Pemeriksaan Jembatan Kereta Api Dayeuhkolot - Bandung
September 12, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Pemeriksaan Jembatan Kereta Api Dayeuhkolot - Bandung...
Description
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Rangka baja diaplikasikan sebagai jembatan rangka baja. Kerusakan element struktur pada rangka baja akan berpengaruh terhadap perilaku jembatan secara menyeluruh. Indentifikasi kerusakan elemen untuk mengetahui kerusakan yang terjadi dan perngaruhnya terhadap elemen lain serta s erta membantu untu perbaikan struktur str uktur kedepannya. Oleh karena itu monitoring yang dilakukan secara se cara berkala dibutuhkan untuk menyakinkan bahwa struktur telah aman. Salah satu monitoring jembatan yaitu menggunakan metode met ode non destruktif secara visual sehingga dapat memprediksi kerusakan pada struktural jembatan tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang yang lama dan mahal. B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab kerusakan pada jembatan baja ? 2. Bagaimana cara memperbaiki kerusakan pada jembatan baja ? C. Tujuan Survey 1. Dapat mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada komponen jembatan rangka baja,
2. Dapat menganalisis tindakan apa yang seharusnya dilakukan setelah mengidentifikasi kerusakan tersebut. D. Manfaat Survey
1. Sebagai pengetahuan tentang kerusakan yang terjadi dan tindakan apa yang dilakukan pada komponen jembatan jembatan rangka baja, 2. Sebagai bahan referensi tambahan dalam mengikuti mata kuliah pemeliharaan dan rehabilitasi infrastruktur khususnya pada jembatan rangka baja. E. Lingkup dan Batasan Survey Lingkup survey adalah jembatan rangka baja dengan batasan survey dengan pengamatan
visual kerusakan apa saja yang terjadi pada komponen jembatan rangka baja. F. Metode Pengumpulan Data
Data didapatkan dari hasil survey secara langsung dan referensi literatur. G. Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab II
Tinjauan Pustaka
Bab III
Analisa dan Pembahasan
Bab IV Penutup Daftar Pustaka 1
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengert Pengertian ian Jembatan
Pengertian jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai, danau, saluran irigasi, kali, jalan kereta api, jalan raya yang melintang tidak sebidang dan lain-lain.
B. Mater Material ial Jembatan
Jembatan besi dan baja pertama kali di bangun di Inggris, yaitu sekitar tahun 1781, konstruksinya masih menirukan konstruksi jembatan batu yang bentuknya melengkung, bahan jembatan ini adalah dari besi tuang, panjang bentang 100 ft (30 m).
Gambar 1. Coalbrookdale Arch Bridge di Inggris, dibuka pada tanggal 01-01-1781 (Sumber : pinterest.com)
Dengan perkembangan teknologi peleburan besi dan baja maka kekuatan baja dapat ditingkatkan, dan disesuaikan pula dengan kebutuhan dan tujuan pemakaian baja, seperti tahan karat atau pelapukan, dapat di las dan lain sebagainya. Baja untuk jembatan tersedia dalam beberapa tingkat kekuatan yang berbeda, masing-masing ditetapkan di bawah ASTM A709, Spesifikasi Standar untuk Baja Struktural untuk Jembatan. Penyebutan kelas (Grade (Grade)) ditunjukkan pada Tabel 1, serta beberapa spesifikasi alternatif yang mungkin lebih dikenal. Penunjukan kelas berdasarkan tegangan leleh minimum dalam kips/inci2, Gbr.2, dan "W" menunjukkan bahwa itu adalah komposisi baja tahan terhadap cuaca (weathering (weathering ). ).
2
ASTM A709 berisi persyaratan tambahan untuk keliatan takik ta kik (notch (notch toughness) toughness) dan item lain yang tersedia tetapi hanya berlaku jika ditentukan oleh pembeli. Tabel 1. Mekanikal Properti Baja untuk Jembatan
Tanda HPS (high performance steel) menunjukkan bahwa bahan baja mempunyai kinerja yang tinggi dan dapat di las la s dibandingkan baja konvensional dengan kekuatan yang sama. Pembagian kelas (grade) pada ASTM dan AASHTO dapat dilihat pada tabel 2 berikut, Tabel 2. Mekanika properti minimum struktur baja
3
Gambar 2. Kurva tegangan-regangan Sumber : Struktur baja desian dan perilaku, Charles G. Salmon
RSNI T-03-2005, menetapkan bahwa sifat mekanis baja struktural yang digunakan dalam perencanaan harus memenuhi persyaratan minimum yang diberikan pada tabel berikut: Tabel 3. Sifat Mekanis Baja Struktural
Sifat-sifat mekanis baja struktural lainnya untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai berikut: Modulus elastisitas, E = 200.000 MPa MPa Modulus geser, G = 80.000 MPa Angka poisson, = 0,3 Koefisien pemuaian, = 12 x 10-6 per oC C. Keuntungan Bahan Baja Sebagai Material Jembatan
Pembangunan jembatan sudah mengambil banyak variasi bentuk struktural dari tahun ke tahun, yang berakibat jumlah pemakaian besi baja dalam membuat jembatan semakin meningkat. Walaupun besi sudah umum digunakan dalam konstruksi jembatan tapi kemajuan terakhir di teknologi material besi baja telah memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan perencanaan jembatan. Keuntungan pemakaian material besi baja dalam pembangunan jembatan dibandingkan material beton dan kayu adalah : 1. Baja mempunyai kekuatan dan keliatan tinggi 2. Ada jenis baja yang tahan terhadap cuaca, bahkan tidak perlu di cat. 3. Dari segi kekuatannya, bahan baja lebih murah dari beton ataupun kayu, sebab dengan kekuatannya memperlukan volume bahan lebih sedikit. 4. Rendahnya biaya pemasangan 5. Jadwal kontruksi yang lebih cepat 6. Tingkat keselamatan kerja tinggi 7. Mudah dalam pemasangan 8. Elemen struktur dapat dibuat di pabrik, dan dapat dilakukan secara besar-besaran 9. Dan dilakukan bongkar pasang dengan cepat, tanpa ada bahan terbuang 10. Membutuhkan ruang kerja yang lebih sempit 11. Dapat mengikuti bentuk-bentuk arsitektur 4
12. Ramah lingkungan, dapat menggantikan posisi kayu sebagai bahan kontruksi. D. Pembagian Jenis-Jenis Jembatan
Jenis jembatan dapat dibagi berdasarkan fungsi, lokasi, bahan konstruksi dan tipe struktur, yaitu : 1. Berdasarkan fungsinya, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Jembatan jalan raya (highway bridge), b. Jembatan jalan kereta api (railway bridge), c. Jembatan pejalan kaki atau penyeberangan (pedestrian bridge). 2. Berdasarkan lokasi, jembatan dapat dibedakan sebagai berikut : a. Jembatan di atas sungai atau danau, b. Jembatan di atas lembah, c. Jembatan di atas jalan yang ada ( fly fly over ), ), d. Jembatan di atas saluran irigasi/drainase (culvert ( culvert ), ), e. Jembatan di dermaga ( jetty jetty). ). 3. Berdasarkan bahan konstruksi, jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : a. Jembatan kayu (log (log bridge), bridge), b. Jembatan beton (concrete (concrete bridge), bridge), c. Jembatan beton prategang ( prestressed prestressed concrete bridge), bridge ), d. Jembatan baja ( steel steel bridge), bridge), e. Jembatan komposit (compossite (compossite bridge), bridge), gabungan dua jenis material, yaitu baja dan beton secara bersama-sama memikul lentur dan geser. 4. Berdasarkan tipe struktur, khusus jembatan baja dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : a. Jembatan gelagar I (rolled (rolled steel girder bridge), bridge), tersusun dari beberapa gelagar I canai panas, panjang bentang berkisar 10 meter sampai dengan 30 meter. Jembatan gelagar ini dapat bersifat komposit atau non komposit, tergantung penggunaan penghubung geser ( shear shear connector ), ), juga tergantung kepada penggunaan bahan untuk lantai jembatan misal dari kayu ka yu (jembatan konvensional) atau beton
5
Gambar 3. Jembatan baja multi girder Sumber : Modul Struktur Baja 1, ITM
b. Jembatan gelagar pelat ( plate girder bridge), bridge), atau sering juga disebut jembatan dinding penuh, tersusun dari 2 (dua) atau lebih gelagar, yang terbuat dari pelat pelat baja dan baja siku yang diikat dengan paku keling atau di las. Panjang bentang berkisar 30 meter sampai dengan 90 meter.
Gambar 4. Susunan gelagar pelat ( plate plate girder) Sumber : Modul Struktur Baja 1, ITM
Gambar 5. Bentuk anotomi jembatan gelagar pelat dengan istilah-istilah istilah-istil ah Sumber : Modul Struktur Baja 1, ITM
c. Jembatan gelagar kotak (box (box girder bridge), bridge), terbuat dari pelat-pelat berbentuk kotak empat persegi atau berbentuk trapesium, umumnya digunakan dengan panjang bentang 30 meter sampai dengan 60 meter. Jembatan dapat terdiri dari gelagar kotak tunggal maupun tersusun dari beberapa gelagar, seperti terlihat dalam gambra berikut. 6
Gambar 6. Box 6. Box Girder Sumber : Modul Struktur Baja 1, ITM
d. Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang dihubungkan satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las. Batangbatang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya lintang.
Gambar 7. Tipe-tipe jembatan rangka http://khammal.blogspot.co.id/2013/12/jembatan-rangka-baja.html Sumber : : http://khammal.blogspot.co.id/2013/12/jembatan-rangka-baja.html
Gambar 8. Bentuk anatomi jembatan rangka Sumber : Modul Struktur Baja 1, ITM
7
e. Jembatan pelengkung (arch (arch bridge), bridge), Jembatan Sungai Ular pada gambar 9 diatas merupakan jembatan untuk lalu lintas kereta api yang terletak pada kabupaten Serdang-Bedagai, propinsi Sumatera Utara. Tipe struktur adalah pelengkung tiga sendi, dimana sendi ketiga terletak pada puncak atas. Keistimewaan dari struktur pelengkung tiga sendi ini adalah momen yang terjadi lebih kecil karena tereduksi te reduksi oleh adanya gaya horisontal pada perletakan yang menghasilkan momen negative.
Gambar 9. Jembatan pelengkung kereta api Sei Ular Sumber : : http://permatasumut.blogspot.com/ http://permatasumut.blogspot.com/
f. Jembatan Gantung ( suspension suspension bridge), pada p ada jembatan gantung semua gaya-gaya vertikal disalurkan melalui kabel-kabel penggantung ke tiang (pylon) dan perletakan ujung. Jembatan gantung yang pernah dibangun dengan bentang terpanjang sejak tahun 1998 adalah jembatan Akashi dengan panjang bentang utama 1991 meter ( 2 km),
Gambar 10. Jembatan Gantung Akashi Gantung Akashi Kaikyo Sumber : : https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Akashi-Kaikyo https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Akashi-Kaikyo
g. Jembatan Struktur Kabel (cable (cable stayed bridge), pada jembatan struktur kabel (cable-stayed bridge) bridge) sepenuhnya gaya-gaya vertikal dipikul oleh tiang ( pylon ( pylon)) yang disalurkan melalui kabel-kabel penggantung. Jembatan struktur kabel terpanjang yang pernah dibangun adalah jembatan Sutong yang melintasi sungai Yangtze, RRC., dengan bentang 1088 meter, selesai dibangun tahun 1998, dengan memiliki2(dua)pylon.
8
Gambar 11. Jembatan Sutong http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_largest_cable-stayed_bridges Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_largest_cable-stayed_bridges
E. Struktur Jembatan Rangka Baja
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur atas ( superstructures), superstructures), struktur bawah (Substructures (Substructures)) dan Pondasi. 1. Struktur Atas Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan, gaya rem, beban penjalan kaki, dll. Struktur atas jembatan umumnya meliputi : a. Trotoar 1) Sandaran dan tiang sandaran, 2) Peninggian trotoar (kerb) (kerb),, 3) Slab lantai trotoar. b. Slab lantai kendaraan c. Gelagar ( girder girder ) d. Balok diafragma e. Ikantan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang) f. Tumpuan (bearing) (bearing)
Gambar 12. Komponen struktur atas jembatan baja Sumber :
9
2. Struktur Bawah Struktur bawah jembatan berfungsi memilkul seluruh beban struktur atas dan beban lain yang ditimbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan pada tumpuan dan sebagainya, untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar. Struktur bawah jembatan meliputi : a. Pangkal jembatan (abutment) (abutment) 1) Dinding belakang (back (back wall) wall) 2) Dinding penahan (breast (breast wall) wall) 3) Dinding sayap (wing (wing wall) wall) 4) Oprit, plat injak (approach (approach slab) slab) 5) Konsol pendek untuk jacking untuk jacking (corbel) corbel) 6) Tumpuan (bearing (bearing ) b. Pilar jembatan ( Pier Pier ) 1) Kepala luar ( pier pier head) head) 2) Pilar ( pier),yang pier),yang berupa dinding, kolom dan portal 3) Konsol pendek untuk jacking untuk jacking (corbel) (corbel) 4) Tumpuan (bearing (bearing )
Gambar 13. Struktur bawah dan pondasi jembatan rangka baja Sumber : : https://ardianfajar.wordpress.com/2013/01/02/jembatan-2/komponen-jembatan/
3. Pondasi Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar. Berdasarkan sistemnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan menjadi beberapa macam jenis, antara lain : a. Pondasi telapak ( spread spread footing ) b. Pondasi sumuran (caisson) (caisson) 10
c. Pondasi tiang ( pile pile foundation) foundation) 1) Tiang pancang kayu (log (log pile) pile) 2) Tiang pancang baja ( steel pile ) 3) Tiang pancang beton (reinforced (reinforced concrete pile) pile) 4) Tiang pancang beton prategang pracetak ( precast prestressed concrete pile) pile) 5) Tiang beton cetak di tempat (concrete (concrete cast in place ), ), borepile borepile 6) Tiang pancang komposit (composite (composite pile) pile) F. Kerusakan pada Jembatan Rangka Baja 1. Kerusakan akibat gempa
Gambar 14. Broken 14. Broken movable bearing (kiri), damage of fix bearing ( kanan) kanan)
Gambar 15. Runtuhnya jembatan dengan tumpukan kolom bengkok
Gambar 16. Gusset Plate rusak *Gusset plate adalah plat segitiga dari baja yang berfungsi untuk menyambungkan baja dan girder ke kolom
11
2. Akibat beban berlebih Faktor beban berlebih seperti berikut : a. Beban muatan truk berlebih, b. Dimensi kendaraan yang tidak standar, c. Adanya perubahan status jalan, d. Kurangnya pengawasan terhadap pengguna jalan, e. Tidak ada sanksi terhadap pelanggar, f. Peningkatan perekonomian yang menyebabkan banyaknya kendaraan yang melewati jembatan tersebut.
Gambar 17. Kerusakan pada lantai jembatan (Jembatan Pulau Telo, Banjarmasin) 3. Akibat perilaku sungai
Gambar 18. Akibat gerusan sungai (Comal, ( Comal, Agustus 2014) 4. Akibat ketidakpahaman
Gambar 19. Jembatan Mahakam, Kutai Kartanegara 12
Prediksi Mekanisme Kegagalan : Pada saat konstruksi alat sambung kabel penggantung vertikal ke kabel utama (unit sadel dan klem) patah pada bagian baut klemnya, maka akan terjadi redistribusi beban yang lebih besar yang disertai impact pada kabel vertikal di sebelahnya yang mengakibatkan konstruksi alat sambung kabel penggantung di sebelanya ikut patah karena kekuatannya terlampaui. Apabila bahan alat sambung kabel penggantung tersebut telah mengalami degradasi kekuatan akibat kelelahan (fatigue) pada bagian yang mengalami konsentrasi tegangan akibat geser, maka peristiwa ini menimbulkan efek secara beruntun sampai seluruh truss jembatan dan kabel penggantungnya terlepas dari kabel utamanya. Kegagalan geser pada baut klem alat sambung ini bersifat getas (brittle) sehingga terjadinya secara tibatiba tanpa ditandai gejala adanya deformasi (lendutan) yang besar pada struktur. Adanya satu kabel vertikal yang masih tersisa beserta konstruksi alat sambungnya yang terletak dekat portal pylon diduga pada saat truss jembatan jatuh dan menghantam balok diafragma portal beton, posisi truss miring ke arah sisi depannya sehingga sehingga klem kabel vertikal bagian bawah yang lepas.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, sebagian besar lokasi titik lemah terjadinya patah geser pada alat sambung kabel penggantung vertikal ke kabel utama (unit klem dan sadel)
adalah
baut
pada Gambar 19.
klemnya
seperti
pada
bagian
Gambar 20. Lokasi titik lemah terjadinya konsentrasi tegangan geser Sumber : LPPM UGM
Penyebab kegagalan konstruksi alat sambung kabel penggantung vertikal (unit klem dan sadel) ini perlu diteliti dan dikaji lebih lanjut dan harus dibuktikan secara laboratories yang disertai analisis yang akurat. Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan kegagalan konstruksi tersebut antara lain :
13
a. Kurang
baiknya perawatan jembatan yang menyebabkan konstruksi alat
penggantung kabel vertikal tidak berfungsi dengan baik dan tidak terdeteksi kemungkinan adanya kerusakan dini. b. Kelelahan (fatigue) pada bahan konstruksi alat penggantung kabel vertikal akibat
kesalahan design dalam pemilihan bahan atau sering terjadi kelebihan beban rencana (over load) yang mempercepat proses terjadinya terj adinya degradasi kekuatan. c. Kualitas bahan konstruksi alat sambung kabel penggantung ke kabel utama yang tidak sesuai dengan spesifikasi dan standar perencanaan yang ditetapkan. d. Kesalahan prosedur dalam pelaksanaan perawatan konstruksi atau kesalahan
dalam
menyusun
standar
operasional
dan
perawatan
konstruksi
yang
direncanakan. 5) Kemungkinan terjadinya penyimpangan kaidah teknik sipil dalam perencanaan karena seharusnya konstruksi alat penyambung (unit sadel dan klem) harus lebih kuat dari kabel penggantung (hanger) yang disambungkan pada kabel utama. e. Kesalahan design dalam menentukan jenis bahan/material untuk alat penyambung
kabel penggantung vertikal (clamps and sadle) yang dibuat dari bahan besi tuang/cor (Cast Iron) atau kesalahan dalam menentukan jenis atau kapasitas kekuatan alat tersebut. 5. Akibat Korosi Mekanismenya berdasarkan pada reaksi anoda dan katoda dalam suatu larutan elektrolit. Korosi terjadi pada anoda dengan pelepasan gas hidrogen atau pembentukan ion hidroksi pada katoda. Ion hidroksi dapat bereaksi dengan ion logam yang dilarutkan pada anoda dan membentuk hidroksida logam kemudian oksida terhidrasi. Jika hidroksida dan oksida ini tidak larut, maka akan mengendap pada permukaan logam dan mengurangi mengurangi laju korosi (Kurniawan, 2009). Secara umum umum mekanisme korosi, logam logam Fe berhubungan dengan oksigen di di dalam udara lembab. Air dan oksigen cendrung tereduksi sedangkan besi cendrung teroksidasi, dimana pada daerah anoda lubang terbentuk karena okssidasi Fe menjadi Fe(II). Elektron yang dihasilkan mengalir melewati besi ke daerah yang terpapar O 2. Pada daerah katoda O2 direduksi menjadi OH-. Reaksi keseluruhan didapatkan dari menyeimbangkan transfer elektron dan menjumlahkan kedua setengah reaksi. Anoda : Fe Katoda
Fe2+
+
2e
: O2 + 2 H2O + 4 e 4 OH2 Fe + O2 + 2 H2O 2 Fe2+ + 4 OH14
Ion Fe2+ dapat berpindah dari anoda melalui larutan ke daerah katoda dan kemudian ia berkombinasi dengan ion OH- untuk membentuk besi (II) hidroksida, Fe(OH)2. Selanjutnya baja teroksidasi oleh O2 menuju bilangan oksidasi +3. Material yang disebut sebagai karat adalah kompleks hidrat dalam bentuk besi (II) oksida dan hidroksida
dengan
komposisi
air
bervariasi
yang
biasa
dituliskan
sebagai
Fe2O3.xH2O Berdasarkan bentuknya, korosi ini dibedakan menjadi (Widharto, (Wi dharto, 2004): a. Korosi Galvanik Merupakan proses perkaratan dua macam logam yang berbeda potensial dihubungkan dalam elektrolit yang sama. Contohnya hubungan pipa bawah tanah dengan kolom rak pipa melalui clamp (penjepit pipa).
Gambar 21. Proses korosi pada pipa b. Korosi Regangan Merupakan korosi yang terjadi pada proses produksi karena pengaruh kombinasi antara regangan tarik pada pembuatan besi yang bersifat internal yang disebabkan oleh perlakuan seperti cold forming, atau merupakan hasil sisa pengerjaan seperti pengepresan dan lain-lain. c. Korosi Celah Merupakan korosi yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam, sehingga terbentuk celah yang berupa retakan. Celah yang terbentuk ini terisi dengan larutan elektrolit (air dan pH-nya rendah) kondisi ini menyebabkan terbentuknya karat (korosi), akibatnya terjadi kehilangan logam dalam celah.
15
Gambar 22. Proses korosi pada celah d. Korosi Titik Embun Merupakan proses korosi yang dipengaruhi oleh faktor kelembaban akibatnya korosi titk embun menyebabkan terbentuknya rust atau kerak contohnya korosi titik embun yang menyerang struktur baja pada dinding jalur rel kereta api.
Gambar 23. Korosi titik embun 6. Kerusakan dikarenakan retak Retak pada komponen baja dapat terjadi karena suatu benturan akibat kecelakaan (tumbukan kendaraan dan lain-lain) atau adanya beban berulang. Jika hal ini terjadi karena beban berulang maka hal ini merupakan suatu kelelahan pada logam ( fatigue fatigue).. )..
Retak dapat terjadi pada pada komponen itu sendiri atau pada sambungan seperti pada las. Segala jenis retak pada struktur baja atau pada las biasanya merupakan hal yang berbahaya, karena itu jika ditemukan retakan, maka perlu dimintakan suatu pemeriksaan secara khusus.
Gambar 24. Letak biasanya retak pada gelagar baja dengan pelat penguat (cover ( cover plate) plate) G. Pemeriksaan Inventaris
Pemeriksaan inventarisasi dilaksanakan untuk mencatat data administrasi,dimensi, material, dan kondisi setiap struktur utama dan komponen jembatan dalam sistem informasi manajemen jembatan. Pemeriksaan inventarisasi dilakukan sebagai berikut : 16
1. Mencatat nomor, nama dan lokasi jembatan, 2. Mengukur dan mencatat dimensi jembatan keseluruhan, 3. Mencatat jenis jembatan, lintasannya, komponen utama dan tanggal atau tahun pembangunan, 4. Mencatat batas-batas muatan atau pembatasan fungsional lainnya, 5. Menafsirkan dan mencatat jalan memutar (detour ( detour ) yang ada bilamana terjadi penutupan jembatan, 6. Mencatat data banjir tertinggi yang dilakukan, tanggal terjadinya dan sumber informasi 7. Mencatat apakah terdapat gambar jembatan terlaksana ( As- built drawing ) dan apakah jembatan merupakan jenis standar. H. Data Bentang dan Komponen Utama
Komponen utama jembatan ada dua, yaitu Bangunan atas dan Bangunan bawah, yang dipertimbangkan dalam pemeriksaan inventarisasi, sedangkan untuk pemeriksaan detail, diputuskan bahwa komponen utama ketiga, yaitu aliran sungai/tanah timbunan, untuk pengelompokkan elemen jembatan 1. Data bentang Panjang bentang (m) : Panjang bentang diukur dari expansion joint pada kepala jembatan sampai expansion joint yang terletak pada pilar atau dari as pilar 2. Jenis komponen dan data material Data yang dicatat adala lima komponen utama dari bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentang jembatan, seperti berikut : Bangunan atas : Struktur bangunan atas, yaitu rangka, gelagar, dan seterusnya Permukaan lanti kendaraan Sandaran
Bangunan Bawah : Pondasi Kepala jembatan dan pilar
3. Data kondisi komponen Penilaian kondisi kompenen pada pemeriksaan inventarisasi dilakukan secara subyektif,
sang
penilai
menggunakan
penilaian
dan
pengalaman
teknisnya
(engineering ) untuk menentukan kondisi keseluruhan dari kelima komponen utama 17
bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentang. Masing-masing Mas ing-masing komponen utama diberikan tanda kondisi inventarisasi dengan penilaian angka seperti pada Tabel 4. Kondisi aliran air, artinya, adanya scouring , dapat dimasukkan ke dalam tanda kondisi keseluruhan untuk setiap pilar atau kepala jembatan. Kondisi timbunan tanah dapat dimasukkan kedalam tanda kondisi untuk setiap kepala jembatan. Tabel 4. Nilai kondisi inventarisasi Penlilaian Kondisi Untuk Inventarisasi Catatan : 0. Jembatan baru dan tanpa kerusakan Penilaian kondisi inventarisasi pada 1. Kerusakan kecil 2. Kerusakan yang memerlukan tabel diatas hanya digunakan bila pemantauan atau pemeliharaan pemeriksaan material jembatan belum dilakukan pada saat yang bersamaan diwaktu mendatang 3. Kerusakan yang memerlukan dengan pemeriksaan inventarisasi tindakan secepatnya 4. Kondisi kritis 5. Elemen jembatan tidak berfungsi lagi 4. Pedoman pemberian nilai kondisi inventarisasi Nilai kondisi inventarisasi diberikan sesuai dengan pedoman pada pada tabel 5, dibawah ini: Tabel 5. Pedoman pemberian nilai kondisi inventarisasi Kondisi 0
Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan Cukup jelas. Elemen jembatan berada dalam kondisi
baik Kondisi 1
Kerusakan sangat sedikit (kerusakan dapat diperbaiki
melalui pemeliharaan rutin, dan tidak berdampak pada keamanan atau fungsi jembatan) Contoh : scour sedikit, karat pada permukan, papan
kayu yang longgar Kondisi 2
Kerusakan
yang membutuhkan pemantauan pemeliharaan pada masa yang akan datang
atau
Contoh
: pembuskan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu pada elemen pasang batu, penumpukkan sampah atau tanah di sekitar perletakan, kesemuanya merupakan tanda-tanda yang membutuhkan penggantian.
Kondisi 3
Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan
yang mungkin terjadi serius dalam 12 bulan) Contoh : struktur beton dengan sedikit retak, rangka
kayu yang membusuk, lubang pada permukaan lantai
18
keadaan, adanya gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala jembatan baja berkarat. Kondisi 4
Kondisi (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian
segera) Contoh : kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan
lantai beton, pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki tulangan yang terlihat dan berkarat, sandaran pegangan/pagar pengaman yang yang tidak ada. Kondisi 5
Elemen runtuh atau tidak berfungsi lagi Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah
yang hanyut. 5. Data pelengkap Bagian laporan pemeriksaan inventarisasi digunakan untuk memberikan informasi umum mengenai jembatan, membantu persiapan strategi pemeliharaan jembatan. a. Pembatasan fungsional yang ada Pembatasan pada jembatan mempunyai hubungan dengan batas beban, kecepatan, jalur dan seterusnya b. Jalan memutar dan jalan membelok (detour) ( detour) Mencatat rute alternatif atau jalan samping uang tersedia bila jembatan ditutup untuk lalu lintas umum. c. Data banjir tertinggi Ketinggian muka air banjir tertinggi yang diketahui berhubungan dengan elevasi permukaan lantai jembatan dan sumber informasi harus dicatat I. Pemeriksaan Detail Jembatan
Pemeriksaan detail dilaksanakan untuk menilai secara detail det ail kondisi suatu jembatan. Semua kerusakan komponen dan eleman jembatan diperiksa, diidentifikasi dan didata. Tujuan khusus pemeriksaan detail untuk : Mengenali dan mendata semua kerusakan penting pada komponen dan elemen
jembatan; Menilai kondisi komponen dan elemen jembatan secara obyektif; Melaporkan apakah tindakan darurat dibutuhkan dan alasannya; Melaporkan apakah diperlukan suatu pemerksaan khusu dan alasannya; Melaporkan apakah pemeliharaan rutin telah dilaksanakan sesuai ketentuan.
19
Data dari pemeriksaan detail dimasukkan dalam database yang mampu memproses data tersebut dan menganjurkan pemeliharaan setiap jembatan secara keseluruhan yang dapat mengembalikan jembatan tersebut ke suatu kondisi tertentu dan dalam tingkat layak layan. Untuk pemeriksaan komponen dan elemen tertentu, mungkin harus dilakukan pembersihan terlebih dahulu. 1. Sistem pemeriksaan detail Dasar dari sistem pemeriksaan detail adalah penilaian kondisi komponen dan elemen menurut tingkat kerusakannya. Pemeriksaan Detail bertujuan untuk mengevaluasi kondisi jembatan secara menyeluruh, dari level terendah (Level 5) yaitu elemen kecil secara individual sampai level tertinggi tert inggi ( Level 1) yaitu jembatan itu sendiri. Dalam upaya menyederhanakan prosedur pemeriksaan, hanya elemen yang mengalami kerusakan saja yang dicatat.Setiap elemen yang memiliki kerusakan akan dinilai kondisinya berdasarkan nilai: struktur (S), kerusakannya (R), perkembangannya (volume) (K), fungsi (F), pengaruh (P).
Sesudah melakukan penilaian kondisi elemen pada level 5, 4, atau 3, maka baru kemudian meninilai kondisi untuk elemen pada level yang lebih tinggi dalam hierarki. Penilaiannya dilakukan dengan cara mengevaluasi sejauh mana kerusakan dalam elemen pada level yang lebih rendah mempengaruhi elemen-elemen pada level yang lebih tinggi berikutnya. Nilai kondisi untuk elemen level 3 yang relevan untuk suatu jembatan tertentu ditentukan oleh pemeriksa di lapangan dengan menggunakan cara ini dan dicatat dalam formulir pemeriksaan. Pemeriksaan ini menggunakan nilai kondisi pada Level 3 untuk mendapatkan suatu Nilai Kondisi jembatan pada Level 1 dan untuk menentukan
strategi
penanganan
secara
keseluruhan
untuk
jembatan
yang
bersangkutan. a. Hierarki dan kode elemen Jembatan memiliki suatu hierarki elemen dalam lima level. Masing-masing level terdiri dari komponen dan elemen, yang masing-masing mempunyai suatu kode elemen yang terdiri dari empat karakter angka.
20
Level tertinggi dalam pemeriksaan adalah level 1 yaitu jembatan itu sendiri. Level ini diberi kode elemen 1.000 - Jembatan. Level 2 terdiri dari 2 struktur utama jembatan dan aliran sungai/timbunan tanah: 2.200 - Aliran Sungai/Timbunan Tanah 2.300 - Bangunan Bawah dan Fondasi 2.400 - Bangunan Atas Struktur utama jembatan tersebut dibagi menjadi komponen pada level 3. Struktur utama dengan kode 2.300 dibagi menjadi: 3.310 - Fondasi - semua tipe fondasi 3.320 - Kepala jembatan/pilar - semua kepala jembatan dan pilar Komponen tersebut kemudian dibagi menjadi elemen pada level 4, misalnya : 4.311 - tiang pancang - semua tipe tiang pancang 4.322 - pilar dinding/kolom - semua tipe pilar 4.323 - dinding penahan tanah (kepala jembatan) - kedua dinding kepala jembatan 4.324 - tembok sayap - dinding sayap pada kepala jembatan Daftar lengkap kode elemen yang disusun berdasarkan level hierarki dapat ditemukan pada Tabel 2.12 dalam pedoman ini. Untuk elemen-elemen pada level 5 tidak ada daftarnya karena elemen-elemen tersebut adalah merupakan elemen individual dari elemen-elemen level 4 pada suatu lokasi tertentu.
Komponen pada level 3, misalnya komponen dengan kode 3.450 adalah struktur rangka yang mencakup semua elemen rangka pada level 4. Elemen pada level 4 dalam hierarki mencakup semua elemen yang sama, misalnya kode elemen 4.465 adalah ikatan angin atas yang mencakup semua ikatan angin atas dalam struktur rangka pada jembatan. b. Kode Kerusakan Kode kerusakan diidentifikasi dengan 3 karakter angka. Kerusakan pada umumnya berkaitan dengan bahan atau elemen. Contoh kerusakan yang berkaitan dengan bahan adalah : kerontokan pada beton, (Kode 201) pengaratan dalam baja, (Kode 302) pelapukan dalam kayu. (Kode 401)
Contoh kerusakan yang berkaitan dengan elemen adalah a dalah 21
gerusan dalam aliran sungai, (Kode 503) gerusan dalam timbunan tanah, (Kode 521)
551) pergerakan dalam kepala jembatan. (Kode 551)
c. Sistem Penilaian Elemen Sistem penilaian elemen untuk elemen yang rusak terdiri atas lima pertanyaan mengenai kerusakan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: Struktur - ditinjau dari struktur apakah kerusakan berbahaya atau tidak Kerusakan - apakah tingkat kerusakan parah atau tidak? Perkembangan (Volume) - apakah jumlah kerusakan lebih atau sama dengan 50% dari luas/volume/panjang? Fungsi - apakah elemen masih berfungsi? Pengaruh - apakah kerusakan mempunyai pengaruh terhadap elemen lain? Nilai sebesar 1 atau 0 diberikan pada elemen sesuai dengan setiap kerusakan yang ada, menurut kriteria yang diperlihatkan pada tabel 6. Tabel 6. Kriteria penentuan nilai kondisi Sistem Penilaian Struktur (S) Kerusakan ( R ) Kuantitas (K) Fungsi (F) Pengaruh (P) Nilai Kondisi (NK)
Kriteria Berbahaya Tidak berbahaya Parah Tidak parah
Nilai 1 0 1 0
Lebih dari 50% Kurang dari 50% Elemen tidak berfungsi Elemen berfungsi
1 0 1 0
Mempengaruhi elemen lain Tidak mempengaruhi elemen lain NK = S+R+K+F+P
1 0 0-5
Dalam menggunakan sistem ini, nilai kondisi diberikan pada level 5, level 4, atau level 3. Bila penilaian awal suatu elemen (individual) diberikan pada level 5, kelompok elemen yang mirip dinilai pada level yang lebih tinggi, yaitu level 4 dan level 3, dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sama mengenai kelompok elemen secara keseluruhan d. Kerusakan
22
Pencatatan hanya dilakukan untuk elemen yang memiliki kerusakan. Hal ini dilakukan untuk menyederhanakan prosedur pemeriksaan. Yang dimaksud dengan kerusakan adalah : kerusakan tersebut merugikan dan telah berkembang sampai tingkat yang
berat, atau kerusakan tersebut membahayakan dan telah meluas, kerusakan
tersebut membahayakan, telah berkembang sampai tingkat
kerusakan yang berat, dan telah meluas Ini berarti bahwa elemen-elemen yang memiliki kerusakan yang berarti akan mendapat Nilai Kondisi paling sedikit 2. Bila suatu elemen memiliki nilai kondisi kurang dari 2 (yaitu 0 atau 1), maka elemen ini berada dalam kondisi yang baik atau memiliki cacat yang kecil dan belum meluas. Elemen seperti ini tidak memerlukan pemeliharaan atau dapat diperbaiki dalam pemeliharaan rutin. Elemen dengan nilai kondisi 2 memiliki kerusakan kecil yang telah meluas atau kerusakan besar yang belum meluas. Elemen-elemen dengan kondisi ini membutuhkan pemantauan. Pemantauan biasanya bertujuan agar perbaikan atau pemeliharaan dilaksanakan pada masa yang akan datang. 2. Prosedur pemeriksaan detail a. Data administrasi dan investarisasi Identifikasi suatu jembatan yang akan diperiksa, dengan mencatat semua data yang ada pada pelat nama jembatan.Data tersebut dicocokkan dengan data dalam formulir laporan pemeriksaan Inventarisasi jembatan. Bila ada koreksi yang harus dilakukan karena data hilang atau tidak benar, tandai menggunakan pena merah yang tahan air. Kebenaran atau ketidak benaran data inventarisasi dicatat dalam kotak, seperti yang terlihat dalam Tabel 7. Tabel 7. Verifikasi data inventarisasi Apakah data inventarisari benar ?
Ya
Tidak
Apabila data tidak betul, perbaikan dapat dilakukan pada formulir laporan pemeriksaan inventarisasi dengan tinta merah Laporan data inventarisasi yang telah diperbaiki diserahkan kepada supervise atau data yang sudah ada dalam database diperbaiki, begitu pemeriksaan detail telah selesai dilakukan. b. Gambaran secara keseluruhan 23
Dalam upaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari jembatan, pemeriksa harus berjalan di sekeliling dan di bawah jembatan serta mengamati bentuk umum, kondisi secara keseluruhan, dan kinerja dalam keadaan lalu lintas penuh. Dalam melakukan pengawasan ini, setidak-tidaknya jembatan harus dilewati satu kendaraan berat. Selama pemeriksaan awal harus dicatat elemen-elemen jembatan yang rusak, elemen yang penampilan dan kondisinya berbeda dari bagian-bagian lainnya atau elemen-elemen struktur dengan level hierarki yang sama. Hal ini akan membantu pemeriksa untuk merencanakan pemeriksaan secara keseluruhan dan d an menentukan tingkat dimulainya penilaian elemen.
Hal ini dapat dilakukan dengan mudah dengan jalan mengacu pada daftar komponen pada Level 3 yang terdapat dalam formulir pemeriksaan detail, memilih komponen yang relevan terhadap jembatan yang sedang diperiksa dan mengamati elemen dari setiap kelompok Level 3, yaitu pada Level 4, untuk menentukan apakah elemen tersebut pada kondisi yang mirip. Jika belum mengenali hierarki jembatan, pemeriksa harus mengacu pada daftar Elemen level 4 itu sendiri untuk melaksanakan kegiatannya.
Bila semua elemen pada level 4 dari suatu komponen level 3 berada dalam kondisi yang sama dengan kerusakan yang sama atau tidak ada kerusakan, komponen level 3 yang bersangkutan dapat dinilai tanpa perlu mencatat kerusakan yang berada pada elemen dari level yang lebih rendah. Bila elemen dari komponen Level 3 berada dalam kondisi yang berbeda atau memiliki cacat yang berbeda, kerusakan tersebut harus dicatat untuk elemen yang bersangkutan dan penilaian dilaksanakan pada Level 4 atau Level 5. c. Elemen yang rusak Jembatan harus diperiksa secara sistematis dan setiap elemen yang rusak harus dicatat pada halaman 2 dari formulir laporan pemeriksaan detail, sesuai dengan kode elemen dan kode kerusakan. Bila perlu, uraian mengenai elemen dan kerusakan dicatat. Contoh elemen yang rusak dapat dilihat dalam Tabel 8. Bila ada lebih dari satu kerusakan yang serius dalam elemen yang sama, setiap kerusakan harus dicatat. Bila suatu pemeriksaan detail dilaksanakan sesudah 24
rehabilitasi atau perbaikan besar, semua elemen rusak yang dicatat sebelumnya harus diperiksa ulang untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dilakukan sudah efektif, dan suatu penilaian baru mengenai kondisi harus dilakukan.
Tabel 8. Contoh elemen yang rusak
d. Lokasi yang rusak Lokasi elemen yang rusak ditentukan sesuai dengan Sistem Penomoran Elemen,dengan contoh penggunaannya dapat dilihat dalam Tabel 9. Lokasi elemen yang cacat hanya dicatat untuk elemen yang berada pada penilaian Level 5. Secara khusus tabel tersebut menampilkan penggunaan lokasi untuk mencatat elemen tunggal, yaitu 3.320 Kepala Jembatan dan 3.450 Rangka, yang memiliki kerusakan yang berdampak pada elemen secara keseluruhan, tetapi tidak pada elemen yang mirip. Elemen-elemen ini dicatat pada Level 5 dengan menggunakan kode dan lokasi elemen. Sebagai perbandingan, elemen-elemen tunggal 3.210 Aliran Sungai dan 4.502 Lantai Permukaan Kendaraan lokasinya tidak dicatat. Ini berarti bahwa seluruh elemen terpengaruh oleh kerusakan tersebut. ters ebut. Elemen 4.612 Perletakan dicatat dengan lokasi A1 saja. Ini berarti bahwa semua perletakan pada A1 kondisinya rusak. Tabel 9. Contoh lokasi elemen yang rusak
25
e. Data lain Tabel 10. Data lain Gambar Y/T
Foto Y/T
Kuantitas
Satuan
Tindakan Prioritas (M/R/G/K)
1) Sketsa foto Masukkan Y (Ya) atau T (Tidak) untuk menjawab apakah suatu sketsa telah dibuat atau foto telah diambil dari elemen yang rusak. 2) Kuantitas (jumlah) dan satuan (unit) Masukkan jumlah kerusakan yang ada dan unit ukuran. Informasi ini selanjutnya dapat penggantian.
digunakan
untuk
memperkirakan
biaya
perbaikan/
3) Tindakan Masukkan M jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeliharaan. Masukkan R jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Perbaikan / Rehabilitasi. Masukkan G jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Penggantian. Masukkan K jika dianggap tidakan yang harus diambil berdasarkan hasil
pemeriksaan detail adalah pekerjaan Pemeriksaan Khusus. 26
4) Prioritas Apabila dinilai kerusakan yang terdeteksi memerlukan tindakan yang segera maka masukkan kode S (segera) ke dalam formulir. Sedangkan apabila kerusakan yang terjadi tidak membahayakan jembatan maupun elemen lainnya serta pengguna jalan, maka masukkan kode B (biasa) ke dalam formulir. J. Metode Perawatan dan Perbaikan Jembatan
1. Metode Perawatan Secara normal masa pelayanan suatu jembatan berkisar 70 tahun untuk super struktur dan 100 tahun untuk sub struktur. Jika cara perawatan tidak baik hal ini akan mengurangi jangka waktu pelayanan. Masalah pemeliharaan jembatan adalah personal serius bagi teknisi, dengan menjamin keselamatan jembatan serta memperpanjang
waktu
investasi
pada
jembatan
adalah
penting
untuk
mengembangkan dan melengkapkan prosedur inspeksi dan evaluasi. Peraturan mengenai pemeliharaan jembatan diatur didalam peraturan Direktorat Jenderal Bina Marga pada. Berikut adalah cara-cara perawatannya: a. Bentuk inspeksi utama adalah seperti berikut : 1) Inspeksi rutin : pengujian secara umum struktur jembatan untuk memeriksa kondisi fisik yang sekiranya memerlukan reparasi. Cara ini cukup bermanfaat untuk jembatan-jembatan jangka pendek. 2) Inspeksi khusus : pengujian secara visual detail dari komponen jembatan minimaldalam tiga atau lima tahun sekali. Cara inspeksi ini merupakan keharusan dalam khusus jembatan-jembatan tua dimana tipe keruntuhan struktur dapat mengakibatkan resiko bencana. b. Tujuan dari perawatan jembatan adalah sebagai berikut : 1) Meminimalisisr kerusakan pada jembatan 2) Menjaga jembatan dalam kondisi yang bagus secara teknis, meningkatkan kemampuan untuk menahan bencana. 3) Memperpanjang keselamatan dan umur pakai jembatan sampai maksimum. 4) Mendapatkan informasi tentang kondisi dari setiap komponen jembatan. 5) Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai dasar untuk pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa mendatang. 6) Menjaga
agar
tidak
terdapat
halangan
pada
jembatan,
sehingga
memaksimalkan kapasitas lalu lintas. c. Persyaratan pemeliharan terdiri dari : 27
1) Pemeliharaan dan perawatan dengan mengkombinasikan pemeliharaan rutin harian dan pemeliharaan secara umum 2) Perencanaan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap perawatan dan untuk mengurangi resiko. 3) Penyiapan dan peningkatan regulasi pemeliharaan jembatan disertai dengan pengorganisasian tim professional. d. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah : 1) Pemeriksaan kondisi teknis 2) Perlindungan terhadap komponen utama jembatan 3) Pemeliharaan dan perbaikan rutin dari komponen jembatan
e. Jenis dari perawatan dan pemeliharaan jembatan, meliputi : 1) Pemeliharan rutin dan perbaikan minor Pencegahan harus dilakukan pada jembatan dan semua fasilitas yang ada. Jika ditemukan bagian yang mengalami kerusakan kecil harus segera diperbaiki. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut: a) Pembersihan secara umum b) Membuang tumbuhan liar dan sampah c) Pembersihan dan melancarkan d) Penanganan kerusakan ringan drainase e) Pengecatan sederhana f) Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan. 2) Pemeliharaan periodik atau berkala Lapis permukaan jembatan serta kerusakan local pada jembatan dan fasilitas lainya harus diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya kembali kesemula. Aktivitas ini harus dilakukan secara periodik/berkala sesuai dengan rencana pemeliharaan. 3) Overhaul comprehensive comprehensive Secara periodik overhaul comprehensive harus dilakukan untuk membuat jembatan benar-benar berada pada kondisi sesuai perencanaan atau perbaikan local dapat dilakukan sesuai dengan kondisi teknis yang direncanakan semula untuk meningkatkan kapasitas lalu lintasnya. Aktivitas ini dilakukan setiap 1015 tahun sebagai program tahunan yang disetujui oleh pemilik jembatan. 4) Peningkatan (improving (improving atau upgrading) upgrading) 28
Kondisi/ grade grade teknis jembatan perlu ditingkatkan jika jembatan dan fasilitas yang ada tidak lagi memenuhi kebutuhan lalu lintas. Tipe pekerjaan ini harus dilaksanakan berdasarkan hasil perencanaan kembali dan pelelangan kembali. Aktivitas ini berada diluar tanggung jawab tim pemeliharaan jembatan. 5) Perbaikan dan perkuatan darurat Pada kasus dimana terjadi kerusakan akibat beban bencana alam, kecelakaan lalulintas, kerusakan akibat ulah manusia, maka jembatan beserta fasilitasnya harus segera diperbaiki segera untuk menjamin keselamatan pengguna jembatan. Pemeliharaan
rutin
jembatan
biasanya
dimasukan
dalam
pekerjaan
pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersama dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan: a) Pembersihan secara umum b) Membuang tumbuhan liar dan sampah c) Pembersihan dan melancarkan irigasinya d) Penanganan kerusakan ringan drainase drainase e) Pengecetan sederhana f) Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan 6) Pelaksanaan pembersihan Jembatan harus dibersikan dengan baik dan tepat untuk menjamin bahwa penumpukan kotoran tidak akan menyebabkan kerusakan elemen jembatan atau jembatan secara keseluruhan dikemudian hari. Kegiatan pelaksanaan pembersihan jembatan meliputi pembersihan tanah, kerikil, pasir dan sebagian dari tempat-tempat yang seharusnya tidak ada, mempunyai pengaruh yang membahayakan terhadap jembatan. Pembersihan yang dapat dilakukan yaitu: a) Pembersihan semua drainase drainase b) Lantai dan siar muai c) Daerah sekitar peletakan/landasan dan siar muai d) Komponen rangka e) Gelagar memanjang dan melintang f) Lubang suling-suling di kepala jembatan g) Pembersihan sampah-sampah di bagian aliran sungai 7) Penanganan kerusakaan pada permukaan jalan
29
Pemeliharaan permukaan jalan terdiri dari penambalan lubang-lubang dan perbaikan kerusakan lapisan aspal. 8) Penggantian lapisan aspal permukaan jalan Lapisan permukaan jalan pada jembatan memerlukan penggantian secara berkala. Permukaan aspal yang berada diatas lantai baja atau lantai beton akan tahan selama 5 tahun sampai 8 tahun sebelum memerlukan penggantian. Lapisan aspal permukaan sebaiknya dikupas terlebih dulu dari lantai sebelum lapisan yang baru dipasang. Ketebalan lapisan aspal tidak boleh melebihi 50 mm.
9) Contoh kerusakan pada jembatan Pin, baut kurang kencang atau hilang
Lokasi
Terjadi pada bagian komponen jembatan rangka baja/gelagar baja/gantung baja. Ciri-ciri
Dapat diketahui dengan pengecekkan setempat, yaitu dengan menggunakan palu (1 kg) yang dipukulkan dipukulkan pada sekitar lokasi ttempat empat kedudukan baut tersebut. Kemungkinan penyebab utama
Pemasangannya kurang sempurna, keausan bahan,getaran akibat lalu lintas. Akibat
Apabila tidak segera diperbaiki diperbaiki akan mengakibatkan getaran yang lebih besar, lawan lendut jembatan (camber) (camber) berkurang dan membahayakan keamanan konstruksi. Usaha perbaikan Baut yang kendor segera dikencangkan. Baut yang hilang segera diganti dengan bahan yang sama. Kencangkan sesuai spesifikasi yang ada.
Peralatan/bahan Kunci momen. Kunci pas.
30
Baut, paku , drift, fuller. Alat bantu lain. Karatan/lapisan cat/galvanis yang terkelupas
Lokasi
Terjadi pada sebagian komponen jembatan rangka baja/gelagar baja/gantung baja. Ciri-ciri
Lapisan cat galvanis terkelupas/karatan yang dapat dilihat dengan mata (visual).
Kemungkinan penyebab utama
Keausan cat, lapisan galvanis akibat cuaca/lingkungan,pengecatan kurang sempurna, benturan pada komponen waktu pemasangan, pengumpulan air karena sampah, drainase kurang berfungsi, akibat benturan kendaraan. Akibat
Apabila dibiarkan akan menyebabkan daerah karat bertambah luas sehingga dapat mengurangi kekuatan konstruksi. Usaha perbaikan Bagian yang berkarat disikat dengan sikat kawat dan diamplas
sampai bersih kemudian dicat dicat sampai rata. Untuk komponen yang bergalvanis hendaknya dipergunakan cat
galvanis (zinc rich paint ). ). Peralatan/bahan Sikat kawat. Alat bantu lain. Cat/cat galvanis (zinc rich paint). paint). Retak. Kerusakan beton
Lokasi
Terjadi pada bagian bangunan bawah yang terbuat dari beton. Ciri-ciri
Tampak retak atau rusak, beton terkupas, keropos pada beton. Kemungkinan penyebab utama
31
Pelaksana pengecoran beton yang kurang baik, benturan, pelapukan, keausan dan lain-lain. Akibat
Dapat mengurangi kekuatan, umur dan daya tahan jembatan. Usaha perbaikan
Buang/lepaskan semua bagian yang rusak/lepas sampai bagian yang baik terlihat dan bersih. Jika kerusakan mencapai kedalaman 4 cm tetapi tidak terkena besi beton, gunakan wire mesh halus mesh halus ditempelkan pada permukaan beton lama. Apabila kerusakan sampai pada besi beton usahakan bersihkan b ersihkan sampai 15 mm dibelakang besi beton agar didapat ikatan yang baik. Bersihkan karat pada besi beton. Jika akibat karat luas penampang besi beton berkurang sampai ± 20% dari luas semula, maka tambahkan besi beton baru disamping luar sepanjang ± 30 cm. Kemudian pasang beton baru dan bentuk kembali hingga sesuai asal dengan bahan yang setara. Pembersihan kotoran
Lokasi
Kotoran terdapat pada sebagian atau seluruh permukaan bangunan bawah jembatan. Ciri-ciri
Tampak kotor/sampah, lumut, warna berbeda dengan bagian yang bersih. Kemungkinan penyebab utama
Debu, tanah, kotoran, pembuangan sampah tidak pada tempatnya, rumput/tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Akibat
Bila dibiarkan akan menimbulkan polusi dan dapat merusak bangunan bawah jembatan. Usaha perbaikan
Hilangkan kotoran dan lumut dengan sikat kawat atau alat lain, semprot dengan water jet , bersihkan lubang drainase. Peralatan/bahan Water jet.
32
Sikat kawat. Alat bantu lain
2. Metode Perbaikan a. Perbaikan struktur bawah 1) Pondasi Antisipasi dan perbaikan dari pondasi adalah sebagai berikut: Dasar laut/sungai 50 samapai 100 m arah hulu dari jembatan harus stabil.
Dilokasi tersebut aktivitas seperti pelaksanaan konstruksi, penggalian pasir, pengambilan bahan galian, dan peledakan tidak boleh dilakukan. Jika akan dilakukan pemasangan pipa dibawah tanah, pembuatan berbagai
jenis sumur atau struktur dibawah tanah lainnya disekitar tepi pile cup, cup, harus dilakukan analisis dan perhitungan terlebih dahulu, dan dilakukan perkuatan perkuatan jika diperlukan. Setelah selesai galian harus ditimbun kembali.. b. Perawatan dan perbaikan struktur atas jembatan rangka 1) Dek beton Peletakan dek beton harus diperiksa terhadap potensi keretakan yang dapat terjadi dipermukaan dan dibagian bawah. Pemeriksaan meliputi lebar, panjang, piosisi, kepadatan dan daerah retak . 2) Struktur baja Kekakuan, kekuatan, dan stabilitas struktur baja harus memenuhi persyaratan desain. Perbaikan elemen baja diperlukan jika terdapat kondisi berikut: Panjang retakan pada sambungan gelagar utama dan balok melintang
melebihi 5 meter. Panjang retan disalah satu tepi ujung sayap tarik melebihi 20 mm. Panjang retakan ditepi sayap tarik melebihi 5 mm, dan panjang retakan
pada sambungan las melebihi 10 mm. Tingkat kegagalan baut kekuatan tinggi pada sambungan melebihi 10%
atau mencapai 5 buah. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan penggantian elemen baja. 3) Sambungan las Cara memeriksa, pemeliharaan, perawatan pada sambungan las dapat dilakukan sebagai berikut:
33
Pengamatan visual
Sambungan las dan lapisan cat harus diamati. Jika terjadi keraguan dalam temuan yang terjadi dilapangan. Maka cat pada elemen struktur harus dibersihkan terlebih dahulu. Sambungan las kemudian diamati dengan bantuan kaca pemberas. Pemeriksaan menggunakan metode dye penetrant
Lapisan cat yang sudah memudar, dapat diperbaiki dengan cara pemolesan, dan dibersihkan sampai kering. Menyemprotkan cairan pada lokasi dititik pemeriksaan dimana kondisi sambuangan diragukan. Penyemprotan dilakukan dalam waktu 5-10 menit. Selanjutnya diseprotkan dengan disclosing solution. solution. Jika terjadi kerusakan pada titik tersebut, maka akan terjadi perubahan warna menjadi merah. 4) Baut berkekuatan tinggi Cara pemeliharaan dan perbaikan baut berkekuatan tinggi: 1) Lokasi sambungan dari baut berkekuatan tinggi tidak boleh mengalami karat. 2) Baut pada gelagar baja harus diperiksa 1 kali setiap tahun. 3) Metode pemeriksaan baut berkekuatan tinggi Pergeseran elemen struktural dapat menyebabkan perubahan pelendutan yang mengakibatkan sebagian besar baut berkekuatan tinggi yang ada pada lokasi penyambungan mengalami pengendoran dan pengencangan. Jika ditemukan lapisan cat dikepala baut yang berkarat, maka baut telah mengalami ketidak cukupan kekuatan sekrup dan akan menyebabkan pelemahan atau retakan. 4) Penggantian baut kekuatan tinggi. Jika diketahui baut mengalami karat, retak maka baut harus segera diganti. Jika baut mengalami deformasi, deformasi, maka baut tersebut masih dapat digunakan kembali dengan dilapisi minyak terlebih dahulu sebelum dipasang. Pada titik sambungan utama, penggantian baut dilakukan satu persatu. Proses penggantian baut dilakukan pada saat tidak ada beban lalulintas di jembatan. Sambungan atas, tepi, dan bawah dari pelat dititik sambungan baut dan pengelasan girder baja harus disegel/ditutupi dengan dempul ( putty). putty). Jika terjadi keretakan, maka dilakukan proses pendempulan.
34
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Jembatan Kereta Api Dayeuhkolot
Jembatan kereta api Dayeuhkolot atau pada zaman belanda dikenal dengan sebutan Ireneburg merupakan salah satu jembatan kereta api jalur Dayeuhkolot menuju Ciwiday. Jembatan ini dibangun mulai tahun 1923 oleh Belanda. Pada masa itu, jalur kereta api digunakan sebagai penghubung untuk mengangkut hasil bumi daerah Bandung Selatan, karena letah Dayeuhkolot yang strategis. Menurut warga sekitar jembatan ini sudah tidak aktif sejak tahun 1980 dan jembatan setiap tahun diinspeksi untuk kelayakan penggunaan kembali. B. Pemeriksaan Inventarisasi Inventarisasi 1. Peralatan dan bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan untuk melakukan inventarisasi adalah sebagai berikut: a. Formulir laporan pemeriksaan inventarisasi b. Buku catatan c. Alat tulis d. Alat dokumentasi (handphone (handphone atau atau pocket pocket camera) camera) e. Alat pengukur jarak (meteran atau penggaris) f. Kalkulator Selama pemeriksaan berlangsung harus mengambil foto jembatan : a. Tampak depan jembatan b. Tampak samping jembatan c. Kerusakan dan masalah yang membutuhkan perbaikan 2. Prosedur pemeriksaan inventarisasi inventarisasi a. Data administrasi
Nama jembatan
: Jembatan Kereta Api Dayeuhkolot
Lokasi Jembatan
: Baleendah, Citeureup, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
*Dari titik 0 km Kota Bandung (Dinas Bina Marga Jl. Asia Afrika) ke Jembatan Kereta Api melalui Jl. Moh.Toha adalah 11 km
Hari dan Tanggal Pemeriksaan
: Selasa, 20 Februari 2018
35
Gambar 25. Peta lokasi jembatan kereta api Dayeuhkolot Sumber : Google Earth, 2018
3. Jenis lintasan dan geometris
Jenis lintasan
: lintasan kereta api yang melewati sungai
Jumlah bentang
: Dua (2)
Panjang total
: 62.5 m
Bentang 1
: 41.4 m
Bentang 2
: 21.10 m
Total segmen
: 22 segmen
Bentang 1
: 12 segmen
Ukuran
: 3.45 m/segmen
Bentang 2
: 10 segmen
Ukuran
: 2.15 m/segmen
3.45 m
3.45 m
2.15 m
2.15 m
Gambar 26. Ilustrasi potongan segmen bentang 1 (kiri) dan bentang 2 (kanan) Tahun pembangunan : 1923 Tahun peresmian
:-
Tahun non aktif
: 1980
4. Data bentang dan komponen utama
a. Data bentang 1) Bentang 1 Lebar rel
: 41.4 meter : 1.2 meter 36
2) Bentang 2
: 21.5 meter
Lebar rel
: 1.2 meter
b. Jenis komponen dan data material 1) Bangunan atas a) Struktur bangunan atas Tipe
: Trough Wareen Truss
Bahan
: Baja
Kondisi
: terjadi korosi pada seluruh bagian bangunan atas
Gambar 27. Struktur bangunan atas jembatan kereta api Dayeuhkolot Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
b) Bantalan rel (sleepers (sleepers)) Bahan
: bantalan kayu yang diatasnya dicor beton
Kondisi
: sudah retak di pinggir beton dan bantalan kayu sudah lapuk
Gambar 28. Bantalan rel Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
c) Plat landas (tie (tie plate) plate) Bahan
: tidak diketahui karena tertutup oleh coran beton
d) Penambat rel Bahan
: Baja
Kondisi
: mengalami korosi dan sudah hilang bautnya
37
Gambar 29. Penambat rel Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
e) Plat penyambung ( jointbar) jointbar) Bahan
: Baja
Penghubung plat sambungan dengan rel : Baut Kondisi
: mengalami korosi
Jointbar
Gambar 30. jointbar 30. jointbar Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
f) Pelengkap Lampu penerangan : tidak ada
Gambar 31. Tampak atas jembatan Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
2) Bangunan bawah a) Jenis Peletakan Tipe
: Sendi
Bahan
: Baja
Kondisi
: mengalami korosi
38
Gambar 32. Tumpuan sendi Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
b) Pilar Pondasi kepala jembatan Tipe
: Tidak diketahui
Bahan
:-
Kepala jembatan Tipe
: Satu kolom
Bahan
: Pasangan batu kali
Kondisi
: ada bagian yang tergerus oleh air
Kepala Jembatan
Gambar 33. Kepala Jembatan Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
c. Aliran sungai 1) Aliran sungai Nama sungai : Aliran utama sungai Citarum
39
Gambar 34. Aliran sungai citarum yang melewati jembatan Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
2) Bangunan Pengaman Bahan : Beton
Bangunan Pengaman
Gambar 35. Bangunan pengaman Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
3) Muka Air Sungai (MAS) Muka air sungai pada saat survey mencapai 510 cm
Gambar 36. Muka Air Sungai Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
40
5. Data Pelengkap
a. Pembatas fungsional : pada saat belanda kereta dipergunakan untuk mengangkat hasil bumi dan setelah merdeka jalur dipergunakan untuk kereta wisata. Pada saat kondisi nonaktif, dipergunakan untuk warga kampung jembatan untuk beraktivitas beraktivit as sehari-hari. b. Jalan memutar dan jalan alternatif (detour) ( detour) : tidak ada jalur alternatif, karena single track . c. Data banjir tertinggi Muka air banjir yang diketahui : Elevasi banjir +660.5 atau 5 cm diatas rel kereta api, yang merendam jembatan rel kereta api pada hari Minggu, 13 Maret 2016. C. Pemeriksaan Detail dan Analisa Tindakan
1. Bangunan atas a. Bagian bentang 2 Penilaian kondisi 3 yaitu kerusakan yang membutuhkan perhatian, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya pengaratan dalam baja. Tindakan yang dilakukan adalah pemberian cat galvanis
Gambar 37. Bagian bentang 2 Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
b. Bottom lateral Penilaian kondisi 3 yaitu kerusakan yang membutuhkan perhatian, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya perubahan bentuk. Kondisi struktur berbahaya dan kerusakan parah. Tindakan yang dilakukan adalah pemberian cat galvanis
41
Gambar 38. Bottom lateral Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
c. Penambat rel dan bantalan kayu Penilaian kondisi 3 yaitu kerusakan yang membutuhkan perhatian, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya rangka kayu yang sudah membusuk, hilangnya baut pada penambat rel dan sudah berkaratnya penambat rel.
Kondisi struktur
berbahaya dan kerusakan parah. Tindakan yang dilakukan adalah penggantian bantalan rel dan penambat rel
Gambar 39. Penambat rel dan bantalan kayu Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
d. Joint bar, lintasan rel, dan beton retak. Penilaian kondisi 4 yaitu kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya pengaratan dalam baja, memuainya lintasan rel, dam kerontokan pada beton. Kondisi struktur berbahaya dan kerusakan parah. Tindakan yang dilakukan adalah penggantian elemen.
42
Gambar 40. Joint bar, lintasan rel, dan beton retak. Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
e. Top Lateral bracing Penilaian kondisi 3 yaitu kerusakan yang membutuhkan perhatian, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya pengaratan dalam baja. Tindakan yang dilakukan adalah pemberian cat galvanis
Gambar 41. Top lateral bracing Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
f. Landasan dan bantalan rel Penilaian kondisi 4 yaitu kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera, dalam hal ini diidentifikasi dengan pelapukan pada bantalan rel dan pengelupasan beton. Kondisi struktur berbahaya berbahaya dan kerusakan parah. Tindakan yang dilakukan adalah penggantian elemen.
43
Gambar 42. Kerusakan pada landasan landasan dan bantalan rel Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
2. Bangunan bawah a. Bottom lateral bracing dan dan bottom chord Penilaian kondisi 4 yaitu kerusakan serius yang membutuhkan perhatian segera, dalam hal ini diidentifikasi dengan adanya pengaratan dalam baja. Kondisi struktur berbahaya dan kerusakan parah. Pada kondisi bottom lateral bracing sudah mengalami perubahan bentuk dan pada bottom chord sudah sudah ada pengikisan pada bagian pinggir. Tindakan yang dilakukan adalah penggantian elemen.
Gambar 43. Bottom 43. Bottom lateral bracing dan dan bottom chord Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
44
b. Kepala jembatan Penilaian kondisi 2 yaitu kerusakan serius yang membutuhkan pemantauan atau pemeliharaan dimasa yang akan datang, dalam hal ini diidentifikasi dengan dengan adanya pengikisan kepala jembatan akibat aliran sungai. Tindakan yang dilakukan adalah perkuatan.
Gambar 44. Pengikisan kepala jembatan Sumber : Dokumen Pribadi, 2018
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
2. Jembatan kereta api Dayeuhkolot sudah puluhan tahun tidak di pergunakan sesuai fungsinya, secara keseluruhan penyebab kerusakan jembatan terjadi karena penurunan kondisi seiring berjalanannya waktu, seperti jembatan secara keseluruhan sudah mengalami korosi, bantalan rel sudah menalami pembusukan karena lembap dan curah hujan bandung yang tinggi dan tidak ada perawatan berkala setelah jembatan tidak dipergunakan lagi. 3. Perlakuan untuk kondisi jembatan kereta api Dayeuhkolot, jika mengalami korosi dapat dilakukan dengan mengecat atau galvanisasi untuk menghindari kontak
45
langsung antara baja dan udara sehingga dapat memperlambat laju korosi. Penggantian bantalan rel dari kayu menjadi beton agar lebih tahan lama. B. Saran
Isu tentang reaktivasi jalur kereta Bandung- Ciwiday, perlu ada kajian kembali terkait penggunaan jalur rel lama karena sudah puluhan tahun tidak digunakan dan banyak warga yang tinggal disekitar jalur rel. Jika kondisi rel memungkinkan untuk dipergunakan perlu adanya relokasi warga. Untuk kasus jembatan rel kereta api Dayeuhkolot, kondisi jembatan sudah tidak layak dipergunakan lagi, perlu adanya pembangunan jalan rel baru. Hal ini dikarenakan, jembatan rel kereta api Dayeuhkolot, sudah mengalami korosi parah, bantalan kayu pada rel sudah mengalami pembusukan dan rapuh dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Laporan Investigasi Runtuhnya Jembatan Mahakam. Yogyakarta. LPPM UGM Sukmara, Gatot. 2016. Pemeliharan, Rehablitasi, Perbaikan dan Perkuatan Jembatan.. Solo. PUSJATAN Jembatan Setiadi, Adi dkk. 2015. Laporan Sistem Manajemen Jembatan Pemeriksaan Inventarisassi dan Detail Jembatan Cisaranten (Komposit) dan Batu Jajar (Rangka Baja).. Bandung: Politeknik Negeri Bandung. Baja) Nasution, Thamrin. Modul Pengenalan Pengenalan Jembatan. Medan : Institut Teknologi Medan
46
Fadhli,
Haiyul.
2015.
Proses
Korosi
Pada
Baja.
Diambil
dari
: :
https://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/12/proses-korosi-pada-baja.html.. (Diakses 13 https://haiyulfadhli.blogspot.co.id/2015/12/proses-korosi-pada-baja.html Februari 2018) 1993. Sistem Manajemen Jembatan seri Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan.. Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Republik Jembatan Indonesia. https://jabar.antaranews.com/berita/21169/korban-banjir-baleendah-mengunsi-di jembatan-kereta jembatan-kereta http://bbwscitarum.com/2016/03/13/kejadian-banjir-sungai-citarum-tahun-2016/ http://bbwscitarum.com/2016/03/13/kejadian-banjir-sungai-citarum-tahun-2016/ https://bisnis.tempo.co/read/1023931/reaktivasi-jalur-kereta-bandung-ciwideyterkendala-anggaran terkendala-anggaran
47
View more...
Comments