Pembentukan Dan Kriteria Pemakaian Kata

August 9, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pembentukan Dan Kriteria Pemakaian Kata...

Description

 

PEMBENTUKAN DAN KRITERIA PEMAKAIAN KATA

Oleh : Kelompok 7 1. Ni Made Evita Maharani

(28)

2. Putri Nabillah Jakaria

(31)

3. Ni Wayan Megi Ronci Agatha

(32)

4. Putu Arini Listyana Dewi

(43)

5. Ni Wayan Melani

(48)

Kementrian Kemenkes RI Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar 2019

 

 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kami yang berjudul “Pembentukan dan Kriteria Pemakaian Kata” tepat waktu. Tidak Ti dak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan tugas ini. Banyak hal yang akan disampaikan kepada pembaca mengenai makalah kami. Dalam hal ini, kami ingin membahas mengenai proses pembentukan kata dan kriteria pemilihan kata. Kami sebagai penulis mengakui bahwa masih ada banyak kekurangan pada tugas kami. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga tugas ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kami semua tentang alat reproduksi pada manusia.

Denpasar, 08 Agustus 2019

Penyusun

ii

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR DAFTA R ISI .................................. .................................................. ................................. ................................. .................................. ...................... ....iii BAB I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1. 2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1 1. 3 Tujuan Tujuan ............................................. .............................................................. .................................. ................................. ........................ ........ 1 1.4. Manfaat Manfaat ................................ ................................................. .................................. ................................. ................................. ................... .. 2 BAB II  II PEMBAHASAN 2. 1 Pembentukan Kata .................................................................................... 3 2. 2 Kriteria Pemilihan Kata ............................................................................ 17 BAB III  III PENUTUP 3. 1 Simpulan Simpulan ....................................... ....................................................... ................................. ................................. ......................... ......... 26 DAFTAR PUSTAKA.................. ......... ................... ................... .................. ................... ................... ................... ................... ................ ....... 27

iii

 

BAB I

PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kata

merupakan

tatanan

terendah.

Ketika

akan

menulis

atau

membicarakan sesuatu, maka kata akan menjadi kunci utama dalam pembentukan kalimat. Penggunaan kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik agar pesan dari kalimat yang dibuat dapat tersampaikan dengan baik. Namun banyak orang orang yang menyepelekan kaidah-kaidah kaidah-kaid ah pembentukan kata yang benar. Kalimat yang baik dan benar tergantung dari kata-kata yang dipilih serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Selain itu pemilihan kata dalam berkomunikasi

sangat

penting,

dikarenakan

dapat

menjadi

sarana

pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi Tapi jika pemilihan pemiliha n kata k ata kurang tepat t epat dapat menimbulkan miskomunikasi. Pemilihan kata tidak hanya dalam berkomunikasi langsung tapi juga dalam hal penulisan. Sebuah kalimat atau paragraf dikatakan benar apabila dalam pemilihan kata sudah benar. Pemilihan kata juga berpengaruh pada pembacadalam mengartikan kalimat atupun paragraf. 1. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah yang akan dibahas ialah sebagai berikut : 1. 2. 1 Bagaimana proses pembentukan kata? 1. 2. 2 Bagaimana kriteria pemilihan kata? 1. 3 Tujuan  Adapun tujuan dari dari pembua pembuatan tan tugas ini ialah ialah sebagai berikut berikut : 1. 3. 1 Mengetahui proses pembentukan kata. 1. 3. 2 Mengidentifikasi kriteria pemilihan kata. 1. 3. 3 Memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.

1

 

1.4. Manfaat 1. 4. 1 Manfaat praktis Paper ini secara praktis diharapkan dapat memperluas wawasan yang

berkaitan

dengan

pembentukan

dan

kriteria

pemakaian

kata. Selanjutnya kami berharap berh arap paper ini dapat menjadi media m edia pembelajaran bagi mahasiswa. 1. 4. 2 Manfaat teoritis Paper

ini

diharapkan

dapat

memperkaya

wawasan

dan

memperluas pemikiran. Terutama pada pembelajaran pembetukan dan kriteria pemakaian kata.

2

 

BAB II

PEMBAHASAN 2. 1 Pembentukan Kata 2. 1. 1 Pembetukan Kata dengan Awalan Di antara beberapa awalan yang dapat digunakan sebagai pembentuk kata dalam bahasa Indonesia, meng - dan  peng merupakan awalan yang paling banyak menimbulkan masalah. Dikatakan demikian karena awalan itu dapat mengalami perubahan bentuk jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem tertentu. Awalan meng-, misalnya, dapat berubah bentuknya menjadi me-, meny-, men-, mem-, dan menge-. menge-.   Begitu pula halnya dengan awalah  peng-. Seperti awalan meng-, awalan  peng-  juga dapat berubah menjadi pe-, menjadi pe-, peny-, pen-, pem-, pem-, dan dan penge-.  penge-.   2. 1. 1. 1 Perubahan Awalan Meng- dan Peng  Awalan meng- dan dan peng peng- berubah menjadi me- dan dan pe pe-



 jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal fonem //r, /. Misalnya: r, l, m, n, w, y, ng,ny /. meng-// pengmeng peng- + rawat rawat merawat, perawat perawat meng-// pengmeng peng- + lamar lamar melamar, pelamar pelamar meng-// pengmeng peng- + minum minum meminum, peminum peminum meng-

-i + nama menamai

 peng-

-an + nama penamaan





meng-

-i + waris mewarisi



 peng- + waris pewaris pewaris meng-

-kan + yakin meyakinkan

 peng-

-an + yakin peyakinan





meng- + nganga menganga meng-// peng meng peng - + nyanyi menyanyi, penyanyi penyanyi   Awalan meng- dan  peng- berubah menjadi mem dan



 pem- jika  pem jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem / p,  p, b, f, v /.  Misalnya:mengMisalnya:meng-/ peng  /peng - +  pandu memandu, memandu, pemandu pemandu 

3

 

meng-// peng meng peng - + bawa membawa, pembawa pembawa meng-// peng meng peng - + fitnah memfitnah, memfitnah, pemfitnah pemfitnah meng-// peng meng peng - + vonis memvonis, memvonis, pemvonis pemvonis   Awalan meng- dan dan peng peng- berubah menjadi men mendan dan pen pen-



 jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /t, /t, d, c, j, z, sy /. Misalnya: meng-// peng meng peng - + tuduh menuduh, penuduh penuduh meng-// peng meng peng - + dakwah dakwah mendakwah, mendakwah, pendakwah meng-// peng meng peng - + curi mencuri, mencuri, pencuri meN-// peNmeN peN- + jual menjual, penjual penjual meng-

-i + ziarah menziarahi



 peng- + ziarah ziarah penziarah meng-

-i + syukur mensyukuri

 peng-

-an + syukur pensyukuran





  Awalan meng- dan dan pengdan peng peng- tetap menjadi meng dan  peng-



 jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem (k, (k, g, h, kh, dan vokal ). Misalnya: meng-// pengmeng peng- + karang mengarang, pe pengarang ngarang meng-// pengmeng peng- + ganggu ganggu mengganggu, mengganggu, penggangu penggangu meng-// pengmeng peng- + hasut menghasut, penghasut penghasut meng-// pengmeng peng- + khitan mengkhitan, pengkhitan pengkhitan meng-// pengmeng peng- + atur mengatur, mengatur, pengatur meng-// pengmeng peng- + ekor mengekor, pengekor  pengekor   meng-// pengmeng peng- + inap menginap, menginap, penginap meng-

-i + obat mengobati

 peng-

-an + obat pengobatan





meng-// peng meng peng - + ukur mengukur, mengukur, pengukur pengukur   Awalan meng- dan  peng- berubah menjadi meny- dan



 peny- jika  peny jika dirangkaikan dirangkaikan dengan kata dasar dasar yang berawal dengan fonem (s). Misalnya:  Misalnya:   meng-// pengmeng peng- + sayang menyayang, penyayang penyayang meng-// pengmeng peng- + sapa menyapa, menyapa, penyapa penyapa   Awalan meng- dan  peng- berubah menjadi menge menge-- dan



 penge-- jika dirangkaikan dengan kata dasar yang hanya  penge terdiri atas satu suku kata. Misalnya: Misalnya:

4

 

meng-// pengmeng peng- + cat mengecat, mengecat, pengecat pengecat meng-// pengmeng peng- + bom mengebom, pengebom pengebom meng-// pengmeng peng- + las mengelas, mengelas, pengelas pengelas meng-// pengmeng peng- + pel mengepel, pengepel pengepel meng-// peng meng peng - + cek mengecek, mengecek, pengecek pengecek meng-// pengmeng peng- + tes mengetes, mengetes, pengetes pengetes   Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika



mendapat awalan meng- dan dan peng-.  peng-.   Misalnya: meng-// pengmeng peng- + kikis mengikis, pengikis pengikis meng-/ pengmeng-/  peng- + pukul memukul, pemukul pemukul meng-// pengmeng peng- + tukar menukar, menukar, penukar meng-// pengmeng peng- + suntik menyuntik, menyuntik, penyuntik penyuntik Perubahan dan peluluhan dalam proses pembentukan kata tersebut terjadi karena fonem yang bersangkutan, baik fonem nasal maupun fonem lain pada awal kata dasar, mengalami proses nasalisasi, yaitu proses penyesuaian fonem (bunyi) dengan fonem-fonem yang homorgan atau sebunyi. Jadi, proses nasalisasi dan asimilasi bunyi itulah yang menyebabkan timbulnya perubahan dan peluluhan. Beberapa kata bentukan dengan awalan meng- (-kan) dan  peng- (-an) yang pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah, antara lain, adalah mengetrapkan, mentrapkan ,menterapkan, pengetrapan, pentrapan, penglepasan, dan  pengrusakan. Bentukan kata tersebut dikatakan tidak tepat karena proses pembentukannya tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kata  penglepasa  penglepasan n sering digunakan di samping kata  pelepasan,, tetapi keduanya diberi arti yang berbeda. Kata  pelepasan  penglepasan  penglepasa n umumnya diberi makna ‘proses, tindakan, atau hal melepaskan’, melepaskan’, sedangkan  pelepasan diberi makna ’anus’. Kalau ditinjau dari segi kata dasarnya, kedua kata tersebut sebenarnya dibentuk dengan imbuhan dan dasar yang sama, yaitu  peng-..-an + lepas. Sejalan dengan kaidah,

imbuhan  peng-

5

berubah

menjadi  pe-  jika

 

dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan (l  ( l ). ). Oleh

karena

itu,

bentukannya

yang

tepat

adalah

 pelepasan,, bukan penglepasa  pelepasan bukan penglepasan. n. Berbeda dengan hal tersebut, kata  perusakan dan  pengrusakan tidak digunakan untuk menyatakan makna yang berbeda, demikian pula halnya dengan kata  perajin dan pengrajin. dan  pengrajin. Kata dasar dari kedua pasang kata tersebut, kita tahu, berawal dengan fonem (r  ( r ). Dalam kaitan itu, jika dirangkaikan dengan kata dasar yang berawal dengan (r  ( r ), ), awalan pengawalan  peng- berubah menjadi menjadi pemenjadi  pe-.. Atas dasar itu, bentukan kata-kata tersebut yang tepat adalah  perusakan dan

 perajin,

Bandingkan

bukan

dengan

 pengrusakan kata-kata

dan

 pengrajin.

lain, seperti  perawat,

 perawatan, perumus,dan perumus,dan perumusan.  perumusan. Jadi, bentukan katakata tersebut,terdapat kata yang baku dan kata yang tidak baku. Menurut kaidah, fonem (t  (t ) dan (k  (k ), ), seperti halnya (  p) p) dan (s), pada awal kata dasar mengalami peluluhan jika dirangkaikan dengan imbuhan meng- (dan  peng ), baik disertai akhiran maupun tidak. Oleh karena itu,bentukan kata-kata itu yang tepat adalah menerjemahk menerjemahkan, an, menaati, dan mengaitkan, bukan, menterjemahkan, mentaati, dan mengkaitkan.   Bentukan kata menyolok , juga menyontoh mengkaitkan. menyontoh,, dan menyubit , dalam hal ini juga tidak tepat karena bentuk dasar kata-kata itu adalah colok, contoh, contoh, dan cubit , yang masing-masing berawal dengan fonem (c  (c ). ). Dalam bahasa Indonesia, fonem (c  (c ) pada awal kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan mengmeng-.. Dengan demikian, bentuk kata-kata tersebut yang tepat adalah mencolok, mencontoh,dan mencontoh, dan mencubit, bukan menyolok, menyontoh, dan menyubit . Gugus konsonan ( pr   pr )),, (st )),, (sk )),, (tr )),, (sp), sp), (kr), dan (kl  ( kl ) pada awal kata dasar juga tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng -. -. meng- + produksi = memproduksi  

6

 

meng- + protes = memprotes meng-

-kan + stabil = menstabilkan

meng-

-kan + skema = menskemakan





meng- + tradisi = mentradisi meng-

-i + sponsor = mensponsori



meng-... + kritik = mengkritik meng- + klasifikasi = mengklasifikasi Fonem (k) (k),, (p) (p),, (t), (t), dan (s) (s)   pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik mengmaupun  peng-, kecuali fonem awal (p) (p)   jika mendapat imbuhan  peng-. Dalam hal ini, jika mendapat imbuhan meng-, fonem (p) (p)   pada gugus konsonan (pr) (pr)   tidak luluh, tetapi jika mendapat imbuhan  peng- fonem (p) (p)   itu luluh. Misalnya: meng- + proses = memproses meng- + produksi = memproduksi  peng- + proses = pemroses pemroses  peng- + produksi = pemroduksi 2. 1. 1. 2 Perubahan Awalan ber Awalan ber- dapat berubah menjadi be- dan bel- atau tetap menjadi ber-. ber-.   Awalan ber- berubah menjadi be-  jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem /r/ atau kata dasar yang suku kata pertamanya mengandung bunyi (er  (er ). ). Awalan ber- berubah menjadi bel jika digabungkan digabungkan dengan kata dasar ajar , dan awalan ber tetap tetap menjadi berber- jika  jika digabungkan dengan kata dasar selain yang telah disebutkan itu. Misalnya:  Misalnya:   ber- + roda = beroda ber- + rasa = berasa be- ber- + kerja = bekerja 2. 1. 1. 3 Perubahan Awalan perAwalan per-   Awalan  per - dapat berubah menjadi  pe- dan  pel- atau tetap menjadi  per-. Dalam hal ini, awalan  per- berubah menjadi  pe-  jika

digabungkan digabungkan

dengan

kata

yang

mempunyai pertalian bentuk dengan kata lain yang

7

 

berawalan ber- atau jika digabungkan dengan kata yang berawal dengan fonem (r). Selain itu, awalan  per- berubah menjadi pelmenjadi  pel- jika  jika digabungkan dengan kata dasar ajar ; dan awalan  per- tidak berubah jika digabungkan dengan kata dasar tapa dan tanda tanda.. Misalnya:  per- per- + tapa = pertapa pertapa - per- + tanda = pertanda  per- pel- per- + ajar ajar = pelajar 2. 1. 1. 4 Perubahan Awalan ter-   Awalan ter- hanya dapat berubah menjadi te-  jika digabungkan dengan kata dasar yang berawal dengan fonem (r) atau suku kata pertamanya mengandung bunyi (er ). ). Awalan ter- tetap menjadi ter-  jika digabungkan dengan kata dasar yang lain. Misalnya: ter- + rasa = terasa ter- ter- + raba = teraba ter- ter- + indah = terindah Contoh bentukan yang baku lainnya adalah sebagai berikut.   berikut. Baku

Tidak Baku

tertubruk

ketubruk

tertabrak

ketabrak

tersandung

kesandung

tertimpa

ketimpa

tertinggal

ketinggal

tertangkap

ketangkap

2. 1. 1. 5 Analogi Analogi   Sehubungan

dengan

pembentukan

kata

dengan

awalan, akhir-akhir ini timbul beberapa bentukan kata baru. Beberapa bentukan kata baru yang dimaksud adalah seperti berikut.  pegolf  pecatur  pebulu tangkis tangkis

8

 

Bentukan kata-kata kata-kata yang menyatakan ‘profesi’ tersebut tampaknya dianalogikan dengan bentukan kata  petinju  petinju.. Jika dilihat dari proses pembentukannya, kata  petinju tidak dibentuk dari imbuhan  peng-, yang paralel dengan meng-, dan kata dasar tinju tinju,, tetapi dibentuk dari imbuhan  per-, yang paralel dengan ber-, dan kata dasar tinju sehingga menjadi  petinju  petinju.. Apabila dibentuk dari imbuhan  peng- dan kata dasar tinju tinju,, bentukannya bukan menjadi  petinju  petinju,, melainkan menjadi peninju menjadi  peninju.. Kata peninju Kata  peninju berkaitan dengan tindakan ‘meninju’, sedangkan  petinju berkaitan dengan tindakan ‘bertinju’ . Dari kata meninju, peninju,tinju. Kata  peninju berarti ‘orang yang meninju’, sedangkan  petinju berarti

‘orang

pembedaan disebabkan

yang

kata oleh

profesinya

 peninju

bertinju’.

Timbulnya

 petinju

tampaknya

dan

keinginan

pemakai

bahasa

untuk

membedakan antara makna ‘profesi’ dan ‘bukan profesi’. Dengan beranalogi pada bentukan kata  petinju  petinju   itu, untuk menyatakan profesi-profesi tertentu dalam bidang olah raga, pemakai bahasa kemudian menciptakan bentukan kata-kata baru seperti  pegolf, pecatur, pebulu tangkis,  pesepak bola, petenis, petenis, dan  pejudo  pejudo.. Kreativitas ini tentu merupakan perkembangan yang menarik dalam bahasa Indonesia. 2. 1. 1. 6 Pertalian Bentuk Dalam pembentukan kata terdapat pertalian bentuk antara awalan pengawalan peng- dan meng- serta awalan perawalan per- dan ber. contohnya pada bentukan kata  pengemba  pengembangan ngan dan  perkembangan..  Kata  pengemban  perkembangan  pengembangan, gan, yang dibentuk dari kata dasar kembang dan imbuhan  peng- ...

an,   bertalian an,

 –

dengan kata mengembangkan, yang dibentuk dari kata dasar kembang dan imbuhan meng- ...

 –

kata  perkembanga  perkembangan, n,yang yang

dari

dibentuk

kembang dan imbuhan  per- ...

kan. Begitu pula, kata

dasar

an, bertalian dengan

 –

berkembang, yang dibentuk dari kata dasar kembang dan dan   imbuhan ber. Berkenaan dengan itu, kata  kata  pengembangan

9

 

bermakna

‘proses  ‘proses 

mengembangkan’,

sedangkan

 perkembangan bermakna ‘hal berkembang’. Dengan kata lain,   lain,

pengembangan

berkaitan

dengan

perbuatan  perbuatan 

mengembangkan, sedangkan  perkembang  perkembangan an berkaitan dengan perbuatan/keadaan berkembang. Pertalian bentuk antara awalan pengawalan peng- dan meng- serta awalan perawalan per- dan berseperti yang dicontohkan di atas juga berlaku bagi katakata lain yang dibentuk dengan imbuhan tersebut. 2. 1. 2 Pembetukan Kata dengan Akhiran Pembentukan kata dengan akhiran itu relatif tidak banyak masalah. Yang sering menimbulkan masalah justru pembentukan kata dengan akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya – misalnya  –isasi. isasi.   Imbuhan

isasi yang sering digunakan dalam bahasa Indonesia

 –

berasal dari

isatie (Belanda) atau

 –

ization (Inggris). Imbuhan itu

 –

sebenarnya tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, imbuhan itu ada dalam pemakaian bahasa Indonesia karena diserap secara bersama-sama dengan bentuk dasarnya. Seperti contoh berikut. modernisatie,, modernization modernisasi modernisatie normalisatie, normalization normalisasi legalisatie,, legalization legalisatie legalization legalisasi Contoh tersebut memperlihatkan bahwa imbuhan

isasi tidak

 –

diserap secara terpisah atau tersendiri, tetapi diserap secara utuh beserta bentuk dasar yang dilekatinya. Oleh karena itu, dapat dipahami

bahwa

dalam

bahasa

Indonesia

kata

modernisasi,

misalnya, tidak dibentuk dari kata modern dan imbuhan isasi , tetapi  –

kata itu diserapsecara utuh dari kata asing modernisatie atau modernization.   Karena tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia, modernization. imbuhan isasi tidak selayaknya digunakan sebagai pembentuk kata  –

baru. Akibatnya, muncul beberapa bentukan kata baru yang menggunakan

imbuhan

itu,

misalnya

turinisasi,

lelenisasi,

lamtoronisasi,  hibridanis lamtoronisasi, hibridanisasi, asi, rayonisasi, neonisasi , dan pompanisasi  dan pompanisasi . Sebenarnya ada imbuhan dalam bahasa Indonesia yang dapat digunakan sebagai pengganti imbuhan asing

isasi , yaitu imbuhan

 –

….

 peng-

-an. Dengan penggantian itu, kata modernisasi, legalisasi,

10

 

normalisasi , dan

netralisasi,   misalnya, netralisasi,

dapat

diubah

menjadi

 pemodernan,, penormalan,  pemodernan penormalan, pelegalan, pelegalan, dan  penetralan  penetralan.. Dengan cara yang serupa, bentukan kata setipe turinisasi l ebih ebih tepat jika diubah menjadi seperti berikut. turinisasi penurian  penurian  lamtoronisasi pelamtoroan  pelamtoroan  lelenisasi

pelelean  pelelean 

hibridanisasi

penghibridaan  penghibridaan 

sengonisasi

 penyengonan  penyengona n  rayonisasi perayonan  perayonan  Jika bentukan kata dengan imbuhan pengimbuhan  peng-

-an  itu dianggap kurang “pas” atau kurang tepat, kita -an



dapat memanfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang lain untuk menyatakan pengertian yang sama, misalnya dengan menggunakan ungkapan  pembudida  pembudidayaan yaan,, dengan makna ‘proses atau tindakan membudidayakan’, misalnya  pembudidaya  pembudidayaan an udang , yang berarti ‘proses atau tindakan membudidayakan udang’.  udang’.  Pemakaian   imbuhan Pemakaian

asing

itu

juga

tidak

tepat

karena

penyerapannya dari bahasa Belanda tidak dilakukan  dilakukan   secara benar. Sebagai penggantinya, dapat  dapat   menggunakan unsur serapan yang berasal dari  dari  bahasa Inggris, seperti yang terdapat pada contoh  contoh  berikut. koordinir menjadi koordinasi  publisir menjadi menjadi publikasi  publikasi legalisir  menjadi legalisasi  menjadi legalisasi menjadi proklamasi  proklamir menjadi  proklamasi manipulir menjadi menjadi manipulasi  manipulasi Imbuhan wan dan man semula juga berasal dari bahasa asing,  –

 –

yakni bahasa Sanskerta. Namun, kehadiran imbuhan itu telah diterima di dalam bahasa Indonesia sebagai pembentuk kata yangmenyatakan ‘orang’. Dalam pembentukan kata, kata, imbuhan

man   man

 –

lazimnya digunakan pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal/i  vokal/ i /. /. Misalnya: budi + -man = budiman seni + -man -man = seniman Berbeda dengan itu, imbuhan wan lazim digunakan pada bentuk  –

dasar yang berakhir dengan vokal-vokal yang lain. Namun, karena lebih produktif, tidak tertutup kemungkinan bahwa imbuhan

wan

 –

 juga dapat digunakan pada pada bentuk dasar yang berakhir dengan vokal (i ). ). Misalnya:

11

 

drama + -wan = dramawan karya + -wan = karyawan warta + -wan = wartawan rohani + -wan = rohaniwan Kedua imbuhan tersebut, baik

man maupun

 –

  wan, wan, dalam

 –

bahasa Indonesia sebenarnya digunakan  digunakan  dalam pengertian yang netral, tidak membedakan  membedakan  jenis kelamin. Artinya, bentukan kata itu dapat   digunakan untuk menyatakan jenis kelamin laki-laki  dapat laki-laki   ataupun perempuan. Sungguhpun demikian, ada  ada  kecenderungan pemakai bahasa untuk  untuk 

menggunakan imbuhan

man dan

 –

wan sebagai sebagai  

 –

penanda jenis kelamin laki-laki, sedangkan jenis  jenis  kelamin wanita dinyatakan dengan imbuhan

wati .  Oleh karena itu, bentukan kata

 –

yang disebutkan di  di  atas berpasangan dengan bentukan kata di bawah  ini. bawah ini.  Misalnya: Misalnya:   seniman ; seniwati dramawan ; dramawati karyawan ; karyawati wartawan ; wartawati Jika dibangdingkan dengan imbuhan

man,, imbuhan man

 –

wan  jauh

 –

lebih produktif. Dalam bahasa Indonesia imbuhan ini mempunyai potensi yang cukup besar sebagai pembentuk kata baru. Misalnya, alih-alih

menggunakan

istilah

asing

 physician

( physicist   physicist ), ),

mathematician,, dan cameraman mathematician cameraman,, kita dapat menggunakan bentukan kata baru dengan imbuhan wan seperti berikut.  –

Physicist ; fisikawan  physician ; fisikawan fisikawan mathematician ; matematikawan 2. 1. 3 Pembetukan Kata dengan Sisipan Imbuhan yang berupa sisipan dalam bahasa Indonesia jumlahnya sangat terbatas. Hingga saat ini hanya mengenal sisipan

em-, -el-,

 –

dan  –er-.  –er-. Sisipan itu dalam bahasa Indonesia tidak  tidak  produktif, dalam arti

sisipan

semacam

itu

sangat    jarang sangat 

digunakan

sebagai

pembentuk kata baru.  baru.  Kata-kata bentukan yang menggunakan sisipan itu  itu umumnya merupakan kata-kata bentukan lama.  lama.  Misalnya: guruh + -em- = gemuruh

12

 

getar + -el- = geletar gigi + -er- = gerigi Selain itu, jika kata sejenis kinerja dan sinambung dipandang sebagai kata yang bersisipan, berarti dalam bahasa Indonesia selain terdapat ketiga sisipan tersebut, juga terdapat sisipan

in-. Proses

 –

pembentukan kedua kata tersebut adalah sebagai berikut. kerja + -in- = kinerja sambung + -in- = sinambung 2. 1. 4 Pembetukan Kata dengan Gabungan Imbuhan Gabungan imbuhan merupakan imbuhan yang ditambahkan pada awal dan akhir kata sekaligus. Beberapa bentukan kata dengan gabungan imbuhan seperti itu dalam bahasa Indonesia sebagian juga masih ada yang belum benar. Bentukan kata dengan imbuhan di-

-



kan, misalnya, yang belum benar terdapat pada bentukan kata seperti : ditemukan, bukan ditemukan,  bukan diketemukan  diketemukan diberikan kepada saya, bukan dikesayakan diberikan kepada bapak, bukan dikebapakkan Imbuhan di-,  jika diikuti akhiran, akhiran yang  yang  mengikutinya itu  juga  –kan,  –kan, bukan  –an  –an meskipun meskipun   kadang-kadang dapat juga diikuti akhiran  –i.  –i. Sebagai bentuk pasif dari meng-...-kan, imbuhan di--kan  juga mengandun mengandung g huruf (k) pada akhirannya.  akhirannya.  Oleh karena itu, jika ditambahkan pada kata dasar  yang berakhir dengan huruf (k), seperti pada kata kontrak, kata kontrak, bentukannya yang benar mengandung dua  dua  huruf (k), yaitu dikontrakkan, bukan dikontrakan. Berbeda dengan itu, imbuhan  peng-  jika diikuti akhiran, akhiran yang mengikutinya adalah  –an,  –an,   bukan  –  –kan, kan, sehingga gabungan imbuhan itu menjadi peng-...-an, menjadi  peng-...-an, sama seperti imbuhan ke-...an. ke-...an. Oleh  Oleh karena itu, kedua imbuhan tersebut

jika ditambahkan pada kata

dasar yang berakhir dengan huruf (k), kata bentukannya tetap hanya mengandung mengandun g satu huruf (k), bukan dua huruf (k). Misalnya:  peng-...-an + didik pendidikan pendidikan,, bukan bukan pendidikkan  pendidikkan  peng-...-an + tunjuk penunjukan penunjukan,, bukan bukan penunjukkan  penunjukkan ke-...-an + naik kenaikan, kenaikan, bukan bukan kenaikkan  kenaikkan ke-...-an + baik kebaikan, kebaikan, bukan bukan kebaikkan  kebaikkan

13

 

2. 1. 5 Pembetukan Kata dengan Kata Dasar dan Kata Dasar Di samping dengan pengimbuhan, pembentukan kata dalam bahasa Indonesia juga dapat dilakukan dengan menggabungkan kata dasar dan kata dasar. Misalnya, dari kata dasar tanda dan kata dasar tangan

dapat

digabungkan

sehingga

menjadi

tanda   tangan tanda tangan..

Beberapa kata lain yang dibentuk dengan penggabungan kata dasar dan kata dasar dapat dilihat pada contoh berikut. kerja sama tanggung jawab terima kasih serah terima sumber daya terima kasih serah terima sebar luas Pembentukan kata juga masih sering dilakukan secara tidak tepat. Sejalan dengan kaidah, gabungan kata atau yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah sebagaimana contoh di atas. Namun, jika gabungan kata itu mendapat imbuhan awalan dan akhiran sekaligus, unsur-unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Beberapa gabungan kata lain yang serupa juga harus ditulis serangkai jika sekaligus mendapat imbuhan awalan dan akhiran. Gabungan kata bentukan bentukan yang tepat tidak tepat, misalnya : Gabungan Kata

Tepat

Tidak Tepat

lipat ganda

melipatgandakan melipatganda kan

melipat gandakan

dilipatgandakan dilipatgandak an

dilipat gandakan

 pelipatgandaan  pelipatgan daan

pelipat gandaan gandaan

mengikutsertakan mengikutsertakan

mengikut sertakan

diikutsertakan

diikut sertakan

 pengikutsertaan  pengikutsertaa n

pengikut sertaan

menyebarluaskan menyebarluas kan

menyebar luaskan

disebarluaskan disebarluask an

disebar luaskan

 penyebarluasan  penyebarlu asan

penyebar luasan luasan

ikut serta

sebar luas

14

 

Contoh lain ada pula yang berupa frasa, bukan gabungan kata. Namun, jika mendapat awalan dan akhiran sekaligus, penulisannya pun sama, yaitu diserangkai diserangkaikan. kan. Frasa bentukan bentukan yang tepat tidak tepat, misalnya: Frasa

Tepat

Tidak Tepat

tidak adil

ketidakadilan ketidakadil an

ketidak adilan

tidak pasti

ketidakpastian

ketidak pastian

tidak tepat

ketidaktepatan

ketidak tepatan

Berbeda dengan itu, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata itu hanya mendapat imbuhan awalan, yang ditulis serangkai hanya awalan itu beserta unsur yang langsung mengikutinya. Dengan demikian, unsur gabungan yang lain tetap ditulis terpisah. Gabungan bentukan bentukan kata yang tepat tidak tepat, misalnya: Gabungan Kata

Tepat

Tidak Tepat

adu domba

mengadu domba

mengadudomba

kerja sama

bekerja sama

bekerjasama bekerjasam a

daya guna

berdaya guna

berdayaguna

 peran

serta berperan

serta berperanserta berperanserta

Sejalan dengan itu, pada gabungan kata yang hanya mendapat imbuhan akhiran, unsur yang ditulis serangkai adalah akhiran dan unsur yang langsung dilekatinya, sedangkan unsur yang lain tetap ditulis terpisah. Gabungan bentukan bentukan kata yang tepat tidak tepat, misalnya: Gabungan Kata

Tepat

Tidak Tepat

garis bawah

garis bawahi

garisbawahi

sebar luas

sebar luaskan

sebarluaskan sebarluask an

serah terima

serah terimakan

serahterimakan

tanda tangan

tanda tangani

tandatangani tandatangani

2. 1. 6 Pembetukan Kata dengan Unsur Terikat dan Kata Dasar Pembentukan kata dalam bahasa indonesia dilakukan dengan penggabungan antara unsur terikat dan kata dasar. Unsur terikat yang dimaksud di sini adalah unsur yang keberadaannya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata. Dengan demikian, unsur itu selalu terikat pada unsur yang lain, misalnya swa-, pra-, dan dan pasca-,  pasca-, sebagaimana yang terdapat pada contoh  contoh berikut.

15

 

 pra- prasejarah, prasejarah, prasarana, prasarana, prasaran swa- swadaya, swasembada, swakarsa  pasca- pascasarjana pascasarjana pascap pascapanen, anen, pascaperang pascaperang Beberapa unsur terikat lain yang terdapat dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. sub- subsektor, subsistem, subbagian non- nonformal, nonmigas, nondinas multi- multilateral, multifungsi, multisistem tuna- tunakarya, tunarungu, tunagrahita t unagrahita maha- mahasiswa, mahaguru, mahadahsyat Di samping yang telah disebutkan di atas,  atas,   kata-kata bilangan dalam bahasa Indonesia yang  yang  berasal dari bahasa Sanskerta, seperti eka, dwi-, tri-, catur-, panca-, sad-, sapta-, hasta-, nawa-, dan dan dasa-,  dasa-,  juga dipandang dipandang sebagai unsur terikat. Oleh  Oleh  karena itu, unsur-unsur tersebut juga ditulis  ditulis serangkai. serangkai.  Misalnya: Misalnya:   eka- ekalaya, ekasakti dwi- dwifungsi, dwiwarna, dwipurwa tri- triwulan, trimurti, trisatya catur- caturwulan, caturwarga, caturdarma  panca- pancaroba, pancaroba, pancawarna, pancawarna, pancaindera pancaindera sapta- saptamarga, saptadarma, saptapesona hasta- hastakarya, hastabrata nawa- nawasila, nawasabda dasa- dasawarsa, dasasila Terkait dengan hal tersebut, jika digunakan sebagai nama orang, unsur-unsur terikat tersebut tidak harus ditulis sesuai dengan ketentuan di atas. 2. 1. 7 Pembetukan Kata dengan Pengulangan   Pengulangan

dalam hal

ini, khususnya

pada

ragam tulis,

ditambahkan tanda hubung di antara unsur yang diulang dan unsur pengulangnya. Tanda hubung tersebut ditulis rapat, tidak didahului atau diikuti spasi. Misalnya: tanda; tanda-tanda lar; berlari-lari kejar; berkejar-kejaran berkejar-kejaran

16

 

2. 1. 8 Pembetukan Kata dengan Pengakroniman    Akronim adalah pemendekan pemendekan nama atau ungkapan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf awal dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata. Dalam hal ini akronim yang berupa gabungan huruf awal ditulis seluruhnya dengan menggunakan mengguna kan huruf kapital k apital tanpa tanda titik. Misalnya: surat izin mengemudi; SIM nomor induk pegawal; NIP fakultas ilmu sosial dan ilmu politik; FISIP Berbeda dengan itu, akronim yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf awal dan suku kata ditulis dengan huruf awal kapital jika akronim itu berupa nama diri, baik nama lembaga, organisasi, maupun nama instansi. Misalnya: Kementerian Kesehatan; Kemenkes Badan Penelitian dan Pengembangan; Balitbang Korp Pegawai Republik Indonesia; Korpri Jika akronim yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf awal dan suku kata tersebut tidak berupa nama diri,huruf awalnya tidak ditulis dengan huruf kapital. Misalnya: krisis moneter; krismon sistem keamanan lingkungan; siskamling tanda bukti pelanggaran; tilang 2. 2 Kriteria Pemilihan Kata  Agar

dapat

mengungkapkan mengungkapkan

gagasan,

pendapat,

pikiran,

atau

pengalaman secara tepat, dalam berbahasa— berbahasa—baik lisan maupun tulis— tulis— pemakai bahasa hendaknya dapat memenuhi beberapa persyaratan atau kriteria di dalam pemilihan kata. Kriteria yang dimaksud adalah ketepatan, kecermatan, dan keserasian 2. 2. 1 Ketepatan   Ketepatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan gagasan itu dapat diterima secara tepat pula oleh pembaca atau pendengarnya. Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika mampu memahami

perbedaan

penggunaan

17

kata-kata

yang

bermakna,

 

Seperti denotasi dan konotasi, sinonim,eufemisme, generik dan spesifik, serta konkret dan abstrak. 2. 2. 1. 1 Penggunaan Kata yang Bermakna Denotasi dan Konotasi Makna denotasi adalah makna yang mengacu pada gagasan tertentu (makna dasar), yang tidak mengandung makna tambahan atau nilai rasa tertentu, sedangkan makna

konotasi

mengandung

nilai

adalah rasa

makna tertentu

di

tambahan samping

yang makna

dasarnya. Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia kita mengenal ada kata bini dan kata istri. Kedua kata ini mempunyai makna dasar yang sama, yakni ‘wanita yang telah menikah atau telah bersuami’, tetapi masing-masing masing -masing mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata bini selain mempunyai nilai rasa yang berkonotasi pada kelompok sosial tertentu, juga mempunyai nilai rasa yang cenderung merujuk pada situasi tertentu yang bersifat informal. Sementara itu, kata istri mempunyai nilai rasa yang bersifat bersifat netral, tidak berkonotasi berkonotasi terhadap kelompok sosial tertentu, dan dapat digunakan untuk keperluan yang formal ataupun yang informal. Sejalan dengan itu, pada contoh berikut kata istri dapat digunakan untuk

keperluan

pemakaian

bahasa

yang

resmi,

sedangkan kata bini tidak tepat. 2. 2. 1. 2 Penggunaan Kata yang Bersinonim Beberapa kata yang bersinonim, misalnya, kelompok rombongan kawanan gerombolan Keempat kata yang bersinonim itu mempunyai makna dasar yang sama. Namun, oleh pemakai bahasa, kata kawanan dan kata gerombolan cenderung diberi nilai rasa yang negatif, sedangkan dua kata yang lain mempunyai

18

 

nilai rasa yang netral: dapat negatif dan dapat pula positif, bergantung pada konteksny k onteksnya. a. 2. 2. 1. 3 Penggunaan Kata yang Eufemisme Eufemisme adalah kata atau ungkapan yang dirasa lebih halus untuk menggantikan kata atau ungkapan yang dirasa kasar, vulgar, dan tidak sopan. Misalnya: mati (untuk manusia) meninggal dunia bodoh kurang pandai miskin kurang mampu minta mohon Meskipun dianjurkan menggunakan bentuk eufemisme untuk menjaga hubungan baik dengan lawan bicara, pemakai

bahasa

tidak

seharusnya

terjebak

pada

penggunaan eufemisme yang terkesan menyembunyikan fakta. Hal itu karena pemakai bahasa dapat dianggap membohongi pihak lain. Misalnya: ditangkap (polisi) menjadi diamankan (polisi) harganya dinaikkan menjadi menjadi  harganya disesuaikan 2. 2. 1. 4 Penggunaan Kata yang Bermakna Generik dan Spesifik Makna generik adalah makna umum, sedangkan makna spesifik adalah makna khusus. Makna umum juga berarti makna yang masih mencakup beberapa makna lain yang bersifat spesifik. Misalnya, kendaraan merupakan kata yang bermakna generik, adapun makna spesifiknya adalah mobil, motor, bus,  bus, sepeda, angkutan kota, dan sebagainya. Kata banyak  juga merupakan kata yang bermakna umum, sedangkan

makna

spesifiknya

adalah

yang

sudah

mengacu pada jumlah tertentu. Misalnya: Penduduk Indonesia yang tergolong kurang mampu masih cukup banyak.  Pernyataan di atas masih bersifat umum karena belum menjelaskan seberapa banyak jumlah yang sesungguhnya. Bandingkan dengan pernyataan berikut yang sudah benar. Penduduk Indonesia yang tergolong kurang mampu masih ada 16 juta ju ta orang . 

19

 

2. 2. 1. 5 Penggunaan Kata yang Bermakna Konkret dan Abstrak  Kata

yang

maknanya

bermakna

dapat

konkret

dibayangkan

adalah

dengan

kata

yang

pancaindera.

Sebaliknya, kata yang bermakna abstrak adalah kata yang sulit dibayangkan dengan pancaindera. Kata-kata yang abstrak

sebaiknya

hanya

digunakan

pada

sasaran

pembaca atau pendengar yang sudah dewasa dan berpendidikan. Jika digunakan pada anak-anak atau orang dewasa yang kurang berpendidikan, kata-kata tersebut cenderung sulit dipahami. Atas dasar itu, baik kata yang abstrak maupun yang konkret sebenarnya sama-sama dapat dipilih untuk digunakan, tetapi sasarannya harus disesuaikan. 2. 2. 2 Kecermatan   Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang benar-benar diperlukan untuk mengungkapkan gagasan tertentu.  Agar dapat memilih kata secara cermat, juga harus untuk mampu memahami ekonomi bahasa dan menghindari penggunaan kata-kata yang dapat menyebabkan menyebabkan kemubaziran. Sementara itu, juga dituntut untukmampu memahami penyebab terjadinya kemubaziran kata. Hal itu dimaksudkan agar dapat memilih dan menentukan kata secara cermatsehingga tidak terjebak pada penggunaan kata yang mubazir. Dalam hal ini, yang dimaksud kata yang mubazir adalah kata-kata yang kehadirannya dalam konteks pemakaian bahasa tidak diperlukan. Penyebab kemubaziran kata itu, antara lain, adalah sebagai berikut.   Penggunaan Kata yang Bermakna Jamak



Contoh penggunaan kata yang bermakna jamak :

Para g uru-g uru-g uru sekolah dasar hadir dalam  pertemuan itu. itu. Bisa diganti dengan :

Para g uru sekolah dasar hadir dalam  pertemuan itu. itu. atau atau  

Guru-guru sekolah dasar hadir dalam

20

 

 pertemuan itu. itu.   Penggunaan Kata yang Bersinonim



Contoh kalimat yang menggunakan kata  bersinoni bersinonim, m, yaitu : Kita harus bekerja keras agar s upaya upaya dapat mencapai cita-cita. cita-cita.  Bisa diganti dengan : Kita harus bekerja keras agar dapat mencapai cita-cita. cita-cita. atau  atau  Kita harus bekerja keras s upaya dapat mencapai cita-cita. cita-cita.    Penggunaan Kata yang Bermakna Saling



Contoh kalimat yang menggunakan kata  bersinoni bersinonim, m, yaitu : Ia berjalan Ia berjalan bergandengan (?) Maknanya akan menjadi lebih tepat jika diubah menjadi seperti berikut.

 Merek a berjalan bergandengan. atau Ia berjalan bergandengan dengan adikny adikny a.   Penggunaan Kata yang Tidak Sesuai dengan Konteks



Contohnya dapat diperhatikan pada kalimat berikut. Pertemuan kemarin membahas tentang masalah disiplin pegawai. Kata tentang pada kalimat di atas dapatdilepaskan, sehingga menjadi Pertemuan kemarin membahas masalah disiplin pegawai . 2. 2. 3 Keserasian Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor non-kebahasaan. 2. 2. 3. 1 Faktor Kebahasaan   Penggunaan Kata yang Sesuai dengan Konteks Kalimat



Dalam sebuah kalimat kata yang satu dan kata yang lain harus memperlihatkan hubungan yang serasi.   Penggunaan Bentuk Gramatika



Bentuk gramatikal suatu kata adalah kelengkapan suatu bentuk kata berdasarkan imbuhannya. Seperti pada contoh : Para peserta upacara sudah kumpul di

21

 

lapangan.

Menjadi

Para

peserta

upacara

sudah

berkumpul di lapangan.   Penggunaan Idiom



Idiom adalah dua buah kata atau lebih yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna unsurunsur pembentuknya. Misalnya, banting tulang seperti yang terdapat pada kalimat di bawah ini. Orang tua itu sampai membanting tulang untuk membiayai kedua anaknya. anaknya. Makna gabungan kata membanting tulang pada  tidak kalimat tersebut adalah ‘bekerja keras’. Makna itu itu tidak dapat dijabarkan dari unsur-unsur pembentuknya, baik dari unsur membanting   maupun unsur tulang. Oleh karena itu, ungkapan tersebut disebut idiom.   Penggunaan Ungkapan Idiomatis



Secara harfiah, istilah idiomatis bermakna ‘bersifat  ‘bersifat  seperti idiom’. Sehubungan dengan itu, yang dimaksud dengan ungkapan idiomatis adalah dua buah kata atau lebih

yang

sudah

menjadi

satu

kesatuan

dalam

mengungkapkan makna. Oleh karena itu, ungkapan tersebut harus digunakan secara utuh, dalam arti tidak boleh dihilangkan salah satunya. Beberapa

ungkapan

idiomatis

dalam

bahasa

Indonesia adalah sebagai berikut : sesuai dengan sehubungan dengan berkaitan dengan bergantung pada tergantung pada terdiri atas   Penggunaan Majas  Majas 



Majas adalah kiasan atau cara melukiskan sesuatu dengan menyamakan atau membandingkan dengan sesuatu yang lain. Jenis majas yang lazim digunakan dalam pemakaian bahasa adalah sebagai berikut.  berikut.  

22

 

  Perbandingan (personifikasi, metafora, asosiasi,



dsb.)   Pertentangan (litotes, hiperbola, hiperbola, dsb.)



  Sindiran (ironi, sinisme, sarkasme, dsb.)



  Penegasan (pleonasme, (pleonasme, aliterasi, dsb.)



Beberapa majas tersebut dapat dipilih dan digunakan sesuai dengan konteks pemakaiannya yang tepat.   Penggunaan Kata yang Lazim



Faktor kebahasaan lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan kata adalah kelaziman kata-kata yang harus dipilih. Dalam hal ini, yang dimaksud kata yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi, baik lisan maupun tulis. Kata yang lazim  juga berarti kata yang sudah dikenal atau diketahui secara umum. Dengan demikian, penggunaan kata yang lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap informasi yang disampaikan. 2. 2. 3. 3. 1 Faktor Non-K Non-Kebahasaan ebahasaan    Situasi Komunikasi



Situasi komunikasi atau situasi pembicaraan dalam hal ini menyangkut situasi resmi dan situasi yang tidak resmi.

Kemudian,

berkaitan

dengan

pilihan

kata,

beberapa di antaranya yang baku dan yang tidak baku dapat diperhatikan pada contoh berikut. Baku metode

Tidak Baku methode, metoda

teknik

tehnik, technik

sistem

sistim

 persentase

prosentase

kuitansi

kwitansi

  Mitra Bicara



Berkenaan dengan faktor nonkebahasaan yang berupa mitra bicara atau lawan bicara, hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu siapa mitra bicara, bagaimana

23

 

kedudukan/status sosial, dan seberapa dekat hubungan pembicara   Sarana Berbahasa



Sarananya berbahasa, yakni lisan atau tulis. Bahasa yang digunakan secara lisan juga memiliki perbedaan dengan bahasa yang digunakan secara tertulis. Dalam bahasa diperjelas

lisan

informasi

dengan

yang

penggunaan

disampaikan intonasi,

dapat gerakan

anggota tubuh, atau jeda dalam pembicaraan. Hal-hal yang dapat memperjelas informasi dalam bahasa lisan itu tidak terdapat pada bahasa tulis. Oleh karena itu, unsur-unsur kebahasaan yang digunakan pada ragam tulis dituntut lebih lengkap agar dapat mendukung kejelasan informasi. Selain itu, penggunaan tanda bacanya pun harus lengkap.   Kelayakan Geografis



Dalam dimaksud

kaitannya

dengan

pemilihan

kelayakan geografis

adalah

kata,

yang

kesesuaian

antara kata-kata yang dipilih untuk digunakan dan kelaziman penggunaan kata-kata tertentu pada suatu daerah. Dengan demikian, ketika akan menggunakan suatu kata, pemakai bahasa harus mempertimbangkan apakah kata-kata yang akan digunakan itu layak digunakan di daerah itu atau tidak. Hal itu karena di suatu daerah biasanya ada kata-kata tertentu yang dianggap tabu untuk digunakan dalam komunikasi umum.   Kelayakan Temporal



Kelayakan temporal yang dimaksud dalam hal ini adalah kesesuaian antara kata-kata yang dipilih untuk digunakan dan zaman penggunaan kata-kata tertentu pada suatu masa. Hal itu karena pada masa tertentu ada sejumlah kata atau istilah yang lazim digunakan, tetapi kata atau istilah itu tidak lazim pada masa yang lain.

24

 

Pada masa orde lama, misalnya, ada kata-kata tertentu yang lazim digunakan pada masa itu. Kata gestapu,, misalnya, juga kata ganyang, berdikari,  gestapu berdikari,  dan antek lazim digunakan pada masa orde lama. Adapun pada masa orde baru kita mengenal kata seperti kelompencapir, anjangsana, dan  ABRI masuk   desa. desa.   Pada awal abad ke-20 kita juga mengenal ada kata syahdan, hulubalang, alkisah, hikayat, dan sebagainya. Kata-kata seperti itu tentu tidak relevan lagi jika digunakan pada masa sekarang. Dengan kata lain, katakata seperti itu hanya layak digunakan pada zamannya, dan tidak layak digunakan pada masa sekarang. Kelayakan

temporal

seperti

dipertimbangkan dipertimban gkan dalam memilih kata.

25

itu

juga

perlu

 

BAB III

PENUTUP 3. 1 Simpulan Memahami berbagai kaidah pembentukan pembentukan kata seperti yang telah dijabarkan, disimpulkan bahwa bahwa sebuah kata dapat dibentuk dengan awalan (meng-, peng-, ber-, per-, ter-, analogi, pertalian bentuk), bentuk), akhiran ( –  –isasi, isasi, –  –man, man, dan – dan – wan),  wan), sisipan( –em-,  –em-, -el-, – -el-, –er-, er-, –in-),  –in-), gabungan imbuhan, kata dasar dengan kata dasar, unsur terikat dengan kata dasar, pengulangan pengulangan,, dan pengakroniman. pengakroniman. Disamping itu, kriteria pemilihan kata ada tiga, yaitu ketepatan, kecermatan, dan keserasian. Ketepatan pilihan kata dapat dicapai jika mampu memahami perbedaan penggunaan kata-kata yang bermakna, Seperti denotasi dan konotasi, sinonim,eufemisme, generik dan spesifik, serta konkret dan abstrak. Kecermatan dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan memilih kata yang

benar-benar

diperlukan

untuk

mengungkapkan

gagasan

tertentu.

Keserasian dalam pemilihan kata berkaitan dengan kemampuan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks pemakaiannya. Konteks pemakaian yang dimaksud dalam hal ini erat kaitannya dengan faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan.

26

 

DAFTAR PUSTAKA

Mustakim. 2014. Bemtuk dan Pilihan Kata. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: PT Gramedia.

27

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF