Pendekatan Desain dalam Arsitektur
October 13, 2017 | Author: Hesti Pujihastuti | Category: N/A
Short Description
Teori Arsitektur 2...
Description
PENDEKATAN DESAIN DALAM ARSITEKTUR Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Arsitektur II
MAKALAH
Dosen: Ir. Rahi Sukardi, MT.
Oleh: Hesti Pujihastuti 21-2014-118
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL 2016 -1-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Pendekatan Desain dalam Arsitektur”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Teori Arsitektur II. Diharapkan makalah ini dapat membantu pembaca untuk lebih mengerti mengenai pendekatan desain dalam arsitektur dan lebih mudah dalam menentukan konsep desain yang akan dilakukan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan dan jauh ari kata sempurna, sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat kami perlukan untuk memperbaiki makalah yang akan dibuat berikutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca umumnya. Akhir kata kami berterimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini, baik yang memberikan dukungan moril maupun dukungan materil.
Penulis,
Hesti Pujihastuti
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ii BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................................1 1.1.
Latar Belakang .......................................................................................................................1
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................................................................2 2.1.
Desain Ikonik ..........................................................................................................................2
2.1.1.
Pengertian Desain Ikonik .............................................................................................2
2.1.2.
Perbedaan antara Pendekatan Ikonik dan Arsitektur Ikonik ...................................2
2.2.
Desain Kanonik ......................................................................................................................2
2.2.1.
Definisi Kanonik .............................................................................................................2
2.2.2.
Sejarah Kanonik.............................................................................................................3
2.2.3.
Klasikisme Kanonik .......................................................................................................3
2.2.4.
Aplikasi Desain Kanonik dalam Arsitektur .................................................................3
2.3.
Desain Simbolik .....................................................................................................................4
2.3.1. 2.4.
Definisi Desain Simbolik ...............................................................................................4
Desain Analogi .......................................................................................................................4
2.4.1.
Definisi Desain Analogi .................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................................................5 3.1.
Desain Ikonik dalam Masyarakat ........................................................................................5
3.2.
Pendekatan Desain Konunik ...............................................................................................7
3.2.1.
Wujud Klasik Arsitektur Konunik .................................................................................7
3.2.2.
Penerapan Kanonik pada Zaman Yunani dan Romawi ..........................................7
3.3.
Prinsip-Prinsip Perancangan Simbolisme..........................................................................8
3.4.
Tujuan Desain Analogi..........................................................................................................9
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 11 4.1.
Kesimpulan .......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 12
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Konsep merupakan langkah yang cukup sulit dalam sebuah proses desain. Konsep akan memandu semua keputusan yang akan diambil ketika sebuah proses desain berlangsung. Berbagai pertimbangan akan muncul, mulai dari lahan yang dimiliki, budget yang tersedia, dan aspek lingkungan. Semua itu memerlukan adanya solusi desain yang bisa mengakomodasi setiap pertimbangan tersebut. Ketika solusi yang muncul tidak dapat mengakomodasi pertimbangan tersebut, maka system yang diambil bisa terbilang gagal. Oleh karena itu muncullah pendekatan desain dalam arsitektur yang dapat menjadi alternatif dalam penyelesaian masalah.
Terdapat 4 jenis pendekatan desain, yaitu Ikonik, Kanonik, Simbolik, dan Analogi. Keempatnya memiliki karakteristik tertentu dengan metoda pendekatan yang berbeda, dapat disesuaikan bergantung kepada siapa penggunanya dan untuk apa metoda tersebut digunakan.
1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Desain Ikonik 2.1.1. Pengertian Desain Ikonik Desain ikonik merupakan desain yang menggunakan bentuk-bentuk yang secara historis telah dicoba dan diterima oleh masyarakat tradisional. Jenis dan konstruksi bangunan merupakan repetisi dan modifikasi dari bangunan-bangunan yang mengandung unsur-unsur symbol, tradisi, dan mitos kebudayaan tertentu. Penyebab lain perulangan bentuk terjadi adalah budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. Beberapa suku memiliki legenda yang menjelaskan asal muasal bentuk bangunan dan lagu kerja yang menjelaskan detail konstruksi bangunan tersebut. Oleh sebab kekuatan adat budaya yang begitu mengikat, maka masyarakat suku tersebut telah memilki gambaran tetap tentang bagaimana suatu bangunan dibentuk dan dibangun.
2.1.2. Perbedaan antara Pendekatan Ikonik dan Arsitektur Ikonik Pendekatan ikonik biasanya akan lebih memiliki keterkaitan dengan masyarakat, karena masyarakat sudah “kenal” dan merasa “dekat” dengan tampilan dari bangunan tersebut. Sedangkan arsitektur ikonik biasanya akan menjadi penanda atau ciri khas dari suatu tempat atau daerah karena tampilannya. Namun sering kali bangunan ikonik malah kehilangan relasi dengan lingkungan sekitarnya taua masyarakat yang menggunakannya.
2.2.
Desain Kanonik 2.2.1. Definisi Kanonik Dalam Thesaurus, kanonik diartikan sebagai berikut: Canonical [kuh–non-i-kuh l] adjective, Also, canonic 1.pertaining to, established by, or conforming to a canon or canons. 2.included in the canon of the Bible. 3.authorized; recognized; accepted:canonical works. 4.Mathematics. (of an equation, coordinate, etc.) in simplest or standardform. 5.following the pattern of a musical canon.
2
6.Linguistics. (of a form or pattern) characteristic, general or basic:the canonical form of the past tense; a canonical syllable pattern.
Sedangkan dalam buku Design in Architecture: Architecture and the Human Sciences, disebutkan bahwa dalam desain kanonik selalu ada suatu acuan, aturan, maupun komponen penting yang sudah ditetapkan sejak dahulu dan aturan-aturan ini cenderung tidak fleksibel / harus dipatuhi.
2.2.2. Sejarah Kanonik Dalam melakukan pekerjaannya, para arsitek biasa mengawalinya dengan menggambar. Gambar yang dibuatnya merupakan penggambaran dari informasi-informasi yang ada. Gambar-gambar ini nantinya akan membentuk sebuah pola yang memiliki kesamaan antar satu informasi dengan informasi lainnya. Pola-pola yang terbentuk ini berlanjut menjadi sebuah grid. Grid tidak harus kotak-kotak seperti pada umumnya, namun grid juga bisa diartikan sebagai penanda yang tercipta dari pola-pola tersebut.
2.2.3. Klasikisme Kanonik Canonic Classicism adalah aliran arsitektur yang mengacu ke bentukbentuk masa lalu sebagai ekspresi bangunannya. Dalam bangunannya tercermin kembalinya asas-asas dasar arsitektur klasik. Arsitektur klasik dijadikan acuan, yaitu dari asas-asas dasar seperti proporsi dan komposisi sampai ke ekspresi unsurnya seperti kolom-kolom gaya Yunani, dan bentuk pedimen yang ada di arsitektur klasik.
Arsitektur Canonic Classicism lebih menonjolkan wujud bangunan klasik, sementara unsur modern-nya lebih tampak pada bahan bangunan, maupun aturan dalam membangun. Meskipun klasik, bukanlah berarti untuk ditinggalkan, melainkan untuk diintegrasikan dengan yang modern, terutama pada perwujudan bangunan yang mengacu pada wujud klasik. Pedoman utamanya ialah Vitruvius, yang mengacu kearah utilitas sebagai dayaguna (modernisme), kekokohan (firmitas), dan estetika (venustas), yang merupakan titik berat dari Canonic Classicism.
2.2.4. Aplikasi Desain Kanonik dalam Arsitektur Seperti yang sudah diketahui, pendekatan desain secara kanonik dapat disimpulkan sebagai pendeketan yang didasarkan pada kaidah-kaidah 3
geometris, matematis, sistem moduler, sistem keteraturan, dan lain-lain. Penerapan sistem ini dapat kita lakukan dengan beberapa cara. Contohnya dalam mendesain dengan menggunakan kaedah-kaedah geometris dan matematis, para desainer dapat menggunakan software-software berbasis algoritmik yang memungkinkan para perancang untuk membuat bentukbentuk yang rumit dan susah untuk digambarkan dengan kemampuan manual.
2.3.
Desain Simbolik 2.3.1. Definisi Desain Simbolik Arsitektur Simbolis adalah seni dan ilmu keteknikan bangunan yang perencanaan dan perancangannya didasari oleh tanda dan lambang yang merupakan ekspresi yang langsung. Mereka digunakan dalam rancangan arsitektur
untuk
memfokuskan
perhatian
pemakai
bangunan
dengan
menyampaikan pemahaman fungsi bangunan atau ruang-ruang dalam bangunan.
2.4.
Desain Analogi 2.4.1. Definisi Desain Analogi Analogi adalah salah satu pendekatan bentuk yang digunakan dalam desain arsitektur. Dalam bukunya, Design in Architecture, Geoffrey Broadbent mengatakan bahwa “...mekanisme sentral dalam menerjemahkan analisaanalisa ke dalam sintesa adalah analogi”. Pernyataan ini maksudnya adalah bahwa pendekatan analogi bukan hanya sekedar menjiplak bentuk objek alam yang dianalogikan, tapi diperlukan proses-proses analisis dan merangkainya sehingga menghasilkan bentuk baru yang masih memeiliki kemiripan visual dengan objek yang dianalogikan. Suatu pendekatan analogi dikatakan berhasil apabila pesan yang ingin disampaikan atau objek yang dianalogikannya dapat dipahami oleh semua orang. Oleh karena itu, harus terdapat benang merah antara bangunan dan objek yang dianalogikannya dalam proporsi tertentu sehingga tidak menjadi terlalu naïf seperti menjiplak secara mentah-mentah.
4
BAB III PEMBAHASAN
3.1.
Desain Ikonik dalam Masyarakat Masyarakat mengetahui secara pasti bangunan seperti apa yang akan terbentuk melalui desain ikonik, karena mereka telah mengalami bangunan jenis tersebut. Akan tetapi, seorang arsitek diharapkan tetap memiliki orisinalitas dalam desainnya. Orisinal tersebut masih dapat tercapai mealului respon terhadap tapak yang berbeda.
Contohnya adalah Lever House di New York yang dirancang oleh Gordon Bunshaft of Sidmore, Owings and Merril. Bangunan tersebut menjadi sebuah desain pionir bagi bangunan perkantoran yang nantinya banyak ditiru oleh bangunan perkantoran lain.
Contoh arsitektur ikonik yang dianggap kurang menyatu dengan lingkungan sekitarnya:
Der Neue Zollhof, Düsseldorf, Germany Frank Gehry 5
Central Library, Seattle, USA Rem Koolhaas and Joshua Prince-Ramus
Mengutip dari Frank Gehry sendiri tentang arsitektur ikonik yang sering dianggap kurang menyatu dengan lingkungan sekitarnya: “There is a backlash, against me and everyone who has done buildings that have movement and feeling”, that is “self-righteous” and “annoying… The notion is that it is counterproductive to social responsibility and sustainability. Therefore, curving the wall or doing something so-called wilful is wrong and so there is a tendency back to bland.” Namun ada juga arsitektur ikonik yang dapat dimanfaatkan dan menyatu dengan lingkungan sekitarnya dengan baik, contoh:
Sydney Opera House, Sydney, Australia Jorn Utzon 6
3.2.
Pendekatan Desain Konunik 3.2.1. Wujud Klasik Arsitektur Konunik Arsitektur Canonic Classicism lebih menonjolkan wujud bangunan klasik, sementara unsur modern-nya lebih tampak pada bahan bangunan, maupun aturan dalam membangun. Meskipun klasik, bukanlah berarti untuk ditinggalkan, melainkan untuk diintegrasikan dengan yang modern, terutama pada perwujudan bangunan yang mengacu pada wujud klasik. Pedoman utamanya ialah Vitruvius, yang mengacu kearah utilitas sebagai dayaguna (modernisme), kekokohan (firmitas), dan estetika (venustas), yang merupakan titik berat dari Canonic Classicism. Salah satu contoh bangunan Canonic Classicism adalah Vitruvian house yang dirancang oleh arsitek Thomas Gordon Smith. Rumah ini terletak di South Bend, Indiana dan dibangun pada tahun 1991.
Pedoman utama dalam klasikisme kanonik adalah Vitruvius yang mengacu pada fungsi dan estetika/seni. Sehingga arsitektur menjadi media seni yang bermakna, yang menyimbolkan sesuatu dan tidak hanya didasari oleh fungsionalisme yang berlebihan. Sehingga wajarlah bahwa karya Thomas Gordon Smith ini adalah salah satu bangunan arsitektur dengan aliran canonic classicism. 3.2.2. Penerapan Kanonik pada Zaman Yunani dan Romawi Pendekatan kanonik sudah digunakan dalam arsitektur sejak dahulu. Salah satu contoh penerapan kanonik yang paling jelas terlihat adalah pada bangunan-bangunan ibadah zaman Yunani dan Romawi. Dalam dilihat kolomkolom yang ada di kuil-kuil Yunani dan Romawi kuno memiliki ritme dengan ukuran serta jarak tertentu sehingga bangunan tersebut terlihat simetris. 7
Kanonik pada masa ini sangat kuat karena pada masa ini juga bangunan yang baik adalah bangunan yang simetris.
Pantheon
Doric Temple
3.3.
Prinsip-Prinsip Perancangan Simbolisme Menurut Egon Schirmbeck dalam buku “Form, Idea and Architecture” , prinsipprinsip perancangan simbolisme dalam arsitektur adalah sebagai berikut : 1. Penciptaan urut-urutan ruang yang berbeda guna mengingatkan orang pada ‘tempat’ sambil orang berjalan melalui ruang.Karakteristik arsitektural :Kombinasi dari unit-unit denah yang sama atau serupa dalam pengaturan yang beda. Pengorganisasian ruang-ruang sempit (jalan dan jalan kecil) dengan ruang-ruang lebar (lapangan). 2. Pencampuran fungsi-fungsi yang berbeda guna meningkatkan kontak sosial, berbeda dengan pemisahan akan fungsi oleh gerakan modern di tahun 1920an dan 1930an. Karakteristik arsitektural :Pengaturan tata guna yang berbeda dalam batas sebuah bangunan dan perhubungan langsung dari zona-zona ini – contohnya di sepanjang suatu jaringan jalan public. 3. Arsitektur sebagai media komunikasi. Penerimaan Arsitektur melalui banyak lapisan. Arsitektur sebagai pembawa simbolisme dan informasi.Karakteristik arsitektural :Perlengkapan akan kebutuhan fungsional, structural dan lainnya untuk
penggunaan khusus oleh elemen-elemen ikonografik, metaforik dan
elemen-elemen yang berhubungan. 8
4. Penekananan pada ‘artifisialitas’ dari arsitektur. Pemisahan dari kawasan lahan alamiah dan volume ruang buatan. Pemisahan ruang luar alamiah dari ‘ruang interior buatan’.Karakteristik arsitektural :Pembatasan terhadap elemen-elemen rancangan geometris yang jelas dan lazim menonjolkan mutu sintetik dari arsitektur pada suatu kawasan lahan. 5. Rancangan bentuk dari suatu ruang sesuai dengan mutu ‘dasar’nya – contoh : merancang ruang menurut bayangan yang terbentuk oleh bangunan dan mengorientasikan bangunan sesuai dengan arah angin.Karakteristik arsitektural :Alokasi dan orientasi dari elemen-elemen suatu ruang sesuai dengan kondisikondisi sosial dan fisik yang ditentukan. 6. Pembedaan
dan penentuan dari identitas suatu ruang melalui penerangan
(alami). Karakteristik arsitektural :Alokasi yang tegas dari zona-zona gelap dan terang atau elemen-elemen ruang pada denah dan potongan. 7. Peralihan langsung dari satu volume ke volume yang lain. Integrasi dari ruangruang interior dan eksterior. Karakteristik arsitektural :Penciptaan zona-zona ruang yang ‘mengalir’ dan pengaturan yang bebas (dari kolom dan dinding) pada elemen yang mengikat ruang. 8. Pemisahan muka bangunan dan badan bangunan (ruang). Muka bangunan sebagai
suatu
sumber
informasi
‘dua
dimensi’,
bebas
dari
kelompok
ruang.Karakteristik arsitektural :Zona ruang dan daerah lantai adalah bebas dari kebutuhan formalnya sendiri dan dari ‘muka bangunan utama’ tempelan. 9. Pertalian ruang atau bangunan melalui suatu ‘rantai kejadian’, sebagai suatu pengingat akan ‘tempat’ dan pengenalan akan karakteristik ruang yang khas.Karakteristik arsitektural :Urut-urutan artifak yang khas berbeda untuk menegaskan ruang. Urut-urutan bentuk ruang atau perbatasan ruang yang khusus berbeda.
3.4.
Tujuan Desain Analogi Suatu pendekatan analogi dikatakan berhasil apabila pesan yang ingin disampaikan atau objek yang dianalogikannya dapat dipahami oleh semua orang. Oleh karena itu, harus terdapat benang merah antara bangunan dan objek yang dianalogikannya dalam proporsi tertentu sehingga tidak menjadi terlalu naïf seperti menjiplak secara mentahmentah. Desain analogical pada prinsipnya adalah menggambarkan visual analogi ke dalam solusi "permasalahan desain", dengan contoh: 9
Museum Tsunami Aceh
Merupakan transformasi dari bangunan rumah tradisional masyarakat Aceh, prinsip dasar rumah panggung Aceh diambil sebagai analogi dasar massa bangunan.
Dengan konsep rumah panggung, bangunan ini juga dapat berfungsi sebagai sebuah escape hill sebuah taman berbentuk bukit yang dapat dijadikan sebagai salah satu antisipasi lokasi penyelamatan jika seandainya terjadi banjir dan bencana tsunami di masa yang akan datang.
10
BAB IV KESIMPULAN
4.1.
Kesimpulan A. Iconic Design Desain yang menggunakan bentuk-bentuk yang secara historis telah dicoba dan diterima oleh masyarakat tradisional. Jenis dan konstruksi bangunan merupakan repetisi dan modifikasi dari bangunan-bangunan yang mengandung unsur-unsur symbol, tradisi, dan mitos kebudayaan tertentu. Penyebab lain perulangan bentuk terjadi adalah budaya yang ada dalam masyarakat tersebut. B. Canonic Design Desain yang menggunakan sumbu-sumbu grid yg membentuk suatu modul desain dan konstruksi. Setelah bentuk dan ukuran ruang tercipta baru kemudian menggunakan sistem proporsi yang diinginkan. C. Symbolic Design Arsitektur simbolis adalah seni dan ilmu keteknikan bangunan yang perencanaan dan perancangannya didasari oleh tanda dan lambang yang merupakan ekspresi yang langsung.
D. Analogic Design Desain yg didasarkan atas analogi tertentu. Analogi yg digunakan bisa menggunakan hal-hal dalam arsitektur atau diluar arsitektur (bentuk-bentuk alam).
Semua pendekatan dapat dijadikan awal dari sebuah proses desain. Penggunaannya bergantung pada arsitek yang akan menjadikan bangunan yang dirancangnya menjadi seperti apa. Hal tersebut akan menjadi ciri khas sebuah desain dari seorang arsitek.
11
DAFTAR PUSTAKA Broadbent, Geoffrey. Design in Architecture. Architecture and the Human Sciences. 1973. John Wiley and Sons ltd: London
https://flanel4world.wordpress.com/2015/08/30/pendekatan-desain-kanonik/ https://flanel4world.wordpress.com/2015/09/01/pendekatan-ikonik-design-in-architecture-bybroadbent/ https://www.academia.edu/9630985/5._Konsep_and_jenis_desain_arsitektur http://dveraux.blogspot.co.id/2015/01/analogi-konsep-desain-arsitektur.html
12
View more...
Comments