PENGARUH LAMA DAN SUHU PENYIMPANAN POOLED SERA TERHADAP STABILITAS KADAR GLUKOSA DAN ASAM URAT
July 23, 2019 | Author: Zun Karomah | Category: N/A
Short Description
PENGARUH LAMA DAN SUHU PENYIMPANAN POOLED SERA TERHADAP STABILITAS KADAR GLUKOSA DAN ASAM URAT...
Description
PENGARUH LAMA DAN SUHU PENYIMPANAN POO POOLE D SE RA TERHADAP STABILITAS KADAR GLUKOSA DAN ASAM URAT Firda Tri Mahardika, *Dra. Anik Handayati, M.Kes, Sri Wahyuni, S.KM, MM Program Studi Diploma III Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya Abstrak Pemantapan mutu yang dilakukan oleh laboratorium kimia klinik meliputi pemantapan mutu internal dan pemantapan mutu eksternal laboratorium. Pentingnya pemantapan mutu internal laboratorium kimia klinik bertujuan untuk mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium serta meningkatkan mutu presisi dan akurasi hasil laboratorium sehingga laboratorium memperoleh suatu kepercayaan. Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan mengukur serum kontrol. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pooled sera terhadap sera terhadap stabilitas kadar glukosa dan asam urat. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan bahan penelitian serum kumpulan atau pooled sera yang sera yang o o diukur setiap minggu selama 8 minggu penyimpanan pada freezer suhu 0 sampai -10 C dan refrigerator dan refrigerator suhu o o 2 -4 C. Lokasi penelitian bertempat di Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CV yang diperoleh pada kadar glukosa adalah 3,27% dan 3,01% dan CV kadar asam urat yang diperoleh adalah 11,30% dan 12,67% pada batas CCV 7,7%. Setelah dilakukan uji statistik dengan analisa regresi didapatkan hasil sig p robabilitas (p) 0,113 dan 0,131 yang artinya (p) > α maka Ho diterima artinya tidak ada pengaruh penyimpanan penyimpanan terhadap kadar glukosa. Sedangkan untuk kadar asam urat hasil analisa yang diperoleh yaitu sig probabilitas (p) 0,023 dan 0,012 yang meyatakan (p) < α maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh penyimpanan terhadap kadar asam urat dalam pooled sera. Kata kunci : pemantapan mutu internal, pooled internal, pooled sera, kadar glukosa, kadar asam urat. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi kedokteran dan kesehatan, diperlukan pula peningkatan kemampuan manajemen, kepemimpinan dan pengorganisasian kesehatan. Menjelang abad ke-21, mutu pelayanan kesehatan dituntut semakin bagus. Pendekatan mutu pelayanan kesehatan dan kepuasan pelanggan atau pasien menjadi salah satu strategi penting yang tidak bisa diabaikan oleh para penentu kebijakan dibidang kedokteran dan kesehatan. Dengan pendekatan manajemen Mutu Paripurna atau Total Quality Management , seluruh petugas kesehatan, mulai dari pimpinan, pejabat fungsional, tenaga medis, paramedis, pejabat struktural dan petugas pelaksana lini depan, menjadi sangat penting dan diperlukan partisipasinya dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang seharusnya dilaksanakan secara terpadu, berkelanjutan dan menyeluruh (Wijono, 1999). Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan kesehatan. Sebagai komponen penting dalam pelayanan kesehatan, hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk penetapan diagnosis, pemberian pengobatan dan pemantauan hasil pengobatan, serta penentuan prognosis. Oleh karena itu hasil pemeriksaan laboratorium harus selalu terjamin mutunya (DEPKES, 2004).
*Dosen Pembimbing
Upaya untuk dapat meyakinkan bahwa laboratorium memiliki kemampuan teknis dalam menghasilkan data hasil uji yang akurat dan handal handal sehingga mampu menetapkan manajemen mutu laboratorium sebagai hasil analisis laboratorium yang dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu kegiatan terpenting dalam meningkatkan mutu laboratorium yaitu melakukan pemantapan mutu atau quality control (Kahar, 2005). Pemantapan mutu yang dilakukan oleh laboratorium meliputi pemantapan mutu eksternal dan pemantapan mutu internal laboratorium. Pemantapan mutu internal laboratorium dilakukan oleh laboratorium kimia klinik sendiri dengan tujuan mengendalikan hasil pemeriksaan laboratorium tiap hari dan untuk mengetahui penyimpangan hasil laboratorium agar segera diperbaiki. Manfaat melakukan kegiatan pemantapan mutu internal laboratorium antara lain meningkatkan mutu presisi maupun akurasi hasil laboratorium, kepercayaan dokter terhadap hasil laboratorium akan meningkat. Pemantapan mutu internal laboratorium kimia klinik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan serum kontrol yang bertujuan untuk menguji atau menilai validitas hasil pemeriksaan laboratorium dan hasil yang dikeluarkan laboratorium sesuai dengan kriteria hasil pemeriksaan. Serum kontrol yang tersedia atau sudah jadi baik assayed maupun unassayed berbentuk cair, padat atau liofilisat dan menurut sumbernya serum kontrol dapat berasal dari
binatang, manusia atau merupakan bahan kimia murni atau yang biasa disebut sebagai larutan spikes. Menurut pembuatannya, terdapat dua jenis serum kontrol yang tersedia yaitu serum komersial dan home made sera atau serum kontrol buatan sendiri. Serum kontrol yang terbuat dari serum disebut dengan kumpulan serum atau pooled sera. Keuntungan dari penggunaan pooled sera sebagai serum kontrol diantaranya mudah didapat, murah dan bahan berasal dari manusia. Untuk dapat mewakili kondisi pada manusia yang sebenarnya sebaiknya pemeriksaan serum kontrol laboratorium terbuat dari serum manusia dan pooled sera ini dapat digunakan sebagai alternatif serum kontrol pada suatu laboratorium karena proses pembuatannya memerlukan biaya yang relatif murah. Sementara serum komersial yang tersedia baik yang berasal dari bovine maupun human sera harganya mahal. Serum kumpulan atau pooled sera dapat dibuat sendiri oleh laboratorium kimia kilinik dan dapat digunakan sebagai bahan kontrol setelah diketahui stabilitas pooled sera. Untuk mengetahui stabilitas pooled sera maka perlu diperhatikan juga dalam penyimpanan pooled sera sesuai dengan prosedur agar diketahui dengan tepat kestabilan serum kumpulan sebagai bahan kontrol laboratorium. Parameter yang digunakan untuk menguji stabilitas pooled sera adalah glukosa dan asam urat. Pemilihan parameter glukosa dikarenakan ada kecenderungan penurunan stabilitas akibat glikolisis. Kedua pemeriksaan ini sering dilakukan di laboratorium, biasanya stabilitasnya rendah dan pelaksanaannya mudah. Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh lama dan suhu penyimpanan terhadap stabilitas kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera.
Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh lama dan suhu penyimpanan pooled sera terhadap stabilitas kadar glukosa dan asam urat.
1)
2)
3)
4)
Rumusan Masalah “Apakah ada pengaruh lama dan suhu penyimpanan dalam freezer dan refrigerator terhadap kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera?”.
5) Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Stabilitas pooled sera dianalisis dengan parameter glukosa darah dan asam urat. 2. Pooled sera yang telah dibuat disimpan pada freezer dan refrigerator dengan waktu penyimpanan sampai 8 minggu.
TINJAUAN PUSTAKA Mutu Pemeriksaan Laboratorium Dalam upaya mencapai tujuan laboratorium klinik, yakni tercapainya pemeriksaan yang bermutu, diperlukan strategi dan perencanaan manajemen mutu. Salah satu pendekatan mutu yang digunakan adalah Quality Management Science yang disingkat QMS memperkenalkan suatu model yang dikenal dengan Five-Q. Westgard (2000) menyatakan Five-Q meliputi : Quality Planning (QP) Pada saat akan menentukan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan di laboratorium, perlu merencanakan dan memilih jenis metode, reagen, bahan, alat, sumber daya manusia dan kemampuan yang dimiliki laboratorium. Quality Laboratory Practice (QLP) Membuat pedoman, petunjuk dan prosedur tetap yang merupakan acuan setiap pemeriksaan laboratorium. Standar acuan ini digunakan menghindari atau mengurangi terjadinya variasi yang akan mempengaruhi mutu pemeriksaan. Quality Control (QC) Pengawasan sistematis periodik terhadap : alat, metode, dan reagen. QC lebih berfungsi untuk mengawasi, mendeteksi persoalan dan membuat koreksi sebelum hasil dikeluarkan. Quality control adalah bagian dari quality assurance dan quality assurance merupakan bagian dari total quality management . Quality Assurance (QA) Mengukur kinerja pada tiap tahap siklus tes laboratorium : praanalitik, analitik dan pascaanalitik. Jadi, QA merupakan pengamatan keseluruhan input-proses-output dan atau outcome, dan menjamin pelayanan dalam kualitas tinggi dan memenuhi kepuasan pelanggan. Tujuan QA adalah untuk mengembangkan produksi hasil yang dapat diterima secara konsisten, jadi lebih berfungsi untuk mencegah kesalahan terjadi atau antisipasi eror. Quality Improvement (QI) Dengan melakukan QI, penyimpangan yang mungkin terjadi akan dapat dicegah dan diperbaiki selama proses pemeriksaan berlangsung yang diketahui dari quality control dan quality assessment. Masalah yang telah dipecahkan, hasilnya akan digunakan sebagai dasar proses quality planning dan quality process laboratory berikutnya. Pemantapan mutu laboratorium kesehatan adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil
pemeriksaan laboratorium. Pemantapan mutu merupakan suatu upaya untuk meminimalkan atau pencegahan kesalahan semaksimal mungkin mulai dari kesalahan praanalitik, analitik dan pascaanalitik. Perhatian utama untuk mutu laboratorium klinik adalah akurasi, kebenaran data, dan tepat waktu, karakteristik yang lainnya tetap penting untuk diperhatikan dan dilaksanakan (Nufitria, 2013). Menurut Hadi (2000) dalam kaitannya dengan mutu laboratorium data hasil uji tersebut dapat memuaskan pelanggan dengan mempertimbangkan aspek-aspek teknis sehingga ketepatan dan ketelitian yang tinggi dapat dicapai dan data tersebut harus terdokumentasi dengan baik sehingga dapat dipertahankan secara ilmiah. Kegiatan pemantapan mutu meliputi komponen-komponen : Pemantapan Mutu Eksternal yang disingkat PME, Pemantapan Mutu Internal yang disingkat PMI, Verifikasi, Audit, Validasi hasil, Pendidikan dan latihan (Nufitria, 2013). Bentuk-Bentuk Kesalahan 1. Kesalahan Kasar Kesalahan ini umumnya terjadi pada tahap pra maupun pascaanalitik. Kesalahan ini hanya dapat dihindari dengan sistem kerja yang baik, kesadaran petugas laboratorium, keterangan yang jelas kepada dokter, perawat dan penderita. 2. Kesalahan Acak Penyebab terjadinya kesalahan acak adalah kepekaan suhu, arus atau tegangan listrik, waktu inkubasi, proses pemeriksaan, cara pemipetan dan lain-lain. Kesalahan ini menyebabkan presisi hasil pemeriksaan yang kurang baik. Kesalahan ini tidak dapat dihilangkan, hanya dapat dikurangi dengan pemeriksaan yang teliti, penggunaan alat dan reagensia yang lebih baik dan prosedur pemeriksaan yang benar. 3. Kesalahan Sistematik Kesalahan sistematik menyebabkan akurasi hasil pemeriksaan kurang baik. Penyebab terjadinya adalah metode pemeriksaan yang dipakai, pipet yang sudah tidak akurat, reagensia yang rusak atau salah dalam melarutkannya, serta panjang gelombang yang tidak tepat. Kesalahan akan menunjukkan adanya kecenderungan tertentu (Pertiwi, 2010). Ketelitian dan Ketepatan Pemeriksaan 1 Pemantapan Ketelitian (Precision Control) Ketelitian atau presisi adalah keterdekatan hasil pemeriksaan diantara replikat-replikat yang berasal dari suatu sampel. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak yang tidak dapat dihindari. Impresisi yaitu penyimpangan dari hasil pemeriksaan terhadap nilai rata-rata yang
dinyatakan dengan Standar Deviasi yang disingkat SD dan Koefisien Variasi yang disingkat KV, semakin kecil SD semakin baik. Hal ini dapat disebut dengan reprodusibilitas atau terdapat ulangan yang baik. Pemantapan ketelitian adalah untuk mengenali kemungkinan adanya standar deviasi akibat kesalahan acak yang terjadi dalam suatu proses analisa sampel pasien (Speicher, 1996). 2 Pemantapan Ketepatan (Accuracy Control) Ketepatan atau akurasi yaitu keterdekatan hasil pemeriksaan terhadap “Target Value” atau nilai sebenarnya. Penyimpangan dari nilai benar biasanya disebabkan oleh kesalahan sistematik antara lain larutan standard dan spesifitas analitik. Hal yang mempengaruhi impresisi juga akan mempengaruhi inakurasi. Pemantapan ketepatan dilakukan untuk mengenali kemungkinan adanya deviasi akibat kesalahan sistematik dalam proses analisa sampel pasien (Speicher, 1996). Tinjauan Glukosa Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka. Insulin dan glukagon, dua hormon ini berasal dari kelenjar pankreas, dapat mempengaruhi kadar glukosa darah. Insulin diperlukan untuk permeabilitas membrane sel terhadap glukosa dan untuk transportasi glukosa ke dalam sel. Tanpa insulin, glukosa tidak dapat memasuki sel. Glukagon menstimulasi glikogenolisis atau pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa yang berlangsung di dalam hati. Tinjauan Asam Urat Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin. Purin yang terdiri dari adenine dan guanine merupakan bagian asam nukleat (Sacher, 2004). Pergantian purin dalam tubuh berlangsung dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak adanya input makanan yang mengandung asam urat (Sutedjo, 2008). Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuhnya karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan purin. Tubuh menyediakan 85 % senyawa purin untuk kebutuhan setiap hari, sehingga kebutuhan purin dari makanan hanya 15 %. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Surabaya.
Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah sebanyak 28 mahasiswa yang diambil secara random sampling dari populasi. Sampel yang diambil yakni darah sebanyak 3cc yang kemudian dipisahkan dengan serumnya untuk diambil sebagai bahan penelitian. Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama penyimpanan pooled sera yang disimpan pada freezer suhu 0o sampai -10 oC dan disimpan dalam refrigerator suhu 2o-4oC. Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah stabilitas serum yang diketahui dengan mengukur kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera.
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN Tabel Data Hasil Pemeriksaan, Mean, SD dan CV Kadar Glukosa dan Asam urat Waktu Pemeriksaan Rata-rata Minggu ke-0 Minggu Ke-1 Minggu Ke-2 Minggu ke-3 Minggu Ke-4 Minggu Ke-5 Minggu Ke-6 Minggu Ke-7 Minggu Ke-8 Rata-rata (mg/dL) Standar Deviasi CV (%)
Parameter Glukosa
F reezer
R efrigerator
Parameter Asam Urat
F reezer
78
R efrig erator 3,4
77 84 83 82,5 79 82 84 83 81,38889
80,5 82 83 81,5 78,5 77 76,5 77,5 79,38889
3,23 3,29 3,01 4,04 4,03 3,93 4,04 3,89 3,651111
3,15 3,51 2,92 3,96 3,95 4,17 4,2 4,05 3,701111
2,66667
2,395018
0,412718
0,469107
3,276451
3,016818
11,30309
12,67475
Pemantapan mutu eksternal atau yang biasa disingkat dengan PME untuk kimia klinik memiliki batas Chosen Coefficient of Variation atau yang disingkat dengan CCV. CCV merupakan skala atau satuan yang menjadi patokan untuk menentukan sejauh mana hasil pemeriksaan menyimpang dari hasil yang diharapkan. Menurut Program Pemantapan Mutu WHO atau International External Quality Assessment Scheme disingkat dengan IEQAS, menetapkan CCV masing-masing parameter pemeriksaan kimia klinik. CCV untuk parameter pemeriksaan glukosa dan asam urat adalah sebesar 7,7%. Hasil perhitungan CV yang didapat pada kadar glukosa dan asam urat yang disimpan dalam freezer suhu 0o sampai -10 oC dan refrigerator suhu 2o-4oC menunjukkan hasil yang berbeda pada kadar glukosa dan asam urat. Pada kadar glukosa perhitungan CV yang didapat memperoleh hasil sebesar 3,27% dan 3,01%. Kedua angka ini belum
melewati batas CCV atau masih dalam rentang batas CCV dan dikatakan stabil. Sedangkan pada hasil perhitungan CV untuk kadar asam urat yang disimpan dalam freezer suhu 0o sampai -10 oC dan refrigerator suhu 2o-4oC menunjukkan hasil sebesar 11,30% dan 12,67%. Hal ini dikatakan telah melewati batas CCV untuk parameter pemeriksaan asam urat. Analisa Data 1. Uji Normalitas Data Uji Normalitas data yang digunakan adalah analisa statistik uji One-sample Kolmogorov-Smirnov Tes, didapatkan nilai signifikan (2-tailed) glukosa yang disimpan pada freezer suhu 0o sampai -10oC adalah 0,590 dan nilai signifikan (2-tailed) glukosa yang disimpan pada refrigerator suhu 2o-4oC adalah 0,863, sedangkan nilai signifikan (2-tailed) asam urat yang disimpan o o pada freezer suhu 0 sampai -10 C adalah 0,508 dan nilai signifikan (2-tailed) asam urat yang disimpan pada refrigerator suhu 2o-4oC adalah 0,588. Maka dapat disimpulkan bahwa data pemeriksaan kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera yang disimpan pada freezer suhu 0o sampai -10oC dan refrigerator suhu 2o-4oC mempunyai nilai signifikan (2-tailed) > α maka Ho diterima, hal ini berarti data berdistribusi normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisa Regresi. 2. Analisis Regresi Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan pooled sera terhadap stabilitas kadar glukosa dan asam urat ini menggunakan analisis regresi. Pada analisa regresi untuk kadar glukosa yang disimpan dalam freezer suhu 0o sampai -10oC menunjukkan hasil signifikan probabilitas (p) 0,113 dan signifikan probabilitas (p) pada glukosa yang disimpan pada refrigerator o o suhu 2 -4 C adalah 0,131. Hasil ini menunjukkan nilai signifikan probabilitas (p) > α maka Ho yang diterima yang artinya tidak ada pengaruh penyimpanan pooled sera terhadap stabilitas kadar glukosa. Pada analisa regresi untuk parameter pemeriksaan asam urat menghasilkan nilai signifikan probabilitas (p) 0,023 untuk penyimpana dalam freezer suhu 0o sampai -10 oC dan nilai signifikan probabilitas (p) 0,012 pada penyimpanan refrigerator suhu 2o-4oC. Kedua hal ini menyatakan nilai signifika probabilitas (p) < α maka Ho di tolak yang artinya ada pengaruh penyimpanan pooled sera terhadap stabilitas kadar asam urat. Stabilitas kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengaruh penyimpanan, suhu penyimpanan, homogenasi sebelum pemeriksaan dan glikolisis untuk parameter pemeriksaan
glukosa. Faktor lain yang mempengaruhi pengukuran kadar glukosa dan asam urat adalah kekeruhan, karena kekeruhan pada serum dapat mempengaruhi absorbansi pengukuran. Proses pembuatan serum kumpulan atau pooled sera dapat pula mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar glukosa dan asam urat. Sentrifugasi yang kurang serta adanya kontaminasi merupakan hal yang tidak dapat dihindari namun dapat ditekan seminimal mungkin. Hasil yang ditunjukkan berdasarkan perhitungan CV terhadap CCV bahwa kadar glukosa dikatakan masih stabil karena masih dalam batas CCV, sedangkan pada asam urat telah melewati batas CCV untuk parameter pemeriksaan asam urat. Namun pada perhitungan statistik menggunakan analisa regresi menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penyimpanan kadar glukosa dalam pooled sera, sedangkan pada asam urat terdapat pengaruh penyimpanan. Hasil pengukuran pada kadar glukosa dan asam urat baik yang disimpan pada freezer suhu 0o o o o sampai -10 C maupun refrigerator suhu 2 -4 C menunjukkan kestabilan hasil pemeriksaan namun terdapat peningkatan maupun penurunan setiap minggunya dikarenakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Hasil pemeriksaan kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera yang didapat mengalami penurunan atau peningkatan juga dapat dikarenakan oleh pergantian reagen yang baru. Khusus pada kadar glukosa, disamping pengaruh glikolisis, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar glukosa maupun asam urat adalah faktor yang berasal dari petugas laboratorium seperti homogenasi yang kurang sebelum pemeriksaan dilakukan maupun suhu serum yang belum menunjukkan suhu ruang. Variasi hasil yang tinggi menyebabkan tingginya nilai SD maupun CV pada perhitungan kadar glukosa maupun asam urat, sehingga pada pengukuran kadar glukosa dan asam urat dalam pooled sera ini kemungkinan hasil pemeriksaan yang diperoleh menunjukkan variasi hasil pemeriksaan atau pembuatan pooled sera yang kurang representatif. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan : 1. Kadar rata-rata glukosa dalam pooled sera yang disimpan dalam freezer suhu 0o sampai -10oC dan refrigerator suhu 2o-4oC adalah 81,38 mg/dL dan 79,38 mg/dL, SD 0,41 dan 0,46, serta CV sebesar 3,27% dan 3,01%. 2. Kadar rata-rata asam urat dalam pooled sera yang disimpan dalam freezer suhu 0 o sampai -10oC dan refrigerator suhu 2o-4oC adalah 3,65 mg/dL dan
3,70 mg/dL, SD 2,66 dan 2,39, serta CV sebesar 11,30% dan 12,67%. 3. Tidak terdapat pengaruh penyimpanan terhadap kadar glukosa dalam pooled sera yang disimpan pada freezer suhu 0o sampai -10 oC dan refrigerator suhu 2o-4oC. 4. Terdapat pengaruh penyimpanan terhadap kadar asam urat dalam pooled sera yang disimpan pada freezer suhu 0o sampai -10 oC dan refrigerator suhu o o 2 -4 C. Saran Bagi petugas atau pelaksana laboratorium, sebaiknya memperhatikan faktor-faktor praanalitik sebelum melakukan pemeriksaan kimia klinik salah satunya faktor homogenasi sampel dan suhu sampel sebelum dilakukan pemeriksaan karena hal ini dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan. 2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melanjutkan penelitian ini dengan parameter pemeriksaan kimia klinik yang lain atau dengan penambahan ethilen glycol sebagai pengawet dalam pembuatan pooled sera untuk serum kontrol.
1.
DAFTAR PUSTAKA 1. Cheesbrough, Monica. District Laboratory Practice in Tropical Countries second edition. diakses pada tanggal 3 Februari 2014. 2. DEPKES RI. 2004. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar. Jakarta : Departemen Kesehatan 3. DEPKES RI. 2008. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar. Jakarta : Departemen Kesehatan. 4. Donosepoetro, Marsetio., Suhendra B., Nurwan. 1995. Pengantar Pemantapan Kualitas Laboratorium Klinik. Jakarta : Boehringer Mannhein. 5. Hadi, Anwar. 2000. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 6. Kahar, Hartono. 2005. Peningkatan Mutu Pemeriksaan di Laboratorium Rumah Sakit. Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 7. Kee, Joyce LeFever. 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : EGC. 8. Nufitria, Efita. 2013. Uji Ketepatan dan Ketelitian dan Ketelitian Pemeriksaan Eritrosit, Leukosit, Hematokrit di Laboratorium Klinik Assutuyah Pati. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. 9. Pertiwi, Danis. 2010. Pemantapan Mutu Laboratorium Bidang Kimia Klinik vol.
10.
11.
12.
13.
XLVIII No.122. Semarang : Universitas Islam Tulungagung (UNISSULA). Riyono. 2007. Pengendalian Mutu Laboratorium Kimia Klinik Dilihat dari Aspek Mutu Hasil Analisis Laboratorium. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan Vol.7 No.2. STIE AUB Surakarta. Sacher, Ronald A. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium edisi II . Jakarta: EGC. Speicher, Carl E., Jack W. Smith. 1996. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif (Choosing Effective Laboratory Tests). Jakarta : EGC. Stanbio Laboratory. Glucose Liquicolor (oxidase) Procedure No. 1070.
14. Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta: Penerbit Amara Books. 15. Syifak. 2013. Hubungan Pemantapan Mutu terhadap Hasil Analisis Laboratorium Kimia Klinik dengan Parameter Kolesterol dan SGPT. Semarang : Universitas Muhammaditah Semarang. 16. Syukri, Maimun. 2007. Asam Urat dan Hiperurisemia. Universitas Sumatera Utara: Majalah Kedokteran Nusantara.. 17. Westgard JO. Basic Planning for Quality. Madison, WI : Westgard QC, 2000, 272 pp. 18. Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.
View more...
Comments