Pemeriksaan Urin Hasil Normal

March 12, 2018 | Author: heni | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

urine...

Description

Pemeriksaan Urin Hasil Normal & Abnormal last update Oct 5, 2016 @ 2:06 pm WIB Pemeriksaan urin atau tes urin dilakukan sebagai pemeriksaan kesehatan secara rutin dan juga untuk tujuan diagnostik. Hasil urinalisis dapat diketahui untuk mendeteksi kondisi kesehatan tertentu, seperti infeksi saluran kemih, gangguan ginjal, masalah liver, dan diabetes. Pemeriksaan urin secara rutin meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital dan melakukan serangkaia

n tes laboratorium seperti halnya tes darah. Tes urin merupakan prosedur yang dilakukan untuk menguji berbagai komponen urin dan yang terpenting adalah berat jenis urin. Setiap fluktuasi dari tingkat normal dapat menjadi indikasi dari beberapa penyakit yang mendasari. Maka itu, hasil urinalisis dibandingkan dengan parameter standar untuk mengetahui perubahan abnormal. Seperti disebutkan sebelumnya, tes urin merupakan bagian dari pemeriksaan kesehatan. Sering kali, metode ini dilakukan untuk tujuan diagnostik, terutama untuk gangguan terkait metabolisme dan ginjal. Untuk pasien rawat inap, hal ini dapat dipesan sebelum melanjutkan dengan segala bentuk intervensi terapeutik. Sebagai contoh, seorang pasien operasi harus menjalani tes urin ketika merencanakan untuk melakukan operasi. Berdasarkan hasil, dokter mungkin saja menyarankan prosedur diagnostik lebih lanjut. Pemeriksaan urin Untuk melanjutkan dengan urinalisis, sampel urin dikumpulkan dalam botol yang bersih dan steril. Botol tersebut kemudian diberi label dengan nama orang, jenis kelamin, dan informasi dasar lainnya. Dalam kasus pasien, tes urin mungkin juga dapat meliouti tes gula darah, yang disarankan oleh dokter yang bersangkutan. Selain itu, pemberian obat resep sebelum pengumpulan sampel urin dapat mengubah hasil. Oleh karena itu, pasien harus memberitahu dokter tentang obat-obatan yang dikonsumsi saat ini untuk mendapatkan hasil yang otentik. Pada umumnya, prosedur tes urin meliputi tiga tahap evaluasi. Yang pertama adalah pemeriksaan visual untuk warna urin dan bentuk urin, yang kedua adalah pemeriksaan kimia yang dilakukan dengan uji dipstick dan yang ketiga adalah pemeriksaan mikroskopis dengan mikroskop. Hal ini dapat diamati bahwa kelebihan protein dan gula yang sudah ada dalam urin. Kehadiran zat

tertentu dapat dideteksi dengan cara tes dipstick. Untuk referensi hasil urine normal dan abnormal akan dijelaskan di bawah ini. Pemeriksaan urin dengan hasil normal 1.

Warna urin untuk orang yang sehat berkisar dari hampir transparan sampai kuning pucat, sementara bau urin kurang signifikan. Warna tergantung pada jumlah asupan air dan konsumsi makanan berwarna-warni. 2. Dalam hasil uji dipstick, pH urin dan berat jenis urin termasuk dalam tingkat normal. Komponen seperti keton, darah, gula, bilirubin dan protein tidak terdeteksi dalam pemeriksaan kimia. 3. Sel darah merah dan sel darah merah, nitrit, hemoglobin, kristal, sel epitel, dan bakteri tidak diidentifikasi dalam hasil tes urin normal. >> Penyebab Urin Bau Tajam Menyengat Pemeriksaan urin dengan hasil abnormal 1. 2.

3. 4.

5.

6.

7.

Urin yang berawan disertai dengan bau yang tidak biasa menunjukkan kemungkinan adanya infeksi. Pada uji dipstick, kadar pH urine normal dan berat jenis dapat dideteksi dari perubahan warna dari dipstick. Berat jenis yang sangat rendah adalah tanda peringatan untuk penyakit ginjal, sedangkan tingkat yang lebih tinggi menunjukkan dehidrasi pada tubuh. Hasil urinalisis untuk ISK dapat dapat ditunjukkan dari adanya sel darah merah, leukosit dan bakteri. Dalam kasus lain, sel-sel darah terutama darah putih dan mikroba menandakan adanya infeksi. Leukosit dalam urin adalah karena kelebihan sekresi oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi patogen. Protein yang ditemukan dalam urin dengan kadar tinggi menunjukkan masalah ginjal. Dan untuk pasien dengan jumlah tinggi gula dan keton, tes berlanjutan akan digunakan untuk mengidentifikasi diabetes. Bilirubin adalah komponen lain dalam pengujian dipstick. Sebuah produk dari hemoglobin, dengan persentase yang tinggi dari bilirubin dapat menjadi tanda peringatan untuk kondisi liver. Ketika sampel urin diamati di bawah mikroskop, mungkin menunjukkan adanya mikroorganisme yang diketahui adanya infeksi, gips untuk masalah ginjal, kristal untuk masalah batu ginjal dan sel-sel epitel yang menunjukkan adanya tumor.

Memiliki hasil urinalisis normal tidak dapat menjamin bahwa seseorang pasti benar-benar sehat dan bebas penyakit. Terdapat beberapa parameter kesehatan yang perlu dilalui untuk memastikan kebugaran dengan optimal. Mengenai kelainan pada hasil tes pemeriksaan urin, dokter dapat memberikan petunjuk tentang masalah medis yang mungkin terjadi dalam waktu dekat. Dengan bantuan metode diagnostik, kondisi kesehatan dapat dideteksi dengan lebih cepat.

Incoming Keywords: hasil tes urine, urinalisis, dari pemeriksaan urine apakah penyakit ginjal dapat diketahui, contoh hasil tes urine, contoh hasil test urin, warna urine normal dan abnormal, cek urin normal hasil, cara urinalisis isk, berat jenis urin yang abnormal, apa yang mengakibatkan tes urin di ulang

« Demam Berdarah Dengue Pemeriksaan Laboratorium Hemostasis dan Hati » Pemeriksaan Laboratorium Hematologi May 4, 2010 by Fransisca Dewi Kumala Tes Hematologi Rutin Hitung darah lengkap -HDL- atau darah perifer lengkap –DPL- (complete blood count/full blood count/blood panel) adalah jenis pemeriksan yang memberikan informasi tentang sel-sel darah pasien. HDL merupakan tes laboratorium yang paling umum dilakukan. HDL digunakan sebagai tes skrining yang luas untuk memeriksa gangguan seperti seperti anemia, infeksi, dan banyak penyakit lainnya. HDL memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Pemeriksaan darah lengkap yang sering dilakukan meliputi:      

Jumlah sel darah putih Jumlah sel darah merah Hemoglobin Hematokrit Indeks eritrosit jumlah dan volume trombosit

Tabel 1. Nilai pemeriksaan darah lengkap pada populasi normal Parameter

Laki-Laki

Perempuan

Hitung sel darah putih (x 103/μL) Hitung sel darah merah (x 106/μL) Hemoglobin (g/dl) Hematokrit (%) MCV (fL) MCH (pg) MCHC RDW (%) Hitung trombosit (x 103/μL)

7.8 (4.4–11.3) 5.21 (4.52–5.90) 15.7 (14.0–17.5) 46 (42–50) 88.0 (80.0–96.1) 30.4 (27.5–33.2) 34.4 (33.4–35.5) 13.1 (11.5–14.5) 311 (172–450)

4.60 (4.10–5.10) 13.8 (12.3–15.3) 40 (36–45)

Spesimen Sebaiknya darah diambil pada waktu dan kondisi yang relatif sama untuk meminimalisasi perubahan pada sirkulasi darah, misalnya lokasi pengambilan, waktu pengambilan, serta kondisi pasien (puasa, makan). Cara pengambilan specimen juga perlu diperhatikan, misalnya tidak menekan lokasi pengambilan darah kapiler, tidak mengambil darah kapiler tetesan pertama, serta penggunaan antikoagulan (EDTA, sitrat) untuk mencegah terbentuknya clot. Hemoglobin Adalah molekul yang terdiri dari kandungan heme (zat besi) dan rantai polipeptida globin (alfa,beta,gama, dan delta), berada di dalam eritrosit dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah ditentukan oleh kadar haemoglobin. Stuktur Hb dinyatakan dengan menyebut jumlah dan jenis rantai globin yang ada. Terdapat 141 molekul asama amino pada rantai alfa, dan 146 mol asam amino pada rantai beta, gama dan delta. Terdapat berbagai cara untuk menetapkan kadar hemoglobin tetapi yang sering dikerjakan di laboratorium adalah yang berdasarkan kolorimeterik visual cara Sahli dan fotoelektrik cara sianmethemoglobin atau hemiglobinsianida. Cara Sahli kurang baik, karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam misalnya karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Selain itu alat untuk pemeriksaan hemoglobin cara Sahli tidak dapat distandarkan, sehingga ketelitian yang dapat dicapai hanya ±10%. 



Cara sianmethemoglobin adalah cara yang dianjurkan untuk penetapan kadar hemoglobin di laboratorium karena larutan standar sianmethemoglobin sifatnya stabil, mudah diperoleh dan pada cara ini hampir semua hemoglobin terukur kecuali sulfhemoglobin. Pada cara ini ketelitian yang dapat dicapai ± 2%. Berhubung ketelitian masing-masing cara berbeda, untuk penilaian basil sebaiknya diketahui cara mana yang dipakai. Nilai rujukan kadar hemoglobin tergantung dari umur dan jenis kelamin. Pada bayi baru lahir, kadar hemoglobin lebih tinggi dari pada orang dewasa yaitu berkisar antara 13,6 – 19, 6 g/dl. Kemudian kadar hemoglobin

 

 

menurun dan pada umur 3 tahun dicapai kadar paling rendah yaitu 9,5 – 12,5 g/dl. Setelah itu secara bertahap kadar hemoglobin naik dan pada pubertas kadarnya mendekati kadar pada dewasa yaitu berkisar antara 11,5 – 14,8 g/dl. Pada laki-laki dewasa kadar hemoglobin berkisar antara 13 – 16 g/dl sedangkan pada perempuan dewasa antara 12 – 14 g/dl. Pada perempuan hamil terjadi hemodilusi sehingga batas terendah nilai rujukan ditentukan 10 g/dl. Penurunan Hb terdapat pada penderita: Anemia, kanker, penyakit ginjal, pemberian cairan intravena berlebih, dan hodgkin. Dapat juga disebabkan oleh obat seperti: Antibiotik, aspirin, antineoplastik(obat kanker), indometasin, sulfonamida, primaquin, rifampin, dan trimetadion. Peningkatan Hb terdapat pada pasien dehidrasi, polisitemia, PPOK, gagal jantung kongesti, dan luka bakar hebat. Obat yang dapat meningkatkan Hb adalah metildopa dan gentamicin. Kadar hemoglobin dapat dipengaruhi oleh tersedianya oksigen pada tempat tinggal, misalnya Hb meningkat pada orang yang tinggal di tempat yang tinggi dari permukaan laut. Selain itu, Hb juga dipengaruhi oleh posisi pasien (berdiri, berbaring), variasi diurnal (tertinggi pagi hari).

Hematokrit Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakanhematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu metode makrohematokrit dan mikrohematokrit/kapiler. Nilai normal HMT: Anak Laki-laki Dewasa Perempuan Dewasa

: 33-38% : 40-50% : 36-44%

Penurunan HMT, terjadi dengan pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins, limfosarcoma, mieloma multiple, gagal ginjal kronik, sirosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vit B dan C, kehamilan, SLE,athritis reumatoid, dan ulkus peptikum. PEMERIKSAAN TES DARAH LENGKAP Posted on Februari 27, 2012 by nanikartinah

0 Pemeriksaan darah lengkap terdiri dari beberapa parameter yaitu :

1.

Eritrosit

Eritrosit berfungsi untuk mengangkut dan mengedarkan oksigen keseluruh tubuh. Eritrosit tinggi umumnya terjadi pada kondisi : Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Pre-eklamsia, Diabetes gestasional Eritrosit rendah umumnya terjadi pada kondisi : Anemia kecuali Thalasemia, Leukimia, Hipertyroid, Penyakit Hati Kronik, Penyakit Kanker, Lupus, Sarcoidosis. Indeks eritrosit terdiri dari : a.

Mean Corpuscular Volume (MCV)

MCV merupakan volume rata-rata eritrosit yang diketahui melalui pengukuran langsung atau dengan cara perhitungan. MCV diatas normal menunjukkan kondisi Anemia Makrositik (ukuran sel diatas sel normal). Biasanya dijumpai pada penderita Anemia Pernisiosa, Pecandu Alkohol, Defisiensi Asam Folat, HIV. MCV dibawah normal menunjukkan kondisi Anemia Mikrositik (ukuran sel dibawah sel normal). Biasanya dijumpai pada penderita Anemia Defisiensi Besi, Thalasemia, Keracunan Timah b.

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)

MCH merupakan jumlah rata-rata hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. c.

Mean Corpuscular Hemoglobulin Concentration (MCHC)

MCHC merupakan konsentrasi rata-rata hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit. 2.

Hemoglobin

Hb merupakan protein di dalam sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen. Hb tinggi ditemukan pada kondisi PPOK, Gagal Jantung Kongestif, Perokok, Pre-eklamsia. Sedangkan Hb rendah ditemukan pada kondisi Penyakit Hati Kronik, Anemia, Hipertyroid, Kanker, Lupus. 3.

Hematokrit

Hematokrit adalah perbandingan sel darah merah dan volume darah secara keseluruhan. Jika hematokrit < 36% berarti menderita anemia. 4.

Trombosit

Trombosit adalah sel darah yang berperan dalam proses pembekuan darah. Nilai trombosit dibawah nilai normal (trombositopenia) biasanya terjadi pada kondisi Demam Berdarah Dengue (DBD), Immunologic Thrombocytopenia Purpurae (ITP), Pendarahan, dll. Sedangkan nilai trombosit diatas normal biasanya terjadi pada kondisi infeksi. 5.

Platelet Distribution Widht (PDW)

PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. PDW tinggi ditemukan pada sikle cell disease dan trombositosis, sedagkan PDW rendah berarti trombosit mempunyai variasi ukuran yang kecil. 6.

Mean Platelet Volume (MPV)

MPV merupakan volume rata-rata trombosit. MPV rendah terjadi pada trombositopenia, sedangkan MPV tinggi dapat digunakan sebagai indikator trombosit megakariosit. 7.

Red Cell Distribution Widht (RDW)

RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. Untuk mengetahui nilai normal dari pemeriksaan (klik disini). RDW tinggi mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, keadaan ini disebut anisositosis, ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. RDW rendah artinya eritrosit mempunyai variasi ukuran kecil. 8.

Hemoglobin Distribution Widht (RDW)

HDW merupakan koefisien variasi hemoglobin pada setiap eritrosit. HDW bermanfaat untuk memperkirakan anisokromasia. 9.

Leukosit

Hitung sel darah putih menunjukkan jumlah sel darah putih per mikroliter darah. Peningkatan leukosit dapat ditemukan pada berbagai kondisi, seperti : • Penyakit infeksi bakteri • Perdarahan akut • Disfungsi endotel • Leukimia • Terpapar bahan beracun • Gagal ginjal (nefritis) • Penyakit inflamasi kronis

• Reaksi stres, olahraga, panas, dingin, anestesi, merokok sigaret • Pengobatan dengan quinine, adrenalin, steroid dll

Pemeriksaan Urin Rutin Interpretasi Hasil Pemeriksaan Urine

Terdapat beberapa macam pemeriksaan urin, yaitu urinalisis, tes kehamilan, tes narkoba, biakan kuman, kepekaan obat, dsb. Urinalisis atau tes urin rutin digunakan untuk mengetahui fungsi ginjal dan mengetahui adanya infeksi pada ginjal atau saluran kemih. Tes ini terdiri dari dua macam, yaitu : tes makroskopik dan tes mikroskopik.

Tes makroskopik dilakukan dengan cara visual. Pada tes ini biasanya menggunakan reagen strip yang dicelupkan sebentar ke dalam urine lalu mengamati perubahan warna yang terjadi pada strip dan membandingkannya dengan grafik warna standar. Tes ini bertujuan mengetahui pH, berat jenis (BJ), glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, darah, keton, nitrit dan lekosit esterase. Tes mikroskopik dilakukan dengan memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bawah mikroskop. Tes ini bertujuan untuk mengetahui : (1) unsur-unsur organik (sel-sel : eritrosit, lekosit, epitel), silinder, silindroid, benang lendir; (2) unusur anorganik (kristal, garam amorf); (3) elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit Trichomonas sp., spermatozoa). Warna Urin Warna Urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen serta pH.



     

Warna Merah coklat ; menunjukan urin mengandung hemoglobin, myoglobin, pugmen empedu, darah dan pewarna. Dapat juga karena pemakaian klorpromazin, haloperidol, rifampisin, fenition, ibuprofen. Warna merah coklat dapat berarti urin bersifat asam (karena metronidazol) atau alkali (karena laksatif, metildopa). Warna Kuning merah (pink) menunjukkan adanya sayuran, bit, fenazopiridin atau katartik fenolftalein, ibuprofen, fenitoin dan klorokuin. Warna biru kehijauan menunjukkan pasien mengkonsumsi bit, adanya bakteri Pseudomonas, pigmen empedu dan amitriptilin. Warna hitam menunjukkan adanya alkaptouria Warna gelap menunjukkan adanya porfiria, malignant melanoma (sangat jarang ditemukan) Urin yang berbusa mengandung protein atau asam empedu Kuning kecoklatan menunjukkan primakuin, sulfametoksazol, bilirubin, urobilin

pH Ini adalah derajat keasaman air seni. pH urine pada orang normal adalah 4,8 – 7,4. pH di bawah 7,0 disebut asam (acid) dan pH di atas 7,0 dinamakan basa (alkali). Beberapa keadaan dapat menyebabkan pH urine menjadi basa , misalnya : diet vegetarian, setelah makan, muntah hebat, infeksi saluran kencing oleh bakteri Proteus atau Pseudomonas, urine yang disimpan lama, terapi obat-obatan tertentu, atau gangguan proses pengasaman pada bagian tubulus ginjal. Sebaliknya, pH urine bisa menjadi rendah atau asam dapat dijumpai pada : diabetes, demam pada anak, asidosis sistemik, terapi obat-obatan tertentu. Berat Jenis Berat jenis (BJ) atau specific gravity (SG) dipengaruhi oleh tingkat keenceran air seni. Pada orang normal, berat jenis urine adalah 1,015 – 1,025. Seberapa banyak Anda minum atau berkemih akan mempengaruhi BJ urine; semakin banyak berkemih, akan semakin rendah BJ, demikian sebaliknya. Adanya protein atau glukosa dalam urine akan meningkatkan BJ urine. Jika ada protein dalam urine, maka setiap 1% proteinuria BJ bertambah 0,003. Jika ada glukosa dalam urine, maka setiap 1% glukosuria BJ bertambah 0,004. Glukosa Biasanya tidak ada glukosa dalam air seni. Adanya glukosa dalam urine (disebut glukosuria) harus diwaspadai adanya gangguan atau penyakit. Jika glukosuria bersama hiperglikemia (=peningkatan kadar gula dalam darah), maka kemungkinan adalah : diabetes mellitus (DM), sindrom Cushing, penyakit pankreas, kelainan susunan syaraf pusat, gangguan metabolisme berat (misalnya pada kebakaran hebat, penyakit hati lanjut, sepsis, dsb), atau oleh karena obatobatan kortikosteroid, thiazide, obat kontrasepsi oral). Jika glukosuria tanpa hiperglikemia dapat dijumpai pada : kelainan fungsi tubulus ginjal, kehamilan, gula selain glukosa dalam urine atau makan buah-buahan sangat banyak.

Protein Biasanya tidak ada protein yang terdeteksi pada urinalisis. Adanya protein dalam urine disebut proteinuria. Proteinuria menunjukkan kerusakan pada ginjal, adanya darah dalam air kencing atau infeksi kuman. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan proteinuria adalah : penyakit ginjal (glomerulonefritis, nefropati karena diabetes, pielonefritis, nefrosis lipoid), demam, hipertensi,multiple myeloma, keracunan kehamilan (pre-eklampsia, eklampsia), infeksi saluran kemih (urinary tract infection). Proteinuria juga dapat dijumpai pada orang sehat setelah kerja jasmani, urine yang pekat atau stress karena emosi Bilirubin dan Urobilinogen Bilirubin adalah produk perombakan hemoglobin (zat warna merah darah) oleh sel-sel retikuloendotel yang tersebar di seluruh tubuh. Bilirubin semula bersifat tidak larut air, kemudian oleh hati dikonjugasi sehingga larut air. Selanjutnya, bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Karena proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi urobilin, suatu zat yang memberikan warna yang khas pada urine. Dalam keadaan normal bilirubin tidak ada dalam urine. Adanya bilirubin dalam urine (bilirubinuria) menggambarkan kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau sumbatan saluran empedu. Peningkatan urobilinogen dalam urine menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau peningkatan perombakan hemoglobin. Sedangkan pada sumbatan saluran empedu, urobilin tidak dijumpai dalam urine. Darah Dalam keadaan normal, tidak ada darah atau hemoglobin dalam air seni. Adanya darah dalam urine (hemoglobinuria) dapat menunjukkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal atau saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal. Nitrit Dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolism protein. Jika terdapat infeksi saluran kemih (urinary tract infection) oleh kuman dari spesies Enterobacter, Citrobacter, Escherichia, Proteus dan Klebsiela yang mengandung enzim reduktase, maka nitrat akan diubah menjadi nitrit. Keton Keton merupakan sampah hasil metabolisme lemak. Jika persediaan glukosa menurun, maka untuk mencukupi suplai energi, cadangan lemak yang ada dimetabolisme. Peningkatan metabolisme lemak ini menyebabkan penumpukan keton (asam betahidroksi butirat, asam aseto asetat dan aseton) dalam urine atau dinamakan ketonuria. Ketonuria dapat dijumpai pada penderita diabetes mellitus atau pada orang yang kelaparan. Lekosit Esterase Lekosit esterase adalah enzim yang dikeluarkan oleh sel lekosit netrofil. Dalam keadaan normal tidak ditemukan lekosit esterase. Adanya lekosit esterase dalam air seni menunjukkan infeksi saluran kemih (urinary tract infection).

Sedimen / Endapan Pemeriksaan sedimen urine dilakukan secara mikroskopik untuk mengetahui adanya : (1) material organik, yaitu sel-sel (eritrosit, lekosit, epitel), silinder (cast) dan bentuk lain : silindroid, benang lender; (2) material anorganik, yaitu garam amorf dan kristal; (3) elemen lain, seperti bakteri, parasit Trichomonas sp., jamur (misal Candida), atau spermatozoa. Eritrosit. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal. Lekosit. Dalam keadaan normal, jumlah lekosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah lekosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor. Epitel. Ini adalah sel yang menyusun permukaan dinding bagian dalam ginjal dan saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urine, apalagi yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan vagina. Silinder (cast). Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu : silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silinder lekosit, silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin menunjukkan kepada iritasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan yang lebih berat pada tubulus ginjal. Kristal. Dalam keadaan fisiologik / normal, garam-garam yang dikeluarkan bersama urine (misal oksalat, asam urat, fosfat, cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan metabolisme dan konsentrasi urine (tergantung banyaksedikitnya minum). Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan kelarutan. Butir-butir mengendap dalam saluran urine, mengeras dan terbentuk batu. Silindroid. Ini adalah material yang menyerupai silinder. Tidak memiliki arti yang banyak, mungkin sekali berrati adanya radang yang ringan. Benang lendir (mucus filaments). Ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir saluran kemih. Spermatozoa, bisa ditemukan dalam urin pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik. Bakteri. Bakteri yang dijumpai bersama lekosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urin untuk

identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih”, kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja. Sel jamur menunjukkan infeksi oleh jamur (misalnya Candida) atau mungkin hanya cemaran saja. Trichomonas sp. Ini adalah parasit yang bila dijumpai dalam urin dapat menunjukkan infeksi pada saluran kemih pada laki-laki maupun perempuan. Urine : Pengambilan spesimen (Bagian 4) PENGAMBILAN SAMPEL DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM Cara Pengambilan Sampel Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.1 Punksi Suprapubik Pengambilan urin dengan punksi suprapubik dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.1 Kateter Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga. Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi suprapubik.1 Urin Porsi Tengah Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur falsenegative. Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita : 1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina selesai. 2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mulamula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi. 5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan

rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1 Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria : 1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai. 2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah. 3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah. 4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya. 5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.1 Bahan urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3 Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama tidak lebih dari 24 jam.1 Pemeriksaan Urin Empat Porsi (Meares Stamey) Pemeriksaan ini dilakukan untuk penderita prostatitis. Pemeriksaan ini terdiri dari urin empat porsi yaitu : 1. Porsi pertama (VB1) : 10 ml pertama urin, menunjukkan kondisi uretra, 2. Porsi kedua (VB2) : sama dengan urin porsi tengah, menunjukkan kondisi buli-buli, 3. Porsi ketiga (EPS) : sekret yang didapatkan setelah masase prostat, 4. Porsi keempat (VB4) : urin setelah masase prostat.4 Today Deal $50 Off : https://goo.gl/efW8Ef I.1

Latar Belakang Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal. Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau lengkapnya di laboratorium patologi klinik.

Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat, Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk. Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit atau keluhan pasien. Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan : 1.

Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis

2.

Konfirmasi pasti diagnosis

3.

Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis

4.

Membantu pemantauan pengobatan

5.

Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit

6.

Memantau perkembangan penyakit

7. 8.

Mengetahui ada tidaknya potensial membahayakan

kelainan/penyakit

yang

banyak

dijumpai

dan

Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit

Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi, sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu: 1.

Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan

2.

Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample

3.

Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan

Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium:

1. 2.

Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa mikroba patogen Parasitologi, untuk mengamati parasit

3.

Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan darah dan selaput darah.

4.

Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk komponen-komponen yang berbeda.

5.

Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.

6.

Imunologi, menguji antibodi.

7.

Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti Hepatitis atau HIV

8.

Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.

9.

Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.

10.

Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk membuktikan kanker dan lain-lain.

Efektivitas tes laboratorium Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi. Adapun penjelasaan syarat-syarat keadaan tersebut adalah : 1.

Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama.

2.

Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang lama dan mahal.

3.

Cepat berati tidak memerlukan waktu lama

4.

Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.

5.

Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan. Beberapa contoh gambar dalam melakukan tes laboratotium

BAB II PEMBAHASAN A.

Pemeriksaan Kimia Darah

1.

Diabetes Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang kronik ditandai oleh hiperglikemia. Tes untuk menentukan diabetes melitus adalah:

a.

Glukosa puasa. Kadar glukosa darah pada waktu puasa atau di singkat glukosa darah puasa di tujukan untuk :

1. 2.

Tessaring diabetes melitus,karena tidak adanya atau defisiensi insulin,maka kadar glukosa meninggi. Memonitor terapi diabetes melitus. Nilai rujukan : 70 – 100 mg/dl Abnormal

: >140 mg/dl atau >126 mg/dl (Usulan ADA 1997)

Menunjukan peninggian nilai ambang yang perlu dikonfirmasi dengan tes glukosa 2 jam post pradial atau tes toleransi glukosa oral. Bila nilai >200 mg/dl, maka diagnosis adalah diabetes melitus. Meninggi juga pada pankreatitis,post infrak miocard, sindrom cushing, akromegali. Menurun pada hiperinsuliniisme, myxoederma, insufisiensi adrenal, dan hipopituitarisme.

b.

Glukosa 2 jam PP Tes ini merupakan tes saring untuk menentukan diabetes melitus. Tes dilakukan bila ada kecurigaan DM (misalnya polydipsi dan polyuri). Atau bila glukosa darah puasa ≥ 140 mg/dl.

: Makan yang mengandung karbohidrat sebelum puasa 2 jam dan hentikan merokok serta olahraga,hentikan obat-obatan pada waktu puasa. Nilai rujukan Abnormal

: 300 m osm/kg dengan pH yang asam. a. Cara pemeriksaan Sebanyak 5-10 ml urine dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian ditutup dengan paraffin dan dipekatkan dengan cara sentrifugasi pada kecepatan 1500 rpm selama 15 menit. Setelah sentrifugasi dilakukan lapisan supernatant/lapisan atas urine dibuang sehingga didapatkan sedimen urine. Kemudian teteskan 1 tetes sedimen urine di atas objek glass, ditutup dengan cover glass. Selanjutnya preparat diamati di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 10x untuk melihat lapang pandang kemudian perbesaran lensa objektif 40x untuk identifikasi. b. Macam – macam Sedimen Urine Sedimen urine terdiri dari unsur organik dan anorganik. 1. Unsur Organik a. Epitel Ada 3 macam epitel yang mungkin terdapat pada sedimen urine yaitu epitel yang berasal dari ginjal biasanya berbentuk bulat berinti 1, epitel yang berasal dari kandung kemih yang disebut sel transisisonal dan epitel gepeng yang berasal dari uretra bagian distal, vagina dan vulva. b. Leukosit Tampak sebagai benda bulat yang mengandung granula halus dengan inti yang Nampak jelas. Biasanya leukosit ini adalah sel polimorfonuklear. Dalam keadaan normal, jumlah leukosit dalam urine adalah 0 – 4 sel. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya peradangan, infeksi atau tumor. c. Eritrosit Dalam urine yang pekat eritrosit akan mengkerut, dalam urine yang encer eritrosit akan membengkak sedangkan dalam urine yang alkalis eritrosit mengecil. Dalam keadaan normal, terdapat 0 – 2 sel eritrosit dalam urine. Jumlah eritrosit yang meningkat menggambarkan adanya trauma atau perdarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor, batu ginjal. d. Silinder (torak) Adalah cetakan protein yang terjadi pada tubulus ginjal. Silinder terdiri dari glikoprotein disebut protein Tamm-Horsfall yang merupakan rangka dari silinder, terbentuk pada ascending loop of Henle. Untuk terjadinya silinder diperlukan protein Tamm-Horsfall, albumin, pH urine yang asam, konsentrasi garamyang tinggi dalam filtrate glomeruli dan aliran urine yang lambat. Silinder terdiri dari silinder hialin, silinder seluler (silinder eritrosit, leukosit, dan epitel), silinder granula/korel, silinder lilin, dan silinder lemak. e. Spermatozoa Bisa ditemukan dalam urine pria atau wanita dan tidak memiliki arti klinik. f. Parasit Yang biasanya ditemukan dalam urine yaitu Trichomonas vaginalis atau Schistosoma haematobium. g. Bakteri Bakteri yang dijumpai bersama leukosit yang meningkat menunjukkan adanya infeksi dan dapat diperiksa lebih lanjut dengan pewarnaan Gram atau dengan biakan (kultur) urine untuk identifikasi. Tetapi jika ada bakteri namun sedimen “bersih” kemungkinan itu merupakan cemaran (kontaminasi) saja. 2. Unsur Anorganik a. Zat amorf Biasanya terdiri dari urat dalam urine yang asam dan fosfat dalam urine yang alkalis. b. Kristal dalam urine normal Pada pH asam : asam urat, natrium urat, kalsium sulfat. Pada pH asam atau netral atau alkalis : kalsium oksalat. Pada pH alkalis atau netral : ammonium-magnesium fosfat (triple fosfat) dan dikalsium fosfat.

Pada pH alkalis : kalsium karbonat, ammonium biurat, dan kalsium fosfat. c. Kristal yang abnormal seperti sistin, leucin, tirosin, kolesterol, dan bilirubin. d. Kristal obat seperti kristal sulfida. c. Pelaporan Sedimen Urine secara Semikuantitatif Untuk sedimen urine leukosit, eritrosit, epitel, bakteri, ragi, kristal, dan protozoa dilaporkan dalam lapangan pandang beasr 10 x 40 (LPB). Sedangkan dengan lapangan pandang kecil 10 x 10 (LPK) untuk pelaporan jumlah silinder. Untuk melaporkan jumlah sedimen secara semikuantitatif sediaan harus merata di atas objek glass, bila sedimen yang diletakkan di atas objek glass tidak merata harus dibuat sediaan baru. Jumlah unsur sedimen urine dalam LPK atau LPB harus dihitung rerata > 10 lapangan. Diposkan oleh Tika Pratiwi di 10/19/2012 11:23:00 AM

12 tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin menjadi urobilinogen. Sebagian besarurobilinogen berkurang di faeses; sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di siniurobilinogen diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan kedalam urin oleh ginjal.Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urin terjadi bila fungsi sel hepar menurun atauterdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebehi bataskemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada :destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebabapapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar,keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosisinfeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif,kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan olehkelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen. 3.6Keasaman (pH) Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam- basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi olehkonsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basamenjelang makan berikutnya. Urin pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pHurin.Urin yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubahmenjadi basa. Urin basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadapalbuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urin, seperti eritrosit, silinder yang akanmengalami lisis. pH urin yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urindengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat. 13

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :  pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteusatau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi,asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.  pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik(kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urin dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. 3.7Berat Jenis ( Specific Gravity, SG ) Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur konsentrasi zatterlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk menilai kemampuan ginjal untukmemekatkan dan mengencerkan urin.Spesifik gravitasi antara 1,005 dan 1,035 pada sampel acak harus dianggap wajar jika fungsiginjal normal. Nilai rujukan untuk urine pagi adalah 1,015 – 1,025, sedangkan dengan pembatasan minum selama 12 jam nilai normal > 1,022, dan selama 24 jam bisa mencap ai ≥1,026. Defek fungsi dini yang tampak pada kerusakan tubulus adala h kehilangankemampuan untuk memekatkan urin.BJ urin yang rendah persisten menunjukkan gangguan fungsi reabsorbsi tubulus. Nokturiadengan ekskresi urin malam > 500 ml dan BJ kurang dari 1.018, kadar glukosa sangat tinggi,atau mungkin pasien baru-baru ini menerima pewarna radiopaque kepadatan tinggi secaraintravena untuk studi radiografi, atau larutan dekstran dengan berat molekul rendah. Kurangi0,004 untuk setiap 1% glukosa untuk menentukan konsentrasi zat terlarut non-glukosa. 3.8Darah ( Blood ) Pemeriksaan dengan carik celup akan memberi hasil positif baik untuk hematuria,hemoglobinuria, maupun mioglobinuria. Prinsip tes carik celup ialah mendeteksi hemoglobindengan pemakaian substrat peroksidase serta aseptor oksigen. Eritrosit yang utuh dipecahmenjadi hemoglobin dengan adanya aktivitas peroksidase. Hal ini memungkinkan hasil tidaksesuai dengan metode mikroskopik sedimen urin.Hemoglobinuria sejati terjadi bila hemoglobin bebas dalam urin yang disebabkan karenadanya hemolisis intravaskuler. Hemolisis dalam urin juga dapat terjadi karena urin encer, pHalkalis, urin didiamkan lama dalam suhu kamar. Mioglobinuria terjadi bila mioglobin 14 dilepaskan ke dalam pembuluh darah akibat kerusakan otot, seperti otot jantung, otot skeletal, juga sebagai akibat dari olah raga berlebihan, konvulsi. Mioglobin memiliki berat molek ulkecil sehingga mudah difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresi ke dalam urin.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :

 Hasil positif palsu dapat terjadi bila urin tercemar deterjen yang mengandung hipokloridatau peroksida, bila terdapat bakteriuria yang mengandung peroksidase.  Hasil negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung vitamin C dosis tinggi, pengawetformaldehid, nitrit konsentrasi tinggi, protein konsentrasi tinggi, atau berat jenis sangattinggi.Urine dari wanita yang sedang menstruasi dapat memberikan hasil positif. 3.9 Keton Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β -hidroksibutirat) diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat digunakan. Asam aseotasetat dan asam β -hidroksibutirat merupakan bahan bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutamauntuk otot jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan ketonsudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urin, dan apabila kemampuan ginjal untukmengekskresi keton telah melampaui batas, maka terjadi ketonemia. Benda keton yangdijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat.Ketonuria disebabkan oleh kurangnya intake karbohidrat (kelaparan, tidak seimbangnya diettinggi lemak dengan rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainangastrointestinal), gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes), sehingga tubuhmengambil kekurangan energi dari lemak atau protein, febris. 3.10Nitrit Di dalam urin orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin ( Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus ) yang megandung enzim reduktase, akanmereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urin telah berada dalam kandung kemihminimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidaksemua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urin memang tidak mengandung nitrat, atauurine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu,enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjad

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF