Pemasangan Tiang Pancang

August 29, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pemasangan Tiang Pancang...

Description

 

Pemasangan Tiang Pancang Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang pancang menggunakan alat pancang hidrolik, yaitu sebagai berikut : 1. Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area manuver alat. 2. Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya. 3. Pada masing masing tiang tiang pancang diberi diberi identitas identitas dan diberi meteran per satu meter. 4. Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya. 5. Melakukan pengukuran pengukuran : 6. Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh Direksi/MK. 7. Kedudukan/posisi Kedudukan/pos isi dari masing-masing masing-masi ng tiang pancang harus ditandai dengan patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan didalam tanah. 8. Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang menyolok. 9. Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan dan berada dalam keadaan/posisi vertikal. 10. Penyambungan tiap t iap bagian ttiang iang dengan las harus dilakukan dilak ukan secermat secerma t mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las tersebut. 11. Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor, panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut : 12. Setiap tiang pancang bagian I diberi tanda pada interval 50 Cm. 13. Setiap tiang pancang bagian II diberi tanda pada interval 25 Cm. 14. Setiap tiang pancang bagian III diberi tanda pada interval 10 Cm.

1. Pengujian Tiang pancang : 

 

Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used pile).

 



 

Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang pancang.

2. Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer, Hammer, Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai. Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan : 

 

Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi : Nomor referensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja



 

Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut :



 

Pembangunan Gedung Kantor ....................................... Uraian syaratsyarat teknis pekerjaan struktur nomor : ................



 

Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set) maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul (hammer) yang paling tepat dan paling lunak. Bila pemancangan dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian naksimum pemukulan yang diusulkan

harus

semaksimal

mungkin

konsisten

dengan

tegangan

maksimum yang diijinkan pada beton dan massa alat pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, harus pula diperhitungkan kemungkinan adanya kehilangan energi pada sambungansambungan. 

 

Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali, batuan keras atau lapisan-lapisan batuan maka ketinggian pcmukulannya harus dikurangi.



 

Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan yang harus disusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya kembali (up Lifting) tiang pancang.



 

Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal tersebut.



 

Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.

 



 

Semua pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat penyambungan bagian tiang pancang.



 

Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada masing-masing tiang pancang diusahakan agar dibatasi sampai lebih kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang (Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang pancang terpasang.

3. Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang pancang dengan menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda 4. Siapkan kertas grafik grafik kalendering kalendering pada pada tiang pancang tersebut 5. Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian hummer dilapaskan 6.

Bila tiang pancang perlu mendapat sambungan karena kedalaman pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang

7. Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya yang mana sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya 8. Axial Loading Test: 

   Axial loading test dilakukan dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksu dimaksudkan dkan untuk

menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial pada tiang pancang yang bersangkutan. 

 

Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200 % dari Design Load.



 

Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8, 1143 -8,

 

sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300 % design load. 

Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan,

 

sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah lobang pemboran Penyelidikan Tanah. 

Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus

 

3 (tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan penambahan beban dilanjutkan sampai kelongsoran (failure) teljadi. 

   Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana,

maka pemancangan harus dihentikan sementara untuk memberikan kesempatan

tanah

kembali

kepada

kondisi

semula.

Pemancangan/Pemukulan tiang pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk menentukan apakah telah terjadi terja di perubahan dari keadaan semula. 9. Lateral Loading Test :   Pengujian ini dilakukan untuk menentukan respon tiang terhadap 

pembebanan pembebana n lateral. 

Jumlah lateral loading test adalah 1 (satu) buah, sebagai percobaan

 

digunakan used pile. 

Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh

 

mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong harus memantau secara langsung hubungan antara beban dan defleksi lateral. 

Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :

 

 

Prosedur Pembebanan

 

Peralatan pengadaan beban

 

Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement

 

Laporan hasil pengujian











 

Pembebanan

dilaksanakan

dengan

cyclic

loading

scsuai

dengan

persyaratan ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x 5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.

 



 

Pada bagian atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan sampai pada “cut off level” dengan nilai CBR minimal 5 %.



 

Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini adalah sebesar 12 mm pada beban percobaan lateral maksimum.



 

Segera

setelah

pengujian

beban

dilakukan,

Pemborong

harus

menyerahkan laporan lengkap tentang hasil pembebanan, agar dapat dilakukan evaluasi oleh Konsultan 

 

Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung akhir tiang pancang tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung jawab Pemborong.

10. Catatan C atatan dan laporan instalasi tiang pancang mencakup mencakup : 

 

Nama Proyek



 

Lokasi Tiang



   

Ukuran Tiang Mutu Beton



 

Tanggal Cor Tiang



 

Beban Rencana Tiang



 

Maximum beban Jacking



 

Total panjang Tiang



 

Total Penetrasi Tiang



 

Tekanan Hidrolis pada setiap interval 1.00 m



 

Level muka tanah



 

Kedalaman penetrasi



 

Level ujung tiang



 

Cut-off level



 

Panjang effective tiang



 

Kondisi cuaca



 

Ganggunan yang timbul



 

Penyimpangan-penyimpangan sewaktu instalasi.



Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras yang letaknya sangat dalam.  

 

Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah, tetapi ada juga dipancangkan miring (battle ( battle pile) pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang dipergunakan serta disesuaikan  pula dengan perencanaannya.  Tiang pancang umumnya digunakan:  1.

Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan  beban lateral boleh jadi terlibat. 

2.

Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang  

3.

kaki-kaki menara terhadap guling. Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang  pancang ini dapat ditarik keluar kemudian. 

4.

Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak  berada pada tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi. 

5.

Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut. 

6.

Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau  pir, khususnya jika erosi merupakan persoalan yang potensial. potensial.  7.

Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas  permukaan air melalui air ai r dan kedalam tanah yang mendasari air ai r tersebut. ters ebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk) maupun beban lateral (Bowles, 1991). 

8.

Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang 

 

9.

Aspek teknologi teknologi sangat berperan dalam dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan dapat tercapai.

10. Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan dan tiang pancang: 11. 1.

Menghitung daya dukung yang yang didasarkan pada karakteristik tana tanah h dasar

yang diperoleh dari penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan. 12. 2.

Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan

dengan jalan memilih kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar. Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya. 13. 3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung 14.

ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.

15. 16. Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut : 17. A. Pekerjaan Persiapan  Persiapan   18. 1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1 meter. 19. 2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.

 

20. 3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set). 21. 4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan. 22. 5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok. 23. 6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan belum tercapai. 24.

Proses penyambungan tiang :

25. a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang pertama. 26. b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu. 27. c. Penyambungan sambungan las las dilapisi dengan anti karat 28. d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat. 29. 7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang ditentukan. 30. 8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah keras/final set yang ditentukan. 31. 9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan. 32. 33. B. Proses Pengangkatan 34. 1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan tumpuan ) 35. Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat peny penyusunan usunan tiang beton, baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan. 36. Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari dari kepala tiang adalah 1/5 L. Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama. 37. Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar. 38.

 

39. 40.

41. 42. 43. 2. Pengangkatan dengan satu tumpuan 44. Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan. 45. Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini

adalah jarak antara kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah diperhatikan bahwa momen maksimum  pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai momen yang yang sama. 

46. 47. C. Proses Pemancangan   48. 1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh

 pada patok titik pancang yang yang telah ditentukan. 49. 2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap

lubang.

 

50. 3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada

helmet yang telah dilapisi kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang. 51. 4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang

telah ditentukan. 52. 5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjang backstay

sambil diperiksa dengan waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai, bagian bawah tiang diklem dengan center gate pada gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.   53. 6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas helmet yang terpasang diatas kepala tiang. 54. 55. 56. D. Quality Control Control   57. 1. Kondisi fisik tiang 58. a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak 59. b. Umur beton telah memenuhi syarat 60. c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan pemancangan 61. 2. Toleransi 62. Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama selam a proses pemancangan berlangsung. Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal dibatasi tidak leboh dari 75 mm. 63. 3. Penetrasi 64. Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap setengah meter. 65. 4. Final set 66. Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

 

67. 68. 69. 70. 71. D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang G Gesek esek   72.

Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam (Hardiyatmo, 2002), yaitu :

73. 1. Tiang dukung ujung (end ( end bearing pile) pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a). 74. 2. Tiang gesek (friction (friction pile) pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

 

75. 76. E. Kapasitas Daya Dukung Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir   77. Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration

test (CPT) seringkali sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat, sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terus-menerus dari  permukaan

tanah-tanah

dasar.

CPT

atau

sondir

ini

dapat

juga

mengklasifikasi lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam perencanaan pondasi tiang pancang ( pile  pile), ), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan kapasitas daya dukung (bearing capacity) capacity) dari tiang pancang sebelum s ebelum pembangunan dimulai, guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :  78. Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ...................................................... ........................................................... ..... (2.1)  79. dimana : 80. Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang. 81. Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang. 82. Qs = Kapasitas tahanan kulit. 83. qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas. 84. Ab = Luas di ujung tiang. 85. f = Satuan tahanan kulit persatuan luas. 86. As = Luas kulit tiang pancang. 87. 88. Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Q u) dipakai

Metode Aoki dan De Alencar. 

 

89. Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung

ultimit dari data Sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :   90. 91. dimana : 92. qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D

dibawah ujung tiang dan F b adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas (f) diprediksi sebagai berikut :  93. 94. 95. dimana : 96. qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang. 97. Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah. 98. Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah. 99. Faktor F b dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai nilai- nilai faktor empirik αs diberikan pada Tabel 2.2   100. Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi (Titi & Farsakh, 1999 ) 

Tipe Tiang Pancang

Fb Fb  

Fs Fs  

Tiang Bor

3,5

7,0

Baja

1,75

3,5

Beton Pratekan

1,75

3,5

101.

Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan

Farsakh, 1999)

Tipe Tanah

αs (%)

Tipe Tanah

αs (%)

Tipe Tanah

αs (%)

Pasir

1,4

2,2

2,0

Pasir kelanauan dengan lempung Pasir

2,4

3,0

2,8

Lanau

3,0

Lempung berpasir Lempung berpasir dengan lanau Lempung berlanau dengan pasir Lempung

2,4

Pasir kelanauan

Pasir berlanau Pasir berlanau dengan lempung Lanau

berlempung dengan lanau

berlempung

2,8

berlanau

2,8

3,0

4,0

 

dengan pasir Pasir berlempung

3,0

Lanau berlempung

3,4

Lempung

6,0

102. 103. Pada umumnya nilai αs untuk pasir = 1,4 persen, nilai αs untuk lanau = 3,0 persen dan nilai αs untuk lempung = 1,4 persen. 104.

Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil

pengujian sondir dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff. 105. 106.

Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus : Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)

107.

dimana :

108.

Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.

109.

qc = Tahanan ujung sondir.

110.

Ap = Luas penampang tiang.

111.

JHL = Jumlah hambatan lekat.

112.

K11 = Keliling tiang.

113.

Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus 

114.

115. 116.

dimana :

117.

Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.

118.

qc = Tahanan ujung sondir.

119.

Ap = Luas penampang tiang.

120.

JHL = Jumlah hambatan lekat.

121.

K11 = Keliling tiang. 

122. 123. 124.

F.

Faktor Aman Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk

membagi kapasitas ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud : 125.

a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode

hitungan yang digunakan. 126.

b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan

kompresibilitas tanah. 127.

c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung

beban yang bekerja.

 

128.

d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang

tunggal atau kelompok masih tetap dalam batas-batas toleransi. 129.

e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang

masih dalam batas toleransi. 130.

Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-

 pengujian beban tiang, baik tiang pancang maupun tiang bor yang  berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan akibat beban beban bekerja (working load ) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).   131.

Besarnya beban bekerja (working (working load ) atau kapasitas tiang ijin (Qa)

dengan memperhatikan keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman (SF) yang sesuai. Variasi  besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan  pondasi tiang pancang, sebagai berikut : 

132. 133.

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3

Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi  

Tipe Hammer

Efficiency, E

Single and double acting hammer

0.7 - 0.8

Diesel Hammer

0.8 - 0.9

drop Hammer

0.7 - 0.9

134.

Pile Material

Coefficient of restitution, n

Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap )

0.4 - 0.5

Wood cushion on steel pile

0.3 - 0.4

Wooden pile

0.25 - 0.3

135. 136.

Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan

dan kerugian antara lain adalah sebagai berikut:  

 

137.

Keuntungannya yaitu: 

138.

1.  Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat,

hasilnya lebih dapat diandalkan. Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.   139.

2. 

Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. 

140.

3.  Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang

 pancang sehingga mempermudah pengawasan pengawasan pekerjaan konstruksi.  141.

4. 

Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya

dukung vertikal.  142.

Kerugiannya yaitu: 

143.

1.  Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan

kegaduhan maka pada daerah yang berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.  144.

2. 

Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.  

145.

3.  Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan

 penyambungannya sulit dan memerlukan alat penyambung khu khusus. sus.   146.

4.  Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan

lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.   147. 148. 149. 150.

Metode pelaksanaan: 

151.

1. 

Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang. 

152.

2. 

Pengangkatan tiang. 

153.

3. 

Pemeriksaan kelurusan tiang. 

154.

4. 

Pemukulan tiang dengan palu (hammer  ( hammer ) atau dengan cara

hidrolik.  155. 156.

Perbandingan

Jenis

Pondasi

Berdasarkan Metode Konstruksinya  157.

Pengeboran ( Drilled   Drilled ) 

158.

Kelebihan: 

Dalam

(Deep

Foundation)

 

159.

1. 

Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat

mengganggu lingkungan sekitar.  160.

2. 

Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.  

161.

3. 

Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan. 

162.

Kekurangan: 

163.

1. 

Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.  

164.

2. 

Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin mes in bor, casing ,

cleaning bucket   dan dan alat bantu pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar.  165.

3. 

Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang. 

166.

4. 

Waktu pengerjaan lebih lama. 

167. 168.

Pemancangan 

169.

Kelebihan: 

170.

1. 

Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar

 pabrik.  171.

2. 

Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis. 

172.

3. 

Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. 

173.

4. 

Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.  

174.

5. 

Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal. 

175.

Kekurangan: 

176.

1. 

Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan. 

177.

2. 

Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.  

178.

3. 

Kesalahan

metode

pemancangan

dapat

menimbulkan

kerusakan pada pondasi.  179.

4. 

Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan

 penyambungan sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.  180.

5. 

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya

akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.   181.

Tekan (Pressed) 

182.

Kelebihan: 

 

183.

1. 

Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat

mengganggu lingkungan sekitar.  184.

2. 

Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat

benturan.  185.

3. 

Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. 

186.

4. 

Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus

5. 

Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung

tiang.  187.

vertikal.  188.

6. 

Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai

standar pabrik.  189.

7. 

Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.  

190.

Kekurangan: 

191.

1. 

Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan

penyambungannya penyambunganny a sulit dan memerlukan alat penyambung khusus.  192.

2. 

Bila memerlukan pemotongan maka dalam

pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan waktu yang lama.   193.

3. 

Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak

besar.  194.

4. 

pondasi.  195.

196. 197.

Memerlukan mesin hydraulic press untuk press untuk menekan

 

198. 199. 200.

Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai

dengan jenis, dimensi, jarak, jumlah, j umlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang pancang ini adalah: adal ah: 

1. 

Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.  

2. 

Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain

(bored pile). 

3. 

Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan

merupakan hasil pabrikasi, sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat dilakukan sebelum tiang pancang digunakan). 

4. 

Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan

yang menggunakan drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/ final  final set   yang ditentukan (kalendering). Sedangkan bila menggunakan  Hydrolic Static Pile Driver

(HSPD),terdapat (HSPD),terdapat dial pembebanan yang

menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat silinder untuk menekan tiang  pancang ke dalam tanah sampai ditemui kedalaman tanah keras. 

Tiang Pancang Pemancangan Tahap Awal dan Pemancangan Selanjutnya

Pondasi yang digunakan untuk causeway adalah tiang pancang baja dengan diameter 600 mm dengan spesifkasi sesuai dengan ASTM A252 Grade 2. Panjang masing-masing pipa 12 m, dengan kedalaman pemancangan rata-rata untuk Sisi Surabaya sekitar 25 m dan sisi Madura 33 m. Pelaksanaan pekerjaan tiang pancang ini meliputi pekerjaan pemancangan,  pengisian pasir, pengisian beton tanpa tulangan tulangan dan pengisian beton dengan

 

tulangan. Kedalaman dari masing-masing pengisian ini didasarkan atas kondisi daya dukung tanah dan penggerusan tanah (scouring). Saat pelaksanaan 2003-2004, pemancangan di tahap awal dilakukan dengan memanfaatkan jalan kerja yang dibuat dengan menimbun, yaitu di Abutment (A0), Pilar 1-5 untuk sisi Surabaya. Sementara di sisi Madura di Abutment (A102), dan Pilar 101 sampai dengan pilar 96. Untuk pilar selanjutnya pekerjaan  pemancangan dilaksanakan dengan menggunakan ponton p pancang. ancang. Persiapan

Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang pipa  baja yang sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas  pekerjaan pemancangan. Selanjutnya adalah pemindahan pemindahan stok pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk trailer. harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane ditempatkan di titik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong teodolit. Metode Pelaksanaan Pemancangan

Ponton service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah diposisikan di dekat pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang diletakkan di atas ponton service untuk dibawa menuju ponton pancang. Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan teodolit (lihat  penjelasan metoda pengukuran). Lalu mengarahkan leader crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong yang telah disetting dengan komando dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan, maka tiang  pancang sudah siap untuk dipancang. Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat  perbandingan dengan menggunakan mal yang dilengkapi dilengkapi dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya dan siap untuk dipancang. Pelaksanaan pemancangan disesuaikan dengan nomor urut dengan pengondisian  ponton, alat ukur, dan crane pancang. Dan setelah dilakukan kalendering (10  pukulan terakhir maksimal sebesar 2,5 cm) maka pemancangan dihentikan. dihentikan. Selanjutnya tiang pancang yang elevasinya tidak sama s ama dipotong dengan menggunakan alat las, setelah setel ah terlebih dahulu diukur dengan menggunakan teodolit. Pengisian Pasir

 

Pengisian pasir dilakukan dengan menggunakan ponton 120 ft, yang mampu menampung pasir 200 m3 sesuai dengan kebutuhan satu pile cap serta excavator PC 200 dengan kapasitas ± 67 m3/ jam. Dump truck mengambil pasir pada stok area dengan bantuan excavator. Selanjutnya dump truck yang telah berisi pasir menuju dermaga dan menuangkan  pasir. Diatas pontoon diposisikan sebuah excavator excavator untuk memindahkan pasir dari dermaga ke ponton. Untuk pengisian pasir dipasang tremi di ujung tiang pancang, dan excavator mengisi pasir ke dalam tiang pancang dengan bantuan tremi. Selanjutnya dilakukan pengukuran kedalaman tiang pancang dengan menggunakan tali yang ujungnya diberi pemberat dan diukur dengan meteran, mete ran, agar bisa mencapai kedalaman rencana dari pasir pada tiang pancang. Pengisian beton

Besi isian pancang dipersiapkan di stockyard. Stok besi diangkut dengan truk menggunakan bantuan crane menuju dermaga dan dinaikkan ke atas ponton. Besi isian dimasukan ke tiang pancang dengan bantuan crane. Untuk mengantisipasi agar tulangan besi tersebut tidak jatuh, maka pada ujung tulangan dimasuki besi melintang yang panjangnya lebih dari diameter pipa pancang. Selanjutnya truk mixer dari batching plan menuju ke pompa pengecoran (concrete  pump). Pengecoran dilakukan dengan concrete pump yang dilengkapi dengan  belalai untuk memasukkan beton ke tiang pancang. Metode Penentuan Posisi (Stakeout) Tiang Pancang di Laut

Secara prinsip Metoda Perpotongan Kemuka yang digunakan untuk Sisi Surabaya dan Sisi Madura diuraikan sebagai berikut: Titik-titikdiameter tempat alat digeser ke mm), kiri atau atadisesuaikan u ke kanan dengan dari as BM sejauh setengah pipaukur pancang (300 posisi tepi tiang  pancang yang akan dibidik. dibidik. Untuk memudahkan pelaksanaan, bag bagian ian tiang  pancang yang di-stake-out atau dibidik adalah tepi tiang pancang, bukan bag bagian ian tengahnya. Tahapan pelaksanaan pengukuran pengukuran di lapangan adalah sebagai berikut:  



Alat ukur teodolit-1 dan teodolit-2 didirikan di titik-titik BM yang telah direncanakan (menggeser ke kiri ke kanan dari as BM), dengan posisi kedudukan teropong mendatar (90°).   Bacaan sudut vertikal teodolit-1 dan teodolit-2 diset pada elevasi 2,50 meter dengan melalui perhitungan pengesetan sudut vertikal.  

 















Bacaan sudut horizontal teodolit-1 dengan acuan arah centerline jembatan diset sebesar b = 03º 59′ 42″ mengarah ke garis singgung tepi tiang  pancang.   Bacaan sudut horizontal teodolit-2 dengan acuan terhadap arah centerline  jembatan diset sebesar b = 273º 59′ 59′ 42″, mengarah ke garis singgung si nggung tepi tiang pancang. Settingsinggung tepi tiang pancang. Setting sudut a dan b untuk masing-masing titik pancang (1-36) dibuatkan dalam bentuk tabel sesuai koordinat titik-titik rencana.   Mengarahkan ladder crane pancang yang memegang tiang pancang di atas kapal ponton ke sasaran bidik teropong teodolit-1 dan teodolit-2. Kemudian singgungkan tepi tiang pancang (seperti gambar ilustrasi) dengan komando dari surveyor. Apabila tepi kiri dan tepi kanan sudah tepat bersinggungan, maka tiang pancang tersebut sudah berada di posisi yang tepat dan siap pancang. panc ang. Cara tersebut digunakan untuk tiang pancang tegak   Untuk tiang pancang miring dengan perbandingan sudut 1:10, ladder crane  pancang diset membentuk sudut 1:10 dengan menggunakan menggunakan mal yang dilengkapi dengan waterpass. Tiang pancang kemudian diarahkan ke arah  bidikkan teropong teodolit-1 teodolit-1 dan teodolit-2 dan disinggungkan disinggungkan ke tepi kiri dan tepi kanannya hingga tepat. Apabila sudah tepat, maka tiang pancang  

tersebut diturunkan sesuai kemiringan dan siap untuk dipancang. Secara  prinsip dari 2 (dua) setting sudut horizontal saja sudah cukup memadai untuk penentuan posisi secara tepat, sedang setting sudut horizontal yang ketiga, keempat dan seterusnya   hanya berfungsi sebagai control/ checking, apakah 2 (dua) setting suduthorizontal yang kita lakukan sudah benar atau tidak.   Dalam pelaksanaan penentuan titik-titik pancang tersebut, perlu adanya adan ya alat komunikasi, guna koordinasi antara tim ti m pengukur (surveyor) dengan tim pancang, serta operator crane. Penentuan titik-titik titik- titik BM yang dipakai untuk referensi posisi alat ukur berdiri disesuaikan dengan kondisi lapangan dengan maksud memudahkan pengukuran dan sasaran tidak terhalang. Metoda perpotongan kemuka yang dipilih untuk penentuan  posisi titik-titik pancang Jembatan Suramadu, secara teknis memenuhi  persyaratan dan tidak terlalu sulit dilaksanakan.  

Selamat malam rekan-rekan survey dimanapun anda berada,kali berada,kali ini kita akan membahas mengenai Metode pengukuran stake out titik pancang di Laut.Bagi yang sudah terbiasa atau berpengalaman dalam pengukuran stake out pancang dilaut mungkin akan bilang mudah,akan tetapi bagi surveyor yang belum pernah sama-sekali sama-sekali mendapat job pancang dilaut ini tentunya akan mengalami kesulitan.

 

 

Metode pengukuran pancang laut



 

Pertama kali yang terpikirkan oleh saya sebelum mengetahui cara kerja pancang dilaut cukup memusingkan kepala..kalau didarat kita bisa menaruh paku yang diikat tali rafia sebagai patok tanda lokasi tiang pancang,nah kalau dilaut masa iya mau di kasih paku juga..hehe..

Untuk menentukan lokasi tiang pancang dilaut diperlukan dua alat ukur,bisa menggunakan menggunaka n total station dan theodolit,bisa juga menggunakan menggunakan 2 total station..Sebelum station..Sebelu m ke teknis pengukuran,ada pengukuran,ada baiknya kita tahu juga mengenai hal-hal lain yang terkait pemancangan dilaut diantaranya:

1.Persiapan



     



3_causeway harus sudah dipersiapkan di posisi yang telah ditentukan. Kemudian crane ditempatkan di titik t itik yang ditentukan dan dikontrol dengan teropong teodolit.    2.Metode Pelaksanaan Pemancangan 



 



 

 

Hal penting yang harus diperhatikan adalah monitoring stok tiang pancang  pipa baja yang sudah di-coating, sesuai kebutuhan untuk menjaga kontinuitas pekerjaan pemancangan. Selanjutnya adalah pemindahan stok  pipa ke tepi pantai sesuai dengan kebutuhan. Peralatan yang digunakan untuk pemindahan ini adalah crane service 25 ton dan truk trailer.

Ponton service ditarik boat mendekati stok tiang pancang yang telah diposisikan di dekat pantai. Dengan bantuan crane, tiang pancang diletakkan di

atas

ponton

service

untuk

dibawa

menuju

ponton

pancang.

Tahapan selanjutnya adalah pengukuran posisi dengan mengunakan theodolite . Lalu mengarahkan leader crane c rane pancang yang memegang tiang

 

 pancang di atas kapal ponton yang telah disetting ponton ke sasaran bidik teropong yang dengan komando dari surveyor. Apabila sudah sesuai dengan posisi yang diinginkan,

maka

tiang

pancang

sudah

siap

untuk

dipancang.

Untuk tiang pancang dengan kondisi miring (sudut 1:10) maka dibuat  perbandingan dengan menggunakan mal yang yang dilengkapi dilengkapi dengan dengan waterpass. Apabila sudah tepat maka tiang pancang di turunkan sesuai dengan kemiringannya

dan

siap

untuk

dipancang.  

Itu tadi gambaran umum metode pemancangan dilaut ,nah untuk surveyor sendiri

detail

cara

pengukuranya

sebagai

berikut:  

1.Mempersiapkan benchmark (BM) minimal 3 patok,apabila posisi patok diatas beton bisa menggunakan paku beton berukuran kecil -+ 1cm,sedangkan bila posisi patok bm dia atas tanah maka dibuat dengan pipa  pralon yang dicor kemudian diletakan paku payung ditengahnya.kenapa BM nya harus 3?jawabanya adalah untuk pengecekan,jadi setelah anda  backsight ke bm 2 anda cek ke BM 3,apabila hasil sudut dan jaraknya masuk,maka bisa dilakukan pengukuran stake out posisi tiang pancang.   

 

2.Posisikan alat total station dari dua arah,misalnya alat 1 disebelah timur lokasi pemancangan,maka alat yang ke dua berada di utara atau selatan lokasi titik pancang. 

posisi 2 alat dari arah berbeda



 

3.Masing-masing surveyor menghitung jarak dan sudut dari tempat station berdiri alat ke titik pemancangan.kalau pemancangan.kalau belum tau caranya,baca dulu  dulu  tentang-

 

hitungan-azimutsudut-jarak.  pastikan titik koordinat pancang sudah di ofset ke hitungan-azimutsudut-jarak. tepi tiang pancang mengikuti ukuran diameter tiang pancang. 

 



 

4.Surveyor 1&2 mengeSet mengeSet alat total station atau theodolitnya theodolitnya ke sudut yang telah di hitung pada langkah nomer 3 diatas,sambil sesekali mengecek verticality tiang pancang.arahkan crew pancang mengikuti arah sudut yang anda set,bergantian dengan surveyor yang satunya.jika sudah oke tiang pancang bisa diturunkan,setelah mencapai tanah (seabed)cek kembali posisi tiang pancang apakah masih di posisi yang benar atau sudah bergeser,jika bergeser minta crew pancang untuk membetulkan lagi posisi tiang pancangnya.



 



 

Itulah tadi tahapan pengukuran stake out tiang pancang dilaut,namun pekerjaan surveyor tidak terhenti disitu saja.Setelah proses pemancangan selesai sampai final set salah satu surveyor perlu mengukur asbuilt dari tiang pancang tadi untuk mengetahui seberapa jauh pergeseran tiang pancang dari desain yang sudah di tentukan.



 

Setelah itu surveyor harus harus melakukan marking marking level cut of pile atau biasa disebut COP mengikuti desain pilecap yang sudah ditentukan dalam drawing..diperlukan drawing..diper lukan kehati-hatian dalam pengukuran level COP ini agar tidak terjadi kesalahan memotong tiang pancang.



 

Setelah pancang dipotong sesuai desain,pekerjaan surveyor selanjutnya adalah marking posisi pile cap di atas papan begisting yang sudah di pasang di tiang pancang.kemudian menetukan top level pile cap..setelah semua pile cap di cor maka surveyor perlu marking lagi untuk posisi beam diatas pile cap.kemudian marking lagi untuk slab dan seterusnya mengikuti desain yang sudah ditentukan.



 



 

Itulah tadi sedikit gambaran mengenai tahapan pengukuran pemancangan dilaut.cukup banyak bukan item kerjanya,akan tetapi dibandingkan dengan pekerjaan surveyor gedung ,pekerjaan pemancangan dilaut lebih santai .

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF