Pemeriksaan Dan Radiologi Liver Abcess
May 13, 2018 | Author: Kiki Astria Farindani | Category: N/A
Short Description
Download Pemeriksaan Dan Radiologi Liver Abcess...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abses hati merupakan penyakit yang cukup sering dihadapi di negara – negara berkemban berkembang g seperti seperti Indonesia Indonesia karena disebabkan disebabkan terutama oleh entamoeba. entamoeba. Hal ini berkaitan dengan higien dan sanitasi yang belum memadai. Inside Insiden n abses abses hati hati sering seringnya nya diawal diawalii dengan dengan infeks infeksii pada pada usus usus yang yang ditand ditandai ai dengan buang air besar yang berdarah dan berlendir. Walaupun begitu, tidak selamanya hal tersebut berkembang menjadi abses hati. Hampir Hampir 10% pendud penduduk uk dunia dunia terutam terutamaa di negara negara berkem berkemban bang g terinf terinfeks eksii E. Histolytica, tetapi hanya sepersepuluh yang memperlihatkan gejala. Insiden amoebiasis hati di RS di Indonesia berkisar antara 5-15 pasien pertahun. Penelitian epidemiologi di Indonesia menunjukkan perbandingan pria : wanita berkisar 3:1 sampai 22:1, yang tersering pada decade IV. Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga oral-anal-fekal. Kebanyakan amoebiasis hati yang yang dikena dikenaii adalah adalah pria. pria. Usia Usia yang yang dikena dikenaii berkis berkisar ar antara antara 20-50 20-50 tahun tahun terutam terutamaa dewasa muda dan lebih jarang pada anak. Oleh karena itu penting bagi kita sebagi dokter untuk mengetahui gejala – gejala, diagnosa, serta penatalaksanaan abses hati.
1.2. Tujuan
Tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui diagnosa dari abses hati melalui pemeriksaan penunjang dan radiologis. Hal ini bertujuan untuk diagnosa dini dan penatalaksanaan yang adekuat untuk meningkatkan prognosis ke arah leboh baik dan dalam rangka pencegahan meningkatnya prevalensi abses hati.
BAB II 1
PEMBAHASAN
2.1 Definisi, Anatomi, dan Epidemiologi
a. Definisi Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena infeksi bakteri, parasit, jamur maupun nekbrosis steril yang bersumber dari sistem gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus di dalam parenkim hati. hati. Dan sering sering timbul timbul sebaga sebagaii kompli komplikas kasii dari dari perada peradanga ngan n akut akut salura saluran n empedu empedu.. Bakteri Bakteri ini bisa sampai sampai ke hati melelui: melelui: 1) kandung kemih kemih yang terinfeksi. terinfeksi. 2) Luka Luka tusuk atau luka tembus. 3) Infeksi didalam perut., dan 4) Infeksi dari bagian tubuh lainnya yang terbawa oleh aliran darah. Gejalanya berkurangnya nafsu makan, mual dan demam serta bisa terjadi nyeri perut.
b. Anatomi Hepar Hepar merupa merupakan kan kelenj kelenjar ar yang yang terbesa terbesarr dalam dalam tubuh tubuh manusi manusia. a. Hepar Hepar pada pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan. Beratnya 1200 – 1600 gram. Permukaan atas terletak bersentuhan di bawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan di atas organ-organ abdomen, dimana Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Hepar difiksasi secara erat oleh tekanan intraabdominal dan dibung dibungkus kus oleh oleh perito peritoneu neum m kecual kecualii di daerah daerah poster posterior ior-su -super perior ior yang yang berdek berdekata atan n dengan vena cava inferior dan mengadakan kontak langsung dengan diafragma. Bagian yang tidak diliputi oleh peritoneum disebut bare area.Terdapat refleksi peritoneum dari dindin dinding g abdome abdomen n anterio anterior, r, diafrag diafragma ma dan organorgan-org organ an abdom abdomen en ke hepar hepar berupa berupa ligamen. Macam-macam ligamennya: a.
Ligame Ligamentu ntum m falciform falciformis is : Menghu Menghubun bungka gkan n hepar hepar ke dindin dinding g annterio annteriorr abdomen abdomen
dan terletak di antara umbilicus dan diafragma. b.
Ligamentum teres hepatis/round ligament : Merupakan bagian bawah ligamentum
falciformis, merupakan sisa-sisa peninggalan vena umbilicalis yang telah menetap. c.
Ligamentum gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenalis : Merupakan bagian
dari omentum minus yang terbentang dari curvatura minor lambung dan duodenum 2
sebelah proximal ke hepar. Di dalam ligamentum ini terdapat A.hepatica, v.porta dan duct.choledocus communis. Ligamen hepatoduodenale turut membentuk tepi anterior dari Foramen Wislow. d.
Liga Ligame ment ntum um Corona Coronaria ria Anter Anterio iorr kiri kiri – kana kanan n dan dan Lig Lig coro corona naria ria poster posterio iorr kiri kiri -
kanan : Merupakan refleksi peritoneum terbentang dari diafragma ke hepar. e.
Ligamentum Ligamentum triangularis triangularis kiri - kanan : Merupakan Merupakan fusi dari ligamentum ligamentum coronaria coronaria
anterior dan posterior dan tepi lateral kiri kanan dari hepar.
Secara anatomis, organ hepar tereletak di hipochondrium kanan dan epigastrium, dan melebar ke hipokondrium kiri. Hepar dikelilingi oleh cavum toraks dan bahkan pada orang normal tidak dapat dipalpasi (bila teraba berarti ada pembesaran hepar). Permukaan lobus kanan dpt mencapai sela iga 4/ 5 tepat di bawah aerola mammae. Lig falciformis membagi hepar secara topografis bukan secara anatomis yaitu lobus kanan yang besar dan lobus kiri. Perm Permuk ukaan aan post posteri erior or hati hati berb berben entu tuk k ceku cekung ng dan dan terd terdap apat at celah celah tran transv sver ersa sall sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari system porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. System porta terletak didepan vena kava dan dibalik kandung empedu. Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
3
c. Epid pidemio emiolo logi gi Abses hati daibagi menjadi 2, yaitu : a. Abse Absess Hati Hati Ame Amebi bik k (AHA (AHA)) •
Terdapat terutama di negara tropis dan subtropis dengan keadaan sanitasi yang yang masi masih h rend rendah ah,, misa misaln lnya ya Indi India, a, Paki Pakist stan an,, Indo Indone nesi sia, a, Afrik Afrikaa dan dan Mexico.
•
Insidensi penderita AHA di Indonesia mencapai 10-15 orang per tahun.
•
Pria lebih sering terkena AHA dibandingkan dengan wanita dengan nilai perbandingan pria dan wanita adalah 3 : 1 sampai 22 : 1.
•
AHA lebih sering terjadi pada dekade ke IV dengan usia berkisar antara 2050 tahun dan jarang mengenai anak-anak.
•
Penularan pada umumnya melalui jalur oral-fekal dan dapat juga oral-analfekal.
•
Sanitasi yang kurang, keadaan sosioekonomi rendah, tempat tinggal yang terla terlalu lu pada padat, t, memi meminu num m air yang yang tida tidak k terj terjami amin n kebe kebers rsih ihan anny nyaa dan dan kebiasaan adalah beberpafaktor predisposisi terjadinya AHA.
b. Abses Abses Hati Hati Piog Piogeni enik k (AHP) (AHP) •
Tersebar di seluruh dunia dan terbanyak di daerah tropis dengan kondisi sanitasi yang kurang. 4
•
Didapati 8-16 per 100.000 kasus AHP yang memerlukan perawatan di RS dan dari beberapa kepustakaan Barat, didapati prevalensi autopsi antara 0,29% - 1,47%.
•
AHP lebih sering terjadi pada pria daripada wanita.
•
AHP lebih sering terjadi pada dekade ke VI dengan usia berkisar > 40 tahun.
•
Mortalitas AHP yang diobati dengan antibiotika dan dilakukannya drainase adalah 15%-30%.
2.2 Patofisiologi dan Gambaran Klinis
a. Pato Patofi fisi sio olog logi Abses hati adalah sebentuk infeksi pada hati yang disebabkan disebabkan oleh karena infeksi infeksi bak bakte teri ri,, para parasi sit, t, jamu jamurr maup maupun un nekr nekros osis is ster steril il yang yang bers berseu eumb mber er pada pada sist sistem em gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan pembentukan pus yang terdiri dari jaringan nekrotik, sel – sel inflamasi, atau sel darah di dalam parenkim hati. Abses hati terbagi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik. Abses hati piogenik terjadi sebagai komplikasi penyakit intraabdomen lain akibat adanya penyebaran secara hematogen maupun secara langsung dari tempat terjadinya infeks infeksii di dalam dalam rongga rongga perito peritoneu neum. m. Hati Hati menerim menerimaa darah darah secara secara sistem sistemik ik maupun maupun melalui melalui sirkulasi sirkulasi portal, hal ini memungkin memungkinkan kan terinfeksin terinfeksinya ya hati oleh karena karena paparan paparan bakteri yang berulang. Namun karena adanya sel kuppfer yang membatasi sinusoid hati maka hati dapat terhindar dari terjadinya infeksi. Abses adalah sebuah infeksi dimana bakteri bakteri dan sel polimofron polimofronuklear uklear terkumpul terkumpul di dalam kapsul kapsul fibrosa. fibrosa. Proses ini terjadi terjadi dengan tujuan untuk membatasi ruang gerak bakteri sehingga tidak terjadi penyebaran selanjutnya. Bakteri yang paling sering menyebabkan liver abses adalah B. fragilis. memiliki kapsul kapsul polisakarid polisakaridaa pada permukaann permukaannya, ya, dimana dimana struktur struktur B. fragili fragiliss memiliki polisakarida tersebut memiliki karakteristik yang merangsang respon tubuh manusia untuk memerangkap bakteri tersebut yang akhirnya akan merangsang produksi dari TNF-α (tumor necroting factor alpha ) dan ICAM-I (intercellular adhesion molecul 1 ). Polisakarida ini menstimulasi T-limfosit yang akan memulai pembentukan abcess.
5
Abses bses
hati ati
ameb amebik ik
merup erupak akan an
sala salah h
satu atu
kompl omplik ikas asii
dari dari
ameb amebia iassis
ekstraintestinal yang paling sering dijumpai di Indonesia. Amebiasis disebabkan oleh protozoa usus yaitu Entamoeba histolytica histolytica . Protozoa ini menyebar melalui kista yang tertelan dari kontaminasi feses pada makanan, air, atau tangan. Tropozoit yang motil dilepa dilepaska skan n dari dari kista kista dalam dalam usus usus halus halus dan pada pada sebagi sebagian an pasien pasien tingga tinggall sebagi sebagi mikroo mikroorga rganis nisme me yang yang tidak tidak berbah berbahaya aya dalam dalam usus usus besar besar dan akan akan keluar keluar melalui melalui kotoran. Pada sebagian pasien lain, tropozoit ini dapat menembus mukosa usus dan menyebabkan kolitis, atau masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke hati. Awalnya tropizoit menempel pada mukosa usus dan sel epitel oleh galactosesehingga menyebabk menyebabkan an lesi mikroulsera mikroulserasi si pada mukosanya mukosanya yang inhibitable inhibitable lectin sehingga berbentuk lesi kecil dengan margin runcing tanpa adanya kelainan pada mukosa sekitar. Sambun Sambungan gan lesi lesi pada pada submuk submukosa osa menamp menampilk ilkan an gambar gambaran an flask-shape yang yang berisi berisi tropoz tropozoit oit.. Tropoz Tropozoit oit mengin menginvas vasii vena vena untuk untuk sampai sampai ke hati hati melalu melaluii sirkul sirkulasi asi vena vena porta portal. l. Tropoz Tropozoit oit ini selama selamatt pada pada aliran aliran arah karena karena adanya adanya resist resistens ensii terhada terhadap p
complement-mediated lysis . Adanya protozoa pada hati merangsang reaksi akut dari neutro neutrofil fil.. Akhir Akhirnya nya,, neutro neutrofil fil lisis dengan dengan adanya adanya kontak kontak dengan dengan amoeba amoeba
dan
mengel mengeluia uiarka rkan n toksin toksin yang yang menyeb menyebabk abkan an nekros nekrosis is dari dari hepato hepatosit sit.. Parenki Parenkim m hati hati digantikan oleh material nekrotik yang dikelilingi oleh jaringan hati yang tipis. Bagian nekrotik dari sering disebut sebagai anchovy paste karena berwarna kecoklatan.
b. b. Mani Manife fest stas asii klin klinis is Mani Manife fest stas asii klin klinis is abse absess hati hati piog piogen enik ik bias biasan anya ya lebih lebih berat berat dari dari abse absess hati hati piogenik. Dicurigai adanya abses hati piogen apabila dijumpai sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut kanan atas, yang ditandai dengan jalan membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya. Demam tinggi merupakan keluhan utama, nyeri pada abdomen yang menghebat dengan pergerakan. Gejala lain adalah rasa mual, muntah, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai demam tinggi, hepatomegali, nyeri tekan pada hepar yang diperberat oleh gerakan. Sedang Sedangkan kan menifes menifestas tasii klinis klinis untuk untuk abses abses hati hati amebik amebik adalah adalah demam demam dengan dengan nyeri nyeri perut perut kanan kanan atas atas yang yang dapat dapat menjal menjalar ar ke bahu. bahu. Lokalis Lokalisasi asi dari dari nyeri nyeri dapat dapat ditentukan di bagian hati. Pada pemeriksaan fisik dijumpai demam, hepatomegali dan nyeri tekan pada hati. Dan yang paling penting adalah riwayat diare berdarah atau berlendir yang menandakan adanya infeksi amoeba. a moeba. 6
Karakteristi Karakteristik k hepatomegal hepatomegalii untuk untuk abses hati adalah konsistensi konsistensi lunak dengan permukaan yang rata dan teradapat nyeri tekan.
2.3 Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemerik riksaan Fisik •
Didapati adanya demam tinggi.
•
Pada palpasi didapati adanya hepatomegali hepatomegali sebesar tiga jari sampai sampai enam jari arcus-costarum.
•
Murp Murphy hy’s ’s Sign Sign (+), (+), yait yaitu u dila dilaku kuka kan n pene peneka kana nan n pada pada gall gall blad bladde der, r, kemudian kemudian pasien disuruh menarik nafas. Kalau tiba-tiba pasien pasien tersentak tersentak karena merasakan sakit, berarti Murphy’s Sign positif.
•
Jarang dijumpai dijumpai adanya adanya ikterik, ikterik, kalaupun kalaupun adanya, biasanya biasanya hanya ikterik ringan.
•
Pembesaran spleen jarang didapati pada kasus akut, namun, pada kasus yang kronis dapat dijumpai splenomegali. Selain itu pada keadaan yang kronis juga dapat dijumpai adanya asites dan tanda-tanda hipertensi porta.
b. b.
Peme Pemeri riks ksaa aan n Labo Labora rato tori rium um •
Dijumpai adanya anemia ringan dengan kadar Hb berkisar antara 10,411,3 g%.
•
Dijumpai adanya peningkatan kadar leukosit yang tinggi, yaitu berkisar antara 15.000-16.000/mm³. 15.000-16.000/mm³.
•
Pada pemeriksaan faal hati di dapati peningkatan kadar LED, peningkatan kada kadarr alka alkali lin n fosf fosfat atas asee anta antara ra 270, 270,44-38 382, 2,0 0 u/L, u/L, berk berkur uran angn gnya ya kada kadar r albumin serum berkisar antara 2,76-3,05 g%, peningkatan kadar globulin antara3,62-3,75 g%, peningkatan kadar enzim transaminase yaitu : SGOT SGOT 27,8-55,9 u/L dan SGPT 15,7-63,0 u/L, di jumpai peningkatan kadar total bilirubin antara 0,9-2,44 mg% dan protrombin time yang memanjang.
c.
Peme Pemeri riks ksaa aan n Radio Radiolo logi gi •
Chest X-ray
Ditemukannya atelektasis biliar
Peningkatan hemidiafragma kanan
Efusi pleura kanan ditemukan dlm 50% dari kasus 7
Pneumonia atau penyakit pleura sering awalnya dipertimbangkan karena temuan radiographignya
Adanya abses yang ruptur pada rongga pleura
•
USG ( sensitivitas 80 – 90 % )
Mengevaluasi massa hipoechoic dengan batas berbentuk tidak teratur, septa internal atau debris pada kavitas dapat di deteksi
Tampak sebagai lesi bulat atau oval dengan dinding relatif tebal
Bagian dalamnya lebih memperlihatkan eko cairan dengan bercak padat di dalamnya ( debris )
Ketergantungan pada operator yang mempengaruhi sensitivitas semuanya
Keuntungannya adalah bersifat portabel sehingga dapat digunakan pada pasien dengan kondisi kritis dan dapat digunakan sebagai penuntun untuk drainase.
8
Gambaran liver abses amebik yang jelas pada lobus kanan
Gamb Gambar aran an
live liverr
abse abses s
piog piogen enik ik
yang yang
menu menunj njuk ukka kan n
mass massa a
hipoechoic
9
Segmen hipoechoic •
CT- Scan ( sensitivitas 95 – 100 % )
Mengevaluasi daerah yang di batasi hipodense parenkim hati sekitarnya. Indium labelled WBC scans sedikit lebih sensitiv dalam hal ini.
Pada CT-Scan dengan kontras IV ditemukan gambaran massa berbatas tegas, yang mengelilingi parenkim dengan atau tanpa adanya tanda rim.
Keuntungan CT-Scan adalah tidan invasiv dan dapat membantu penalksaan drainase terapeutik
Gas dapat dilihat kira-kirra 20% dari lesi
Dapat mendeteksi lesi < 1 cm
Liver abses terlihat pada lobus kanan hepar
Abses hati anterior yang melibatkan lobus kiri hepar
10
Gambaran abses amebik unilokus
Liver abses piogenik menunjukkan gambaran cluster signdari liver abses multi lokus
11
Gambaran koronal liver abses piogenik dengan gambaran klasik cluster sign
•
Gallium and technetium radionuclide scanning (sensitivity 50-90%)
Teknik ini menggunakan fakta yang sama dengan jalan pengambilan, transpor, dan ekskresi bilirubin, dan cukup efektif untuk mengevaluasi penyakit hati.
Sensitivitasnya bervariasi dengan radiopharmaka yang digunakan, technetium (80%), gallium (50-80%), dan indium (90%)
Keterbatasannya termasuk keterlambatan dalam diagnosa dan butuh prosedur konfirmasi, sehingga tidak memberikan manfaat atas modalitas imaging.
12
2.4 Diagnosis Diag Diagno nosa sa
dite ditega gakk kkan an
berd berdas asark arkan an anam anamne nesi sis, s, peme pemeri riks ksaa aan n
fisi fisik, k, dan dan
pemeriksaan penunjang. Riwayat penyakit terdahulu seoerti appendisitis berguna untuk diagnosa abses hati piogenik, sedangkan riwayat disentri berguna untuk diagnosa abses hati amebik. Kadang – kadang sulit untuk menegakkan diagnosa dengan pemeriksaan fisik saja karena gejala yang tidak spesifik. Beberapa diagnosa banding dari gejala klinis antara lain pankreatitis, kolesistitis, penyakit empedu, karsinoma sel hepar, dan lain – lain. lain. pemeri pemeriksa ksaan an penunj penunjang ang seperti seperti darah rutin rutin dan tes fungsi fungsi hati cukup cukup member memberii arti. arti. Ters Ters serolo serologis gis memili memiliki ki nilai nilai predik prediksi si yang yang tinggi tinggi untuk untuk abses abses hati. hati. Pemeri Pemeriksa ksaan an radiol radiologi ogiss juga juga memili memiliki ki arti arti yang yang cukup cukup besar besar untuk untuk menega menegakka kkan n diagnosa. Saat ini pemeriksaa radiologis dengan CT scan dan USG menjadi pilihan utama untuk diagnosa abses hati. Baku emas untuk diagnosa abses hati adalah dengan menemukan mikroorganisme penyebab pada pemeriksaan kultur hasil aspirasi.
2.5 Komplikasi Komplikasi abses hati yang paling sering adalah ruptur abses sebesar 5-15,6%. Ruptur Ruptur dapat dapat terjadi terjadi ke pleura pleura,, paru, paru, perika perikardi rdium, um, usus, usus, intrap intraperi eriton toneal eal atau kulit. kulit. Kadang-kadang dapat terjadi superinfeksi, terutama setelah aspirasi atau drainase.
2.6 Penatalaksanaan Pencegahan merupakan cara yang efektif untuk mengurangi mortalitas abses piogenik. Misalnya, pemberian antibiotik pada sepsis intra-abdominal, dekompresi pada obstruksi bilier yang disebabkan oleh batu atau tumor. Pencegahan abses hati amebik adalah dengan menjaga kebersihan dan mengeradikasi karier kista. Disinfeksi dengan iodin dapat dilakukan untuk membunuh kista. Penggunaan minuman botol, mengupas kulit buah dan mencuci bersih sayuran sayuran sangat penting penting untuk pencegahan pencegahan terinfeksi protozoa. Pada Pada dasarn dasarnya ya pengob pengobata atan n abses abses hati hati bersif bersifat at konser konservat vatif if dan surgical . Pengobatan tersebut antara lain berupa antibiotik, drainase abses yang adekuat dan secara bersamaan menghilangkan penyakit dasar sepsis yang berasal dari saluran cerna. Antibiotik yang digunakan adalah penisilin, atau sefalosporin untuk kokkus gram gram positi positiff dan untuk untuk kuman kuman gram gram negati negatiff yang yang sensit sensitif if diberik diberikan an metron metronida idazol zol,, klindamisin ataupun kloramfenikol untuk anaerob. Untuk bakteri gram negatif yang
13
resisten, dapat diberikan aminoglikosida. Pemberian antibiotika secara intravena sampai 3 gr/hari selama tiga minggu diikuti pemberian oral selama satu sampai dua bulan. Metronidazol adalah obat pilihan untuk abses hati amebik dengan dosis 750 mg per oral per hari selama 5 – 10 hari. Atau dapat diberikan paramomisin dengan dosis 500 mg per oral per hari selama 10 hari. Namun. Hampir 90% pasien menunjukkan respon respon yang baik terhadap terhadap metronidazol metronidazol yang ditandai ditandai dengan dengan penurunan penurunan gejala klinis klinis yaitu penurunan demam dan nyeri dalam 72 jam. Pada kasus yang gagal dengan pengobatan konservatif, dapat dilakukan: a.Aspirasi jarum Pada Pada abse absess keci kecill atau atau tida tidak k toks toksis is tida tidak k perlu perlu dilak dilakuk ukan an aspi aspira rasi si,, kecu kecual alii untu untuk k diagno diagnosis sis.. Aspira Aspirasi si hanya hanya dilaku dilakukan kan pada pada ancama ancaman n ruptur ruptur atau gagal gagal pengob pengobatan atan konservatif. Sebaiknya aspirasi jarum dilakukan dengan tuntunan USG. b. Aspirasi jarum perkutan Indikasi dilakukannya aspirasi jarum perkutan adalah jika dijumpai abses besar dengan ancam ancaman an rupt ruptur ur atau atau diam diamete eterr abse absess > 7 cm, cm, resp respon on kemo kemote terap rapii kuran kurang, g, infe infeks ksii campuran, letak abses dekat dengan permukaan hati, tidak ada tanda perforasi dan abses pada lobus kiri hati. c. Drainase operasi Tindakan ini jarang dilakukan kecuali pada abses dengan ancaman ruptur atau secara teknis susah dicapai dengan aspirasi biasa. Jika terjadi piotorak atau efusi pleura dengan fistel bronkopleura perlu dilakukan tindakan WSD ( water sealed drainage )
2.7 Prognosis Prognosis sangat ditentukan oleh diagnosis dini, lokasi yang akurat dengan USG, USG, perbai perbaikan kan dalam dalam bidang bidang mikrob mikrobiol iologi ogi sepert sepertii kultur kultur anaero anaerob, b, pember pemberian ian antibiotik perioperatif dan aspirasi perkutan atau drainase secara bedah. Faktor utama yang menentukan mortalitas antara lain umur, jumlah abses, adanya komplikasi serta bak bakte teri rimi miaa
polim olimik ikro robi bial al
dan
gan ganggua gguan n
fung fungsi si
hati ati
sepe sepert rtii
ikte ikteru russ
atau atau
hipoalbuminemia. Dengan diagnosis awal dan pengobatan yang tepat maka tingkat mortalitas dari abses hati amebik adalah kurang dari 1%. Komplikasi yang berakhir mortalitas terjadi pada keadaan sepsis abses subfrenik atau subhepatik, ruptur abses ke rongga peritoneum, ke pleura atau ke paru, kegagalan hati, hemobilia, dan perdarahan 14
kedalam abses hati. Penyakit penyerta yang menyebabkan mortalitas tinggi adalah DM, penyakit polikistik dan sirosis hati.
BAB III KESIMPULAN
Abses hati adalah bentuk infeksi yang utamanya disebabkan oleh Entamoeba
histolytica dan B. fragilis yang ditandai dengan adanya supurasi pada jaringan hati. Abses hati biasanya merupakan hasil penyebaran secara hematogen yang berasal dari penyakit lain. abses hati terdiri dari 2 jenis yaitu abses hati amebik dan piogenik. Abses hati yang tersering ditemukan di Indonesia adalah abses hati amebik yang berkaitan dengan prevalensi amebiasis yang tinggi akibat kebersihan lingkungan yang yang jelek. jelek. Tropoz Tropozoit oit protoz protozoa oa memasu memasuki ki hati hati secara secara hemato hematogen gen melalu melaluo o aliran aliran sirkulasi portal dan menyebabkan supurasi sehingga terjadi abses. 15
Gejala klinis dari abses hati berupa demam, nyeri perut kanan atas dengan adanya adanya hepato hepatomeg megali ali,, disert disertai ai gejala gejala konsti konstitus tusii sepert sepertii malais malaise, e, penuru penurunan nan berat berat badan badan,, dan lain lain – lain. lain. pada pada pemeri pemeriksa ksaan an labora laborator torium ium dijump dijumpai ai anemia anemia ringan ringan,, leukositosis, dan peningkatan kadar enzim hati seperti SGOT dan SGPT. Pemerik Pemeriksaa saan n radiol radiolog ogis is sangat sangat memili memiliki ki nilai nilai predik prediksi si yang yang tinggi tinggi untuk untuk menegakkan diagnosa abses hati. Pemeriksaan radiologis yang utama adalah CT scan. Namun dari pemeriksaan foto thorax dapat diprediksi adanya hepetomegali dengan melihat gambaran peninggian hemidiafragma kanan dan di bawah diafragma apat terlihat bayangan udara atau air flluid level. CT-Scan CT-Scan memiliki memiliki sensitivita sensitivitass 95-100% 95-100% untuk abses hati. Gambaran Gambaran yang diju dijump mpai ai adal adalah ah mass massaa berb berbat atas as tega tegass yang yang lebi lebih h hipo hipode dens nsee dari dari pare parenk nkim im sekelilingnya. CT dapat mendeteksi luasnya lesi hingga kurang dari 1 cm. USG memili memiliki ki sensit sensitivi ivitas tas 80-90% 80-90%.. Gambar Gambaran an yang yang dijump dijumpai ai adalah adalah area hipo hipoech echoi oicc yang yang lebi lebih h dari dari 1 cm deng dengan an bata batass dan dan bent bentuk uk yang yang tida tidak k terat teratur ur.. Keuntungannya adalah dapat dilakukan di tempat tidur dan dapat sebagai penuntun untuk drainase.
DAFTAR PUSTAKA
. 2008. . Dalam : Iwan Ekayuda, editor. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2 . Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Lisgaris M.V. & Salata R.A. Liver Abscess. Diunduh dari : eMedicine specialties : http:\www.eMedicine.com. Update terakhir 2005.
16
Peralta,
Ruben
et
al.
Liver
Absce.ss
Diunduh
dari
:
http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview. http://emedicine.medscape.com /article/188802-overview. Update terakhir tanggal 15 September 2010.
Reed, Sharon L. 2001. Amebiasis and Infection with Free-Living Amebas. Dalam : Braunwald et al. Harrison’s Principles Principles of Internal Medicine Medicine Edisi ke-15 vol 1 . USA : Mc Graw Hill Company.
Soewando, Eddy S. 2009. Amebiasis. Dalam : Sudoyo, Aru W. et al. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi ke-5 jilid 3 . Jakarta: InternaPublishing.
Sulaiman, Ali et al. 2007. Abses Hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati edisi
pertama. Jakarta: Jayabadi.
Wenas, Nelly T & B.J. Waleleng. 2009. Abses Hati Piogenik. Dalam : Sudoyo, Aru W. et al. Buk Jakart rta: a: Buku u Ajar Ilmu Penyak nyakiit Dal Dalam Edi Edisi ke-5 ke-5 jilid 1. Jaka InternaPublishing.
17
View more...
Comments