Pemeriksaan ALP
July 2, 2018 | Author: Bintang Utami | Category: N/A
Short Description
Download Pemeriksaan ALP...
Description
Pemeriksaan ALP (alkali Phosphatase)
I.
Dasar Teori
A. Tinjauan Umum tentang Hati Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar 1500 gr atau 2,5 % berat badan pada orang dewasa normal. Hati merupakan organ platis lunak yang tercetak oleh stujtur sekitarnya. Selain merupakan organ parenkim yang berukuran besar, hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya, kerumitan dan ragam dan fungsinya. Hati sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan hampir setiap fungsi metabolik tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari 500 aktivitas berbeda. Untunglah, hati memiliki kapasitas cadangan yang besar, dan hanya dengan 10-20% jaringan berfungsi, hati mampu mempertahankan kehidupan. Dekstruksi total atau pembumbuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang memngagumkan. Pada kebanyakan kasus, pengangkatan sebagian hati, baik karena sel sudah mati atau sakit, akan diganti dengan jaringan baru. baru. Hati merupakan organ tubuh yang berkaitan erat dengan metabolisme protein dan asam amino, lemak, dan karbohidrat. Hati juga berfungsi mensintetis protein plasma, faktor pembekuan, asam empedu, katabolisme hormon dan sebagai organ detoksifikasi. Beberapa macam fungsi hati yaitu fungsi pengolahan zat makanan yang diserap usus, fungsi penyimpanan & pembentukan zat yang diperlukan tubuh, dan penetralan obat/racun.
B. Tes Fungsi Hati
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang terjadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau pemantauan secara berkala. Hasil-hasil tes fungsi hati biasanya dievaluasi secara bersama-sama. Jadi beberapa set tes dalam periode tertentu dilihat apakah memiliki pola tertentu. Setiap orang akan memiliki sebuah set tes fungsi hati yang unik yang biasanya berubah-ubah seiring berjalannya waktu. Seorang dokter mengamati kombinasi hasil-hasil tes ini guna mendapatkan petunjuk tentang kondisi yang mendasarinya. Seringkali, tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apa sebenarnya yang menyebabkan penyakit dan/atau kerusakan hati tersebut.
C. Pemeriksaan Alkali Phospatase (ALP) Fosfatase alkali merupakan kelompok enzim yang mengkatalisis sejumlah besar substrat pada pH alkali untuk melepaskan fosfat. Konsentrasi tinggi ALP ditemukan pada tulang (osteoblast), hati, plasenta, dan intestine. Pada orang dewasa, sekitar setengah dari
aktivitas serum ALP berasal dari hati dan setengah lainnya dari tulang. Selama kehamilan, ALP secara total meningkat akibat kontribusi plasenta. Aktivitas total ALP serum menunjukkan variasi yang ditandai dengan usia akibat peningkatan aktivitas osteoblastik selama pertumbuhan. ALP 2-3 kali diatas nilai batas normal (ULN) untuk bayi dan meningkat lagi selama masa remaja. Peningkatan ini lebih dulu terjadi pada wanita dibanding pria. Aktivitas menurun pada dewasa ketika pertumbuhan berhenti dan sedikit meningkat pada wanita dibanding pria. ALP meningkat pada penyakit tulang dan system hepatobiliari. Peningkatan ALP pada kolestasis, khususnya pada obstruksi ekstrahepatik dapat mencapai 5 kali ULN. Pada penyakit hati parecimatous, seperti hepatitis akut, ALP nmeningkat akibat biliari statis tetapi biasanya nilai tidak lebih dari 3 kali ULN. Derajat elevasi ALP berguna dalam menentukan antara penyakit kuning akibat kerusakan parensimal atau penyakit kuning akibat kolestasis. Pengukuran enzim ini dilakukan berdasarkan dari IFCC (International Federation of Clinical Chemistry) yaitu dengan prinsip reaksi sebagai berikut : ALP p-nitrophenyl phosphate + AMP
AMP + PO 4 + p-nitrophenol
Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anakanak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan). Kadar ALP dapat mencapai nilai sangat tinggi (hingga 20 x lipat nilai normal) pada sirosis biliar primer, pada kondisi yang disertai struktur hati yang kacau dan pada penyakit-penyakit radang, regenerasi, dan obstruksi saluran empedu intrahepatik. Peningkatan kadar sampai 10 x lipat dapat dijumpai pada obstruksi saluran empedu ekstrahepatik (misalnya oleh batu) meskipun obstruksi hanya sebagian. Sedangkan peningkatan sampai 3 x lipat dapat dijumpai pada penyakit hati oleh alcohol, hepatitis kronik aktif, dan hepatitis oleh virus. Pada kelainan tulang, kadar ALP meningkat karena peningkatan aktifitas osteoblastik (pembentukan sel tulang) yang abnormal, misalnya pada penyakit Paget. Jika ditemukan kadar ALP yang tinggi pada anak, baik sebelum maupun sesudah pubertas, hal ini adalah normal karena
pertumbuhan tulang (fisiologis). Elektroforesis bisa digunakan untuk membedakan ALP hepar atau tulang. Isoenzim ALP digunakan untuk membedakan penyakit hati dan tulang; ALP1 menandakan penyakit hati dan ALP2 menandakan penyakit tulang. Jika gambaran klinis tisak cukup jelas untuk membedakan ALP hati dari isoenzim-isoenzim lain, maka dipakai pengukuran enzim-enzim yang tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan pertumbuhan tulang. Enzim-enzim itu adalah : 5’nukleotidase (5’NT), leusine aminopeptidase (LAP) dan gamma GT. Kadar GGT dipengaruhi oleh pemakaian alcohol, karena itu GGT sering digunakan untuk menilai perubahan dalam hati oleh alcohol daripada untuk pengamatan penyakit obstruksi saluran empedu. Metode pengukuran kadar ALP umumnya adalah kolorimetri dengan menggunakan alat (mis. fotometer/spektrofotometer) manual atau dengan analizer kimia otomatis. Elektroforesis isoenzim ALP dilakukan untuk membedakan ALP hati dan tulang. Bahan pemeriksaan yang digunakan berupa serum atau plasma heparin. Nilai Rujukan
DEWASA : 42 – 136 U/L, ALP1 : 20 – 130 U/L, ALP2 : 20 – 120 U/L,Lansia : agak lebih tinggi
dari dewasa
ANAK-ANAK : Bayi dan anak (usia 0 – 20 th) : 40 – 115 U/L), Anak berusia lebih tua (13 – 18
th) : 50 – 230 U/L.
Masalah Klinis
PENINGKATAN KADAR : obstruksi empedu (ikterik), kanker hati, sirosis sel hati, hepatitis,
hiperparatiroidisme, kanker (tulang, payudara, prostat), leukemia, penyakit Paget, osteitis deforman, penyembuhan fraktur, myeloma multiple, osteomalasia, kehamilan trimester akhir, arthritis rheumatoid (aktif), ulkus. Pengaruh obat : albumin IV, antibiotic (eritromisin, linkomisin, oksasilin, penisilin), kolkisin, metildopa (Aldomet), alopurinol, fenotiazin, obat penenang, indometasin (Indocin), prokainamid, beberapa kontrasepsi oral, tolbutamid, isoniazid, asam para-aminosalisilat.
PENURUNAN KADAR :
hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan/skorbut (kekurangan vit C),
hipofosfatasia, anemia pernisiosa, isufisiensi plasenta. Pengaruh obat : oksalat, fluoride, propanolol (Inderal)
Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Sampel hemolisis,
Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat ),
Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,
Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP),
Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah melahirkan dapat meningkatkan kadar ALP.
Bahan bacaan : 1. D.N. Baron, alih bahasa : P. Andrianto, J. Gunawan, Kapita Selekta Patologi Klinik , Edisi 4, EGC, 1990. 2. E.N. Kosasih & A.S. Kosasih, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik , Edisi 2, Karisma Publishing Group, Tangerang, 2008. 3. Frances K. Widmann, alih bahasa : Siti B. Kresno, R. Gandasoebrata, J. Latu, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, EGC, 1989. 4. Joyce LeFever Kee, Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik , Edisi 9, EGC, Jakarta, 2007. 5. The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and Interpretation of Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, South Australia, 1990.
II.
Pembahasan
View more...
Comments