Penemuan Dan Pengobatan Tb (Edit)
June 17, 2019 | Author: ajeng saputri | Category: N/A
Short Description
penemuan dan pengobatan Tb...
Description
PENEMUAN DAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU
BEBAN TUBERKULOSIS WHO 2016
KASUS BARU 1.020.0000
MORTALITAS 100.000
INTENSIFIKASI PENEMUAN KASUS Eliminasi TB Eliminasi TB 2035 Eradikasi TB Eradikasi TB 2050 STRATEGI 1. Pasif , intensif fasilitas kesehatan fasilitas kesehatan dengan jejaring dengan jejaring layanan layanan TB TB 2. Aktif dan massif dan massif berbasis keluarga berbasis keluarga dan masyarakat dan masyarakat..
Akselerasi Penemuan Pasien TB A.
Penemuan Intensif
Pasif B Penemuan Aktif Penemuan Aktif dan dan masif
Penguatan jejaring layanan kesehatan melalui kegiatan PPM berbasis kab/kota Penguatan kolaborasi layanan melalui intensifikasi intensifikasi penemuan kasus TB
1. Investigasi Kontak 2. Penemuan pada kondisi khusus 3. Penemuan di tempat khusus
Kader Petugas posyandu, puske puskesm smas as,, toko toko masy masyar arak akat at
PERIOPERATIF
KLINIS TERDUGA TB
RAJAL DENGAN KOMORBID DM, DLL
RANAP DENGAN KOMORBID DM, DLL
MCU
PASIEN IGD
PERSIAPAN KEMOTERAPI
PERSIAPAN PEMBERIAN IMUNOSUPRESAN
•
DAN LAIN2
PENEMUAN KASUS TB DI RS
PERSIAPAN TRANSPANTASI
RENCANA PEMBERIAN ARV PADA ODHA
Penemuan dini orang terduga TB melalui intensifikasi penemuan secara pasif intensif
LATAR BELAKANG Tuberkulosis Airborne Infection Disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis Kuman TB dapat menyerang paru dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
DIAGNOSIS ?
Standar 1 Untuk memastikan diagnosa dini, pemberi pelayanan kesehatan harus mengetahui faktor risiko tuberkulosis (TB) untuk individu dan kelompok serta melakukan evaluasi klinis cepat dan uji diagnositik yang tepat untuk orang dengan gejala dan temuan yang mendukung TB.
Standar 2 Semua pasien, termasuk anak, dengan batuk yang tidak diketahui penyebabnya yang berlangsung selama dua minggu atau lebih atau dengan temuan lain pada foto thoraks yang tidak diketahui penyebabnya yang mendukung ke arah TB harus dievaluasi untuk TB.
Addendum Untuk pasien anak, selain batuk gejala lain ke arah TB adalah berat badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir, gizi buruk, demam ≥ 2 minggu tanpa penyebab yang jelas
DIAGNOSIS ? Batuk > 2 minggu
Riwayat Medis • HIV • DM • Kegananasan • immunocompromais
Gejala Konstitusional • Demam • Nafsu makan menurun • Penurunan berat badan • Lemah • Lelah • Keringat malam
Faktor risiko infeksi • Kontak dengan penderita TB Aktif • Lingkungan padat penduduk • Tunawisma • malnutrisi
Pemeriksaan Fisik
Umum : Index Massa Tubuh menurun Paru : Tergantung luas kelainan struktur paru • Tahap awal: Sulit menemukan kelainan • Tahap lanjut: Suara napas melemah, ronki, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum umumnya terletak di daerah lobus superior
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Radiologi
Foto toraks: Proyeksi foto torak yang
rutin postero anterior
(PA), Top lordotik apabila dicurigai adanya lesi di apeks paru yang tertutupi oleh tulang iga dan klavikula Foto lateral
Pemeriksaan Penunjang
…
Gambaran foto thorax bervariasi • Infiltrat • Adenopati hilus • Atelektasis • Kavitas • Scar dan kalsifikasi • Nodul miliar • Bisa normal, khususnya pada pasien HIV lanjut
Pemeriksaan Penunjang
…
Ct - Scan Toraks : Dipertimbangkan
mendeteksi TB pada pasien dengan foto toraks meragukan, menentukan aktivitas penyakit, mendeteksi komplikasi menentukan lokasi kelainan yang tepat untuk perencaan terapi pembedahan.
Diagnosis Banding
Keganasan : Ca Paru Infeksi Bakteri: Abses, Pneumonia Infeksi Jamur : Aspergilus, PCP Penyakit granulomatosa: wagener granulomatosa, sarkoidosis paru Infeksi parasit: ekinokokus
Standar 3 Semua pasien, termasuk anak, yang diduga menderita TB paru dan mampu mengeluarkan dahak, harus memberikan minimal 2 spesimen dahak untuk pemeriksaan mikroskopik atau satu spesimen dahak untuk pemeriksaan Xpert ® MTB/RIF di laboratorium yang sudah teruji kualitasnya. Pasien dengan risiko resistensi obat TB, pasien dengan risiko HIV, atau yang sakit berat, seharusnya pemeriksaan Xpert® MTB/RIF dilakukan sebagai pemeriksaan awal diagnostik. Pemeriksaan serologis dari darah dan interferongamma release assays tidak boleh digunakan untuk diagnosis TB aktif . Addendum Spesimen dahak salah satunya harus berasal dari dahak pagi
Pemeriksaan Penunjang
…
Spesimen Pemeriksaan Bakteriologi
Sputum Minimal 2 kali, minimal 1 kali di pagi hari. Sulit memproduksi sputum, pertimbangkan induksi sputum dengan inhalasi salin hipertonik atau normal salin Cairan BAL (Bronchoalveolar lavage) Cairan Lambung
Pemeriksaan Penunjang
…
Pemeriksaan Bakteriologi
Mikroskopis: Untuk melihat (BTA menggunakan pewarnaan Ziehl Neelsen) Hasil diperoleh dalam 1x24 jam Kultur: Medium padat Loweinstein Jensen, hasil dalam 4 - 8 minggu Medium cair MGIT, hasil dalam 2-6 minggu Tes Cepat Molekuler M.Tb/Rif (Gene Xpert)
Pemeriksaan Penunjang
…
Pemeriksaan Laboratorium Darah Interferon-gamma release assay (IGRA) Terdapat 2 jenis IGRA: Quantiferon dan T SPOT Hanya mendiagnosis TB laten, tidak direkomendasi untuk menegakkan TB aktif. Hasil IGRA negatif tidak menyingkirkan TB laten maupun TB aktif Tidak dipengaruhi oleh vaksin BCG PCR TB
Pemeriksaan Penunjang
…
Pemeriksaan Laboratorium Darah
Tuberculin skin test (TST) Memicu reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap PPD Ukur indurasi kulit setelah 48-72 jam Positif bila indurasi 15 mm pada pasien immunokompeten. Pada pasien immunokompromais Indurasi 5 mm dinyatakan positif False positif dapat disebabkan oleh vaksin BCG
Kriteria Diagnosis Klinis TB (Klinis dan atau radiologis)
Bakteriologis (salah satu) 1. 2. 3.
Tes cepat molekuler (TCM), M.Tb /RIF Apusan sputum bakteri tahan asam (BTA) Kultur M. Tb dan uji kepekaan obat
Apabila hasil pemeriksaan bakteriologis negatif , maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan berdasarkan data klinis dan radiologis.
Definisi Kasus Definisi Pasien TB: 1. Pasien TB Terkonfirmasi Bakteriologis a. Pasien TB Paru BTA Positif, hasil TCM MTb positif, biakan MTb positif Pasien TB Ekstra Paru terkonfirmasi Bateriologis BTA, b. hasil TCM MTb positif, Biakan MTb positif TB Anak terdiagnosis secara bakteriologis c.
2. Pasien TB Terdiagnosis secara Klinis a. Pasien TB Paru BTA negative/Tes cepat MTb negative hasil foto toraks mendukung TB Pasien TB Paru BTA negative/Tes cepat MTb negative tidak b. ada perbaikan paska pemberian Antibiotik non OAT c. Pasien TB ekstra Paru terdiagnosis secara klinis/laboratoris/histopatologis tanpa ada konfirmasi bakteriologis TB Anak terdiagnosis dengan sistem skoring
Komitmen politis
1
Jaminan Ketersediaan OAT Yg bermutu
4
5
Diagnosa dengan mikroskop 2
3 Directly Observed Treatment Short-course
Pencatatan Baku Monitoring dan evaluasi
Pengobatan jangka pendek dgn pengawasan langsung
24
Alur Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa TERDUGA TB
Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status HIV nya
Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
Tidak memiliki akses untuk TCM TB
Memiliki akses untuk TCM TB
Pemeriksaan Mikroskopis BTA
Tidak bisa dirujuk
(--)
Foto Toraks
Mendukung TB
(+ +) (+ -) Antibiotika Non OAT
Pemeriksaan TCM TB
MTB Pos, Rif Sensitive
TB Terkonfirmasi Bakteriologis
Tidak Mendukung TB
Ada Perbaikan Klinis
Bukan TB;
TB Terkonfirmasi Klinis
MTB Pos, Rif Indeterminate
Ulangi pemeriksaan TCM
MTB Pos, Rif Resistance
TB RR
MTB Neg
Foto Toraks Mengikuti alur yang sama dengan alur pada hasil pemeriksaan mikrokopis BTA negatif (- -)
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan OAT Lini 1 dan Lini 2 Tidak Ada Perbaikan Klinis, ada faktor risiko TB, dan atas pertimbangan dokter
TB RR; TB
TB Pre XDR
TB XDR
MDR
Lanjutkan Pengobatan TB RO
Pengobatan TB RO dengan Paduan
Tujuan Pengobatan TB 1. Menyembuhkan pasien
2. Mencegah Kematian karena TB 3. Mencegah Kekambuhan 4. Memutus mata rantai Penularan 5. Mencegah Resistensi Obat 6. Mengurangi dampak Ekonomi dan Sosial
Prinsip Pengobatan Paduan OAT yang mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi Dosis yang tepat Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung PMO sampai selesai pengobatan dalam jangka waktu yang Diberikan cukup, terbagi dalam tahap awal untuk menjamin konversi serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan
Prinsip Pengobatan TB di Fasyankes
Tahap Awal • •
Diberikan setiap hari
Tahap Lanjutan •
Tujuan: menjamin konversi •
•
Obat program saat ini tersedia intermitten/1 minggu 3x Guidelines WHO tahun 2017: diberikan setiap hari Tujuan: membunuh sisasisa kuman yang masih ada dalam tubuh dan mencegah terjadinya kekambuhan
Lama pengobatan pasien TB tergantung kriteria pasien TB
Pengobatan TB Sensitif Obat Menggunakan OAT lini pertama Kategori 1 2(HRZE)/4(HR)3 atau 2(HRZE)/4(HR) Diberikan pada pasien: TB paru baru terkonfirmasi bakteriologis TB paru baru terkonfirmasi klinis
Kategori 2 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR) 3E3 atau 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR) E Diberikan pada pasien dengan riwayat pengobatan OAT dan tidak resisten : Kambuh Gagal pada pengobatan Kategori 1 sebelumnya Pengobatan setelah putus berobat (loss to follow-up)
Jenis OAT OAT LINI PERTAMA Jenis OAT
Sifat
Isoniasid (H)
Bakterisid
Rifampisin (R) Bakterisid
Dosis yang direkomendasikan (mg/kg) Harian 3 x seminggu 5 10 (4-6) (8-12) 10 (8-12)
10 (8-12)
Pirazinamid (Z)
Bakterisid
25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomisin (S)
Bakterisid
15 (12-18)
-
15 (15-20)
30 (20-35)
Etambutol (E) Bakteriostatik
Fixed Drug Combination (FDC) / Kombinasi Dosis Terpadu (KDT) Kategori I Dosis paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3 Tahap Awal
Tahap Lanjutan
Berat Badan
tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275)
3 kali seminggu selama 16 minggu RH (150/150)
30 – 37 kg
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38 – 54 kg
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55 – 70 kg
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Fixed Drug Combination (FDC) / Kombinasi Dosis Terpadu (KDT) Kategori II
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN TB KATEGORI PENGOBAT AN
BULAN PENGOBATAN
1
Pasien baru (====) 2(HRZE)/ 4(HR)ӡ
Pasien (====) pengobatan ulang 2(HRZE)S /(HRZE)/ 5(HR)ӡEӡ
2 (====) X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan tidak konversi* (====)
3
4
(-------)
(-------)
(X)
(====) X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan tidak konversi*.
5 (-------) X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan gagal *
(-------)
(-------)
(X)
X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan gagal*
6
7
8
(-------) X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan gagal*.
(-------)
(-------)
(-------) X apabila hasilnya BTA positif, dinyatakan gagal*
Update Pengobatan pasien TB
• Permenkes No. 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis • PNPK TB (sedang revisi /update) • WHO Treatment Guidelines 2017 OAT fase lanjutan setiap hari (daily ), saat ini belum tersedia dalam penyediaan obat program, tapi sedang dipersiapkan Diperkirakan akan tersedia 1-2 tahun kedepan
Ringkasan eksekutif
Terapi ekstensi pada pasien TB paru kasus baru 2011 Pada pasien TB paru kasus baru yang mendapat rejimen termasuk rifampisin, jika apusan dahak positif setelah fase intensif, tidak direkomendasikan terapi sisipan
2017 Masih valid
Steroid dalam regimen terapi meningitis TB dan perikarditis TB 2011 Tidak ada rekomendasi khusus
2017 UPDATE Pada pasien meningitis TB, terapi kortikosteroid ajuvan dengan deksametason atau prednisolon tappering off dalam 6-8 minggu. Pada pasien perikarditis TB, juga bisa diberikan terapi kortikosteroid.
Tatalaksana pasien TB dengan riwayat OAT 2011
2017
Kultur dan uji kepekaan obat sebaiknya dilakukan pada semua pasien TB dengan riwayat OAT, sebelum atau saat mulai terapi. Uji kepekaan minimal terhadap isoniasid dan rifampisin
Masih valid
Jika tersedia uji kepekaan berbasis molekuler (line probe assay/ LPA), hasilnya dijadikan panduan pemilihan rejimen
Masih valid
Jika uji kepekaan berbasis molekuler tidak rutin dikerjakan, maka pasien TB yang gagal pengobatan atau berisiko TB-MDR sebaiknya diberikan terapi rejimen MDR empiris
Masih valid
Inisiasi terapi ARV pada pasien terinfeksi HIV dengan TB
2011
2017
Terapi ARV sebaiknya dimulai pada semua pasien TB dengan HIV berapapun jumlah sel CD4
Masih valid
Terapi TB sebaiknya diberikan lebih dulu, diikuti ART dalam 8 minggu pengobatan. Pasien TB yang positif HIV dengan kondisi imunosupresan (sel CD4
View more...
Comments