Pemfis Head To Toe.pdf

April 27, 2017 | Author: Rahil Zilfah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pemfis Head To Toe.pdf...

Description

PROSEDUR PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN LEHER TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan kepala dan leher. 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : a. Melakukan pemeriksaan fisik pada kepala (wajah, mata, telinga, hidung, sinus, mulut) b. Melakukan pemeriksaan leher c. Mengidentifikasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan kepala dan leher No

TINDAKAN

PERSIAPAN KLIEN 1 Persiapan klien alat 1. Sarung tangan/handscoen 2. Lidi kapas 3. Penlight 4. Otoskop 5. Garputala 6. Jam tangan (yang adadetiknya) 7. Speculum nasal 8. Tounge spatel 9. Kasa 10. Stetoskop 11. bengkok 2 Persklienpan perawat : 1. Memperkenalkandiri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien 4. Informed concent 3 Persklienpan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur 4 PersklienpanKlien: Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

MengucapkanBasmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Memakaihandscoenbersih

A. MENGKAJI RAMBUT 9

Bantu Klien untuk duduk atau berbaring, pastikan Klien merasa nyaman.

10

12

menanyakan apakah Klien memiliki riwayat penggunaan cat rambut, obat pengeriting/pelurus, riwayat kemoterapi,Kuturambut (jika memakai rambut palsu lepaskan terlebih dahulu) dll Inspeksi warna rambut dan apakah pertumbuhan rambut pada kulit kepala merata. Inspeksi dan palpasi ketebalan dan ketipisan rambut

13

Palpasi tekstur dan kelembaban rambut ada tidaknya kutu ketombe

14

Perhatikan adanya infeksi dengan memisahkan rambut menjadi beberapa bagi klien, periksa bagklienn belakang telinga dan disepanjang garis batas rambut di leher Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada Kepala dan Wajah. Mencatat Hasil Pemeriksaan Rambut di status Klien.

11

15

16 17

Evaluasi Pengkajian Rambut Klien:  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan keadaan

NILAI 0 1 2

rambut untuk klien B. MENGKAJI KEPALA DAN WAJAH 18

Bantu Klien untuk duduk atau berbaring, pastikan Klien merasa nyaman.

19

Amati ukuran, bentuk dan kesimetrisan kepala

20

Inspeksi bentuk wajah,melihat adanya edema/cekungan, daerah bibir skliennosis/tidak, Pucat/tidak Palpasi kepala, lakukan gerakan memutar yang lembut dengan menggunakan ujung jari mulai dari bagi klien belakang dan palpasi ke arah depan sampai Temporal, palpasi klien sisi kepala apakah ada (Tenderness, Instability, Crepitation, Massa dll) Periksa kesimetrisan pergerakan wajah : minta klien untuk menaikkan kedua alis, menurunkan kedua alis, mengerutkan dahi, menutup mata rapat-rapat, mengembungkan pipi dan tersenyum memperlihatkan gigi Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada Mata. Mencatat Hasil Pemeriksaan kepala dan wajah di status Klien.

21

22

23

24 25

EvaluasiPengkajkliennkepaladanwajah:  KlienBersih, rapidannyaman  Perawatmampumenyimpulkanhasildaripemeriksaankeadaankepa ladanwajah(mis. apakahadakelainanbentukatautidakdll.) C. MENGKAJI MATA 26

27 28

29

Inspeksi alis mata untuk melihat distribusi rambut, kesejajaran, kebersihan kulit dan pergerakan (minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata), menilai distribusi rambut dan arah lengkungan bulu mata Inspeksi kelopak mata untuk menilai karakteristik permukaan, posisi kelopak mata dari kornea, kemampuan dan frekuensi berkedip Amati konjunctiva bulbar untuk menilai warna, tekstur dan adanya lesi. Regangkan kelopak mata dengan ibu jari dan jari telunjuk, tekan tulang orbita bagklienn atas dan bawah, minta klien untuk melihat keatas, kebawah

Amati konjunctiva palpebra dengan menekuk kelopak mata kearah luar. Tekuk kedua kelopak mata dan minta klien melihat keatas, regangkan kelopak mata bawah dengan jari telunjuk  untuk melihat anemis, tekstur, Melirik dari satu sisi ke sisi yang lain amati sklera

30

Inspeksi dan palpasi saccus lakrimalis, gland lakrimalis dan ductus nasolakrimalis

31

Inspeksi kejernihan dan tekstur kornea, minta klien menatap lurus kedepan, pegang penlight pada sudut oblik (menyerong/oblik) terhadap mata dan gerakkan penlight secara perlahan melintasi permukaan kornea Inspeksi ruang anterior untuk menilai transparansi dan kedalaman, gunakan pencahayaan menyerong seperti yang dilakukan pada pemeriksaan kornea Inspeksi pupil untuk menilai warna, bentuk (miosis/midrkliensis) dan kesimetrisan serta reaksi terhadap cahaya (isokor/anisokor), ukuran (normal (3-5mm) Pemeriksaanvisus (ketajamanpenglihatan) a. Gantungkan snellen cart pada jarak 6 meter dari Klien

32

33

34 35

b. Minta Klien/keluarga berdiri pada jarak 6 meter dari snellen cart

36

c. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan dgn cara minta Klien menutup mata kirinya, kemudian minta Klien menyebutkan huruf pada snellen cart yang anda tunjuk. Selanjutnya lakukan pemeriksaan yang sama pada mata kiri. Jika Klien buta huruf, maka ganti huruf pada snellen cart dengan gerakan jari. d. Penulisan hasil pemeriksaan Mis :mata kiri6/6, artinya Klien dapat melihat pada jarak 6 meter, dimana orang normal juga dapat melihat pada jarak 6 meter. Bila Klien mengalami Gangguan, dapat terjadi perubahan visus. Mis :Mata kanan 4/6, artinya klien hanya dapat melihat pada jarak 4 meter, dimana orang normal dapat melihat pada jarak 6 meter. Pemeriksaanlapangpandang a. Klien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter berhadapandengan pemeriksa

37

38

Catatan : Pemeriksa memegang objek/benda (mis.Pulpen atau pencil) untuk memeriksa lapang pandang

39

40

b. Lakukan pemeriksaan pada mata kanan Klien dgn cara : Klien menutup mata kiri, sedangkan pemeriksa menutup mata kanannya. Kemudian Klien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan Klien. c. Pemeriksa menggerakkan jarinya dari arah luar ke dalam. Jika Klien mulai melihat gerakan objek dari pemeriksa , klien harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah klien pun telah melihatnya. Bila ada gangguan lapang penglihatan (visual field) maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut.

41

d. Lakukan hal yang sama pada mata kiri.

42

Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada telinga. Mencatat Hasil Pemeriksaan mata di status Klien.

43 44

Evaluasi Pengkajian mata:  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan keadaan lapang pandang klien. D. MENGKAJI TELINGA

45

Inspeksi warna, kesimetrisan dan posisi telinga

46

Perhatikan kesemetrisan telinga klien terhadap posisi mata

47

Lipat pinna kedepan (pinna seharusnya kembali ke keadaan semula)

48

Tekan tragus kedepan, tekan processus mastoideus

49

Inspeksi saluran telinga luar untuk melihat adanya serumen, lesi kulit, pus dan darah dengan menggunakan otoskop  Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah dklienmatai.  Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.

50

Inspeksi warna pada membran timpani

51

52

Lakukan pemeriksaan pendengaran a. Pemeriksaan sederhana dengan menggunakan jam tangan  Ciptakan suasana ruangan yang tenang  Pegang sebuah arloji disamping telinga Klien

53

 Suruh Klien menyatakan apakah mendengar detak arloji

54

 Pindah posisi arloji menjauh, detakkan terdengar normalnya sampai 30 cm dari telinga  Bandingkan telinga kanan dan kiri

55 56 57 58 59 60 61 62

63

b. Pemeriksaan sederhana dengan cara tes bisik  Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.  Instruksikan klien untuk menutup salah satu telingayang tidak diperiksadengantangan  Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”  Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar  Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama  Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien. c. PemeriksaanRinne (tujuan :untuk membandingkan antara konduksi udara dengan konduksi tulang. Normalnya konduksi udara >baik dari tulang)  Vibrasikan/getarkan garputala  Letakkan garpu tala pada prosessus mastoideus klien

64 65 66 67 68

69

 Anjurkan Klien/keluarga untuk memberitahukan sewaktu tidak mendengarkan getaran lagi  Angkat garpu tala dan pegang didepan lubang telinga klien berjarak kurang lebih 1-2 cm  Anjurkan Klien/keluarga untuk memberitahukan masih mendengarkan suara/tidak. Normalnya masih mendengarkan  Lakukan hal yang sama pada kedua telinga Interpretasi :  Positif bila tulang sudah tidak bergetar/mendengar tetapi udara masih mendengar  Negatif bila tulang sudah tidak bergetar dan udara juga sudah tidak mendengar  Pada tuli konduksi terjadi Rinne negatif, pada tuli persepsi terjadi Rinne positif d. Pemeriksaan Weber  Vibrasikan/getarkan garputala

70

 Letakkan garputala di tengah puncak kepala Klien

71

 Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga saja

72

Interpretasi :  Bila getaran/suara lebih keras pada telinga KANAN  disebut lateralisasi KANAN  Bila getaran/suara lebih keras pada telinga KIRI  disebut lateralisasi KIRI  Bila getaran/suara antara telinga KANAN dan KIRI sama  tidak ada lateralisasi/NORMAL  Pada tuli konduksi  terjadi LATERALISASI ke sisi yang TULI karena tuli konduksi lebih mendengar getaran dibandingkan telinga yang sehat  Pada tuli persepsi  terjadi LATERALISASI ke sisi yang SEHAT e. Pemeriksaan Swabach  Vibrasikan/getarkan garpu tala  Letakkan garpu tala pada prosessus mastoideus klien

73 74

75 76

77 78

79

 Anjurkan orang yang diperiksa mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar atau tidak merasakan getaran  Bila orang yang diperiksa sudah tidak mendengar atau tidak merasakan getaran maka pindah ke prosessus mastoideus pemeriksa  Bila pemeriksa masih MENDENGAR maka hasilnya swabach MEMENDEK  Bila pemeriksa tidak mendengar maka tes harus diulangi dengan alur yang berkebalikan  getarkan garputala kemudklienn letakkan di prosessus mastoideus pemeriksa, setelah tidak mendengar dengan cepat garputala dipindahkan ke prosessus mastoideus orang yag diperiksa Bila orang yang diperiksa masih mendengar hasilnya swabach MEMANJANG  Bila orang yang diperiksa tidak mendengar  Normal  Pada orang dengan tuli konduksi terjadi swabach MEMANJANG  Pada tuli persepsi terjadi swabach MEMENDEK

80

81

Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada Hidung Mencatat Hasil Pemeriksaan telinga di status Klien.

82

EvaluasiPengkajianTelinga:  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan telinga kesimetrisanya, kebersihan dan apakah klien mengalami tuli konduksi atau tuli persepsi E. MENGKAJI HIDUNG

83 84 85

86

87 88

89

Inspeksi hidung bagian klien luar untuk melihat adanya kelainan bentuk, ukuran atau warna, septum nasi Inspeksi rongga hidung dengan penlight atau speculum nasal, catat adanya kemerahan, pembengkakan dan cairan yang keluar dari hidung Palpasi hidung bagi klien luar dengan lembut untuk menentukan area yang mengalami nyeri tekan, terdapat massa dan mengalami pergeseran tulang kartilago, devkliensi septum nasi Tentukan kepatenan rongga hidung, minta klien menutup mulut, mengeluarkan tekanan pada salah satu lubang hidung dan bernafas pada lubang hidung yang lain (ulangi prosedur untuk lubang hidung yang berbeda) Palpasi semua sinus paranasalis untuk mengetahui adanya nyeri tekan Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada Hidung Mencatat Hasil Pemeriksaan hidung di status Klien.

90

Evaluasi Pengkajian Hidung:  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan kelainan bentuk, ukuran, warna, pembekakan dll. F. MENGKAJI MULUT

91 92 93 94 95 96

Inspeksi bibir luar untuk mengkaji kesimetrisan kontur, warna, tekstur. Minta klien mengerucutkan bibirnya seolah akan bersiul Inspeksi dan palpasi lapisan bibir terdalam dan mukosa bukal terhadap warna, kelembaban, tekstur dan adanya lesi Inspeksi palatum, uvula, dan tonsila palatina (tekan lidah dengan tounge spatel, gunakan penlight untuk mempermudah pengamatan) Amati gigi dan gusi saat memeriksa bibir bagklienn dalam. Bila klien memakai gigi palsu, lepas terlebih dahulu. Minta klien menjulurkan lidah, amati permukaan lidah (posisi, warna, tekstur) Amati pergerakan lidah

97

Minta klien menempelkan ujung lidahnya di langit-langit mulut, amati pangkal lidah, dasar mulut, amati juga ductus saliva untuk mengetahui adanya pembengkakan

98

100

Palpasi lidah dan dasar mulut untuk mengetahui adanya nodul/tonjolan, kondisi duktus saliva (gunakan kasssa untuk memegang ujung lidah, jari telunjuk tangan yang lain palpasi area belakang, pinggir dan pangkal lidah) Perawat Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien dan mengkomunikasikan kepada klien untuk pemeriksaan selanjutnya pada lidah Mencatat Hasil Pemeriksaan lidah di status Klien.

101

Evaluasi Pengkajian lidah:

99

 

KlienBersih, rapi dan nyaman Perawat mampu menyimpulkan hasil dari pemeriksaan kelainan bentuk, ukuran, warna, pembekakan dll. F. MENGKAJI LEHER 102

103 104 105 106 107

108 109 110

Minta klien menegakkan kepala, inspeksi otot leher (sternokleidomastoideus dan trapezius) untuk melihat adanya pembengkakan atau massa abnormal Gerakkan dagu ke dada (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus) Tengadahkan kepala sehingga dagu mengarah ke atas (menentukan fungsi otot trapezius) Gerakkan kepala sehingga telinga bergerak kearah bahu kanan dan kiri (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus) Hadapkan kepala ke kanan dan kiri (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus) Minta klien menghadapkan kepala kesalah satu sisi melawan tahanan tangan Anda, ulangi pada sisi yang lain (menentukan fungsi otot sternokleidomastoideus) Minta klien mengangkat bahu melawan tahanan tangan Anda (menentukan fungsi otot trapezius) Palpasi seluruh bagklienn leher untuk menemukan adanya pembesaran nodus limfe Palpasi trakea untuk mengetahui adanya devkliensi lateral. Letakkan ujung jari atau ibu jari pada trakea di insisura suprasternum, gerakkan jari ke sisi kiri dan kanan yang dibatasi oleh klavikula, bagklienn anterior otot sternokleidomastoideus dan trakea

111

Palpasi adanya bendungan vena jugularis (JVD) dengan cara kepala ditinggikan 45o miring kiri, letakkan penggaris tegak lurus sternal angle, letakkan penggaris ke 2 secara horizontal dari sternokleidomastoideus (normalnya 5 tahun dan dewasa melakukan palpasi pada tepi hepar sambil memotivasi pasien untuk inspirasi (tepi yang keras menunjukkan sirosis). Perhatikan adanya nyeri tekan dan massa. Menukur jaraknya dari margin kosta pada garis mid klavikula

15

Rapikan alat-alat yang telah digunakan

16

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien

17

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

13

18

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada pembesaran Hepar atau tidak B. SPLENOMEGALI

NILAI 0 1

2

19

melakukan perabaan pada limpa (limpa normalnya tidak teraba) dengan posisi pasien : a. Supine dengan kedua kaki fleksi

b. Posisi pasien berbaring miring ke kanan dengan posisi kedua tungkai fleksi pada pinggang dan lutut

20

Lakukan perabaan pada limpa (limpa normalnya tidak teraba)

21

Rapikan alat-alat yang telah digunakan

22

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien

23

24

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

25

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

26

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada pembesaran limpa atau tidak TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator …………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL & EKSTREMITAS

TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan pada muskuloskeletal 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : a. Melakukan pemeriksaan otot b. Melakukan pemeriksaan tulang c. Melakukan pemeriksaan tendon d. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan Skala kekuatan otot :

No

Skala

Ciri –ciri

0

Paralisis total

1

Tdk ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot

2

Ada gerakan pd sendi tetapi tdk dpt melawan gravitasi (hanya bergeser)

3

Bisa melawan gravitasi tetapi tdk dpt menahan /melawan tahanan pemeriksa.

4

Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi kekuatannya berkurang

5

Dpt melawan tahanan pemeriksa dgn kekuatan maksimal.

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Sarung tangan/handscoen 2. Penggaris 3. Bullpen 4. Lembar dokumentasi 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien 4. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur 4 Persiapan Pasien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

Mengucapkan Basmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Memakai handscoen bersih

9

Minta klien untuk berdiri, amati struktur rangka dan perhatikan adanya kelainan dan deformitas 10 Amati adanya kontraktur dengan meminta klien untuk menggerakkan persendian ekstremitas 11 Minta klien merentangkan kedua lengan kedepan, amati adanya tremor, ukuran otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar ekstremitas (perbedaan > 1cm di anggap bermakna). A. Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot

NILAI 0 1

2

12 13 14 15 16

17

Sternokleidomastoideus klien menengok ke salah satu sisi dengan melawan tahanan tangan pemeriksa Trapezius : letakkan kedua tangan pada bahu klien, minta klien menaikkan bahu melawan tahanan tangan pemeriksa Deltoideus : minta klien mengangkat kedua lengan dan melawan dorongan tangan pemeriksa kearah bawah. Otot panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, minta klien mengangkat salah satu tungkai, dorong tungkai kebawah Abduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan kedua tangan pada permukaan lateral masing-masing lutut klien, minta klien meregangkan kedua tungkai, melawan tahanan pemeriksa Aduksi panggul : posisikan klien telentang dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan tangan diantara kedua lutut klien, minta klien merapatkan kedua tungkai melawan tahanan pemeriksa B. Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada kelainan otot, kekuatan otot

18

Bisep : minta klien merentangkan kedua lengan dan mencoba menekuknya, pemeriksan menahan lengan agar tetap ektensi

19

Trisep : minta klien menekuk kedua lengan dan mencoba merentangkannya melawan usaha pemeriksa untuk membuat lengan klien tetap fleksi Otot pergelangan tangan dan jari-jari : minta klien meregangkan kelima jari dan melawan usaha pemeriksa untuk mengumpulkan kelima jari Kekuatan genggaman : minta klien menggenggam jari telunjuk dan jari tengah pemeriksa, tarik kedua jari dari genggaman klien

20 21 22

26

Hamstring : posisikan klien telentang, kedua lutut ditekuk, minta klien meluruskan tungkai melawan tahanan pemeriksa Kuadrisep : posisikan klien telentang, lutut setengah ekstensi, klien menahan usaha pemeriksa untuk memfleksikan lutut Otot mata kaki dan kaki : minta klien melawan usaha pemeriksa untuk mendorsofleksikan kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa untuk memfleksikan kakinya Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian untuk menemukan area yang mengalami edema atau nyeri tekan, bengkak, krepitasi dan nodul Rapikan alat-alat yang telah digunakan

27

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien

28

29

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

30

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

31

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada kelainan, deformitas, kekuatan otot pasien, edema atau nyeri tekan, bengkak, krepitasi, nodul dll.

23 24

25

TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator …………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN NEUROLOGI TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan neurologis 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : a. Melakukan pemeriksaan reflek fisiologis b. Melakukan pemeriksaan reflek patologis Peringkat Reflek Peringkat 4+ 3+ 2+ 1+ 0 No.

Deskripsi Hiperaktif (dengan klonus) Lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal Rata-rata, normal Berkurang, normal rendah Tidak ada respon

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Sarung tangan/handscoen 2. Hammer reflek 3. Kapas 4. Bullpen 5. Lembar dokumentasi 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien 4. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur 4 Persiapan Pasien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

Mengucapkan Basmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Memakai handscoen bersih

9

melakukan pemeriksaan reflek dengan palu reflek (reflek hummer)

A. REFLEK FISIOLOGIS 1. REFLEK BISEP 10 Fleksikan siku klien, letakkan lengan bawah klien diatas paha dengan posisi telapak tangan menghadap keatas

11

Letakkan ibu jari tangan kiri, diatas tendon bisep klien

12

Perkusi ibu jari pemeriksa dengan reflek hummer

13

Amati adanya fleksi ringan yang normal pada siku klien, rasakan kontraksi otot bisep 2. REFLEK TRISEP

NILAI 0 1

2

14

Fleksikan siku klien, sangga lengan klien dengan tangan nondominan

15

Palpasi tendon trisep sekitar 2-5 cm diatas siku

16

Perkusi reflek hummer pada tendon trisep

17

Amati adanya ekstensi ringan yang normal pada siku 3. REFLEK BRAKIORADIALIS

18

Letakkan lengan klien dalam posisi istirahat (pronasi)

19

Ketukkan reflek hummer secara langsung pada radius 2-5 cm diatas pergelangan tangan atau processus stiloid

20

21

Amati adanya fleksi dan supinasi normal pada lengan klien, jari-jari tangan sedikit ekstensi 4. REFLEK PATELA

22

Minta klien duduk ditepi meja periksa agar kaki klien dapat menjuntai dengan bebas tidak menginjak lantai Tentukan lokasi tendon patella yang berada tepat dibawah patella (tempurung lutut)

23

Ketukkan reflek hummer langsung pada tendon patela

24

Amati adanya ektensi kaki atau tendangan kaki yang normal 5. REFLEK ACHILLES

25 26

Minta klien duduk ditepi meja periksa agar kaki klien dapat menjuntai dengan bebas tidak menginjak lantai Dorsofleksikan sedikit pergelangan kaki klien dengan menopangkan kaki klien pada tangan pemeriksa

27

Ketukkan reflek hummer pada tendon Achilles tepat diatas tumit

28

Amati dan rasakan plantar fleksi (sentakan kebawah) yang normal pada kaki klien 6. REFLEK ABDOMINAL

29

Posisikan klien supine dan buka area abdomen

30

Lakukan pemeriksaan dengan cara menggoreskan sikat pemeriksa secara vertical, horizontal dan diagonal pada daerah epigastrik sampai umbilicus. Normalnya dinding abdomen akan kontraksi B. REFLEK PATOLOGIS 1. REFLEK PLANTAR (BABINSKI) 31 Gunakan bagian jarum dari reflek hummer 32 33

Gores tepi lateral telapak kaki klien, mulai dari tumit melengkung sampai pangkal ibu jari Babinski (+) jika dorsum fleksi ibu jari, diikuti fanning (pengembangan) jari-jari

2. REFLEK CHADDOCK 34

Goreskan bagian maleolus lateral (buku lali) dari arah lateral ke arah medial sampai di bawah ibu jari kaki.

Respon : pemeriksaan Chaddock (+), responnya seperti babinski 3. REFLEK OPPENHEIM 35

Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksimal ke distal Respon : seperti refleks babinsky

4. REFLEK GORDON 36

Cara : penekanan betis secara keras Respon : seperti refleks babinsky

5. REFLEK SCHAFFER 37

Cara : memencet tendon achilles secara keras Respon : seperti refleks babinsky

6. REFLEK GONDA 38

Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4 Respon : seperti reflek babinsky

7. REFLEK HOFFMAN 39

Cara : goresan pada kuku jari tengah pasien Respon : ibu jari, telunjuk dan jari lainnya fleksi

8. REFLEK PRIMITIF BAYI 40

43

Sucking refleks Cara : sentuhan pada bibir Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolah–olah menyusu Snout refleks Cara : ketukan pada bibir atas Respons : kontraksi otot – otot disekitar bibir /dibawah hidung Graps refleks Cara : penekanan / penempatan jari si pemeriksa pada telapak tangan pasien. Respons : tangan pasien mengepal Rapikan alat-alat yang telah digunakan

44

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien

45

46

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

47

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

48

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada kelainan pada reflek patilogis dan reflek fisiologis

41

42

TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator …………………..

PEMERIKSAAN SYARAF KRANIAL No

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Bahan bacaan 2. Vial-vial berisi bahan beraroma (vanila atau kopi) 3. Objek-objek yang sudah dikenal (koin, klip kertas, peniti) 4. Jepit pengaman atau jarum steril 5. Kartu snellen 6. Penlight 7. Vial-vial berisi gula, garam, bubuk kopi halus secukupnya 8. Spatel lidah 9. Dua kom berisi air panas dan dingin 10. Bola-bola kapas yang berujung lancip 11. Garpu tala 12. Hammer reflek 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Posisikan pasien duduk nyaman 4 Persklienpan Klien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

Mengucapkan Basmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Memakai handscoen bersih

9

Prosedur Pemeriksaan : 1. Nervus Olfaktorius/N I (sensorik) Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat-zat (bau-bauan) seperti : kopi, vanila. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negatif atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid. Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian pasien disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja. Penilaian : Pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik disebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi. 2. Nervus Optikus/N II (sensorik) Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtiva atau infeksi lainnya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai. a. Ketajaman penglihatan Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut. Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak terlihat sama sekali /buta. b. Lapangan penglihatan Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksa. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksa dan pasien berkisar 60-100 cm. Mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat berapa derajat lapang penglihatan klien.

NILAI 0 1

2

3. Nervus Okulomotorius/N III (motorik) Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpebra dan konstriktor pupil. Cara pemeriksaan : Diobservasi apakah terdapat edema kelopak mata, hiperemi, konjungtiva,hiperemi sklerata, kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus). 4. Nervus Trokhlearis/N IV (motorik) Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 3 mm, midriasis >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isokor / sama, anisokor / tidak sama), dan reaksi pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

gbr ukuran pupil 5. Nervus Trigeminus/N V (motorik dan sensorik) Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala. Sensibilitas wajah. Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan. Rasa nyeri : dengan menggunakan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan air panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh meyebutkan panas atau dingin yang dirasakan Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah) Rasa gelar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang dientuhkan ke wajah pasien. Otot mengyunyah Cara periksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedua otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posis mulut klier. Simetris atau tidak, mulut miring. 6. Nervus Abdusens/N VI (motorik) Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter. 7. Nervus Fasialis/N VII (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan : Fungsi sensoris : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti gula, garam dan kina. Pasien menutup mata dan disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien menyebutkannya atau ditulis dikertas oleh klien. Fungsi motoris : minta pasien mengangkat kedua alis matanya, cemberut, menutup mata dgn rapat, memperlihatkan gigi, tersenyum dan menggembungkan pipinya. 8. Nervus Akustikus/N VIII (sensorik) 1. Pendengaran : tes bisik, weber, rinne, swabach (lihat di pemeriksaan telingga) 2. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyang-goyang (keseimbangan menurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang. 9. Nervus Glosso-faringeus/N IX (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongs patel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek

10

muntah dan amati adanya kesulitan menelan. 10. Nervus Vagus/N X (motorik dan sensorik) Cara pemeriksaan : Fungsi sensoris : pasien disuruh membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata ‘aaah’ Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga bocor. Fungsi motorik : observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi. 11. Nervus Aksesorius/N XI (motorik) Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah Test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu ke atas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase. 12. Nervus Hipoglosus (motorik) Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese/miring bila terdapat lesi pada hipoglosus. Rapikan alat-alat yang telah digunakan

11

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien

12

13

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

14

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

15

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada kelainan pada nervus. TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator …………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN INTEGUMEN

TUJUAN PRAKTIKUM a. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan pada integumen. b. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : 1. Melakukan pemeriksaan kulit 2. Melakukan pemeriksaan kuku 3. Melakukan pemeriksaan rambut 4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan integumen

No.

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Sarung tangan/handscoen 2. Penggaris 3. Bullpen 4. Lembar dokumentasi 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkandiri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien 4. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur 4 PersklienpanKlien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

MengucapkanBasmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Memakaihandscoenbersih A. PEMERIKSAAN KULIT

9

Amati warna kulit

10

Kaji adanya lesi dan edema

11

Palpasi kelembaban kulit

12

Palpasi suhu kulit, bandingkan suhu kedua kaki dan kedua tangan dengan menggunakan punggung jari 13 Tarik/cubit kulit untuk mengetahui turgor kulit (normalnya kembali cepat < 20 detik) B. PEMERIKSAAN RAMBUT 14 15

16 17

Inspeksi pola penyebaran rambut. Normalnya penyebaran rambut merata, tidak ada lesi/pitak. Inspeksi warna rambut, perhatikan kesesuaian antara warna dan usia. Dan inspeksi adanya warna rambut coklat kemerahan yang mungkin terjadi pada malnutrisi. Inspeksi kebersihan kulit kepala dari kutu dan ketombe.

Lakukan palpasi area rambut dan kepala dengan pola sirkuler. Perhatikan ada/ tidaknya massa atau nyeri tekan 18 Perhatihan konsistensi rambut : halus atau kasar, pecah-pecah, atau mudah rontok saat di pegang C. PEMERIKSAAN KUKU

NILAI 0 1

2

19 20

Amati bentuk kuku jari untuk menentukan lengkungan dan sudut kuku (abnormal bila sudut > 600) Amati warna dan tekstur kuku jari tangan dan kaki

21

Lakukan pemeriksaan CRT dengan mencubit pada ujung kuku (normal < 3 dtk)

22

Rapikan alat-alat yang telah digunakan

23

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien/keluarga

24

25

PerawatMengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

26

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

27

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian pada keadaan kulit, tugor kulit dll  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian pada keadaan rambut, penyebaran rambut, konsistensi rambut dll  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian pada keadaan kuku, tekstur jari dan CRT. TOTAL : Malang, Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… …… /…... /…… 2 x ……. Fasilitator

…………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN GENITALIA FEMININA EKSTERNA TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan genitalia feminina eksterna dengan tepat dan benar. 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : a. Melakukan kontrak awal untuk pemeriksaan genitalia feminina eksterna dengan tepat. b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat pemeriksaan genitalia feminina eksterna dengan tepat. c. Melakukan persiapan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan genitalia feminina eksterna dengan benar. d. Melakukan prosedur pemeriksaan genitalia feminina eksterna sesuai dengan prosedur yang tepat. KONSEP TEORI Pemeriksaan genitalia wanita sebaiknya menjadi bagian dari pemeriksaan perawatan kesehatan preventif karena tingginya insiden kanker rahim dan vagina. Kematian akibat kanker uterus sudah berkurang selama 40 tahun terakhir, berkat adanya General Check Upteratur dan pemakaian tes Pap Smear. Kanker ovarium masih terhitung sebanyak 4% keseluruhan kanker pada wanita dan menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker saluran reproduksi wanita dan menyebabkan lebih banyak kematian akibat kanker saluran reproduksi wanita lainnya dikarenakan sulitnya kanker ini terdeteksi. Semua wanita di atas 18 tahun sebaiknya menjalani pemeriksaan tahunan. Pemeriksaan genitalia juga berfungsi untuk melihat adanya insiden penyakit yang tertular melalui hubungan seksual (PHS). Genetalia eksternal dapat dikaji selama pemeriksaan terpisah, bersama tindakan higiene rutin, atau pada saat insersi kateter urinal.

No

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat : 1. Meja pemeriksaan dengan penyangga kaki (meja Gyn) *(Bila tidak ada pasien dibaringkan di tempat tidur dengan posisi supine sambil menekuk kakinya) 2. Lampu yang dapat diatur pencahayaannya 3. Selimut 4. Sarung tangan steril 2 pasang. (Persiapkan sarung tangan cadangan) 5. Larutan chlorin 10 % dalam waskom untuk dekontaminasi handschoen 6. 5 bola kapas/kapas cebok 7. Kassa steril secukupnya 8. Larutan savlon 9. Waskom 1 buah 10. Bengkok 11. Kom steril 1 buah Sarungtanganbersih 12. Lembar dokumentasi 13. Ballpoin 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Meminta pasien mengosongkan bladder dan bowelnya 4. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien (sims) 5. Bila perawat laki-laki, dapat menyertakan asisten wanita untuk menciptakan kondisi teraputik. 6. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman agar pasientetaprileks 2. Pasang sketsel/sampiran sesaat sebelum melakukan prosedur 4 PersklienpanKlien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 5

Mengucapkan Basmallah

NILAI 0 1

2

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

9

11

Bantu / meminta pasien untuk membuka area sekitar genitalia eksterna yang akan dilakukan pemeriksaan.Gunakan selimut untuk menutupi area di atas simpisis pubis Dekatkan lampu pada area yang akan diperiksa dengan mengatur cahaya dan letaknya agar dapat membantu jalannya pemeriksaan Gunakan Sarung tangan bersih pada kedua tangan

12

Minta pasien membuka selimut sebatas area yang akan diperiksa.

10

A. Inspeksi 13

14

15

16

17

Kuantitas dan kualitas penyebaran tumbuhnya rambutpubis. Pastikan bebas dari kotoran dan kutu. Normalnya rambut pubis : pertumbuhan rambut pubis merata membentuk segitiga di atas perineum dan sepanjang permukaan medial paha. Karakteristik permukaan labia mayora. Periksa kesimetrisan, ada/tidaknya edema, lesi, bau atau discharge (pus/lendir/darah). Normalnya labia mayora : simetris, tampak kering dan lembab. Bila labia mayora tampak menebal, hal tersebut normal pada wanita menopouse. Labia minora yang tampak lebih besar/menonjol daripada labia mayora adalah lazim ditemukan pada bayi. Labia mayora tampak membuka pada wanita yang telah melahirkan. Bukadengan lembut labia mayora dengan jari-jari tangan non dominan untuk menginspeksi klitoris, labia minora, orificium uretra, dan orificium vagina (inspeksibentuk, warna, lesi, edema, posisi). Normalnya : klitoris normalnya tidak akan lebih dari 2 cm panjangnya, dan diameternya tidak > 0,5 cm. Labia minora normalnya lebih tipis dari labia mayora, salah satu sisi mungkin lebih tebal dari sisi yang lain. Permukaan dalamnya warna merah muda gelap. Perhatikan bila ada fistula, polip, lesi, iritasi dan inflamasi. Observasi perineum dengan seksama, perhatikan warna dan posisi. Normalnya : nampak halus, bila pada nulipara, maka perineum akan terasa tebal dan halus. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan steril B. Palpasi

18

19

20

21

Dengan telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk pemeriksa sedalam buku jari kedua, berikan tekanan ke atas, sambil memerah kelenjar skene ke arah luar, lihat ada tidaknya pengeluaran, perhatikan ada/tidaknya nyeri. Normalnya : tidak terdapat pengeluaran discharge dari skene dan teraba lunak. Palpasi kelenjar Bartholin, pada setiap sisi dengan ibu jari dan jari telujuk berada diluar labia mayora dan introitus. Perhatikan adanya pembengkakan, nyeri, massa, atau discharge.

Minta pasien untuk mengejan ke bawah, menuju ke arah jari pemeriksa (seperti saat BAK) untuk mengkaji tegangan otot pada saluran keluar vagina. Kemudian minta pasien untuk tidak lagi mengejan. Amati ada tidaknya penonjolan dan inkontinensia urin. Normalnya : tidak terdapat penonjolan jaringan keluar dari orificium vagina saat mengejan. Palpasi perineum, rasakan permukaan yang normalnya berkonsistensi halus. Jaringan akan terasa tebal dan halus pada wanita nullipara, dan lebih tebal dan

kaku pada wanita multipara. 22

24

Lakukan vulva higiene untuk membersihkan discharge yang mungkin keluar setelah pemeriksaan. ambil 5 bola kapas, masukkan dalam kom berisi savlon. Peras kapas savlon, kemudian bersihkan dengan kapas savlon mulai dari labia mayora kanan (sekali usap dari arah klitoris ke rektum, buang), labia mayora kiri (sekali usap dari arah klitoris ke rektum, buang), buka bagian dalam dengan ibu jari dan jadi tengah, bersihkan labia minora kanan (sekali usap dari arah klitoris ke rektum, buang), labia minora kiri (sekali usap dari arah klitoris ke rektum, buang), dan terakhir pada bagian tengah sampai perineum (sekali usap dari arah klitoris ke rektum, buang). Keringkan area genitalia eksterna dengan kassa steril perlahan-lahan hingga savlon hilang. Rapikan alat-alat yang telah digunakan

25

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien/keluarga

26

27

PerawatMengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

28

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

23

29

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada massa abnormal, pembekakan, kebersihan. dll TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator

…………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN GENITALIA MASKULINA EKSTERNA TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan genitalia maskulina eksterna dengan tepat dan benar. 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : a. Melakukan kontrak awal untuk pemeriksaan genitalia maskulina eksterna dengan tepat. b. Melakukan persiapan alat yang dibutuhkan saat pemeriksaan genitalia maskulina eksterna dengan tepat. c. Melakukan persiapan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan genitalia maskulina eksterna dengan benar. d. Melakukan prosedur pemeriksaan genitalia maskulina eksterna sesuai dengan prosedur yang tepat. KONSEP TEORI Karena tingginya infeksi menular seksual pada remaja dan dewasa muda, genitalia maskulina sebaiknya rutin diperiksa saat pemeriksaan kesehatan dilakukan. No

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat : 1. Sarung tangan steril 1 pasang. (Persiapkan sarung tangan cadangan) 2. Palu reflek 3. Selimut 4. Lembar dokumentasi 5. Ballpoin 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkan diri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Meminta pasien mengosongkan bladder dan bowelnya 4. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien (supine) 5. Bila perawat wanita, dapat menyertakan asisten laki-laki untuk menciptakan kondisi teraputik. 6. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang aman dan nyamandanjagapasientetaprileks 2. Pasang sketsel/sampiran sesaat sebelum melakukan prosedur 4 PersklienpanKlien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSAAN 5

MengucapkanBasmallah

6

Perawat mencuci tangan

7

Meletakkan alat di dekat klien

8

Bantu / minta pasien untuk membuka area sekitar genitalia eksterna yang akan dilakukan pemeriksaan dan gunakan selimut untuk menutupi daerah di atas simpisis. Minta pasien membuka selimut sebatas area yang akan diperiksa.

9 10 11

Dekatkan lampu pada area yang akan diperiksa dengan mengatur cahaya dan letaknya agar dapat membantu jalannya pemeriksaan Gunakan Sarung tangan bersih pada kedua tangan A. Inspeksi

13

Kaji kematangan seksual pasien, perhatikan ukuran dan bentuk penis, ukuran, warna dan tekstur skrotal, karakter dan penyebaran pubis. Normal : peningkatan ukuran testis pertama dimulai dalam periode pra remaja, dan selama periode tersebut belum nampak bulu pubis. Akhir masa pubertas, testis dan penis membesar sampai ukuran dan bentuk dewasa. Kulit skrotal menjadi lebih gelap dan mengeriput. Rambutdaerah tersebut kasar, penis tidak berbulu dan skrotum berbulu sedikit.

NILAI 0 1

2

14 15

16

17 18 19

20

21

Inspeksi kulit yang menutupi genitalia, ada tidaknya kutu, kemerahan, ekskoriasi, atau lesi-lesi. Normalnya : bersih tanpa lesi-lesi. Amati struktur penis (pada pria yang belum disirkumsisi, tarik prepusium) inspeksi kepala penis dan meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, edema dan inflamasi. Normal : saat prepusium ditarik pada pria yang beum disirkumsisi, akan tampak sedikit smegma (kerak putih kekuningan akibat endapan urine dan kotoran), pada pria yang telah disirkumsisi, kepala penis nampak kemerahan dan kering tanpa smegma. Inspeksi meatus uretra, tampak seperti celah dan terletak di tengah (tidak nampak hipospadia atau epispadia).Observasi meatus uretra terhadap adanya cairan, lesi, atau edema. Observasi batang penis dan bagian bawahnya untuk mengetahui ada tidaknya jaringan parut, lesi atau edema. Inspeksi ukuran, warna dan bentuk sistematis skrotum, observasi adanya lesi dan edema. Minta klien mengejansepertisaat BAB, skrotum akan menurun. Lakukan inspeksi kedua area inguinal mengenai tanda-tanda pembesaran yang jelas, kemungkinan adanya hernia ingunalis B. Palpasi Palpasi lembut batang penis diantara ibu jari dan kedua jari-jari utama untuk mengetahui adanya pengerasan atau nyeri lokal. Normalnya : penis harusnya lunak dan bebas dari nodul. Angkat penis ke atas, palpasi lembut testis dan epididimis di antara ibu jari dan kedua jari utama. Perhatikan ukuran, bentuk, dan konsistensi. Tanyakan pada pasien apakah saat dilakukan palpasi timbul nyeri yang tak biasa.

22

Palpasi vas deferens secara terpisah. Karena saluran ini membentuk blok spermatik di area inguinal. Normalnya vas deferens teraba halus dan teraba terpisah tanpa nodul-nodul atau pembengkakan, varikokel (pembengkakanpada pembuluhdarah).

23

Periksa reflek kremasterik dengan menggoreskanujungreflek hammer paha bagian dalam. Normalnya testis dan skrotum pada sisi yang diperiksa akan terangkat. Palpasi kanal dan lingkar inguinal untuk memastikan ada tidaknya hernia.

24

25

Mulai dengan menginvasi dengan lembut kulit skrotal pada sisi kanan, dimulai pada titik rendah pada skrotum. Gerakkan jari telunjuk ke arah atas sepanjang vas deferens ke dalam kanal inguinal. Normalnya tidak ada penekanan, hernia inguinalisdanindirek.

26

Rapikan alat-alat yang telah digunakan

27

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien/keluarga

28

29

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan

30

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

31

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada massa abnormal, pembekakan, kebersihan. dll TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator

…………………..

PEMERIKSAAN ANUS, REKTUM DAN PROSTAT No

NILAI 0 1

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Handscoen/sarung tangan 2. Jelly/lubricant 3. Tabung steril 4. Tissue/kapas 5. Meja pemeriksaan 2 Persiapan perawat : 1. Memperkenalkandiri 2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 3. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien 4. Informed concent 3 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur 4 PersklienpanKlien : Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. PELAKSANAAN 4

Mengucapkan Basmallah

5

Perawat mencuci tangan

6

Meletakkan alat di dekat klien

7

Memakaihandscoenbersih

8

10

Persilakan pasien untuk membuka/melepas celana (jaga privasi pasien), gunakan selimut untuk menutup area di atas simpisis Bantu pasien untuk memilih salah satu posisi : berbaring kearah lateral sinistra dengan kaki flexi, berdiri dan pasien membungkuk, berbaring pada posisi litotomi Berikan jelly/ lubricant pada jari telunjuk tangan dominan

11

Pisahkan gluteus dengan tangan kiri, beri pelumas pada kanal anus dan rectum.

12

Sebelumnya jelaskan pada pasien bahwa ia akan merasa seperti BAB saat jari menyentuh rektum tetapi ia tidak akan BAB. relaksasikan sfingter ani dengan tekanan lunak permukaan palmar telunjuk pada anus . Minta pasien untuk menarik napas dalam, sementara itu masukkan jari telunjuk secara hati-hati saat sfingter ani rileks (Jangan mencoba untuk memaksakan pemeriksaan, pertimbangkan untuk pemberian local anastesi), apabila sfingter ani terasa tegang hentikan sementara, teruskan proses saat sfingter ani rileks. Rasakan sesuai urutan :  Ada/tidaknya tonus otot sfingter ani  Ada/tidaknya pembesaran vena varicosa yang mengakibatkan hemoroid  Ada/tidaknya massa atau konsistensi padat pada dinding rectum  Ada/tidaknya tahanan akibat skibala atau tumpukan feses yang mengeras akibat konstipasi  Untukpasienlaki-lakisekaliguslakukanpemeriksaanprostat

9

13

Gbr. Kankerrektum

14

Gbr. Prostat normal

Gbr. Pembesaranprostat

(untukpemeriksaanpadalaki-laki) Jelaskan pada pasien bahwa ia akan merasa ingin BAK saat perabaan prostat tetapi ia tidak akan BAK Raba prostat di daerah anterior rectum dan lakukan penekanan pada area di atas simpisis menggunakan tangan non dominan. Ukuran normal tepi-tepi prostat

2

tidak lebih dari 4 cm dan normal teraba kenyal seperti balon karet

Jika ada tanda-tanda prostatitis, urut perlahan kearah kaudal dan tampung specimen yang keluar melalui uretra pada tabung steril untuk pemeriksaan laboratorium 15

Minta pasien untuk menarik nafas dalam, keluarkan jari secara hati-hati

16

Bersihkan area rectum dengankasa

17

Rapikan alat-alat yang telah digunakan

18

Perawat melepaskan handscoen

19

Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien/keluarga

20

21

Perawat Mengucapkan “Hamdallah” kemudian Menyampaikan informasi hasil pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai. Perawat mencuci tangan

22

Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

23

Evaluasi :  Klien Bersih, rapi dan nyaman  Tempat tidur rapi  Perawat mampu menyipulkan hasil pengkajian apakah ada massa, pembengkakan pembuluh darah, nyeri tekan, atau nodulus) TOTAL : Nilai = 1 x …….. + 2 x …….. x 100 = ……… x 100 = ………… 2 x …….

Malang, …… /…... /…… Fasilitator

…………………..

PROSEDUR PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL TUJUAN PRAKTIKUM 1. TUJUAN UMUM. Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. 2. TUJUAN KHUSUS. Setelah melakukan praktikum berikut mahasiswa mampu : 1. Melakukan pengukuran tekanan darah 2. Melakukan pengukuran nadi 3. Melakukan pengukuran temperatur/suhu tubuh 4. Melakukan pengukuran pernafasan (respiration rate)

No

TINDAKAN

PERSIAPAN 1 Persiapan alat 1. Stetoskop 2. Tensimeter/Sphygmomanometer 3. Alcohol swab 4. Sarung tangan/handscoen 5. Jam tangan 6. Thermometer (raksa, digital/elektrik) 7. Thermometer tympani/aural 8. Thermometer rectal 9. Tissue 10. Kassa 11. Jelly/Lubrikan 12. Bullpen 13. Bengkok 14. Lembar dokumentasi 2 Persiapan perawat : Memperkenalkandiri 3. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan 4. Memberikan posisi yang nyaman pada Klien Informed concent 3 PersiapanKlien: Atur posisi Klien senyaman mungkin dan sesuai kebutuhan pemeriksaan. 4 Persiapan lingkungan : 1. Ciptakan lingkungan yang nyaman 2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur PELAKSANAAN TINDAKAN A. PEMERIKSAAN SUHU a) PENGUKURAN TEMPERATUR AXILA 4

MengucapkanBasmallah

5

Perawat mencuci tangan

6

Meletakkan alat di dekat klien

7

Memakaihandscoenbersih

8

Meminta klien untuk duduk atau berbaring, pastikan klien merasa nyaman

9

Gulung lengan baju klien atau buka baju atas sampai axila terlihat

10

Keringkan daerah axila menggunakan kassa

11

Pastikan thermometer siap (jika menggunakan thermometer raksa suhu awal
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF