Pemeriksaan Radiografi Ossa Pedis dengan klinis DM
October 31, 2018 | Author: Sabrina Untsa Zahraa | Category: N/A
Short Description
pemeriksaan radiografi ossa pedis denga klinis DM...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Dalam perkembangan di bidang kesehatan khususnya pada pemeriksaan
penunjang medik, seperti radiologi yang telah mengalami banyak perubahan salah salah satunya satunya pada pemeriksa pemeriksaan an konvensi konvensional onal,, ada yang mengguna menggunakan kan kont kontra rass medi mediaa dan dan adap adapun un yang yang tida tidak k meng menggu guna naka kan n kont kontra rass medi media. a. Pemeri Pemeriksa ksaan an rontge rontgen n konven konvensio sional nal ini dilaku dilakukan kan denga dengan n penga pengambi mbilan lan gambar gambar mengg mengguna unakan kan sinarsinar-X, X, yang yang merup merupaka akan n pancar pancaran an gelomb gelombang ang elektromagnetik dengan daya tembus tinggi yang terbentuk dari elektronelektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran atau targe target, t, dari dari proses proses terseb tersebut ut akan akan terjad terjadii suatu suatu keadaa keadaan n diman dimanaa energi energi elektron yang sebagian besar (99%) diubah menjadi panas dan sebagian kecil (1%) diubah menjadi sinar-X, dengan adanya pengambilan gambar menggunakan sinar-X maka anatomi dan fisiologi dari suatu organ bagian dala dalam m tubu tubuh h dapa dapatt terl terlih ihat at jela jelass dala dalam m gamb gambar aran an radi radiog ogra rafi, fi, yang yang mempun mempunya yaii
perana peranan n sangat sangat penting penting dalam dalam membantu membantu menegak menegakkan kan
diagnosa pada suatu penyakit ataupun kelainan. Pemeriksaan ini dilakukan karena adanya suatu penyakit salah satunya pada penyakit penyakit diabetes diabetes melitus, melitus, yang merupakan merupakan gangguan gangguan metabolis metabolisme me ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2007 mengenai diabetes melitus yang merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia maupun di dunia yang terus meningkat disebabkan karena pola hidup yang semakin tidak sehat. Penyakit diabetes melitus dapat menyebabkan timbulnya gangrene diabetic, yang merupakan luka pada kaki yang berwarna merah kehitaman terkadang pedis dengan disert disertai ai bau bau busuk busuk,, sehing sehingga ga pemeri pemeriksa ksaan an radiog radiograf rafii ossa pedis
klin klinis is
diab diabet etes es
meli melitu tuss
meme memerl rluk ukan an
1
pena penang ngan anan an
khus khusus us,,
sepe sepert rtii
2
menggu mengguna nakan kan handscoon dan dan memak memakai ai medical face mask saat kontak kontak langsung dengan pasien. Berdasark Berdasarkan an teori Frank pemeriksaa pemeriksaan n radiografi radiografi ossa pedis dilakukan dengan dengan proyek proyeksi si Anter Antero-P o-Pos oster terior ior (AP), (AP), rota rotasi si medi media, a, rota rotasi si late latera ral, l, mediolateral dan lateromedial . Di rumah sakit daerah Jakarta pemeriksaan
radiografi ossa pedis dilakukan dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan rotasi rotasi media medial, l, sedang sedangkan kan penga pengalam laman an penul penulis is pada pada saat saat Prakte Praktek k Kerja Kerja Lapang Lapangan an (PKL) (PKL) di bagia bagian n radiol radiolog ogii di rumah rumah sakit sakit Prika Prikasih sih di daerah daerah Pondok Labu, Cilandak, penulis menemukan menemukan pemeriksaan ossa pedis pada klinis klinis diabetes diabetes melitus melitus dilakukan dilakukan dengan dengan proyeksi proyeksi Antero-Po Antero-Posteri sterior or (AP) dan mediolateral , maka penting dilakukan penelitian guna mengetahui hasil gambaran radiografi dari ossa pedis dan penulis ingin menganalisa mengapa mengapa di rumah sakit Prikasih pemeriksaan radiografi ossa pedis dilakukan dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral . Maka perlu diketahui proyeksi-proyeksi yang tepat agar mendapatkan inform informasi asi yang yang optim optimal al untuk untuk keperl keperlua uan n diagno diagnosa sa yang yang dapat dapat dipaka dipakaii sebagai sebagai acuan pemeriksa pemeriksaan an ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di rumah rumah sakit sakit Prikas Prikasih, ih, oleh oleh karena karena itu penuli penuliss tertar tertarik ik untuk untuk membua membuatt proposal karya tulis ilmiah dengan judul
Prosedu Prosedurr
Pemerik Pemeriksaa saan n
Radiog Radiograf rafii Ossa Pedis Pada Klinis Diabetes Melitus dengan Proyeksi AP dan Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih. Mediolateral di
B.
Rumusan Masalah
Berdas Berdasark arkan an uraian uraian latar latar belak belakang ang di atas, atas, maka maka penuli penuliss mengka mengkaji ji permas permasala alaha han n dengan dengan merum merumusk uskan an suatu suatu masala masalah h yaitu yaitu “Bagai “Bagaima mana na prose prosedur dur pemerik pemeriksaa saan n ossa pada klinis klinis diabet diabetes es melitu melituss dengan dengan ossa pedis pedis pada proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral di rumah sakit Prikasih.”
C.
Batasan Masalah
2
menggu mengguna nakan kan handscoon dan dan memak memakai ai medical face mask saat kontak kontak langsung dengan pasien. Berdasark Berdasarkan an teori Frank pemeriksaa pemeriksaan n radiografi radiografi ossa pedis dilakukan dengan dengan proyek proyeksi si Anter Antero-P o-Pos oster terior ior (AP), (AP), rota rotasi si medi media, a, rota rotasi si late latera ral, l, mediolateral dan lateromedial . Di rumah sakit daerah Jakarta pemeriksaan
radiografi ossa pedis dilakukan dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan rotasi rotasi media medial, l, sedang sedangkan kan penga pengalam laman an penul penulis is pada pada saat saat Prakte Praktek k Kerja Kerja Lapang Lapangan an (PKL) (PKL) di bagia bagian n radiol radiolog ogii di rumah rumah sakit sakit Prika Prikasih sih di daerah daerah Pondok Labu, Cilandak, penulis menemukan menemukan pemeriksaan ossa pedis pada klinis klinis diabetes diabetes melitus melitus dilakukan dilakukan dengan dengan proyeksi proyeksi Antero-Po Antero-Posteri sterior or (AP) dan mediolateral , maka penting dilakukan penelitian guna mengetahui hasil gambaran radiografi dari ossa pedis dan penulis ingin menganalisa mengapa mengapa di rumah sakit Prikasih pemeriksaan radiografi ossa pedis dilakukan dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral . Maka perlu diketahui proyeksi-proyeksi yang tepat agar mendapatkan inform informasi asi yang yang optim optimal al untuk untuk keperl keperlua uan n diagno diagnosa sa yang yang dapat dapat dipaka dipakaii sebagai sebagai acuan pemeriksa pemeriksaan an ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di rumah rumah sakit sakit Prikas Prikasih, ih, oleh oleh karena karena itu penuli penuliss tertar tertarik ik untuk untuk membua membuatt proposal karya tulis ilmiah dengan judul
Prosedu Prosedurr
Pemerik Pemeriksaa saan n
Radiog Radiograf rafii Ossa Pedis Pada Klinis Diabetes Melitus dengan Proyeksi AP dan Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih. Mediolateral di
B.
Rumusan Masalah
Berdas Berdasark arkan an uraian uraian latar latar belak belakang ang di atas, atas, maka maka penuli penuliss mengka mengkaji ji permas permasala alaha han n dengan dengan merum merumusk uskan an suatu suatu masala masalah h yaitu yaitu “Bagai “Bagaima mana na prose prosedur dur pemerik pemeriksaa saan n ossa pada klinis klinis diabet diabetes es melitu melituss dengan dengan ossa pedis pedis pada proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral di rumah sakit Prikasih.”
C.
Batasan Masalah
3
Penuli Pen uliss mem membat batasi asi pen peneli elitia tian n ini pad padaa pem pemeri eriksa ksaan an rad radiog iograf rafii ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP)
dan mediolateral di rumah sakit Prikasih. D. 1.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum Menganal Menganalisa isa prosedur prosedur pemeriksaan pemeriksaan ossa pedis dengan klinis klinis diabetes diabetes pedis dengan
melitus di rumah sakit Prikasih. 2. Tujuan Kh Khusus ossa pedis pedis pada a. Meng Mengaanali nalisa sa has hasil gamb gambaaran ran pena penata tala laks ksaanaa naan ossa pada klinis klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral di rumah sakit Prikasih. b. Menganal Menganalisa isa tujuan tujuan penatalaksa penatalaksanaan naan ossa pedis pada klinis diabetes melitus mediolateral eral di rumah sakit dengan dengan proyeksi proyeksi Antero-Posteri Antero-Posterior or (AP) dan mediolat
Prikasih dengan teori. E.
Manfaat Penelitian
Penulisa Penu lisan n propo proposal sal pene penelitian litian yang dilakukan dilakukan ini, maka dihar diharapka apkan n bermanfaaat untuk hal-hal sebagai berikut: 1.
Hasil Hasil dari peneli penelitia tian n dapat dapat menam menambah bah dan dan memperda memperdalam lam ilmu mahasi mahasiswa swa khus khusus usny nyaa
ilmu ilmu
peng penget etah ahua uan n
di
bida bidang ng
radi radiod odia iagn gnos osti tik k
meng mengen enai ai
penatalak penatalaksana sanaan an ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi 2.
Antero-Posterior (AP) dan mediolateral . Hasil Hasil dari dari peneli penelitia tian n ini dihara diharapka pkan n dapat mengem mengemban bangka gkan n ragam ragam teknik teknik dan posisi pemeriksaan ossa pedis di Rumah Sakit Prikasih.
F.
Keaslian Penelitian Penulis Penulis telah telah melihat melihat karya karya tulis tulis ilmiah ilmiah dari tahun tahun 2012-2 2012-2016 016 Jurusan Jurusan
Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Poltekkes Kemenkes Jakarta II, salah satunya mengangkat judul KTI tentang “Penatalaksaaan Pemeriksaan Radiograf Radiografii Ossa Pedis Pada Klinis Klinis Sepsis di Rumah Sakit Tebet Jakarta” oleh Mustaqim Mustaqim pada tahun 2016, sedangka sedangkan n pada penelitian penelitian ini penulis penulis mengangkat judul proposal KTI tentang “Prosedur Pemeriksaan Radiografi Pada Klin Klinis is Diab Diabet etes es Meli Melitu tuss deng dengan an Proy Proyek eksi si AP dan dan Ossa Ossa Pedis Pedis Pada Mediolateral Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih”
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. 1.
Landasan Teori Anatomi Fisiologi Ossa Pedis Ossa pedis terdiri dari 26 ruas tulang, yang dibagi lagi menjadi tiga
bagian yaitu ossa phalanges atau tulang jari-jari kaki, ossa metatarsal atau tulang tempurung kaki, dan ossa tarsalia atau tulang pergelangan kaki. Untuk tujuan deskripsi (penggambaran), kaki dibagi menjadi bagian depan yang mencakup metatarsal dari jari kaki, bagian tengah kaki yang mencakup os cuneiform, os navicular , dan os cuboid ( os calcis). Permukaan superior (anterior) dari kaki diistilahkan dengan permukaan dorsum atau dorsal dan aspek inferior (posterior) kaki diistilahkan dengan permukaan plantar (Ballinger, 2003) dapat dilihat pada gambar 2.1, gambar 2.2, dan
gambar 2.3. a.
Ossa Phalanges (jari kaki) Jari kaki terdapat 14 ruas tulang, dua ruas tulang pada ibu jari dan tiga
tulang pada setiap jari yang lain. Tulang ibu jari dibagi dua, yaitu phalanges distal dan proksimal, keempat jari yang lain terdiri dari phalanges proksimal, medial dan distal. Masing-masing phalanges dibentuk oleh tubuh tulang dan persendian pada kedua ujungnya. Phalanges distal adalah kecil dan merata, memiliki sebuah pinggiran kasar pada jaringan calcaneus pada ujung distal untuk menahan kuku. (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1) b.
Ossa Metatarsal Ossa metatarsal merupakan tulang pipa yang terdiri dari tubuh dan dua
persendian, pada bagian proksimal membentuk persendian dengan os cuboid dan os cuneiform . Ossa metatarsal terdiri dari lima bagian, dimulai
bagian, dimulai pada bagian medial atau pada ibu jari kaki yaitu os metatarsal pertama pada umumnya tulang-tulang sesamoid terdapat pada
permukaan plantar os metatarsal pertama dan tulang ini sangat pendek dan
1 4
5
tebal, os metatarsal kedua lebih panjang dan yang kelima menonjol bagian tuberosity pada sisi lateral. (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1)
c.
Ossa Tarsalia (Tulang pangkal kaki) Ossa Tarsalia terdiri dari 7 ruas tulang yaitu: os calcaneus (os calci /
tulang tumit), os talus (astragalus ), os navicular (os scaphoid / tulang bentuk kapal), os cuboid (tulang bentuk dadu), dan 3 buah os cuneiform yaitu cuneiform lateralis, cuneiform intermedialis dan cuneiform medialis. Dimulai pada sisi medial pada kaki, cuneiform juga dapat disebut sebagai: cuneiform pertama atau medial, kedua atau internal dan ketiga atau
eksternal. (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1 dan gambar 2.2) d.
Os Calcaneus (Tulang tumit) Os calcaneus merupakan tulang tarsal yang kuat dan besar bentuknya.
Tulang ini ada di sebelah belakang bagian posterior dan inferior dari calcaneus terdiri dari tuberositas posterior. Pada aspek superior tiga
permukaan sendi dan bergabung dengan
talus. Antara permukaan
persendian talus bagian tengah, sebuah lekukan sederhana pada permukaan talus inferior. Aspek medial pada calcaneus meluas kearah yang
diistilahkan sustentaculum tali . (Bontrager, 2005) (lihat gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3)
e.
Os Talus Os talus merupakan tulang terbesar kedua dari ossa tarsalia yang
terletak antara ujung bawah tibia dan permukaan atas os calcaneus , kepala talus diarahkan anterior dan memiliki permukaan yang bersambung ke os navicular dan os calcaneus . Sulcus tali yang membentuk sinus tarsi adalah
posterior dari os talus membentuk persendian dengan os calcaneus , sisi medial dari os talus membentuk sendi dengan medial
malleolus .
(M.R.E.Dean, 1975:135) (lihat gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3) f.
Os Cuboid (Tulang bentuk dadu)
6
Os cuboid berada di sebelah lateral kaki. Os cuboid berada pada sisi
lateral pada kaki antara os calcaneus dan metatarsal keempat dan kelima. Os navicular (os scapoid ) berada pada sisi medial pada kaki antara talus dan
ketiga os cuneiform . Os cuneiform berada aspek sentral dan medial pada kaki antara os navicular dan os metatarsal pertama, kedua dan ketiga. Os cuneiform medial adalah paling besar dan os cuneiform intermedial adalah
paling kecil dari ketiga os cuneiform . (Ballinger, 2003) (lihat gambar 2.1 dan gambar 2.3)
g.
Os Navicular Os navicular terletak diantara os talus dan os cuneiform dan biasanya
disebut tulang perahu. Permukaan belakang terdapat permukaan sendi yang lebar untuk bersendi dengan os talus. Permukaan depannya merupakan muka sendi yang cekung dan dipisahkan oleh dua tepi tegak menjadi tiga permukaan untuk bersendi dengan os cuneiform . Permukaan tengahnya membentuk tuberculum navicular , permukaan sampingnya terdapat dataran kecil untuk bersendi dengan os cuboid , permukaan atasnya kasar dan agak lebar dari permukaan bawahnya yang juga kasar dan agak cembung dari sisi satu ke sisi lainnya. (M.R.E.Dean, 1975) (lihat gambar 2.1 dan gambar 2.2) h.
Os Cuneiform Os Cuneiform terletak di antara os navicular dan os metatarsal pertama,
kedua dan ketiga. Os cuneiform terdiri dari tiga ruas tulang yaitu cuneiform medial, intermedial dan lateral. Cuneiform medial adalah ruas yang paling besar dan cuneiform intermedial adalah ruas paling kecil dari ketiga os cuneiform . (M.R.E.Dean, 1975) (lihat gambar 2.1 dan gambar 2.2) i.
Lengkung pada kaki Lengkung pada kaki terdapat empat lengkung. Lengkung medial atau internal yang terbentuk dari belakang ke depan oleh calcaneus , yang merupakan pendukung posterior lengkung; talus menjadi puncak lengkung; dan kepala ketiga metatarsal sebelah dalam membentuk dukungan anterior
7
lengkung. Lengkung lateral atau lengkung longitudinal luar dibentuk oleh calcaneus , cuboid , dan dua tulang metatarsal sebelah luar. Lengkung melintang ada dua, yaitu lengkung tarsal melintang dibentuk
oleh tulang tarsal , dan lengkung metatarsal melintang biasanya dikenal sebagai lengkung transversus anterior, dibentuk oleh kepala tulang-tulang itu. Tulang yang pertama dan kelima merupakan sumbu pancang lengkung. Dalam keadaan normal lengkung ini hampir menyentuh tanah kalau berdiri, tetapi bila dalam keadaan istirahat, kaki mendapat bentuk yang lebih tegas. Tulang-tulang ini disatukan ligamen dan didukung otot. (Pearce, 2012) (lihat gambar 2.1, gambar 2.2, dan gambar 2.3)
Gambar 2.1 Anatomi Osteologi Ossa Pedis Antero-Posterior (AP) Pandangan dorsal tulang-tulang tapak kaki kanan. (Merril’s, 2003)
8
Gambar 2.2 Anatomi Osteologi Ossa Pedis Mediolateral Tulang-tulang kaki kanan memperlihatkan lengkung medial atau lengkung longitudinal tengah. (Merril’s, 2003)
Gambar 2.3 Anatomi Osteologi Ossa Pedis Lateromedial Tulang-tulang tapak kaki kanan yang memperlihatkan lengkung lateral atau lengkung longitudinal luar. (Merril’s, 2003)
Patologi Ossa Pedis Ada beberapa macam yang menyerang ossa pedis, diantaranya adalah
2.
sebagai berikut: a. Arthtritis Rheumatoid (AR) adalah peradangan kronik yang mengenai sendi b.
yang salah satunya menyebabkan timbulnya rasa sakit. (Price, 2003) Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan. Fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka, dimana fraktur tertutup yaitu fragmen tulang yang tidak menembus kulit atau luka, proses penyembuhannya berlangsung lebih cepat sedangkan fraktur terbuka yaitu fragmen tulang yang menembus kulit atau perlukaan
9
pada kulit, proses penyembuhan fraktur terbuka membutuhkan waktu yang lebih lama. (Nasar, 2010) c. Hallux Rigidus adalah pertumbuhan ibu jari yang miring dan seiring d.
bersamaan dengan pembengkakan kaki. (Pearce, 2012) Dislokasi adalah keluarnya kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Hal ini
e.
dapat menimbulkan nyeri. (Price, 1992) Depresi (lekukan) adalah rasa nyeri terhadap saraf jari-jari neuroma digitalis (metatarsalgia morton) yang biasa terjadi pada kepala metatarsal
f.
(lengkung transversus ). (Pearce, 2012) Osteochondritis adalah radang tulang dan tulang rawan, yang timbul akibat pecahnya kepingan tulang rawan ke dalam sendi yang terkena. (Dorland,
g.
1995) Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
h.
adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian. (Price, 2003) Talipes Ekuinovarus disebut juga clubfoot adalah suatu penyakit masa kecil lainnya yang dapat dirawat secara optimal apabila diagnosis dini dengan penanganan konservatif. (Price, 1992)
3.
Teknik Radiografi Menurut Frank (2012) teknik pemeriksaan pedis: a. Proyeksi Antero-Posterior (AP) 1) Posisi Pasien Pasien diposisikan dalam keadaan posisi supine di meja pemeriksaan,
fleksikan bagian sisi yang diperiksa dengan menempatkan telapak kaki pada meja pemeriksaan. (lihat gambar 3.1) 2) Posisi Objek Pasien diminta untuk memfleksikan lutut berlawanan dengan sandaran lutut pada sisi yang diperiksa, pada posisi kaki yang ingin diperiksa keseluruhan permukaan plantar diletakkan pada kaset di bawah kaki, pusatkan pada dasar metatarsal ketiga, dan aturlah sehingga garis tengahnya pararel dengan sumbu panjang kaki. 3) Central Ray Central ray tegak lurus terhadap metatarsal ketiga. 4) Kriteria Evaluasi Hal-hal berikut yang harus secara jelas ditunjukan: (lihat gambar 3.2)
10
a) b) c)
Tidak adanya perputaran pada kaki. Overlap metatarsal kedua sampai kelima. Gambaran ruas jari kaki dan tarsal distal ke talus seperti metatarsal.
Gambar 3.1 Proyeksi Antero-Posterior Pemeriksaan Ossa Pedis (Merril’s, 2003)
Gambar 3.2 Hasil Radiograf Ossa Pedis Proyeksi Antero-Posterior (AP) (Merril’s,2003)
b. Proyeksi AP Oblique 1) Posisi Pasien Memposisikan pasien pada posisi supine dan memfleksikan bagian
lutut pasien pada sisi yang diperiksa diatas meja pemeriksaan. (lihat 2)
gambar 3.3) Posisi Objek
11
Menempatkan kaset dibawah kaki, paralel dengan long axis kaki dan arahkan ke garis tengah kaki setinggi metatarsal ketiga. Merotasikan kaki 3) 4) a) b) c) d)
secara medial pada permukaan kaki membentuk sudut 30º kebidang film. Central Ray Central ray tegak lurus terhadap metatarsal ketiga. Kriteria Evaluasi Hal-hal berikut yang harus secara jelas ditunjukan: (lihat gambar 3.4) Metatarsal ketiga sampai keempat pada dasar bebas dari superposisi. Tarsal lateral dengan sedikit superposisi pada proyeksi AP. Terlihatnya basis metatarsal pertama dan kedua. Densitas yang cukup untuk menunjukan ruas jari kaki, metatarsal , dan tarsal .
Gambar 3.3 Proyeksi AP Oblique Pemeriksaan Ossa Pedis (Merril’s, 2003)
12
Gambar 3.4 Hasil Radiograf Ossa Pedis Proyeksi AP Oblique (Merril’s, 2003)
Proyeksi Mediolateral Proyeksi mediolateral secara rutin digunakan pada sebagian besar
c.
radiologi karena posisinya yang nyaman bagi pasien. (lihat gambar 3.5) 1) Posisi Pasien Memposisikan pasien di atas meja pemeriksaan dan arahkan sisi yang ingin periksa sampai tungkai dan kaki lateral. 2) Posisi Objek Meluruskan lutut untuk menempatkan patella tegak lurus terhadap bidang horizontal dan atur penyangga atau sandbag di bawah lutut pertengahan kaset pada daerah tengah kaki dan aturlah sehingga garis tengah pararel
dengan sumbu
panjang
kaki,
dorsifleksikan kaki
secukupnya untuk meletakkannya pada permukaan lateralnya dan mengatur permukaan plantar tegak lurus terhadap film. 3) Central Ray Central ray tegak lurus terhadap metatarsal ketiga. 4)
Kriteria Evaluasi Hal-hal berikut yang harus secara jelas ditunjukkan: (lihat gambar 3.6) a) Metatarsal mendekati superposisi. b) Tampak kaki bagian distal dan Ankle joint. c) Fibula overlapping dengan bagian posterior dari tibia.
13
d)
Densitas yang cukup memperlihatkan superimposisi tarsal dan metatarsal .
Gambar 3.5 Proyeksi Mediolateral Pemeriksaan Ossa Pedis (Merril’s. 2003)
Gambar 3.6 Hasil Radiograf Ossa Pedis Mediolateral (Merril’s. 2003) 4.
Patofisiologi Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang terjadi karena kadar
glukosa darah yang meningkat karena hormon pengaturannya (insulin) tidak ada, berkurang, atau kerja insulinya terganggu. Insulin merupakan hormon yang dihasilkan pankreas, sebuah organ disamping lambung, hormon tersebut melekatkan dirinya pada reseptor-reseptor yang ada pada dinding sel. Insulin bertugas membantu menyalurkan gula kedalam sel agar diubah menjadi energi. Jika jumlah insulin tidak mencukupi, akan terjadi penimbunan gula dalam darah sehingga menyebabkan diabetes. Tanda-tanda
14
penyakit dari gula biasanya terdapat kadar gula yang tinggi saat puasa. (Djatmiko,2016) Penyakit DM merupakan salah satu penyakit yang tidak menular dan tidak berbahaya, oleh karena itu penanganan penderita DM hanya memerlukan handscoon dan medical face mask saat kontak langsung dengan penderita, dikarenakan penyakit tersebut dapat menimbul luka atau gangrene yang merupakan luka atau radang yang terjadi pada daerah bagian
kaki yang berwarna kehitaman disebabkan sebagian jaringannya mati dan berbau busuk, tidak jarang pada akhirnya kaki penderita harus diamputasi. (Misnadiarly, 2016) Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit: a. Substansi Mengganti bahan atau alat yang beresiko tersentuh langsung oleh penderita, seperti mengganti alas pada kaset yang telah digunakan. b. Pelindung Diri Melindungi setiap pekerja agar tidak kontak langsung terhadap pasien, seperti menggunakan handscoon dan medical face mask saat melakukan tindakan. c. Ventilasi Mengatur keluar masuknya udara dalam tempat kerja. d. Pelatih atau Pendidikan Melatih serta mendidik pekerja agar mengetahui tata cara menangani pasien. e. Pemeriksaan Kesehatan Melakukan pemeriksaan secara jelas dan berkala kepada pekerja agar dapat mengetahui gejala-gejala penyakit secara dini. (Djatmiko, 2016) Diabetes melitus memiliki dua tipe, yaitu tipe I dan tipe II. diabetes melitus tipe I terjadi karena pankreas memproduksi terlalu sedikit atau sama sekali tidak lagi bisa memproduksi insulin. Hal ini terjadi karena sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin, dalam pankreas, mengakibatkan produksi insulin berhenti. Untuk dapat mengatur kadar gula darahnya penderita harus menggunakan suntikan insulin. Pada diabetes melitus tipe II, merupakan yang terbanyak diderita saat ini (90% lebih), sering terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, gemuk, dan mempunyai riwayat diabetes dalam keluarga. Pada
15
diabetes melitus tipe II pankreas tetap memproduksi insulin, namun cacat pada sel-sel tubuh membuat mereka resisten terhadap pengaruh insulin sehingga tidak dapat menyerang glukosa seperti yang seharusnya. Tubuh yang mulai kekurangan gula akibat dari sel-sel yang tidak menyerang glukosa, pankreas merespon dengan semakin meningkat produksi insulin, namun hormon insulin yang berlebih tidak dapat mampu membuat glukosa diserap dengan baik oleh sel-sel tubuh hingga akhirnya pankreas menjadi kehabisan daya dan mengurangi produksi insulin. Komplikasi penyakit yang berkenaan dengan diabetes melitus berikut: a. Diabetik Ketoasidosis Diabetik Ketoasidosis (DKA) merupakan gangguan secara potensial
yang
terjadi
akibat
difisiensi
insulin
lama
yang
dikarakteristikan dengan hiperglikemia ekstrem, biasanya terjadi pada diabetes melitus tipe I. b. Sindrom Nonketotik Hiperosmolar Hiperglikemia Sindrom Nonketotik Hiperosmolar Hiperglikemia (SNKHH) merupakan krisis metabolik yang mempengaruhi diabetes melitus tipe II. c. Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan kandungan glukosa darah di bawah 60 mg/dL, terjadi jika insulin telalu banyak. (Barbara Engram, 1994) d. Angiopati Diabetic Angiopati Diabetic merupakan penyempitan pembuluh darah pada penderita diabetes. Penderita diabetes melitus perlu mengontrol kadar gula darahnya agar terhindar dari kompliksi jangka panjang lainnya, seperti stroke, penyakit jantung, kebutaan, gagal ginjal, penyakit pada pembuluh darah, dan kerusakan saraf sehingga dapat menyebabkan amputasi pada anggota tubuh, dan pada pria dapat terjadi gangguan ereksi. Penderita diabetes umumnya menunjukkan gejala berikut: a. Sering buang air kecil; ini adalah respon tubuh terhadap glukosa berlebihan dalam darah.
16
b. Haus dan banyak minum karena tubuh kekurangan cairan akibat sering buang air kecil. c. Badan lelah atau lemah dan mudah mengantuk dan diikuti dengan berat badan turun karena tubuh mencoba mengatasi kehilangan gula dengan memecah protein, lemak, dan glikogen (gula yang disimpan dalam otot). d. Pada stadium lanjut, diabetes mengakibatkan mata kabur, luka dan sulit sembuh, dan mudah terjadi infeksi pada kulit (gatal-gatal), saluran kencing, dan gusi. Diabetes dapat terjadi pada siapa saja, namun khusus bagi yang mempunyai riwayat keluarga diabetes, kemungkinan untuk menderita diabetes lebih besar. Faktor risiko lainnya adalah berat badan berlebih (gemuk), kolestrol tinggi (pola makan yang tidak baik), hipertensi, dan kurang aktivitas fisik. Bagi yang berusia lebih dari 40 tahun disertai dengan kegemukan akan semakin meningkatkan risiko menderita diabetes. Belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan diabetes hingga saat ini, namun dengan menurunkan berat badan yang berlebih, diet yang baik, berolahraga secara teratur, menjaga ketenangan pikiran, dan mengendalikan stres, gula darah dapat kembali normal. Hal ini tidak berarti penderita telah sembuh total dari diabetes. Jika penderita kembali gemuk, diet buruk, serta tidak berolahraga, gula darah akan meningkat kembali. Kesimpulannya diabetes tidak dapat sembuh, tapi gula darah dapat dikontrol dalam batas normal. (Kompyang Rata, 2016) B.
Kerangka Konsep Prosedur Pemeriksaan Ossa Pedis pada Klinis Diabetes Melitus dengan
Proyeksi AP dan Mediolateral di Rumah Sakit Prikasih.
Prosedur pemeriksaan radiografi ossa pedis.
Penatalaksanaan ossa pedis menurut teori Frank dengan proyeksi AnteroPosterior (AP), rotasi medial, rotasi lateral, mediolateral , dan lateromedial .
Penatalaksanaan radiografi ossa Deskripsi hasil pedis di rumah gambaran sakit Prikasih menggunakan radiografi ossa pedis. Anteroproyeksi Posterior (AP) dan Mediolateral .
17
18
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A.
Desain Penelitian Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif, berupa studi kasus
dengan melakukan observasi pada Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih, dan untuk mendeskripsikan secara jelas fakta-fakta yang ada dalam lapangan tentang penatalaksanaan dua proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral. B.
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Mei 2017 di Instalasi
Radiologi rumah sakit Prikasih. C. 1.
Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah pasien di instalasi Radiologi
Rumah Sakit Prikasih, dengan pemeriksaan ossa pedis dengan klinis 2.
diabetes melitus yang tidak membatasi jenis kelamin. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu 3 pasien dengan penatalaksaan teknik pemeriksaan ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral .
D.
Metode Pengumpulan Data Penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan beberapa
data yang dapat membantu dalam penulisan proposal karya tulis ilmiah, 1.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut: Observasi Mengamati secara langsung dengan melihat dan memahami penatalaksanaan pemeriksaan radiografi ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi AP dan mediolateral di Instalasi Radiologi Rumah
2.
Sakit Prikasih. Dokumentasi Mendokumentasikan hasil observasi yang berbentuk hasil gambaran radiografi dengan cara mencatat dan mengumpulkan data, yang berkaitan 18
19
dengan prosedur penatalaksanaan pemeriksaan ossa pedis untuk mendukung 3.
hasil penelitian. Wawancara Wawancara ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis tentang prosedur pemeriksaan ossa pedis dalam penulis melakukan wawancara dengan radiografer dengan cara tanya jawab yang tentang prosedur penatalaksanaan pemeriksaan radiografi ossa pedis pada pasien pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi AP dan mediolateral yang dilakukan di instalasi radiologi rumah sakit Prikasih. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan guna menunjang masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan proposal karya tulis ini.
E.
Pengolahan dan Analisis Data Data-data yang didapat dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan
data untuk menyusun prosedur tetap yang dibutuhkan pada pemeriksaan ossa pedis dengan proyeksi AP dan mediolateral secara deskriptif sehingga
menjadi kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam proposal karya tulis ilmiah ini.
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Observasi
Mengenai prosedur penatalaksanaan pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus yang diperoleh berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan penulis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih dengan menggunakan berupa data sekunder. 1.
Persiapan Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada saat pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Rumah Sakit Prikasih adalah sebagai berikut: a. Pesawat Rontgen Pesawat rontgen adalah alat atau pesawat medik yang bekerja menghasilkan radiasi sinar-x, untuk radiografi medik. Pesawat rontgen yang digunakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih
pada saat melakukan pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus yang memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Merk Tipe Model Nomor Seri Produksi Kondisi Maksimum
: Toshiba : DRX-1603B : BLR-1000A : 2G0398 : Japan : 150 kV
20
21
Gambar 4.1 Pesawat Rontgen merk Toshiba di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
b. Control Panel Control Panel merupakan perangkat pengatur eksposi. Merk: Toshiba
Gambar 4.2 Control Panel merk Toshiba di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
22
c. Komputer Perangkat ini berfungsi untuk mengolah data, memanipulasi gambar, menyimpan data-data (gambar), dan menghubungkannya dengan output device atau work station . 1) Merk 2) Nomor Model 3) Nomor Tipe
: Samsung : LS220170580XD : LS220170
Gambar 4.3 Komputer merk Samsung di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
d. Detektor Detektor berfungsi sebagai Image Receptor yang menggantikan keberadaan kaset dan film. 1) Merk 2) Nomor Model 3) Nomor Seri
: Samsung : 1417WCA : CA0E15130006
23
Gambar 4.4 Imaging Plate atau Detektor merk Samsung di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
e. Printer Printer berfungsi sebagai proses akhir dari suatu pemeriksaan yaitu sebagai alat pencetak hasil gambaran yang sudah diproses. Media yang digunakan untuk mencetak gambar berupa film khusus (dry view) yang tidak memerlukan proses kimiawi untuk menghasilkan gambar. Merk: Agfa
Gambar 4.5 Printer merk Agfa di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
f.
Apron Apron atau alat pelindung diri. Pada pemeriksaan ossa pedis di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih, pasien menggunakan alat
24
pelindung diri atau apron setiap pemeriksaan ossa pedis, tujuannya untuk melindungi bagian vital pada daerah tubuh dari sinar-x. Merk: Bar-Ray
Gambar 4.6 Apron merk Bar-Ray di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
2. Subyek Penelitian Berdasarkan hasil observasi dilakukan di Rumah Sakit Prikasih permintaan dengan pemeriksaan ossa pedis sebanyak 3 sampel.
Sampel Penelitian 1 Nama Pasien
: Tn. M. A. R
Umur
: 49 tahun 10 bulan
Diagnosa
: Diabetes Mellitus
No. Rontgen
: L-138
Dokter Pengirim
: dr. Ida Ayu Made K, Sp.PD
Sampel Penelitian 2 Nama Pasien
: Tn. A. Z
Umur
: 58 tahun 8 bulan
Diagnosa
: Diabetes Mellitus
No. Rontgen
: L-076
25
Dokter Pengirim
: dr. Ida Ayu Made K, Sp.PD
Sampel Penelitian 3 Nama Pasien
: Ny. W. S
Umur
: 70 tahun 5 bulan
Diagnosa
: Diabetes Mellitus
No. Rontgen
: P-295
Dokter Pengirim
: dr. Ida Ayu Made K, Sp.PD
3. Persiapan Pasien Pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus pasien tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien datang ke instalasi radiologi dan langsung dapat dilakukan pemeriksaan ossa pedis. Pasien tidak perlu mengganti baju, hanya saja pasien diinstruksikan untuk berbaring di atas meja pemeriksaan dan meminta pihak keluarga untuk menunggu di ruang tunggu Instalasi Radiologi.
4. Prosedur Pemeriksaan Prosedur yang dijalankan dalam pemeriksaan ossa pedis : a. Melihat form permintaan pemeriksaan pasien dan memasukan data pasien ke komputer. b. Memanggil pasien
sesuai dengan
nama yang
tertera
diform
permintaan pemeriksaan. c. Mengecek kembali data yang tertera diform permintaan pemeriksaan, dengan menanyakan nama dan tanggal lahir pasien dan disesuaikan diform pemeriksaan. d. Mempersilahkan pasien masuk ke ruang pemeriksaan, dan meminta keluarga untuk menunggu di ruang tunggu pemeriksaan. e. Menginstruksikan pasien untuk berbaring dimeja pemeriksaan. f. Memasukkan pendeteksi di bawah kaki yang ingin diperiksa. g. Posisikan objek pemeriksaan ossa pedis dengan proyeksi AnteroPosterior (AP) dan Mediolateral . h. Meminta kepada pasien untuk menahan posisi yang sudah diatur.
26
i.
Atur
faktor
eksposi
sesuai
dengan
pasien
yang
melakukan
j.
pemeriksaan ossa pedis. Pasien dipersilahkan untuk keluar dari ruang pemeriksaan dan diberitahukan untuk hasil pemeriksaan dapat diambil pada keesokan
harinya atau saat kontrol. k. Setelah pemeriksaan selesai kemudian gambar diproses dikomponen l.
DR untuk dicetak. Hasil gambaran diberikan kepada dokter spesialis radiologi untuk diekspertise.
5. Teknik Pemeriksaan Pemilihan teknik proyeksi dan penerapannya pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Prikasih adalah sebagai berikut: a. Proyeksi Anterior-Posterior (AP)
Langkah-langkah dari foto proyeksi Anterior-Posterio (AP): Posisikan pasien supine diatas meja pemeriksaan, fleksikan lutut sehingga bagian plantar pedis menempel pada
imagimg
plate
yang telah diletakkan di atas meja pemeriksaan, atur metatarsal digiti ketiga berada tepat pada pertengahan, dan pastikan pedis nantinya tidak ada gambaran yang terpotong. Atur central ray tegak lurus terhadap bidang image receptor dengan central point pada metatarsal digiti ketiga. Atur Focus Film Distance (FFD) 100cm, atur faktor
eksposi dengan 45 kV, 100 mA, dan 0,025 s. b. Proyeksi Mediolateral
Langkah-langkah dari foto proyeksi Mediolateral : Posisikan pasien supine diatas meja pemeriksaan, Atur kaki true lateral , sisi lateral kaki menempel dan berada dipertengahan imaging plate. Fleksikan kaki membentuk sudut 90º , dan pastikan pedis
nantinya tidak ada gambaran yang terpotong. Atur central ray tegak lurus terhadap bidang pendeteksi dengan central point pada
27
metatarsal digiti ketiga. Atur Focus Film Distance (FFD) 100 cm, atur
faktor eksposi dengan 45 kV, 100 mA, dan 0,025 s.
6. Hasil Gambaran Gambaran radiografi yang dihasilkan pada pemeriksaan ossa pedis terhadap salah satu dari ketiga sampel adalah sebagai berikut:
SAMPEL 1
Gambar 4.7 Hasil Radiografi Ossa Pedis Sinistra Proyeksi Antero-Posterior (AP) pada Sampel 1 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
Kriteria gambaran yang dihasilkan pada pemeriksaan radiografi ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral . Metatarsal ketiga sampai keempat bebas dari superposisi, tarsal lateral dengan sedikit superposisi pada proyeksi AnteroPosterior (AP) dan terlihat basis metatarsal pertama dan kedua.
28
Gambar 4.8 Hasil Radiografi Ossa Pedis Sinistra Proyeksi Proyeksi Mediolateral pada Sampel 1 di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih.
Kriteria gambaran yang dihasilkan pada pemeriksaan radiografi ossa pedis pada klinis diabetes melitus dengan proyeksi Antero-Posterior (AP)
dan mediolateral. Metatarsal dan tarsal terlihat superposisi , terlihat bagian distal pada ankle joint , fibula overlapping dengan bagian posterior dari tibia .
B. Pembahasan
Berdasarkan observasi dan wawancara penulis lakukan tindakan di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Prikasih pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus: Pembahasan Penatalaksanaan pemeriksaan ossa pedis pada klinis diabetes melitus di Rumah Sakit Prikasih adalah sebagai berikut 1. Proyeksi pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Rumah Sakit Prkasih. Proyeksi rutin yang dilakukan di Rumah Sakit Prikasih untuk pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus sesuai SOP (Standar operasional Prosedur) adalah Antero-Posterior (AP) dan mediolateral . Klinis dilakukannya pemeriksaan ini yaitu diabetes melitus. Namun, jika terdapat klinis seperti fraktur dilakukan proyeksi tambahan yaitu oblique. Pada pemeriksaan ossa pedis tidak
29
diperlukan persiapan khusus pasien datang ke bagian administrasi Instalasi Radiologi untuk mendaftar dengan membawa surat pengantar permintaan pemeriksaan dari dokter pengirim untuk didata. Pasien dipanggil dan mengecek identitas pasien yang tertulis disurat permintaan pemeriksaan. Pada pemeriksaan ossa pedis tidak perlu mengganti baju dan pasien dibaringkan di atas meja pemeriksaan untuk dilakukan pemeriksaan dengan proyeksi Antero-Posterior (AP). Selanjutnya, proyeksi mediolateral dan jika terdapat klinis fraktur proyeksi tambahan yaitu proyeksi oblique. Setelah dilakukan eksposi, hasil gambaran dicek terlebih dahulu pada komputer, jika hasil sudah memenuhi
kriteria
diagnostik
maka
hasil
dicetak
pada
film
radiodiagnostik untuk di ekspertise oleh dokter radiolog. Pemeriksaan ossa pedis dengan proyeksi Antero-Posterior (AP) dan mediolateral di
Rumah Sakit Prikasih sudah sesuai dengan teori yang ada di buku (Phillip w. Ballinger; 2003, Bontrager: 2005, Eugene D. Frank; 2007, Eugene D. Frank; 2012).
2. Menganalisa tujuan penatalaksanaan radiografi ossa pedis pada klinis diabetes
melitus
dengan
proyeksi
Antero-Posterior
(AP)
dan
mediolateral di Rumah Sakit Prikasih dengan teori. Di Rumah Sakit Prikasih dalam penatalaksanaan radiografi ossa pedis pada klinis diabetes melitus dilakukan dengan proyeksi AnteoPosterior (AP) dan mediolateral . Proyeksi tersebut bertujuan untuk
memperlihatkan ulkus dan soft tissue pada ossa pedis. Pada pemeriksaan ossa pedis proyeksi Antero-Posterior dan proyeksi mediolateral memiliki kelebihan dan kekurangan pada klinis diabetes melitus di instalasi Rumah Sakit Prikasih berikut. a. Kelebihan dari proyeksi pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Rumah Sakit Prikasih. Proyeksi Antero-Posterior (AP) merupakan proyeksi yang sering digunakan di rumah sakit Prikasih yang memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan hasil
30
gambaran yang menunjukan sebuah proyeksi AP ( dorsoplantar ). Pada proyeksi Antero-Posterior (AP) terdapat kelebihan yaitu dapat menunjukkan bagian ossa pedis secara keseluruhan dan juga dapat menunjukkan soft tissue pedis bagian medial dan lateral , sedangkan proyeksi mediolateral memiliki kelebihan yaitu dapat menunjukkan soft tissue pedis bagian anterior dan posterior .
b. Kekurangan dari proyeksi pada pemeriksaan ossa pedis dengan klinis diabetes melitus di Rumah Sakit Prikasih. Proyeksi Antero-Posterior (AP) merupakan proyeksi yang sering digunakan di rumah sakit Prikasih yang memiliki tujuan yaitu untuk mendapatkan hasil gambaran yang menunjukan sebuah proyeksi AP ( dorsoplantar ). Pada proyeksi Antero-Posterior (AP) terdapat kekurangan yaitu membutuhkan proyeksi lain seperti seperti lateral ataupun oblique karena proyeksi Antero-Posterior (AP) tidak bisa menunjukkan soft tissue pada pedis bagian anterior dan posterior , sedangkan pada
proyeksi mediolateral memiliki kekurangan yaitu tidak bisa menunjukkan soft tissue bagian medial dan lateral pada pedis.
View more...
Comments