Pengantar Penyakit Degeneratif Ortopedi

April 21, 2019 | Author: IyanAsiana | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Pengantar Penyakit Degeneratif Ortopedi...

Description

Pengantar Mengenai Penyakit - Penyakit Degeneratif  Dalam Bidang Orthopedi I.

Pendahuluan Penyak Penyakit it degene degenerati ratiff adalah adalah penyak penyakit it yang yang diakibat diakibatkan kan oleh oleh proses penuaan penuaan pada sel-sel sel-sel organ tubuh. tubuh. Dalam bidang bidang Orthopedi, Orthopedi, penya penyakit kit ini melip meliput utii kela kelaina inan n yang yang terjad terjadii pada pada perse persend ndian ian,, otot, otot, tendon, bursa dan kartilago kartilago sendi yang banyak banyak menyerang menyerang golongan golongan lanjut usia. Secara Secara biokimia biokimiawi, wi, proses proses degener degenerasi asi pada pada kartilag kartilago o sendi sendi diawali karena hilangnya hilangnya  proteoglikan, yaitu yaitu kompone komponen n dasar dasar dari matrik kartilago. Kemunduran matrik inilah yang menyebabkan seratsera seratt

kola kolage gen n

kehi kehila lang ngan an

daya daya

supo suport rtny nya a

sehi sehing ngga ga

kart kartil ilag ago o

mengalami fibrilasi ( pemendekan ). Menurut analisa para pakar kesehatan di awal tahun 90-an, insiden penyakit degeneratif ini meningkat secara bermakna, yang menjadi beban masyarakat, serta akan menyedot anggaran kesehatan pemerintah. Penyakit degeneratif ini juga telah menjadi ancaman penduduk dun dunia sehi sehing ngga ga memb membua uatt para ara pak pakar ahli ahli tula tulang ng dan dan send sendii mengadakan mengadakan berbagai seminar dan pertemuan untuk merumuskan merumuskan langkah - langkah antisipasi untuk mencegah agar insidensi penyakit ini

tidak tidak sema semakin kin tingg tinggii pada pada golon golongan gan lan lanjut jut usia usia ( lans lansia ia ). Hasilnya, tanggal 18 April 1998 di Lund University Sweden,

para para dokt dokter er ahli ahli orto ortope pedi di,, reha rehabi bili lita tasi si medi medik, k, peny penyak akit it dala dalam, m, rheumatologi, obstetri dan ginekologi, osteoporosis dan berbagai LSM, menyetujui gerakan sosialisasi penyakit tulang dan sendi yang diberi nama Bone and Joint Decade Joint Motion .

II.

Jenis-jenis gangguan degeneratif pada persendian dan jaringan terkait 1.

Penyakit se sendi de degeneratif (Osteoarthritis )

Dis Disebut ebut

juga juga

denga engan n

peny penyak akit it

osteoarthrosis, osteoarthrosis, arthritis degeneratif, degeneratif,

dege degen neras erasii

send sendi, i,

dan arthritis arthritis hipertropi hipertropik. k.

Dimulai dengan adanya kemunduran dari kartilago sendi yang seca secara ra

khas khas terj terjad adii

dege degene nera rasi si prog progre resi siff

dari dari kart kartil ilag ago, o,

hipe hipertr rtrop opi, i, pembe pembentu ntukan kan tulan tulang g subko subkond ndral ral dan dan inflam inflamasi asi sekunder sekunder dari membrana sinovial, sinovial, yang terjadi secara lokal dan tidak ada efek sistemik. Insidensi

Dilaporkan, penyakit ini menyebabkan dampak ekonomi 30 kali lebih besar di kawasan Amerika Utara. Pada usia di atas 60 tahun, 25% wanita dan 15% pria didapatkan gejala-gejala yang dihubungkan dengan penyakit ini. Setelah usia 70 tahun, lebih dari 80% wanita dan pria terserang oleh penyakit ini.  Ada dua dua tipe dari dari penyakit penyakit ini, yaitu yaitu : 1.

Tipe primer/idiopatik  Lebih sering terjadi pada wanita dewasa, dapat membaik spontan pada usia paruh baya, terjadi progres yang yang lamba lambatt terut terutama ama pada pada pros proses es norma normall penu penuaan aan sendi.

2.

Tipe sekunder  Lebih sering terjadi pada pria dewasa, pada pada semua semua umur umur

akiba akibatt

membaik

traum trauma, a, defo deformi rmitas tas,, atau atau

penyakit akibat kerusakan pada kartilago sendi.

2

Etiologi

1.

Tipe primer/idiopatik Penyebab dari tipe ini kebanyakan tidak diketahui, meskipun

obesitas

dianggap

sebagai

faktor

yang

memperberat persendian yang menyangga beban tubuh seperti lutut. 2.

Tipe sekunder   Beberapa tipe injuri, deformitas dan penyakit akan menimbulkan lesi pada kartilago yang berkembang menjadi penyakit sendi degeneratif sekunder yang terjadi secara

progresif.

Biasanya

lebih

banyak

pada

eketremitas bawah dibandingkan dengan ekstremitas atas.

Beberapa keadaan di bawah ini mengawali terjadinya tipe sekunder dari arthritis kronik, antara lain : 

kongenital abnormal, seperti dislokasi panggul kongenital dan kaki X.



Infeksi

sendi,

seperti

arthritis

septik dan

arthritis

tuberkulosa. 

Inflamasi non spesifik, seperti rematoid arthtritis dan ankilosing spondilitis.

3



 Arthritis metabolik, seperti gout, pseudogout dan okronosis.



Hemarthrosis berulang seperi hemofilia.



Injuri, seperti fraktur intra artikuler pada trauma mayor  dan stres okupasi pada trauma minor.



Deformitas ekstra artikular, seperti lutut bengkok



Instabilitas sendi, seperti

dan

subluksasi pada sendi.



Kerusakan kartilago iatrogenik, seperti kompresi yang

karena kelemahan ligamen

terus -menerus pada permukaan sendi selama masa penanganan di bidang ortopedi. Gejala dan tanda klinik serta Diagnosis

Gejala klinik yang didapatkan pada penyakit ini adalah rasa nyeri, kemerahan, hipertensi intra oseus dan tanda – tanda krepitasi persendian seperti

adanya gemeretak pada sendi,

dan sendi cenderung menjadi kaku setelah periode istirahat. Diagnosis ditegakkan, selain dari anamnesa dengan gejala-gejala di atas, pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan pada sendi, karena efusi moderat dan akan tampak lebih jelas jika ada atrofi otot di sekitarnya. Selain itu, didapatkan pergerakan sendi baik aktif maupun pasif yang terbatas. Pada pemeriksaan radiologi, didapatkan ruang kartilago menyempit, adanya kista dan sklerotik subkondral, terjadi pembentukan osteofit, remodelling sendi dan abnormalitas bentuk sendi. Contoh untuk tipe primer atau idiopatik dari jenis ini adalah Nodus Herbeden, yang sering kali terlihat pada sendi interpalang distal. Sedangkan lesi nodul pada sendi interpalang proksimal dikenal sebagai Nodus Bouchard.

4

Prognosis

Pada ekstremitas atas, prognosisnya relatif lebih stabil, sedangkan pada ekstremitas bawah prognosisnya relatif lebih buruk. Hal ini dimungkinkan, karena ekstremitas bawah sebagai penyangga beban tubuh lebih banyak digunakan untuk berjalan.

2.

Penyakit sendi degeneratif pada tulang belakang (vertebra)

Tulang

belakang

terdiri

dari

23

sendi

diskus

intervertebralis dan 46 sendi facet posterior ( apofiseal ). Diskus intervertebralis ini merupakan struktur pertama dari sistem muskuloskeletal yang dipengaruhi oleh perubahan degeneratif  dari proses penuaan yang normal. Penyakit jenis ini pada umumnya didapatkan lebih banyak dibandingkan jenis osteoarthritis, mengingat besarnya tekanan dan strain pada tulang belakang ketika manusia sedang bekerja. 1.

Pada segmen Servikal

Penyakit

degeneratif

pada

tulang

belakang

segmen Servikal ( Spondilosis servikalis ), baik pada diskus

maupun sendinya,

tidak

sebanyak pada

segmen Lumbal. Gejala , Tanda Klinik dan Diagnosis

Sebagian besar orang di atas usia 60 tahun mana

di

pada gambaran radiologi terbukti ada penyakit

degeneratif

pada diskus dan sendi tulang belakang

5

segmen

Servikal,

ternyata

secara

klinis

tidak

menunjukkan gejala kekakuan pada leher. Jika spondilosis servikal sudah parah, barulah menimbulkan rasa nyeri pada leher yang dijalarkan sampai ke bahu atau lengan. Iritasi pada saraf servikal menyebabkan rasa nyeri pada leher dan bahu yang disertai parestesi. Kompresi pada Servikal 5-6 menimbulkan

kelemahan pada otot-

otot Deltoid dan Biseps, berkurangnya refleks Biseps sensasi kulit pada ibu jari dan jari telunjuk. Kompresi kelemahan

pada

otot-otot

Servikal

Triseps,

6-7

menimbulkan

berkurangnya

refleks

Triceps dan sensasi kulit pada jari telunjuk dan jari tengah. Diagnosis ditegakkan

selain gejala dan tanda

klinis di atas, pada pemeriksaan leher didapatkan gerak yang

terbatas,

spasme

otot

ringan,

pemeriksaan Neurologi pada ekstremitas

sehingga atas selalu

menjadi indikasi. Selain adanya

itu,

gambaran

penyempitan

ruang

radiologi diskus

menunjukkan dan

terjadi

pembentukan osteofit. 2.

Pada segmen Lumbal

Penyakit degeneratif pada

vertebra segmen

Lumbal meliputi sendi diskus intervertebralis dan sendi facet posterior, seperti halnya pada segmen Servikal. Kedua penyakit ini diperberat oleh karena injuri, deformitas dan penyakit sebelumnya. Nyeri tulang punggung bawah merupakan gejala paling umum yang timbul. Diperkirakan, 80% orang dewasa, minimal sekali

6

dalam

hidupnya

pernah

merasakan

nyeri

tulang

punggung bawah. Etiologi

Beberapa hal yang menyebabkan nyeri pada tulang punggung bawah baik akut maupun kronik adalah sebagai berikut : 

Faktor mekanik : punggung,

kelemahan

otot

- otot

obesitas, postur yang tidak

seimbang dan kurang gerak. 

Faktor kimia : perokok



Injuri spesifik : jatuh, kecelakaan lalu lintas, mengangkat

beban

berat

tanpa

membengkokkan lutut 

Spondilolithiasis



Infeksi : hematogenos osteomielitis



Neoplasma, baik benigna maupun maligna

Gejala, Tanda Klinik dan Diagnosis 1.

Instabilitas segmental

Nyeri punggung

baik

yang

kronik

maupun yang intermiten dirasakan jika ada aktifitas yang berlebih, dan berkurang saat istirahat.

Dirasakan

secara

lokal

maupun

dijalarkan sampai ke pantat. Gambaran adanya

radiologi

instabilitas

hipermobilitas.

7

menunjukkan

segmental

dan

2.

Hiperekstensi segmental

Hiperekstensi kronik

maupun

segmental persisten

baik

yang

menyebabkan

nyeri tulang punggung bawah yang kronik dan

intermiten

( lumbago ), dirasakan

secara lokal maupun dijalarkan sampai ke pantat

dan

sering kali turun ke bawah

sampai paha. Gambaran

radiologi

menunjukkan

adanya subluksasi sendi facet posterior. 3.

Penyempitan segmental

Keadaan

ini merupakan gambaran

adanya fase lanjut dari penyakit degeneratif  pada

segmen

merasakan

Lumbal.

Penderita

kekakuan pada punggung bawah,

mengeluh nyeri setelah ada aktifitas yang berat dan kehilangan mobilitas dalam Gambaran

radiologi

bergerak.

menunjukkan

adanya osteofit yang mempersempit ruang diskus intervertebralis. 4.

Hernia

Diskus Intervertebralis

( Hernia

Nukleus Pulposus /HNP )

Keluhan

dirasakan

penderita

secara

mendadak / tiba-tiba setelah beberapa hari melakukan aktifitas yang berat. Penderita bawah yang hebat saat

mengeluh nyeri ( lumbago akut ),

punggung terutama

bersin dan batuk . Jika nyeri sangat

hebat,

penderita tidak dapat bergerak

8

sehingga

harus dibantu sampai ke tempat

tidurnya. Keluha nyeri dapat dijalarkan sampai

ke

ekstremitas bawah seperti pantat, paha, dan kaki. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan

spasme

otot-otot

di

penderita

cenderung

skoliosis

untuk

daerah

berdiri

lumbal,

dengan posisi

mengurangi rasa nyeri,

gerakan fleksi dan ekstensi vertebra sangat terbatas. Tes Bowstring positif  merupakan tanda

akurat adanya iritasi persyarafan. Berkurangnya hantaran syaraf ke kulit menimbulkan kelemahan sensasi pada kulit dan otot yang dipersyarafi. Berkurangnya hantaran syaraf dari nervus Lumbal

ke

lima

menyebabkan

menurunnya

sensori pada daerah dorsum kaki dan lemahnya otot-otot

dorsifleksor

Berkurangnya

dari

hantaran

engkel

dari

dan

nervus

kaki.

Sakralis

pertama menyebabkan menurunnya sensori pada aspek lateral kaki, menurunnya refleks engkel dan kelemahan otot-otot plantar fleksor kaki. Pada umumnya gambaran radiologi kurang memberikan

gambaran

yang

sesuai

dengan

pemeriksaan klinis. Mielografi diperlukan terutama bila dicurigai adanya neoplasma pada tulang belakang. Yang lebih akurat adalah dengan pemeriksaan

CT

Scan

yang

dengan Mielografi atau MRI.

9

dikombinasikan

5.

Stenosis Spinal

Nyeri punggung bawah menjadi keluhan yang dirasakan penderita jika terjadi kompresi kauda equina oleh Stenosis spinal tipe sentral sehungga menyebabkan nyeri radikuler. Nyeri ini dihubungkan dengan iskemik otot yang disyarafi, sehingga dirasakan oleh penderita ketika sedang berjalan, dan berkurang jika duduk atau berbaring. Diagnosis makin diperjelas dengan pemeriksaan CT Scan yang dikombinasi dengan Mielografi.

3.

Penyakit sendi Neuropati ( Sendi Charcot )

Penyakit ini ditandai dengan adanya destruksi dari satu atau lebih sendi yang berlangsung secara cepat dan progresif  yang didahului oleh hilangnya sensasi normal sebelumnya, terutama rasa nyeri yang dalam dan pada perubahan posisi. Insidensi

Pada umumnya penyakit ini didasari oleh adanya Tabes dorsalis sifilis ( ataksia lokomotor ), tetapi hanya sedikit yang

berkembang menjadi sendi Carchot. Sedangkan Neuropati 

10

diabetika, disebut-sebut menyebabkan penyakit neuropati di

sendi-sendi perifer kaki. Sementara itu, Siringomelia yang menyerang bagian atas medula spinalis, seringkali merupakan komplikasi pada persendian di ekstremitas atas. Dilaporkan,

gangguan-gangguan

neurologi

seperti

paraplegi, lepra ( penyakit Hansen ) dan nyeri kongenital yang tidak diketahui sebabnya, jarang dihubungkan dengan penyakit ini.

Gejala, Tanda Dan Diagnosis

Penyakit ini sering menyerang pada orang dengan usia di atas 40 tahun yang mengeluh adanya pembengkakan, rasa nyeri dan instabilitas pada sendi yang terkait. Penderita tidak menyadari adanya kerusakan sendi yang terus terjadi, sampai timbul krepitasi yang menyebabkan hilangnya stabilitas sendi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembengkakan hebat pada sendi, dan gerakan pasif yang terbatas pada semua arah. Pada aspirasi sendi didapatkan cairan sinovial yang banyak bercampur darah. Kelainan neurologi makin menguatkan diagnosis penyakit ini. Pada pemeriksaan radiologi, didapatkan gambaran khas berupa sklerotik, subluksasi dan dislokasi sendi.

11

Gbr. sendi Charcot  4.

Rematik non artikular   1.

Sindroma nyeri Miofasial ( Fibrositis )

Disebut juga dengan istilah Sindroma fibromialgia, Deposit sensitif, Rematik muskular, dan Rematik tension. Istilah fibrositis sering tidak digunakan oleh para dokter, karena secara klinis penyakit ini tidak menunjukkan tanda-tanda adanya proses inflamasi. Gejala klinik

12

Penyakit ini dikeluhkan oleh penderita dengan nyeri yang dalam pada otot dan fasia tulang terkait, pada umunya di daerah leher dan punggung, bisa timbul secara kronik maupun rekuren. Otot yang terserang menjadi sangat hipersensitif oleh tekanan yang langsung mengenainya. Indurasi pada otot dan fasia yang etrserang sering tidak teraba. Nyeri dirasakan secara lokal, tetapi sering juga dijalarkan. Nyeri dipicu pada saat emosi, tidak banyak beraktifitas dan suhu yang relatif  dingin. Mereda pada keadaan sebaliknya, yaitu pada suasana hati yang tenang, banyak beraktifitas dan suhu yang panas. Smythe

dan

Moldofsky

melaporkan

adanya

hubungan antara penyakit ini dengan pola gangguan tidur, seperti insomnia, sering terbangun dari tidur dan kelemahan badan. Penderita juga mengeluhkan adanya kekakuan pada sendi. Faktor psikologi juga sering menyertai

gejala

penyakit

ini

seperti

kecemasan.

Sindroma nyeri Miofasial lebih berhubungan dengan perubahan iklim di luar.

2.

Penyakit degeneratif pada Tendon dan Kapsul Insidens dan Etiologi

Nyeri bahu sering dikeluhkan oleh orang dengan usia di atas 40 tahun. Pada usia tua, suplai darah ke tendon kapsul sendi menjadi kurang adekuat, akibatnya terjadi

penurunan

distribusi

nutrien

pada

sel-sel

interseluler, sehingga perubahan degeneratif lokal tidak dapat dihindarkan.

13

1.

Pada daerah bahu

Perubahan

degeneratif

yang

paling

sering

ditemukan adalah adanya proses inflamasi, sering disebut

sebagai

tendinisitis,

bursitis

dan

kapsulistis. Sindroma

klinik

yang

sering

menjadi

komplikasi dari penyakit ini di antaranya : tendinitis kalsifikasi, bursitis subakromial, tendinitis bicipital, muskulotendineus dan kapsulitis adesif ( frozen shoulder ). 2.

Tendinitis supraspinatus dengan kalsifikasi ( Rotator cuff Tendinitis )

Sekitar 3% dari populasi orang dewasa dilaporkan menderita Kalsifikasi distrofik

dari

muskulotendinitis supraspinatus , meliputi akut dan kronis. Pada yang akut, terjadi iritasi dari bursa subakromial

sehingga

menyebabkan

bursitis

subakromial dengan nyeri sebagai keluhan utama yang tidak berkurang saat istirahat. Pada

pemeriksaan

klinis,

didapatkan

adanya nyeri bahu yang hebat yang terjadi secara cepat dan mendadak. Penderita cenderung akan mengabduksikan bahu untuk mengurangi rasa nyerinya. Sindroma nyeri arkus adalah rasa nyeri yang dirasakan jika abduksi dilakukan antara 50 derajat hingga 130 derajat, karena adanya kontak langsung antara tendon supraspinatus dengan akromion.

14

Gambaran radiologi menunjukkan adanya deposit kalsium yang masuk ke daerah humerus. Pada yang kronik, ditandai dengan adanya deposit kalsium yang secara perlahan mengisi daerah

tendon

supraspinatus,

hingga

menimbulkan gejala tendinitis pada umumnya. Penderita mengeluh nyeri, meskipun tidak seberat yang akut, tapi cukup mengganggu pola tidurnya. Sindroma nyeri arkus dapat juga muncul di sisi lateral akromion. Nyeri juga dirasakan jika penderita menggerakkan bahu dari posisi aduksi dan rotasi eksternal, ke arah posisi abduksi dan rotasi internal.

Hal ini dikarenakan adanya

persinggungan antara tuberositas humeri dengan akromion ( tes pergeseran positif ).

Gbr. Tendinitis supraspinatus dengan kalsifikasi  3.

Robekan di Lipatan muskulotendineus ( Tears of the musculotendinous Cuff )

Terdiri dari parsial dan komplit.

Banyak

pada usia paroh baya, di mana angka kejadian pada laki-laki 2 kali banyak daripada wanita. Pada yang parsial, strain adalah penyebab terbesar

untuk

15

terjadinya

robekan

pada

muskulotendineus. Penderita pada awalnya dapat mengabduksikan

bahunya,

tetapi

dapat

mengalami sindroma nyeri arkus juga. Pada yang komplit, biasanya didahului oleh proses injuri pada daerah bahu. Pada sebagian penderita, robekan pada muskulotendineus tidak selalu signifikan dengan injuri. Pada umumnya penyakit ini dikeluhkan oleh laki-laki di atas 60 tahun yang pada awalnya tidak

dapat

mengabduksikan lengannya

dan

mencoba mengangkat bahunya. Secara pasif lengannya dapat diabduksi sampai

90

derajat,

mempertahankan

sehingga

dia

posisinya

dapat dengan

menggunakan otot deltoid. Pemeriksaan menggunakan

radiologi

material

diinjeksikan ke dalam

radioopak

dengan yang

sendi bahu ( artrografi )

menunjukkan gambaran adanya material yang menyebar dari sendi ke dalam bursa . 4.

Tendinitis bicipital dan Tenosinovitis

Sumber nyeri pada penyakit ini diawali dengan

adanya perubahan degeneratif pada

tendon kaput

otot biseps yang disertai proses

inflamasi pada sarung sinovial, umumnya banyak terjadi pada wanita. Rasa nyeri di daerah anterior bahu dipicu oleh

posisi

supinasi

lengan

depan

hingga

melawan resistensi dari fleksi siku tanpa adanya

16

gerakan bahu. Fenomena

ini disebut dengan

tanda nyeri palm up atau tanda Yergason.

5.

Ruptur pada Tendon Biseps

Biasanya degeneratif

didahului

oleh

perubahan

sebelumnya pada tendon biseps

sehingga terjadi ruptur saat fleksi siku. Pada penyakit ini penderita mengeluh nyeri sedang. Pada

pemeriksaan

fisik,

jika

penderita

memfleksikan siku, akan terjadi kontraksi otot biseps pada bagian distal yang menyerupai bola.

Gbr. Ruptur Tendon Biseps

6.

Kapsulitis adesif pada bahu ( frozen shoulder )

Meliputi gangguan intrinsik dan ekstrinsik bahu.

Kapsul yang terinflamasi akan beradesi

dengan kaput humeri, yang dapat menghalangi pergerakan sendi glenohumeral.

17

Pada awalnya, penderita mengeluh nyeri bahu yang dirasakan berangsur-angsur akibat proses inflamasi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan spasme otot-otot

bahu.

Setelah

beberapa minggu,

keadaan menjadi subakut, sendi bahu menjadi kaku,

dan nyeri

akut.

mengabduksikan

Jika

lengannya,

penderita

akan

dia

akan

mengelevasi dan merotasi skapulanya, karena adanya strain pada sendi akromioklavikuler , nyeri akan dirasakan sampai setinggi telinga. Prognosis penyakit ini cenderung membaik dengan sendirinya, bisa berlangsung antara 12 hingga 24 minggu.

7.

Sindroma Tangan-Bahu

Penyakit ini sering terjadi tetapi kurang mendapatkan

perhatian

Contohnya adalah

dari

penderitanya.

distrofi refleks simpatetik.

Penyakit ini biasanya menyerang orang dengan usia di atas 50 tahun terutama yang mempunyai ambang stres nyeri yang rendah. Ditandai dengan adanya nyeri pada tangan dan

bahu,

disertai

gangguan

neurovaskuler,

kelembaban dan hiperestasi pada kulit, atrofi pada  jaringan subkutan, edema kronis, selanjutnya menyebabkan osteoporosis).

18

disuse

atrofi

tulang

( disuse

Gbr. Sindroma Tangan-bahu 

8.

Penyakit Tendon Degeneratif pada Siku.

Penyakit ini terjadi karena adanya proses nekrosis lokal, kalsifikasi distrofik dan ruptur  patologis, yang diperberat oleh karena trauma lokal dan aktifitas yang berat. Tennis Elbow ( Epikondilitis lateral )

adalah contoh dari jenis penyakit pada

siku yang

sudah

dikenal.

degeneratif  Penderita

mengeluh nyeri pada siku aspek lateral, nyeri dijalarkan sampai ke lengan bagian depan. Nyeri dipicu oleh aktifitas yang menyebabkan tensi pada otot-otot ekstensor lengan, seperti pada posisi

19

dorsofleksi aktif dari pergelangan tangan yang melawan resistensi. Gambaran radiologik menunjukkan adanya kalsifikasi distrofik di area degenerasi otot-otot ekstensor,

sementara

sendi

sikunya

sendiri

Tendon

pada

tampak normal.

Gbr. Tennis Elbow  9.

Penyakit

Degeneratif

Pergelangan tangan dan Tangan 1.

Stenosan Tenovaginitis

de

Quervain

Terjadi pada bagian paling bawah dari tulang radius, yang melibatkan tendon dari otot Abduktor Polisis Longus dan Ekstensor Polisis Brevis. Terjadinya friksi di antar

keduanya

diakibatkan

karena

perbedaan penggunaan dan fungsi masingmasing, sehingga dan

menimbulkan konstriksi

stenosis. Penderita

mengeluh

nyeri

pada

pergelangan tangan yang dijalarkan sampai ke

lengan

20

dan

distal

ibu jari. Tes

Finklestein positif  jika penderita merasa

nyeri pada

saat

ibu jarinya didekatkan

ke arah ulnaris.

Gbr.

Stenosan

Tenovaginitis

de

Quervain

2.

Stenosan Tenovaginitis Digitalis

Terjadi pada jari tengah penderita, di mana dia

tidak

bisa mengekstensikan

 jarinya secara normal. Ekstensi hanya dapat dilakukan secara tiba-tiba.

21

Gbr. Stenosan Tenovaginitis digitalis

3.

Kontraktur

Dupuytren

pada fasia

Palmaris

Keadaan

ini

akibat

adanya

kontraktur pada jaringan fibrosa palmaris yang terjadi secara progresif. Umumnya  jarang didapatkan pada laki-laki di atas 50 tahun.

Penyebab tidak diketahui, tetapi

diduga bersifat herediter. Gangguannya

bersifat

bahkan bisa menyerang

bilateral,

pada

fasia

plantaris.

Penderita mengeluh nyeri dan

terjadi

fleksi

deformitas

pada

metakarpopalang dan sendi interpalang proksimal.

22

Gbr. Kontraktur Dupuytren 4.

Ganglion

Merupakan pembesaran dinding kulit yang kistik, mengandung cairan sinovial yang jernih, dan musin. Penyebabnya tidak diketahui, degenerasi

tetapi

dihubungkan

mukoid

pada

periartikuler, kapsul sendi

dan

dengan jaringan sarung

tendon. Terbatas pada daerah tangan dan kaki, umunya di daerah dorsum. Penderita

mengeluh

adanya

pembengkakan yang lunak yang cenderung makin membesar, dan menyebabkan rasa tidak nyaman yang cukup mengganggu. Dapat regresi spontan, tetapi pada umumnya membutuhkan tindakan operatif.

23

5.

Kista Poplitea ( Kista Baker )

Mirip ganglion, kista ini berhubungan dengan bursa semimembranosa, biasanya terjadi pada masa anak-anak dan dapat regresi spontan. Pada terdapat pemeriksaan

orang

dewasa

pada

sendi lutut. Pada

fisik

biasanya

didapatkan

cairan

sinovial pada sendi yang disebabkan oleh

rematoid

artritis

atau

penyakit

sendi degeneratif. Pada kista yang besar dapat terjadi ruptur Jika

dan dapat terjadi trombosis vena. dirasakan

mengganggu,

tindakan

operatif dapat menjadi pilihan. 6.

Kista Meniskal

Terdapat

pada meniskus

lateral,

berupa kista lunak pada persendian yang berisi cairan sinovial. Jika menimbulkan gangguan, maka tindakan eksisi perlu dilakukan. 7.

Bursitis

Proses inflamasi yang terjadi pada bursa membranosa, di mana bursa menjadi tipis dan terdapat efusi bursa. Umumnya disebabkan oleh tekanan dan friksi akibat pemakaian sepatu yang ketat sehingga menimbulkan tekanan pada prominentia kaput

metatarsal

pertama

mengakibatkan rasa nyeri.

24

yang

Contohnya

adalah

Bursitis

prepatelaris, bursitis ischialis dan bursitis olekranon.

Penyakit

ini

berhubungan

dengan deposit asam urat yang meningkat.

Gbr. Bursitis

25

Referensi : 1.

Robert

Bruce Salter , Textbook of Disorders and Injuries of the

Musculosckeletal System, Third Edition : 257-300. 2.

WWW. Edu/ortho.html.

26

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF