Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi-Fix

September 3, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi-Fix...

Description

 

 

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR /KPTS/ 2018 TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2018

 

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

 

 Jalan Taman Taman Bhakti Nomor 06 Wonosari Wonosari Gunungkidul Gunungkidul 55812 55812  Telepon (0274) (0274) 391007, 391007, 391288 Fax. (0274) (0274) 393437, [email protected],,  Email :  : [email protected] Web :  : www.rsudwonosari.web.id . 

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR

/KPTS/ 2018

 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI,

a.  bahwa

Menimbang :

rumah

sakit

sebagai

sarana

pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan; b.  bahwa untuk menghindari risiko dengan gangguan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka perlu penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan; c.  bahwa dimaksud

berdasarkan dalam

pertimbangan

huruf

a

dan

sebagaimana

huruf

b,

perlu

menetapkan Pedoman Pelayanan Sanitasi;

Mengingat

:

1.  Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir dengan UndangUndang nomor 9 tahun 2015; 2.  Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3.  Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 4.  Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 5.  Peraturan

Pemerintah

Nomor

82

tahun

2001

tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air 6.  Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang

 

Kesehatan Lingkungan; 7.  Peraturan

Pemerintah

Nomor

101

tahun

2014

tentang

Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun; 8.  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; 9.  Peraturan

Menteri

Lingkungan

Hidup

dan

Kehutanan

Republik Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang  Tata Cara dan Persyaratan Teknis Teknis Pengelolaan Limbah Baha Bahan n Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan; 10. Keputusan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/Menkes/SK/VII/2002

tentang

Syarat-Syarat

dan

Pengawasan Kualitas Air Minum; 11. Keputusan Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit; 12. Peraturan Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KESATU

:

Pedoman Pelayanan Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari sebagaimana tercantum dalam lampiran  yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA

:

Kepala

Instalasi

Sanitasi

bertangungjawab

terhadap

pengelolaan kesehatan lingkungan rumah sakit di RSUD Wonosari. KETIGA

:

Kepala Instalasi Sanitasi membuat Laporan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD Wonosari kepada Direktur

KEEMPAT :

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Wonosari Pada tanggal, DIREKTUR,

HERU SULISTYOWATI

 

 

 

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI NOMOR /KPTS/2018  TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI SANITASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI

BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang Rumah

sakit

sebagai

sarana

pelayanan

kesehatan,

tempat

berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat

penularan

serta

memungkinkan

terjadinya

pencemaran

lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI, 2004).  Rumah Sakit selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di lingkungan Rumah Sakit seperti udara, air, lantai, makanan dan benda-benda peralatan medis maupun non medis. Dari lingkungan, kuman dapat sampai ke tenaga kerja, penderita baru. Ini disebut Infeksi Nosokomial Rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pelaksanaannya rumah sakit harus memiliki lingkungan yang sehat dan bebas dari segala faktor

yang

dapat

menimbulkan

ketidaknyamanan

dan

gangguan

kesehatan baik untuk pasien, pengunjung, pegawai dan masyarakatan sekitar.  Kesehatan

lingkungan

rumah

sakit

diartikan

sebagai

upaya

penyehatan dan pengawasan lingkungan rumah sakit yang mungkin berisiko menimbulkan penyakit dan atau gangguan kesehatan bagi

 

masyarakat sehingga terciptanya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2009). Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang komplek sehingga memerlukan penanganan secara lintas program dan lintas sektor serta berdimensi multi disiplin, untuk itu diperlukan tanaga dan prasarana yang memadai dalam pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit (Depkes RI, 2004).  Penyelenggaraan sanitasi di rumah sakit melibatkan input, proses dan output. Input meliputi dana/ biaya, sarana prasarana, tenaga kerja, metode yang dipakai serta peralatan. Proses meliputi perencanaan anggaran

belanja

peralatan

perhitungan kebutuhan bahan

kebersihan

dan

bahan

pembersih,

dan peralatan kebersihan, pembelian

bahan dan alat pembersih, teknik pemakaian alat.   Instalasi Sanitasi adalah suatu bagian pelayanan penunjang non medis yang ada di rumah sakit untuk memberikan pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan pada seluruh unit pelayanan dan lingkungan rumah sakit yang bertujuan memelihara dan memperbaiki masalah sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.  Instalasi

Sanitasi

selalu

berusaha

mengembangkan

diri

dan

menyesuaikan dengan perkembangan ilmu sanitasi dan kesehatan lingkungan dengan cara meningkatkan sumber daya manusia dan melengkapi sarana prasarana sesuai  dengan kebutuhan, sehingga tujuan di atas dapat tercapai dengan maksimal. 

B.  Tujuan Pedoman 1.  Tujuan Umum:  Untuk meningkatkan mutu pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan guna menekan kejadian infeksi di rumah sakit.  

2.  Tujuan Khusus:  a.  Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.  b.  Untuk mengadakan dan pengawasan terhadap mutu pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit.  c.  Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan.  

 

C.  Ruang Lingkup Pelayanan Ruang lingkup kegiatan pokok pelayanan sanitasi di RSUD Wonosari ini terdiri dari :  1.  Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit 2.  Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman 3.  Penyehatan air 4.  Pengelolaan limbah 5.  Pengelolaan tempat pencucian linen (laundry) 6.  Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya 7.  Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi 8.  Persyaratan pengamanan radiasi 

D.  Batasan Operasional Untuk membantu mengarahkan pemahaman tentang isi buku ini, perlu dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan sanitasi dan kesehatan lingkungan di rumah sakit. Batasan operasional di bawah ini merupakan batasan istilah, baik dari sumber Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

No.

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, maupun dari sumber-sumber lain yang dipandang sesuai dengan kerangka konsep pelayanan yang terurai dalam buku ini. 1.  Standar

Pelayanan

minimal

yang

Minimal

harus

Sanitasi

dimiliki

adalah

Instalasi

suatu

Sanitasi

kemampuan

yang

meliputi

penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit, persyaratan hygiene

dan

sanitasi

makanan

dan

minuman,

penyehatan

air,

pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (Laundry), pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya, dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi dan persyaratan pengamanan radiasi. 2.  Ruang bangunan dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik

dan

kelengkapannya)

yang

dipergunakan

untuk

berbagai

keperluan dan kegiatan rumah sakit. 3.  Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

 

4.  Penghawaan ruang bangunan adalah aliran udara segar di dalam ruang bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan. 5.  Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu dan atau membahayakan kesehatan. 6.  Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan keselamatan kerja. 7.  Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan dan minuman yang disajikan dari dapur rumah sakit untuk pasien dan karyawan, makanan dan minuman yang dijual di dalam lingkungan rumah sakit atau dibawa dari luar rumah sakit, 8.  Higine

adalah

upaya

kesehatan

dengan

cara

memelihara

dan

melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci piring, membuang bagian makanan yang rusak. 9.  Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih, menyediakan tempat sampah dan lain-lain. 10. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. 11. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal dari Perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum. 12. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. 13. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis. 14. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

 

15. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya, 16. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari

kegiatan

rumah

sakit

yang

kemungkinan

mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. 17. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan rumah sakit seperti incinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat citotoksik. 18. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulen yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. 19. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock   bahan sangat infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius. 20. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker  yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup. 21. Minimisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk mengurangi bahan (reduce)   menggunakan kembali limbah (reuse  (reuse ) dan daur ulang limbah (recycle  (recycle )).. 22. Laundry rumah sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan saran penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan disinfektan, mesin uap (steam (steam boiler ), ), pengering, meja dan mesin setrika. 23. Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vector penularan penyakit. 24. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

 

25. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan cara fisik dan kimiawi. 26. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme dengan cara fisik dan kimiawi 27. Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat radiasi yang digunakan oleh instalasi di rumah sakit. 28. Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko atas bahaya radiasi, dengan kegiatan pemantauan, investigasi dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan atau alat yang mengandung radiasi. 29. Promosi hygiene dan sanitasi adalah penyampaian pesan tentang hygiene dan sanitasi rumah sakit kepada pasien/keluarga pasien dan pengunjung, karyawan terutama karyawan baru serta masyarakat sekitarnya

agar

mengetahui,

memahami,

menyadari

dan

mau

membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan benar. 30. Promosi kesehatan lingkungan adalah penyampaian pesan tentang  yang berkaitan dengan PHBS yang sasarannya ditujukan kepada karyawan.

E.  Landasan Hukum 1.  Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 9 tahun 2015; 2.  Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3.  Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan; 4.  Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit; 5.  Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 tentang pengelolaan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air 6.  Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2014 tentang Kesehatan

Lingkungan;

 

7.  Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan

Limbah Berbahaya dan Beracun; 8.  Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5

tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah; 9.  Peraturan

Menteri

Lingkungan

Hidup

dan

Kehutanan

Republik

Indonesia Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan

Teknis

Pengelolaan

Limbah

Bahan

Berbahaya

dan

Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan; Keputusan 10. Keputusan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

nomor

907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum; Keputusan eputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 11. K tentang Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit; Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 7 tahun 2016 12. Peraturan tentang Baku Mutu Air Limbah

 

BAB II STANDAR KETENAGAAN A.  Kualifikasi Sumber Daya Manusia Berdasarkan analisa beban kerja, maka standar kebutuhan tenaga di Instalasi Sanitasi Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari adalah sebagai berikut:  Pola Ketenagaan Personil Instalasi Sanitasi

Nama  Jabatan

Kualifikasi Formal

 Tenaga

Kebutuh

 yang

an

Ada

Nor Formal

Kepala

S1 Kesehatan Pelatihan

Instalasi

Lingkungan

Sanitasi

Jumlah

Pengambila

Keteranga n

Cukup 1

1

n sampel

Sanitaria

D3 Kesehatan Pelatihan

n

Lingkungan

Pengambila

Kurang 5

2

3

2

n sampel Administr SMU/D3

-

asi Staf

SD s/d SMU

Sanitasi

Kurang

Pelatihan Sterilisasi

Lebih

4

2

13

7

ruangan dll  TOTAL

Kurang

1. Kepala Unit Pelayanan Instalasi Sanitasi a.  Di RSUD Wonosari ini, terdapat 1 orang Kepala Instalasi Sanitasi sebagai penanggung jawab umum organisasi unit pelayanan sanitasi yang ditetapkan oleh pimpinan Rumah Sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. b.  Kepala Instalasi Sanitasi ini bertugas memimpin penyelenggaraan pelayanan sanitasi

di RSUD Wonosari yang pada umumnya

bertanggung jawab kepada Direktur RSUD Wonosari.

 

c.  Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan sanitasi di RSU Pelita Husada Wonosari maka tugas dan fungsi Kepala Instalasi Sanitasi yaitu : 1)  Menyusun perencanaan pelayanan Instalasi Sanitasi 2)  Menyusun rencana evaluasi pelayanan Instalasi Sanitasi.

 

3) Melakukan pengawasan dan pengendalian. 4)  Melaksanakan pemantauan. 5)  Melaksanakan pengkajian data khusus. 6)  Melaksanakan penelitian dan pengembangan. 7) Melaksanakan

pengawasan

penyenggaraan pelayanan

dan

pengendalian

dalam

sanitasi hingga pelaporan bulanan

serta tahunan Instalasi Sanitasi. d.  Pendidikan Kepala Instalasi Sanitasi RSU Pelita Husada Wonosari D3 Kesehatan Lingkungan e.  Masa kerja di RSU Pelita Husada adalah 12 tahun

2. Sanitarian a.  Di Instalasi Sanitasi, terdapat 1 orang sanitarian yang bertanggung jawab dalam pelayanan sanitasi. b.  Pendidikan Sanitarian di RSUD Wonosari yaitu D3 Kesehatan Lingkungan. c.  Masa Kerja di RSUD Wonosari selama 12 Tahun.

B.  Distribusi Ketenagaan Kepala Instalasi Sanitasi membawahi Sanitarian dan staf sanitasi termasuk Cleaning Service. Instalasi Sanitasi terdiri dari 7 (tujuh) orang sesuai dengan struktur organisasi. Dalam hal ini kebutuhan tenaga masih kurang 2 (dua) orang untuk staf sanitasi, sanitarian kurang 3 (orang) orang, sementara untuk administrasi kurang 1 (satu ) orang.

C.  Pengaturan Jaga Pengaturan tenaga kerja di Instalasi Sanitasi RSU Pelita Husada ini berdasarkan shift dan non shift. Tenaga Kerja yang non shift terdiri dari ka. Instalasi Sanitasi, Sanitarian, staf sanitasi, petugas kebun dan poliklinik. Sementara tenaga kerja yang shift adalah tenaga cleaning service yang berjumlah 9 orang yang terdiri dari 2 shif yaitu shift pagi dan siang hari dengan komposisi sebagai berikut :  

 

1. Shift Pagi Yang bertugas minimal 50 orang tenaga kerja, termasuk petugas kebersihan/ CS (Cleaning (Cleaning service) .  a. 1 Orang Kepala Instalasi Sanitasi b. 1 Orang sanitarian

 

c. 2 orang tenaga administrasi d. 1 Orang Tenaga Sterilisasi Ruangan e.  6 Orang tenaga kebersihan kebun f.  1 Orang tenaga pertamanan dan pengelolaan kompos g.  1 Orang CS Pengangkutan sampah domestik h. 1 Orang CS pengangkut sampah medis i.  2 Orang CS di Ruang Kantor Terpadu  j.  5 Orang CS di Poli Terpadu k. 1 Orang CS di Farmasi l.  1 Orang CS di Masjid dan IPSRS, Aset m.  1 Orang CS di Ruang Dahlia atas dan Kamar Jenazah n. 1 Orang CS di Bangsal Dahlia bawah o.  2 Orang CS di Bangsal Anggrek I p. 2 Orang CS di bangsal Anggrek II q. 1 Orang CS di Unit Laundry, kasir dan CSSD r.  1 Orang di Instalasi Gizi s.  1 Orang CS di Ruang Bersalin t.  1 Orang CS di Bangsal Kana u. 1 Orang CS di Bangsal Cempaka v.  1 Orang CS di Bangsal Perinatal w. 1 Orang CS di Instalasi Radiologi

 x.  1 Orang CS di Unit HD  y.  2 Orang CS di IGD

z.  1 Orang CS di Bangsal Bakung aa. 

2 Orang di Bangsal Mawar

bb. 

1 Orang di Instalasi Laboratorum dan penjaminan

cc. 

2 Orang selasar

2. Shift Siang Yang bertugas 4 orang tenaga kerja (CS).

 

BAB III STANDAR FASILITAS A.  Denah Ruang Ruangan Instalasi Sanitasi

terintegrasi dengan bangsal perawatan perawatan dan ruang

pelayanan lainnya di RSUD Wonosari.

RUANG ADMINISTRASI

RUANG PENYIMPANAN BARANG

RUANG ALAT SANITASI

RUANG DISKUSI STAF

B.  Standar Fasilitas No A

Fasilitas Fisik /bangunan Gedung Bakung lantai 2

B

Jumlah

1

Peralatan Meja

9

Kursi

8

Laptop

2

Komputer

2

Meja Komputer

2

printer

2

LAN internet

2

Almari kaca

2

Almari kayu

4

Rak Buku

2

 

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. 

Pelayanan pada Unit Pengolahan Air Limbah yang ada di RSU Pelita Husada Wonosari Unit pengolahan air limbah RSU Pelita Husada Wonosari berada di sebelah Utara UGD. Sistem pengolahan air limbah RSU Pelita Husada Wonosari

menggunakan

sistem

Aerobik

dimana

dalam

proses

pengolahannya melalui bak-bak yang sesuai dengan fungsinya, antara lain :  1.  Bak Saringan kasar 2.  Bak Sedimentasi awal 3.  Bak Aerasi 4.  Bak Sedimentasi kedua 5.  Bak Koagulasi 6.  Bak Sarang tawon 7.  Bak Pengendapan akhir 8.  Bak Filtrasi 9.  Bak 10. Bak Desinfeksi B. 

Fasilitas Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Medis RSUD Wonosari Dalam

proses

akhir

pengolahan

sampah

medis

RSUD

Wonosari

didukung dengan berbagai fasilitas atau sarana antara lain yaitu :

C. 

1. TPS   TPS Limbah B3

: 1 unit

2. Timbangan Sampah Medis  

: 1 unit

3. Trolly   Trolly Pengangkut Sampah

: 1 unit

4. Bin Kuning

: 6 unit

5. Bak sampah medis

: di setiap unit

6. Plastik kuning beberapa ukuran

: sesuai kebutuhan

7. Safety box (jeriken)

: sesuai kebutuhan

Pemeliharaan Penyehatan Ruang dan Bangunan RSUD Wonosari 1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari. 2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapikan

tempat

tidur

pasien,

jam

makan,

jam

 

kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan. 3. Cara-cara dihindari.

pembersihan Harus

yang

dapat

menggunakan

menebarkan

cara

debu

pembersihan

harus dengan

perlengkapan pembersih (pel) yang memenuhi syarat dan bahan desinfektan yang tepat. 4. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel sendiri. 5. Pembersihan dinding dilakukan secara berkala dan jika kotor. 6. Setiap percikan cairan tubuh, darah pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan desinfektan.

a.  Pembersihan Lantai 1)  Pembersihan/ pel lantai secara keseluruhan dilakukan setiap waktu minimal 2 x setiap shift.   2)  Pembersihan/pel lantai ruangan perawatan setelah dibersihan menggunakan desinfektan/ bahan kimia/ obat pembersih yang dapat membunuh kuman secara efektif.   3)   Teknis pekerjan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan (lihat SPO). 4)  Secara berkala tiap 1

  2 jam lantai dibersihkan dengan

 – 

menggunakan pel kering, atau kalo terlihat kotor. 

b.  Pembersih Kaca dan Stainless 1)  Pembersihan kaca dan stainless untuk ruang perawatan dilakukan

apabila

kotor

dengan

menggunakan

bahan

pembersih kaca dan stainles.  2)  Kaca dinilai bersih apabila tampak bening/ jernih dan tidak ada debu.  3)  Setiap saat dikontrol dan dibersihkan untuk mengembalikan penampilan kaca agar jernih dan mengkilat dari kotoran

 

 – 

kotoran debu, bekas telapak tangan atau kotoran lainnya. La innya c.  Pembersih Mebel/ Furnitur & Peralatan Penunjang Medis Lainnya 1)  Pembersihan dilaksanaan minimal 1 x sehari. 2)  Pembersihan harus memperhatikan jenis mebel/ furniture/ alat penunjang medis yang digunakan, seperti mebel yang dipolitur tidak dibersihkan dengan air tapi hanya dilap setiap hari, mebel yang berbahan kain harus di bersihkan dengan vakum cleaner dan sedangkan mebel dari kulit dibersihkan

 

dengan

spon

lembab

dan

chemical

yang

mengandung

desinfektan, dll.

d.  Pembersihan WC/ Kamar Mandi 1) Pembersihan WC/ Kamar Mandi dilakukan setiap hari dan apabila terlihat kotor.

 

2) Pembersihan lantai, dinding, kaca, urinior, WC dengan menggunakan bahan kimia/ desinfektan yang baik untuk membunuh kuman secara efektif. 3) Seluruh ruangan dan saluran air harus terjaga bersih. 4) Plafon / langit

  langit ruangan setiap saat dibersihkan dari

 – 

sarang laba- laba dan kotoran lainnya. 5) Bak penampungan air di bersihkan setiap hari. 6) Seluruh saluran air kotor terjaga bersih. 7) Kondisi lantai toilet harus ada dalam keadaan kering dan bersih.

e.  Pembersihan Koridor, Lobi, Serambi dll 1) Pengepelan setiap waktu minimal 2x setiap shift.   2) Pembersihan menggunakan desinfektan/ bahan kimia/ obat pembersih yang dapat membunuh kuman secara efektif.   3) Secara

berkala tiap 1-2

jam

lantai dibersihkan dengan

menggunakan pel kering. 

f.  Pembersihan Plafond dari lawa-lawa 1) Secara berkala plafond dibersihkan dari kotoran sarang labalaba termasuk juga dalam hal pembersihan lampu-lampu, kipas angin, exhausts dan AC. 2) Plafond setiap saat dalam keadan bersih dan tidak ada sarang lawa-lawa.

g.  Pembersihan Dinding & Jendela 1) Secara berkala dilakukan kontrol bila ada kotoran di dinding. 2) Pembersihan kotoran dilakukan dengan menggunakan sponge lembab (terhadap percikan darah, air ludah, atau sejenisnya dengan

menggunakan

desinfektan

yang

efektif

untuk

membunuh kuman). 3) Dinding harus bebas kotoran sarang laba-laba dan selalu terlihat bersih.

h.  Pembersihan Lift 1) Lift harus selalu dalam keadaan bersih, bebas dari sampah yang berserakan.

 

2) Kaca, stainles, dinding dan langit  langit   langit selalu dalam keadaan  – 

bersih, jernih dan dibersihkan dengan cairan khusus. 3) Kegiatan pembersihan setiap waktu minimal 2 x sehari per shift.

i.  Bongkar Kecil 1) Dilaksanakan 1x seminggu pasca pasien pulang

 

2) Bongkar kecil dilaksanakan dengan membersihkan seluruh isi ruangan termasuk peralatan yang ada diruangan. 3) Teknis   Teknis pekerjaan sesuai dengan aturan pengerjaan yang telah ditetapkan (aturan umum) dan berkoordinasi dengan kepala ruangan yang bersangkutan.

 j.  Bongkar Besar 1) Bongkar besar untuk ruangan kamar bedah/ bedah/ operasi dilakukan 1 x seminggu. 2) Bongkar

besar

dilakukan

dengan

membersihkan

seluruh

ruangan mulai dari lantai, dinding, plafon, kaca, dan peralatan  yang digunakan desinfektan yang

dengan menggunakan sesuai dengan jenis/

bahan kimia/ peralatan yang

dibersihkan. 3) Pelaksanaannya berkoordinasi dengan kepala instalasi bedah sentral

k.  Lain  lain  lain  – 

1) Penyelenggaraan menyediakan loby, alat pel, pembersih kaca, pemotong rumput dan kelengkapan pembersihan trolly sampah, kain

mop,

loby

duster,

sarung

tangan

karet,

dll

yang

dipergunakan untuk memperlancar kegiatan pembersihan. 2) Membantu dalam menyiapkan kelengkapan fasilitas rapat dan acara-acara lain seperti kesiapan penyusunan meja, kursi dan lain-lain. 3) Clener/ petugas cleaning service diwajibkan memakai seragam lengkap dengan sepatu.  4) Melaksanakan kegiatan pembuangan sampah ke TPA ( tempat pembuangan akhir ) jika pihak ke 3 berhalangan hadir.   5) Teknis   Teknis pembersihan dilaksanakan dari bagian dalam menuju keluar ruangan/ unit.  6) Setiap bagian / ruangan menggunakan alat pel dan loby duster sendiri disesuaikan dengan fungsi dan kegunaannya.  

 

7) Pembersihan menyebabkan

debu debu

menggunakan berterbangan

peralatan (dust

yang

cleaner)

tidak untuk

menghindari insfeksi nasokomial.  8) Ketentuan teknis pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan teknis pembersihan akan dipandu dan diarahkan oleh Instalasi Sanitasi.  l.  Peralatan   peralatan / perlengkapan peralatan yang disediakan  – 

oleh Instalasi Sanitasi adalah sebagai berikut : 1) Mesin pemotong rumput 2) Gerobak sampah = Tempat sampah dorong dengan roda 3) Warning sign = Alat pengaman pada saat pembersihan 4) Kain mop = Kain untuk pengepelan 5) Loby duster frame 60 = Alat untuk menaruh kain loby duster 6) Kain loby duster = Kain utuk penyapuan lantai kering 7) Rack Ball = Alat untuk pembersihan laba  laba  laba  – 

8) Hand brush = Alat untuk menyikat / sikat tangan 9) Floor squeege = Alat untuk mengeringkan air di lantai 10)   Toilet Bowl Brush = Alat untuk pembersihan toilet 11)  Sikat Tangkai = Alat untuk menyikat lantai 12)  Sarung Tangan Karet = Alat untuk melindungi tangan 13)  Sepatu Bot = Alat untik melindungi kaki 14)  Window squeege = Alat untuk mengeringkan kimia di kaca 15)  Kanebo 16)  Plastik sampah berwarna (kuning dan hitam) 17)  Dan alat  alat  alat lainnya yang di perlukan di lapangan.  – 

m.  Bahan Kimia 1)  Bahan kimia pembersih lantai yang mengandung desinfektan 2) 

Bahan kimia pembersih kaca

3) 

Bahan kimia/ bubuk pembersi pembersih h untuk kerak

4) 

Bahan kimia pembersih furnitur

5) 

Bahan kimia untuk menghilangkan bau tak sedap

6) 

Desinfektan

yang

aman

untuk

pencegahan

insfeksi

nasokomial  D. 

Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi 1.   Toilet dan kamar mandi harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.

 

2.  Lantai terbuat dari bahan yang kuat, tidak licin, berwarna terang dan mudah dibersihkan. 3.  Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan tempat cuci tangan) tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar karyawan harus tersedia kamar mandi.

 

4. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan penahan bau (water seal). 5.  Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur, kamar operasi, dan ruang khusus lainya. 6.  Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar. 7.   Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung. 8.   Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah terjangkau dan ada petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu) toilet untuk 1   20 pengunjung wanita , 1 (satu) toilet untuk 1-30 pengunjung pria.  – 

9.  Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara kebersihan 10. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat   menjadi tempat perindukan nyamuk. E. 

Penyehatan Penyehata n Kualitas Air Bersih dan Air Minum 1. Kegiatan pengawasan kualitas air dengan pendekatan surveilens kualitas air antara lain : a.  Survei lapangan terhadap sarana air minum dan air bersih   b.  Pengambilan, Pengiriman, dan Pemeriksaan sampel air 

c.  Melakukan analisis terhadap hasil pemeriksaan laboratorium   d.   Tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kualitas air. 2.

Pemeriksaan

kimia

air

bersih

dilakukan

6

bulan

sekali

dan

mikrobiologi air bersih diperiksa setiap 1 bulan sekali. Dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempat kran. 3. Titik pengambilan sampel untuk pemeriksaan mikrobiologik dan kimia terutama air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada kran-kran sepanjang sistem distribusi, dan titiktitik lain yang rawan pencemaran.

 

4. Sampel air

dikirim dan diperiksa di Balai Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan (BBTKL). 5. Pengambilan dan pengiriman sampel air dilaksanakan oleh petugas Sanitasi yang ada di RSUD Wonosari. 6. Petugas Sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan lingkungan melakukan analisis hasil pemeriksaan laboratorium. 7. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai parameter yang melebihi baku mutu.

F.  Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya 1.  Nyamuk a.  Instalasi sanitasi melaksanakan survei pengamatan jentik yang dilaksanakan oleh petugas cleaning service dengan melakukan pembersihan tempat perindukan nyamuk terutama pada bak air dan melakukan pengurasan pada bak air tersebut maksimal satu kali seminggu. b.  Lubang di dinding ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk c.  Konstruksi pintu di RSUD Wonosari sebagian sudah membuka ke arah luar 2.  Kecoa Mengamati keberadaan kecoa pada kamar mandi (toilet) umum yang ditandai dengan adanya kotoran, telur, dan kecoa hidup atau mati.  3.  Tikus Pemantauan keberadaan tikus di RSUD Wonosari dilakukan dengan cara: Mengamati/ memantau secara berkala setiap 2 bulan di tempattempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus, seperti kotoran, bekas gigitan, bekas jalan, dan tikus hidup.  4.  Lalat Mengukur kepadatan lalat dengan menggunakan fly menggunakan  fly grill pada daerah  yang biasa dihinggapi lalat terutama di tempat sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair, dan dapur.  

 

 

 

BAB V LOGISTIK A.  Perencanaan Barang 1.  Barang rutin :

 

a. Kertas HVS, tinta printer, bolpoin, buku tulis, dll b.  Bahan dan alat kebersihan rutin c.  Bahan desinfektan d.  Plastik medis dan non medis e.   Tes kit pemeriksaan sisa chlor 2.  Barang tidak rutin : a.  Bahan bakar untuk mesin potong rumput b.  Selang air untuk kegiatan menyirami tanaman c.  Pompa air untuk air bersih dan air limbah d.  Mesin pemotong rumput e.  Desinfektan ruang isolasi/air borne deassese f.  Bak sampah

B.  Permintaan Barang. 1.  Barang rutin dan non rutin disediakan sendiri oleh instalasi sanitasi. 2.  Alat dan bahan kimia disampaikan kepada pejabat yang berwenang mengadakan.

C.  Pendistribusian Barang didistribusikan kepada unit-unit sesuai dengan keperluan tiap unit tersebut 

 

BAB VI KESELAMATAN PASIEN A.  Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan 1.  Melakukan

kegiatan

sterilisasi

ruangan

bekas

pasien

penyakit

menular. 2.  Melakukan kegiatan pengujian angka kuman lantai, udara dan dinding secara rutin 2 kali dalam setahun oleh laboratorium yang terakreditasi. 3.  Melakukan kegiatan pengujian angka kuman instrument kesehatan secara

rutin

2

kali

dalam

setahun

oleh

laboratorium

yang

terakreditasi. 4.  Melakukan kegiatan pengujian angka kuman peralatan makan pasien secara

rutin

2

kali

dalam

setahun

oleh

laboratorium

yang

terakreditasi. 5.  Melakukan kegiatan pengujian angka kuman pada AC secara rutin 2 kali dalam setahun oleh laboratorium yang terakreditasi. 6.  Memasang Ex House Fan pada ruang isolasi dan Poli Penyakit Dalam. 7.  Memasang Aseptic Gel ( hands hands rub) di setiap ruang perawatan, ruang pemeriksaan pasien rawat jalan dan ruang tunggu pasien.

B.  Pengurangan Risiko Pasien Jatuh. 1.  Melakukan pencegahan pasien jatuh dengan assessmen risiko dan tindak lanjut kepada pasien yang dirawat. 2.  Melaporkan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang terjadi . 3.  Melakukan analisa sederhana terhadap kejadian KTD yang terjadi di masing-masing unit pelayanan. 4.  Melakukan sosialisasi hasil analisa KTD yang terjadi

 

BAB VII KESELAMATAN KESELAMAT AN KERJA A.  Keselamatan dan Kesehatan kerja pegawai melakukan pemeriksaan kesehatan meliputi ;

 

1. Pemeriksaan kesehatan prakerja 2.  Pemeriksaan kesehatan berkala 3.  Pemeriksaan kesehatan khusus diunit beresiko :

  CSSD, IBS, ICU, laboratorium, Radiologi, sanitasi, gizi, linen



4.  Pencegahan dan penanganan kecelakaan kerja (tertusuk jarum bekas). 5.  Pencegahan dan penanganan penyakit akibat kerja 6.  Penanganan dan pelaporan kontaminasi bahan berbahaya 7.  Monitoring ketersediaan dan kepatuhan pemakaian APD bagi ba gi petugas 8.  Monitoring penggunaan bahan desinfeksi B.  Pengelolaan bahan dan barang berbahaya 1.  Monitoring penggunaan obat untuk pengendalian serangga dan binatang pengganggu. 2.  Monitoring ketentuan pengadaan jasa dan barang berbahaya. 3.  Memantau pengadaan, penyimpanan dan pemakaian B3 C.  Kesehatan lingkungan kerja melakukan monitoring kegiatan : 1.  Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit 2.  Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman 3.  Penyehatan air 4.  Pengelolaan limbah 5.  Pengelolaan tempat pencucian 6.  Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu 7.  Disinfeksi dan sterilisasi 8.  Kawasan Tanpa Rokok D.  Sanitasi rumah sakit melakukan monitoring terhadap kegiatan ; 1.  Penatalaksanaan Ergonomi 2.  Pencahayaan 3.  Pengawaan dan pengaturan udara 4.  Suhu dan kelembaban 5.  Penyehatan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman 6.  Penyehatan air 7.  Penyehatan tempat pencucian

 

E.  Sertifikasi/kalibrasi

sarana,

prasarana

dan

peralatan

melakukan

pemantauan terhadap; 1.  Program pemeliharaan dan perbaikan peralatan medis dan non medis 2.  Sertifikasi dan kalibrasi peralatan medis dan non medis F.  Pengelolaan limbah padat, cair dan gas

 

1. Limbah padat yang meliputi a. Limbah bahan berbahaya dan beracun b. Limbah domestik 2.  Limbah cair 3.  Limbah gas G.  Pendidikan dan pelatihan PPI 1.  Mengadakan sosialisasi dan pelatihan internal meliputi : a.  Sosialisasi sistem tanggap darurat bencana. b.  Pelatihan penanggulangan bencana. c.  Simulasi penanggulangan bencana d.  Pelatihan penggunaan APD e.  Pelatihan surveilens f.  Pelatihan desinfeksi dan dekontaminasi g.  Pelatihan pemadaman api dengan APAR. h.  Pelatihan bagi regu pemadam i.  Pelatihan ( training of trainer )spesialis penanggulangan kebakaran  j.  Sosialisasi dan pelatihan penanggulangan kontaminasi B3. k.  Simulasi penanggulangan bencana dan evakuasi terpadu. 2.  Mengikut sertakan pelatihan K3 yang dilakukan oleh Perusahaan Jasa atau Instansi lain bagi personil K3. 3.  Upaya promotif dan edukasi a.  Hand hygiene   menjadi kebutuhan dan budaya disemua unit pelayanan. b.  Kedisiplinan Penggunaan APD sesuai dengan peruntukannya c.  Surveilens 1.  Plebitis 2.  ILO 3.  ISK 4.  VAP 5.  HAP 6.  Dekubitus 7.  Sepsis

 

d.  Upaya promotif PPI : 1.  Pemasangan anjuran

kebersihan tangan disetiap ruangan

publik atau wastafel 2.  Pemasangan cara menggunakan dan melepas APD, 3.  Pemasangan promotif kepatuhan membuang sampah sesuai  jenisnya 4.  Sosialisasi PPI pada karyawan baru dan mahasiswa praktek 5.  Pemasangan gambar etika batuk e.  Peningkatan pelayanan Pusat sterilisasi 1.  Upaya pemusatan sterilisasi rumah sakit hanya di CSSD 2.  Penyediaan 3 indikator mutu sterilisasi f.  Pembuatan ruang kohort : 1.  Kohort kontak infeksi 2.  Kohort droplet infeksi 3.  Kohort air borne infeksi 4.  Kohort imunosupresif g.  Peningkatan kewaspadaan standart disemua unit pelayanan. h.  Pengumpulan,

pengelolaan

dokumentasi

data

dan

pelaporan

meliputi : 1.  Mengagendakan laporan dan rencana kerja PPI 2.  Mengarsipkan surat keluar dan surat masuk. 3.  Mengarsipkan semua dokumen berkaitan dengan kegiatan PPI 4.  Mendokumentasikan setiap kegiatan. 5.  Memberikan rekomendasi berkaitan dengan PPI kepada Direksi baik diminta atau tidak.

 

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU A.  SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN 1.  Penerapan system pencatatan dan pelaporan di RSUD Wonosari mempunyai tujuan : a.  Mendapatkan data untuk memetakan masalah masalah masalah yang  – 

berkaitan dengan kesehatan lingkungan b.  Sebagai bahan pembelajaran untuk menyusun langkah-langkah agar KTD yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan tidak terulang kembali c.  Sebagai dasar analisis untuk mendesain ulang suatu sistem pelayanan pasien menjadi lebih aman d.  Menurunkan jumlah insiden keselamatan pasien (kasus Infeksi) e.  Meningkatkan mutu pelayanan sanitasi

untuk

meningkatkan

keselamatan pasien 2.  Laporan insiden infeksi di RSUD Wonosari bersifat : a.  Non punitive (tidak menghukum) b.  Rahasia c.  Independen d.  Tepat waktu e.  Berorientasi pada sistem 3.  Pelaporan kejadian infeksi atau kecelakaan kerja yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan diserahkan kepada Komite PPI dan Tim K3RS. 4.  Tindak lanjut dari pelaporan : -

Tingkat risiko risiko rendah dan moderat : investigasi investigasi sederhana oleh bagian/unit yang terkait insiden (5W : what, who, where, when, why).

-

Tingkat risiko risiko tinggi dan ekstrim : dilakukan koordinasi koordinasi antar bidang dan dilaporkan ke direktur untuk diambil langkah strategis untuk penyelesaian masalah yang ada.

B.  PENERAPAN INDIKATOR KESEHATAN LINGKUNGAN.  Indikator kesehatan lingkungan ditentukan dengan : a.  Angka hasil uji laboratorium terhadap parameter limbah cair b.  Prosentase limbah padat medis yang dikelola

 

C.  ANALISIS AKAR MASALAH  1.  Dalam rangka meningkatkan mutu kesehatan lingkungan, RSUD Wonosari menerapkan metode root cause analysis (RCA) atau analisa akar masalah, yaitu suatu kegiatan investigasi terstruktur yang bertujuan untuk melakukan identifikasi penyebab masalah kesehatan lingkungan dan untuk menentukan tindakan agar kejadian yang sama tidak terulang kembali. 2.  RCA dilakukan pada kejadian yang sering terjadi di RSUD Wonosari. 3.  Dalam

melakukan

RCA

langkah-langkah

yang

diambil

adalah

observasi lapangan, pendokumentasian, studi pustaka, melakukan asesmen dan diskusi untuk menentukan faktor kontribusi dan akar masalah. 4.  Hasil temuan dari RCA ditindaklanjuti, direalisasi dan dievaluasi agar kejadian yang sama tidak terulang kembali.

 

BAB IX PENUTUP

Pelayanan

kesehatan

lingkungan

bertanggung

penyehatan lingkungan kepada semua pihak Wonosari. Kegiatan yang paling penting adalah

yang

upaya

jawab

terhadap

berada di

RSUD

  upaya pengelolaan

 – 

limbah baik padat, cair maupun gas yang ada di RSUD Wonosari agar tidak mencemari lingkungan dan membahayakan bagi masyarakat. Demikianlah pedoman pelayanan Instalasi sanitasi RSUD Wonosari, lebih

baik

mencegah

terjadinya

pencemaran

lingkungan

dari

melakukan perbaikan terhadap lingkungan yang sudah rusak.

Wonosari,

…………….

..... 2018

DIREKTUR,

dr. SANTOSO AJI M.KES

pada

 

  DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, 2008, Keputusan 2008,  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008, tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2009, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, 2010, Peraturan 2010,  Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Indo nesia Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Jakarta. Soemirat J.2014. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pudjiastuti W. Debu Sebagai Bahan Pencemar yang Membahayakan Kesehatan Kerja Jakarta. 2002 Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.; Wulandari A, Hanani D Y, Raharjo M,2016, Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Particulate Matter (PM10) pada Pedagang Kaki Lima Akibat Aktivitas Transportasi. Jurnal Kesehatan Masyarakat.;4(3). Zainuddin, 2010, Kebijakan Pengelolaan Kualitas Udara Terkait Transportasi di Provinsi DKI Jakarta, Jurnal Kesehatan Masyarakat. No.6:281-8. Sumantri A. 2013. Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Lindawati, 2010, Partikulat (PM10) Udara Rumah Tinggal yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita (Penelitian di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan Tahun 2009-2010)-[TESIS]. Jakarta: FKM Universitas Indonesia. Utamihardja, 2006, Toksikologi Lingkungan (Buku I). Jakarta: Program Ilmu Studi Lingkungan Universitas Indonesia; Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Rahman A, 2007, Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (Program Intensif Tingkat Dasar). Depok: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan & Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Direktoral Jendral PP dan PL Kementerian Kesehatan RI. 2012, Pedoman Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL)-[BUKU]. Rahman A. 2007, Public Health Assesment: Model Kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan Aplikasinya untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Jakarta: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Universitas Indonesia. . Resi AY. AY. 2016,

Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Lingkungan Pajanan Total Suspended

 

Particulate (TSP) pada Karyawan di Departemen Produksi II/III PT Semen Padang Tahun 2016-[SKRIPSI]. Padang: FKM Unand;. Mutiara S. 2016 Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Paparan S02 dan NO2 pada Pedagang Kaki Lima Pasar Raya Padang tahun 2016-[SKRIPSI]. Padang: FKM Unand;

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF