Pembahasan Alp

June 19, 2018 | Author: Gayatri Perdanaga | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pembahasan Alp...

Description

NB: Dicek lagi ya Ardi, jangan sampe yang udah ditulis di dasar teori ditulis lagi di pembahasan. Trus tulisan yang merah itu berarti masih diragukan, aku gak ngerti hasil perhitungan yang ada koreksi sama dosen itu. Tolong dibenerin ya Ardi. Mangaaaatt!!

PEMBAHASAN ALP

Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan ALP (alkaline phosphatase). Fosfatase alkali (alkaline phosphatase, ALP) merupakan enzim yang diproduksi terutama oleh epitel hati dan osteoblast (sel-sel pembentuk tulang baru). Enzim ini juga berasal dari usus, tubulus  proksimalis ginjal, plasenta dan kelenjar susu yang sedang membuat air susu. Fosfatase alkali disekresi melalui saluran empedu. Meningkat dalam serum apabila ada hambatan pada saluran empedu (kolestasis). Tes ALP terutama digunakan untuk mengetahui apakah terdapat  penyakit hati (hepatobiliar) atau tulang. Pada orang dewasa sebagian besar dari kadar ALP berasal dari hati, sedangkan pada anak-anak sebagian besar berasal dari tulang. Jika terjadi kerusakan ringan pada sel hati, mungkin kadar ALP agak naik, tetapi peningkatan yang jelas terlihat pada penyakit hati akut. Begitu fase akut terlampaui, kadar serum akan segera menurun, sementara kadar bilirubin tetap meningkat. Peningkatan kadar ALP juga ditemukan pada beberapa kasus keganasan (tulang, prostat, payudara) dengan metastase dan kadang-kadang keganasan pada hati atau tulang tanpa matastase (isoenzim Regan). Metode yang digunakan dalam pemeriksaan ALP kali ini adalah metode fotometrik kinetik berdasarkan German Society Of Clinical Chemistry (DGKC) yang prinsip  pemeriksaannya adalah, alkaline phospatase mengkatalisa dalam media alkali yang mentransfer p-nitrophenylphospate menjadi p-nitrofenol. Kenaikan p-nitrofenol diukur secara fotometri pada panjang gelombang 405 nm yang sebanding dengan aktivitas alkali  phospatase dalam sampel. Dalam praktikum ini digunakan sampel serum dengan nomor kode 3. Kondisi sampel  baik dan layak digunakan, terlihat dari warna sampel serum yang diterima adalah warna kuning jernih. Sebelum melakukan pemeriksaan ALP dilakukan pembuatan monoreagen ALP

FS, dengan cara mencampurkan 4 bagian reagen ALP FS 1 dan 1 bagian reagen ALP FS 2 (20 ml reagen ALP FS 1 dan 5 ml reagen ALP FS 2). Proses pemeriksaan ALP diawali dengan mengkondisikan alat dan bahan pada suhu ruangan, sebab komponen yang terkandung dalam reagen dan serum akan bersifat tidak aktif  pada suhu dingin dan rusak pada suhu panas. Selain itu dipastikan tanggal kadaluarsa pada reagen ALP FS yang digunakan, untuk mencegah pemakaian reagen yang kadaluarsa dan mengecek kelayakan reagen yang akan digunakan. Alat yang digunakan dipastikan dalam keadaan steril dan bersih agar tidak ada zat penggangu dalam pemeriksaan. Kemudian. dipipet 1000 µL monoreagen ALP FS menggunakan mikropipet dan dimasukkan kedalam tabung reaksi. Serum dipipet sebanyak 20 µL dengna mikropipet dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi monoreagen. Sampel serum dan monoreagen ALP FS dihomogenkan, kemudian diinkubasi selama 1 menit. Dilakukan pengukuran menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 405 nm, pemeriksaan ALP menggunakan panjang gelombang 405 nm karena pada panjang gelombang tersebutlah didapat serapan maksimum. Dilakukan

pengukuran

dengan

menggunakan

spektrofotometer

karena

mempunyai

sensitivitas yang relatif tinggi, pengerjaannya mudah sehingga pengukuran yang dilakukan cepat, dan mempunyai spesifisitas yang baik. Kuvet dimasukkan ke dalam Spektrofotometer untuk diukur absorbansinya. Namun sebelumnya dilakukan pengukuran blanko terlebih dahulu. Pembuatan larutan blanko sama dengan pembuatan larutan sampel yang akan diuji, tetapi hanya berisi reagen ALP FS I dan II tanpa adanya sampel. Blanko ini berfungsi supaya alat spektrofotometer mengenal matriks selain sampel. Pengukuran blanko ini juga berfungsi untuk menetralkan alat dari pengaruh  pengukuran yang dilakukan sebelumnya. Setelah itu, kuvet yang berisi sampel dimasukkan ke tempat kuvet dan dilihat absorbansinya pada layar readout . Kuvet diambil dan diukur lagi setelah interval waktu 1 menit selama 3 menit. Selama proses pemeriksaan ini, bagian bening kuvet tidak boleh disentuh oleh tangan karena sumber sinar akan diteruskan melalui bagian bening kuvet. Jika bagian bening kuvet terkontaminasi oleh tangan, maka akan mempengaruhi nilai absorbansi karena protein -protein yang terdapat pada tangan akan ikut menempel pada permukaan kuvet. Hal ini akan memungkinkan kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh. Pada prinsipnya, suatu molekul yang dikenai suatu radiasi elektromagnetik pada frekuensi yang sesuai akan menyerap energi dan energi molekul tersebut ditingkatkan ke level yang lebih tinggi, sehingga terjadi peristiwa penyerapan (absorpsi) energi oleh molekul. Banyaknya sinar yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang

menyerap radiasi, dan jumlah cahaya yang diabsorpsi berbanding lurus dengan konsentrasinya sesuai Hukum Lambert-Beer. Setelah dilakukan pengukuan aborbansi, data dicatat untuk dihitung dan diinterpretasikan. Setelah dilakukan pengukuran absorbansi sampel dengan masa inkubasi hingga interval 3 menit, didapatkan kadar ALP dalam serum (kode 3) sebesar -17,9205 U/l. Nilai tersebut menandakan kadar ALP dalam sampel serum DIBAWAH, NORMAL ATAU MELEBIHI NORMAL.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum kali ini, yaitu: 1. Penggunaan APD, mengingat sampel yang digunakan berupa serum dan bersifat infeksius. 2. Bahan-bahan harus dipastikan dalam kondisi suhu ruang ketika akan digunakan, agar komponen-komponen di dalamnya bekerja secara optimal. 3. Alat-alat yang digunakan dipastikan bebas dari zat-zat lain yang dapat mengganggu dalam pemeriksaan. 4. Pemipetan baik reagen maupun sampel harus dilakukan secara teliti dan dengan pipet tegak lurus. Hal ini untuk memastikan volume yang dipipet sesuai dengan literatur dan hasil yang didapat akan optimal. 5. Kuvet dipastikan bebas dari lemak maupun kotoran lainnya yang dapat mengganggu spektrofotometer bekerja secara optimal. 6. Waktu inkubasi. Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium: 

Sampel hemolisis,



Pengaruh obat-obatan tertentu (lihat pengaruh obat ),



Pemberian albumin IV dapat meningkatkan kadar ALP 5-10 kali dari nilai normalnya,



Usia pasien (mis. Usia muda dan tua dapat meningkatkan kadar ALP),



Kehamilan trimester akhir sampai 3 minggu setelah mel ahirkan dapat meningkatkan kadar ALP.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF