Pedoman Pelayanan Unit Cathlab
August 14, 2018 | Author: Syamsul Putra | Category: N/A
Short Description
Pedoman Pelayanan Unit Cathlab...
Description
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1. Sejarah kateterisasi Jantung Kardiologi sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran dan ranting ilmu pengetahuan tentu saja tidak lepas dari sifat ilmu pengetahuan itu sendiri yang dinamis. Kedinamisan ilmu kedokteran tercapai karena adanya penemuan-penemuan teori, metode, terapi, dan alat-alat. Penemuan di bidang kardiologi terus berkembang dari dulu hingga kini,sejakera William Harvey hingga zaman transplantasi jantung sekarang ini. Sejarah besar di bidang kardiologi diawali oleh terdeskripsikannya sirkulasi darah manusia oleh William Harvey, pada tahun 1628. Beliau adalah seorang dokter Inggris. Selanjutnya, pada tahun 1706, Raymond de Vieussens, seorang profesor anatomi dari Prancis, untuk pertama kali menggambarkan struktur ruang dan pembuluh darah jantung.Setelah pijakan awal yang dirintis oleh Harvey dan de
Kateterisasi jantung diagnostik pertama dikemnbangkan oleh André Cournand dan DickinsonRichards pada 1941. Mereka menggunakan kateter jantung guna keperluan
diagnostik
yaitu
untuk
mengukur
tekanan
jantung
kanan
dan cardiac dan cardiac output . Arteriografi koroner selektif diperkenalkan oleh Mason Sones pertama kali pada tahun 1958. Sones lalu memublikasikan penjelasan singkat tentang teknik yang beliau lakukan
di Modern di Modern
Concepts of Cardiovascular
Diseases pada
tahun
1962. Perkembangan ini menjadi gerbang pembuka suatu periode kemajuan cepat dalam aspek arteriografi koroner selama medio 1960-an. Peristiwa rekanalisasi arteri perifer dengan kateter oleh Charlos Theodore Dotter pada 1963 makin menegaskan dimulainya era intervensi. Usaha Sones dan Dotter ini i ni disusul oleh kemunculan metode angiografi koroner femoral perkutan yang dipopulerkan oleh Melvin Judkins dan Amplatz pada ta hun 1967. Pada tahun tersebut, Judkins menciptakan sistem pencitraan koroner, memperkenalkan kateter-kateter khusus,
dan
menyempurnakan
pendekatan
transfemoral.
Teknik yang lebih mutakhir, yaitu angioplasti dengan balon, diperkenalkan oleh
negara. Frekuensi pelaksanaannya terus bertambah. Tingkat keberhasilannya lebih dari 95% dan risiko terjadinya komplikasi-komplikasi serius pun menurun.
2. Fenomena kardiologi di Indonesia Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM) (63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian tersebut terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Data Riset Kesehatan Dasar2013, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, Pusdatin Kementerian Kesehatan RI menunjukkan beberapa data yang menunjukkan tingginya angka kejadian penyakit jantung di Indonesia. Berdasarkan diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar
Ruang Lingkup pelayanan kateterisasi jantung meliputi pelayanan diagnostik invasif dan intervensi non bedah. 1. Diagnostik invasif: Diagnostik invasif merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa struktur anatomi serta fungsi jantung & pembuluh darah termasuk ruang, otot, katup serta pembuluh darah jantung ( pembuluh darah koroner ). Tindakan diagnostik invasif yang bisa dilakukan di cathlab RS Jantung Hasna Medika adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan angiografi koroner : pemeriksaan yang bertujuan untuk melihat gambaran pembuluh darah koroner, khususnya untuk melihat adanya penyempitan di pembuluh darah koroner. Terlihatnya penyempitan di pembuluh darah koroner merupakan tanda pasti untuk diagnostik penyakit penyakit jantung koroner.
Perikardial tapping / perikardiosintesis merupakan prosedur yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di ruang jantung untuk kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap cairan tersebut. Kateter yang digunakan di gunakan akan ditinggalkan di
dalam
tubuh
yang
dihubungkan
dengan
perikardial
drainase
untuk
mengeringkan ruang perikardial selama beberapa hari dan membantu mencegah
Permanen Pace Maker ( PPM ) : pemasangan pacu jantung yang bersifat permanen pada pasien dengan Irama jantung lambat. Dilakukan dengan cara yang sam seperti TPM hanya generatornya di taman di bawah kulit bagian dada/ perut dengan menggunakan bius lokal.
Baloon Mitral Valvuloplasty (BMV) Adalah suatu tindakan minimal invasif untuk memperlebar penyempitan katup mitral dengan melakukan dilatasi terhadap katup mitral dengan menggunakan balon.
D. Batasan Operasional 1. Manajemen penjadwalan tindakan Terdapat dua jenis tindakan kateterisasi jantung berdasarkan sifat urgensinya, yaitu : cito dan elektif.
Tindakan emergency / CITO, adalah suatu tindakan yang dilakukan dngan tujuan life saving pada seorang pasien yang berada dalam keadaan darurat. Contoh tindakan cito adalah primary adalah primary PCI .
Tindakan elektif, adalah suatu tindakan yang dilakukan terjadwal dengan
Setelah tindakan kateterisasi jantung pasien akan dirawat di ruang sesuai petunjuk dokter ( ruang rawat biasa atau ICU). Perawat cathlab akan melakukan overan yang berisi instruksi post tindakan cathlab kepada perawat di ruang perawatan selanjutnya.
E. Landasan Hukum
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Dalam upaya mempersiapkan tenaga cathlab yang handal, perlu kiranya melakukan kegiatan menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi. Atas dasar tersebut perlu adanya perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber tersebut seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah orang yang sesuai dengan persyaratan. Perencanaan bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan oganisasi dalam mencapai sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi. Adapun kualifikasi sumber daya manusia di Unit Cathlab RS. Jantung Hasna Medika adalah sebagai berikut :
Pekarya
SMP / SMA
1
(mendapat pengarahan/ pelatihan pemeliharaan alatalat kateterisasi jantung) Jumlah
7
B. Distribusi Ketenagaan Unit Cathlab RS. Jantung Hasna Medika dikepalai oleh seorang kepala unit yang merupakan seorang dokter jantung intervensi. Adapaun pendistribusian SDM unit cathlab adalah sebagai berikut : 1. Koordinator ruang cathlab 2. Perawat scrub 3. Perawat sirkulasi 4. Perawat monitor 5. Petugas administrasi
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang Cathlab
B. Standar Fasilitas
No
Nama Alat
Jumlah
Keterangan Keterangan
1
Meja Counter
1 set
Ruang administrasi
2
Komputer
2 set
Ruang administrasi
3
Layar LED
1 set
Ruang administrasi
4
Lemari Kayu
2 set
Ruang administrasi
5
Kursi putar beroda
1 buah
Ruang administrasi
6
Kursi
1 buah
Ruang administrasi
7
Kursi
4 buah
Ruang administrasi
8
Meja Kerja
1 buah
Ruang administrasi
9
Printer
1 set
Ruang administrasi
10
Sound speaker
1 set
Ruang administrasi
11
Pesawat telepon
1 buah
Ruang administrasi
28
Lemari kaca
6 buah
Ruang tindakan
29
Lemari kateter
2 buah
Ruang tindakan
30
Tempat sampah medis
1 buah
Ruang tindakan
31
Tempat sampah non medis
1 buah
Ruang tindakan
32
Tempat sampah benda tajam
1 buah
Ruang tindakan
33
Tempat sampah cairan
1 buah
Ruang tindakan
34
Keranjang Plastik
1 buah
Ruang tindakan
35
Sterilisator
1 buah
Ruang tindakan
36
Troli instrumen besar
1 buah
Ruang tindakan
37
Troli instrumen sedang
3 buah
Ruang tindakan
38
Tromol besar
1 buah
Ruang tindakan
39
Tromol kecil
2 buah
Ruang tindakan
40
Kotak obat
1 buah
Ruang tindakan
41
Terminal kabel
1 buah
Ruang tindakan
42
Syringe pump
1 buah
Ruang tindakan
43
Infuse pump
1 buah
Ruang tindakan
59
Tempat tidur
1 buah
Rest room
60
Lukisan
1 buah
Rest room
61
AC Samsung 0.5 PK
1 buah
Rest room
62
Stetoskop ABN
1 buah
Rest room
ATK
Jumlah
1
Perfurator Besar
1 buah
2
Perfurator Kecil
1 buah
3
Kalkulator
1 buah
4
Steples / Hecter Kecil
2 buah
5
Cutter
2 buah
6
Gunting
3 buah
7
Penggaris
2 buah
8
Rak file
2 buah
9
Tempat pulpen
2 buah
10
Box file
6 buah
Keterangan Keterangan
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
Pelaksanaan pelayanan di ruang kateterisasi jantung terbagi menjadi 4 fase, yaitu: penjadwalan, pre-tindakan, intra tindakan dan post post tindakan. 1. Penjadwalan Tindakan Penjadwalan tindakan berlaku bagi pasien yang akan menjalani tindakan secara elektif (terjadwal / tidak gawat darurat). Setelah pasien mendapat pengantar tindakan kateterisasi jantung dari dokter jantung, pasien akan menghubungi menghubungi perawat cathlab untuk mendapatkan jadwal tindakan. 2. Pre-tindakan Sebelum tindakan, pasien akan melewati beberapa persiapan. Pasien akan menjalani pemeriksaan EKG, echocardiography, laboratorium (darah rutin, waktu perdarahan, waktu pembekuan, fungsi ginjal, HbsAg, Anti HIV, GDS). Jika dinbutuhkan pasien juga akan dilakuakn pemeriksaan treadmill test atau dobutamin stress echo (DSE). Di ruang rawat inap, pasien akan dipasang kondom catheter atau dower catheter.
BAB V LOGISTIK
Unit Cathlab RS. Jantung Hasna Medika setiap minggu mempunyai permintaan rutin yang terbagi menjadi dua jenis yaitu barang medis dan barang non-medis. Jadwal permintaannya setiap hari Selasa. Berikut tabel permintaan rutin Unit Cathlab RS. Jantung Hasna Medika : No. 1 2 3 4 5 6
Nama Barang Barang medis Spuit 50 cc Spuit 20 cc Spuit 10 cc Spuit 5 cc Spuit 3 cc Spuit 1 cc
11
IV cath no. 20
1 2 3 4 5 6
Barang non- Medis map echo (map laporan tindakan) kertas A4 polos kertas A4 dengan kop isi staples post it Kertas F4
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Program keselamatan pasien disesuaikan dengan peraturan pemerintah No. 1691/MENKES/PER/VIII/2011tentang 1691/MENKES/PER/VIII /2011tentang keselamatan pasien pasie n Rumah Sakit.
SASARAN I : KETEPATAN KETEPATA N IDENTIFIKASI IDENTIFIKA SI PASIEN Standar SKP I Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk memperbaiki/ meningkatkan ketelitian identifikasi pasien
Elemen Penilaian Sasaran I : 1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien. 2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah atau produk darah. 3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis. 4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur. SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF Standar SKP II Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan efektifitas
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDU TEPAT-PROSEDUR, R, TEPATPASIEN OPERASI Standar SKP IV Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepatlokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien.
Elemen Penilaian Sasaran IV : 1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses penandaan. 2. Rumah sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk memverifikasi saat pre operasi tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat dan fungsional. 3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum "incisi/ time out" tepat tepat sebelum dimulainya suatu prosedur tindakan pembedahan. 4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung suatu proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien, termasuk prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. SASARAN V : PENGURANGAN PENGURANGAN RESIKO INFEKSI TERKAIT TERKAIT PELAYANAN PELAYANAN KESEHATAN Standar SKP V Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi resiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SasaranV :
BAB VII KESELAMATAN KERJA
UU No 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa tempat kerja wajib menyelenggarakan upaya kesehatan kerja adalah tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai paling sedikit 10 10 orang. Rumah Sakit adalah adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut diatas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja di Unit Rekam Medis bertujuan melindungi karyawan dan pelanggan
dari kemungkinan terjadinya
kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit. Dalam Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan bahwa “Setiap warganegara berhak berhak atas pekerjaan dan penghidupan penghidupan
yang layak bagi bagi kemanusiaan”. kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya untuk memberikan jaminan
a. Agar pegawai dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu berada dalam keadaan sehat dan selamat. b. Agar faktor-faktor produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien. c. Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa hambatan. Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan pada tiga kelompok, yaitu : a. Kondisi dan lingkungan kerja b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan c. Peranan dan kualitas manajemen
Terdapat beberapa risiko pada proses kerja di ruang cathlab diantaranya: 1. risiko terpajan radiasi sinar x 2. terkena darah pasien 3. tertusuk, tergores dan trauma benda tajam. 4. risiko muskuloskeletal disorder (MSDs)
b. Protap pemeriksaan laboratorium untuk setiap pasien yang akan menjalani tindakan kateterisasi jantung: Pemeriksaan HbsAg dan anti HIV. c. SOP yang mengatur cara memindahkan pasien. d.
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu : Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. indikasi. Indikator merupakan suatu variabel yang digunakan digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik. Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator. Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
3. Kriteria yang digunakan Kriteria yang digunakanharusdapatdiukur dan dihitunguntukdapatmenilaiindikator, sehinggadapatsebagai batas yang memisahkan antara mutubaik dan mututidakbaik. 4. Standar yang digunakan Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan : a. Acuan dari berbagai sumber b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
STANDAR PENILAIAN KINERJA INDIVIDU
BULAN : INDIVIDU : PERAWAT CATHLAB
No
1
2
Key Result Area Peningkatan Mutu Keahlian / Skill / Ketrampilan
Pengendalian Kualitas Pelayanan
SKOR KPI Key Performance Indikator
Target
Bobot 1
2
3
4
5
Penguasaan Keahlian : Asisten
100%
10%
60 - 69%
70 - 79%
80 - 89%
90 - 99%
100%
Penguasaan Keahlian : Sirkulasi Penguasaan Keahlian : Monitoring
100%
5%
60 - 69%
70 - 79%
80 - 89%
90 - 99%
100%
100%
2,50%
60 - 69%
70 - 79%
80 - 89%
90 - 99%
100%
Peningkatan ketepatan entry data
100%
2,50%
60 - 69%
70 - 79%
80 - 89%
90 - 99%
100%
Peningkatan pengendalian logistik : pengaturan dan pemenuhan ketersediaan alat dan BAHP
100%
5%
60 - 69%
70 - 79%
80 - 89%
90 - 99%
100%
Jumlah
25%
Hasil Riil
PENCAPAIAN Skor KPI Bobot x Skor
J umla umlah h
View more...
Comments