PEDOMAN PROGRAM P2 KUSTA dr. Faiq.doc

January 21, 2017 | Author: Faiq Fiwi | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PEDOMAN PROGRAM P2 KUSTA dr. Faiq.doc...

Description

PEDOMAN PROGRAM KUSTA

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN DAERAH

PUSKESMAS WONGSOREJO Jalan Raya Situbondo No. 04 WONGSOREJO BANYUWANGI Telp. 0333 461486

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirohim Assalamualaikum WR.WB

Segala puji bagi Allah SWT , Pedoman kegiatan Program Kusta Puskesmas Wongsorejo Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi telah selesai disusun. Pedoman ini dibuat untuk melaksanakan kegiatan program Kusta di Puskesmas Wongsorejo sebagai unit penyelenggara pelayanan publik. Selain itu, penyusunan pedoman ini bertujuan untuk memberikan petunjuk cara pelaksanaan program Kusta di Puskesmas Wongsorejo bagi seluruh staf Puskesmas Wongsorejo. Semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi pengguna layanan Puskesmas Wongsorejo dan pihak – pihak lain yang berkepentingan.

Wassalam Kepala UPT Puskesmas Wongsorejo

Ns.H.M.SHADIQ S.Kep,MM.Kes NIP 19641110 198502 1 002

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. sasaran D. Ruang Lingkup Pedoman E. Batasan Operasional

BAB II STANDART KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia B. Distribusi ketenagaan C. Jadwal Kegiatan BAB III STANDART FASILITAS A. Denah Ruang B .Standart Fasilitas BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan B. Metode C. Langkah Kegiatan BAB V LOGISTIK BAB VI KESELAMATAN SASARAN BAB VII KESELAMATAN KERJA BAB VIII PENGENDALIAN MUTU BAB IX PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Kusta merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae.Kusta dapat menimbulkan masalah yang sangat kompleks.Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial,ekonomi,budaya,keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit Kusta pada umumnya terdapat di negara negara yang sedang berkembang,sebagai akibat keterbatasan kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam bidang kesehatan,pendidikan dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat. Penyakit Kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat,hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan / pengertian,kepercayaan yang keliu terhadap Kusta dan cacat yang ditimbulkannya.

Dengan kemajuan tekhnologi dibidang promotif,pencegahan,pengobatan serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit Kusta,maka penyakit kuta sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.Akan tetapi mengingat kompleksnya

masalah penyakit Kusta,maka diperlukan program

pengendalian secara terpadu dan menyeluruh melalui strategi yang sesuai dengan endemisitas penyakit Kusta.Selain itu juga harus diperhatikan rehabilitasi medis & rehabilitasi sosial ekonomi untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan mantan penderita Kusta. B. Tujuan 1) TUJUAN JANGKA PANJANG a. Menurunkan transmisi penyakit Kusta pada tingkat tertentu sehingga Kusta tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. b. Mencegah kecacatan pada semua penderita barunyang ditemukan melalui pengobatan dan perawatan yang benar. c. Menghilangkan stigma sosial dalam masyarakat dengan mengubah pemahaman masyarakat terhadap penyakit Kusta melalui penyuluhan secara intensif. 2) TUJUAN JANGKA PENDEK a. Mengintensifkan penemuan dan diagnosis penderita didaerah endemik tinggi dan kantong kantong Kusta di daerah endemik rendah. b. Mengembangkan puskesmas dengan perawatan cacat yang adekuat dengan dukungan sistem rujukan ke Rumah Sakit Umum & Rumah sakit Khusus untuk penderita yang mengalami komplikasi dan membutuhkan rehabilitasi medis. c. Melaksanakan pengelolaan program pengendalian Kusta dengan srategi pengendalian Kusta sesuai endimisitas daerah dan didukung dengan kegiatan kegiatan penunjangnya. d. Menurunkan proporsi anak dan kecacatan tingkat 2 diantara penderita baru menjadi kurang dari 5 %. e. Memberikan pengobatan yang adekuat sehingga tercapai angka kesembuhan (RFT Rate) lebih dari 90 %. f. Menurunkan proporsi penderita cacat pada mata,tangan,kaki setelah RFT kurang dari 5 %. Memberikan perawatan dan pelayanan rehabilitasi yang tepat kepada penyandang cacat Kusta. C. Sasaran - Petugas Kusta - Petugas poli atau dokter yang berkaitan dengan program Kusta

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan Kusta adalah pelayanan di dalam gedung dan luar gedung. Pelaksanaan pelayanan Kusta di jaringan Puskesmas Wongsorejo di sesuaikan dengan sarana prasarana dan tenaga yang tersedia .Pelayanan Kusta di Puskesmas Wongsorejo meliput ikegiatan yang dimulai dari pemeriksaan rasa raba sampai dengan pemberian obat MDT sesuai dengan tipe penyakitnya.

E. Batasan Operasional 1) PENEMUAN PENDERITA SECARA PASIF Penderita datang ke puskesmas atas kemauan sendiri atau saran orang lain. 2) PENEMUAN PENDERITA SECARA AKTIF Dilaksanakan melalui : a. Pemeriksaan kontak, meliputi:  Penemuan penderita baru di keluarga penderita  Kontak intensif dilakukan pada penderita yang dalam pengobatan  Penderita yang sudah RFT dan jika ada penderita baru. b. School survey ( anak sekolah,masyarakat )  Penemuan penderita baru di sekolah, pada murid SD/MI kelas 1 baru.

BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pengelola program Kusta petugas yang telah mendapat pelatihan program Kusta. Petugas pelaksana adalah petugas pelaksana yang telah memenuhi standar kualifikasi sebagai tenaga pelaksana dan telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya. No 1

Jenis

Kompetensi

KompetensiTambahan

Jumlah

Ketenagaan Fungsional

( Ijazah) S1

( Pelatihan ) Pelatihan BCLS

1

Keperawatan

Pelatihan Kusta

Perawat

Pelatihan pengobatan rasional

B. Distribusi Ketenagaan Petugas program Kusta 1 orang dengan standart minimal sudah melakukan pelatihan tentang program Kusta. C. Jadwal Kegiatan - School Survey : dilakukan setiap 1x setahun - Kontak Intensif : dilakukan setiap 1x setahun ,atau bila ada penderita Kusta baru - Penyuluhan Kusta : dilakukan setiap 2x setahun

BAB III STANDAR FASILITAS A. DENAH RUANG Poli P2 Kusta di gedung puskesmas Wongsorejo, dan hanya terdiri dari 1 ruangan dimana ruang pemeriksaan dan pengobatan menjadi satu. Tidak ada tempat tidur pasien. Peralatan poli p2 Kusta adalah sejumlah alat pemeriksaan yang dipergunakan untuk melaksanakan pelayanan di poli p2 Kusta. B.Standart Fasilitas a.Alat di p2 Kusta

1. Tensi meter 2. Stetoskop 3. Termometer 4. Timbangan Badan b. Bahan Habis Pakai 1. Kapas 2. Handscoon 3. Masker c. Perlengkapan 1. Tempat sampah medis yang dilengkapi dengan injakan pembuka dan penutup 2. Tempat sampah non medis tertutup d. Mebeler 1. Kursi kerja 2. Lemari arsip 3. Meja tulis 1/2 biro e. Pencatatan dan Pelaporan 1. Buku register pelayanan 2. Status penderita 3. Kartu monitoring BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Lingkup Kegiatan 1 Promosi Kusta 2 Pencegahan Kusta 3 Penemuan pasien Kusta 4 Pengobatan pasien Kusta B. Metode I.

DIAGNOSIS Untuk menetapkan diagnosis penyakit Kusta perlu dicara tanda utama ( Cardinal Sign ), yaitu : a. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa. b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf,akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis perifer),gangguan fungsi bisa berupa : 1. Gangguan Fungsi sensoris : mati rasa

2. Gangguan fungsi motoris : kelemahan otot (parese) atau kelumpuruhan (paralise) 3. Gangguan fungsi otonom. c. Adanya Bakteri Tahan Asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit.  Seseorang dinyatakan sebagai penderita Kusta bilamana terdapat satu dari tanda tanda utama diatas. II. KLASIFIKASI Dibagi menjadi 2 Tipe : a) Paucibacillary (PB) b) Multibacillary (MB)

TANDA UTAMA

PB

MB

Bercak Kusta

Jumlah 1 s/d 5

Jumlah > 5

Penebalan saraf tepi yang

Hanya satu saraf

Lebih dari satu saraf

BTA Negatif

BTA positif

disertai gangguan fungsi ( Gangguan fungsi bisa berupa kurang / mati rasa atau kelemahan otot yang dipersarafi oleh saraf yang bersangkutan Sediaan Apusan

III.

PEMERIKSAAN KLINIS

Untuk memeriksa seseorang yang dicurigai Kusta harus dilakukan : 1. Anamnesa Pada anamnesa ditanyakan secara lengkap mengenai riwayat penyakitnya : a) Kapan timbul bercak / keluhan yang ada? b) Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama (apakah ada riwayat kontak) ? c) Riwayat pengobatan sebelumnya ? 2. Pemeriksaan Fisik a) Pemeriksaan Pandang Perhatikan adakah bercak atau lesi di kulit,kelainan dan cacat pada tangan atau kaki. b) Pemeriksaan rasa raba

Gunakan sebuah kapas yang dilancipkan untuk memeriksa rasa rasa.Untuk memeriksa anastesi pada telapak tangan dan kaki kurang tepat bila diperiksa dengan kapas,gunakan bolpoint. c) Pemeriksaan saraf Raba dengan teliti saraf tepi berikut : saraf aurikularis magnus,saraf ulnaris,s.radialais,s.peroneus,s.tibialis posterior.Perhatikan raut muka penderita untuk melihat adakah nyeri pada saat diraba. IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG a. Pemeriksaan BTA mikroskopis untuk menegakan diagnosa bila pemeriksaan rasa raba hasilnya meragukan. Pemeriksaan BTA diambil dari kerokan jaringan yang ada didekat telinga. b. BTA dari kerokan jaringan setelah diambil oleh petugas laborat di kirim ke PRM ( Puskesmas Rujukan Mikroskopis ) untuk di periksa BTA

V.

PENGOBATAN

MDT (Multi Drug Therapy ) adalah kombinasi dua atau lebih obat anti Kusta,yang salah satunya terdiri dari rifampisin sebagai anti Kusta yang sifatnya bakterisid kuat dengan obat anti Kusta lain yang bisa bersifat bakteriostatik Regimen MDT yang dianjurkan oleh WHO adalah : 1.Penderita Pauci baciler ( PB ) 

Dewasa : Pengobatan bulanan : Hari pertama (dosis yang diminum didepan petugas) 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg ( 600mg ) 1 tablet Dapsone (DDS 100 mg ) Pengobatan harian : Hari ke-2 – 28 ( dibawa pulang ) 1 Tablet Dapsone (DDS 100 mg ) 1 Blister untuk 1 bulan Lama pengobatan : 6 Blister diminum selama 6 – 9 bulan.

2.Penderita Multi Baciler ( MB ) 

Dewasa Pengobatan Bulanan : Hari pertama ( Dosis yang diminum di depan petugas ) 2 kapsul Rifampisin @ 300 mg ( 600 mg ) 3 Kapsul Lamprene @ 100 mg ( 300 mg ) 1 Tablet Dapsone ( DDs 100 mg ) Pengobatan Harian : Hari ke 2 – 28 1 Tablet Lamprene @ 50 mg 1 Tablet Dapsone ( DDS 100 mg ) 1 Blister untuk 1 bulan.

Lama pengobatan : 12 blister diminum selama 12 – 18 bulan. DOSIS MDT MENURUT UMUR TIPE PB Rifampisin

15

KETERANGAN

KETERANGAN

TAHUN 600 mg / bl

Minum didepan

100 mg / hr

petugas Minum didepan

/hr 25 mg/hr

50 mg / hr

100 mg / hr

petugas Minum dirumah

Clofazimine

100

150 mg/bl

300 mg/bl

Minum didepan

( Lamprene )

mg/bl 50 mg 2

50 mg setiap

50 mg/hr

petugas Minum dirumah

x

2 hr

semingg u DOSIS MDT bagi Anak di bawah 10 Tahun :  Rifampisin  DDS  Clofazimine VI.

: 10 – 15 mg / kg BB : 1 – 2 mg / kg BB : 1 mg / kg BB

REAKSI KUSTA Reaksi Kusta merupakan suatu episode mendadak dalam perjalanan kronis penyakit Kusta yang merupakan suatu reaksi kekebalan ( seluler respon ) atau reaksi antigen – antibodi ( Humoral Respons ) dengan akibat merugikan penderita,terutama pada saraf tepi yang bisa menyebabkan gangguan fungsi ( cacat ) yang ditandai dengan peradangan akut baik dikulit maupun saraf tepi. Faktor pencetus terjadinya reaksi Kusta misalnya : a. Penderita dalam keadaan kondisi lemah. b. Kehamilan & setelah melahirkan ( masa Nifas )

c. d. e. f.

Sesudah mendapat imunisasi. Infeksi ( seperti malaria,infeksi pada gigi,bisul,dll ) Stress fisik & mental. Kurang gizi.

JENIS REAKSI : 

REAKSI TIPE 1

GEJALA 1.KELAINAN

REAKSI RINGAN Tambah aktif,menebal

REAKSI BERAT Kelainan membengkak sampai

KULIT

merah,teraba panas dan nyeri

ada yang pecah , merah,teraba

tekan.Makula yang menebal dapat

panas & nyeri tekan.Ada

sampai membentuk plaque

kelainan kulit baru,tangan dan

Tidaka ada nyeri tekan saraf &

kaki membengkak,sendi sakit Nyeri tekan, dan / atau

gangguan fungsi

gangguan fungsi,misalnya

2.SARAF TEPI

kelemahan otot 

REAKSI TIPE 2

GEJALA (1) 1.KELAINAN

REAKSI RINGAN (2) Nodul merah yang nyeri

REAKSI BERAT (3) Nodul,nyeri tekan,ada yang

KULIT

tekan,jumlah sedikit,biasanya

pecah (ulseratif),jumlah

2.KEADAAN

hilang sendiri dalam 2-3 hari Tidak ada demam atau demam

banyak,berlangsung lama Demam ringan sampai berat

UMUM 3.SARAF TEPI

ringan Tidak ada nyeri raba ataupun

Ada nyeri raba,dan atau

4.ORGAN

gangguan fungsi Tidak ada gangguan

gangguan fungsi Terjadi peradangan pada organ –

TUBUH

organ tubuh Mata = Iridosiklitis Testis = Epididyoorchitis Ginjal = Nefritis Sendi = Arthritis Kelenjar limfe = Limfadenitis Gangguan pada tulang,hidung & tenggorokan

PENATALAKSAAN REAKSI Untuk Reaksi Ringan :

1.Berobat jalan,istirahat dirumah. 2.Pemberian analgetik/antipiretik,obat penenang bila perlu. 3.Mencari dan menghilangkan faktor pencetus. 4.MDT tetap diberikan dengan dosis tidak diubah Untuk Reaksi Berat : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Immobilisasi lokal / istirahat dirumah. Pemberian analgesik,sedatif. Reaksi tipe 1 & tipe 2 berat diobati dengan prednison sesuai protap MDT tetap diberikan dengan dosis tidak berubah. Mencari & menghilangkan faktor pencetus. Bila ada indikasi rawat inap penderita dikirim ke RS. Reaksi tipe 2 berat berulang diobati dengan prednison dan lamprene.

SKEMA PEMBERIAN PREDNISON  DEWASA Reaksi tipe 1 dan tipe 2 berat  2 Minggu I : 40 mg/hr ( 1 x 8 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu II : 30 mg/hr ( 1 x 6 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu III : 20 mg/hr ( 1 x 4 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu IV : 15 mg/hr ( 1 x 3 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu V : 10 mg/hr ( 1 x 2 tab ) pagi hari setelah makan  2 Minggu VI : 5 Mg/hr ( 1 x 1 tab ) pagi hari setelah makan Kasus reaksi berat pada bumil & penderita dengan komplikasi penyakit lain harus dirujuk ke Rumah Sakit.  ANAK Untuk pengobatan reaksi berat pada anak harus dikonsultasikan ke dokter atau dirujuk,karena steroid dapat mengganggu proses pertumbuhan. Dosis maksimum prednison pada anak tidak boleh melebihi 1 mg/kgBB. Minimal pengobatan 12 minggu/3 bulan. VII. MANAJEMEN PROGRAM KUSTA - Monitoring dan evaluasi program pengendalian Kusta - Pengelolaan logistik program pengelian Kusta. VIII. PENGENDALIAN KUSTA KOMPREHENSIF - Kelompok rentan - Kelompok rentan : Diabetes melitus, ibu hamil - Kusta Anak IX. MENGHITUNG DAN ANALISA INDIKATOR Angka penemuan penderita baru Jumlah penderita yang baru ditemukan pada periode x 100.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama Angka kesembuhan ( RFT ) rate MB Jumlah penderita baru MB yang menyelesaikan 12 dosis dlm 12-18X100%

Jumlah seluruh penderita baru MB yang mulai MDT pada periode kohor yang sama Angka kesembuhan RFT rate PB Jumlah penderita PB yang menyelesaikan 6 dosis dalam 6-9 bulan x 100% Jumlah seluruh penderita baru PB yang mulai MDT pada periode kohor tahun yang sama. Prevalensi dan angka prevalensi Jumlah penderita Kusta terdaftar pada suatu saat tertentu x 10.000 Jumlah penduduk pada tahun yang sama C. Langkah Kegiatan - School Survey : penemuan penderita baru di sekolah - Kontak intensif : penemuan penderita Kusta baru di keluarga

BAB V LOGISTIK A. Pengelolaan logistik 1. Perencanaan Kebutuhan Obat Perencanaan Kebutuhan MDT Kusta dilakukan terpadu dengan perencanaan obat program lainnya yang berpedoman pada : - Jumlah penemuan pasien pada tahun sebelumnya - Perkiraan jumlah penemuan pasien yang di rencanakan - Sisa stok yang ada - Perkiraan waktu perencanaan dan waktu distribusi 2. Tingkat UPK ( Unit Pelayanan Kesehatan )

UPK menghitung kebutuhan tahunan, tribulan, dan bulanan sebagai dasar permintaan ke Kabupaten / Kota. B. Pengadaan Obat MDT Kusta Pengadaan obat MDT menjadi tanggungjawab pusat mengingat obat MDT Kusta merupakan obat yang sangat esensial . C. Pemantauan Mutu obat MDT Kusta Mutu obat MDT diperiksa melalui pemeriksaan pengamatan fisik obat meliputi : -

Kebutuhan kemasan dan wadah Penandaan / label termasuk persyaratan penyimpanan Leaflet dalam bahasa Indonesia Monor batch dan tanggal kadaluwarsa baik di kemasan dan box .

BAB VI KESELAMATAN SASARAN PROGRAM 

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana Puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.



Tujuan penerapan keselamatan paisen adalah terciptanya budaya keselamatan pasien, meningkatkan akuntabilitas Puskesmas terhadap pasien dan masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan (KTD) di Puskesmas, terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.



Pelayanan poli P2 Kusta memperhatikan keselamatan pasien dengan cara : a.

Identifikasi Potensi -

Kemungkinan kesalahan identifikasi tipe penyakit Kusta

-

Kemungkinan kesalahan penulisan nama pada kartu penderita

-

Kemungkinan pengulangan pemeriksaan POD pada penderita Kusta

-

Kemungkinan kesalahan pencatatan hasil pemeriksaan penderita Kusta

-

Kemungkinan kesalahan penyerahan obat MDT Kusta

b.

Pencegahan terjadinya kesalahan -

Pelaksanaan prosedur identifikasi dan kesesuaian dengan identitas pasien.

-

Petugas dalam melakukan pelayanan harus sesuai dengan SOP.

-

Monitoring secara berkala oleh Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

c.

Pelaporan -

Setiap adanya kesalahan pelayanan poli P2Kusta dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

-

Pengaduan dan keluhan pasien terkait dengan pelayanan poli P2 Kusta dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas Wongsorejo.

d. -

Penanganan/tindak lanjut Hasil identifikasi, temuan audit internal, pelaporan dan keluhan atau pengaduan dibahas dan ditindaklanjuti oleh Tim Mutu dalam Rapat Tinjauan Manajemen

Hasil rapat dilakukan umpan balik kepada penanggung program Kusta.

BAB VII KESELAMATAN KERJA A.

Tujuan -

Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.

-

Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi

terinfeksi

penyakit

menular

dilingkungan

tempat

kerjanya,

untuk

menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”. B.

C.

Tindakan yang beresiko terpajan -

Cuci tangan yang kurang benar.

-

Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat.

-

Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai. Prinsip Keselamatan Kerja

Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan yaitu : - Cuci tangan guna mencegah infeksi silang - Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan kuman penyakit. - Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU Indikator mutu yang digunakan di program P2 Kusta Puskesmas Wongsorejo dalam adalah penemuan penderita Kusta baru

hasil 100%. Penemuan penderita Kusta baru

dimaksud adalah penemuan penderita Kusta dilakukan baik secara aktif maupun pasif. Indikator mutu akan dipantau oleh Tim Mutu Puskesmas melalui monitoring dan evaluasi pelaksanaan. Pencapaian indikator mutu dibahas dalam pertemuan tinjauan manajemen dan dilaporkan kepada Kepala Puskesmas.

BAB IX PENUTUP Pedoman ini sebagai acuan bagi karyawan puskesmas dan lintas sector terkait dalam pelaksanaan kegiatan program Kusta di UPT. Puskesmas Wongsorejo. Keberhasilan kegiatan program Kusta merupakan keberhasilan upaya menekan angka kecacatan akibat Penyakit yang dapat dicegah dengan penemuan penderita Kusta baru sejak dini.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF