PEDOMAN PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA
BAGI PETUGAS DI LAPAS/RUTAN
i
::::::
:
:::
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MAI\USIA RI
DIREKTORAT JENDERAL PEMASYAITAKATAN
JAKARTA 2A13
PEDOMAN PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA
BAGI PETUGAS DI LAPAS/RUTAN
Iiii;l
#n..,
ii:
rii
lidr
.:::::
w ' 1..
iiru I
IN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI
DIREKTORAT JtrNDERAL PtrMASYARAKATAN
JAKARTA 2013
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN Meningkatnya kasus tindak pidana di indonesia dari tahun ke tahun mengakibatkan meningkatnya jumlah hunian
di Lapas dan Rutan sehingga daya tampung di Lapas dan
Rutan menjadi over kapasitas. Situasi yang dihadapi saat ini perlu disikapi dengan bijak
yaitu dengan tetap melaksanakan kegiatan pembinaan di Lapas dan Rutan sesuai standar dan terukur.
Direktorat Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan melalui Sub Direktorat Bimbingan Kepribadian perlu mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar kegiatan
pembinaan kepribadian sebagai pembinaan dapat dilaksanakan dengan baik. Saya menyambut baik dengan terbitnya buku "Pedoman Pembinaan Kepribadian Narapidana
Bagi Petugas
Di
Lapas/Rutan". Buku
ini
diharapkan dapat menambah wawasan
pengetahuan bagi para petugas untuk melaksanakan tugas sehari-hari khususnya tugas dibidang pembinaan kepribadian. Saya mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan para pihak yang telah berpartisipasi sehingga buku pedoman ini dapat diselesaikan.
ERAL PEMASYARAKATAN,
AMAD SUEB 726 t97709
I 001
KATA PENGANTAR Puji Syukur kepada Allah SWT atas Rahmat dan KaruniaNya sehingga berkat RidhoNya dapat tersusun buku Pedoman Pembinaan Kepribadian Narapidana bagi Petugas
di Lapas iRutan
.
Dengan tersusunnya buku pedoman ini diharapkan kegiatan pembinaan khususnya pembinaan Kepribadian dapat mencapai hasil yang maksimal.
Buku pedoman ini disusun dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan pembinaan Kepribadian disetiap Lapas dan Rutan dapat dilaksanakan secara standard dan terukur walaupun situasi dan kondisi disetiap Lapas /Rutan berbeda.
kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan penyusunan buku pedoman ini. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak atas Saran dan
kerjasamanya dan partisipasinya
.
Demikian, semoga buku Pedoman ini berguna bagi kita semua . Amiin
I akarta, 04 Novemb er 20 73
AN TAHANAN,
'tt-t O, Bc.IP., M.Si. 5 198403 1 003
TIM PENYUSUN PEDOMAN PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA BAGI PETUGAS DI LAPAS / RUTAN Surat Tugas Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Nomor
: :
PAS.7.KP.04.01-06 07 Februari21l3
Tanggal : Direktur Jenderal Pemasyarakatan I. Pelindung II. Penanggung Jawab : Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan Tahanan III. Penyusun 1. Iwan Pramono, Bc.IP., S.H. 2. Drs. Husni Setiabudi, Bc.lP., M.Si. 3. Tejo Harwanto, Bo.IP., S.lP., M.Si. 4. Husnal Fikri, S.Sos., M.H. 5. Yeni Setiawati, S.E., M.H. 6. Surya Dharma, Amd.IP., S.H. 7. Mitro Subroto, Bc.lP., S.IP., M.Si. 8. Andi Heri Irawan, Amd.IP., S.H., M.H. :
Tetra Destorie Imantoro, Amd.IP., S.Sos., M.H. 9. 10. Tri Budi Haryoko, Amd.IP., S.H., M.H.
1.
Risman Somantri, Amd.lP., S.H. 12. Djoni Praptomo, S.H., M.Si. 13. Ahmad Fauzi, S.Pd. 14. Rahmat Ali Akbar, S.Ag. 15. Desy Prita Untari, S.Ag. 1
IV. Kontributor l. Anas Saeful Anwar, Bc.IP., M.Si. :
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
(Kalapas Klas IIA Narkotika Cirebon) Rahmat Mulyana, Bc.IP., S.E. (Kalapas Klas IIB Garut) Bambang Irawan, Bo.IP., S.E. (Kalapas Klas IIB Tasikmalaya) Tri Saptono, Bo.IP., S.H., M.Si. (Kalapas Klas IIB Cianjur) Kodir, Bc.IP., S.H. (Karutan Klas IIB Garut) Nana Herdiana, Bc.IP., S.Sos. (Kalapas Klas III Warung Kiara Sukabumi) Syharulmanan, Bc.IP., S.lP. (Kabid Pembinaan Lapas Klas I Cipinang) Ahmad Hardi, Bc.IP., S.H. (Kabid Pembinaan Lapas Klas I Sukamiskin Bandung)
ilt
DAFTAR ISI PEDOMAN PEMBINAAN KEPRIBADIAN NARAPIDANA BAGI PETUGAS DI LAPAS / RUTAN Sambutan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kata Pengantar Tim Penyusun
..lll
Daftar Isi
BAB I
B. Dasar Hukum C. Maksud dan Tujuan D. Ruang Lingkup E. Pengertian BAB II
BAB
III
BAB IV
.......................2 .............. 3 ..................... 4 .......... 4
TUGAS, FUNGSI DAN PERAN PETUGAS PEMBINAAN
KEPRIBADIAN A. Tugas B. Fungsi C. Peran Petugas Pembinaan Kepribadian
......,6 .................. 6 ................. 6 ................... 6
PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG KEAGAMAAN ........
A. Rutin l. Metode 2. Mekanisme 3. Prosedur B. Khusus 1. Metode 2. Mekanisme 3. Prosedur
................... 8 ..........8 ..................... 9
........9
................ 9 ........ l0 ................... 10
...... 10
PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG OLAHRAGA DAN KESENIAN .............
A.
7
Olahraga A.1. Rutin 1. Metode 2. Mekanisme ...........
12
t2 12
t2 t2 13
IV
BAB V
BAB VI
BAB
VII PELAPORAN.............. A. Tujuan Pelaporan B. Penyampaian Pelaporan C. Bentuk Laporan D. Format Laporun
BAB VIII PENUTUP DAFTAR PUSTAKA
I,AMPIRAN
:
1. Format Laporan Rutin Bulanan
2.
SOP Pelaksanaan Pembinaan Narapidana
............ 24 ............... 24 ..... 24 .................. 24 ..................25
..............26 27
BAB
I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Era reformasi yang sudah berjalan sekitar lebih dari satu dasawarsa ini tampaknya belum memperlihatkan suatu perubahan yang nyata dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, hal itu sangat dimaklumi karena salah satu hal
penting yang harus dilaksanakan dalam reformasi
ini adalah
reformasi birokrasi.
Reformasi birokrasi tidak terlepas dari adanya perubahan dari suatu organisasi, perubahan tersebut adalah adanya pembaruan birokrasi yang berarli upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia
ini
dibutuhkan
pegawai yang terampil, profesional dan menguasai tugasnya agar dapat memberikan pelayanan pemasyarakatan secara optimal. Peranan sumber daya manusia dalam suatu
organisasi merupakan aset yang sangat penting dan secara signifikan dapat menentukan berhasil atau tidaknya organisasi tersebut mencapai tujuan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, pengertian Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenat arah dan batas serta cara pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) berdasarkan Pancasila yang
dilaksanakan secara terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas warga binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki
diri, dan tidak mengulangi tindak pidana
sehingga dapat diterima
kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab'
Terdapat sepuluh prinsip pemasyarakatan yang menjadi dasar filosofis lembaga pemasyarakatan di Indonesia. Pertama, mengayomi dan memberikan bekal hidup agar
mereka dapat menjalankan peranannya sebagai warga masyarakat yang baik dan berguna. Kedua, penjatuhan pidana bukan tindakan balas dendam dari negara. Ketiga,
memberikan bimbingan bukan penyiksaan supaya mereka bertobat. Keempat, negara
tidak berhak membuat seseorang lebih buruk/lebih jahat daripada sebelum dijatuhi pidana. Kelima, selama kehilangan kemerdekaan bergerak, para narapidana dan anak
didik harus dikenalkan dengan masyarakat dan tidak boleh diasingkan dari
masyarakat. Keenam, pekerjaan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik
tidak boleh bersifat sekedar mengisi waktu, atau kepentingan negara sewaktu
saja.
Pekerjaan yang diberikan harus satu dengan pekerjaan dan yang menunjang usaha
peningkatan produksi. Ketujuh, bimbingan dan didikan yang diberikan kepada narapidana dan anak didik harus berdasarkan Pancasila. Kedelapan, narapidana dan
anak didik sebagai orang-orang yang tersesat adalah manusia, dan mereka harus diperlakukan sebagai manusia. Kesembilan, narapidana dan anak didik hanya dijatuhi pidana kehilangan kemerdekaan sebagai satu-satunya derita yang dialami. Kesepuluh, disediakan sarana-sarana yang dapat mendukung fungsi rehabilitatif, korektif, dan edukatif dalam sistem pemasyarakatan. Berbanding lurus dengan dasar filosofis tersebut, tujuan sistem pemasyarakatan
ini meliputi empat hal. Pertama, meningkatkan kualitas
ketaqwaan kepada Tuhan
yang Maha Esa, sikap dan perilaku. Kedua, meningkatkan kualitas intelektual,
kecintaan
dan
kesetiaan kepada negaTa. Ketiga, meningkatkan kualitas
profesionalisme/ketrampilan. Keempat, meningkatkan kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Pasal
2, disebutkan bahwa program pembinaan meliputi kegiatan pembinaan kepribadian dan kemandirian. Khusus dalam hal pembinaan kepribadian, memiliki beberapa aspek
kegiatan yang bertujuan membentuk mental rohani dan jasmani narapidana yang meliputi: Pertama; meningkatnya tingkat keimanan sebagai pengendalian diri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kedua; memiliki badan sehat dan berjiwa seni. Ketiga; memiliki kesadaran bernegara sebagai wujud cinta terhadap tanah air.
Untuk mewuiudkan pembinaan kepribadian yang optimal, tentunya menuntut kemampuan dan tanggung jawab dari para petugas, termasuk perlunya dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai. Dengan demikian, penyelenggaraan pembinaan kepribadian narapidana perlu dilaksanakan melalui program yang terencana, selaras, dan sistematis. Untuk
itu perlu disusun suatu buku yang
dapat
dijadikan pedoman bagi petugas pemasyarakatan dalam menyelenggaraan tugas-tugas pembinaan kepribadian narapidana.
B.
Dasar Hukum
Landasan hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembinaan kepribadian di Lapas, Rutan, dan Cabang Rutan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal
29 tentang
kemerdekaan untuk memeluk agama dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu);
2. tJndang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 1995
tentang
Pemasyarakatan;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak bagi Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 atas Perubahan PP Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang SyaratSyarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas, dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
7. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M02-PK-04.10 Tahun 1
990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan;
8. Peraturan Menteri Hukum dan HAM Ri Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 Tanggal 30 Desember 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
C.
Maksud dan Tujuan
1.
Maksud
Buku pedoman pembinaan kepribadian ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk tentang penyelenggaraan pembinaan kepribadian bagi petugas pemasyarakatan di Lapas, Rutan, dan Cabang Rutan. Agar fungsi dan tugas pembinaan terhadap narapidana dapat dilaksanakan secara terpadu dan optimal. Sehingga tingkah laku mereka setelah selesai menjalani pidananya dapat berubah menjadi lebih baik.
2.
Tujuan
Tujuan dari buku pedoman pembinaan kepribadian ini agar dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pembinaan kepribadian di seluruh Lapas,
Rutan, dan Cabang Rutan seluruh indonesia. Sehingga diperoleh kesamaan persepsi dan keselarasan dalam pelaksanaannya.
D.
Ruang Lingkup
Materi buku pedoman ini mencakup ruang lingkup pembinaan keagamaan, pembinaan olahraga dan kesenian serta bimbingan intelektual dan kesadaran bernegara.
Pengertian
1.
Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana.
2.
Pegawai Pemasyarakatan adalah pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia yang menjalankan tugas dan fungsi di bidang
3.
pemasyarakatan.
Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut lapas adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan.
4.
Rumah Tahanan Negara (Rutan) adalah unit pelaksana teknis tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
5.
Warga Binaan Pemasyarakatan adalah naraptdana, anak didik pemasyarakatan dan
klien pemasyarakatan.
6.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lapas.
7.
Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan dalam rutan/cabang
8.
rutan.
Petugas Pemasyarakatan merupakan pejabat fungsional penegak hukum yang melaksanakan tugas
di
bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan
warga binaan pemasyarakatan.
9.
Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani naraprdana dan anak didik pemasyarakatan.
10. Pembinaan Kepribadian adalah pembinaan yang meliputi pembinaan keagamaan, pembinaan olah raga dan kesenian, pembinaan intelektual dan pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara.
11. Pembina Pemasyarakatan adalah petugas pemasyarakatan yang melaksanakan pembinaan naraprdana dan anak didik pemasyarakatan di Lapas.
12. Kode
Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, atau
perbuatan pegawai
pemasyarakatan dalam pergaulan hidup sehari-hari guna melaksanakan tugas dan
fungsi pelayanan, pembinaan, daan pembimbingan terhadap warga binaan pemasyarakatan.
13. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan.
14. Prasarana adalah segala sesuatu
yang merupakan penunjang
utama
terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek, dan sebagainya).
15. Prosedur adalah tahap atau metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.
16. Mekanisme adalah cara kerja suatu organisasi atau perkumpulan.
BAB
II
TUGAS, FUNGSI DAN PERAN PETUGAS PEMBINAAN KEPRIBADIAN
A.
Tugas
Petugas pembinaan kepribadian bertugas melaksanakan program pelayanan pembimbingan, pengawasan dalam bentuk kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian, monitoring evaluasi dan pelaporan serta kegiatan teknis lainnya yang relevan.
B.
Fungsi 1. Menyampaikan informasi dan pengetahuan yang bertujuan menghasilkan input,
yakni kemampuan narapidana dalam memahami, meresapi, dan mengamalkan informasi yang didapatkannYa.
2. Merubah dan mengembangkan sikap dan perilaku narapidana melalui pembelajaran secara
fisik dan psikis dalam diri
proses
narapidana, sehingga mereka
mampu mengubah diri dari kebiasaan dan perilaku sebelumnya.
3. Melatih dan mengembangkan kecakapan dan keterampilan narapidana
secara
bertahap dan progresif.
C. Peran Petugas Pembinaan Kepribadian 1. Memberikan dukungan dan dorongan kepada naraprdana agar mampu menghadapi masalahnya.
2. Mengarahkan dan menjelaskan
apa yang harus dikerjakan.
3. Mendorong semangat dan percaya diri narapidana. 4. Membantu narapidana bertindak sesuai prosedur dan aturan yang berlaku. 5. Memberikan konsultasi kepada narapidana dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi.
6. Menyiapkan dan menyalurkan informasi yang dibutuhkan narapidana. 7. Merencanakan dan mengkoordinasikan pelayanan serta monitoring terhadap kemajuan.
8. Memberikan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai.
BAB
III
PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG KEAGAMAAN Pembinaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu usaha, tindakan, dan
kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil lebih baik. Pembinaan juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan. Pembinaan merupakan proses peningkatan yang identik dengan pendidikan. Perbedaan di antara keduanya terletak pada pengembangan sikap. Kemampuan dan kecakapan dari sisi praktis dan teoritisnya. Adapun
tujuan dari pembinaan yang dimaksud adalah suatu proses pemberian bantuan kepada orang lain untuk melakukan pembenahan, perbaikan serta pengembangan pengetahuan dan
kecakapan yang telah
dimiliki, di samping itu untuk memperoleh keterampilan dan
pengetahuan baru yang mampu menjadi bekal untuk pengembangan selanjutnya secara
efektif dan efisien. Menurut Harun Nasution, agama adalah suatu sistem kepercayaan dan tingkah laku yang berasal dari suatu kekuatanyang ghaib. Emile Durkheim mengatakan bahwa agama
adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Sebuah agama biasanya mengajarkan beberapa hal
pokok yang menjadi ruang lingkup ajarannya. Ruang lingkup tersebut adalah keyakinan dan sistem nilai. Keyakinan adanya suatu kekuatan yang mengatur dan menciptakan alam
dan seisinya. Keyakinan
ini
membawa manusia untuk mencari kedekatan
diri kepada
Tuhan dengan cara menghambakan diri yaitu dengan cara mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Sedangkan ruang lingkup yang lain adalah sistem nilai yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya atau al am semes ta y ang berkaitan den gan keyakinannya.
Secara umum pembinaan narapidana dan tahanan bertujuan agar mereka dapat
menjadi manusia seutuhnya dan tidak mengulangi perbuatannya. Hal
ini
sejalan dengan
arah pembangunan nasional melalui jalur pendekatan menambah keimanan dan membina mereka agar mampu berintegrasi secara wajar dalam hidup dan kehidupannya selama di dalam lapas/rutan dan setelah menjalani pidananya. Pembinaan keagamaan narapidana dan tahanan ditujukan agar selama masa pembinaan dan sesudah selesai menjalankan masa pidananya berhasil
meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan.
A. Rutin Pembinaan berarli membangun dan mendirikan, maksudnya adalah pembangunan
yakni bertujuan untuk membenahi kondisi buruk menjadi keadaan yang lebih baik. Kegiatan keagamaan yang dilaksanakan secara rutin merupakan kegiatan harian yang
dikerjakan secara terus menerus namun terprogram dengan pasti dan terjadwal. Kegiatan rutin ini dilakukan oleh para pemeluk agama masing-masing yang ada di dalam Lapas dan Rutan. Agama yang dianut antara lain: Agama Islam, Kristen Protestan dan Kristen Katolik, Hindu, Budha, Khonghucu.
Di antara kegiatan-kegiatan rutin tersebut antara lain:
KEGIATAN
AGAMA
Melaksanakan ibadah sholat lima waktu. Sholat Jumat. Melaksanakan Puasa Ramadhan. Melaksanakan Sholat Tarawih.
lslam
Tadarusan Al-Quran. Baca tulis Al-Quran. Sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Ceramah Islam Minssuan.
Kristen
a
Kegiatan kebaktian. Natal. Renungan malam.
a
Pemahaman Alkitab.
a o
Karma Yoga. Puja Tri Sandhya. Nyepi.
a
Sembahyang.
a
Meditasi.
a
Membaca Kitab Tripitaka.
a a
Hindu
a
Budha
Khonghucu
a
Sembahyang.
Membaca kitab Su'si (kitab yane 4).
1. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan keagamaan di lapas dan rutan yaitu:
a. b. c. d.
Ceramah.
Diskusi. Simulasi. Penugasan.
2. Mekanisme
Mekanisme dalam pembinaan kegiatan keagamaan dilaksanakan oleh pembina pemasyarakatan yang berada dibawah koordinasi pejabat yang berkaitan dengan pembinaan
di lapas dan rutan. Kepala UPT
bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan kepribadian
di UPT yang
dipimpinnya dan kepala UPT wajib melaporkan seluruh kegiatan pembinaan kepribadian di UPT kepada kepala kanwil setempat melalui kepala divisi pemasyarakatan
sefta memberikan tembusan kepada Direktur
Jenderal
Pemasyarakatan.
Adapun mekanisme yang dilakukan:
a').
a. b. c. d.
Mendata narapidana yang mengikuti kegiatan.
e.
Koordinasi dengan instansi terkait.
Menyediakan tempat untuk kegiatan. Membuat jadwal kegiatan.
Koordinasi dengan KPLP/KPR.
Prosedur
Rangkaian I"ata kerja yang saling berkaitan menunjukkan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti, serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas atau kegiatan antara lain:
a.
Peserta menuju tempat pembinaan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh UPT setempat.
b. c. B.
Petugas mengatur ruang pembinaan. Petugas atau narasumber memberikan materi yang sudah ditentukan.
Khusus
Kegiatan khusus yang dilaksanakan di Lapas dan Rutan antara lain:
AGAMA Islam
Kristen
o . . o . o o o
KEGIATAN Pesantren kilat.
Majelis Ta'lim. Peringatan hari-hari besar agama. Tablig akbar. Pengajianpada bulan suci Ramadhan. Hafalan Al-quran. Pelatihanpenceramah. PeraYaan Paskah.
Hindu
Budha Khonghucu 1.
o . . o o . o o o o
Pendalaman Alkitab. Pasraman.
Dharma Wacana. Dharma Shanti. Tirla Yatria. Galungan.
Kuningan. Siwa Ratri.
Perayaan Waisak. Perayaan imlek.
Metode
Metode yang digunakan dalam pembinaan keagamaan dengan mengajar secara khusus untuk pelajaran tertentu. Dalam metode yang khusus
ini
agar
Narapidana dapat mengetahui, memahami, mempergunakan, dan dengan kata lain menguasai pelaj aran tersebut.
a. b. c.
Diskusi. Ceramah. Penugasan.
2. Mekanisme
Mekanisme merupakan sistem kerja yang dipakai untuk kegiatan, dengan mempertimbangkan mekanisme khusus yang tepat sasaran dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya perdebatan masalah agama yang berpotensi pertentangan dan perbedaan pendapat yang menyangkut sata, apalagi yang ujungujungnya menimbulkan pelecehan terhadap agama tertentu.
a. b. c. d. e. f.
Mendata narapidana. Menyediakan tempat untuk kegiatan. Menyediakan sarana atau alat yang digunakan. Membuat jadwal kegiatan.
Koordinasi dengan KPLP. Koordinasi dengan instansi terkait.
1
). Prosedur
Rangkaian tata kerja yang berkaitan dengan satu sama lainnya, sehingga
menunjukkan adanya urutan tahapan secara jelas dan pasti, serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas atau kegiatan.
a.
Pesefta menuju tempat pembinaan sesuai dengan SOP yang dibuat oleh UPT setempat.
10
b. c.
Petugas mengatur ruang pembinaan. Petugas atau narasumber memberikan materi sesuai dengan metode yang sudah
ditentukan.
tt
BAB IV PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG OLAHRAGA DAN KESENIAN Pembinaan kepribadian bagi warga binaan pemasyarakatan, khususnya bidang olahraga dan kesenian merupakan salah satu bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan sarana sosialiasasi antar sesama WBP. Agar kegiatan pembinaan dapat berjalan dengan efektif, maka diperlukan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan dimaksud.
Pembinaan olahraga dan kesenian pada UPT Pemasyarakatan dibagi pada dua jenis kegiatan, yaitu (1). kegiatan rutin dan; (2).kegiatan khusus. Jenis-jenis kegiatan tersebut
diuraikan sebagai berikut:
A. Olahraga Undang-Undang Republik Indonesia
No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional (Siskornas) menyebutkan bahwa tujuan olahraga adalah memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional sefta mengangkat harkat, martabat dan kehormatan bangsa. Oleh karena itu, olahraga sangat diperlukan bagi setiap umat manusia.
A.1. Rutin Pembinaan olahraga dilaksanakan
di
rutin merupakan pembinaan fisik bagi WBP
yang
Lapas, dan Rutan. Kegiatan dilakukan secara terjadwal dan
berkesinambungan yang disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masingmasing Lapas dan Rutan setempat. Jenis olahraga rutin yang dapat dilakukan antaralain senam pagi, voli , tenis meja, bulu tangkis, catur, futsal/sepak bola.
1.
Metode Pelaksanaan pembinaan olahraga
rutin dapat dilakukan dengan
metode
kelompok dan individu, melalui:
a. b.
c.
2.
Pengarahan.
Pemberian motivasi. Permainan.
Mekanisme
a.
Membuat rencana kegiatan dan biaya pelaksanaannya yang disesuaikan dengan kebijakan anggaran masing-masing UPT' 1.2
b.
Menyusun jadwal kegiatan olahraga sekurang-kurangnya 2 kah dalam seminggu.
c.
Menyiapkan daftar nama WBP yang mengikuti kegiatan olahraga.
d.
Menyiapkan tempat/lapangan untuk kegiatan olahraga disesuaikan dengan fasilitas yang terdapat di masing-masing UPT.
e. f.
Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan olahraga. Melakukan koordinasi dengan KPLPiKPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok.
g.
Melakukan koordinasi dengan instansi/lembaga atau pihak ketiga yang dapat membantu kegiatan.
3.
Prosedur
Prosedur pelaksanaan olahraga rutin dilakukan sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Olahraga yang dibuat oleh UPT setemPat.
A.2. Khusus Jenis olahraga khusus yang dilaksanakan
di lapas dan rutan antara lain
Pekan
Olahraga Antarnarapidana (Porsenap), pertandingan dalam rangka HIIT Pemasyarakatan,
HUT Kota, dan HUT RI, turnamen olahraga, tinju, fitnes,
pertandingan persahabatan dari luar lapas, sepak takraw, tenis lapangan, basket dan olahraga permainan: enggrang, gobak sodor, benthik, kasti.
1.
Metode Pelaksanaan pembinaan olahraga khusus dapat dilakukan dengan metode
kelompok dan individu melalui:
a, Pengarahan. b. Pemberian motivasi. c. Pertandingan. d. Kompetisi. 2.
Mekanisme
a. Membuat rencana
kegiatan dan braya pelaksanaan pefiandingan
olahraga.
b.
Menyiapkan jadwal pelaksanaan pertandingan olahraga'
c.
Menyiapkan dan menyeleksi nama WBP yang mengikuti pertandingan olahraga. 13
d.
Menyiapkan tempat/lapangan untuk pertandingan olahraga disesuaikan dengan fasilitas yang terdapat di masing-masing UPT.
e.
Menyiapkan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pertandingan olahraga.
f.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait, seperli dengan Lapas atau Rutan terdekat, Kantor Wilayah, Kepolisian dan pihak-pihak lain.
3.
Prosedur
Prosedur pelaksanaan olahraga khusus dilakukan sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Olahraga yang dibuat oleh UPT setempat.
Kesenian Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan
untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.
Selain
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai
fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norna untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat. Oleh karena itu, pembinaan bidang kesenian
di Lembaga Pemasyarakatan/Rumah
Tahanan Negara merupakan kegiatan
yang dapat memulihkan jiwa warga binaan pemasyarakatan ke arah yang lebih baik.
8.1. Rutin Pembinaan kesenian yang dapat dilakukan secara rutin dengan menggunakan
jadwal yang telah disusun oleh petugas. Jenis kesenian yang dapat dilakukan antara
1.
lain seni musik, seni suara, seni tradisional, seni rupa, seni drama.
Metode
Jenis metode pelaksanaan pembinaan kesenian rutin terdapat dua. yaitu metode kelompok dan individu melalui
a. b. c. 2.
:
Pengarahan.
Penyampaian materi. Latihan.
Mekanisme
a. b.
Membuat rencana kegiatan dan anggaran yang diperlukan. Menyusun jadwal kegiatan. L4
c.
Menyiapkan daftar nama WBP yang mengikuti kegiatan kesenian.
d.
Menyiapkan tempat/ruangan untuk kegiatan kesenian disesuaikan dengan fasilitas yang terdapat di masing-masing UPT.
e.
Menyiapkan peralatan, perlengkapan dan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan kesenian.
f.
Melakukan koordinasi dengan KPLP/KPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok.
3. Prosedur Prosedur pelaksanaan kesenian rutin dilakukan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesenian yang dibuat oleh UPT setempat.
B.2. Khusus Pembinaan kepribadian bidang kesenian yang merupakan pembinaan khusus merupakan kegiatan kesenian yang dilakukan pada acara-acara tefientu antara lain
lomba seni pada Pekan Olahraga Antarnarapidana (Porsenap), group band, seni
tari: nasional/tradisional/kreatif, seni lukis, vokal group, koor, girl/boy band, marawis/nashid/hadroh, lomba seni dan WBP Idol.
1.
Metode
Jenis metode pelaksanaan pembinaan kesenian khusus terdapat dua, yaitu metode kelompok dan individu melalui
a. b. c. d. 2.
:
Pengarahan.
Perlunjukkan. Pameran.
Perlombaan.
Mekanisme
a. b.
Membuat rencana kegiatan dan anggaranyang diperlukan.
e.
Menyusun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan.
Penyebaran informasi rencana kegiatan
c. Menyiapkan daftar nama WBP yang mengikuti kegiatan dimaksud. d. Menyiapkan sarana dan prasaranayang diperlukan. f.
Melakukan koordinasi keamanan dengan seksi terkait.
g.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti Kantor Wilayah, Kepolisian dan pihak lain. 1_5
3. Prosedur Prosedur pelaksanaan kesenian khusus dilakukan sesuai dengan Standard
Operating Procedure (SOP) Pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Kesenian yang dibuat oleh UPT setempat.
L6
BAB V
PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG INTELEKTUAL Pembinaan kepribadian bidang intelektual diperlukan agar pengetahuan serta kemampuan berfikir warga binaan pemasyarakatan semakin meningkat sehingga dapat menunjang kegiatan-kegiatan positif yang diperlukan selama masa pembinaan. Pembinaan
intelektual (kecerdasan) dilakukan melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Pendidikan formal, diselenggarakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah terhadap semua warga binaan pemasyarakatan. Pendidikan non-formal, diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan berupa kursus, latihan keterampilan dan sebagainya.
Bentuk pendidikan non-formal yang paling mudah dan paling murah ialah kegiatan-kegiatan ceramah umum dan membuka kesempatan yang seluas-luasnya untuk
memperoleh informasi dari luar, misalnya membaca koran/majalah, menonton TV, mendengar radio dan sebagainya. Untuk Mengejar ketinggalan di bidang pendidikan baik
formal maupun non formal agar diupayakan carabelajar melalui Program Kejar Paket A.
B, C, Kejar Usaha dan Keaksaraan Fungsional. Lebih lengkapnya mengenai pembinaan kepribadian bidang intelektual diuraikan pada sub bab sebagai berikut:
A. Rutin Kegiatan pembinaan kepribadian bidang intelektual yang dilaksanakan secara rutin meliputi:
o
PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat). Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) merupakan prakarsa pembelajaran
masyarakat yang didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat dalam
hal ini
masyarakat dalam lapas/rutan. PKBM adalah suatu institusi yang berbasis masyarakat (Community Based Institution). PKBM sebagai satuan pendidikan
nonformal perlu dibina secara berkesinambungan menuju standar yang mapan. Keinginan itu datang dari suatu kesadaran akan pentingnya peningkatan mutu kehidupan melalui suatu proses pendidikan dan pembelajaran.
Komponen PKBM meliputi:
.
Komunitas lapas/rutan, dalam
hal ini
masyarakat, petugas lapas/rutan,
narapidana dan tahanan.
t7
. .
Pesefta Didik. Peserta didik adalah naraPidana.
Pendidik/Tutor/InstrukturA'Jarasumber Teknis.
Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah petugas lapas/rutan dan petugas/masyarakat dari luar lapas.
'
Penyelenggaru dan Pengelola:
.
-
Kelompok masyarakat. Instansi terkait. Lapas/rutan.
Mitra PKBM.
. -
Kelompok masyarakat.
LSM. Dinas terkait.
Jika digambarkan komponen ini adalah sebagai berikut:
Sinergitas lMasyarakat dan PKBM
Pernerintah
Program Pendidikan dan pemberdayaan Komunitas
Secara
-
Keberdayaan & Ke m a rta bata n Ivl asyarakat
konkrit bentuk PKBM di lapas/rutan antaralain:
Kejar Paket A, B dan C. Keaksaraan Fungsional (KF). Pendidikan dan pelatihan keterampilan. Seni dan budaya.
Pengetahuan Umum.
-
Menonton televisi dan mendengarkan siaran radio. MembacamajalaUperpustakaan.
18
l.
Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan kepribadian bidang intelektual yang dilaksanakan secara rutin adalah sebagai berikut:
a.
Ceramah.
b.
Diskusi.
c.
d.
Simulasi. Pemberian nasihat.
Pelaksanaan pembinaan kepribadian bidang intelektual dilaksanakan secara rutin sesuai jadwal.
2.
Mekanisme
a. b.
Mendata narapidana.
c.
Menyediakan tempat untuk kegiatan.
d. e.
Menyediakanperulatan yang akan digunakan.
f.
g. 3.
Membuat proposal biaya pelaksanaan.
Membuat jadwal kegiatan.
Koordinasi dengan KPLP/KPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok. Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait sefta masyarakat.
Prosedur
a.
Peserta menuju tempat pembinaan/pendidikan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh UPT setempat.
b.
c. B.
Petugas mengatur ruang pembinaan/pendidikan. Petugas/narasumber memberikan materi yang sudah ditentukan.
Khusus Dikatakan khusus karena tidak semua Lapas
pembinaan
/
Rutan dapat melaksanakan kegiatan
ini, disebabkan oleh keterbatasan yang ada. Kegiatan pembinaan
kepribadian bidang intelektual yang merupakan pembinaan khusus meliputi:
. o . o .
Pelatihan motivasi dan ESQ.
Kuliah program perguruan tinggi. U.iian Kejar Paket dan Ujian Nasional (tIN).
Kursus. Menyelenggarakan siaran radio.
1"9
1.
Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembinaan kepribadian bidang intelektual yang merupakan pembinaan khusus adalah sebagai berikut:
2.
a.
Pembinaan secara individu melalui wawancara.
b. c. d.
Pembinaan secara kelompok. Pemberian motivasi.
Mekanisme
a. b.
Membuat proposal biaya pelaksanaan. Mendata narapidana.
c.
Membuat jadwal kegiatan
d. e.
Menyediakan tempat untuk kegiatan.
f.
Koordinasi dengan KPLP/KPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok.
g. 3.
Pembinaan secara masal.
Menyediakan perlengkapan yang akan digunakan.
Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait serta masyarakat.
Prosedur
a.
Pesefia menuju tempat pembinaan/pendidikan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh UPT setempat.
b.
c.
Petugas mengatur ruang pembinaarVpendidikan. Petugas/narasumber memberikan materi yang sudah ditentukan.
20
BAB VI
PEMBINAAN KEPRIBADIAN BIDANG KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegarabagi narapidana pada dasarnya bertujuan agat narapidana dapat menyadari bahwa dirinya adalah bagian
dari warga negaru Negara Kesatuan Republik Indonesia G\fKRI) yang mempunyai aturan dan karakteristik khusus. Bagi WNA, Pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa
dan bernegara memberikan pengerlian kepada mereka bahwa mereka sekarang berada di Indonesia.
A. Rutin Pembinaan yang dilaksanakan secara intensif dalam jangka waktu yang teratur. Pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegara bagi narapidana yang merupakan pembinaan rutin antara lain:
o . . o o
KegiatanKepramukaan.
1.
Metode
Apel bendera yang dilaksanakan setiap hari senin di lapas/rutan. Apel bendera yang dilaksanakan pada tanggal 17 setiap bulan. Apel bendera/upacarayang dilaksanakan pada peringatan hari besar nasional. Kegiatan baris berbaris yang dilakukan secara rutin dalam lapas/rutan.
Metode yang diterapkan dalam pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegarubagr narapidana adalah sebagai berikut:
a. b.
Pembinaan berupa interaksi langsung yang sifatnya kekeluargaan. Pembinaan bersifat persuasif edukatif.
c.
Pembinaan berencana, terus menerus dan sistematis.
d.
Pemeliharaan dan peningkatan langkah-langkah keamanan yang disesuaikan dengan tingkat keadaan yang dihadapi.
e. 2.
Pendekatan individual dan kelompok.
Mekanisme
a. b.
Membuat proposal btaya pelaksanaan.
c. d.
Membuat jadwal kegiatan Menyediakan tempat untuk kegiatan.
Mendata narapidana.
2L
e.
3.
Menyediakan perlengkapan yang akan digunakan.
f.
Koordinasi dengan KPLP/KPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok.
g.
Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait serta masyarakat.
Prosedur
a.
Kegiatan pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegara dilaksanakan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh UPT setempat.
b.
Petugas/narasumber memberikan materi yang sudah ditentukan.
B. Khusus Pembinaan khusus adalah pembinaan yang dilaksanakan secara khusus pada kegiatan
teftentu. Pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegara bagi narapidana yang merupakan pembinaan khusus adalah:
.
o
.
Asesmen:
-
Penilaian (asesmen) Risiko Umum (PRU). Penilaian (asesmen) resiko dengan kekerasan ekstrim'
Latihan gabungan
-
:
Untuk kepramukaan, (contoh : Gudep lapas lain bergabung masuk) Latihan bersama dalam hal kesenian dan budaya.
Mengikuti lomba perkemahan:
-
Jusami (umat, sabtu dan minggu).
Jambore adalah Peftemuan Pramuka Penggalang dalam bentuk perkemahan besar yang diselenggarakan oleh Kwartir Gerakan Pramuka dari tingkat yang
paling ranting sampai tingkat nasional. Bahkan diduniapun diselenggarakan kegiatan serupa yang biasa disebut Jambore Dunia (World Scout Jamboree).
-
Raimuna adalah pefiemuan Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega dalam
bentuk perkemahan besar yang
di
Indonesia diselenggarakan oleh Kwartir
Gerakan Pramuka. Raimuna diselenggarakan mulai dari tingkat Kwarlir Ranting (kecamatan) hingga tingkat nasional.
.
Penyuluhan kesadaran berbangsa dan bernegara, pelaksananya adalah:
-
Petugaspemasyarakatan.
TNI
.
Kesbanglinmas Pemda.
22
. 1.
LSM.
Metode
Dilakukan terhadap narupidana secara individu maupun kelompok.
2.
3.
Mekanisme
a.
Membuat proposal brayapelaksanaan.
b.
Mendata narapidana.
c.
Membuat jadwal kegiatan
d. e.
Menyediakan tempat untuk kegiatan. Menyediakan perlengkapan yang akan digunakan.
f.
Koordinasi dengan KPLP/KPR, Ka.Rupam dan Komandan Blok'
g.
Koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait serta masyarakat.
Prosedur
a.
Kegiatan pembinaan kepribadian bidang kesadaran berbangsa dan bernegara dilaksanakan sesuai Standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat oleh UPT setempat.
b.
Petugas/narasumber memberikan materi yang sudah ditentukan.
23
BAB VII PELAPORAN Pelaporan adalah suatu ikhtisar tentang hal pelaksanaan suatu kegiatan yang
harus disampaikan oleh pelaksana kegiatan kepada pihak pemberi tugas sebagai perlanggungj awaban. Pelaporan berguna untuk memberikan informasi tentang berbagai
proses kegiatan, kendala serta hasil pelaksanaan pembinaan kepribadian sebagai bahan/dokumen pemantauan dalam pelaksanaan kegiatan berikutnya.
A. Tujuan Pelaporan Tujuan pelpaoran kegiatan dilakukan untuk:
1. Mengetahui perkembangan dan proses peningkatan kegiatan.
2. Mengetahui kendala yang di hadapi dalam pelaksanaan kegiatan. 3. Sebagai bahan dasar penyusunan rencana kebijakan berikutnya.
B. Penyampaian Laporan Setiap kepala UPT Pemasyarakatan wajib
melaporkan kegiatan pembinaan
kepribadian kepada:
1. Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia setempat c.q. Kepala Divisi Pemasyarakatan.
2. Direktur
Jenderal Pemasyarakatan c.q Direktur Bina Narapidana dan Pelayanan
Tahanan sebagai tembusan.
C. Bentuk Laporan Bentuk laporan adalah sebagai berikut:
1. Laporan bulanan yaitu laporan kegiatan rutin pembinaan kepribadian yang telah dilaksanakan.
2. Laporan kegiatan khusus yaitu laporan hasil kegiatan pembinaan kepribadian yang telah dilaksanakanpada acara khusus seperti : Hari Pemasyarakatan, Hari
Dharma Karyadhika, HUT Republik Indonesia atan acara-acara tertentu lainnya dengan dilengkapi dokumentasi.
24
D. Format Laporan Format laporan rutin bulanan disampaikan dengan format yang telah ditentukan (terlampir). 1. Laporan Pembinaan Kepribadian Bidang Keagamaan.
2. LaporanPembinaan
Kepribadian Bidang olahraga dan Kesenian.
3. Laporan Pembinaan Kepribadian Bidang Intelektual dan Kesadaran
Berbangsa
dan Bernegara.
Laporan dapat di kirim melalui email :
[email protected]
25
BAB
VIII
PENUTUP Pedoman Pembinaan Kepribadian Narapidana Bagi Petugas
di
Lapas/Rutan ini
disusun untuk menjadi pedoman bagi para petugas pemasyarakatan dalam pelaksanaan pembinaan kepribadiaan yang dilaksanakan di Lapas/Rutan. Pembahasan dalam pedoman
ini dibatasi pada pelaksanaan pembinaan
kepribadian. Dalam pelaksanannya petugas
pemasyarakatan agar mempertimbangkan berbagai catatan ataulatar belakang narapidana dan tahanan serta situasi dan kondisi UPT setempat.
Buku pedoman ini perlu ditindaklanjuti dengan rekomendasi:
1.
Tersosialisasikannya pedoman pembinaan kepribadian narapidana bagi petugas di Lapas/Rutan.
2.
Agar buku pedoman ini dapat berjalan secara maksimal perlu didukung dengan modul yang berkaitan dengan pembinaan kepribadian.
3.
Menjalin kerja sama dengan pihak terkait yang dikuatkan dalam bentuk Memorandum of Under
st
anding (MoU).
26
DAFTAR PUSTAKA Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Keberaksaraan. Jakarla: Direktorat Pendidikan Masyarakat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2012. Standar dan Prosedur Penyelenggaraan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal. Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor M02-PK-04.10 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan.
Pemerintah Indonesia. 2009. Himpunan Peraturan Tentang Pemasyarakatan. Jakatta:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Pemerintah Indonesia. 2011. Buku Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan. Sutardi, Tedi.2OO7. Antropologi; Mengungkap Keragaman Budaya. Bandung: PT Setia Purna Inves.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan
Nasional (Siskornas).
27
= C
o
orc
C
in bD
c o
lz :< 5
-o
in C
:<
.o q
ig i<
rc
:<
rc
o .= E
oz (, u
a
z z
(9 co
6
z F
-< Stl
*; E<
=i oa dF
-z -z =< do z O= rf J d
z z
f
a0
d
o
CL
J J f
E
c :z u d
c
G
:o '' l
=>
J f, F Y U J U F
co
o
z
H
N
tY)
+
E,
(9
U
z &,
U
co
z d
o
vl U Y b
o-
z
6 z, s
F: f: d.: :
\: Ii ):
=
z
&
a
o rn u
z
z
Y
d
z
U
z
o
Io
f, F Y U
F
(,
J
z s
J q F
z z I< 9 zx
U
=
:\ :E "f
(,
o
6 6
z
d
c
ri
U d
ci
= o d
o d
f c &
rc
E 6
'u u E t
; ; @
N
o
o z
o
d
o
o u
l
E
C
3 rc
o
C
s'n c d 'o
',] c c o
c d
; ;
f
c c @
a o c o 3
c C
o 3
l @
;
E
z
z
z
Y
r 6 U
Y
z
F IU
Y
o
o
d f,
E
d di
E
4 U Y
.2
d
@
ri
f
f--
u F
E
o
:
I
s
a
E
C
6 c o l c d @
c o d ft;
c
f,
o E d
o
;
o
d
z
, f6o.c o.q s/, F: ro
gEE
U'
o
=
=
=
E
E
E O
E O
o
o
o)
o
o
N f
.)a
tr(u cc OE g( (uE #0) (tr#
=
Y
E
F
o
Y
o)
o-
o
ta tu
tu
f f
f lz f
F
6)
E
-:a
Y Y
-9
.9
E o o
o
too= (,cf) oo, oC fr.= d Nxo F=-0) c= o 6"P (I,C
-a
m
c0
o-c oo (,(U .:'or Eq)
o
ET
flz of oo) A-
Uri kE Yt : .q6 io otr
96
=
.=
E
o o,
o
o)
E lf)
o C9
-E l9o
E
FC
33 )(troQEOc.r
3#
o
or
ak EC CG :l
o
a
E
o
oq
lzC
=( oN
v= i--
o
Sx
I
6m
o-
t
G
Y ( (
o
.:a
-g o (L
8E c0
'49 5() llts ol< ( tr
\1 .=
-c0 o ( o
.Y .E
m
(
a
( ,g o,
o
v
o tJJ o o
t
(L
o
z
J
z
tI I
EE G E
-'tU' 3E th--- E COE oE 0) lz(1)o-
E
(tr
CC
gE g(
Es t (tr
tr
Ef;E ( 6=o
]
>co-
cE (tr-O a C =E Orz EcQ o.r o ii tr (tr.= =og b9
o oc FOE
=
=
E
o
0)
F o_
f
G)
J
E
o (f)
o_ IJJ
Y E (Dv
to
3.k q6 ko o
3.?
o
a-
I
3v
z
I I f, I
_l
c o
Eg .tG o)i Eq c x sfr X:< ts-g
E oE o(E(Uii
o_
E
gUTE
I s'i-9t ;
o
.g
o)
EE 3 tr(U: o)ili.Eoo e* o-c e(/).-6
o (, + o lz cox b (5(trA = o i= C .* o-c eo_cc -:z 6= (o Y 9i; JEEs 6q ? c :s9E i:-(o CrG(E -:z Y (s HHET o--o -d
t3 J o
U)
J f
o m
z
(
Fe ;;( ()
o-'E
E€= YFI{) ZoN
a-
[email protected],4
lEg Y olI
lIJer aEE o-EE
o== h--
lz (o
g.
C
(o
a
c
IU
G
v z
rct
G
.o C
F
EP E& qH UC ac:) -GO 6E E.=O
(9
IIJ
C)
VF
zu \tl)=(U o- (/)9F6
o)
C
E<
o (E o c L
(g
6=
s
.tu*
E.= cc EAfl
=# Ef;:pe
z z
g:z (l.)F
_? (U o = = (,mo.><
o_ o
vNC9$tO
C
o G
o o C o
o_
c (s
(s .8. G)
_o
o
oG
io
v
G
1)
.g
O
E
C)
ta o oL
H
(U
f
Y 'd
.eo
fa
C
E
(o
G
c
o a o
I
o-
c)
?
t
HE:
f
f
-:z L
a
$ r(\l
'r)OYFU)
.E
E
E
.Y
c
G
(o
c
o-
(U
c0
:E (E
=N
T
Fc c.= c g) 6:z; sP $eEEtt; = gt gS E 5 E E s -= t EEE* 8z* F+9 o I tL=tLE
-Y (o
c0
E: s t hiE ,,EEEE P*
F
o$
lz o
f i$iB Efi P *
m
o
o
nF
PE *E v' oai-d x c E
d
x.
C
9o o * o).eo-
' d g jF s^E eSo o FJH E8-.* Hclco)(l) ? iYorors([orO-
z
Y
G
io C o
o_
sco
I
o o
o.
o
UJ
0)
C
.o
z
o
o)
$
G L
O-
s*s P € g 6F 8 : 3 ffiIE BEE :€ ; E E E RUE c-6 9 co c Ii € Ep*
z o o. f
G
$
IU
-)
L
C
E 6 E*g
(L
a
S = = EE 8_ aaa
tr
t
h
E
=l
z z
\z
;i
6 O-oF 6p b E O(E
F
F
hcEt Xrs-(fd
rr
(Efir:]l(U \)t o) o, fi, lz f =-ra 9 'an
z z z
E
trO--oFrz Ao-LX
Y
o
gi
-:<
o
L
o
= bo) c
c o.o o
= o
o -:z q) o)
o-
a
:= C
o
(E
o C o
O-v
om
Aa $c :(o gD -Q OC
o-
o)
n
o
Y
o_
4v
L
(
E'
o o o
v
Liz
gE(o
o-
fl
o a
g
o
L
C
o
o
o Y
r:>\ (I,9C Eooc oErcl (D >-o C U' A: iE =O: u d c o.l9
;qtro F(tr
,o 6 G
o =
oo tr([
(I,E s(S (0t ltrO (5#
=
E
E
E
E O
o
O N
.J
.:Z
L
o-
E
o
:l
F
Y
tu
TU
g
q) q)
a lz
E o oo ta
Eq)
o
F
,9
.9
f
\a
o
o
(D
so)
H. P'
=
o
(6
(
OQ o. + (5 oroE
oF
=
o
=
a=
= o)
(
(tr= f(n
o
-C
J'
o
E
o
00
.=
gP
trr ccG) gJ* 6r9 o-
E._ G= Y =C ocij =o(
o)
c
-'=
€3U', oN3'o
(EE
OE
I
(tre vG= EE CTC
gk
=
E
o
o= rE
s
3o o.E
a? EC
oo mo_
a
C(U :, ro o
(
o
E
3Ea
\-, >
;a
8.? q6 k o
I
r
o
$x
r o
6m
L
G
tr (
Y o (
o
.:a
so
z
<
gE
c0
(L
'ago E
=o (X tr \1 .=
-c0 o ( E
j o)
.E
m
(g
a
z
II t
sk (5e
(n
.g
o
Y
o IJJ o o
t
(L
( E (
c
L
(U o* itr dCL L o-:o (I)= o ii (s.q o -'= oso Ee(It a Sxt oE :< (.1 .o E15-o Poc IE 8-E ol -ots(s =E 5 oS gE
o Po' -u) tr
co.CL
z
N
'6
c=
J c 16 =L(tr
$s E3 c* or* (tr-o
{EcH'tt-'-g 'i:
t,)hl:v EtrS FHg: E o6d le0)o yooc >co > o-o- 2 00f
C,
J
tu
CO
h
ES ol E gE
oEx ([
-lz
*E .(50
-
s H
:e=E
s3= ai a.-
P kd
rs
f;* BE
vP
XE
lo
=Y sE+y ip l. ; EgH -oa9 toEs L
O
U.E -o 0 € 3_? BE-E aotr(tr ==p c(UoE H'o o o.c k >00i; s [E E z,Ej/.tO
v
lr)
@
E
O $
N
E c) (/)rr
gb E(,
C
I c o
,(tr
c,)
o
L
o
lu
G
o
vU'o o
=
F-
o=
(tr-O
a =E (UL -(5
oo=
9v
J
c
c (5.= ==g', oorY io o_ OC FGo o
E
o
o
Y
(I,
E O a-
\,/
c
o_
z
8.k 6 ka) o
f
c o=-s o._ o-o (5 -:z .=';
o F
UJ
Y o-
d
LU
Y
z
Fv
< d-'E ;(Eo uJt= : ooE ao
tlJ (L(-c G -c
-o da E (Da o rr,) ,) o)
J
o-
e6 po 5o ea.-6 ;
:6 s3 (5o)
:f
I,JJ
g o O: to oE LU,s u) o a(D oH o_
F
o_
E
o)
E
o N
rf)
.=
o
o)
E
o-o 6E
'E.
c) -(5 o g6 -oc oc -(E '6,
o-
=q)
C
@
€Effi9 E-Eo)
leg V or*
o-trtr
o== -, -,
Ut