Pemeriksaan Urolithiasis Pada Anjing
May 9, 2019 | Author: Donna Alfithasari | Category: N/A
Short Description
urolit...
Description
Pemeriksaan Urolithiasis pada anjing
1. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan pada saluran air kencing sangat diprioritaskan. Pada waktu melakukan pemeriksaan fisik, palpasi daerah abdomen pada bagian hipogastricus : - Ukuran vesica urinaria membesar - Konsistensi vesica urinaria mengeras - Mengalami rasa sakit 2. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium. 2. Pemeriksaan Radiologi 3. Pemeriksaan Ultrasonografi
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi : A. Pemeriksaan visual
Turbiditas dan warna dari urin. Warna urin normal adalah kuning bening, sedangkan urin yang tidak normal berwarna merah karena darah dan keruh. Volume urine normal adalah 7502.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak (random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat. Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria).
Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah : 1. Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna. 2. Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin. 3. Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin. 4. Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik. 5. Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran. 6. Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa. 7. Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol. B. Spesific Gravity
Tes ini berfungsi untuk mendeteksi seberapa baik ginjal dapat mengkonsentrasikan urin dan jumlah dari substansi/zat-zat yang terdapat pada urin. Tes ini mengukur berat dari urin
dibandingkan dengan air biasa pada jumlah yang sama. Semakin tinggi nilai urin specific gravity ini, maka semakin padat material yang terdapat pada urin.
C. Dipstick Analysis
Strip test kimiawi yang mengecek ada tidaknya glukosa, protein, bilirubin dan keton di dalam urin. 1. Sel darah putih (pyuria) : normalnya sel darah putih tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah putih di dalam urin dapat menandakan adanaya infeksi saluran perkencingan, gangguan ginjal, dan kanker. 2. Sel darah merah (hematuria) : sama seperti sel darah putih, seharusnya sel darah merah tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah merah ini dapat menandakan adanya peradangan, penyakit, serta cedera/luka pada ureter, vesica urinaria, atau urethra. 3. Protein (Proteinuria) : protein normalnya tidak ditemukan di dalam urin. Hasil tes ini harus disesuaikan dengan tes specific gravity. Protein pada urin yang encer lebih banyak daripada protein pada urin yang pekat. Beberapa hal yang menyebabkan protein ada pada urin adalah peradangan, hemoraghi, atau gangguan ginjal. 4. Glukosa (glukosuria) : glukosa merupakan jenis gula yang biasanya ditemukan pada darah. Seharusnya tidak ada glukosa dalam darah. Hal yang sering menyebabkan glukosa pada urin adalah diabetes. 5. Bilirubin (bilirubinemia) : bilirubin adalah pigment oranye dari empedu dari hati. Keberadaan bilirubin pada urin mengindikasikan adanya penyakit hati atau hemolisis (hancurnya sel darah merah), gangguan ginjal, Feline Hepatic Lipidosis dan FIP.
6. Keton : tidak ada keton pada urin kucing yang normal. Keton dihasilkan ketika lemak, yang lebih dipergunakan daripada glukosa, dipecah oleh tubuh untuk menghasilkan energy. Jumlah besar keton dalam urin mengindikasikan diabetes ketoacidosis atau kekurangan gula / malnutrisi. 7. pH urin : merupakan pengukuran dari tingkat keasaman dari urin, apakah alkalis / asam. pH normal urin sekitar 6 – 7. Tingkat keasaman ini dapat tergantung dari jenis pakan, obat, dan adanya penyakit. Kucing biasanya memiliki pH yang sedikit asam. D. Pemeriksaan mikroskopik
Sebuah sampel urin disentrifugasi dan sedimentasinya diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat adanya crystal, sel darah merah, sel darah putih, benda padat berongga, bakteri dan yeast (jamur). 1. Sel darah putih (pyuria) : normalnya sel darah putih tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah putih di dalam urin dapat menandakan adanaya infeksi saluran perkencingan, gangguan ginjal, dan kanker. 2. Sel darah merah (hematuria) : sama seperti sel darah putih, seharusnya sel darah merah tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah merah ini dapat menandakan adanya peradangan, penyakit, serta cedera/luka pada ureter, vesica urinaria, atau urethra. 3. Cast (cylindruria) : bentukan silinder ini dibentuk ole mucoprotein yang terdapat pada tubulus renalis (tabung kecil di dalam ginjal). Benda ini dapat dibentuk dari berbagai macam material termasuk sel darah merah, sel darah putih, substansi lemak, sel epitel tubulus renalis atau oleh protein. Bentukan ini dapat memberikan informasi mengenai jenis penyakit yang sedang diderita oleh hewan.
4. Crystal (crystaluria) : beberapa tipe crystal mungkin dapat ditemukan pada urin. Crystal yang paling sering ditemukan adalah struvite dan kalsium oksalat. Keberadaan crystal ini pada urin bukan merupakan diagnosis pasti dari sebuah urolithiasis. Beberapa jenis tertentu dapat menjadi petunjuk penting dalam diagnosa sebuah penyakit. 5. Bakteri : jika sebuah sampel urin yang steril ditemukan bakteri, hal ini dapat menunjukkan adanya infeksi vesica urinaria.
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada radiografi densitas batu bisa dilihat, meliputi ukuran dan b entuk di vesica urinaria.
3. Pemeriksaan Ultrasonografi Ultrasonografi untuk melihat dinding vesica urinary dan kandungan dalam vesica urinary
SUMBER
:
Wulandari,
A.
Feline
Urinary
Sindrome.b
http//:http://ayu-
w.blogspot.com/2013/04/definisi-feline-urinary-syncdrome-fus.html. diakses pada tanggal 6 Desember 2013.
View more...
Comments