Pemberin Kortikosteroid topikal dalam bidang dermatologi

May 13, 2018 | Author: Nur Agami | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pemberin Kortikosteroid topikal dalam bidang dermatologi...

Description

REFERAT “PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL DALAM BIDANG DERMATOLOGI"

Disusun Oleh  Nur Agami

1110221129

Pembimbing : dr. Ismiralda Oke P., Sp.KK 

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO 2013

1

LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT “PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID TOPIKAL DALAM BIDANG DERMATOLOGI"

Disusun Oleh  Nur Agami

1110221129

REFERAT

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik  di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD. Prof. Dr. Margono Soekardjo

Disetujui dan disahkan,  pada tanggal .... Januari 2013

Pembimbing

dr. Ismiralda Oke P.,Sp.KK 

2

BAB I PENDAHULUAN

Kortikosteroid merupakan obat yang mempunyai khasiat dan indikasi klinis yang sangat luas. Kortikosteroid sering disebut sebagai life saving drug. Manfaat dari  preparat ini cukup besar tetapi karena efek samping yang tidak diharapkan cukup  banyak, maka dalam penggunaannya dibatasi termasuk dalam bidang dermatologi kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada pasien. 1,2 Kortik Kor tikost ostero eroid id ada adalah lah der deriva ivatt dar darii hor hormon mon kor kortik tikost ostero eroid id yan yang g dih dihasil asilkan kan ole oleh h kelenjar adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar  gula darah, otot dan resistensi tubuh. 3,4 Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar  yaitu glukokortik glukokortikoid oid dan mineraloko mineralokortikoi rtikoid. d. Berbagai Berbagai jenis kortikostero kortikosteroid id sintetis sintetis telah dibuat dengan tujuan utama untuk mengurangi aktivitas mineralokortikoidnya dan dan

meni mening ngka katk tkan an akti aktivi vitas tas anti antiin infl flam amasi asiny nya, a,

misal misalny nyaa

deks deksam amet etaso ason n

yang yang

mempunyai efek antiinflamasi 30 kali lebih kuat dan efek retensi natrium lebih kecil dibandingkan dengan kortisol. Berdasarkan cara penggunaannya kortikosteroid dapat dibagi dua yaitu kortikosteroid sistemik dan kortikosteroid topikal. Kortikosteroid topikal adalah obat yang digunakan di kulit pada tempat tertentu dan merupakan terapi terapi topika topikall yang yang member memberii piliha pilihan n untuk untuk para para ahli ahli kulit kulit dengan dengan menyed menyediak iakan an  banyak

pilihan

efek

pengobatan

yang

diinginkan,

diantaranya

termasuk 

melembabkan kulit, melicinkan, atau mendinginkan area yang dirawat. 3,4,5 Sebagian besar khasiat yang diharapkan dari pemakaian kortikosteroid adalah sebag sebagai ai anti antiin infla flama masi si,,

anti antial aler ergi gi atau atau imun imunos osup upres resif. if. Kare Karena na khasi khasiat at inil inilah ah

kortikoster kortikosteroid oid banyak banyak digunakan digunakan dalam bidang bidang dermatolog dermatologi. i. Dibidang Dibidang dermatologi dermatologi  pada umumnya lebih ditekankan sebagai obat antialergi. Terapi dengan obat ini  bukan merupakan terapi kausal  melainkan terapi pengendalian atau  paliatif  saja, kecuali kecuali pada insufisiensi korteks korteks adrenal. adrenal. Sejak kortikoster kortikosteroid oid digunakan digunakan dalam  bidang dermatologi, obat tersebut sangat menolong penderita. Berbagai penyakit yang yang dahulu dahulu lama lama penyem penyembuh buhann annya ya dapat dapat dipersi dipersingk ngkat, at, misaln misalnya ya dermat dermatitis itis,,  penyakit berat yang dahulu dapat menyebabkan kematian, misalnya misa lnya pemfigus, angka

3

kematiannya dapat ditekan berkat pengobatan dengan kortikosteroid, demikian pula sindrom Stevens-Jhonson yang berat dan nekrolisis epidermal toksik .3,6 Pengob Pengobata atan n berbag berbagai ai penyak penyakit it kulit kulit dengan dengan menggu menggunak nakan an kortik kortikost ostero eroid id sudah menjadi kegiatan sehari-hari di setiap poliklinik penyakit kulit. Sejak salap hidrokortison asetat pertama kali dilaporkan penggunaannya oleh Sulzberger  pada tahun 1952, perkembangan pengobatan dengan kortikosteroid berjalan dengan pesat. Semakin maju ilmu pengetahuan semakin banyak pula ditemukan berbagai jenis kortikosteroid yang dapat digunakan dengan berbagai keunggulan dan efek samping yang yang semak semakin in sedik sedikit it.. Hal Hal ini ini berk berkat at kema kemaju juan an dala dalam m peng pengeta etahu huan an meng mengen enai ai mekani mekanisme sme kerja kerja serta serta pemaha pemahaman man patoge patogenesi nesiss berbag berbagai ai penyak penyakit, it, khususn khususnya ya menge engen nai

perad eradan ang gan

kuli kulit. t.

Deng Dengan an

berb berbag agai ai

kemaj emajua uan n

ini, ini,

pemak emakai aian an

kortikosteroid menjadi semakin rasional dan efektif. 7

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.

Definisi

Kortikoster Kortikosteroid oid adalah suatu kelompok kelompok hormon steroid steroid yang dihasilkan dihasilkan di  bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas hormon adrenokortikotropik  (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis. Hormon ini berperan pada banyak  sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, pemecahan  protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.8 Kelenj Kelenjar ar adrena adrenall terdiri terdiri dari dari 2 bagian bagian yaitu yaitu bagian bagian kortek kortekss dan medull medulla, a, sedan sedangk gkan an bagi bagian an kort kortek ekss terb terbag agii lagi lagi menj menjad adii 2 zona zona yait yaitu u fasik fasikul ulat ataa dan dan glomerulosa. Zona fasikulata mempunyai peran yang lebih besar dibandingkan zona glomerulosa. Zona fasikulata menghasilkan 2 jenis hormon yaitu glukokortikoid dan mineral mineraloko okorti rtikoi koid. d. Golong Golongan an glukok glukokort ortiko ikoid id adalah adalah kortik kortikost ostero eroid id yang yang efek  efek  utamanya terhadap penyimpanan glikogen hepar dan khasiat anti-inflamasinya nyata, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil atau tidak berarti.  Prototip untu untuk k golo golong ngan an ini ini adal adalah ah kort kortiso isoll dan dan korti kortiso son, n, yang yang meru merupa paka kan n glukokortikoid alam. Terdapat juga glukokortikoid sintetik, misalnya prednisolon, triamsinolon, dan betametason. 3,9 Golon Gol ongan gan min mineral eraloko okorti rtikoi koid d ada adalah lah kor kortik tikost ostero eroid id yan yang g efek uta utaman manya ya terhadap terhad ap keseim keseimbanga bangan n air dan elektrolit menimbulkan efek  retensi Na dan deplesi K , sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan glikogen hepar sangat kecil. Oleh karena itu mineralokortikoid jarang digunakan dalam terapi.  Prototip dari golongan ini adalah desoksikortikosteron desoksikortikosteron.. Umumnya golongan ini tidak mempunyai khasiat anti-inflamasi yang berarti, kecuali 9 α-fluorokortisol , meskipun demikian sediaan inii ti in tida dak k pe pern rnah ah di digu guna naka kan n seb sebag agai ai ob obat at an anti ti-in -infla flama masi si ka karen renaa ef efek ekny nyaa pa pada da keseim kes eimban bangan gan air dan elek elektro trolit lit ter terlal lalu u bes besar. ar. Ber Berdasa dasarka rkan n cara pen penggu ggunaa naanny nnyaa kortik kor tikost ostero eroid id dap dapat at dib dibagi agi dua yai yaitu tu kor kortik tikost ostero eroid id sist sistemi emik k dan kor kortik tikoste osteroi roid d topikal.1,3,9

5

2.

Farmakologi

Semu emua

hormo rmon

stero eroid

sam sama-sam sama

mempunyai

rumus

bang angun

 siklopentanoperhidrofenantren 17-karbon dengan 4 buah cincin yang diberi label A  – D (Gambar 1). Modifikasi dari struktur cincin dan struktur luar akan mengak mengakiba ibatka tkan n peruba perubahan han pada pada efektiv efektivita itass dari dari steroid steroid tersebu tersebut. t. Atom Atom karbon karbon tambahan dapat ditambahkan pada posisi 10 dan 13 atau sebagai rantai samping yang terikat pada C17. Semua steroid termasuk glukokortikosteroid mempunyai struktur  dasar 4 cincin kolestrol dengan 3 cincin heksana dan 1 cincin pentana. 2,3,9,11 Hormon steroid adrenal disintesis dari kolestrol yang terutama berasal dari  plasma. Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian dengan  bantuan enzim diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 21 atom karbon dan androg androgen en lemah lemah dengan dengan 19 atom atom karbon karbon.. Sebagi Sebagian an besar besar kolest kolestero eroll yang yang digunakan digunakan untuk steroidogenesis steroidogenesis ini berasal dari luar (eksogen), baik pada keadaan keadaan  basal maupun setelah pemberian ACTH.9 Dala Dalam m kort kortek ekss adre adrena nall kort kortik ikos oste tero roid id tida tidak k disi disimp mpan an sehin sehingg ggaa haru haruss disintesis terus menerus. Bila biosintesis berhenti, meskipun hanya untuk beberapa menit saja, jumlah yang tersedia dalam kelenjar adrenal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan normal. Oleh karenanya karenanya kecepatan kecepatan biosintesisn biosintesisnya ya disesuaikan disesuaikan dengan dengan kecepatan sekresinya. Berikut adalah tabel yang menunjukkan kecepatan sekresi dan kadar plasma kortikosteroid terpenting pada manusia. 1,9

Kece Kecepa pata tan n dalam Kortisol Aldosteron

sekr sekres esiiKadar plasma keadaaan(μg/100ml)

optimal (mg/hari) 20 0,125

Jam 08.00 16 0,01

Jam 16.00 4 -

Pada pemeriksaan sampel dengan tes saliva sebanyak 4 kali dalam satu hari yaitu sebelum sarapan pagi hari, siang, sore hari dan pada malam hari sebelum tidur. Pada pagi hari kadar kortisol yang paling tinggi dibandingkan waktu lainnya yang membuat orang menjadi lebih semangat dalam menjalani aktivitasnya. Orang yang sehat sehat pengel pengeluar uaran an kortiso kortisoll mengik mengikuti uti kurva kurva dimana dimana dapat dapat dibuat dibuat grafik grafik mulai mulai

6

menuru menurunny nnyaa kadar kadar kortiso kortisoll hingga hingga kadar kadar terenda terendah h yaitu yaitu pada pada pukul pukul 11 malam malam dibuktikan dengan seseorang yang dapat beristirahat dengan cukup. 12

3.

Mekanisme Kerja

Kortikoster Kortikosteroid oid bekerja bekerja dengan dengan mempengaru mempengaruhi hi kecepatan kecepatan sintesis sintesis protein. protein. Molekul Molekul hormon hormon memasuki memasuki jaringan jaringan melalui membran membran plasma secara difusi pasif di  jaringan target, kemudian bereaksi dengan reseptor steroid. Kompleks ini mengalami  perubahan bentuk, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis  protein ini merupakan perantara efek fisiologis steroid. Pada beberapa jaringan, misalnya hepar, hormon steroid merangsang transkripsi dan sintesis protein spesifik;  pada jaringan lain, misalnya sel limfoid dan fibroblas hormon steroid merangsang sintesis protein yang sifatnya menghambat atau toksik terhadap sel-sel limfoid, hal ini menimbulkan efek katabolik. 1,3,9,11

7

Gambar 1. Gambaran mekanisme kerja kortikosteroid

13

Metabo Metabolism lismee kortik kortikost ostero eroid id sintet sintetis is sama dengan dengan kortik kortikost ostero eroid id alami. alami. Kortisol (juga disebut hydrocortison) hydrocortison) memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk  regulasi metabolisme perantara, fungsi kardiovaskuler, pertumbuhan dan imunitas. Sintesis dan sekresinya diregulasi secara ketat oleh sistem saraf pusat yang sangat sensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan oleh kortisol dalam sirkulasi dan glukokortikoid eksogen (sintetis). Pada orang dewasa normal, disekresi 10-20 mg kortisol setiap hari tanpa adanya stres. Pada plasma, kortisol terikat pada protein 

dalam dalam sirkula sirkulasi. si. Dalam Dalam kondisi kondisi normal normal sekitar sekitar 90% berik berikatan atan dengan dengan globul globulinin-

2

(CBG/ corticosteroid-binding globulin), globulin), sedang sedangkan kan sisanya sisanya sekita sekitarr 5-10% 5-10% terikat terikat lemah atau bebas dan tersedia untuk digunakan efeknya pada sel target. Jika kadar   plasma kortisol melebihi 20-30%, CBG menjadi jenuh dan konsentrasi kortisol bebas  bertambah dengan cepat. Kortikosteroid sintetis seperti dexametason terikat dengan albumin dalam jumlah besar dibandingkan CBG.1 Waktu paruh kortisol dalam sirkulasi, normalnya sekitar 60-90 menit, waktu  paruh dapat meningkat apabila hydrocortisone (prefarat (prefarat farmasi kortisol) diberikan diberikan dalam jumlah besar, atau pada saat terjadi stres, hipotiroidisme atau penyakit hati. Hanya 1% kortisol diekskresi tanpa perubahan di urin sebagai kortisol bebas, sekitar  20% kortisol diubah menjadi kortison di ginjal dan jaringan lain dengan reseptor  mineral mineraloko okorti rtikoi koid d sebelu sebelum m mencap mencapai ai hati. hati. Peru Peruba baha han n struk struktu turr kimi kimiaa sanga sangatt mempengaruhi kecepatan absorpsi, mula kerja dan lama kerja juga mempengaruhi

8

afinitas terhadap reseptor, dan ikatan protein. Prednison protein.  Prednison adalah prodrug  adalah prodrug yang yang dengan cepat diubah menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh. 1 Kortisol Kortisol dan analog sintetiknya sintetiknya dapat mencegah mencegah atau menekan timbulnya timbulnya gejala inflamasi akibat radiasi, infeksi, zat kimia, mekanik, atau alergen. Secara mikroskopik obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu  proliferasi kapiler dan fibroblast, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks. Hal ini karena efeknya yang besar terhadap konsentrasi, distribusi dan fungsi leukosit  perifer dan juga disebabkan oleh efek supresinya terhadap cytokyne dan chemokyne imflamasi serta mediator inflamasi lipid dan glukolipid lainnya. Inflamasi, tanpa memperhatik memperhatikan an penyebabny penyebabnya, a, ditandai ditandai dengan dengan ekstravasasi ekstravasasi dan infiltrasi infiltrasi leukosit leukosit kedalam kedalam jaringan jaringan yang mengalami mengalami inflamasi. inflamasi. Peristiwa Peristiwa tersebut tersebut diperantarai diperantarai oleh serangkaian interaksi yang komplek dengan molekul adhesi sel, khususnya yang  berada pada sel endotel dan dihambat oleh glukokortikoid. Sesudah pemberian dosis tunggal glukokortikoid dengan masa kerja pendek, konsentrasi neutrofil meningkat , sedang sedangkan kan limfos limfosit, it, monosi monositt dan eosino eosinofil fil dan basofil basofil dalam dalam sirkula sirkulasi si tersebu tersebutt  berkurang jumlahnya. Perubahan tersebut menjadi maksimal dalam 6 jam dan meng menghi hila lang ng setel setelah ah 24 jam. jam. Peni Pening ngka kata tan n neut neutro rofi fill terse tersebu butt diseb disebab abka kan n oleh oleh  peningkatan aliran masuk ke dalam darah dari sum-sum tulang dan penurunan migrasi dari pembuluh darah, sehingga menyebabkan penurunan jumlah sel pada tempat inflamasi.1 Glukokortikoid juga menghambat fungsi makrofag jaringan dan sel penyebab antige antigen n lainnya lainnya.. Kemamp Kemampuan uan sel tersebu tersebutt untuk untuk bereak bereaksi si terhad terhadap ap antige antigen n dan mitoge mitogen n dituru diturunka nkan. n. Efek Efek terhada terhadap p makrof makrofag ag terseb tersebut ut terutama terutama menand menandai ai dan membatasi kemampuannya untuk memfagosit dan membunuh mikroorganisme serta menghasilkan tumor nekrosis factor-a, interleukin-1, metalloproteinase dan activator   plasminogen. Selain efeknya terhadap fungsi leukosit, glukokortikoid mempengaruhi reaksi reaksi inflam inflamasi asi dengan dengan cara menuru menurunka nkan n sintes sintesis is prostag prostaglan landin din,le ,leuko ukotri trien en dan  platelet-aktivating factor. 1

9

Gambar 2. Gambar mekanisme inflamasi

14

Efek katabolik dari kortikosteroid bisa dilihat pada kulit sebagai gambaran dasar dan sepanjang penyembuhan luka. Konsepnya berguna untuk memisahkan efek  ke dalam sel atau struktur-struktur yang bertanggungjawab pada gambaran klinis ; keratinosik  (atropi epidermal, re-epitalisasi lambat), produksi fibrolas mengurangi kola kolage gen n dan dan baha bahan n dasar dasar (atr (atrop opii derm dermal al,, stria striae) e),, efek efek vask vaskul uler er keba kebany nyak akan an  berhubungan dengan jaringan konektif konektif vaskuler  vaskuler  (telangiektas telangiektasis, is, purpura purpura), ), dan dan kerusakan angiogenesis (pembe (pembentu ntukan kan jaring jaringan an granul granulasi asi yang yang lambat lambat). ). Khasiat Khasiat gluk glukok okor orti tiko koid id

adal adalah ah

sebag sebagai ai

anti anti

rada radang ng

setem setempa pat, t,

anti anti-pr -prol olif ifer erati atif, f,

dan dan

imunosupresif. Melalui proses penetrasi, glukokortikoid masuk ke dalam inti sel-sel lesi, lesi, berika berikatan tan dengan dengan kromat kromatin in gen tertent tertentu, u, sehing sehingga ga aktivi aktivitas tas sel-sel sel-sel tersebu tersebutt mengal mengalami ami peruba perubahan han.. Sel-sel Sel-sel ini dapat dapat mengha menghasilk silkan an protei protein n baru baru yang yang dapat dapat membentuk atau menggantikan sel-sel yang tidak berfungsi, menghambat mitosis (anti-proliferatif), bergantung pada jenis dan stadium proses radang. Glukokotikoid  juga dapat mengadakan stabilisasi membran lisosom, sehingga enzim-enzim yang dapat merusak jaringan tidak dikeluarkan. 3,11 Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak dan tersering dipakai. Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada jenis kortikosteroid dan penetrasi. Pote Potens nsii

kort kortik ikos oste tero roid id

dite ditent ntuk ukan an

berd berdas asar arka kan n

kema kemamp mpua uan n

meny menyeb ebab abka kan n

vasokontriksi pada kulit hewan percobaan dan pada manusia. Jelas ada hubungan dengan struktur kimiawi. Kortison, misalnya, tidak berkhasiat secara topikal, karena

10

kortison di dalam tubuh mengalami transformasi menjadi dihidrokortison, sedangkan di kuli kulitt tidak tidak menj menjad adii pros proses es itu. itu. Hidr Hidrok okor orti tiso son n efekt efektif if secar secaraa topi topika kall mula mulaii konsen konsentra trasi si 1%. Sejak Sejak tahun tahun 1958, 1958, moleku molekull hidrok hidrokort ortiso ison n banyak banyak mengal mengalami ami  perubahan. Pada umumnya molekul hidrokortison yang mengandung fluor  digolongkan kortikosteroid poten. Penetrasi perkutan lebih baik apabila yang dipakai adalah vehikulum yang bersifat tertutup. Di antara jenis kemasan yang tersedia yaitu krem, gel, lotion, salep, fatty ointment (paling baik penetrasinya). Kortikosteroid hanya sedikit diabsorpsi setelah pemberian pada kulit normal, misalnya, kira-kira 1% dari dari dosi dosiss laru laruta tan n hidr hidrok okor orti tiso son n yang yang dibe diberi rika kan n pada pada lenga lengan n bawa bawah h vent ventral ral diabsorpsi. Dibandingkan absorpsi di daerah lengan bawah, hidrokortison diabsorpsi 0,14 kali yang melalui daerah telapak kaki, 0,83 kali yang melalui daerah telapak  tangan, 3,5 kali yang melalui tengkorak kepala, 6 kali yang melalui dahi, 9 kali melalui vulva, dan 42 kali melalui kulit scrotum. Penetrasi ditingkatkan beberapa kali  pada daerah kulit yang terinfeksi dermatitis atopik ; dan pada penyakit eksfoliatif   berat, seperti psoriasis eritodermik, tampaknya sedikit sawar untuk penetrasi.2,3,11 Efektivitas kortisteroid bisa akibat dari sifat immunosupresifnya. Mekanisme yang terlibat dalam efek ini kurang diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa kortik kortikost ostero eroid id bisa bisa menyeb menyebabk abkan an pengur pengurang angan an sel mast pada pada kulit. kulit. Hal ini bisa bisa menjelaskan menjelaskan penggunaa penggunaan n kortikostero kortikosteroid id topikal topikal pada terapi urtikariapig urtikariapigmento mentosa. sa. Meka Mekani nism smee sebe sebena narn rnya ya dari dari efek efek anti anti-in -infl flam amasi asi sanga sangatt komp komple leks ks dan dan kuran kurang g dimengerti. Dipercayai bahwa kortikosteroid menggunakan efek anti-inflamasinya dengan menginhibisi pembentukan prostaglandin dan derivat lain pada jalur asam arak arakid idon onik ik..

Meka Mekani nism smee

lain lain

yang yang

turu turutt

memb member erik ikan an

efek efek

anti anti-i -inf nfla lama masi si

kortikoster kortikosteroid oid adalah menghibisi menghibisi proses fagositosis dan menstabilisas menstabilisasii membran membran lisosom dari sel-sel fagosit. 2,3,11

4.

Klasifikasi

Meskipun Meskipun kortikoster kortikosteroid oid mempunyai mempunyai berbagai berbagai macam aktivitas aktivitas biologik, biologik, umumnya potensi sediaan alamiah maupun yang sintetik ditentukan oleh besarnya efek retensi natrium dan penyimpanan glikogen di hepar atau besarnya khasiat antiinflamasinya. Sediaan kortikosteroid sistemik dapat dibedakan menjadi tiga golongan

11

 berdasarkan masa kerjanya, potensi glukokortikoid, dosis ekuivalen dan potensi mineralokortikoid. 1,2,5,6,9

Tabel 1. Perbandingan potensi relatif dan dosis ekuivalen beberapa sediaan kortikosteroid 15

Keterangan: * hanya berlaku untuk pemberian oral atau IV. S = kerja singkat (t1/2 biologik 8-12 jam) I = intermediate, kerja sedang (t1/2 biologik 12-36 jam) L = kerja lama (t1/2 biologik 36-72 jam)

Pada tabel diatas terlihat bahwa triamsinolon, parametason, betametason, dan deksametason deksametason tidak mempunyai mempunyai efek mineraloko mineralokortikoi rtikoid. d. Hampir Hampir semua golongan golongan kortikosteroid mempunyai efek glukokortikoid. Pada tabel ini obat disusun menurut kekuatan (potensi) dari yang paling lemah sampai yang paling kuat. Parametason,  betametason, dan deksametason mempunyai potensi paling kuat dengan waktu paruh 36-72 jam. Sedangkan kortison dan hidrokortison mempunyai waktu paruh paling singkat yaitu kurang dari 12 jam. Harus diingat semakin kuat potensinya semakin  besar efek samping yang terjadi.5

12

Efekti Efektifita fitass kortik kortikster steroid oid berhub berhubung ungan an dengan dengan 4 hal yaitu yaitu vasokonstriksi, (antimitosi (antimitosis) s) antiprolife antiproliferatif, ratif, immunosup immunosupresif resif dan antiinflam antiinflamasi. asi. Steroid Steroid topikal topikal menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah di bagian superfisial dermis, yang akan mengurangi mengurangi eritema. eritema. Kemampuan Kemampuan untuk untuk menyebabk menyebabkan an vasokontri vasokontriksi ksi ini biasanya biasanya  berhubungan dengan potensi anti-inflamasi, dan biasanya vasokontriksi ini digunakan sebagai suatu tanda untuk mengetahui aktivitas klinik dari suatu agen. Kombinasi Kombinasi ini digunakan digunakan untuk membagi membagi kortikoster kortikosteroid oid topikal topikal mejadi 7 golongan golongan  besar, diantaranya Golongan I yang paling kuat daya anti-inflamasi dan antimi antimitot totikn iknya ya (super (super poten) poten).. Sebali Sebalikny knyaa golong golongan an VII yang yang terlema terlemah h (poten (potensi si lemah).2

Tabel 2. Penggolongan kortikosteroid kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis :2,3,6,11 Klasifikasi

Nama Dagang

Nama Generik  

13

Golongan 1: (super poten) Diprolene ointment Diprolene AF cream Psorcon ointment Temovate ointment Temovate cream Olux foam Ultravate ointment Ultravate cream

Golo Golon ngan gan tinggi)

Golo Golong ngan an tinggi)

Golo Golong ngan an medium)

II: II:

III: III:

IV: IV:

(pot potens ensi Cyclocort ointment Diprosone ointment Elocon ointment Florone ointment Halog ointment Halog cream Halog solution Lidex ointment Lidex cream Lidex gel Lidex solution Maxiflor ointment Maxivate ointment Maxivate cream Topicort ointment Topicort cream Topicort gel (pot (poten ensi si Aristocort A ointment Cultivate ointment Cyclocort cream Cyclocort lotion Diprosone cream Flurone cream Lidex E cream Maxiflor cream Maxivate lotion Topicort LP cream Valisone ointment (pot (poten ensi si Aristocort ointment Cordran ointment Elocon cream Elocon lotion Kenalog ointment Kenalog cream Synalar ointment

0,05% betamethason dipropionate 0,05% diflorasone diacetate 0,05% clobetasol propionate

0,05% halobetasol propionate

0,1% amcinonide 0,05% betamethasone dipropionate 0,01% mometasone fuorate 0,05% diflorasone diacetate 0,01% halcinonide

0,05% fluocinonide

0,05% diflorasone diacetate 0,05% betamethasone dipropionate 0,25% desoximetasone 0,05% desoximetasone 0,1% triamcinolone acetonide 0,005% fluticasone propionate 0,1 amcinonide 0,05% betamethasone dipropionate 0,05% diflorosone diacetate 0,05% fluocinonide 0,05% diflorosone diacetate 0,05% betamethasone dipropionate 0,05% desoximetasone 0,01% betamethasone valerate 0,1% triamcinolone acetonide 0,05% flurandrenolide 0,1% mometasone furoate 0,1% triamcinolone acetonide 0,025% fluocinolone acetonide

14

Westcort ointment Golongan medium)

Golo Golong ngan an medium)

Golo Golong ngan an lemah)

5.

V:

VI: VI:

VII: VII:

0,2% hydrocortisone valerate

(potensi Cordran cream Cutivate cream Dermatop cream Diprosone lotion Kenalog lotion Locoid ointment Locoid cream Synalar cream Tridesilon ointment Valisone cream Westcort cream

0,05% flurandrenolide 0,05% fluticasone propionate 0,1% prednicarbate 0,05% betamethasone dipropionate 0,1% triamcinolone acetonide 0,1% hydrocortisone butyrate

(pot (poten ensi si Aclovate ointment Aclovate cream Aristocort cream Desowen cream Kenalog cream Kenalog lotion Locoid solution Synalar cream Synalar solution Tridesilon cream Valisone lotion

0,05% aclometasone

0,025% fluocinolone acetonide 0,05% desonide 0,1% betamethasone valerate 0,2% hydrocortisone valerate

0,1% triamcinolone acetonide 0,05% desonide 0,025% triamcinolone acetonide 0,1% hydrocortisone butyrate 0,01% fluocinolone acetonide 0,05% desonide 0,1% betamethasone valerate

topical dengan (pot (poten ensi si Obat hidrokortison, dekametason, glumetalone,  prednisolone, dan metilprednisolone

Penggunaan Penggunaan Klinik 

Kortik Kortikost ostero eroid id topika topikall dengan dengan potens potensii kuat kuat belum belum tentu tentu merupa merupakan kan obat obat  pilihan untuk suatu penyakit kulit. Perlu diperhatikan bahwa kortikosteroid topikal  bersifat  paliatif  dan  supresif  terh terhad adap ap peny penyak akit it kuli kulitt dan dan buka bukan n meru merupa paka kan n  pengobatan kausal. Biasanya pada kelainan akut dipakai kortikosteroid dengan  potensi lemah contohnya pada anak-anak dan usia lanjut, sedangkan pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang contonya pada dermatitis kontak alergik, dermat dermatiti itiss seboro seboroik ik dan dermat dermatitis itis intert intertrig rigino inosa. sa. Jika Jika kelain kelainan an kronis kronis dan tebal tebal

15

dipaka dipakaii kortik kortikost ostero eroid id potensi potensi kuat kuat contoh contohnya nya pada pada psoria psoriasis, sis, dermat dermatiti itiss atopik atopik,, dermatitis dishidrotik, dan dermatitis numular. 2,3,6,11 Pada dermatitis atopik yang penyebabnya belum diketahui, kortikosteroid dipakai dengan harapan agar  remisi lebih lebih cepat cepat terjadi terjadi.. Yang Yang harus harus diperh diperhati atikan kan adalah adalah kadar kadar kandun kandungan gan steroid steroidnya nya.. Dermat Dermatosi osiss yang yang kurang kurang respons responsif if terhada terhadap p kortikosteroid ialah lupus eritematousus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipiodika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken  planus, pemfigoid, eksantema fikstum. Erupsi eksematosa biasanya diatasi dengan salep hidrokortison 1%. Pada penyakit kulit akut dan berat serta pada eksaserbasi  penyakit kulit kronik, kortikosteroid kortikosteroid diberikan secara sistemik. 2,3,11 Pada pemberian kortikosteroid sistemik yang paling banyak digunakan adalah  prednison karena telah lama digunakan dan harganya murah. Bila ada gangguan hepar hepar diguna digunakan kan predni prednisol solon on karena karena predni prednison son dimeta dimetabol bolism ismee di hepar hepar menjad menjadii  prednisolon. Kortikosteroid yang memberi banyak efek mineralkortikoid jangan dipakai pada pemberian long term (lebih daripada sebulan). Pada penyakit berat dan sukar menelan, misalnya toksik epidermal nekrolisis dan sindrom Stevens-Jhonson harus diberikan kortikosteroid dengan dosis tinggi biasa secara intravena. Jika masa krit kritis is tela telah h diat diatasi asi dan dan pend pender erit itaa telah telah dapa dapatt mene menela lan n diga digant ntii deng dengan an table tablett  prednison.6 Pengobatan kortikosteroid pada bayi dan anak harus dilakukan dengan lebih hati-hati. Penggunaan pada anak-anak memiliki efektifitas yang tinggi dan sedikit efek samping terhadap pemberian kortikosteroid topikal dengan potensi lemah dan dalam dalam jangka jangka waktu waktu yang yang singka singkat. t. Sedang Sedangkan kan pada pada bayi bayi memilik memilikii risiko risiko efek  efek  samping samping yang tinggi karena kulit bayi masih belum sempurna sempurna dan fungsinya fungsinya belum  berkembang seutuhnya. Secara umum, kulit bayi lebih tipis, ikatan sel-sel epidermisnya masih longgar, lebih cepat menyerap obat sehingga kemungkinan efek  toksis lebih cepat terjadi serta sistem imun belum berfungsi secara sempurna Pada  bayi prematur lebih berisiko karena kulitnya lebih tipis dan angka penetrasi obat topikal sangat tinggi. 2,11 Pada  geriatri memiliki kulit yang tipis sehingga penetrasi steroid topikal meningkat. Selain itu, pada geriatric juga telah mengalami mengalami kulit yang atropi atropi sekund sekunder er karena karena proses proses penuaa penuaan. n. Kortik Kortikost ostero eroid id topika topikall harus harus diguna digunakan kan secara tidak sering, waktu singkat dan dengan pengawasan yang ketat. 1,2

16

Kortik Kortikost ostero eroid id topika topikall tidak tidak seharus seharusnya nya dipaka dipakaii sewakt sewaktu u hamil hamil kecual kecualii dinyat dinyataka akan n perlu perlu atau atau sesuai sesuai oleh oleh dokter dokter untuk untuk wanita wanita yang yang hamil. hamil. Pada Pada kasus kasus kelahiran prematur, sering digunakan steroid untuk mempercepat kematangan paru paru janin (standar pelayanan). Percobaan pada hewan menunjukkan penggunaan kortik kortikost ostero eroid id pada pada kulit kulit hewan hewan hamil hamil akan akan menyeb menyebabk abkan an abnorm abnormali alitas tas pada pada  pertumbuhan fetus. Percobaan pada hewan tidak ada kaitan dengan efek pada manusi manusia, a, tetapi tetapi mungki mungkin n ada sediki sedikitt resiko resiko apabil apabilaa steroid steroid yang yang mencuk mencukupi upi di absorb absorbsi si di kulit kulit memasu memasuki ki aliran aliran darah darah wanita wanita hamil hamil terutam terutamaa pada pada penggu penggunaa naan n dalam jumlah yang besar, jangka waktu lama dan steroid potensi potensi tinggi. Analisis Analisis yang baru saja dilakukan memperlihatkan hubungan yang kecil tetapi penting antara kehamilan terutama trisemester pertama dengan bimbing sumbing. Kemungkinannya 1 % dapa dapatt terj terjad adii cleft cleft lip lip atau cleft cleft palate palate saat penggu penggunaa naan n steroid steroid selama selama kehamilan. Kortikosteroid sistemik yang biasa digunakan pada saat kehamilan adalah  prednison dan kortison. Sedangkan untuk topikal biasa digunakan hidrokortison dan  betametason. Begitu juga pada waktu menyusui, penggunaan kortikosteroid topikal harus harus dihind dihindari ari dan diperh diperhati atikan kan.. Belum Belum diketa diketahui hui dengan dengan pasti pasti apakah apakah steroid steroid topikal diekskresi melalui ASI, tetapi sebaiknya tidak digunakan pada wanita sedang menyusui.1,2,16 Kortik Kortikost ostero eroid id dapat dapat menyeb menyebabk abkan an ganggu gangguan an mental mental bagi bagi penggu penggunan nanya. ya. Rata-ra Rata-rata ta dosis dosis yang yang dapat dapat menyeb menyebabk abkan an ganggu gangguan an mental mental adalah adalah 60 mg/har mg/hari, i, sedangkan dosis dibawah 30 mg/hari tidak bersifat buruk pada mental penggunanya. Bagi pengguna yang sebelumnya memiliki gangguan jiwa dan sedang menggunakan  pengobatan kortikosteroid sekitar 20% dapat menginduksi timbulnya gangguan mental sedangkan 80% tidak. 17

6.

Dosis dan Mekanisme Pemberian

Pada Pada saat memili memilih h kortik kortikost ostero eroid id topika topikall dipili dipilih h yang yang sesuai, sesuai, aman, aman, efek  samping sedikit dan harga murah, disamping itu ada beberapa faktor yang perlu di  pertimbangkan yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi, dalam/dangkalnya lesi dan lokalisasi lesi. Perlu  juga dipertimbangkan umur penderita penderita 3,11

17

Steroi Steroid d topika topikall terdir terdirii dari dari berbag berbagai ai macam macam vehikulum dan bentuk bentuk dosis. dosis. Salep (ointments (ointments)) ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar   berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. Jenis ini merupakan yang terbaik untuk pengobatan kulit yang kering karena banyak mengandung pelembab. Selain itu juga baik untuk pengobatan  pada kulit yang tebal contoh telapak tangan dan kaki. Salep mampu melembabkan stratum korneum sehingga meningkatkan penyerapan dan potensi obat. Krim adalah suspensi suspensi minyak dalam air. Krim memiliki memiliki komposisi komposisi yang bervariasi dan biasanya biasanya lebih berminyak dibandingkan ointments tetapi berbeda pada daya hidrasi terhadap kulit. Banyak pasien lebih mudah menemukan krim untuk kulit dan secara kosmetik  lebih baik dibandingkan ointments. Meskipun itu, krim terdiri dari emulsi dan bahan  pengawet yang mempermudah terjadi reaksi alergi pada beberapa pasien. Lotion (bedak kocok) tediri atas campuran air dan bedak, yang biasanya ditambah dengan gliserin gliserin sebagai bahan perekat, lotion mirip dengan krim.  Lotion terdiri terdiri dari agents yang yang memban membantu tu melaru melarutka tkan n kortik kortikost ostero eroid id dan lebih lebih mudah mudah menyeb menyebar ar ke kulit. kulit. Solution tidak mengandung minyak tetapi kandungannya terdiri dari air, alkohol dan  propylene glycol . Gel komponen solid pada suhu kamar tetapi mencair pada saat kontak dengan kulit. Lotion, solution, dan gel memiliki daya penyerapan yang lebih rendah dibandingkan ointment  tetapi berguna pada pengobatan area rambut contoh  pada daerah scalp dimana lebih berminyak dan secara kosmerik lebih tidak nyaman  pada pasien.2,6 Pada Pada umumny umumnyaa dianju dianjurka rkan n pemaka pemakaian ian salep salep 2-3 x/hari x/hari sampai sampai penyak penyakit it tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis. takifilaksis. Takifilaksis ialah menuru menurunny nnyaa respon responss kulit kulit terhada terhadap p glukok glukokort ortiko ikoid id karena karena pember pemberian ian obat obat yang yang  berulang-ulang berupa toleransi akut yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang menghilang,, setelah diistirahatkan diistirahatkan beberapa beberapa hari efek vasokonstri vasokonstriksi ksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan obat tetap dilanjutkan. Lama  pemakaian kortikosteroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk steroid  potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu minggu untuk potensi kuat. 2,3,9

Ada beberapa cara pemakaian dari kortikosteroid topikal, yakni : 3,11

1.

Pemakaian kortikosteroid topikal poten tidak dibenarkan pada bayi dan anak.

18

2.

Pemaka Pemakaian ian kortik kortikost ostero eroid id poten poten oran orang g dewasa dewasa hany hanyaa 40 gram gram per per minggu minggu,, sebaiknya jangan lebih lama dari 2 minggu. Bila lesi sudah membaik, pilihlah salah satu dari golongan sedang dan bila perlu diteruskan dengan hidrokortison asetat 1%.

3.

Jangan menyan menyangka gka bahwa bahwa kortikoste kortikosteroid roid topikal topikal adalah adalah obat obat mujarab mujarab (panacea) (panacea) untuk semua dermatosis. Apabila diagnosis suatu dermatosis tidak jelas, jangan pakai kortikosteroid poten karena hal ini dapat mengaburkan ruam khas suatu dermatosis. Tinea dan scabies scabies incognito incognito adalah tinea dan scabies dengan dengan gambaran gambaran klinik tidak  khas disebabkan pemakaian kortikosteroid. Pada Pada pengob pengobata atan n berbag berbagai ai dermat dermatosi osiss dengan dengan kortik kortikost ostero eroid, id, bila bila telah telah mengalami perbaikan dosisnya diturunkan berangsur-angsur agar penyakitnya tidak  mengalami eksaaserbasi, tidak terjadi supresi korteks kelenjar adrenal dan sindrom  putus obat. Jika terjadi supresi korteks kelenjar adrenal, penderita tidak dapat melawan stress. Supresi terjadi kalau dosis prednison meebihi 5 mg per hari dan kalau lebih dari sebulan. Pada sindrom putus obat terdapat keluhan lemah, lelah, anoreksia dan demam ringan yang jaranng melebihi 39ºC.

6

Penggu Pen ggunaa naan n glu glukok kokort ortiko ikoid id jan jangk gkaa pan panjan jang g yai yaitu tu leb lebih ih dar darii 3 samp sampai ai 4 minggu perlu dilakukan penurunan dosis secara perlahan-lahan untuk mencari dosis  pemeliharaan dan menghindari terjadi supresi adrenal. Cara penurunan yang baik  dengan den gan men menuka ukarr dar darii dos dosis is tun tungga ggall men menjad jadii dos dosis is sela selang ng seh sehari ari dii diikut kutii den dengan gan  penurunan jumlah dosis obat. Untuk mencegah terjadinya supresi korteks kelenjar adrenal kortikosteroid dapat diberikan selang sehari sebagai dosis tunggal pada pagi hari (jam8), karena kadar kortisol tertinggi dalam darah pada pagi hari. Keburukan pemberian dosis sela se lan ng se seha hari ri ia iala lah h pa pad da har arii be beba bass oba batt pen eny yak akit it da dap pat ka kam mbu buh. h. Un Untu tuk  k  mencegahnya, pada hari yang seharusnya bebas obat masih diberikan kortikosteroid dengan dosis yang lebih rendah daripada dosis pada hari pemberian obat. Kemudian  perlahan-lahan dosisnya diturunkan. Bila dosis telah mencapi 7,5 mg prednison, selanjutnya pada hari yang seharusnya bebas obat tidak diberikan kortikosteroid lagi. Alasannya ialah bila diturunkan berarti hanya 5 mg dan dosis ini merupakan dosis fisiologik. Seterusnya dapat diberikan selang sehari. 6 Tabel 3. Berbagai penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid beserta dosisnya:1,6

19

Nama penyakit

Macam kortikosteroid dan dosisnya sehari

Dermatitis Erupsi alergi obat ringan SJS berat dan NET Eritrodermia Reaksi lepra DLE Pemfigoid bulosa Pemfigus vulgaris Pemfigus foliaseus Pemfigus eritematosa Psoriasis pustulosa Reaksi Jarish-Herxheimer 

Prednison 4x5 mg atau 3x10mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Deksametason 6x5 mg Prednison 3x10 mg atau 4x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 3x10 mg Prednison 40-80 mg Prednison 60-150 mg Prednison 3x20 mg Prednison 3x20 mg Prednison 4x10 mg Prednison 20-40 mg

Dosi Dosiss yang yang tert tertul ulis is iala ialah h dosi dosiss pato patoka kan n untu untuk k oran orang g dewa dewasa sa menu menuru rutt  pengalaman, tidak bersifat mutlak karena bergantung pada respons penderita. Dosis untuk anak disesuaikan dengan berat badan / umur. Jika setelah beberapa hari belum tampak perbaikan, dosis ditingkatkan sampai ada perbaikan. 6

7. Sediaan Kortikosteroid Kortikosteroid Topikal

Berbagai Berbagai variasi variasi sediaan sediaan kortikost kortikosteroid eroid tersedia tersedia untuk untuk penggunaa penggunaan n topikal topikal  pada terapi penyakit inflamasi okular. Diantaranya yaitu : 1. Dek Deksame sameta taso son n. Deksametaso Deksametason n diformul diformulasi asi dalam dalam bentuk bentuk suspensi suspensi 0,1 % alkohol, alkohol, solusi sodium phospat dan salaf 0,05 %. Ini merupakan topikal topikal steroid yang paling  poten. Yang mempunyai posisi yang bersamaan dalam meningkatkan resiko efek yang merugikan dari kondisi mata yang tidak menguntungkan. 2. Pred rednisol solon Prednisolo Prednisolon n tersedia dalam bentuk bentuk 0,12 % atau suspensi asetat 1 %, 0,12 %, 0,5 % atau atau solusi solusi sodium sodium phospat phospat 1 % dan salaf salaf phospat phospat 25 %. %. Meskipun Meskipun sediaan sediaan phospate phospate dengan dengan daya larut bifasik , mempunya mempunyaii penetrasi terbaik  terbaik  kedalam kornea yang intak ( dengan menggunakan kendaraan kendaraan phospat ) yang larut dalam air . Perbedaan ini tidak cukup bermakna ketika terjadi inflamasi intra okuler. Derajat penetrasinya tergantung kepada sejumlah konsentrasi dan

frekue frekuensi nsi..

Lebih Lebih lanjut lanjut suspen suspensi si memerlu memerlukan kan

dengan dengan seksam seksamaa 20

 percampuran untuk menjamin konsentrasi steroid maksimal, yang masing mas ing –  masing dihanta dihantarkan, rkan, memperkena memperkenalkan lkan masalah solusi solusi

lebih lebih baik baik pada pada prakti praktisi si klinis klinis..

 prednisolon

tidak hanya

mujarab, mujarab, tetapi

potensial, potensial, yang membuat membuat

Bioava Bioavaibi ibilita litass dan

potens potensii

dari dari

membuatnya sebagai zat anti inflamasi yang

juga meningka meningkatkan tkan dosis dosis keteragantung keteragantungan an dan toksisitas toksisitas

okular. 3. Fluoro Fluoromet methol holon on dan medriso medrison n Fluorometholon (FML) (0,1 % atau 0,25 % ) dan medrison (HMS) (1,0 % ) tersedia dalam bentuk sediaan suspensi mata. Fluorometholon (FML) juga tersedia tersedia dalam bentuk bentuk sediaan salaf 0,1 0,1 % . Obat ini mempunyai mempunyai efek anti anti infla inflama masi si yang yang kuat kuat

dan dan memp mempun unya yaii peng pengaru aruh h yang yang sedik sedikit it terh terhad adap ap

kerusakan mata yang berhubungan dengan pemakaian kortikosteroid (katarak  dan glaukoma).

4. Medo Medoxy xypr prog oges este tero ron n Medoxyprogesteron tidak tersedia dalam bentuk sediaan obat mata, tetapi tersedia untuk obat – obatan rumah sakit dalam bentuk parenteral. ( 0,1 % ). Secara nyata obat ini ini berguna untuk terapi ulkus perifer, inflamasi, penyakit mata luar, karena karena obat ini tidak tidak hanya menurun menurunkan kan infamasi, infamasi, tetapi juga juga menurunkan produksi dari kolagenase, dan mempunyai pengaruh yang sedikit dalam mengurangi produksi kolagenase dibandingkan steroid lain. Obat ini mempunyai potensi yang yang kurang kurang dibandingkan 0,12 % prednisolon. prednisolon. 4.8.9.10

8. Efek Samping

Pada penggunan kortikosteroid topikal efek samping dapat terjadi apabila : 1. Penggunaan Penggunaan kortikoster kortikosteroid oid topikal topikal yang lama dan dan berlebih berlebihan. an. 2. Penggunaan Penggunaan kortik kortikostero osteroid id topikal topikal dengan dengan potensi potensi kuat atau sangat sangat kuat atau atau  penggunaan sangat oklusif.

21

Efek Efek samping samping yang yang tidak tidak diingi diinginka nkan n adalah adalah berhub berhubung ungan an dengan dengan sifat sifat  potensiasinya, tetapi belum dibuktikan kemungkinan efek samping yang terpisah dari  potensi, kecuali mungkin merujuk kepada supresi dari adrenokortikal sistemik. Dengan ini efek samping hanya bisa dielakkan sama ada dengan bergantung pada steroid yang lebih lemah atau mengetahui dengan pasti tentang cara penggunaan, kapan, dan dimana harus digunakan jika menggunakan yang lebih paten. Secara umum umum efek samping samping dari dari kortik kortikost ostero eroid id topika topikall termasu termasuk k atrofi atrofi,, striae striae atrofise atrofise,, tela telang ngie iekt ktas asis is,,

purp purpur ura, a,

derm dermat atos osis is

akne aknefo form rmis is,,

hipe hipert rtri riko kosi siss

sete setemp mpat at,,

hipopigmentasi, dermatitis peroral. Beberapa Beberapa penulis penulis membagi membagi efek samping kortikoster kortikosteroid oid kepada kepada beberapa beberapa tingkat yaitu:

 Efek Epidermal  Epidermal 

Ini termasuk : 1. Peni Penipi pisa san n epid epiderm ermal al yang yang diser diserta taii deng dengan an peni pening ngka kata tan n akti aktivi vitas tas kine kineti tik  k  derm dermal al,, suat suatu u penu penuru runa nan n kete keteba bala lan n rata-r rata-rat ataa lapi lapisan san kerat keratos osit it,, deng dengan an  pendataran dari konvulsi dermo-epidermal. Efek ini bisa dicegah dengan  penggunaan tretinoin topikal secara konkomitan. konkomitan. 2. Inhi Inhibi bisi si dari dari mela melano nosi sit, t, suat suatu u kead keadaa aan n seper seperti ti viti vitili ligo go,, tela telah h dite ditemu muka kan. n. Kompli Komplikas kasii ini muncul muncul pada pada keadaa keadaan n oklusi oklusi steroid steroid atau injeks injeksii steroid steroid intrakutan.  Efek Dermal 

Terjadi penurunan sintesis kolagen dan pengurangan pada substansi dasar. Ini menyebabkan terbentuknya striae dan keadaan vaskulator dermal yang lemah akan meny menyeb ebab abka kan n muda mudah h rupt ruptur ur jika jika terj terjad adii trau trauma ma atau atau terp terpot oton ong. g. Pend Pendara araha han n intradermal yang terjadi akan menyebar dengan cepat untuk menghasilkan suatu blot hemorrhage. hemorrhage. Ini nantinya nantinya akan terserap dan membentuk jaringan parut stelata, yang terlihat seperti usia kulit prematur.



 Efek Vaskular  Vaskular 

22

Efek ini termasuk : 1. Vaso Vasodi dila lata tasi si yang yang terfi terfiks ksasi asi.. Kort Kortik ikos oste tero roid id pada pada awal awalny nyaa meny menyeb ebab abka kan n vasokontriksi pada pembuluh darah yang kecil di superfisial. 2. Fenome Fenomena na reboun rebound. d. Vasokont Vasokontrik riksi si yang yang lama lama akan akan menyeb menyebabk abkan an pembul pembuluh uh darah yang kecil mengalami dilatasi berlebihan, yang bisa mengakibatkan edema, inflamasi lanjut, dan kadang-kadang pustulasi. Terj Terjad adii efek efek samp sampin ing g berg bergan antu tung ng pada pada dosi dosis, s, lama lama peng pengob obat atan an maca macam m kortikoster kortikosteroid. oid. Pada pendek (beberapa (beberapa hari/mingg hari/minggu) u) umumnya umumnya tidak terjadi efek  sampin samping g yang yang gawat. gawat. Sebali Sebalikny knyaa pada pada pengob pengobatan atan jangka jangka panjan panjang g (beber (beberapa apa  bulan/tahun) harus diadakan tindakan untuk untuk mencegah terjadi efek tersebut, yaitu : 6 -

Diet Diet ting tinggi gi prot protein ein dan dan ren renda dah h garam garam

-

Pember Pemberian ian KCl KCl 3 x 500 mg mg sehari sehari untuk untuk oran orang g dewasa, dewasa,jik jikaa terjadi terjadi defisi defisiens ensii K 

-

Obat Obat anabol anabolik ik ACTH ACTH dibe diberi rika kan n 4 ming minggu gu sekali sekali,, yang yang biasan biasanya ya kami kami beri berika kan n ialah ialah ACTH ACTH sintet sintetik ik yaitu yaitu  synacthen depot  sebanyak 1 mg (qoo IU). Pada  pemberian kortikosteroid dosis tinggi dapat diberikan seminggu seminggu sekali

-

Antibi Antibioti otik k perlu perlu diberik diberikan an jika jika dosis dosis predni prednison son meleb melebihi ihi 40 mg mg sehari sehari

-

Antasida Kontraind Kontraindikasi ikasi pada kortikosteroid kortikosteroid terdiri terdiri dari kontraindi kontraindikasi kasi mutlak mutlak dan

relatif relatif.. Pada Pada kontrai kontraindi ndikas kasii absolut absolut,, kortik kortikost ostero eroid id tidak tidak boleh boleh diberik diberikan an pada pada keadaan keadaan infeksi infeksi jamur yang sistemik, sistemik, herpes herpes simpleks simpleks keratitis, keratitis, hipersensitiv hipersensitivitas itas  biasanya kortikotropin dan preparat intravena. Sedangkan kontraindikasi relatif  kort kortik ikos oste tero roid id

dapa dapatt

dibe diberi rika kan n

deng dengan an

alas alasan an

seba sebaga gaii

life life

savi saving ng

drug drugs. s.

Kortikosteroid diberikan disertai dengan monitor yang ketat pada keadaan hipertensi, tuberculosis aktif, gagal jantung, riwayat adanya gangguan jiwa,  positive purified  derivative, glaucoma, depresi berat, diabetes, ulkus peptic, katarak, osteoporosis, kehamilan.18

BAB III KESIMPULAN

23

Kortikosteroid merupakan pengobatan yang paling sering diberikan kepada  pasien. Kortikosteroid adalah derivat dari hormon kortikosteroid yang dihasilkan oleh kelenj kel enjar ar adr adrena enal.. l.. Korti Kortiko kost stero eroid id terb terbag agii kepa kepada da dua dua golo golong ngan an utam utamaa yait yaitu u glukokortikoid dan mineralokortikoid. 1,2,3,10 Berdasarkan Berdas arkan potensi klinisnya dibedakan dibedakan ke dalam beberapa golongan yaitu super sup er pot poten, en, pot potens ensii tin tinggi ggi,, pot potens ensii med medium ium,, dan pot potens ensii lem lemah. ah. Kor Kortik tikost ostero eroid id  bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein yang mana terjadi induksi sintesis protein yang merupakan perantara efek fisiologis steroid. Efek katabolik dari kort ko rtik ikos oste tero roid id bi bisa sa di dili liha hatt pa pada da ku kuli litt seb sebag agai ai ga gamb mbara aran n da dasar sar da dan n se sepa panj njan ang g  penyembuhan luka serta mengurangi akses dari sejumlah limfosit ke daerah inflamasi

yaitu

di

daerah

yang

menghasilkan

vasokontriksi.

Efek Efe k kli klinis nis dar darii kor kortik tikost ostero eroid id top topika ikall ber berhub hubung ungan an den dengan gan emp empat at hal yai yaitu tu : vasokontriksi, efek anti-proliferasi, immunosupresan, dan efek anti-inflamasi. 1,2,3,10 Dari pengalaman klinis dapat diajukan minimal 6 prinsip terapi yang perlu diperhatikan sebelum obat kortikosteroid digunakan: (1) Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial and error, dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit. (2) Suatu dosis tunggal besar  kortik kortikost ostero eroid id umumny umumnyaa tidak tidak berbah berbahaya aya.. (3) Penggu Penggunaa naan n kortik kortikost ostero eroid id untuk  untuk   beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dengan dosis sangat besar. (4) Bila pengobatan pengobatan diperpanjang diperpanjang sampai 2 minggu minggu atau lebih hingga dosis melebihi dosis substitusi, insidens efek samping dan efek letal  potensial akan bertambah. (5) Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat  paliatif karena efek anti-inflamasinya. (6) Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai resiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien. 9 Efek samping dapat terjadi apabila penggunaan kortikosteroid topikal yang lama dan berlebihan serta pada potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan sangat oklusif. Dapat dibagi beberapa tingkat yaitu efek epidermal, dermal, dan vaskular. Efek Efe k sam sampin ping g lok lokal al yan yang g terj terjadi adi mel melipu iputi ti atro atrofi, fi, tel telang angiekt iektasis asis,, stri striae ae atro atrofise fise,,

24

 purpura, dermatosis acneformis, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi, dan dermatitis perioral.3,10

DAFTAR PUSTAKA

Oral Or al Cort Cortic icos oste tero roid id.. 1. Abidin Taufik. 2009. http://www.scribd.com/doc/13461798/Oral-Kortikosteroid

Diunduh

dari

25

2. Free Freeb berg erg. M. Irwi Irwin, n, Eisen isen.. Z. Atrh Atrhu ur, Wolf Wolff. f. Klau Klaus, s, dkk. kk. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Volume II B. Sixth Edition. Edition. Newyork; Newyork; Mc Graw-Hill Medical Publishing Division. 2003; 2381-2387, 2322-2327 3. Maft Maftuh uhah ah.. Husn Husni, i, Abid Abidin in.. Tauf Taufik ik,, Oral Kortikost 2009. Fakult Fakultas as Kortikosteroi eroid. d. 2009. Kedokteran Universitas Mataram. Diunduh dari http://www.scribd.com/doc/13461799/kortikosteroid-topikal 4. Sutar Sutarma man n Putu Putu Ngak Ngakan an,, Roma Roma Juli Julius us.. Pengaruh Pengaruh Kortikost Kortikosteroi eroid d Terh Terhadap adap Sistem Sistem Imun. Imun. Bagian Bagian Ilmu Ilmu Keseha Kesehatan tan Anak Anak Fakult Fakultas as Kedote Kedoteran ran Univer Universita sitass Hasa Hasanu nudd ddin in Ruma Rumah h Saki Sakitt Ujum Ujumg g Pand Pandan ang. g. Cerm Cermin in Duni Duniaa Kedo Kedokt kter eran an  No.85;1993. Diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/13PengaruhKortikosteroid085.pdf/13Pengar  uhKortikosteroid085.html 5. Sular Sularsi sito to Adi Sri Dr, dkk. dkk. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Erupsi Obat Alergik. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 1995; 23-26 6. Djua Djuand nda. a. A, Hamz Hamzah ah.. M, Aisah. Aisah. S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin . Edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 337-347 Mekanismee Kerj Kerja a Kortikost Kortikosteroi eroid d Topikal. Topikal. Bagian 7. Agus Agusni ni Indr Indrop opo. o. Mekanism Bagian Ilmu Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Soetomo. Surabaya; 2001. Diunduh dari http://ojs.lib.unair.ac.id/index.php/bipkk/article/viewFile/191/191

8. Doct Doctor orol olog ogy y Indo Indone nesia sia.. Kort Kortik ikos oste tero roid id http://doctorology.net/?p=61

dan dan

Efek Efek

Samp Sampin ingn gnya ya..

2009.

9. Ganisw Ganiswarn arnaa G Sulist Sulistia. ia. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Balai penerbit FKUI, 1995 ; 484-500 10. 10. Poli Polito to And Andrea rea;; Aboab Aboab Jérôme; Annane Djillali, PhD. Adrenal insufficiency in sepsis. 2009.Diunduhdari http://infoomega3.wordpress.com/2008/05/17/omega-3-3/ 11. Ashari Irwan. 2009. Diunduh Kort Kortik ikos oste tero roid id Topi Topika kal. l. http://irwanashari.blogspot.com/2009/02/kortikosteroid-topikal.html

dari

Stress, s, Insom Insomnia nia and and the Adrena Adrenall Glands Glands (Corti (Cortisol sol and DHEA). DHEA). 2009. 2009. 12. Stres Diunduh dari

26

http://www.nutritionalmedicine.org.uk/phdi/p1.nsf/supppages/franklin? opendocument&part=6 13. http://img.medscape.com/fullsize/migrated/550/721/apt550721.fig1.gif  14. http://www.microbiologybytes.com/iandi/1b.html ynthetic ic Glucoc Glucocoti oticoi coids. ds. 2009. 15. E health links. Synthet http://www.endotext.org/adrenal/adrenal14/ch01s02.html

Diunduh

dari

16. Hati-hati Hati-hati,, Obati Obati Penyakit Penyakit Kulit pada Anak. Agustus 2003. Diunduh dari http://www.kompas.com Psychi hiat atri ricc Adve Advers rsee Drug Drug 17. Hall W.C Richard, M.D. Psyc 2009. Diunduh Steroid Psychosis. http://www.janela1.com/vh/docs/v0002511.htm

18. Corticosteroid. 2009. Diunduh http://emedicine.medscape.com/article/1063590-treatment

Reac Reacti tion ons: s: dari

dari

27

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF