December 22, 2017 | Author: meilyputri | Category: N/A
Pendekatan Saintifik dan Pembelajaran Interaktif dalam Pembelajaran Fisika Meily Putri Agustini*) Dosen Pengampu : Apit Faturrohman, S. Pd., M.Si Pendidikan Fisika FKIP UNSRI email :
[email protected]
1. Pendahuluan
Bahan ajar fisika yang ada selama ini cenderung hanya menekankan representasi matematis saja, dan tidak menggunakan pendekatan yang sesuai dengan proses pembelajaran yang ada, padahal fisika merupakan cabang ilmu yang menuntut proses pembelajaran, yang sesuai dengan hakikat IPA yakni tidak hanya berpusat pada penyelesaian masalah matematis tetapi juga pemahaman konsep yang baik. Pembelajaran sains khususnya fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan kumpulan pengetahuan (produk), tetapi juga proses mendapatkan dan menggunakan pengetahuan tersebut. Pembelajaran melalui pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan (Hosnan: 2014).
Namun, mata pelajaran fisika masih menjadi mata pelajaran yang tidak diminati untuk dipelajari oleh sebagian besar siswa. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Fauziah, 2013). Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut, antara lain: (1) meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi, (2) untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, (3) terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, (4) diperolehnya hasil belajar yang tinggi, (5) untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah, dan (6) untuk mengembangkan karakter siswa.Disebutkan bahwa dalam kondisi yang seperti itu harus tetap menerapkan nilai-nilai ilmiah dan menghindari nilai non-ilmiah, dan pembelajaran yang tepat itu disajikan dalam bentuk: (1) Mengamati; (2) Menanya; (3) Menalar; (4) Analogi dalam pembelajaran; (5)
Hubungan antar fenomena; dan (6) Mencoba. (Kemendikbud, 2013: 194207) Siswa dituntut untuk menguasai berbagai representasi berbeda seperti percobaan, grafik, konseptual/ keterangan lisan, rumus, serta gambar atau diagram secara bersamaan pada saat siswa mempelajari fisika. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Representasi juga merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau meyimbolkan obyek atau proses (Rosengrant, dkk., 2007). Permadi, dkk. (2013) mengungkapkan siswa belum memahami materi dalam banyak representasi Contohnya, siswa belum dapat membaca grafik dengan benar, belum dapat menjelaskan dan menggunakan ilustrasi atau verbal dengan tepat, kebanyakan dari siswa hanya memahami dalam satu bentuk representasi. Dalam membentuk gejala alam satu atau lebih besaran fisis saling berhubungan dan saling berinteraksi. Untuk mempermudah proses analisis dan penjelasan fenomena alam tersebut para fisikawan biasanya menggunakan berbagai bentuk representasi. Hubungan fungsional yang terjadi antara besaranbesaran fisis dalam suatu fenomena biasanya dinyatakan dalam formulasi matematika yang sederhana dan kemudian divisualkan dalam bentuk grafis. Interaksi-interaksi antara besaranbesaran fisika yang terjadi dalam suatu fenomena biasanya digambarkan dalam
bentuk diagram interaksi. Seiring dengan kemajuan bidang teknologi komputasi, maka representasirepresentasidari interaksi berbagai besaran fisis dalam suatu fenomena dapat disajikan menggunakan format dinamis dalam bentuk animasi dan simulasi (Zacharia dan Anderson, 2003). Ada beberapa alasan pentingnya menggunakan multirepresentasi seperti yang diungkap oleh Rosengrant dkk., (2007: 25), yaitu: (1) Multi kecerdasan (multiple intelligences), menurut teori multi kecerdasan orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Oleh karena itu siswa belajar dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan jenis kecerdasannya. Representasi yang berbeda-beda memberikan kesempatan belajar yang optimal bagi setiap jenis kecerdasan; (2) Visualisasi bagi otak Kuantitas dan konsep-konsep yang bersifat fisik seringkali dapat divisualisasikan dan dipahami lebih baik dengan menggunakan representasi konkret; (3) Membantu dalam mengkonstruksi representasi tipe lain Beberapa representasi konkret membantu dalam mengkonstruksi representasi yang lebih abstrak; (4) Beberapa representasi bermanfaat bagi penalaran kualitatif penalaran kualitatif seringkali terbantu dengan penalaran yang lebih konkret; (5) representasi matemaika yang abstrak digunakan untuk penalaran kuantitatif dimana representasi matematika dapat digunakan untuk mencari jawaban kuantitatif terhadap soal. Pendekatan multirepresentasi yang digunakan dalam program pembelajaran
konseptual interaktif memiliki efektivitas yang tergolong tinggi dalam menanamkan pemahaman konsepual fisika siswa (Suhandi dan Wibowo, 2012). Representasi dan multimedia dapat mendukung pembelajaran dalam berbagai cara, dengan mengidentifikasi fungsi yang dapat menyajikan, banyak temuan yang saling bertentangan yang timbul dari evaluasi yang ada di lingkungan belajar dapat dijelaskan. Hal ini akan menyebabkan prinsip-prinsip desain yang lebih sistematis (Ainsworth, 1999). Selanjutnya Kristen (2007) menjelaskan representasi yang lebih cocok dari eksperimen nyata dalam sistem multimedia memaksa siswa untuk memanipulasi merancang eksperimental langsung dan otentik. Komponen multimedia bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang berhubungan dengan praktis, konteks eksperimental realistis. 2. Pendekatan Saintifik Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah. Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas
yang melandasi ilmiah.
penerapan
metode
Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. Menurut majalah Forum Kebijakan Ilmiah yang terbit di Amerika pada tahun 2004 sebagaimana dikutip Wikipedia menyatakan bahwa pembelajaran ilmiah mencakup strategi pembelajaran siswa aktif yang mengintegrasikan siswa dalam proses berpikir dan penggunaan metode yang teruji secara ilmiah sehingga dapat membedakan kemampuan siswa yang bervariasi. Penerapan metode ilmiah membantu guru mengindentifikasi perbedaan kemampuan siswa. Pada penerbitan berikutnya pada tahun 2007 dinyatakan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus memenuhi tiga prinsip utama, yaitu: 1. Belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa. 2. Assessment berarti pengukuran kemajuan belajar siswa yang dibandingkan dengan targepencapaian tujuan belajar. 3. Keberagaman mengandung makna bahwa dalam pendekatan ilmiah mengembangkan pendekatan
keragaman. Pendekatan ini membawa konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode mengajar, serta konteks. Metode Ilmiah merupakan teknik merumuskan pertanyaan dan menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dalam penerapan metode ilmiah terdapat aktivitas yang dapat diobservasi seperti mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah berikut: 1. Merumuskan pertanyaan. 2. Merumuskan latar belakang penelitian. 3. Merumuskan hipotesis. 4. Menguji hipotesis melalui percobaan. 5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan. 6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan. 7. Jika Hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka lakukan pengujian kembali. Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis berdasarkan fakta dan teori. Pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Karena itu kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan berpikir ilmiah. Informasi baru digali untuk menjawab pertanyaan.Oleh karena itu, penguasaan teori dalam sebagai dasar untuk menerapkan metode ilmiah. Dengan menguasi teori maka siswa dapat
menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala, memprediksi, memandu perumusan kerangka pemikiran untuk memahami masalah. Bersamaan dengan itu, teori menyediakan konsep yang relevan sehingga teori menjadi dasar dan mengarahkan perumusan pertanyaan penelitian. Langkah-LangkahUmum Pembelajaran dengan Pendekatan Scientific Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan scientific, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah (scientific appoach). Langkah-langkah pendekatan ilmiah
(scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan scientific dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut : a. Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah
melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi. b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan
tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. c. Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek / kejadian / aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. d. Mengasosiasikan / Mengolah Informasi / Menalar Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-
peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. e. Menarik Kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan. f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Fisika di SMA Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika di SMA berdasarkan transkrip observasi pembelajaran dan transkrip wawancara dengan guru dan siswa. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika oleh Guru A adalah sebagai berikut. Kegiatan menanya dilakukan oleh siswa ketika tidak paham suatu materi dan guru merespon dengan positif. Kegiatan menanya juga dilakukan ketika siswa mengalami kendala saat praktikum. Guru sering memberikan permasalahan kontekstual untuk memancing siswa bertanya. Guru juga sering menampilkan gambar yang menarik. Dalam memecahkan masalah, siswa sering mengalami kebingungan, sehingga harus bertanya kepada guru. Kegiatan mengamati diupayakan guru dengan memberikan gambar-gambar fenomena fisis, kemudian menugaskan siswa untuk fenomena tersebut. Pada saat praktikum, siswa secara langsung ditugaskan untuk mengamati proses pengambilan data praktikum. Siswa mengungkapkan bahwa kegiatan mengamati dilakukan hanya dengan mengamati fenomena dalam bentuk gambar. Guru A mengungkapkan bahwa kegiatan mengamati difasilitasi dengan pemberian LKS yang memuat fenomena-fenomena fisis dalam kehidupan keseharian siswa.
Kegiatan mengumpulkan informasi dilakukan siswa melalui buku dan internet. Guru memberikan kebebasan bagi siswa untuk menggunakan internet agar materi yang diketahui siswa tidak hanya berasal dari guru dan buku saja. Kegiatan mengumpulkan informasi juga dilakukan melalui praktikum. Siswa mengakui sering menggunakan internet dan buku lain sebagai sumber belajar, namun materi yang diperoleh tersebut dipilah-pilah dan tidak langsung dijiplak. Kegiatan mengkomunikasikan tidak selalu dilakukan dengan cara presentasi. Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyampaikan pendapat. Siswa mengatakan bahwa untuk pelajaran fisika, siswa jarang ditugaskan untuk melakukan presentasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, kegiatan presentasi belum pernah dilaksanakan, tetapi siswa terlihat antusias dalam menyampaikan pendapat ketika diskusi kelompok dan diskusi kelas. Kegiatan mengasosiasi dilakukan dengan menganalisis LKS diskusi kelompok dan hasil data praktikum. Ketika pembelajaran tidak dilakukan melalui praktikum, kegiatan mengasosiasi dilakukan dengan menganalisa permasalahan yang diberikan oleh guru dalam LKS. Transkrip observasi pembelajaran yang dilakukan oleh Guru B menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan menanya dilakukan oleh siswa ketika mereka tidak mengerti konsep atau materi yang dijelaskan
oleh guru. Ketika mengalami kesulitan, siswa melakukan diskusi kelompok terlebih dahulu, dan akan ditanyakan lebih lanjut kepada guru ketika permasalahan tersebut tidak dapat dipecahkan. Kegiatan mengamati dilakukan dengan demonstrasi guru-siswa, dengan menggunakan media slinki dan tali untuk mengamati gelombang transversal dan longitudinal. 2. Kegiatan mengamati juga diupayakan melalui penayangan gambar fisik gelombang. Siswa membetulkan bahwa sering terjadi pengamatan dengan melakukan percobaan. Aspek mengumpulkan informasi dilakukan melalui praktikum, demonstrasi, dan membaca buku. Kegiatan mengasosiasi dilakukan Guru B dengan menugaskan siswa untuk menganalisis data yang praktikum serta menjawab soal-soal latihan pada buku. Kegiatan mengkomunikasikan dilakukan oleh Guru B dengan menunjuk siswa untuk mengajukan pendapat dan mempresentasikan hasil analisis data praktikum. Hasil studi terhadap dokumen RPP Guru B menunjukkan bahwa penerapan kegiatan saintifik dalam pembelajaran yang dilakukannya telah sesuai dengan RPP yang dibuat. 3. Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran Interaktif merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Pembelajaran terdapat Komponen–
komponen pembelajaran ditinjau dari pendekatan sistem, maka dalam prosesnya suatu pembelajaran akan melibatkan berbagai komponen, diantaranya: tujuan, guru, peserta didik, materi, metode, media serta evaluasi.
Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri (Faire & Cosgrove dalam Harlen, 1992). Meskipun siswa mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran interaktif merinci langkahlangkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk suatu mata pelajaran yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap pertanyaanpertanyaan siswa sebagai pusatnya (Harlen, 1992:48-50). Tahapan dalam model pembelajaran interaktif menurut Faire dan Cosgrove dalam Harlen (1996: 28) terdiri dari persiapan pengetahuan awal, kegiatan eksplorasi, pertanyaan siswa, penyelidikan, pengetahuan akhir dan refleksi. Kelebihan model pembelajara interaktif menurut Nurhasanah, (2004:17) diantaranya: Siswa lebih banyak kesempatan untuk melibatkan keingintahuannya pada objek yang akan dipelajari
Melatih siswa untuk mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa mupun guru Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi Guru sebagai fasilitator Guru Sebagai motivator Guru Sebagai perancang aktivitas belajar, Hasil belajar akan lebih bermakna
Dalam pembelajaran, peran guru mempunyai hubungan yang erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar, terutama dalam proses pengembangan keterampilan. Menurut Balen (1993), pengembangan keterampilan yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan praktis. Ketiga keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam situasi belajar mengajar yang interaktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Usmanr (1990) mengatakan bahwa pola interaksi optimal antara guru dengan siswa, antara siswa dengan gru, dan antara siswa dengan siswa merupakan komunikasi multiarah yang sesuai dengan konsep siswa aktif. Sebagai mana yang dikehendaki para ahli dalam pendidikan modern, hal ini sulit terjadi pada mixed ability, karena pada umumnya interaksi terjadi antar siswa pandai dengan guru. oleh karena itu, agar siswa termotivasi dalam komunikasi multiarah, maka guru perlu memilih strategi pembelajaran
yang menyenangkan. Sebagaimana pendapat Murray (1984) yang menyatakan bahwa hal-hal bersifat menyenangkan dapat menggali dan mengembangkan motivasi siswa. Motivasi siswa dipengaruhi taraf kesulitan materi. Ini berarti motivasi dapat berkurang apabila materi pembelajaran mempunyao taraf kesulitan yang tinggi atau sebaliknya. Tetapi taraf kesulitan juga dapat tegantung pada motivasi siswa. Hal tersebut didukung leh Sagimun dan Bimo Walgito (1983) yang menyatakan bahwa untuk membangkitkan emosi intelektual, siswa diberi semacam permainan-permainan atau teka-teki atau cerita-cerita yang bekaitan dengan materi yang hendak diajarkan. Murray dan Bimo Walgito (1983) menyatakan bahwa siswa usia anak-anak senang belajar terhadap hal-hal yang nyata dan menyenangkan. Dalam hal ini, guru perlu memahami adanya perbedaan dalam bidang intelektual, terutama dalam pengelompokkan siswa di kelas. Siswa yang kurang cerdas jangan dikelompokkan dengan siswa yang kecerdasannya setingkat dengannya, tetapi perlu dimasukkan kedalam kelompok siswa yang cerdas. Harapanya agar siswa kurang cerdas terpacu lebih kreatif, ikut terlibat langsung dengan motivasi yang tinggi dalam kerjasama dengan
teman yang sekelompok dengannya (Mursal, 1981). Kegiatan belajar interaktif tidak ditekankan pada “hasil”, tetapi pada “proses” belajar. Jadi yang lebih utama adalah menyusun strategi bagaimana siswa memperoleh pengetahuan dengan cara “mengalami”, bukan “menghafal”. Menurut Piaget dan Slavin (1995), struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi, yang berarti struktur pengetahuan baru dibuat atas struktur pengetahuan yang sudah ada, pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menyesuaikan datangnya pengetahuan baru. Drost, SJ (1999) mengemukakan bahwa proses pembelajaran berjalan secara baik dan lancar jika terjalin hubungan manusiawi antar guru dan siswa, hubungan persaudaraan antar siswa, situasi saling membantu, disiplin kerja, tanggung jawab, mitra dalam pelajaran, menolong, kerja sama yang erat, berbagai pengalaman, dan dialog reflektif antar pelajar. Hal tersebut sejalan dengan prinsip accelerated learning yang dikutip dalam Barokah (2002), bahwa landasan social dalam belajar mutlak harus ada, karena adanya kerjasama akan membantu mempercepat belajar, dan adanya persaingan akan memperlambat proses belajar.
Sintaks Model Pembelajaran Interaktif Menurut Faire dan Cosgrove dalam Abdul Majid (2014:87), tahapan pembelajaran interaktif terdiri dari tujuh tahapan, yaitu dapat dilihat pada bagan berikut:
1. Tahap Persiapan (Preparation) Pada tahap kegiatan awal dari pembelajaran interaktif ini yaitu persiapan guru dan siswa memilih dan mencari informasi tentang latar belakang topik yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. Guru mengumpulkan sumber-sumber yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, seperti percobaan apa yang akan digunakan, dan media apa saja yang akan digunakan untuk menunjang pembelajaran. Pada tahap ini, apersepsi yang diberikan oleh guru adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap persiapan lebih
banyak dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, seperti menyiapkan alatalat percobaan dan media pembelajaran. 2. Tahap Pengetahuan Awal (Before View) Pada tahap pengetahuan awal, guru menggali pengetahuan awal siswa mengenai hal-hal yang telah diketahui oleh siswa tentang topik yang akan dipelajari. Pengetahuan awal siswa ini dapat digali dengan menyajikan sebuah permasalahan berkaitan dengan topik ynag akan dibahas, kemudian menanyakan pendapat siswa atas permasalahan tersebut. Pengetahuan awal siswa dapat menjadi tolak ukur untuk dibandingkan dengan pengetahuan mereka setelah melakukan kegiatan. 3.Tahap Kegiatan Eksplorasi (Exploratory) Kegiatan yang dilakukan pada tahap ketiga ini adalah menampilkan kegiatan untuk memancing rasa ingin tahu siswa. Selanjutnya siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topic kegiatan yang dimaksud. Kegiatan yang dilakukan untuk memunculkan keingintahuan siswa bisa diajukan dalam bentuk pertanyaan, demonstrasi, menampilkan fenomena melalui video atau gambar. Kemudian meminta siswa untuk menceritakan dan menanyakan pendapat mereka mengenai apa yang telah dilihatnya. 4. Tahap Pertanyaan Siswa (Children Questions) Setelah melakukan kegiatan eksplorasi melalui berbagai kegiatan demonstrasi atau fenomena, pada tahap ini masing-masinh siswa diberikan
kesempatan untuk membuat pertanyaan dalam kelompoknya, kemudian siswa membacakan pertanyaan yang dibuat dalam kelompoknya tersebut. Sementara itu, guru menulis pertanyaan-pertanyaan tersebut di papan tulis. Pada tahap ini, siswa dimungkinkan mendapat kesulitan dalam membuat pertanyaan. Oleh karena itu, guru harus memberikan motivasi dan merangsang siswa agar mau bertanya dan mengarahkan pertanyaan siswa. Setelah semua pertanyaan kelompok terhimpun, guru mengajak siswa untuk menyeleksi pertanyaan yang telah ditulis di papan tulis. Jenis pertanyaan yang diajukan siswa mungkin ada yang sesuai, mungkin juga ada yang tidak. Oleh karena itu, hendaknya guru mengarahkan siswa untuk memilih pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang jawabannya dapat diselidiki melalui kegiatan penyelidikan dan investigasi. 5.Tahap Penyelidikan (Investigation) Dalam proses penyelidikan, akan terjadi interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan media, serta siswa dengan alat. Pada tahap ini, siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep melalui ppengumpulan, pengorganisasian, dan menganalisis data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Sementara itu, guru membantu siswa agar dapat menemukan jawaban terhadap pertanyaan yang mereka ajukan. Kemudian secara berkelompok, siswa melakukan penyelidikan melalui observasi atau pengamatan.
6. Tahap Pengetahuan Akhir (After Views) Pada tahap pengetahuan akhir, siswa membacakan hasih yang di perolahnya. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan diskusi kelas. Jawaban jawaban siswa dikumpulkan dan dibandingkan dengan pengetahuan awal sebelum siswa melakukan penyelidikan yang di tulis sebelumnya. Dalam hal ini siswa di minta untuk di bandikan apa yang sekarang mereka ketahui dengan apa yang sebelumnya mereka ketahui. 7. Tahap Refleksi (Reflection) Tahap terakhir adalah refleksi, yaitu kegiatan berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Intinya adalah berpikir kembali mengenai apa yang telah dipelajari, kemudian mengedepankanya menjadi struktur pengetahuan baru. Pada saat ini, siswa di beri waktu untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri. Pada tahap ini pula siswa di rangsang untuk mengemukaan pendapat tentang apa yang telah di peroleh setelah proses pembelajaran. Siswa juga di beri kesempatan untuk mengajukan pertanyaan susulan jika ada yang kurang di pahami setelah mengadakan penyelidikan, dan guru memberikan penguatan serta meluruskan hal-hal yang masih keliru. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya yang efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Sifat pertanyaan dapat mengungkapkan sesuatu atau memiliki sifat inkuiri, sehingga melalui pertanyaan yang diajukan siswa dapat mengemabangkan kemampuanya ke arah berpikir kreatif dalam menghadapi sesuatu. Komponen yang harus dikuasai oleh guru dalam menyampaikan pertanyaan adalah pertanyaan harus mudah dimengerti oleh siswa, memberi acuan, pemusatan perhatian, pemindahan giliran dan penyebaran, pemberian waktu berfikir kepada siswa, serta pemberian tuntunan. Pertanyaan untuk mengembangkan model dialog kreatif ada enam jenis, yaitu pertanyaan mengingat, mendeskripsikan, menjelaskan, sintesis, menilai dan pertanyaan terbuka. Untuk meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar, hendaknya guru mengajukan pertanyaan dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan jawaban, dan menjadi “dinding pemantul” atas jawaban siswa. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Interaktif Kelebihan model pembelajaran interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Suprayekti dalam Abdul Majid (2014:91) adalah bahwa peserta didik belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaan sendiri dengan melakukan observasi atau pengamatan. Dengan cara seperti itu, lalu peserta didik menjadi kritis dan aktif belajar. Sedangkan menurut Renny dalam Abdul Majid (2014:91) kelebihan pembelajaran interaktif adalah:
1. Siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk melibatkan keingin tahuannya pada objek yang akan dipelajari 2. Melatih mengungkapkan rasa ingin tahu melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru 3. Memberikan sarana bermain bagi siswa melalui kegiatan eksplorasi dan investigasi 4. Guru menjadi fasilitator, motivator, dan perancang aktivitas belajar 5. Menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran aktif 6. Hasil belajar lebih bermakna Kelebihan lain dari model pembelajaran interaktif ini antara lain: 1) peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuankemampuan; 2) mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional. Model pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Adapun kekurangan dari model pembelajaran ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok. Implementasi Pembelajran Interaktif dalam Pembelajaran Fisika di SMA Temuan peneliti diperoleh bahwa masalah mendasar yang terjadi mengenai sarana dan prasarana sekolah yang pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal sehingga kurang mendukung proses pembelajaran. Salah satu contoh adalah kurangnya media pembelajaran yang bersifat interaktif. Latar belakang pengalaman peserta didik dalam hal pengetahuan tentang
materi yang akan diajarkan bahwa peserta didik telah mempelajari konsep getaran yang merupakan konsep dasar dalam materi gelombang. Bahasa yang digunakan peserta didik dalam proses belajar adalah bahasa Indonesia. Ditinjau dari perkembangan kognitif peserta didik, terlihat bahwa peserta didik sudah mampu berpikir secara logis. Namun, sebagian dari peserta didik masih mengalami kesulitan belajar. Pada penelitian ini, tugas yang diberikan kepada peserta didik diselesaikan selama proses pembelajaran berlangsung. Tugas yang diberikan dalam bentuk latihan soal dan LKPD. Secara garis besar materi pelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini yaitu gelombang mekanik terdiri dari pemahaman tentang gelombang, karakteristik gelombang, dan persamaan gelombang berjalan dan gelombang tegak. Perumusan tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum 2013 dimana terdapat kompetensi inti dan kompetensi dasar, serta indikator Pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang sesuai guna menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan media didasarkan pada tujuan pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran melalui multimedia interaktif. Media yang dirancang dipaketkan dalam bentuk CD autorun menggunakan beberapa aplikasi.Perangkat yang digunakan dalam pembuatan program multimedia interaktif berupa perangkat keras yaitu laptop dan perangkat lunak yaitu, software PowerPoint 2007, Camtasia
Studio 6, Lectora Inspire, Quiz Creator dan Autoplay Media Studio 7.0 Trial, Java untuk menampilkan unit kegiatan yang diunduh dari aplikasi Physic Education Technology (PhET). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah divalidasi direvisi sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan oleh validator. Hasil analisis validasi dari ke empat validator dengan menggunakan CVI dan CVR diperoleh hasil valid dan reliabel untuk setiap pernyataan yang diberikan. Persentase analisis untuk setiap pernyataan termasuk pada kategori sangat baik. Analisis validasi yang diperoleh berada pada rentang 0-1, sehingga dinyatakan valid. Analisis reliabilitas yang diperoleh bahwa rhitung > rtabel, sehingga RPP dapat dikatakan reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa RPP dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Yusuf, I (2013) bahwa hasil validasi perangkat pembelajaran yang memperoleh hasil valid dan reliabel untuk setiap pertanyaan sudah dapat digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Media Program Multimedia Interaktif yang telah divalidasi direvisi sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan oleh validator. Hasil analisis validasi dari ke empat validator dengan menggunakan CVI dan CVR diperoleh hasil valid dan reliabel untuk setiap pernyataan yang diberikan. Persentase analisis untuk setiap pernyataan termasuk pada kategori sangat baik. Analisis validasi yang diperoleh berada pada rentang 0-1, sehingga dinyatakan
valid. Analisis reliabilitas yang diperoleh bahwa rhitung > rtabel, sehingga media program multimedia interaktif dapat dikatakan reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa media program multimedia interaktif dapat digunakan sebagai media pembelajaran berbasis multimedia interaktif Materi Program Multimedia Interaktif yang telah divalidasi direvisi sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan oleh validator. Hasil analisis validasi dari ke empat validator dengan menggunakan CVI dan CVR diperoleh hasil valid dan reliabel untuk setiap pernyataan yang diberikan. Persentase analisis untuk setiap pernyataan termasuk pada kategori sangat baik. Analisis validasi yang diperoleh berada pada rentang 0-1, sehingga dinyatakan valid. Analisis reliabilitas yang diperoleh bahwa rhitung > rtabel, sehingga media program multimedia interaktif dapat dikatakan reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa materi yang terdapat pada program multimedia interaktif dapat digunakan sebagai media pembelajaran berbasis multimedia interaktif. Hal ini sejalan dengan penelitian Kurniawan, H & Nadi, S (2014) bahwa multimedia flash interaktif yang dikembangkan memang layak digunakan berdasarkan perolehan rata-rata persentase kelayakan multimedia flash interaktif ini pada kriteria materi yaitu 83,33%, kriteria penyajian sebesar 80,77% dan kriteria kebahasaan memperoleh persentase sebesar 81,25%.
a) Program Simulasi Multimedia Interaktif Materi Pemahaman Gelombang Program simulasi pada multimedia interaktif diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami proses pembelajaran. Pada percobaan besaran gelombang, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan hubungan antara bentuk gelombang dengan besaranbesaran yang mempengaruhi. Gelombang pada bagian kiri menyatakan hubungan antara panjang gelombang dan kecepatan sudut terhadap bentuk gelombang. Sedangkan untuk gelombang yang berada di sebelah kanan menyatakan hubungan antara amplitudo dan frekuensi terhadap bentuk gelombang
b) Program Simulasi Multimedia Interaktif Materi Gejala Gelombang Program simulasi pada multimedia interaktif diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami proses pembelajaran. Pada percobaan gejala gelombang, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan terjadinya peristiwa difraksi pada gelombang air. Peserta didik mampu menjelaskan terjadinya peristiwa interferensi pada gelombang air. Pada simulasi ini peserta didik.
c) Program Simulasi Multimedia Interaktif Gelombang Tegak Program simulasi pada multimedia interaktif diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami proses pembelajaran. Pada percobaan gelombang tegak, peserta didik diharapkan mampu menjelaskan terjadinya peristiwa gelombang tegak pada ujung terikat dan ujung bebas. Peserta didik mampu menjelaskan perbedaan yang terjadinya peristiwa Tersebut
Hasil analisis validasi aktivitas peserta didik berada pada rentang 0-1 sehinggga setiap aspek pernyataan dinyatakan valid. Hasil analisis reliabel aktivitas
peserta didik diperoleh bahwa rhitung > rtabel, sehingga instrumen aktivitas peserta didik dinyatakan reliabel. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen aktivitas peserta didik yang digunakan pada penelitian ini memang valid dan reliabel untuk digunakan. Rancangan awal instrumen aktivitas peserta didik terdiri atas tujuh aspek penilaian aktivitas yaitu memperhatikan informasi yang diberikan guru, berlatih menggunakan simulasi sesuai penjelasan guru, mengisi LKPD yang telah disediakan sesuai petunjuk LKPD, memberi/mengajukan pertanyaan, mengerjakan evaluasi/ latihan, peserta didik aktif dalam kelompok, dan peserta dididk dapat membuat kesimpulan. Validator memberikan komentar dan saran bahwa aspek yang diamati terlalu banyak, sehingga mengakibatkan pengamat kesulitan untuk mengamati aktivitas peserta didik. Oleh karena itu dilakukan perbaikan dengan menggunakan lima aspek penilaian untuk melihat aktivitas peserta didik. Aspek yang digunakan yaitu memperhatikan informasi yang diberikan guru, berlatih menggunakan simulasi sesuai penjelasan guru, mengisi LKPD yang telah disediakan sesuai petunjuk LKPD, memberi/mengajukan pertanyaan, mengerjakan evaluasi/ latihan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil validitas perangkat pembelajaran fisika berbasis multimedia interaktif pada materi gelombang oleh empat validator dinyatakan valid dan reliabel, hal ini dilihat dari hasil validasi oleh dua ahli dan dua praktisi yang berada pada
kategori valid dan sangat valid, serta reliabel ditunjukkan oleh nilai r11 yang lebih besar dari rtabel. Hasil analisis angket persepsi peserta didik terhadap perangkat pembelajaran fisika berbasis multimedia interaktif pada materi gelombang mekanik dinyatakan praktis. Hal tersebut dilihat dari persentase hasil analisis sebesar 78,6 % berada pada kategori sangat baik. Hasil analisis aktivitas peserta didik terhadap perangkat pembelajaran fisika berbasis multimedia interaktif dinyatakan efektif. Hal tersebut dilihat dari persentase hasil analisis sebesar 87,3% berada pada kategori sangat baik. Peneliti sebaiknya memperhatikan software yang digunakan untuk menjalankan multimedia interaktif agar dapat berjalan dengan baik. Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis multimedia interaktif ini diharapkan dapat digunakan untuk SMA kelas XI MIA, sehingga sebaiknya tidak hanya diuji aktivitas dan respons pada satu sekolah saja tetapi untuk beberapa sekolah. Pada bagian soal evaluasi dapat terus diperbarui disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. 4. PENUTUP Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Oleh karena itu banyak pandangan yang menyatakan bahwa pendekatan sama artinya dengan metode. Pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah. Pengertian penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tidak hanya fokus pada bagaimana mengembangkan kompetensi siswa dalam melakukan observasi atau eksperimen, namun bagaimana mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya. 5. DAFTAR PUSTAKA
http://mayasari9595.blogspot.co.id/20 15/11/model-pembelajaraninteraktif.html https://www.google.com/search?q=Co ntoh+pendekatan+saintifik+fisika+ke giatan+pendahuluan%2C+kegiatan+i nti%2C+dan+kegiatan+penutup+&ie =utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan SK Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Sadiman, Arief S., R. Raharjo, Anung Haryono, dan Rahardjito. 2008. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.