Pedoman Triase Pekauman

August 31, 2017 | Author: Saci Depp | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Pedoman Triase Pekauman...

Description

PEDOMAN TRIASE PUSKESMAS PEKAUMAN

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN PUSKESMAS PEKAUMAN JL.K.S.Tubun No.1 Telp. (0511)3272105 Banjarmasin 70243

0

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan yang berfungsi untuk menerima dan menstabilkan

pasien yang menunjukkan

gejala yang bervariasi baik gawat atau tidak gawat.Triase adalah cara

pemilahan

penanganan

penderita

pasien

untuk

berdasarkan

menentukan

tingkat

prioritas

kegawatanya

dan

masalah yangterjadi pada pasien. Triase di IGD adalah Pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway, Breathing, dan Circulation). Dua jenis keadaan triase dapat terjadi yaitu ; 1. Jumlah penderita

dan beratnya

luka

tidak

melampaui

kemampuan petugas. Dalam keadaan ini pasien dengan masalah gawat

darurat

dan

multi trauma akan dilayani

terlebih dahulu, dan sesuai dengan prinsip ABC. 2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan petugas. Dalam keadaan ini yang akan di layani terlebih dahulu adalah pasien yang dengan kemungkinan survival yang terbesar.

B. Tujuan Tujuan utama triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa, tujuan selanjutnya adalah menetapkan derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.

C. Sasaran

1

Sasaran dari pedoman ini adalah semua Dokter, Perawat dan Bidan yang terlibat pada pelayanan UKP.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan UKP di Puskesmas Pekauman.

E. Batasan Operasional Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang terjadi pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang tindakan. Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan dalam keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar atau di depan gedung puskesmas. Triase

dilakukan

untuk

mengidentifikasi

secara

cepat

korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery). Dalam aktivitasnya, digunakan label pasien merah, hijau dan hitam sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut: 1. Merah,

sebagai

penanda

korban

yang

membutuhkan

stabilisasi segera dan korban yang mengalami: ▪ Syok oleh berbagai kausa ▪ Gangguan pernapasan 2

▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor ▪ Perdarahan eksternal massif.

Pemberian perawatan

lapangan intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai kemungkinan hidup lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini penderita lebih dapat mentoleransi proses pemindahan

ke

Rumah

Sakit,

dan

lebih

siap

untuk

menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini korban dapat menjadi

dikategorisasikan “kuning”

kembali

(misalnya

dari

korban

status

“merah”

dengan

tension

pneumothorax yang telah dipasang drain thoraks (WSD). 2. Kuning,

sebagai

pengawasan

penanda

ketat,

korban

tetapi

yang

perawatan

memerlukan

dapat

ditunda

sementara. Termasuk dalam kategori ini: ▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen) ▪ Fraktur multipel ▪ Fraktur femur / pelvis ▪ Luka bakar luas ▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala ▪ Korban dengan status yang tidak jelas Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus, pengawasan

ketat

terhadap

kemungkinan

timbulnya

komplikasi, dan diberikan perawatan sesegera mungkin. 3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami: ▪ Fraktur minor ▪ Luka minor, luka bakar minor ▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.

3

▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan. 4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dokter melakukan

dan

triase.

paramedis

di

Penanggung

Puskesmas jawab

UKP

wajib

dapat

merupakan

koordinator dari pelaksanaan Triase di Pelayanan Kesehatan Perseorangan di Puskesmas Pekauman.

B. Distribusi Ketenagaan Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab Triase dikoordinir

oleh

Penanggung

jawab

UKP

sesuai

dengan

kesepakatan.

C. Jadwal Kegiatan. Kegiatan triase dilakukan pada waktu jam pelayanan puskesmas karena

puskesmas Pekauman bukan puskesmas

rawat inap.

4

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang: Pelaksanaan Triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan. Pelaksanaan Triase di mulai sejak pasien masuk ke puskesmas pekauman dan pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang disertai penyulit akan di arahkan ke ruang tindakan untuk dilaksanakan pemeriksaan lebih lanjut . DENAH PUSKESMAS PEKAUMAN LANTAI DASAR 19

18

5

17 10 16 9 15 8 14 13 7 12 6 5

1

2

3

11

4 Tera s

Ter as Keterangan Ruangan

1. 2. 3. 4.

Loket Poli KIA Poli Gigi Gudang Apotik

5. Apotik 6. Tindakan 7. Poli Dewasa

8 9 10 11

Laboratorium Vaksin WC.Pasien UGD Jaga IGD/Apotik 12 IGD 13 Bersalin 14 Bayi

15 16 17 18

Jaga Rawat Inap Rawat Inap 1 Rawat Inap 2 Rawat Inap 3

19 Gudang

B. StandarFasilitas 1. Pedoman SOP Triase : 1 buah 2. Pelabelan pasien dengan katagori kuning, merah, dan hitam 6

3. Peralatan dan fasilitas di ruang tindakan 4. ATK 5. Ambulance

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN TRIASE Berdasarkan Oman (2008), pengambilan keputusan triase didasarkan pada keluhan utama, riwayat medis, dan data objektif yang mencakup keadaan umum pasien serta

7

hasil

pengkajian

Comprehensive

fisik

yang

Speciality

terfokus.

Standard,

ENA

Menurut

tahun

1999,

penentuan triase didasarkan pada kebutuhan fisik, tumbuh kembang dan psikososial selain pada faktor-faktor yang mempengaruhi akses pelayanan kesehatan serta alur pasien lewat sistem pelayanan kedaruratan. Hal-hal yang harus dipertimbangkan

mencakup

setiap

gejala

ringan

cenderung berulang atau meningkat keparahannya . Prioritas adalah penentuan mana yang

yang

harus

didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul. Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triase adalah kondisi klien yang meliputi : a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan c. Gawat

darurat,

adalah

suatu

keadaan

yang

mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi),

8

jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010) Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi : Tabel 1. Klasifikasi Triase KLASIFIKASI Gawat darurat (P1)

KETERANGAN Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya

cardiac

kesadaran,

Gawat

tidak

trauma

penurunan

mayor

dengan

perdarahan hebat darurat Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak memerlukan

(P2)

arrest,

tindakan

darurat.

Setelah

dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan Darurat

tidak

lainnya gawat Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi

(P3)

memerlukan

tindakan

darurat.

Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, Tidak

gawat

darurat (P4)

sistitis, otitis media dan lainnya tidak Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda

9

klinis

ringan

/

asimptomatis.

Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling) KLASIFIKASI Prioritas I (merah)

KETERANGAN Mengancam jiwa resusitasi

dan

atau

fungsi

tindakan

vital,

bedah

perlu segera,

mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan

sirkulasi.

Contohnya

sumbatan

jalan

nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio Prioritas

(luka bakar) tingkat II dan III > 25% II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital

(kuning)

bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma

Prioritas III (hijau)

thorak / abdomen, laserasi

luas,

trauma bola mata. Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak

perlu

segera.

Penanganan

dan

pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka Prioritas 0 (hitam)

superficial, luka-luka ringan Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

10

Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan(Iyer, 2004). KLASIFIKASI Kelas I

KETERANGAN Pemeriksaan fisik

Kelas II

minor); dapat menunggu lama tanpa bahaya Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam,

Kelas III

gejala flu); dapat menunggu lama tanpa bahaya Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis media);

dapat

rutin

(misalnya

menunggu

sampai

memar

2

jam

sebelum pengobatan Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul,

Kelas IV

laserasi berat, asma); dapat menunggu selama 1 jam Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok);

Kelas V

tidak boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi yang mengancam hidup B. METODE TRIASE Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke puskesmas Pekauman. kemudian

Perawat triage harus mulai memperkenalkan diri, menanyakan

pengkajian, misalnya;

riwayat

singkat

dan

melakukan

melihat sekilas kearah pasien

sebelum

mengarahkan ke ruang perawatan yang tepat. Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak

11

termasuk pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya bagian trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan

monitor

jantung

dan

tekanan

darah,

dll.

Tanpa

memikirkan dimana pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh perawat utama sedikitnya sekali setiap 60 menit. Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian dilakukan setiap 15 menit

/

lebih

bila

perlu.Setiap

pengkajian

ulang

harus

didokumentasikan dalam rekam medis.Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakuratan dan lokasi pasien di area pengobatan.Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual atau mengalami sesak nafas, sinkop, atau diaforesis.(Iyer, 2004). Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda tanda objektif bahwa ia mengalami gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebih dahulu. Pengkajian awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah keadaan pasien

12

membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data primer)

C. LANGKAH KEGIATAN 1. Pasien datang ke puskesmas pekauman 2. Untuk pasien dengan kesadaran penuh dan tanpa penyulit dikategorikan hijau dan mengikuti alur pelayanan 3. Untuk pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran disertai penyulit akan diarahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan tingkat kegawatanannya dan penanganan lebih lanjut 4. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD). 5. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kodewarna: a. Segera-Immediate

(merah).

Pasien

mengalami

cedera

mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya: Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb. b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol,

fraktur tertutup

pada

ekstrimitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF