Pembahasan UKDI CLINIC 4 Batch Mei 2016

March 19, 2019 | Author: widi kusuma | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

baHAN ukdi...

Description

PEMBAHASAN UKDI KLINIK 4 BATCH II UKMPPD 2016 DR. WIDYA | DR. YOLINA | DR. RETNO | DR. YUSUF DR. REZA | DR. RESTHIE | DR. CEMARA

OFFICE ADDRESS: Jl padang no 5, manggarai, setiabudi, jakarta selatan (belakang pasaraya manggarai) phone number : 021 8317064 pin BB 2A8E2925 WA 081380385694

Medan : Jl. Setiabudi no. 65 G, medan Phone number : 061 8229229 Pin BB : 24BF7CD2 Www.Optimaprep.Com

ILMU P E N YA K I T DA L A M

1. Karsinoma Kolorektal

A

• Carcinoma colorectal merupakan keganasan yang paling sering pada traktus gastrointestinal. • Keganasan yang menyerang bagian colon dan rectum dengan predileksi terbanyak di rectosigmoid. • Sekitar 75% carcinoma colorectal ditemukan di rectosigmoid. Harrison’s principles of internal medicine. Current diagnosis & treatment in gastroenterology

Faktor Risiko Etiologi tumor colorectal belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang diduga berperan adalah: • Faktor herediter • Diperkirakan bahwa 10-15% carcinoma colorectal merupakan kasus familial.

• Usia • Usia merupakan faktor risiko dominan untuk carcinoma colorectal. Insidensi meningkat diatas 50 tahun

• Diet dan lingkungan • Penelitian menunjukkan bahwa carcinoma colorectal lebih sering terjadi pada populasi yang mengkonsumsi diet tinggi lemak hewani dan rendah serat.

• Inflammarory bowel disease • Pasien dengan Inflammatory bowel disease, khususnya colitis ulceratif kronis, berhubungan dengan meningkatnya risiko carcinoma colorectal.

Gejala • Gejala awal biasanya tidak jelas kehilangan berat badan dan kelelahan • Perubahan Pola BAB • konstipasi maupun diare.

• Perasaan BAB yang tidak tuntas (tenesmus) dan diameter feces mengecil • Feces yang bercampur darah • Obstruksi usus menyebabkan nyeri, kembung, dan muntah yang seperti feces. • Dapat teraba massa di abdomen.

Pemeriksaan Penunjang • Fecal occult blood test (FOBT) – pemeriksaan darah dalam feces – Tipe pemeriksaan darah pada feces yaitu guaiac based (pemeriksaan kimiawi) dan immunochemical.

• Endoskopi – Rectosigmoidoskopi – Fleksibel sigmoidoskopi dan colonoskopi

Pemeriksaan Penunjang • Double contrast barium enema (DCBE) • Barium enema dimasukkan, diikuti dengan pemasukan udara untuk mengembangkan colon. • Hasilnya adalah lapisan tipis dari barium akan meliputi dinding sebelah dalam dari colon

Tatalaksana Pembedahan • Tujuan utama memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif • Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif • Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran lokal maupun jauh.

• Tindakan bedah terdiri atas reseksi luas carcinoma primer dan kelenjar limfe regional. • Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.

Kemoterapi • Kemoterapi berguna untuk mengurangi kemungkinan metastasis, mengecilkan ukuran tumor, atau memperlambat pertumbuhan tumor. Radioterapi • Radioterapi tidak digunakan secara rutin pada karsinoma colon, karena dapat menyebabkan radiation enteritis, dan sulit untuk membidik daerah spesifik dari colon • Biasanya lebih sering diberikan radioterapi pada karsinoma rectal karena rectum tidak bergerak sebanyak colon maka lebih mudah untuk dibidik.

C

2. Mekanisme Hiponatermia pada CHF • Pasien dengan CHF penurunan cardiac outputpenurunan volume sirkulasi efektif pengaktifan baroreseptorkonsumsi air berlebih, peningkatan vasopressin kelebihan air relatif terhadap natirum

Hyponatremia • Definisi: – Serum natrium dengan nilai dibawah 135 meq/L – Hyponatremia menunjukkan adanya kelebihan air relatif terhadap natrium

Hyponatremia • Manifestasi klinis – Umumnya pasien asimptomatik pada keadaan natrium diatas 125 mEq/L are asymptomatic – Pasien dengan hiponatremia akut dapat mengalami gejala pada kadar natrium sekitar 120 mEq/L – Penemuan yang tidak normal pada pemeriksaan fisik biasanya terkait dengan manifestasi neurologis: • Gejala ringan seperti mual dan lemas, sakit kepala, bahkan letargi. • Gejala yang parah seperti kejang, koma atau henti nafas.

Tipe dari Hyponatremia – Hypovolemic hyponatremia : Diare, muntah, berkeringat berlebihan, insufisiensi renal aku dan kronik – Euvolemic hyponatremia – Hypervolemic hyponatremia : cirrosis, Congestive Heart Failure, Nefrotic syndrom – Redistributive hyponatremia – Pseudohyponatremia

3. Marker Hepatitis BA

A

4. Pemantauan Pasien Hepatitis B Kronik • Perlu pemantauan berkala untuk menentukan langkah terapi, dan skrining tanda sirosis hati atau hepatoma. • Parameter yang menjadi acuan – – – –

kadar HbeAg DNA VHB SGPT gambaran histologis hati.

• Komplikasi – sirosis hati – hepatoma.

DNA VHB • Indikator mortalitas dan morbiditas yang paling kuat • kadar DNA VHB antara 300-1000 kopi/ml memiliki resiko relatif 1.4 kali lebih tinggi untuk terjadinya sirosis pada 11.4 tahun bila dibandingkan dengan pasien dengan DNA VHB tak terdeteksi.

HbBeAg • Berperan penting prognosis • Pasien dengan HBeAg positif memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi.

Kadar ALT • Indikator kerusakan hati • namun pasien dengan kadar ALT yang rendah menunjukkan bahwa pasien berada pada fase imuno tolerant dan memiliki penurunan respon terapi.

Hepatoma • Keganasan hati • Berbagai penyebab hepatoma – Infeksi kronik hepatitis Bsirosis hepatoma – Resistensi insulin non alcoholic liver disease (NAFLD) sirosis hepatoma – Konsumsi alkohol alcohlic liver disease sirosis hepatoma

• Gejala : • ikterik, ascites • mudah memar (gangguan koagulasi), • penurunan berat badan • nyeri abdomen.

• Tipe paling umum  hepatocellular carcinoma • Metode diagnostik  • AFP • penanda tumor • akan meningkat pada: hepatocelluler carcinoma, germ cell tumor dan kanker metasatasis hati

• CT-scan dengan kontraspilihan metode diagnostik.

5. Malaria

C

Tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia 90

1

Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑

≥ 90

2

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ ringan

60-89

3

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ sedang

30-59

4

Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ berat

15-29

5

Gagal ginjal

⅔ kadar LDH serum

D

12. Pericardial Disease

• Efusi Pericardial dapat disebabkan oleh: – Acute pericarditis – Noninflammatory serous effusions: • Increased capillary permeability (e.g., severe hypothyroidism); • Increased capillary hydrostatic pressure (e.g., congestive heart failure); or • Decreased plasma oncotic pressure (e.g., cirrhosis or the nephrotic syndrome).

• Three factors determine whether a pericardial effusion remains clinically silent or whether symptoms of cardiac compression ensue: – the volume of fluid, – the rate at which the fluid accumulates, – the compliance characteristics of the pericardium.

• If the pericardial effusion accumulates slowly, over weeks to months, the pericardium gradually stretches  accommodate larger volumes without marked elevation of intrapericardial pressure.

• Manifestasi Klinis: – Berkisar dari asimptomatik sampai tamponade (hipotensi tanpa edema pulmonary)

• Pemeriksaan fisik : – Bunyi jantung jauh – Pelebaran batas jantung – Peningkatan JVP

• Pemeriksaan diagnostik: – ECG: pericarditis (diffuse ST elevation), effusion  low voltage. – CXR: large effusion (250 mL): cardiomegaly with waterbottle heart & epicardial halo.

Tatalaksana • Jika penyebab efusi diketahui, tanganilah penyakit dasar (e.g., intensive dialysis for uremic effusion). • Jika penyebab belum diketahui secara pasti, keadaan klinis pasien lah yang menentukan apakah diperlukan kardiosintesis. • Efusi asimptomatik  observasi • Peningkatan volume perikardial yang cepat atau gangguan hemodinamik  pericardiocentesis + analisis cairan.

B

13. Osteoarthritis • Cartilage serves as a cushion between the bones of joints, allowing the bones to glide over one another & absorb the shock from physical movements. • Osteoarthritis: degenerated joint  lost the cushioning function of the cartilage  the bones tend to grind against one another.

13. Osteoarthritis •

The two major macromolecules in cartilage: – type 2 collagen: provides tensile strength, – Aggrecan: gives compressive stiffness.



Stimulated chondrocytes in OA  synthesize enzymes & new matrix molecules  gradual depletion of aggrecan & loss of type 2 collagen increasing vulnerability of cartilage  lost compressive stiffness.

13. Osteoarthritis • Osteoarthritis progresses in stages: – joint space begins to narrow and osteophytes form – joint space disappears as cartilage wears away and bone rubs on bone in the joint – subchondral cysts appear (fluid-filled sac that extrudes from the joint, consisting of mostly hyaluronic acid) – bone tries to repair itself and there is bone remodeling

D

14. Diseksi Aorta  

  

Faktor mendasari: HT (70%), Marfan sy Manifestasi klinis:  Nyeri dada akut seperti dirobek, menjalar ke punggung  Penjalaran ke leher & ekstremitas sesuai berlanjutnya diseksi  Bedakan dgn nyeri infark!  Nyeri maksimal saat onset  Tidak ↓ dengan nitrat  Perbedaan TD & pulsasi pada lengan  Hipertensi > hipotensi  Sesak, diaforesis  Kompresi mediastinum  tamponade jantung, dll Ro thoraks: mediastinum melebar Dx: aortografi, CT, MRI Tatalaksana    

Beta-bloker iv  inotropik (-), vasodilatasi  ↓ shear stress ≠ antitrombotik/antikoagulan Tipe A: bedah cito Tipe B: medikamentosa, bedah elektif

C

15. Arthritis Gout

Faktor Resiko • Pria usia tua • wanita menopause • riwayat keluarga dengan artritis gout • gangguan ginjal • menerima terapi diuretik Patofisiologi • Gout disebabkan hiperuricemia dan kelainan ekskresi dari asam urat • Kelebihan asam urat tersebut mengakibatkan deposit pada rongga synovial, sehingga mengakibatkan penarikan sel-sel PMN serta reaksi inflamasi yang menyebabkan sinovitis.

Manifestasi klinis • Fase akut • Nyeri sendi disertai kemerahan, bengkak dan panas pada sendi MTP 1 (podagra) • Sendi yang terlibat • sendi besar, seperti ankle, pergelangan tangan, lutut, siku, • jari tangan. • Fase kronis • Gout poliartikular: nyeri, kaku sendi serta deformitas sendi. • Bisa terdapat tofi, yaitu penimbunan kristal pada jaringan lunak • Bisa terdapat gejala batu ginjal. • Keterlibatan mata • tofus pada kelopak mata dan penurunan penglihatan

Pemeriksaan Penunjang • Artrosentesis dan analisa cairan sendi – adanya kristal urat seperti tusuk gigi – Cairan synovial didominasi PMN, dengan hitung sel antara 2000-50000.

• Serum asam urat – Serum asam urat normal tidak menyingkirkan diagnosis

• Radiologi: – adanya erosi synovial serta destruksi tulang

Fase akut: • NSAIDs: Indometacin 3x25-50 mg, Ibuprofen 3x800mg, Diclofenac 3x50 mg. • Colchisine: 0,6 mg tiap jam hingga gejala mereda. • Kortikosteroid: prednisolon 30-50 mg/hari. Fase kronis: • Obat hipouricemic: allopurinol 300mg-800mg 1x1 setiap hari.

Penanganan Gout pada pasien CKD • •

Memerlukan penyesuaian jenis dan dosis obat yang diberikan. Pada keadaan gagal ginjal, kolkisin dan NSAID harus dihindari – NSAID  dikontraindikasikan pd semua stages CKD – Kolkisin dapat dipertimbangkan pemberian dalam dosis rendah (0,6 mg satu kali/ hari)dosis diseusikan dengan penurunan fungsi ginjal – Resiko terjadinya toksisitas kolkisin meningkat pada psn CKD



Untuk mengobati serangan akut dapat dipertimbangkan kortikosteroid injeksi atau kortikosteroid oral (prednison 30-60 mg/hari) – prednisone 0.5 mg/kg for two to five days at full dose – then tapered over seven to 10 days and stopped – Corticosteroids are not contraindicated in patients with diabetes, but blood glucose should be monitored



Pada keadaan kronik – Terapi untuk menurunkan asam urat harus dimulai •

Target: < 6 mg/Dl

– dapat diberikan allopurinol dimulai dengan dosis rendah dengan target asam urat kurang dari 6 mg/dl • •

initial dose of allopurinol : 90%) memiliki antibodi terhadap exoenzim streptococcal seperti ASTO antistreptolysin O, anti- deoxyribonuclease B, anti streptokinase – Biopsi dapat dipertimbangkan  gambaran diffuse proliferative glomerulonephritis

• Penanganan: – Eliminasi infeksi streptococcal antibiotik (penisilin, eritromisin) – Diuretik dan agen antihipertensif

A

22. Hiperkalemia

Kadar kalium darah > 5 mEq/L. Jarang terjadi dlm kondisi normal mekanisme adaptasi tubuh.

PATOFISIOLOGI • Keluarnya K+ dari intrasel ekstrasel • Berkurangnya ekskresi K+ mll ginjal

DIAGNOSIS • timbul bila kadar K+ >7 mEq/L atau peningkatan terjadi dalam waktu yang cepat. • Gangguan konduksi listrik jantung, kelemahan otot , paralisis sehingga pasien merasa sesak nafas.

EKG apd Hiperkalemia • Gelombang T yang tinggi, pemanjangan inetrval PR, Pelebaran QRS kompleks yang dapat mengarah ke VF dan asistol.

TATA LAKSANA • Batasi pengaruh hiperkalemia pada membran sel – 10 ml kalsium glukonat 10% infus intravena, 2-3 menit pantau EKG. kalsium glukonas dapat diulangi setelah 5 menit.

• Tingkatkan ambilan K+ ke dalam sel – 10 unit insulin dlm glukosa 40% 50 ml bolus i.v diikut infus dekstrosa 5%. – 50 ml Natrium bikarbonat dalam 10 menit sesuaikan dosis bila terdapat asidosis metabolik – β2 agonis, nebulisasi maupun intra vena

TATA LAKSANA • Keluarkan kelebihan K+ – Diuretik kuat seperti furosemide disertai NaCl. – Resin penukar ion dapat diberikan oral maupun per rektal. – Dialisis

A

23. Tuberkulosis • Penatalaksanaan TB Resisten Obat – Pasien tuberkulosis yang disebabkan kuman resisten obat (khususnya MDR) seharusnya diobati dengan paduan obat khusus yang mengandung obat anti tuberkulosis lini kedua. – Paling tidak harus digunakan empat obat yg masih efektif dan pengobatan harus diberikan paling sedikit 18 bulan.

PENATALAKSANAAN TB MDR DAN STRATEGI DOTS Plus. Arifin Nawas.

D

24. Acute Pulmonary Edema • Fluid or volume status assessment plays role: – In determining the need for diuretic therapy – In detecting sodium excesses or deficiencies.

• At each visit, determine: – the degree of jugular venous distension, – the presence & severity of organ congestion (pulmonary rales & hepatomegaly), – the magnitude of peripheral edema in the legs, abdomen, presacral area, scrotum, ascites. ACC-AHA. Heart Failure guideline.

Edema Paru Akut

Edema Paru AKut • Terapi edema paru akut: – Oksigen dengan sungkup muka non-rebreathing aliran 6-15 L/menit (target SpO2 >90%), – Furosemid IV 0,5-1 mg/kg untuk diuresis (efek kedua, dalam 30-60 menit) dan venodilator  aliran balik turun  preload turun (efek pertama/cepat, dalam 5 menit), – Nitrogliserin pada TD >100 mmHg mengurangi edema paru karena menurunkan preload. NTG diberikan 2 tablet masing-masing 0,4 mg sublingual, dapat diulang 5-10 menit bila TD tetap >90-100 mmHg. – Morfin sulfat memiliki efek venodilator, mengurangi aliran darah balik, sehingga mengurangi preload & efek vasodilator ringan menurunkan afterload. Dianjurkan untuk pasien di RS, morfin diencerkan dengan 9 mL NaCl 0,9%, berikan 2-4 mg IV bila TD >100 mmHg.

ACLS

A

25. Hepatology

• Pyogenic Liver Abscess – The most common organisms isolated: gram-negative enteric bacilli (E.coli) , anaerobic gram-negative bacilli, & microaerophilic streptococci. – Clinical features: • fever, malaise, weight loss, and right upper quadrant abdominal pain. • Hepatomegaly and right upper quadrant abdominal tenderness • Jaundice is seen in approximately 25% of cases.

– Laboratory findings: leukocytosis & anemia, elevations of the alkaline phosphatase and GGT, & hyperbilirubinemia in about 25% of cases. – USG: hypoechoic with internal echoes

Current diagnosis & treatment in gastroenterology.

25. Hepatology • Hepatic Cysts – Classic hepatic cysts have a thin, poorly cellular, fibrous wall, lined by a single cuboidal epithelium, & contain clear fluid. – USG: no internal echoes & through transmission of the sound waves. With such findings, there is essentially no differential diagnosis. – Abscesses, HCC, metastases, hematomas, and echinococcal cysts should not be confused with a simple cyst because the latter will ordinarily have a variety of irregular internal echos and well-defined borders, making their distinction quite simple. – Generally no treatment is required. On occasion, hemorrhage into the cyst or superinfection of the cyst will require percutaneous drainage or surgical excision or enucleation.

Current diagnosis & treatment in gastroenterology.

Internal echoes

26. Myoglobinuria 







B

Trias klasik rhabdomyolisis: • Etiologi: myalgia, kelemahan otot, urin – Trauma & kompresi (crush injury) berwarna gelap – Exercise  atlet lebih rentan Faktor predisposisi: hipokalemia (myoglobin >>) – Viral myositis  kausa rhabdomyolisis tersering pada Pemeriksaan lab: anak  influenza virus  Myoglobin  ↓ dalam 24 jam – Gangguan elektrolit: hipokalemia  CKMB >1000 U/L  peak di hari– Toksin, bisa ular 3A – Obat  zidovudine, statins  Enzim otot lain: aldolase, LDH, SGOT – Alkohol, kokain, amfetamin. – Infeksi, sepsis: gas gangrene, tetanus, shigellosis, Coxsackie Myoglobinuria vs hematuria: – Metabolik: KAD  Myoglobinuria: coklat, RBC dipstisk (-) – Hipertermia malignan, demam tinggi  Hematuria: sedimen RBC (+), red/brown coloration in serum – Herediter: McArdle syndrome, muscular dystrophy

ILMU BEDAH

27. Tibia-fibula Shaft Fracture/ Cruris Fracture B

• Kruristungkai bawah yang terdiri dari dua tulang panjang yaitu tulang tibia dan fibula • Tscherne Classification – 0-3 – Based on degree of displacement and comminution

• C0simple fracture configuration with little or no soft tissue injury • C1superficial abrasion, mild to moderately severe fracture configuration • C2deep contamination with local skin or muscle contusion, moderately severe fracture configuration • C3extensive contusion or crushing of skin or destruction of muscle, severe fracture

Clinical Features of Fracture • History of trauma • Symptoms & signs: – – – – – – –

Pain & tenderness Swelling Deformity Crepitus Loss of function Abnormal move N.V. injuries

Treatment Nonoperative •







Fracture reduction followed by application of a long leg cast with progressive weight bearing can be used for isolated, closed, lowenergy fractures with minimal displacement and comminution. Gips dipasang sampai diatas lutut, dengan lutut dalam posisi fleksi 0-5 derajat After 4 to 6 weeks, the long leg cast may be exchanged for a patellabearing cast or fracture brace. Union rates as high as 97%

Kenneth J.; Zuckerman, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd Edition Lippincott Williams & Wilkins 2006

https://www2.aofoundation.org

Operative fracture management • Tatalaksana operatif menjadi pilihan untuk fraktur shaft tibia dengan unstable displacement • Surgical treatment is necessary for open fractures (wound debridement), compartment syndromes, and repair of arterial injuries

http://emedicine.medscape.com/article/

http://en.wikipedia.org/wiki/

28. Male Genital Disorders Disorders

Etiology

Testicular torsion Intra/extra-vaginal torsion

D

Clinical Sudden onset of severe testicular pain followed by inguinal and/or scrotal swelling. Gastrointestinal upset with nausea and vomiting.

Hidrocele

Congenital anomaly, accumulation of fluids around a testicle, swollen blood blockage in the testicle,Transillumination + spermatic cord Inflammation or injury

Varicocoele

Vein insufficiency

Scrotal pain or heaviness, swelling. Varicocele is often described as feeling like a bag of worms

Hernia skrotalis

persistent patency of the processus vaginalis

Mass in scrotum when coughing or crying. Bowel sound on scrotum. Strangulated  nausea, vomiting, fever, edematous, erythematous, discolored

Radang testis sinistra/Orchitis

Mumps virus

Testicular pain and swelling, fatigue, fever, chills, Testicular enlargement, induration of the testis, Erythematous scrotal skin

Torsio Testis Gejala dan tanda: • Nyeri hebat pada skrotum yang mendadak • Pembengkakan skrotum • Nyeri abdomen • Mual dan muntah • Testis terletak lebih tinggi dari biasanya atau pada posisi yang tidak biasa

Tatalaksana Torsio Testis • Manual detorsion – Dapat dilakukan saat pasien di IGD dan merupakan terapi sementara – Cara manual detorsion • Seperti Opening of a book bila dokter berdiri di kaki pasien • Sebagian besar torsio testis , terpelintir kearah dalam dan medial, sehingga manual detorsion akan memutar testis kearah luar dan lateral • Bila testis kiri yang terkena, dokter memegang testis dengan ibu jari dan telunjuk kanan kemudian memutar kearah luar dan lateral 180derajat • Rotasi testis mungkin memerlukan pengulangan 2-3 kali sampai detorsi terpenuhi

– Bila berhasil (dikonfirmasi dengan USG color Doppler dan gejala yang membaik)terapi definitif masih harus dilakukan sebelum keluar dari RS

• Surgical detorsion Terapi definitif • • • •

Untuk memfiksasi testis Tetap dilakukan walaupun,manual detorsion berhasil CITO bila manual detorsion tidak berhasil dilakukan Bila testis yang terkena sudah terlihat, testis dibungkus kassa hangatuntuk memperbaiki sirkulasi dan menentukan testis masih hidup atau tidak

• OrchiectomyBila testis telah nekrosis

http://emedicine.medscape.com/article/2036003-treatment#a1156

Epididymitis • Inflamasi dari epididimis • Bila ada keterlibatan testisepididymoorchitis • Biasanya disebabkan oleh STD • Common sexually transmitted pathogen, Chlamydia

PRESENTATION

TREATMENT

• Nyeri skrotum yang menjalar ke lipat paha dan pinggang. • Pembengkakan skrotum karena inflamasi atau hidrokel • Gejala dari uretritis, sistitis, prostatitis. • O/E tendered red scrotal swelling. • Elevation of scrotum relieves painphren sign (+)

• ORAL ANTIBIOTIC. • SCROTAL ELEVATION, bed rest,&use of NSAID. • admission & IV drugs used. • in STD treat partner. • in chronic pain do epididymectomy.

http://www.racgp.org.au/afp/2013/november/acute-scrotal-pain/

soundnet.cs.princeton.edu

29. Posterior Hip Dislocation

A

Gejala • Nyeri lutut • Nyeri pada sendi panggul bag. belakang • Sulit menggerakkan ekstremitas bawah • Kaki terlihat memendek dan dalam posisi fleksi, endorotasi dan adduksi Risk Factor • Kecelakaan • Improper seating adjustment • sudden break in the car netterimages.com

soundnet.cs.princeton.edu

Anterior Hip Dislocation Gejala • Nyeri pada sendi panggul • Tidak dapat berjalan atau melakukan adduksi dari kaki. • The leg is externally rotated, abducted, and extended at the hip

netterimages.com

Complication Hip Dislocation • Up to 50% of patients sustain concomitant fractures elsewhere at the time of hip dislocation. • Sciatic nerve injury is present in 10% to 20% of posterior dislocations

Cedera N. Ischiadikus • Biasanya cabang peroneus yang terkena dengan sedikit disfungsi dari n. Tibialis • Gejala: – Drop foot • Tidak dapat dorsofleksi kaki

• Cedera N. Peroneus – Foot drop : • Complete – sciatic or lateral popliteal nerve injury

• Incomplete – superficial or deep peroneal nerve » High lesionstotal foot drop » Low lesionsincomplete foot drop

Type 1 : – Dorsiflexion and inversion is not possible – Front of the leg is wasted – Sensation over the dorsal web space is lost

Type 2 : – Cannot evert but can dorsiflex and invert the foot – Wasting of the outer half of the leg – Sensation lost over outer leg and foot

• Gait : - high stepping gait is characteristic .

30. Reconstructive Ladder

D

Skin Graft

Flap

• Tidak memiliki pembuluh darah • Bergantung pada wound bed • Tidak dapat bertahan pada luka yang terekspos tulang • Mudah digunakan • Minimum donor site morbidity • Risk of secondary contracture

• Membawa suplai pembuluh darah sendiri • Tidak bergantung pada wound bed • Dapat menutup berbagai jaringan, termasuk tulang • Lebih sulit digunakan • Considerable donor site morbidity • Low risk of contracture • Bone exposed flap pilihan terbaik

31. Hypertrophic Pyloric Stenosis

A

CLINICAL MANIFESTATIONS • The classic presentation of IHPS – Bayi 3-6 minggu – Mengalami muntah segera setelah makan, tidak berwarna hijau (non-bilious) dan sering kali proyektilMuntah proyektil • Muntah dapat berwarna seperti kopi karena iritasi lambung akibat tekanan di pilorus yang tinggi

– Terlihat lapar dan makan setelah muntah (a

"hungry vomiter")

Palpable mass • Massa – Paling mudah teraba segera setelah muntah karena sebelumnya tertutupi oleh antrum yang distensi atau otot abdomen yang menegang

• Barium Meal: – Mushroom sign – String sign – Double tract sign

https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/peds/abd_webpages/abdominal15b.html

Pemeriksaan Penunjang • Foto Polos Abdomen: – Dapat ditemukan gambaran “single bubble” • Dilatasi dari gaster akibat udara usus yang tidak dapat melewati pilorus

– Gambaran “Caterpillar sign” • Terjadi akibat hiperparistaltik pada gaster

GERD signs and symptoms

The margin of the left diaphragm is not visulized. Barium study shows intrathoracic herniation of the stomach through a left diaphragmatic rupture (hourglass sign)

C

32. Volume Perdarahan Fraktur Femur • Anatomi Os Femur – Terletak dekat dengan pembuluh darah besar (femoral artery)

• Perdarahan akibat fraktur femur dapat mencapai 1,500 ml per femur

Hemorrhaegic Shock

D

33. Colloid For Resuscitation • Koloid merupakan molekul besar yang lebih sulit melewati hambatan difusi ( diffusional barriers ) dibandingkan kristaloid • Kolloid dimasukkan ke dalam vaskular memiliki kecenderungan untuk tetap di dalam pembuluh darah yang lebih besar, sehingga dapat meningkatkan volume plasma yang lebih besar dbandingkan kristaloid • Hal ini berkaitan dengan sifat koloid yang dapat meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler

D

34. Simple/Closed Pneumothorax • Opening in lung tissue that leaks air into chest cavity • Blunt trauma is main cause • May be spontaneous • Usually self correcting

Simple/Closed Pneumothorax S/S : • Chest Pain • Dyspnea • Tachypnea • Decreased Breath Sounds on Affected Side

Th/ • ABC’s with C-spine control • Airway Assistance as needed • If not contraindicated transport in semi-sitting position • Provide supportive care • Contact Hospital and/or ALS unit as soon as possible

Gambaran radiology • •

• • •



Visible visceral pleural edge see as a very thin, sharp white line No lung markings (avascular) are seen peripheral to this line The peripheral space is radiolucent compared to adjacent lung The lung may completely collapse The mediastinum should not shift away form the pneumothorax unless a tension pneumothorax is present (discussed separately). Subcutaneous emphysema and pneumomediastinum may also be present

D 35. Urolithiasis • Urinary tract stone disease • Signs: – – – –

Flank pain Irritative voiding symptom Nausea microscopic hematuria

• Urinary crystals of calcium oxalate, uric acid, or cystine may occasionally be found upon urinalysis • Diagnosis: IVP – Indication • Passing stone • hematuria optimized by optima

C 36. Indikasi rawat pasien luka bakar

(LB)

• LB derajat II > 10 % ( < 10 tahun / > 50 tahun ). • LB derajat II > 20 % ( 10 – 50 tahun ) • LB derajat II > 30 % ( 10 – 50 tahun )ICU • LB yang mengenai : wajah, leher, mata, telinga, tangan, kaki, sendi, genitalia. • LB derajat III > 5 %, semua umur.

• LB Listrik / Petir dengan kerusakan jaringan dibawah kulit • LB Kimia / Radiasi / Inhalasi dengan penyulit. • LB dengan penyakit Penyerta. • LB dengan Trauma Inhalasi

http://emedicine.medscape.com/article/1277360-overview#showall

Indikasi resusitasi cairan • American Burn Association

• Unit Luka Bakar RSCM

– LB derajat II > 10 % ( < 10 tahun / > 50 tahun ). – LB derajat II > 20 % ( 10 – 50 tahun )

– LB derajat II > 10 % ( < 10 tahun / > 50 tahun ). – LB derajat II > 15% ( 10 – 50 tahun )

• Cairan RL 4cc x BB (Kg)x % luas luka bakar (Baxter) dibagi 8 jam pertama dan 16 jam berikutnya http://emedicine.medscape.com/article/1277360 SOP Unit Pelayanan Khusus Luka Bakar RSUPNCM 2011

http://crashingpatient.com/trauma/abdominal-trauma.htm/

37. Retroperitoneal hematom

A

• Zone 1: the midline retroperitoneum • Zone 2: the perinephric space • Zone 3: the pelvic retroperitoneum

Radiologic Examination • Ultrasonography – –



primary evaluation of polytrauma patients follow-up of recuperating patients

CT scan urology with contrastthe best imaging study – –

diagnosis and staging renal injuries haemodynamically stable patients

Hematom pada zona 2 biasanya diakibatkan oleh cedera pada parenkim atau pembuluh darah ginjal • Trauma tajam exploration • Hematom yang tidak membesar,yang diakibatkan oleh trauma tumpultidak dieksplorasi

38. Breast Cancer Screening D

High risk FACTORS

RR

1st degree relatives with BC 1 vs none 2 vs none

2 3-5

First child

age >30 vs
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF