai warga negara, sebagai pegawai, dan sebagai pemangku profesi yang sangat mulia dan berat sekali tanggung jawabnya. Oleh karena itu dalam sejarah pendidikan, tentu seorang gurulah yang paling awal muncul, baru kemudian murid dan infrastruktur lain yang terkait dengan paradigma pengelolaannya. Setelah terciptanya pendidikan baru kemudian berkembang kurikulum yang berkaitan dengan manajemen lembaga pendidikan, seperti bangunan sekolah, kepala sekolah, karyawan, hingga sampai pada perdana mentri pendidikan. Sebuah reposisi guru sangat diperlukan karena perannya tidak lagi hanya sebagai “pengabdi” pendidikan yang dicekoki rutinitas, tapi harus menjadi “pendidik murni” yang mendapatkan kesempata-kesempatan yang luas untuk mengembangkan sendiri pola pembelajarannya dan meningkatkan kualitas pribadi sehingga bisa menghasilkan anak didik yang cerdas dan bermoral. Dalam rangka turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, peranan guru sangat penting sekali untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Kita sadari, bahwa peran guru sampai saat ini masih eksis,

3

sebab sampai kapanpun posisi atau peran guru tersebut tidak akan bisa digantikan sekalipun dengan mesin sehebat apapun, mengapa? Karena, guru sebagai seorang pendidik juga membina sikap mental yang menyangkut aspek-aspek manusiawi dengan karakteristik yang beragam dalam arti berbeda antara satu siswa dengan lainnya. Banyak pengorbanan yang telah diberikan oleh seorang guru semata-mata ingin melihat anak didiknya bisa berhasil dan sukses kelak. Tetapi perjuangan guru tersebut tidak berhenti sampai disitu, guru juga merasa masih perlu meningkatkan kompetensinya agar benar-benar menjadi guru yang lebih baik dan lebih profesional terutama dalam proses belajar mengajar sehari-hari. Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan. Namun, dibalik itu semua juga tersirat suatu dilema profesi ini dimana seringkali guru tidak menerima penghargaan ataupun perlakuan yang sebanding dengan apa yang telah dikorbankan. Sebagai seorang yang berprofesi sebagai seorang guru apakah yang harus kita lakukan? Bagaimana pula sebaiknya kita menyikapi hal ini dengan lebih arif dan bijaksana? Karangan ini hanyalah sebuah tulisan, namun dengan tulisan ini, penulis bisa berharap dapat memberikan masukan untuk merefleksikan kembali pilihan kita. 4

Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain, terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik. Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat. Untuk menguji kompetensi tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru khususnya guru dalam jabatan. Penilaian sertifikasi dilakukan secara portofolio. Sejumlah

penelitian

membuktikan

bahwa guru yang profesional

merupakan salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan. 5

Sejak tahun 2005, isu mengenai profesionalisme guru gencar dibicarakan di Indonesia. Profesionalisme guru sering dikaitkan dengan tiga faktor yang cukup penting, yaitu kompetensi guru, sertifikasi guru, dan tunjangan profesi guru. Ketiga faktor tersebut merupakan latar yang disinyalir berkaitan erat dengan kualitas pendidikan. Menurut Barnawi & Mohammad Arifin (2012: 28) bahwa, “Guru profesional yang dibuktikan dengan kompetensi yang dimilikinya akan mendorong terwujudnya proses dan produk kinerja yang dapat menunjang peningkatan kualitas pendidikan. Guru kompeten dapat dibuktikan dengan perolehan sertifikasi guru berikut tunjangan profesi yang memadai menurut ukuran Indonesia. Sekarang ini, terdapat sejumlah guru yang telah tersertifikasi, akan tersertifikasi, telah memperoleh tunjangan profesi, dan akan memperoleh tunjangan profesi. Fakta bahwa guru telah tersertifikasi merupakan dasar asumsi yang kuat, bahwa guru telah memiliki kompetensi. Kompetensi guru tersebut mencakup empat jenis, yaitu (1) kompetensi pedagogik (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian”. Dengan demikian, penguasaan empat kompetensi tersebut mutlak harus dimiliki setiap guru untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional seperti yang disyaratkan Undang-undang Republik Indonesia no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Berdasarkan paparan diatas, kompetensi kepribadian merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai tenaga profesional. Pengertian kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak 6

mulia (Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b) Persoalan yang muncul kemudian, bahwa guru yang diasumsikan telah memiliki kompetensi yang hanya berlandaskan pada asumsi bahwa mereka telah tersertifikasi,

tampaknya

dalam

jangka

panjang

sulit

untuk

dapat

dipertanggungjawabkan secara akademik. Bukti tersertifikasinya para guru adalah kondisi sekarang, yang secara umum merupakan kualitas sumber daya guru sesaat setelah sertifikasi. Oleh karena sertifikasi erat kaitannya dengan proses belajar, maka sertifikasi tidak bisa diasumsikan mencerminkan kompetensi yang unggul sepanjang hayat. Pasca sertifikasi seyogyanya merupakan tonggak awal bagi guru untuk selalu meningkatkan kompetensi dengan cara belajar sepanjang hayat. Untuk memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, diperlukan manajemen pengembangan kompetensi guru. Hal ini perlu dipikirkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, karena peningkatan kompetensi guru merupakan indikator peningkatan profesionalisme guru itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, penulis untuk membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMA Al-Mu’awanah Cianjur)”. B.

Rumusan Masalah Berdasar kepada paparan dalam latar belakang masalah di atas,

permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

7

1. Bagaimanakah

keadaan

sarana

dan

prasarana

pendidikan

serta

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur? 2. Apakah

sarana

dan

prasarana

pendidikan

berpengaruh

terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur? 3. Berapa besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur? C.

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk medeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1. Keadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. 2. Pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. 3. Besarnya

pengaruh

sarana

dan

prasarana

pendidikan

terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. D.

Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat atau kegunaan bagi

berbagai pihak bagi penulis, lembaga pendidikan, serta SMA Al-Muawanah Cianjur.

8

1. Bagi Penulis a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengelolaan manajemen sekolah, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru. b. Untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Manajemen Pendidikan Islam. 2. Bagi SMA Al-Muawanah Cianjur a. Sebagai bahan evaluasi dalam upaya pengembangan manajemen sekolah. b. Dapat memperkenalkan eksistensi SMA Al-Muawanah Cianjur di masyarakat luas serta dapat digunakan sebagai masukan. 3. Bagi Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam Universitas Suryakancana. Sebagai tambahan referensi dan informasi, khususnya bagi akademisi mengenai bentuk-bentuk aktivitas pengelolaan manajemen sekolah. E.

Kerangka Pemikiran Salah satu aspek yang seyogyanya mendapat perhatian utama dari setiap

administrator pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan. Sarana pendidikan umumnya mencakup semua peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang dalam proses pendidikan, seperti: gedung, ruang belajar/kelas, alat-alat/media pendidikan, meja, kursi dan

9

sebagaianya. Sedangkan yang dimaksud dengan prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: halaman, kebun/taman sekolah, jalan menuju ke sekolah. Arikunto (1993:82) mengemukakan bahwa “sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar mengajar”. Sedangkan menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembukuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah ”semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efesien”. Arti sarana sering kali disamakan dengan kata fasilitas. Lebih luas fasilitas diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan sesuatu usaha. Usaha ini dapat berupa benda-benda maupun uang. Jadi, dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan sarana. Secara mikro atau sempit maka kepala sekolah bertanggung jawab masalah pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di tingkat satuan pendidikan yang dikelolanya. Pengelolaan tersebut mengacu kepada langkahlangkah sistematis yang meliputi (1) perencanaan, (2) pengadaan, (3) inventarisasi, (4) penyimpanan, (5) penataan, (6) penggunaan, (7) pemeliharaan dan, (8) penghapusan. Mengingat pentingnya keberadaan sarana dan prasarana pendidikan tersebut, maka pengelolaannya memerlukan perhatian dan konsistensi yang tinggi.

10

Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut menurut Bafadal (2003) adalah (1) prinsip pencapaian tujuan, (2) prinsip efisiensi, (3) prinsip administratif, (4) prinsip kejelasan tanggung jawab, dan (5) prinsip kekohesifan. Sarana dan prasarana pendidikan yang baik dan layak, dapat memberikan pengaruh terhadap berbagai situasi pelaksanaan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan memberikan peran besar terhadap kelangsungan proses pembelajaran, kualitas pembelajaran, motivasi guru dan siswa, serta hasil akhir dari proses pembelajaran itu sendiri. Salah satu unsur yang diduga dipengaruhi oleh keberadaan sarana dan prasarana pendidikan di tingkat satuan pendidikan adalah profesionalisme guru. Profesionalisme merupakan konsep yang mengacu kepada karakteristik. Di tingkat sekolah, profesionalisme tersebut mengacu kepada sikap dan kinerja guru. Oleh karena itu, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen memberikan batasan tentang profesionalisme guru dengan persyaratan bahwa guru profesional seharusnya memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogis, kognitif, personaliti, dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Mereka harus (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugasnya, (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya. Di samping itu, mereka juga harus (4)

11

mematuhi kode etik profesi, (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan, (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya, dan (9) memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum (sumber UU tentang Guru dan Dosen). Atas dasar pemikiran tersebut, penelitian ini memiliki paradigma sebagai berikut. Sarana dan Prasarana Pendidikan (X)

Profesionalisme Guru (Y)

Indikator yang digunakan pada variabel sarana dan prasarana pendidikan adalah: (1) prinsip pencapaian tujuan, (2) prinsip efisiensi, (3) prinsip administratif, (4) prinsip kejelasan tanggung jawab, dan (5) prinsip kekohesifan. Sedangkan indikator yang digunakan pada variabel profesionalisme guru adalah (1) kompetensi pedagogik,

12

(2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. F.

Hipotesis

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan pada bagian terdahulu, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur adalah baik. 2. Terdapat

pengaruh

sarana

dan

prasarana

pendidikan

terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. 3. Besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur di atas 50%. G. Metode Penelitian Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMA Al-Mu’awanah Cianjur)” ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif survey. Singarimbun (2003:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sementara itu, Sugiyono (2004:11) mengemukakan bahwa menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang

13

mencari pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) sarana dan prasarana pendidikan dan (2) profesionalisme guru. H. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Al-Mu’awanah Jl. Taifur Yusuf No. 43 Cianjur dengan populasi seluruh guru SMA Al-Muawanah Cianjur yang berjumlah 18 orang. Mengingat jumlah populasi tersebut sedikit, maka seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian, atau dengan menggunakan sampel sensus.

14

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Kajian Teoretis 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan a. Pengertian Sarana dan Prasarana Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencanaan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliraharaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan pada sekolah menengah tingkat atas (SMA) merupakan suatu komponen yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar pada SMA bersamaan dengan komponen pendukung yang lainnya. Proses belajar mengajar dapat berlangsung jika ada pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan yang mendukung. Semua faktor merupakan sebuah siklus dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan yang ideal sebagaimana yang dimaksud dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu banyak komponen pendidikan yang merupakan sebagai satu kesatuan sistem yang lengkap dan terpadu untuk menggerakkan pembelajaran kepada manusia secara sempurna

15

sehingga pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat berjalan sebagaimana yang telah direncanakan. Salah satu komponen tersebut adalah sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Lebih tegas lagi dalam pasal 42 bahwa “setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan”. Sedangkan pada ayat (2) menekankan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berekreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Penjelasan di atas sejalan dengan pandangan Mulyasa (2007:49) menyatakan bahwa: ”Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran”. Adapun yang dimaksud prasarana pendidikan atau pengajaran dalam proses pembelajaran, seperti halaman sekolah, kebun sekolah, taman sekolah dan jalan menuju sekolah. Prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar di sekolah, seperti taman sekolah untuk pembelajaran biologi, halaman sekolah sekaligus sebagai lapangan olah raga dan lain sebagainya.”

16

Komponen-komponen sebagaimana yang disebutkan di atas merupakan sarana pendidikan yang mutlak harus ada dan mempunyai standar, di samping prasarana yang lainnya, sebagai penunjang dalam pembelajaran, hal ini, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 poin 8 yaitu : ”Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.” Berdasarkan paparan definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang proses pendidikan di sekolah. Dalam pendidikan misalnnya lokasi atau tempat, bangunan sekolah, lapangan olahraga, ruang dan sebagainya. Sedangkan sarana pendidikan adalah semua perangkat peralatan, bahan dan perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah, seperti: ruang, buku, perpustakaan, labolatorium dan sebagainya. b. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsifungsi manajemen itu. G.R. Terry menyatakan bahwa manajemen adalah satu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya

17

manusia dan sumber-sumber Lainnya. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan Ada kaitan yang erat antara organisasi, administrasi dan manajemen. Administrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan dan harus merupakan suatu kesatuan, hanya saja kegiatannya yang dapat dibedakan sesuai dengan perbedaan kedua wawasan. Administrasi lebih sempit dari manajemen, dalam administrasi tercakup dalam manajemen. Secara spesifik administrasi merupakan satu bidang dari manajemen sebab manajemen terdiri dari enam bidang, yakni production, marketing, financial, personal, human relation dan administrative management. Sergiovani (1987) mengemukakan bahwa manajemen merupakan proses pendayagunaan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendayagunaan melalui tahapan proses yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan disebut manajemen. Hal yang sama juga berlaku bagi manajemen sarana dan prasarana pendidikan. Dalam ruang lingkup manajemen sekolah, manajemen sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu bagian yang mutlak harus ada dalam sistem pendidikan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menegaskan bahwa keberlangsungan pendidikan di Indonesia untuk mencapai standar nasional pendidikan harus dapat memenuhi seluruh aspek dari 8 standar nasional pendidikan. Kedelapan standar tersebut meliputi (1) standar isi, (2) standar proses, (3) standar kompetensi lulusan, (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) standar sarana dan prasarana, (6) standar pengelolaan pendidikan, (7) standar pembiayaan, dan (8) standar penilaian

18

pendidikan. Berdasar kepada peraturan tersebut jelaslah bahwa keberadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan. Untuk menghindari kesalahan dalam memahami maksud sarana dan prasarana pendidikan, pendapat Mulyasa (2007:49) yang menyatakan bahwa ”sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan untuk menunjang proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pengajaran”, perlu dipahami secara mendalam. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Murniati (2008:71) bahwa ”manajemen merupakan kegiatan mengatur berbagai sumber daya, baik manusia maupun material, dalam rangka melakukan berbagai kegiatan suatu organisasi untuk mencapai tujuan secara optimal” Manajemen sarana dan prasarana dengan ruang lingkup pembahasannya yaitu melakukan perencanaan terhadap kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, inventarisasi, pemeliharaan, penghapusan, dan pengawasan, untuk dapat memahami manajemen dengan baik dan benar, sebelumnya diperlukan adanya persamaan persepsi tentang pengertian manajemen sarana dan prasarana, fungsi manajemen sarana dan prasarana, proses manajemen sarana dan prasarana. Rohiat (2009:26) menyatakan bahwa: ”Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan yang mengatur untuk mempersiapkan segala peralatan/ material bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Manajemen sarana dan prasarana dibutuhkan untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar. Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda bergerak dan tidak bergerak yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar, baik secara langsung maupun

19

tidak langsung. Manajemen sarana dan prasarana merupakan keseluruhan proses peren‐canaan pengadaan, pendayagunaan, dan pengawasan sarana dan prasarana yang digunakan agar tujuan pendidikan di sekolah dapat dicapai dengan efektif dan efesien. Kegiatan manajemen sarana dan prasarana meliputi (1) perencanaan kebutuhan, (2) pengadaan, (3) penyimpanan, (4) penginventarisasian, (5) pemeliharaan, dan (6) penghapusan sarana dan prasarana pendidikan.”

Menurut Soebagio, M. S. (2001), manajemen sarana dan prasarana merupakan

proses

kegiatan

perencanaan,

pengorganisassian,

pengadaan,

pemeliharaan, penghapusan dan pengendalian logistik atau perlengkapan. Dengan demikian, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. c. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Untuk mengatur dan mempersiapkan segala peralatan dan material yang dibu‐ tuhkan sebagai penunjang demi lancarnya proses kegiatan belajar mengajar di sekolah/ madrasah perlu adanya sumber daya manusia yang mempunyai kapasitas tentang itu. Pengalaman yang dimiliki seseorang baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam keahlian (SDM) akan berpengaruh besar dalam melakukan perencanaan kebutuhan, pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan. Ilmu manajemen mengupas tentang usaha‐usaha manusia dalam memamfaatkan semua potensi yang ada secara optimal guna mencapai tujuan yang diharapkan, demikian pula dalam bidang pendidikan pada tingkat madrash Ibtidaiyah guna mencapai tujuan lembaga pendidikan tersebut perlu ditetapkan praktek‐praktek manajemen.

20

Dubrin dalam Rasima (2007:11) menegaskan bahwa “sumber daya yang dimaksudkan dalam manajemen dapat dibagi ke dalam empat bentuk yaitu:

(a) Human Resourse, adalah manusia yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaan. (b) Finansial resourse, merupakan uang yang dipergunakan manajer dan organisasi untuk meembiayai pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi; (c) Physical Resourse, merupakan barang dan bangunan termasuk bahan baku, ruang kantor, fasilitas produksi, dan peralatan kantor yang dipergunakan untuk beroperasinya suatu organisasi; (d) Informasional resourse, merupakan data yang dipergunakan manajer dan organisasi sebagai dasar pertimbangan untuk menjalankan pekerjaan dalam mencapai tujuan organisasi. Kemampuan manajerial kepala sekolah dalam mengoperasionalkan, menggerakkan sumberdaya manusia secara maksimal dan mendayagunakan sarana dan prasarana secara efektif, kesemuanya itu adalah sebagai faktor penunjang dalam meningkatkan kualitas keluaran pendidikan. Atmodiwirio (2005:161) menyatakan bahwa: “kepala sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala Sekolah). Ia adalah pejabat yang ditugaskan untuk mengelola sekolah”. Semakin kompleknya kebutuhan dalam menyelenggarakan pendidikan, semakin besar akan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, semakin majunya pengetahuan maka semakin sistematis penataan dan pendekatan yang diperlukan. Oleh karena itu, kepala sekolah harus menjadikan kebutuhan terhadap penerapan manajemen dan menjalankan fungsi-fungsinya dalam bidang pendidikan. Lebih lanjut, Suryobroto (2005:115) berpendapat bahwa: ”pada garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi lima hal yakni: a) penentuan

21

kebutuhan, b) proses pengadaan, c) pemakaian, d) pengurus dan pencatatan, e) pertanggungjawaban. Dalam hal ini Bafadal (2008:27) menawarkan beberapa kriteria perencanaan pengadaan perlengkapan sekolah sebagai berikut. a) Perencanaan perlengkapan sekolah itu merupakan proses menetapkan dan memikirkan. b) Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya memenuhi sarana dan prasarana pendidikan yang dibutuhkan sekolah. c) Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah harus memenuhi prinsipprinsip: (1) Perencanaan perlengkapan sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual; (2) Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif mengenai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya serta prediksi populasi sekolah. (3) Perencanaan perlengkapan sekolah harus realitis, sesuai dengan kenyataan anggaran. (4) Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya. Kriteria di atas perlu ditaati, di samping itu ada beberapa langkah perencanaan, pengadaan, perlengkapan yang perlu di perhatikan. Lebih lanjut Bafadal (2008:29), berpendapat bahwa ada beberapa langkah perencanaan pengadaan perlengkapan pendidikan disekolah, yaitu sebagai berikut: a) Menampung semua usulan pengadaan perlengkapan sekolah yang diajukan setiap unit kerja sekolah dan atau menginvestasikan kekurangan perlengkapan sekolah. b) Menyusun rencana kebutuhan perlengkapan sekolah untuk peiode tertentu, misalnya untuk satu triwulan atau satu tahun ajaran. c)

Memadukan rencana kebutuhan yang telah disusun dengan perlengkapan yang telah tersedia sebelumnya. Dalam rangka itu, perencana atau panitia pengadaan mencari informasi tentang perlengkapan yang telah dimiliki oleh sekolah. salah satu cara adalah dengan jalan membaca buku inventaris atau buku induk barang, Berdasarkan panduan tersebut lalu disusun rencana

22

kebutuhan perlengkapan, yaitu membuat daftar semua perlengkapan yang dibutuhkan disekolah.

d) Memadukan rencana kebutuhan dengan dana atau anggaran sekolah yang telah tersedia. Apabila dana yang tersedia tidak mencukupi untuk pengadaan kebutuhan ini maka perlu dilakukan seleksi terhadap semua kebutuhan perlengkapan yang telah direncanakan, dengan melihat urgensi setiap perlengkapan tersebut. semua perlengkapan yang urgen segera didaftar. e) Memadukan rencana (daftar) kebutuhan perlengkapan dengan dana atau anggaran yang ada. Apabila ternyata masih melebihi dari anggaran yang tersedia perlu dilakukan seleksi lagi dengan cara membuat skala peioritas. f) Penetapan rencana pengadaan akhir. Sucipto, Basuki Mukti (2004) berpendapat bahwa tidak dapat kita pisahkan antara kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan sarana dan prasarana guna menyukseskan pendidikan di sekolah. Maka hal utama yang harus dilakukan dalam pengelolaan perlengkapan sekolah adalah pengadaan sarana dan prasarana. Aktivitas pertama dalam manajemen sarana prasarana pendidikan adalah pengadaan sarana prasarana pendidikan. Pengadaan perlengkapan pendidikan biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan perkembangan pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang, di hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan barang setiap tahun dan anggaran mendatang. Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah haruslah direncanakan. Sebagai manajer pendidikan, kepala sekolah haruslah mempunyai proyeksi kebutuhan sarana dan prasarana untuk jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek. Proyeksi kebutuhan akan sarana dan prasana sekolah dibuat dengan

23

mempertimbangkan dua aspek, ialah kebutuhan aspek pendidikan di satu pihak dan kemampuan sekolah di pihak lain. Setelah rencana pengadaan sarana dan prasarana dibuat langkah berikutnya yakni pengadaan sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan sekolah. Pengadaan sarana dan prasrana ini, bisa dilakukan dengan pembelian, meminta sumbangan, pengajuan bantuan ke pemerintah (untuk sekolah-sekolah negeri) dan pengajuan kepihak yayasan (untuk sekolah-sekolah swasta), pengajauan ke komite sekolah (dewan sekolah), tukar menukar dengan sekolah lain dan menyewa. Tim yang ditunjuk untuk melakukan pengadaan sarana dan prasarana sekolah hendaknya membuat daftar ceklis tentang berbagai jenis sarana dan prasarana yang akan diadakan, semua spesifikasi teknis, standar kualitas akan mudah direalisasi dan dikontrol. Oleh karena itu, agar spesifikasi teknis, standar kualitas dan utilitas sarana dan prasarana yang proses pengadaannya dengan meminta sumbangan atau bantuan dari pemerintah tidak mengalami deviasi, perlu dibuat proposal yang jelas. Sebelum proposal diselesaikan, tim yang ditunjuk oleh sekolah melakukan survey baik terhadap harga, merek dan kualifikasi barang yang dibutuhkan sebagai kajian banding atas berbagai jenis barang dengan merk dan spesifikasi teknisnya, sehingga jenis barang yang akan diminta dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya (standar kualitasnya). Kemampuan sekolah sangat menentukan dalam merumuskan kebutuhannya sendiri (termasuk di dalamnya sarana dan prasarana sekolah), dengan memenuhi aspek utilitas dan memenuhi syarat standar kualitas.

24

d. Pemanfaatan Sarana dan Prasraana Pendidikan Manajemen aset sekolah merupakan upaya untuk mengelola saranaprasarana sekolah agar nilai gunanya tidak merosot. Kata ”pemanfaatan” adalah serangkaian kegiatan terencana dan sistematis yang dilakukan secara rutin maupun berkala, jadi anjuran untuk memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan dimuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1993 tentang Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah menegaskan bahwa ”guru wajib mengunakan perangkat atau sarana pendidikan seperti laboratorium untuk kegiatan proses belajar mengajar dan dibarengi dengan peningkatan frekuensi penggunaan secara maksimal”. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut menggunakankan sarana pendidikan merupakan kewajiban. Bafadal (2008:42) menawarkan bahwa ”ada tiga hal pokok yang perlu dilakukan oleh personal sekolah yang akan memakai perlengkapan di sekolah, yaitu: (a) memahami petunjuk penggunaan perlengkapan pendidikan, (b) menata perlengkapan pendidikan, (c) memelihara, baik secara kontinyu maupun berkala terhadap perlengkapan pendidikan. e. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Aset sekolah, baik gedung, dan lingkungannya merupakan wahana belajar yang perlu diperlakukan sebagai “amanah” yang perlu dikelola dengan baik. Manajemen sekolah sepenuhnya bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan baik dalam bentuk

perumusan, rincian pekerjaan, tugas serta

kegiatan adalah berdasarkan pada hirarkis organisasi, orang-orang yang memiliki

25

kesanggupan dan kemampuan melaksanakannya sebagai prasyarat bagi terciptanya kerjasama yang harmonis dan optimal untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Kelancaran operasional pemeliharaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan dan dibutuhkan organisasi pelaksana dengan ketentuan: a) Seluruh personil mempunyai tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang jelas dan terukur. b) Seluruh personil merupakan bagian dari manajemen sekolah, komite sekolah, wali murid dan masyarakat sekitarnya yang dianggap memiliki kepedulian dan pengalaman serta memahami permasalahan dibidang bangunan gedung beserta sarana penunjangnya. c) Seluruh personil tersebut siap untuk mengabdikan tenaga, waktu dan pikiran demi tujuan dalam menjaga, memelihara dan merawat gedung sekolah. Secara makro manajemen aset ini menyangkut kegiatan inventarisasi atau penyusunan data-base sarana-prasarana sekolah, penyusunan program pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan pembangunan (kembali) gedung sekolah, perangkat dan lingkungannya. Secara mikro, manajemen aset sekolah di tingkat sekolah sendiri menyangkut upaya pemeliharaan dan perawatan kecil yang dilakukan oleh warga sekolah sendiri (siswa, guru, penjaga, komite sekolah, masyarakat sekitar). Pemeliharaan perlengkapan sekolah, seperti perabot dan peralatan kantor, serta pengajaran dilakukan pemeliharaan secara kontinyu dan berkala agar selalu

26

dalam keadaan siap pakai. Sarana dan Prasarana sekolah yang difokuskan untuk didata dan dilakukan kegiatan pemeliharaannya terutama: ruang kelas, ruang guru, ruang pimpinan, perpustakaan, laboratorium (IPA), ruang UKS, tempat ibadah, jamban (KM/WC), gudang, ruang sirkulasi dan tempat bermain/olah raga. Tujuan kegiatan pemeliharaan Sarana dan Prasarana adalah: (a) untuk memelihara prasarana secara berkelanjutan; (b) adanya jaminan terhadap kualitas prasarana; (c) adanya keuntungan yang berkelanjutan dari hasil pemanfaatan prasarana. Dengan kata lain, pemeliharaan Sarana-Prasarana sekolah dan lingkungannya dimaksudkan untuk: (a) Untuk mengoptimalkan pemakaian dan umur bangunan, jika dilihat dari faktor ekonomis bahwa memelihara adalah untuk mencapai efisiensi penggunaan anggaran perawatan. (b) menjamin kesiapan operasional penggunaan gedung dan penunjangnya, sehingga kegiatan yang dilakukan dapat optimal. (c) menjamin keandalan bangunan melalui kegiatan pengecekan secara rutin dan teratur. (d) menjamin keselamatan orang atau siswa yang menggunakan gedung beserta sarana penunjangnya. Beberapa tindakan awal yang perlu dilakukan ialah sebagai berikut. a. Membangkitkan rasa memiliki sekolah kepada seluruh siswa. b. Membina siswa untuk disiplin dengan cara yang efektif dan di terima oleh semua siswa. c. Memupuk rasa tanggung jawab kepada siswa untuk menjaga dan memelihara keutuhan dari sarana dan prasarana gedung sekolah yang ada. Siswa

27

dilibatkan dalam hal kegiatan positif yaitu: (1) Regu piket harian (2) Kegiatan Jumat bersih (3) Lomba kebersihan kelas setahun (atau enam bulan) sekali. d. Sarana dan prasarana gedung sekolah disiapkan secara prima sehingga tidak mudah rusak jika digunakan secara benar. e. Memberikan arahan/pengaruh yang dapat menyebabkan guru dan kepala sekolah tergerak untuk melaksanakan tugas dan kegiatannya secara bersamabersama melakukan upaya pemeliharaan. f. Melakukan pembinaan dan kerjasama dengan masyarakat di luar sekolah. f. Prinsip-prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Agar tujuan-tujuan manajemen perlengkapan bisa tercapai ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola perlengkapan di sekolah, prinsip-prinsip yang dimaksud tersebut menurut Bafadal (2003) adalah sebagai berikut. 1) Prinsip Pencapaian Tujuan Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah diterapkan dengan maksud agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu, manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat di katakan berhasil bilamana fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap saat, apabila akan didayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah.

28

2) Prinsip Efisiensi Dengan prinsip efisiensi semua kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sekolah di lakukan dengan perencanaan yang hati, sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga yang relatif murah. Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi pemborosan. Maka perlengkapan sekolah hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut di komunikasikan kepada semua personil sekolah yang

diperkirakan

akan

menggunakannya.

Selanjutnya,

bilamana

dipandang perlu, di lakukan pembinaan terhadap semua personel. 3) Prinsip Administratif Di Indonesia terdapat sejumlah peraturan perundang-undangan yang berkenaan dengan sarana dan prasarana pendidikan, sebagai contoh adalah peraturan tentang inventarisasi dan penghapusan perlengkapan milik negara. Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu hendaknya selalu memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah diberlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya penerapannya, setiap penanggung jawab pengelolaan perlengkapan pendidikan hendaknya memahami semua peraturan perundang-undangan tersebut dan menginformasikan kepada semua personel sekolah yang diperkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan perlengkapan pendidikan.

29

4) Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab Di Indonesia tidak sedikit adanya kelembagaan pendidikan yang sangat besar dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak sehingga manajemennya melibatkan banyak orang. Bilamana hal itu terjadi, maka perlu adanya pengorganisasian kerja pengelolaan perlengkapan pendidikan. Dalam pengorganisasiannya, semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang terlibat itu perlu di deskripsikan dengan jelas. 5) Prinsip Kekohesifan Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Oleh karena itu, walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan perlengkapan itu telah memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, namun antara satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja sama dengan baik. 2. Profesionalisme Guru a. Pengertian Profesionalisme Dalam konteks profesionalisme terdapat tiga istilah yang dibahas, yakni profesi, profesional, dan profesionalisme.

30

1) Profesi Profesi adalah riwayat pekerjaan, pekerjaan (tetap), pencaharian pekerjaan yang merupakan sumber penghidupan. Soejipto dan Raflis Kosasih mengutip pendapat Ornnstein dan Levine menyatakan bahwa profesi adalah jabatan, dia menulis beberapa tentang pengertian profesi yaitu (1) melayani masyarakat merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan); (2) memerlukan bidang dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khayalak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya); (3) memerlukan perhatian khusus dengan waktu yang panjang. Kata profesi dapat diketahui dari tiga sumber makna, yaitu makna etimology, makna terminology, dan makna sociology. Secara etimologi, profesi berasal dari istilah bahasa Inggris profession atau bahasa Latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Secara terminology, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental di sini menurut Sudarwan Danim (2002:21) adalah: “adanya persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrument untuk melakukan perbuatan praktis.” Merujuk pada definisi ini, pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan manual atau fisikal, meskipun levelnya tinggi, tidak digolongkan dalam profesi. Secara sosiologi dikemukakan Carr-Saunders dalam Peter Jarvis (1992:21)

31

bahwa: “profession may perhaps be defined as an accupation bessed upon specialized intellectual study and training. The purpose of wich is to supply skilled service or advice to other for definite fee or salary.” Sedangkan Cogan (1953) dalam Peter Jarvis (1992:21) memberikan batasan “… that a profession is vacation of some practice is founded upon an understanding of teoritical structure of some depertemen of learning or science.” Menurut Makmun (1996:47) “profesi menunjukkan suatu kepercayaan (to profess mean to trust), bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang, dan menunjukkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu (a particular business).” 2) Profesional Profesional adalah tindakan melakukan pekerjaan yang sudah dikuasai atau telah dibandingkan baik secara konsepsional secara teknik atau latihan. Menurut S. Prayudi A, (1979), istilah profesional dapat diartikan pula sebagai: “usaha untuk menjalankan salah satu profesi berdasarkan keahlian dan keterampilan yang dimiliki seseorang dan berdasarkan profesi itulah seseorang mendapatkan suatu imbalan pembayaran berdasarkan standar profesinya.” 3) Profesionalisme Istilah profesionalisme diangkat dari bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti “sifat professional” (Sudarwan Danim, 2002:23).

32

Pandji Anoraga & Sri Suyati (1995:85) menyatakan “profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau rangkaian kualitas yang menandai atau melukiskan coraknya suatu profesi.” Profesinalisme mengandung pula pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber kehidupan. Menurut Arifin (2002:78), professionalisme mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Profesionalisme berarti suatu pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan. Sedangkan Ahmad Tafsir (2004:16) mengatakan profesionalisme ialah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi, sedangkan profesi itu harus mengandung keahlian artinya suatu program itu mesti dilandasi oleh suatu keahlian khusus untuk profesi. Profesionalisme berasal dari istilah professional yang dasar katanya adalah profesi (profession). Makmun (1996:48) mengemukakan bahwa profesional berarti persyaratan yang memadai sebagai suatu profesi. Selain itu menurut Tilaar (1999) istilah profesional mengandung makna: (1) sesuatu yang bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melaku-kannya (lawan amatir). Menurut Dedi Supriyadi (1998:95) dan Sudarwan Danim (2002:22), kata professional

33

merujuk pada dua hal: Pertama, adalah orang yang menyandang sutau profesi, orang yang biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan dia mengabdi diri pada pada pengguna jasa disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya, atau penampilan seseorang yang sesuai dengan ketentuan profesi. Kedua, adalah kierja atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Pada tingkat tinggi, kinerja itu dimuati unsurunsur kiat atau seni (art) yang menjadi ciri tampilan professional seorang penyandang profesi. Profesionalisme dalam pendidikan tidak lain ialah seperangkat fungsi dan tugas dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu menekuni bidang profesinya selama hidupnya. Mereka itu adalah para guru yang profesional yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan atau latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa profesionalisme merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut didalam pengetahuan dan teknologi dasar untuk diimplementasikan dalam berbagai kegiatan yang bermanfaat. Mengingat pentingnya profesionalisme, dalam Hadits Shahih Al-Jamius Shahih Bukhari Muslim dikemukakan bahwa: Artinya “Sesungguhnya Allah tidaklah menahan ilmu dari manusia, tetapi dia akan menahan ilmu dengan ditahannya (diambilnya) para ulama, sehingga jika sudah tidak ada lagi seorang alim ahli maka manusia selalu mengangkat orang-orang yang bodoh sebagai pemimpin mereka. 34

Maka bertanyalah orang-orang, lalu dijawablah dengan tanpa ilmu, maka sesatlah mereka dan menyesatkan”. (HR. Bukhari, Muslim). Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwasanya seorang pemimpin haruslah orang yang mempunyai keahlian oleh karena itu dianjurkan untuk menguasai ilmu pengetahuan agar rakyatnya atau umatnya tidak tertindas dan mampu membawa mereka ke jalan yang lebih baik demikan juga dengan umatnya untuk menuntut ilmu sebagai bekal ilmu pengetahuan dan penerus sebagai pemimpin yang profesional. Guru adalah seorang pemimpin. Bahkan, lebih dari itu, guru memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk pribadi-pribadi pemimpin. Akhirnya penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian profesionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dilakukannya berbagai kegiatan kerja tertentu dalam kehidupan masyarakat dengan berbekal keahlian yang tinggi dan berdasarkan pada rasa keterpanggilan jiwa dengan semangat untuk melakukan pengabdian memberikan bantuan layanan pada sesama manusia b. Karakteristik Profesi Uraian tentang profesi, professional, profesionalisme, dan profesionalisasi yang dikemukakan di atas sebenarnya sudah memberikan gambaran dan penjelasan secara nyata tentang sifat-sifat khas atau karakteristik dari sebuah profesi. Telaahan tentang karakteristik profesi telah banyak dilakukan para pakar yang meminatinya, namun menurut Makmun (1996:48) “tidak ada kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut mengenai perangkat karakteristik keprofesian.”

35

Ornstein & Levine dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi (1999:15) menyatakan bahwa profesi itu adalah jabatan yang memiliki beberapa karakteristik. Ornstein & Levine mengemukakan paling sedikit ada 14 karakteristik sebuah profesi seperti yang diuraikannya di bawah ini a) Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan). b) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya). c) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik (teori baru dikembangkan dari hasil penelitian). d) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang. e) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mem-punyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau ada persya-ratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendu-dukinya). f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur oleh orang luar). g) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang ber-hubungan dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku. h) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan. i) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relative bebas dari supervisi dalam jaba-tan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendapat klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter itu sendiri). j) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri. k) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elite’ untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggo-tanya (keberhasilan tugas dokter dievaluasi dan dihargai oleh organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan oleh Departemen Kesehatan). l) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.

36

m) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu menyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayaninya). n) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lainnya). Tidak berbeda jauh dengan ciri-ciri tersebut di atas, Sanusi et.al (1991) mengemukakan ciri-ciri utama suatu profesi itu sebagai berikut: 1. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan (crusial). 2. Jabatan yang menentukan keterampilan/keahlian tertentu. 3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah. 4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas, sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum. 5. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang cukup lama. 6. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai professional itu sendiri. 7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi. 8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya. 9. Dalam praktiknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas dari campur tangan orang luar. 10. Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula. Oteng Sutisna (1993:303) yang mengutif pendapat More (1970) menyebutkan ciri-ciri profesi adalah sebagai berikut: 1. Seorang professional menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaannya. 2. Terikat oleh suatu panggilan hidup dan dalam hal ini memperlakukan pekerjaannya sebagai perangkat norma kepatuhan dan perilaku. 3. Anggota organisasi professional yang formal.

37

4. Menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi atau pendidikan yang sangat khusus. 5. Terikat oleh pengabdian.

syarat-syarat

kompetensi,

kesadaran

prestasi,

dan

6. Memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali. Sementara Volmer & Mills dalam Abin Syamsuddin (1996:47) mengajukan unsur-unsur essensial profesi adalah ”Suatu dasar teori sistematis, adanya kewenangan yang diakui oleh klien; sanksi dan pengakuan masyarakat atas kewenangan ini, adanya kode etik yang mengatur hubungan-hubungan dari orangorang professional dengan klien dan teman sejawat, dan adanya kebudayaan profesi atau nilai-nilai, norma, dan lambang-lambang”. c. Profesionalisme Guru Dalam pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Kondisi seperti itu tentunya memerlukan keterampilan dari seorang guru, dan tidak semua mampu melakukannya. Menyadari hal itu, maka penulis menganggap bahwa keberadaan guru profesional sangat diperlukan. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak

38

buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara (Asrorun Ni’am Sholeh, 2006:. 9). Mengomentari mengenai adanya keterpurukan dalam pendidikan saat ini, penulis sangat menganggap penting akan perlunya keberadaan guru profesioanal. Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki keterpanggilan untuk melaksanakan tugasnya dengan melakukan perbaikan kualitas pelayanan terhadap anak didik baik dari segi intelektual maupun kompetensi lainnya yang akan menunjang perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar serta mampu mendatangkan prestasi belajar yang baik. Menyadari akan peran guru dalam pendidikan, Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru mengemukakan bahwa guru dalam pendidikan modern seperti sekarang bukan hanya sekedar pengajar melainkan harus menjadi direktur belajar. Artinya, setiap guru diharapkan untuk pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar (kinerja akademik) sebagaimana telah ditetapkan dalam sasaran kegiatan pelaksanaan belajar mengajar. Sebagai konsekuensinya tugas dan tanggung jawabnya menjadi lebih kompleks. Perluasan tugas dan tanggung jawab tersebut membawa konsekuensi timbulnya fungsi-fungsi khusus yang menjdi bagian integral dalam kompetensi profesionalisme keguruan yang disandang para guru. Menanggapi kondisi tersebut, Muhibbin Syah (2007: 250) mengutip pendapat Gagne bahwa setiap guru berfungsi sebagai: a) Designer of intruction (perancang pengajaran)

39

b) Manager of intruction (pengelola pengajaran). c) Evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa). Dalam sebuah situs yang membahas mengenai profesionalisme dunia pendidikan, Suciptoardi memaparkan bahwa guru diharapkan melaksanakan tugas kependidikan yang tidak semua orang dapat melakukannya, artinya hanya mereka yang memang khusus telah bersekolah untuk menjadi guru, yang dapat menjadi guru profesional. Tidak dapat dinaifkan bahwa memang tidak mudah merumuskan dan menggambarkan profil seorang guru profesional. Suciptoardi menegaskan bahwa guru itu adalah sebuah profesi. Sebagai profesi, memang diperlukan berbagai syarat, dan syarat itu tidak sebegitu sukar dipahami, dan dipenuhi, kalau saja setiap orang guru memahami dengan benar apa yang harus dilakukan, mengapa ia harus melakukannya dan menyadari bagaimama ia dapat melakukannya dengan sebaik-baiknya, kemudian ia melakukannya sesuai dengan pertimbangan yang terbaik. Dengan berbuat demikian, ia telah berada di dalam arus proses untuk menjadi seorang profesional, yang menjadi semakin profesional.14 Menanggapi kembali mengenai perlunya seorang guru yang profesional, penulis berpendapat bahwa guru profesional dalam suatu lembaga pendidikan diharapkan akan memberikan perbaikan kualitas pendidikan yang akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dengan perbaikan kualitas pendidikan dan peningkatan prestasi belajar, maka diharapkan tujuan pendidikan nasional akan terwujud dengan baik.

40

Dengan

demikian,

keberadaan

guru

profesional

selain

untuk

mempengaruhi proses belajar mengajar, guru profesional juga diharapkan mampu memberikan mutu pendidikan yang baik sehingga mampu menghasilkan siswa yang berprestasi. Untuk mewujudkan itu, perlu dipersiapkan sedini mungkin melalui lembaga atau sistem pendidikan guru yang memang juga bersifat profesional dan memeliki kualitas pendidikan dan cara pandang yang maju. d. Aspek-aspek Profesionalisme Guru Dalam pembahasan profesionalisme guru ini, selain membahas mengenai pengertian profesionalisme guru, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Karena seorang guru yang profesional tentunya harus memiliki kompetensi profesional. Dalam buku yang ditulis oleh E. Mulyasa (2008), kompetensi yang harus dimiliki seorang guru itu mencakup empat aspek sebagai berikut. a) Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemapuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (E. Mulyasa, 2008: 75). b) Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah

41

kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (E. Mulyasa, 2008: 117). c) Kompetensi Profesioanal Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing pesrta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (E. Mulyasa, 2008: 135). d) Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserte didik, dan masyarakat sekitar (E. Mulyasa, 2008: 173). Alisuf Sabri dalam jurnal Mimbar Agama dan Budaya mengutip pernyataan Mitzel yang mengemukakan bahwa seorang guru dikatakan efektif dalam mengajar apabila ia memiliki potensi atau kemampuan untuk mendatangkan hasil belajar pada murid-muridnya. Untuk mengatur efektif tidaknya seorang guru, Mitzel menganjurkan cara penilaian dengan 3 kriteria, yaitu: presage, process dan product. Dengan demikian seorang guru dapat dikatakan sebagai guru

42

yang efektif apabila ia dari segi: presage, ia memiliki personality attributes dan teacher knowledge yang diperlukan bagi pelaksanaan kegiatan mengajar yang mampu mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi process, ia mampu menjalankan (mengelola dan melaksanakan) kegiatan belajar-mengajar yang dapat mendatangkan hasil belajar kepada murid. Dari segi product ia dapat mendatangkan hasil belajar yang dikehendaki oleh masing-masing muridnya. Dengan penjelasan di atas berarti latar belakang pendidikan atau ijazah sekolah guru yang dijadikan standar unsur presage, sedangkan ijazah selain pendidikan guru berarti nilainya di bawah standar. Berdasarkan pemahaman dari uraian-uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mutu guru dapat diramalkan dengan tiga kriteria yaitu: presage, process dan product yang unsur-unsurnya sebagai berikut. (1) Kriteria presage (tanda-tanda kemampuan profesi keguruan) yang terdiri dari unsur-unsur (a) latar belakang pre-service dan in-service guru, (b) pengalaman mengajar guru, (c) penguasaan pengetahuan keguruan, dan (d) pengabdian guru dalam mengajar. (2) Kriteria process (kemampuan guru dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar mengajar) terdiri atas (a) kemampuan guru dalam merumuskan Rancangan Proses Pembelajaran (RPP); (b) kemampuan guru dalam melaksanakan (praktik) mengajar di dalam kelas; serta (c) kemampuan guru dalam mengelola kelas.

43

(3) Kriteria product (hasil belajar yang dicapai murid-murid) yang terdiri dari hasil-hasil belajar murid dari bidang studi yang diajarkan oleh guru tersebut. Dalam prakteknya meramalkan mutu seorang guru di sekolah atau di madrasah tentunya harus didasarkan kepada effektifitas mengajar guru tersebut sesuai dengan tuntutan kurikulum sekarang yang berlaku, dimana guru dituntut kemampuannya untuk merumuskan dan mengintegrasikan tujuan, bahan, metode, media dan evaluasi pengajaran secara tepat dalam mendisain dan mengelola proses belajar mengajar, di samping itu guru juga harus mampu melaksanakan atau membimbing terjadinya kualitas proses belajar yang akan dialami oleh murid-muridnya (Alisuf Sabri, 1992: 16-18). B. Kajian Kepustakaan Sebagai perbandingan penelitian ini, penulis menyajikan beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai berikut. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Desak Nyoman Puspayani (2009) berjudul ”Kontribusi Sarana Prasarana, Layanan Administratif, Kompetensi Profesional Guru terhadap Kepuasan Belajar (Studi Tentang Persepsi Siswa SMA Negeri 1 Sukawati)” mengungkap: (1) besaran kontribusi sarana prasarana terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati, (2) besaran kontribusi layanan administratif terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati, (3) besaran kontribusi kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati, dan (4) besaran kontribusi antara sarana

44

prasarana, layanan administratif, kompetensi profesional guru secara bersamasama terhadap kepuasan belajar siswa di SMA N 1 Sukawati. Penelitian ini menggunakan rancangan ex-post facto dengan teknik korelasional. Populasi penelitian ini berjumlah 837 siswa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik stratified random sampling dengan ukuran sampel sebanyak 250 siswa. Hasil analisis data menunjukkan bahwa: (1) terdapat kontribusi sarana prasarana terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi sebesar 32,0%, (2) terdapat kontribusi layanan administratif terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi sebesar 29,6%, (3) terdapat kontribusi kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi sebesar 39,4%, dan (4) terdapat kontribusi sarana prasarana, layanan administratif, dan kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati dengan kontribusi sebesar 50,2%. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi sarana prasarana, layanan administratif, dan kompetensi profesional guru terhadap kepuasan belajar siswa pada SMA N 1 Sukawati. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Eka Yuni Setyowati (2010) berjudul ”Pengaruh Kompensasi dan Sarana Prasarana Terhadap Profesionalitas Guru SMA se-Kota Pati” bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh kompensasi dan sarana prasarana terhadap profesionalitas guru SMA se-Kota Pati secara simultan, mengetahui pengaruh kompensasi terhadap profesionalitas guru

45

secara parsial dan mengetahui pengaruh sarana prasarana terhadap profesionalitas guru secara parsial. Hasil analisis regresi dengan SPSS 16. 0 menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh secara simultan antara kompensasi dan sarana prasarana terhadap profesionalitas guru dengan koefisien determinasi sebesar 47,2%, terdapat pengaruh secara parsial antara kompensasi terhadap profesionalitas guru sebesar 29,26% dan terdapat pengaruh secara parsial antara sarana prasarana terhadap profesionalitas guru sebesar 20,79%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kompensasi dan sarana prasarana secara signifikan mempengaruhi profesionalitas guru SMA se-Kota Pati, baik secara simultan maupun parsial. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini yaitu, guru hendaknya terus meningkatkan profesionalitasnya. C. Posisi Teoretik Pada dasarnya penelitian tentang profesionalisme guru sangatlah banyak telah dilakukan oleh yang lain dengan berbagai cara dan metode. Akan tetapi, pada penelitian ini akan dibahas bagaimana posisi profesionalisme guru dikaitkan dengan keberadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah secara umum, terutama pengaruh keberadaan sarana dan prasarana yang ada di SMA AlMuawanah Cianjur. Pada penelitian-penelitian terdahulu, pengkajian atas sarana dan prasarana pendidikan diteliti secara parsial, khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran saja. Demikian pula halnya permasalahan profesionalisme guru

46

yang hanya difokuskan terhadap profesionalisme akademik saja. Pada penelitian ini, variabel sarana dan prasarana diteliti dalam berbagai aspek, yakni manajemen sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah. Demikian pula halnya dengan profesionalisme guru yang mencakup empat kompetensi guru secara terpadu, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi pribadi, kompetensi profesi, dan kompetensi sosial. Atas dasar pemikiran tersebut, kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Sarana dan Prasarana Pendidikan (X)

1. Prinsip pencapaian tujuan. 2. Prinsip efisiensi. 3. Prinsip administratif. 4. Prinsip kejelasan tanggung jawab. 5. Prinsip kekohesifan

Profesionalisme Guru (Y)

1. 2. 3. 4.

Kompetensi pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi profesi, Kompetensi soisal

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian

47

BAB III METODE PENELITIAN

A.

Definisi Operasional Penelitian Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap

Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” terdiri atas dua variabel, yakni variabel sarana dan prasarana pendidikan sebagai variabel independen (X), dan variabel profesionalisme guru sebagai variabel dependen (Y). Agar penggunaan peristilahan pada kedua variabel tersebut tidak rancu, maka diperlukan definisi operasional atas keduanya disertai dengan pengembangan masing-masing variabel secara operasional. 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini ada-lah pengelolaan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dengan me-ngacu kepada teori yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1 poin 8: ”Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.”

48

Di samping itu, operasionalisasi variabel ini juga didasarkan kepada pendapat Bafadal (2003) tentang prinsip-prinsip manajemen sarana dan prasarana, yang kemudian dijadikan indikator penelitian ini, yakni: a. Prinsip Pencapaian Tujuan b. Prinsip Efisiensi c. Prinsip Administratif d. Prinsip Kejelasan Tanggungjawab e. Prinsip Kekohesifan. 2. Profesionalisme Guru Profesionalisme guru sebagai variabel dependent mengacu kepada pasal 28 ayat (3) butir (a), (b), (c), dan (d) tentang kompetensi guru. Keempat kompetensi tersebut adalah (a) kompetensi pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesi, dan (d) kompetensi sosial.

Berdasarkan kedua teori yang dijadikan landasan di atas, dapat disusun operasionalisasi variabel penelitian sebagai berikut. Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (Bafadal, Ibrahim, 2003:45-48)

Dimensi

Skala

Prinsip Pencapaian Tujuan

Ordinal

Prinsip Efisiensi

Ordinal

Prinsip Administratif Prinsip Kejelasan

Ordinal

49

Variabel

Dimensi

Skala

Tanggungjawab

Profesionalisme Guru (Pasal 28 ayat (2), PP 19 tahun 2005)

Prinsip Kekohesifan

Ordinal

Kompetensi pedagogik

Ordinal

Kompetensi kepribadian

Ordinal

Kompetensi profesi

Ordinal

Kompetensi sosial

Ordinal

B.

Pendekatan dan Metode Penelitian

1.

Pendekatan Penelitian Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap

Profesionalisme

Guru

SMA

Al-Muawanah

Cianjur”

ini

menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan salah satu pendekatan yang ada dalam penelitian. Pendekatan ini menekankan pada prosedur yang ketat dalam menentukan variabel-variabel penelitiannya. Keketatan pendekatan ini sudah terlihat dari asumsi dasar penelitian kuantitatif. Pembahasan asumsi dasar yang dipakai dalam penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan

50

model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujiannya yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya. 2. Metode Penelitian Metode penelitian memandu peneliti tentang urut-urutan bagaimana penelitian akan dilakukan, dengan alat apa dan prosedur yang bagaimana. Dalam penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” ini digunakan metode

deskriptif

verifikasi

dengan

menggunakan

teknik

survei.

Singarimbun (2003:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Sementara itu, Sugiyono (2004:11) mengemukakan bahwa menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah (1) sarana dan prasarana pendidikan dan (2) profesionalisme guru SMA AlMuawanah Cianjur. C.

Sumber Data Penelitian

51

Sumber data mengacu kepada populasi penelitian serta penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian. Populasi menurut Husaeni adalah semua nilai baik melalui perhitungan kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu mengenai objek yang lengkap dan jelas. Ditinjau dari banyaknya anggota populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas (terhingga) dan populasi tak terbatas (tak terhingga), dan dilihat dari sifatnya populasi dapat bersifat homogen dan heterogen. Menurut Sugiyono (2004:4) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi yang menggunakan seluruh populasi disebut sampel total atau sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil, untuk anggota populasi yang relatif besar bisa mengambil sampel sebagian dari anggota populasi sesuai dengan kebutuhan penelitian. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah staf pendidik di SMA Al-Muawanah Cianjur yang seluruhnya berjumlah 18 orang, terdiri atas 4 orang guru PNS yang dipekerjakan dan telah tersertifikasi, 2 orang guru honorer yang telah tersetifikasi, 7 orang guru honorer yang belum tersertifikasi, serta 5 orang guru yang berasal dari SMA lain dengan status menambah jam pelajaran di SMA Al-Muawanah Cianjur. Mengingat jumlah populasi di atas sedikit (18 orang), maka seluruh populasi dijadikan sebagai sampel atau sensus penelitian. Seluruh responden akan menjawab seluruh item yang terdapat pada angket yang diajukan tanpa pemilahan dan pengklasifikasian.

52

D. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini data yang akan diungkap adalah ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur”. Untuk mengungkap data ini digunakan angket yang berbentuk skala Likert. Adapun alasan meng-gunakan skala Likert ini untuk mengukur sikap, pendapat dan profesi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu fenomena sosial. Permasalahan strategi pemasaran dan keputusan pembelian produk dapat dikategorikan sebagai fenomena sosial. Oleh karena itu, penggunaan skala Likert pada penelitian ini dapat diterima. Skala Likert yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Penskoran pada Skala Likert Pernyataan

Bobot Penilaian

Pernyataan

Bobot Penilaian

Sangat setuju

Skor : 5

Sangat baik

Skor : 5

Setuju

Skor : 4

Baik

Skor : 4

Netral

Skor : 3

Netral

Skor : 3

Tidak setuju

Skor : 2

Tidak baik

Skor : 2

Sangat tidak setuju

Skor : 1

Sangat tidak baik

Skor : 1

Selain penggunaan angket, pada penelitian ini juga digunakan studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara pengumpulkan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting dari berbagai risalah resmi yang terdapat baik di lokasi

53

penelitian maupun di instansi lain yang ada pengaruhnya dengan lokasi penelitian. Studi dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari lembaga perbankan meliputi buku-buku, laporan kegiatan dan keuangan, serta dokumen lain yang relevan dengan fokus penelitian. Studi kepustakaan digunakan sebagai acuan teoretis atas temuan-temuan yang diperoleh dalam penelitian. E.

Tahap-tahap Penelitian Pada dasarnya sebagian besar para ahli mengemukakan langkah-langkah

penelitian dalam penelitian relatif hampir sama, yaitu prapenelitian, pelaksanaan, dan pengolahan data serta menyusun laporan hasil penelitian. Oleh karena itu, langkah-langkah penelitian merupakan bagian yang harus dipahami dan dijalankan oleh peneliti. Untuk keperluan penelitian ini, langkah-langkah penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut 1) Prasurvei. Tahap ini merupakan langkah awal dalam upaya penjajagan dengan melakukan dialog-dialog bersama Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum di SMA Al-Muawanah Cianjur. Gambaran yang diperoleh dari hasil wawancara sederhana tersebut kemudian dikonsultasikan dalam bentuk proposal penelitian kepada pembimbing. 2) Mengajukan permohonan izin pengajuan penelitian kepada Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, FAI, Universitas Suryakancana

54

Cianjur, serta pengajuan permohonan izin penelitian kepada Kepala SMA Al-Muawanah Cianjur. 3) Melaksanakan penelitian sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, serta rambu-rambu yang harus dilakukan. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan angket kepada seluruh guru SMA Al-Muawanah Cianjur sesuai dengan sampel yang telah ditetapkan. 4) Melakukan analisis data hasil penelitian. 5) Menyusun laporan hasil penelitian dalam bentuk skripsi. F.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dalam kerangka

pengembangan instrumen penelitian. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam pengembangan instrumen penelitian secara garis besarnya adalah sebagai berikut. 1) Merumuskan definisi operasional setiap variabel penelitian hingga masingmasing variabel memiliki batasan yang jelas mengenai aspek dan subaspek yang akan diukur serta indikatornya masing-masing. 2) Menyusun penjabaran konsep yang akan dijadikan panduan dalam penulisan butir-butir pertanyaan. 3) Merumuskan butir-butir pertanyaan sesuai dengan penjabaran konsep instrumen penelitian yang telah ditetapkan. 4) Mendiskusikan perangkat instrumen dengan pembimbing untuk mendapatkan masukan dan pertimbangan mengenai kelayakan konstruksi, lingkup dan redaksi dari setiap pernyataan.

55

5) Menguji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian dengan tujuan untuk mengukur valid tidaknya instrumen itu. a) Teknik yang dipergunakan adalah teknik r Product Moment, yaitu hasil perhitungan dibandingkan dengan kriteria validitas yaitu suatu butir pernyataan dinyatakan valid jika koefesien rhitung lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi α = 0,05. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

rxy =

n ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )

[n(∑ X ) − (∑ X) ] [n(∑ Y ) − (∑ Y) ] 2

2

2

2

Keterangan: rxy

: Koefisien korelasi

n

: jumlah responden

X

: Jumlah skor setiap item

Y

: Jumlah skor total seluruh item

(∑X)2

: Kuadrat jumlah skor item X

∑X2

: Jumlah kuadrat skor item X

(∑Y)2

: Kuadrat jumlah skor item Y

(∑Y)2

: Jumlah kuadrat skor item Y

b) Menata ulang instrumen pernyataan sesuai dengan butir-butir pernyataan yang valid (sahih). c) Uji reliabilitas instrumen digunakan dengan menggunakan koefesien reliabilitas dari Alpha Cornbach.

56

 2  k  ∑ Si  α =  k − 1 1 − S 2  i   Keterangan :

α

= nilai koefisien reliabilitas instrumen

k

=

banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ Si2

=

mean kuadrat kesalahan

Si2

= varians total Hasil yang diperoleh dari ini selanjutnya dikonsultasikan dengan

tabel interpretasi nilai, seperti pada tabel berikut ini. Tabel 3.5 Pedoman untuk memberikan interpretasi nilai r Interval Koefesien

Interpretasi

0.000 - 0,199

Sangat rendah

0.200 - 0.399

Rendah

0.400 - 0.599

Sedang

0.600 - 0.799

Kuat

0.800 - 1.000

Sangat Kuat

Instrumen sebagai alat pengumpul data dalam penelitian harus memenuhi persyaratan kesahihan (validity) dan keterandalan (realiability). Oleh karena itu, dalam penelitian instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dari penelitian terlebih dahulu diujicobakan guna mengetahui kesahihan dan keterandalan instrumen tersebut. Suatu instrumen dikata-

57

kan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Reliabilitas adalah indeks yang mampu menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Sugiyono, yang mengatakan bahwa hasil penelitian itu valid jika terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. G. Analisis Data Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengolahan data secara deskriptif adalah dengan cara memperoleh hasil perkalian dari jumlah responden dengan skor pilihan jawaban yang diberikan. Seluruh hasil perkalian dari jumlah responden pada masing-masing pilihan jawaban ini (pada masing-masing item) dijadikan dasar penafsiran data hasil penelitian secara deskriptif. Untuk mencari skor total vaiabel dalam batas-batas nilai minimum, kuartil I, median, kuartil III, dan nilai maksimal yang dapat dicapai, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. a) Menentukan skor maksimum, yaitu skor jawaban terbesar dikalikan banyak item.

58

b) Menentukan skor minimum, yaitu skor jawaban terkecil dikalikan banyak item. c) Menentukan nilai median, yakni hasil penjumlahan skor maksimum dengan skor minimum dibagi dua. d) Menentukan nilai kuartil I, yaitu hasil penjumlahan skor minimum dengan median dibagi dua. e) Menentukan nilai kuartik III berupa hasil penjumlahan skor maksimum dengan median dibagi dua. f) Membuat skala yang menggambarkan skor minimum, nilai kuartil pertama, nilai median, nilai kuartil ketiga, dan skor maksimum. Skala interpretasi yang digunakan adalah sebagai berikut.

2.

ƒ

Angka 0% – 20% = Sangat lemah

ƒ

Angka 21% – 40% = Lemah

ƒ

Angka 41% – 60% = Cukup

ƒ

Angka 61% – 80% = Kuat

ƒ

Angka 81% – 100% = Sangat kuat

Analisis Regresi Sederhana Analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diawali dengan deskripsi data penelitian dari ketiga variabel dalam bentuk distribusi frekuensi dan histogramnya serta menentukan persamaan regresinya.

59

Analisis regresei linier sederhana diawali dengan pengujian asumsi klasik dengan persamaan regresi sebagai berikut. Ŷ = a + bX + e Keterangan: Y : tingkat keberhasilan usaha nasabah X : pembiayaan musyarakah a : konstanta b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak. 3.

Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Distribusi Data Karena statistik parametrik berlandaskan pada asumsi bahwa data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian normalitas untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan syarat penting pada pengujian kebermaknaan koefisien regresi. Apabila data residual dari mode regresi tidak mengikuti distribusi normal, maka kesimpulan dari uji F dan uji t perlu dipertanyakan karena statistik uji dalam analisis regresi diturunkan dari data yang berdistribusi normal. Uji normalitas distribusi data yang digunakan pada penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov Test. Dasar pengambilan keputusannya jika thitung < ttabel maka data telah berasal dari data yang berdistribusi normal.

60

Untuk data yang banyak, data diasumsikan mendekati distribusi normal dengan syarat data > 100. b. Uji Asumsi Heteroskedastisitas Persyaratan kedua dalam analisis regresi linier klasik adalah harus tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Artinya, varian residu pada data harus bersifat homogen atau sama. Uji heteroskedastitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman antara variabel bebas dengan nilai residu regresi parsialnya. Jika probabiltias kesalahan statistik atau pvalue > (α = 0,05) atau nonsignifikan, maka diputuskan tidak terjadi situasi heteroskedastitas. c. Uji Autokorelasi Menurut Maurice G. Kendall (1971:8), autokorelasi akan menjelaskan bahwa varian residual (e) tidak saling berpengaruh. Hal ini dapat dilihat dengan menggunakan tes dari Durbin-Watson. Mekanisme tes Durbin-Watson (dalam Gujarati, 1993:217) ini adalah sebagai berikut. (1)

Menentukan regresi OLS dan menentukan residual ei.

(2)

Menghitung nilai d (dengan menggunakan aplikasi komputer).

(3)

Untuk ukuran sampel tertentu, menghitung nilai kritis dL dan dU.

(4)

Menghitung nilai d-dL dan 4-dU dan kemudian membandingkan-nya dengan nilai d pada daerah berikut. 1

dL

dU

4-dL

4-dU

4

61

4

1,660

Autokorelasi (+)

Tidak meyakinkan

1,660

2,340

Tidak ada Autokorelasi

2,340

4

Tidak meyakinkan

Autokorelasi (-)

Jika nilai d terletak di antara dU dan 4-dU, maka dapat disimpulkan tidak ada autokofrelasi dalam data. Sedangkan jika nilai d berada pada daerah lainnya maka kesimpulan diberikan oleh gambar di atas. Untuk mengatasi masalah autokorelasi dilakukan transformasi melalui transformasi p = 1 – d/2 (d= nilai Durbin-Watson). Untuk menghindari data pertama yang hilang, maka data pertama ditransformasi-kan melalui perkalian dengan √(1p2). 4.

Pengujian Hipotesis Sebelum digunakan sebagai dasar kesimpulan, persamaan regresi yang diperoleh dan telah memenuhi asumsi regresi melalui pengujian di atas, perlu diuji koefisien regresinya. Pengujian regresi ini dilakukan untuk melihat apakah model yang diperoleh dan koefisien regresinya dapat dikatakan bermakna secara statistik sehingga dapat diambil kesimpulan secara umum untuk populasi penelitian. Untuk mengetahui apakah variabel independen (X) memiliki pengaruh terhadap variabel Y dengan tingkat keyakinan 1 – α, maka digunakan uji t. Bentuk hipotesis statistik yang diuji adalah sebagai berikut. Hipotesis untuk X adalah sebagai berikut.

62

HO : βi = 0 Tidak terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. HA : βi ≠ 0 Terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. Statistik Uji-t yang digunakan menggunakan rumus sebagai berikut.

thitung =

β n-2 atau thitung = r SE β 1- r2

Keterangan: β

= koefisien regresi

SEβ

= standard error dari koefisien regresi

r

= koefisien korelasi

n

= ukuran sampel Terdapat 2 (dua) cara pengambilan keputusan atas hasil pengujian

di atas, yakni dengan cara sebagai berikut. 1) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel. a) Jika thitung > ttabel, maka HO ditolak dan HA diterima. b) Jika thitung ≤ ttabel, maka HA ditolak dan HO diterima. 2) Membandingkan nilai signifikansi dengan nilai alpha. a) Jika nilai signifikansi (p-value) < ά, maka HO ditolak dan HA diterima.

63

b) Jika nilai signifikansi (p-value) ≥ ά, maka HA ditolak dan HO diterima. Jika HO ditolak, berarti variabel independen berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika HO ditolak, maka variabel independen tidak bepengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. 5.

Menentukan Koefisien Determinasi Koefisien determinasi dihitung untuk menentukan variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Koefisien determinasi multiple diperoleh dari jumlah kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total dengan mengguna-kan rumus sebagai berikut. KD = r2 x 100% atau dengan rumus:

2

R =

∑Y - Y ∑Y - Y i

2

i

2 K n - k -1

=

RJK regresi RJK sisa

Untuk mempermudah pengolahan dan analisis, maka dalam penelitian ini digunakan aplikasi SPSS (Statistical Product and Service Solutions) for

Windows Release 18. Langkah ini ditempuh mengingat pengolahan data pada paket program tersebut lebih cepat dan mempunyai tingkat ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan dengan perhitungan secara manual.

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Latar Penelitian 1. Letak/Riwayat Bangunan Secara geografis sesungguhnya SMA Al-Muawanah terletak didaerah strategis yang dapat terjangkau dari berbagai arah di kota kecamatan Cianjur. Kondisi ini seharusnya mampu menjadi pendukung utama dalam meningkatkan populasi serta kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa layanan pendidikan di lingkumgan SMA Almuawanah Cianjur.

2. Kondisi Nyata SMA Al-Mu’awanah Cianjur Kondisi nyata yang saat ini berlangsung di SMA Al-Muawanah Cianjur belum mencapai tahap ideal sebagaimana dikemukakan di atas. Akan tetapi dalam beberapa aspek telah diupayakan sesuai dengan ketentuan. Kondisi nyata sekolah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Sekolah belum sepenuhnya mengembangkan manajemen berbasis sekolah karena berbagai kondisi yang melingkungi sekolah, b. Prasarana penyelengaraan pendidikan sudah terpenuhi secara minimal, tetapi belum sepenuhnya didukung oleh sarana pembelajaran yang memadai,

65

c. Seluruh guru telah memiliki kualifikasi sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing. 5 orang guru dari 15 orang guru yang ada telah tersertifikasi yaitu 3 orang guru PNS dan 2 orang guru tidak tetap (honor), d. Tenaga pendidik yang ada telah memenuhi persyaratan baik latar belakang pendidikan maupun keterampilan yang dimiliki, e. Kurikulum yang dimiliki oleh SMA Al-Muawanah adalah kurikulum mandiri yang mengacu pada standar isi yang dikembangkan sesuai dengan konteks dan kebutuhan siswa, f. Sumber-sumber pemdanaan lain selain dari orangtua siswa, masih bergantung pada proyek-proyek pembinaan yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun daerah, g. Pembelajaran yang berlangsung sudah mengacu pada kompetensi meskipun masih terdapat kekurangan pada beberapa aspek yang berkaitan dengan sarana pembelajaran siswa, h. Penilaian yang dilaksanakan telah berbasis kompetensi dan berbasis kelas, i. Setiap kegiatan belum seluruhnya dievaluasi secara menyeluruh.

3. Visi dan Misi Visi sekolah SMA Al-Mu’awanah Cianjur adalah sebagai berikut :

Terwujudnya warga sekolah yang religius, kreatif, inovatif, dan berprestasi.

66

Indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan visi di atas adalah sebagai berikut. a. Berkembangnya nilai-nilai aqidah, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada seluruh warga sekolah, b. Terwujudnya

masyarakat

belajar

(learning

community)

yang

kompetitif, kreatif, inovatif, dan kondusif pada seluruh komponen sekolah, c. Berprestasi dalam bidang akademis, d. Berprestasi dalam bidang nonakademis, e. Terwujudnya sikap profesionalisme guru serta tenaga kependidikan lainnya, f. Berkembangnya budaya mutu pada seluruh personal sekolah dengan mengacu kepada Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Untuk mencapai tahapan-tahapan pencapaian indikator visi sekolah yang telah dirumuskan, SMA Al-Mu’awanah mencanangkan misi sebagai berikut : Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai inti dan substansi pendidikan dengan berbagai upaya penciptaan lingkungan dan komunikasi yang kondusif. a. Meningkatkan kualitas pendidikan dengan mewujudkan komunitas belajar (learning community) di lingkungan siswa, guru, serta personal sekolah lainnya, 67

b. Menumbuhkan sikap kompetitif yang sehat antarsiswa dan antarguru untuk berprestasi, c. Menumbuhkan sikap rasa ingin tahu terhadap berbagai fenomena lingkungan, masyarakat, dan bangsa, terutama yang berhubungan dengan esensi dan substansi pendidikan, d. Mengembangkan lingkungan yang bersih, sehat, indah, nyaman, aman, dan berwibawa, e. Mengembangkan dan meningkatkan prestasi dalam bidang-bidang kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi kegiatan olah raga prestasi, kesenian, kepramukaan, serta kegiatan siswa lainnya, baik di tingkat kabupaten, propinsi, maupun tingkat nasional, f. Menumbuhkan,

mengembangkan,

dan

meningkatkan

sikap

profesionalisme guru dengan memadukan secara harmonis berbagai integritas pribadi, integritas akademik, integritas pengabdian, dan selalu berorientasi masa depan sebagai upaya menjawab tantangan zaman. Untuk mencapai misi tersebut, maka ada beberapa strategi yang diterapkan dalam pengembangan misi pendidikan di lingkungan SMA Al-Muawanah

cianjur

pada

dasarnya

adalah

mengambangkan

pemberdayaan kapasitas kelembagaan sekolah dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi setiap komponen sekolah. Secara operasional,

68

strategi yang dikembangkan dalam pencapaian misi dan visi sekolah adalah sebagai berikut : 1. Pemberdayaan setiap komponen sekolah secara proporsional yang terdiri atas sumber daya manusia (SDM) serta kapasitas kelembagaannya, 2. Pembenahan dan pengembangan infrastruktur pendidikan secara bertahap dan berkesinambungan, 3. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan mengembangkan aneka sumber belajar dan aneka strategi pembelajaran, 4. Pengembangan pendekatan sosial terhadap pengembangan kelembagaan sekolah.

B. Hasil Penelitian 1.

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a.

Uji Validitas Instrumen Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah validitas internal,

yaitu validitas yang dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan (Arikunto, 2002:147). Dengan kata lain sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas internal apabila setiap instrumen mendukung misi instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi item total melalui koefisien korelasi r Product Moment dari Pearson. Data yang digunakan adalah data yang telah dinaikkan skalanya menjadi skala

69

interval. Hasil uji validitas setiap item untuk masing-masing variabel dengan menggunakan SPSS for Windows Release 18 disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Sarana dan Prasarana Pendidikan (X)

Scale Mean if Item Deleted

Item-Total Statistics Corrected ItemScale Variance Total if Item Deleted Correlation

Squared Multiple Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

Item 1

33,7778

27,359

,524

,525

,771

Item 2

33,5000

29,206

,606

,652

,783

Item 3

33,7222

24,095

,727

,758

,732

Item 4

34,3889

25,546

,554

,713

,768

Item 5

33,9444

25,703

,644

,609

,747

Item 6

33,7778

27,124

,571

,577

,778

Item 7

33,9444

27,232

,562

,526

,797

Item 8

34,0556

24,879

,732

,739

,757

Item 9

33,6667

25,294

,717

,661

,759

Item 10

33,7222

28,095

,602

,626

,774

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r product

moment sebesar 0,468 pada taraf signifikansi 5% dan N = 18. Hasil pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut. 1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,524 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 1 dinyatakan Valid. 2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,606 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 2 dinyatakan Valid. 3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,727 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 3 dinyatakan Valid.

70

4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,554 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 4 dinyatakan Valid. 5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,644 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 5 dinyatakan Valid. 6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,571 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 6 dinyatakan Valid. 7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,562 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 7 dinyatakan Valid. 8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,732 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 8 dinyatakan Valid. 9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,717 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 9 dinyatakan Valid. 10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,602 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 10 dinyatakan Valid. Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=18, yakni sebesar 0,468. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono, 2001:149).

71

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Profesionalisme (Y) Item-Total Statistics Corrected Item-

Squared

Cronbach's

Scale Mean if

Scale Variance

Total

Multiple

Alpha if Item

Item Deleted

if Item Deleted

Correlation

Correlation

Deleted

Item 1

31,5556

31,320

,667

,569

,711

Item 2

31,7778

36,301

,557

,582

,755

Item 3

32,0556

32,056

,579

,747

,723

Item 4

31,3333

38,000

,484

,575

,776

Item 5

31,6111

35,546

,521

,664

,761

Item 6

31,5000

34,500

,609

,675

,737

Item 7

31,7222

35,507

,519

,595

,761

Item 8

32,0000

33,529

,514

,504

,734

Item 9

32,2778

33,389

,519

,610

,733

Item 10

31,6667

34,824

,550

,653

,758

Validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai pada table r product

moment sebesar 0,468 pada taraf signifikansi 5% dan N = 18. Hasil pada tabel di atas dapat ditafsirkan sebagai berikut. 1) Skor Item 1. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,667 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 1 dinyatakan Valid. 2) Skor Item 2. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,557 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 2 dinyatakan Valid. 3) Skor Item 3. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,579 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 3 dinyatakan Valid. 4) Skor Item 4. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,484 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 4 dinyatakan Valid. 72

5) Skor Item 5. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,521 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 5 dinyatakan Valid. 6) Skor Item 6. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,609 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 6 dinyatakan Valid. 7) Skor Item 7. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,519 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 7 dinyatakan Valid. 8) Skor Item 8. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,514 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 8 dinyatakan Valid. 9) Skor Item 9. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,519 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 9 dinyatakan Valid. 10) Skor Item 10. Besarnya Koefisien korelasi skor item terhadap Skor Total = 0,550 > r kritis = 0,468. Dengan demikian instrumen Item 10 dinyatakan Valid. Dasar penentuan validitas item kuesioner didasarkan kepada nilai kritis pada tabel r Product Moment pada taraf signifikansi 5% dan N=18, yakni sebesar 0,468. Pada tabel di atas pun tampak pula bahwa seluruh item memiliki validitas cukup tinggi sebagaimana ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi item yang terletak antara 0,400 – 0,699 (Sugiyono, 2001:149).

b.

Uji Reliabilitas Instrumen

73

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana tingkat konsistensi atau kehandalan penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik belah dua (split-half) melalui formulasi Spearman-Brown. Hasil uji reliabilitas untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut. Tabel 4.3 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Part 1

Value N of Items

Part 2

Value N of Items

Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient

,715 5a ,754 5

b

10 ,656

Equal Length

,793

Unequal Length

,793

Guttman Split-Half Coefficient

,793

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5. b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

Koefisien Reliabilitas 10 item instrumen sarana dan prasarana pendidikan dengan metode Split-half pada tabel 4.3 di atas menunjukkan korelasi belahan I terhadap belahan II sebesar 0,698. Besarnya reliabilitas Guttman Split-half = 0,793. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,715 dan belahan ke dua terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,754. Karena Rhitung = 0,793 > Rkitis (0,700), maka kesepuluh instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel sarana dan prasarana.

74

Selanjutnya, hasil analisis reliabilitas instrumen dengan menggunakan SPSS 18 for Windows Release atas data hasil penelitian variabel Profesionalisme Guru dapat dijelaskan melalui tabel berikut. Tabel 4.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Instrumen Variabel Profesionalisme (Y) Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Part 1

Value N of Items

Part 2

Value N of Items

Total N of Items Correlation Between Forms Spearman-Brown Coefficient

,644 5a ,662 b

5

10 ,634

Equal Length

,796

Unequal Length

,796

Guttman Split-Half Coefficient

,796

a. The items are: Item 1, Item 2, Item 3, Item 4, Item 5. b. The items are: Item 6, Item 7, Item 8, Item 9, Item 10.

Koefsien Reliabilitas 10 item instrumen Profesionalisme Guru dengan metode Split-half pada tabel 4.4 di atas menunjukkan korelasi belahan I terhadap belahan II sebesar 0,634. Besarnya reliabilitas Guttman Split-half = 0,796. Belahan pertama terdiri 5 item dengan Alpha = 0,644 dan belahan ke dua terdiri 5 item dengan koefisien Alpha = 0,662. Karena Rhitung = 0,796 > Rkitis (0,700), maka kesepuluh item instrumen yang digunakan pada penelitian dinyatakan reliabel, sehingga dapat digunakan untuk mengukur variabel profesionalisme guru. Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen penelitian reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian tentang

75

”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisne Guru

SMA Al-Muawanah Cianjur”. 2.

Hasil Analisis Deskriptif Untuk memperoleh gambaran tentang keadaan sarana dan prasarana pendidikan dan profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur, pada bagian ini diuraikan hasil tanggapan responden mengenai variabel-variabel tersebut dalam bentuk analisis deskriptif untuk setiap indikator atas variabel berdasarkan frekuensi jawaban responden. Data yang digunakan pada analisis deskriptif ini adalah data primer hasil penelitian yang diolah. Hasil analisis deskriptif ini disajikan sebagai berikut.

a. Deskripsi Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMA Al-Muawanah Cianjur Pada variabel sarana dan prasarana pendidikan ini disediakan 10 item pertanyaan yang disampaikan kepada responden yang dikembangkan dari 4 indikator sebagaimana dikemukakan pada Bab II. Keempat indikator tersebut adalah (1) ruang lingkup administrasi sarana prasarana, (2) prosesproses manajemen sarana prasarana, (3) tanggung jawab kepala sekolah dan kaitannya dengan pengurusan dan prosedur sarana-prasarana, dan (4) pengadaan dan pendistribusian sarana dan prasarana sekolah. Hasil penelitian selengkapnya serta analisis yang ditafsirkan adalah sebagai berikut.

76

1) Item 1: Profesionalisme guru seringkali disorot dari ketersediaan berbagai macam sarana prasarana.

Hasil Penelitian: Tabel 4.5 Hubungan sarana dan prasarana dengan profesionalisme

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

4 8 5 1 0 18

20 32 15 2 0 69 76,67

Analisis: Pada item ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 76,67%. Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006), dalam menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk mengetahui posisi setiap responden tentang suatu item atau variabel ditentukan oleh skor maksimum dan skor minimum yang mungkin dicapai oleh setiap responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek profesionalisme sering dihubungkan dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan berada pada tingkat yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada grafik berikut. Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

z

z

z

z

z

20

40

60

80

100

76,67

77

2) Item 2: Sarana pendidikan merupakan penunjang bagi proses belajar mengajar. Hasil Penelitian: Tabel 4.6 Sarana pendidikan sebagai penunjang PBM

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

5 10 3 0 0 18

25 40 9 0 0 74 82,22

Analisis: Tanggapan responden atas item 2 ini sebesar 82,22%. Persentase tanggapan ini tergolong tinggi sehingga disimpulkan bahwa seluruh responden bergantung kepada keberadaan sarana dan prasarana pendidikan. Sangat rendah

z 20

z 40

Rendah

Sedang

z 60

Tinggi

z 80

z 100

82,22

3) Item 3: Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu pada dasarnya merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan.

78

Hasil Penelitian: Tabel 4.7 Administrasi sarana dan prasarana

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

5 8 3 2 0 18

25 32 9 4 0 70 77,78

Analisis: Persentase tanggapan responden atas item 3 terdeteksi sebesar 77,78%. Angka persentase ini menunjukkan tingkat sedang atau cukup baik. Artinya, sebagian besar responden memiliki asumsi yang sama dengan konteks yang diajukan. Sangat rendah

z

z

20

40

Rendah

Sedang

z

Tinggi

z

60

z

80

100

77,78

4) Item 4: Ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang atau tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar Hasil Penelitian: Tabel 4.8 Pengaruh ketiadaan sarana dan prasarana a. b. c. d.

Kriteria Sangat Setuju Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju

Skor 5 4 3 2

F

Nilai

2 6 5 4

10 24 15 8

79

e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

1

1 18

1 58 64,44

Analisis: Hasil analisis menunjukkan bahwa tanggapan responden atas keterhambatan proses pembelajaran akibat ketiadaan sarana dan prasarana pendidikan sebesar 64,44%. Angka persentase ini menunjukkan tingkat sedang. Sangat rendah

z 20

Rendah

z 40

Sedang

z

Tinggi

z

60

z

80

100

64,44

5) Item 5: Banyaknya kasus penyalahgunaan dana administrasi sekolah, membuat sarana dan prasarana pendidikan tidak terwujud sesuai dengan harapan, adanya permainan uang dalam administrasi membuat pendidikan semakin tidak cepat mencapai titik keberhasilan. Hasil Penelitian: Tabel 4.9 Perihal penyalahgunaan sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

2 10 4 2 0 18

10 40 12 4 0 66 73,33

80

Analisis: Tanggapan responden atas konten item 5 terdeteksi sebesar 73,33%. Angka persentase ini tergolong cukup tinggi atau sedang. Artinya, sebagian besar responden menyatakan persetujuannya bahwa penyalahgunaan dana sarana dan prasarana akan menghambat tujuan pendidikan. Sangat rendah

z

Rendah

z

20

40

Sedang

z

Tinggi

z

60

z

80

100

73,33

6) Item 6: Setelah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat terpenuhi dan tertata sesuai dengan pemakaiannya, maka perlu dibuat peraturan bagi pengguna sarana dan prasarana tersebut. Hasil Penelitian: Tabel 4.10 Peraturan penggunaan sarana dan prasarana

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

5 7 4 2 0 18

25 28 12 4 0 69 76,67

Analisis: Sebanyak 76,67% responden memberikan tanggapan setuju atas adanya peraturan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan. Tingkat persentase ini menunjukkan tingkat sedang.

81

Sangat rendah

z

Rendah

z

20

Sedang

z

40

60

Tinggi

z

z

80

100

76,67

7) Item 7: Tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Hasil Penelitian: Tabel 4.11 Tujuan pengelolaan sarana dan prasarana

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

6 4 4 4 0 18

30 16 12 8 0 66 73,33

Analisis: Tanggapan responden atas item 7 terdeteksi sebesar 73,33%. Angka persentase ini termasuk kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan responden atas konteks yang teruang pada item 7 ini cukup baik. Sangat rendah

z 20

z 40

Rendah

Sedang

z

Tinggi

z

60

80

z 100

73,33

82

8) Item 8: Sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah-sekolah Islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah Islam. Hasil Penelitian: Tabel 4.12 Harapan penggunaan sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

3 8 4 2 1 18

15 32 12 4 1 64 71,11

Analisis: Tanggapan responden atas konteks item 8 adalah 71,11%. Persentase ini termasuk ke dalam kategori sedang, yang menunjukkan bahwa tanggapan responden atas item 8 cukup baik. Sangat rendah

z 20

z 40

Rendah

Sedang

z

Tinggi

z

60

80

z 100

71,11

9) Item 9: Selain dengan cara membeli, sarana dan prasarana pendidikan sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau dengan cara meminta sumbangan kepada perorangan ataupun lembaga, yayasan, organisasi atau badan-badan tertentu.

83

Hasil Penelitian: Tabel 4.13 Sumber sarana dan prasarana pendidikan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

7 5 4 2 0 18

35 20 12 4 0 71 78,89

Analisis: Tanggapan responden atas item 9 terdeteksi sebesar 78,89%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat tanggapan responden berada pada kategori sedang. Artinya, sebagian besar responden setuju bahwa sarana dan prasarana pendidikan sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau dengan cara meminta sumbangan kepada perorangan ataupun lembaga, yayasan, organisasi atau badan-badan tertentu. Pada grafik, posisi kategori tersebut digambarkan sebagai berikut. Sangat rendah

z 20

z 40

Rendah

Sedang

z 60

Tinggi

z 80

z 100

78,89

10) Item 10: Sarana dan prasarana pendidikan sering disebut sebagai fasilitas pendidikan.

84

Hasil Penelitian: Tabel 4.13 Fasilitas pendidikan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

4 8 6 0 0 18

20 32 18 0 0 70 77,78

Analisis: Tanggapan responden atas isi item 10 terdeteksi sebesar 77,78%. Angka ini menunjukkan bahwa pendapat sebagian besar responden tentang fasilitas pendidikan sama dengan sarana dan prasarana pendidikan berada pada posisi sedang. Sangat rendah

z

z

20

40

Rendah

Sedang

z

Tinggi

z

60

z

80

100

77,78

Jika diakumulasikan, seluruh data menunjukkan tingkat kategori persentase yang sedang sebagaimana terlihat pada tabel rata-rata berikut ini. Tabel 4.14 Rekapitulasi Data Responden Variabel Sarana dan Prasarana

Item Nomor

Kategori Persentase

1

76,67

2

82,22

3

77,78

4

64,44

5

73,33

85

Item Nomor

Kategori Persentase

6

76,67

7

73,33

8

71,11

9

78,89

10

77,78

Rata-rata

75,222 %

Tabel 4.14 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari kesepuluh item variabel sarana dan prasarana pendidikan yang mencapai 75,222 %. Rata-rata tersebut diperoleh dari persentase kategori masing-masing jawaban responden dengan berorientasi pada indikator yang ada. Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan skor maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap responden. Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

z

z

z

z

z

20

40

60

80

100

75,22

Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas, rata-rata persentase pelaksanaan sarana dan prasarana pendidikan menunjukkan pada skala yang sedang dan cenderung tinggi. Hal

86

tersebut menandakan bahwa sekalipun belum sempurna dan sesuai dengan kaidah yang berlaku, pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di SMA Al-Muawanah Cianjur telah relatif cukup baik serta ada kecenderungan sesuai dengan keempat dimensi yang dikemukakan.

b. Deskripsi Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur Pada variabel profesionalisme guru ini disediakan 10 item pertanyaan yang disampaikan kepada responden yang dikembangkan dari 4 indikator sebagaimana dikemukakan pada Bab II. Keempat indikator tersebut adalah (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesi, dan (4) kompetensi sosial. Hasil penelitian selengkapnya serta analisis yang ditafsirkan adalah sebagai berikut. 1) Item 1: Sebelum proses pembelajaran, guru menjelaskan apa yang telah dicapai oleh siswa dari pengajaran yang telah di ajarkan. Hasil Penelitian: Tabel 4.15 Langkah apersepsi guru

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

6 5 3 4 0 18

30 20 9 8 0 67 74,44

87

Analisis: Tanggapan responden atas pelaksanaan apersepsi guru sebelum pembelajaran menunjukkan angka persentase 74,44%. Persentase ini termasuk ke dalam kategori sedang yang berarti sebagian besar responden setuju. 2) Item 2: Setelah proses belajar mengajar di kelas, guru menjelaskan keterkaitannya dengan kehidupan siswa sehari-hari. Hasil Penelitian: Tabel 4.16 Keterkaitan materi dengan kehidupan sehari-hari

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

3 6 6 3 0 18

15 24 18 6 0 63 70,00

Analisis: Pada item 2 ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 70%. Kategori persentasi tanggapan ini termasuk sedang. Hal ini berarti sebagian besar guru selalu mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan seharihari. 3) Item 3: Guru menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang harus siswa dikuasai setelah kegiatan belajar mengajar.

88

Hasil Penelitian: Tabel 4.17 Penjelasan tujuan pembelajaran

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

3 5 4 5 1 18

15 20 12 10 1 58 64,44

Analisis: Pada item 3 ini terdeteksi tanggapan responden sebesar 64,44%, yang berarti lebih dari setengah guru memberikan penjelasan tentang tujuan pembelajaran sebelum proses pembelajaran dimulai. 4) Item 4: Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan dalam pembelajaran sesuai dengan urutan di buku. Hasil Penelitian: Tabel 4.18 Penjelasan pokok-pokok bahasan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

7 5 4 2 0 18

35 20 12 4 0 71 78,89

Analisis: Pada item 4 ini terdeteksi 78,89% responden memberikan tanggapan setuju bahwa mereka menjelaskan pokok-pokok bahasan pelajaran.

89

5) Item 5: Pada saat mengajar di kelas, guru membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Hasil Penelitian: Tabel 4.19 Peran RPP

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

6 4 4 4 0 18

30 16 12 8 0 66 73,33

Analisis: Pada item 5 ini terdeteksi sebanyak 73,33% responden memberikan tanggapan bahwa mereka membawa RPP saat melaksanakan tugas mengajar. 6) Item 6: Selain membuka buku pelajaran, guru juga membuka RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada saat menjelaskan pokokpokok pembahasan. Hasil Penelitian: Tabel 4.20 Penggunaan RPP

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

5 6 5 2 0 18

25 24 15 4 0 68 75,56

90

Analisis: Pada item 6 ini sebanyak 75,56% responden menyatakan bahwa mereka membuka RPP pada saat menjelaskan pokok-pokok pembahasan materi pembelajaran. Angka persentase ini termasuk ke dalam kategori sedang. 7) Item 7: Guru menggunakan media pada saat menjelaskan pokok bahasan yang membutuhkan media. Hasil Penelitian: Tabel 4.21 Kebutuhan media pembelajaran

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

5 5 3 5 0 18

25 20 9 10 0 64 71,11

Analisis: Pada item 7 ini terdeteksi sebanyak 71,11% responden menggunakan media pembelajaran pada saar menjelaskan materi yang memerlukan media pembelajaran. Kategori persentase ini termasuk sedang. 8) Item 8: Jika siswa merasa jenuh, maka guru akan segera mengganti metode pembelajaran dengan cara yang lebih menarik, sehingga siswa tidak cepat jenuh.

91

Hasil Penelitian: Tabel 4.22 Perubahan metode pembelajaran.

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

3 5 4 6 0 18

15 20 12 12 0 59 65,56

Analisis: Perubahan metode dan model pembelajaran dapat saja terjadi pada saat pembelajaran. Pada konteks ini sebanyak 65,56% responden menyatakannya. Angka persentase tanggapan responden ini termasuk ke dalam kategori sedang. 9) Item 9: Siswa bebas memilih mengerjakan soal yang mana terlebih dahulu, tetapi bobot nilai setiap soal telah dijelaskan terlebih dahulu oleh guru. Hasil Penelitian: Tabel 4.23 Menjawab soal ujian atau latihan

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

2 4 5 6 1 18

10 16 15 12 1 54 60,00

92

Analisis: Pada item ini hanya 60% responden memberikan tanggapan positif. Artinya, hanya setengah lebih sedikit saja responden membenarkan siswa mengerjakan soal-soal ujian secara acak. 10) Item 10: Siswa memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru pada saat di depan kelas. Hasil Penelitian: Tabel 4.24 Perhatian siswa pada saat belajar.

Kriteria a. Sangat Setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju Jumlah Persentase

Skor 5 4 3 2 1

F

Nilai

6 4 3 5 0 18

30 16 9 10 0 65 72,22

Analisis: Pada item 10 ini terdeteksi sebanyak 72,22% responden memberikan tanggapan dan menyatakan bahwa siswa memperhatikan guru pada saat menjelaskan sesuatu di depan kelas. Berdasarkan tanggapan yang diberikan oleh responden pada 10 item pernyataan yang diajukan, dapat diakumulasikan posisi kategori tanggapan sebagai berikut.

93

Tabel 4.24 Rekapitulasi Data Responden Variabel Sarana dan Prasarana

Item Nomor

Kategori Persentase

1

74,44 %

2

70,00 %

3

64,44 %

4

78,89 %

5

73,33 %

6

75,56 %

7

71,11 %

8

65,56 %

9

60,00 %

10

72,22 %

Rata-rata

70,555 %

Tabel 4.14 di atas memperlihatkan rata-rata persentase dari kesepuluh item variabel profesionalisme guru yang mencapai 70,555 %. Rata-rata tersebut diperoleh dari persentase kategori masing-masing jawaban responden dengan berorientasi pada indikator yang ada. Menurut Harun Al-Rasyid dalam Ating Somantri (2006) dalam menyusun penskalaan dengan metode Likert’s Summated Rating, untuk mengetahui posisi setiap responden tentang suatu variabel, ditentukan skor maksimal dan skor minimal yang mungkin dicapai oleh setiap responden.

94

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

z

z

z

z

z

20

40

60

80

100

70,56

Dengan perolehan nilai sebagaimana terlihat pada tabel di atas, rata-rata persentase profesionalisme guru menunjukkan pada skala yang sedang dan cenderung tinggi. Hal tersebut menandakan bahwa sekalipun belum sempurna dan sesuai dengan kaidah yang berlaku, pengembangan profesionalisme guru di SMA Al-Muawanah Cianjur telah relatif cukup baik serta ada kecenderungan sesuai dengan keempat dimensi yang dikemukakan.

3. Analisis Regresi a. Uji Asumsi Klasik Analisis Regresi digunakan untuk mengukur pengaruh antara variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Sebelum dilakukan analisis regresi, dilakukan uji asumsi klasik sebagai berikut.

1) Uji Normalitas Distribusi Data Uji Normalitas data dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang diajukan. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi normal. 95

Uji normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov satu arah atau analisis grafis. Berikut ini adalah hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov pada variabel independen dan variabel dependen. Tabel 4.25 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sarana dan

N Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Prasarana

Profesionalisme

Pendidikan

Guru 18

18

Mean

37,6111

35,2778

Std. Deviation

5,64789

6,44256

Absolute

,097

,117

Positive

,072

,117

Negative

-,097

-,087

Kolmogorov-Smirnov Z

,412

,496

Asymp. Sig. (2-tailed)

,996

,967

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Hasil analisis Kolomogorov-Smirnov dengan nilai Z untuk Y sebesar 0,496 dan untuk X sebesar 0,412. Asymp signifikan untuk variabel Y dan X, secara berturut-turut adalah 0,967 untuk Y dan 0,996 untuk X. Dari hasil tersebut nampak bahwa pada variabel Y dan X memiliki distribusi data yang normal.

2) Uji Asumsi Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi liner kesalahan pengganggu (e) mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji Hetero-skedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi

96

Rank Spearman antara masing-masing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas. Berdasarkan perhitungan SPSS diperoleh hasil seperti pada Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.26 Correlations Sarana dan

Spearman's

Sarana dan

Correlation Coefficient

rho

Prasarana

Sig. (2-tailed)

Pendidikan

N

Profesionalisme

Correlation Coefficient

Guru

Sig. (2-tailed)

Prasarana

Profesionalisme

Pendidikan

Guru

1,000 .

N

-,355 ,149

18

18

-,355

1,000

,149 . 18

18

** Correlation is significant at the .01 level (2-tailed). a Listwise N = 18

Hasil pengujian korelasi Spearman pada tabel di atas menunjukkan bahwa korelasi antara variabel X dengan nilai residual adalah tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat dari nilai Sig = 0,149 > 0.05 sehingga dapat diasumsikan bahwa tidak terjadi heterokesdasitas dalam model regresi ini.

3) Uji Asumsi Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Untuk menguji Autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durbin Waston (DW), yaitu jika nilai 97

DW terletak antara du dan (4 – dU) atau du ≤ DW ≤ (4 – dU), berarti bebas dari Autokorelasi. Jika nilai DW lebih kecil dari dL atau DW lebih besar dari (4 – dL) berarti terdapat Autokorelasi. Nilai dL dan dU dapat dilihat pada tabel Durbin Waston, yaitu nilai dL ; dU = α ; n ; (k – 1). Keterangan : n adalah jumlah sampel, k adalah jumlah variabel, dan α adalah taraf signifikan.

a) Perumusan hipotesis : -

Ho : ρ = ρ =... = ρp = 0 Æ Non Autokorelasi (Faktor pengganggu 1 2 periode tertentu tidak berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain).

-

Ha : ρ = ρ = ... = ρp ≠ 0 Æ Autokorelasi (Faktor pengganggu periode 1 2 tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain).

b) Kriteria pegujian : -

Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi.

-

Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi.

-

Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

98

Gambar 4.2 Daerah Penerimaan & Penolakan Ho, Uji Autokorelasi

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan aplikasi

SPSS 18.0 for Windows diperoleh output sebagai berikut. Tabel 4.27 b

Model Summary Model R 1

,234

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

R Square a

,055

-,004

6,45566

Durbin-Watson 1,844

a. Predictors: (Constant), Sarana dan Prasarana Pendidikan b. Dependent Variable: Profesionalisme Guru

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Durbin Watson (d) sebesar 1,844. Untuk N=18 pada 2 variabel, Nilai dL pada tabel adalah 1,15759 dan nilai dU adalah 1,39133. Dengan menggunakan grafik di atas, dapat dihitung keberadaan DW sebagai berikut. -

Nilai dL adalah 1,15759

-

Nilai dU adalah 1,39133

-

Nilai 4 – dU adalah 2,60867

-

Nilai 4 – dL adalah 2,84241

99

Berdasarkan grafik yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa nilai DW = 1,844 berada di antara nilai dU dan 4-dU atau 1,39133 < 1,844 < 2,60867 yang berarti nilai DW berada pada daerah penerimaan HO. Artinya, pada penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

b. Pembentukan Model Regresi Liniear Sederhana Berdasarkan hipotesis yang diajukan, teknik analisis data dengan menggunakan Analisis Regresi Sederhana dengan model persamaan sebagai berikut.

Ŷ = a + bX + e Keterangan: Y : keputusan pembelian produk Mitra Emas X : sarana dan prasarana pendidikan a : konstanta b : koefisien regresi atau slope garis regresi Y atas X e : epsilon, galat presiksi yang terjadi secara acak. Dengan menggunakan aplikasi PASW 18.0 for Windows diperoleh taksiran regresi sebagai berikut. Tabel 4.28 Coefficients Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B 1

(Constant) Sarana dan Prasarana

a

Std. Error

21,590

9,614

,388

,253

t

Beta

,358

Sig.

4,246

,039

2,532

,145

Pendidikan a. Dependent Variable: Profesionalisme Guru

100

Berdasarkan tabel di atas dapat dibuat model regresi sebagai berikut.

Ŷ = 21,590 + 0,388X + e Persamaan regresi yang terbentuk dapat diartikan sebagai berikut. 1) Konstanta sebesar 21,590 mengandung arti jika sarana dan prasarana pendidikan (X) nilainya sama dengan 0, maka profesionalisme guru (Y) nilainya sama dengan 21,590. 2) Variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) memiliki koefisien regresi positif. Hal ini berarti jika skor Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) naik sebesar satu satuan, maka Profesionalisme Guru (Y) akan mengalami peningkatan sebesar nilai koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,388 kali atau sebesar 38,80 %. 3) Nilai e dapat diabaikan karena telah dilakukan uji asumsi klasik yang menyatakan bahwa seluruh data berdistribusi normal, tidak terdapat heteroskedastisitas, serta tidak terjadi autokorelasi. Dengan demikian, nilai e dinyatakan sama dengan 0.

c. Pengujian Hipotesis Untuk membuktikan apakah model regresi yang telah diperoleh di atas dapat digunakan atau tidak, akan dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan output pada tabel 4.28 dapat diketahui nilai thitung untuk X adalah sebesar 2,532 sedangkan ttabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan db =

101

18 – 2 = 16 untuk pengujian satu sisi adalah 2,120. Kriteria pengujian satu sisi adalah ’tolak Ho jika thitung > ttabel’. Karena nilai thitung (2,532) lebih besar daripada nilai ttabel (2,120) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 16, maka HO ditolak dan HA diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

d. Penentuan Koefisien Determinasi Besar pengaruh antar kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.29 Model Summary Model 1

R ,358

R Square a

,128

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate ,073

5,88986

a. Predictors: (Constant), Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tabel 4.29 di atas menunjukkan koefisien determinasi untuk variabel Profesionalisme Guru (Y) dan sarana dan prasarana pendidikan (X) adalah 0,128. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar 12,80 % Profesionalisme Guru (Y) dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidikan (X). Sedangkan sisanya sebesar 87,20 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur dipengaruhi oleh sarana dan prasarana pendidik-

102

an. Dengan kata lain, semakin baik Sarana dan Prasarana Pendidikan dilakukan, maka akan semakin baik pula Profesionalisme Guru. Sebaliknya, makin tidak baik sarana dan prasarana pendidikan akan berakibat semakin tidak baiknya Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur.

C. Pembahasan 1. Sarana dan Prasarana Pendidikan Manajemen Sarana dan prasarana pendidikan memiliki peran penting dalam pencapaian tujuan pendidikan baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Perencanaan pengadaan, pemanfaatan dan pemeliraharaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan pada sekolah menengah tingkat atas (SMA) merupakan suatu komponen yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar pada SMA bersamaan

dengan

komponen pendukung yang lainnya. Proses belajar mengajar dapat berlangsung jika ada pendidik, peserta didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan yang mendukung. Semua faktor merupakan sebuah siklus dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Penelitian tentang ”Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur” di antaranya mengungkap kondisi sarana dan prasarana pendidikan di tingkat satuan pendidikan, khususnya SMA Al-Muawanah Cianjur. Data informasi yang berhasil dihimpun dari 18 responden guru mata pelajaran di SMA Al-

103

Muawanah Cianjur menunjukkan sebanyak 75,22% responden memberikan tanggapan positif terhadap keberadaan sarana dan prasarana di SMA AlMuawanah Cianjur. Tingkat persentase tersebut menunjukkan kategori sarana dan prasarana di SMA Al-Muawanah Cianjur pada tingkat yang cukup baik. Instrumen yang digunakan untuk menghimpun data adalah angket yang berisi 10 item. Item-item dalam instrumen ini telah dianalisis serta dinyatakan valid dan reliabel sehingga dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Validitas item pengumpul data secara keseluruhan ditentukan oleh koefisien Alpha Cronbach yang di atas 0,700 sebagai nilai kritis, yakni rata-rata 0,715. Kemudian nilai reliabilitas instrumen ditentukan oleh koefisien Guttman Split-Half yang berada pada nilai 0,793 (lebih besar daripada nilai kritis 0,700). Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa pada variabel sarana dan prasarana pendidikan dinyatakan (1) data telah berdistribusi normal yang ditunjukkan dengan nilai Z pada uji One Sample K-S (KolmogorovSimrnov) yang mencapai angka 0,412 (lebih besar daripada 0,05), (2) tidak terjadi heteroskedastisitas yang ditunjukkan dengan nilai koefisien Spearmen rho sebesar 0,149 (lebih besar daripada 0,05), serta (3) tidak terjadi autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien hasil hitung DW (Durbin-Watson) sebesar 1,844 yang berada di antara batas nilai dU dan (4dU).

104

2. Profesionalisme Guru guru adalah seorang pendidik, pembimbing, pelatih, dan pemimpin yang dapat menciptakan iklim belajar yang menarik, memberi rasa aman, nyaman dan kondusif dalam kelas. Keberadaannya di tengah-tengah siswa dapat mencairkan suasana kebekuan, kekakuan, dan kejenuhan belajar yang terasa berat diterima oleh para siswa. Guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang bermutu. Untuk dapat menjadi profesional, mereka harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualkan diri. Pemberian prioritas yang sangat rendah pada pembangunan pendidikan selama beberapa puluh tahun terakhir telah berdampak buruk yang sangat luas bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Variabel profesionalisme guru pada penelitian ini memberikan gambaran bahwa 18 responden memberikan tanggapan positif terhadap tingkat profesionalisme guru di SMA Al-Muawanah Cianjur. Tanggapan ini ditunjukkan dengan angkat persentase sebesar 70,56% yang berarti bahwa tingkat profesionalitas guru SMA Al-Muawanah berada pada kategori sedang atau cukup baik. Data tersebut dianggap valid karena telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas instrumen yang menghasilkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,754 serta nilai Guttman Split-Half Coefficient sebesar 0,796.

105

Selanjutnya, pada pengujian asumsi klasik variabel profesionalisme gurr ditunjukkan bahwa (1) data telah berdistribusi normal dengan nilai Z pada One Sample K-S sebesar 0,496 serta Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,967, (2) tida ada gejala heteroskedastistias yang ditunjukkan dengan koefisien Sig. (2tailed) sebesar 0,149 (lebih besar daripada 0,05), sarta (3) tidak terjadi autokorelasi yang ditunjukkan dengan nilai koefisien hasil hitung DW (Durbin-Watson) sebesar 1,844 yang berada di antara batas nilai dU dan (4dU).

3. Pengaruh Sarana dan Prasarana Pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur Regresi liniear sederhana yang diperoleh dengan pengujian SPSS 18.0 menghasilkan persamaan Ŷ = 21,590 + 0,388X + e yang berarti variabel Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) memiliki koefisien regresi positif. Hal ini berarti jika skor Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) naik sebesar satu satuan, maka Profesionalisme Guru (Y) akan mengalami peningkatan sebesar nilai koefisien regresinya, yaitu sebesar 0,388 kali atau sebesar 38,80 %. Pengujian hipotesis menunjukkan nilai thitung untuk X adalah sebesar 2,532 sedangkan ttabel pada α (tingkat kekeliruan) 0,05 dan db = 18 – 2 = 16 untuk pengujian satu sisi adalah 2,120. Kriteria pengujian satu sisi adalah ’tolak Ho jika thitung > ttabel’. Karena nilai thitung (2,532) lebih besar daripada nilai ttabel (2,120) pada tingkat kekeliruan 5% dan db = 16, maka HO ditolak dan HA diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat

106

kepercayaan 95% terdapat pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap Profesionalisme Guru SMA Al-Muawanah Cianjur. Besar pengaruh tersebut ditunjukkan dengan koefisien determinasi untuk variabel Profesionalisme Guru (Y) dan Sarana dan Prasarana Pendidikan (X) sebesar 0,128. Nilai ini mengandung makna bahwa sebesar 12,80 % Profesionalisme Guru (Y) dipengaruhi oleh Sarana dan Prasarana Pendidikan (X). Sedangkan sisanya sebesar 87,20 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

107

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.

Simpulan Berdasar kepada hasil analisis atas data yang berhasil dihimpun pada

penelitian ini, diperoleh simpulan-simpulan sebagai berikut. 1. Keberadaan sarana dan prasarana pendidikan serta profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur adalah cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan kategori persentase dari tanggapan responden pada masing-masing variabel sebesar 75,22% dan 70,56%. 2. Terdapat

pengaruh

sarana

dan

prasarana

pendidikan

terhadap

profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan nilai thitung sebesar 2,532 lebih besar daripada ttabel yang sebesar 2,120. 3. Besar pengaruh sarana dan prasarana pendidikan terhadap profesionalisme guru SMA Al-Muawanah Cianjur adalah 12,80% yang ditunjukkann dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,128. Sedangkan, sisanya yang sebesar 87,20 % merupakan pengaruh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

108

B.

Rekomendasi Berdasarkan temuan-temuan selama melaksanakan penelitian, serta

keterkaitannya dengan konteks penelitian, direkomendasikan beberapa hal sebagai berikut. 1. Sekolah sebaiknya memiliki manajemen sarana dan prasarana yang lebih baik agar pendataan fungsi ini dapat berjalan dengan baik serta terkendali. Inventarisasi barang yang ada di kelas (misalnya) sebaiknya dipampangkan pada dinding kelas yang menyatakan jumlah masing-masing inventaris barang yang ada di kelas tersebut. Daftar inventaris barang ini diketahui oleh penanggung jawab kelas (wali kelas), wakil kepala sekolah urusan sarana dan prasarana, serta kepala sekolah. 2. Barang-barang sekolah merupakan barang inventaris yang harus dijaga dan dipelihara sehingga fungsinya dapat dimaksimalkan. Pada konteks ini, sebaiknya sekolah melakukan sistem manajemen sarana dan prasarana dalam hal peminjaman alat-alat peraga (media pembelajaran) secara cermat dan teliti sehingga tidak ada barang-barang sekolah yang hilang dan tidak tentu keberadaannya. 3. Guru, sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan, sebaiknya dapat memanfaatkan sarana dan prasarana pendidikan dengan maksimal sesuai dengan kondisi sekolah. Jika tidak ditemukan media-media yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, sebaiknya ada upaya pengadaan media pembelajaran serupa yang lebih sederhana tetapi fungsinya sama.

109

4. Kepala sekolah dan komite sekolah sebaiknya mampu menjalin kinerja yang harmonis agar dapat mengembangkan proses pemberdayaan sekolah dalam upaya mencapai sasaran mutu yang telah diprogramkan. Jalinan kinerja ini harus meliputi berbagai aspek, terutama dalam menunjang proses pendidikan. Komite sekolah harus mampu menjadi jembatan bagi terlaksananya hubungan sekolah dengan dunia di luar pendidikan dalam upaya mengembangan pendidikan yang berwawasan ke depan, berkualitas, dan tetap menjaga nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5. Bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian dalam konteks yang sama, direkomendasikan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan memilih variabel-variabel determinan serta metode yang lebih variatif.

110

DAFTAR PUSTAKA Anwar, Moch. Idochi. (2004). Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Alisuf Sabri, Mimbar Agama dan Budaya, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Arikunto, Suharsimi. (1993) Organisasi dan Administrasi: Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Asrorun Ni’am Sholeh. (2006). Membangun Profesionalitas Guru. Jakarta: Elsas. Atmodiwirio, Soebagio. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardanizya Jaya. Bafadal, Ibrahim (2008). Manajemen Perlengkapan Sekolah: Teori dan Aplikasinya, Jakarta : PT Bumi Aksara. Daryanto, M. (2005). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. E. Mulyasa. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, PT. Remaja Rosda Karya: Bandung. Gunawan, Ary (2005). Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Micro) Jakarta: PT. Rineka Cipta. Harahap, Baharuddin. (1983). Supervisi Pendidikan yang Dilaksanakan oleh Guru, Kepala Sekolah, Penilik dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Damai Jaya Muhaimin (2004). Paradigma Rosdakarya.

Pendidikan

Islam. Bandung:

PT

Remaja

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. Ke-13, h.250. Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosda karya. Murniati, A. R, (2008). Manajemen Stratejik: Peran Kepala Sekolah dalam Pemberdayaan. Bandung: Citapustaka Media Perintis. Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Pengabdian Pada Masyarakat IAIN, 1992, Cet. Ke-1, h. 16-18.

111

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar NasionalPendidikan, www.parlemen.ri./E3.pdf. didownload, 5 Maret 2011. Qanun Aceh Nomor 5 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan Pendidikan, Pemerintah Aceh. Banda Aceh Rohiat (2009). Manajemen Sekolah teori dasar dan Praktek, Bandung, Refika Aditama. Rasima (2007). Manajemen Perpustakaan Akper Aceh Selatan, tidak diterbitkan. Surya, Muhammad. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya. Sutisna, Oteng. (1993). Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis dan Praktis Profesional. Bandung: Angkasa Syah, Muhibbin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suryobroto, B. (2005). Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta. PT Rineka Cipta. Sucipto, Basuki Mukti (2004). Administrasi Pendidikan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta: Depdikbud http://Suciptoardi.wordpress.com/2007/12/29/profesionalisme-duniapendidikanoleh -Winarno-Surakhmad/2008/05/12/. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

112

ANGKET Variabel X (Sarana dan Prasarana Pendidikan) Petunjuk: 1. Pada angket ini terdapat 10 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang baru selesai pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu. 2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawaban anda jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain. 3. Catat respons anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang ,dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan Pilihan jawaban: 1. = Sangat Tidak Setuju (STS) 2. = Tidak Setuju (TS) 3. = Ragu-Ragu (RR) 4. = Setuju (S) 5. = Sangat Setuju (SS) 1. Profesionalisme guru seringkali disorot dari ketersediaan berbagai macam sarana prasarana, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2. Sarana pendidikan merupakan penunjang bagi proses belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu

113

d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 3. Administrasi sarana dan prasarana pendidikan itu pada dasarnya merupakan proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 4. ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang atau tidak memadai akan menghambat proses belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 5. Banyaknya kasus penyalahgunaan dana administrasi sekolah, membuat sarana dan prasarana pendidikan tidak terwujud sesuai dngan harapan, adanya permainan uang dalam administrasi membuat pendidikan semakin tidak cepat mencapai titik keberhasilan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

114

6. Setelah kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dapat terpenuhi dan tertata sesuai dengan pemakaiannya, maka perlu dibuat peraturan bagi pengguna sarana dan prasarana tersebut, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 7. Tujuan daripada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan agar proses pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 8. Sarana dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah sekolah islam yang bersih, rapi, indah, sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun untuk berada di sekolah islam, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 9. Selain dengan cara membeli, sarana dan prasarana pendidikan sekolah juga dapat diperoleh dari hadiah atau dengan cara meminta sumbangan kepada

115

perorangan ataupun lembaga, yayasan, organisasi atau badan-badan tertentu, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 10. Sarana dan prasarana pendidikan sering disebut sebagai fasilitas pendidikan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

ANGKET Variabel Y (Profesionalisme Guru) Petunjuk: 1. Pada angket ini terdapat 10 pernyataan. Pertimbangkan baik-baik setiap pernyataan dalam kaitannya dengan pembelajaran yang baru selesai pelajari, dan tentukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar-benar cocok dengan pilihanmu.

116

2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan kebenarannya. Jawaban anda jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap pernyataan lain. 3. Catat respons anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberi tanda silang ,dan ikuti petunjuk-petunjuk lain yang mungkin diberikan berkaitan dengan lembar jawaban. Terima kasih. Keterangan Pilihan jawaban: 1. = Sangat Tidak Setuju (STS) 2. = Tidak Setuju (TS) 3. = Ragu-Ragu (RR) 4. = Setuju (S) 5. = Sangat Setuju (SS) 1. Sebelum proses pembelajaran, guru menjelaskan apa yang telah dicapai oleh siswa dari pengajaran yang telah di ajarkan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 2. Setelah proses belajar mengajar di kelas, guru menjelaskan keterkaitannya dengan kehidupan siswa sehari-hari, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 3. Guru menjelaskan keterampilan dan pengetahuan yang harus siswa dikuasai setelah kegiatan belajar mengajar, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? 117

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 4. Guru menjelaskan pokok-pokok bahasan dalam pembelajaran sesuai dengan urutan di buku, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 5. Pada saat mengajar di kelas, guru membawa RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) , apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju 6. Selain membuka buku pelajaran, guru juga membuka RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) pada saat menjelaskan pokok-pokok pembahasan, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju

118

e. Sangat tidak setuju 7. Guru menggunakan media pada saat menjelaskan pokok bahasan yang membutuhkan media, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju a. Sangat tidak setuju 8.

Jika siswa merasa jenuh, maka guru akan segera mengganti metode pembelajaran dengan cara yang lebih menarik, sehingga siswa tidak cepat jenuh, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

9.

Siswa bebas memilih mengerjakan soal yang mana terlebih dahulu, tetapi bobot nilai setiap soal telah dijelaskan terlebih dahulu oleh guru, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas? a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

10. Siswa memperhatikan dengan baik apa yang disampaikan oleh guru pada saat di depan kelas, apakah anda setuju dengan pernyataan diatas?

119

a. Sangat setuju b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak setuju e. Sangat tidak setuju

120

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF