Pedoman Pelayanan Apk

September 5, 2017 | Author: Fatahillah Nazar | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Akreditasi Pokja APK...

Description

Daftar ISI hal 1. 2. 3. 4. 5.

Sampul.........................................................................................................1 Daftar isi.....................................................................................................2 SK Direktur................................................................................................3 Kebijakan umum.......................................................................................5 Kebijakan Khusus......................................................................................8 a. Skrining kontak pertama………………….....……………………..8 b. Skrining di unit layanan………………………..……………..…….8 c. Pelayanan menahan untuk Observasi………………………..…...11 d. Penundaan pelayanan………………………………………..……. 11 e. Identifikasi Hambatan dalam pelayanan …………………..……..11 f. Kriteria Standing Order…………………………………...…….…12 g. Kriteria Pasien Rawat Inap ………………………………..………15 h. Kriteria pasien pulang………………………………………..…….16 i. Kriteria Pasien Stabil1………………………………………..…….17 j. Kriteria pasien masuk Instalasi Perawatan Intensif ( IPI) ..…….19 k. Kriteria Keluar Instalasi Perawatan Intensive (IPI)………….…23 l. Tidak Perlu Rawat IPI………………………………………….….23 m. Kriteria Masuk Ruang Pengawasan (HCU)……………………....24 n. Kriteria Keluar Ruang Pengawasan (HCU)…………………….25 o. Kriteria pasien cuti rawat inap…………………………..………..26 p. Kriteria pasien di rujuk ke rumah sakit lain...................................27 q. Criteria pendampingan pasien saat transfer ……………………28 r. Transfer pasien didalam dan keluar Rumah Sakit …..………… 28 s. Tranfer keluar Rumah Sakit / Rujukan ……………………..…...29 t. Rujukan tidak mungkin dilaksanakan ……………………….…. 29

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU NOMOR :4825/PR-Kep.Dir/II/2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN AKSES PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN (APK) RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU. DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU

1

Menimbang

Mengingat

: a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan yang aman, berfokus kepada keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan (patient centeredness) di Rumah Sakit Panti Rahayu, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) yang bermutu tinggi; b. Bahwa agar pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur sebagai landasan bagi penyelenggaraan pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) di Rumah Sakit Panti Rahayu; c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu ditetapkan Kebijakan Pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Panti Rahayu :

1. 2.

3.

4.

Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Keputusan Pengurus Yakkum Nomor 2071Ps/STRUKTUR-RSPR/VII/2013 tentang Penetapan Struktur Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Grobogan. SK Pengurus Yakkum Nomor: 2263Ps/PERPJ/PUK.RSPR/XII/2013 tentang Perpanjangan Jabatan dr Sunarima, Mkes sebagai Direktur RS Panti Rahayu Yakkum di Purwodadi Periode 1 Januari 2014 – 31 Maret 2014. SK Direktur RS Panti Rahayu No. 4600/PRKep.Dir/VIII/2013 Tentang Kebijakan Pelayanan RS Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.

Memperhatikan : 1. Surat Kepala Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas No:4825/PR-Kep.Dir/II/2014 2. Persetujuan Direksi Rumah Sakit Panti Rahayu tanggal 10 februari 2014 MEMUTUSKAN Kesatu

: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN

2

AKSES PELAYANAN DAN KONTINUITAS RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU. Kedua

: Kebijakan pelayanan Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK). Rumah Sakit Panti Rahayu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Surat keputusan ini.

Ketiga

: kebijakan Pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK). Rumah Sakit Panti Rahayu sebagaimana dimaksud dalam lampiran Surat keputusan ini harus digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelayanan Bagian Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK).

Keempat

: Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK) Rumah Sakit Panti Rahayu dilaksanakan oleh Akses Pelayanan dan Kontinuitas (APK).

Kelima

: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dan atau perubahan dalam penetapannya. Ditetapkan di Purwodadi, Pada tanggal 10 Februari 2014 Direktur Utama,

dr. Sunarima, M.Kes

Lampiran Keputusan Direktur RS Panti Rahayu Nomor : 4825/PR-Kep.Dir/II/2014 Tanggal : 10 Februari 2014

KEBIJAKAN PELAYANAN AKSES PELAYANAN DAN KONTINUITAS (APK) RS PANTI RAHAYU YAKKUM PURWODADI

3

A. KEBIJAKAN UMUM 1.

Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka yang lemah dan

2.

kurang mendapat perhatian (option for the poor). Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu layanan,

keselamatan pasien, dan

keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien, keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah 3.

dan Tujuan Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus

pada

pasien

(patient

centeredness)

dengan

melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, 4.

keluarga dan masyarakat. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari,

5.

kecuali beberapa unit pelayanan tertentu. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan

6.

mutu melalui kegiatan Plan-Do-Check-Action (PDCA). Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah sakit dan melibatkan

7.

berbagai individu. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa

8.

memungut uang muka. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien

9.

yang kurang mampu. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan,

mengendalikan,

mengelola,

dan

memimpin

unit

pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi

unit 4

pelayanan maupun visi-misi rumah sakit. 10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya,

resiko,

mencegah

kecelakaan

dan

cedera,

dan

memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat pelindung diri (APD). 11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6 (enam) sasaran Keselamatan Pasien. 12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai. 13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit. 14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi dan ketentuan yang berlaku. 15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi, standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua peraturan rumah sakit yang berlaku. 16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan pelayanan kepada masyarakat. 17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan

menggunakan

informasi

secara

terintegrasi

yang

dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu. 18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan melalui rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan. 19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan tahunan kepada manajemen rumah sakit. 20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 (tujuh) standar keselamatan pasien, dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. 5

21. RS Panti Rahayu bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk melaksanakan PONEK. RS Panti Rahayu saat ini sedang mempersiapkan untuk melengkapi SDM dan fasilitas ponek. Terkait PONEK RS Panti Rahayu mengupayakan pelayanan meliputi: penanganan awal kasus kegawatan/ emergency ibu dan bayi dan pelayanan rujukan ke rumah sakit lain yang mampu memberikan pelayanan lebih lanjut. 22. RS Panti Rahayu bukan rumah sakit yang ditunjuk untuk melakukan pelayanan pasien dengan HIV-AIDS, sehingga pelayanan yang diselenggarakan RS Panti Rahayu meliputi: pelayanan Voluntary Conseling and Testing (VCT), pelayanan rujukan HIV ke rumah sakit lain yang ditunjuk melayani HIVAIDS, dan penerapan universal precaution. 23. Rumah Sakit melaksanakan penanggulangan Tuberkulosa (TB) sesuai dengan pedoman strategi DOTS. 24. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak tersedia di rumah sakit, maka pasien harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan pasien/ keluarga. 25. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani. 26. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis pasien yang dilayani. 27. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit. B. KEBIJAKAN KHUSUS 1.

Skrining kontak pertama. 1.1 Setiap petugas kesehatan dapat melakukan skrining awal secara visual dan verbal untuk membantu mengarahkan pasien sesuai dengan kebutuhannya. 1.2 Skrining secara visual, dilakukan dengan cara mengamati keadaan umum, ekspresi rasa kesakitan, pucat, ikterus, sianosis, sesak nafas. 6

2. Skrining di unit layanan 2.1 Setiap pasien yang masuk ke RS harus menjalani skrining . 2.2 Metode Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau pengamatan,

pemeriksaan fisik seperti

raba nadi, tekanan

darah,suhu atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologi, laboratorium 2.3

klinik, diagnostik imaging sebelumnya. Skrining dilaksanakan secara Triase, berdasarkan tingkat kegawatan dengan memberi kode warna. 2.3.1 Gawat Darurat -MERAH. Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.Pelayanan segera kurang dari 5 menit. 2.3.1.1 Bunyi nafas ngorok atau gargling 2.3.1.2 Trauma atau luka bakar multiple daerah wajah sampai leher Gcs < 8 Perdarahan lebih dari 2 liter Rr lebih dari 40 x/mnt Spo2 < 90% Cianosis 2.3.1.8 Capillary reffil > 3 detik 2.3.1.9 Acral dingin 2.3.1.10 Nadi teraba halus 2.3.1.11 Td sistolik < 90 mmHg atau > 160 mmHg 2.3.1.12 Suhu 390c disertai penurunan kesadaran 2.3.1.13 Cedera kepala berat ( korban tidak sadar ) Luka dada terbuka dan luka hancur pada 2.3.1.3 2.3.1.4 2.3.1.5 2.3.1.6 2.3.1.7

abdominopelvic Serangan jantung ,stroke,heat stroke,hipotermi berat 2.3.1.15 Kemungkinan fraktur vertebrae cervical Luka bakar pada mata dan mengenai saluran 2.3.1.14

pernafasan 2.3.1.16 Fraktur femur dan fraktur tanpa pulsus distal 2.3.2

Darurat tidak gawat dan gawat tidak darurat -kuning. Pasien memerlukan tindakan defintif tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Dan pasien mengalami ancaman jiwa tetapi tidak memerlukan tindakan definitive ,pelayanan kurang dari 10 menit 7

2.3.3

2.3.2.1 bunyi nafas vesicular 2.3.2.2 perdarahan kurang dari 2 liter 2.3.2.3 GCS > 8 2.3.2.4 Capillary refil timel < 2 detik 2.3.2.5 RR lebih dari 24 x/mnt 2.3.2.6 Acral hangat 2.3.2.7 Nadi teraba 2.3.2.8 TD sistolik > 80 mmHg 2.3.2.9 Luka bakar hebat 2.3.2.10 Cedera spina cervical 2.3.2.11 Korban sadar dengan cedera kepala serius 2.3.2.12 Cedera bagian belakang 2.3.2.13 Intoksikasi chamical Tidak gawat tidak Darurat -HIJAU. Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.Pelayanan 15-30 menit 2.3.3.1 Suhu 38-38.5 2.3.3.2 Td 120/80 mmHg 2.3.3.3 Nadi 80-100x/mnt 2.3.3.4 Capillary reffil time < 2 detik 2.3.3.5 Minor bleeding 2.3.3.6 Fraktur dan cedera jaringan lunak minor 2.3.3.7 Luka bakar moderat dan minor

2.3.4

Expextant (0)-HITAM. Pasien mati atau cedera fatal yang

2.3.5

jelas dan tidak mungkin diresusitasi. 2.3.4.1 Tidak ada nadi + respirasi 2.3.4.2 Gambaran ecg flat 2.3.4.3 Pupil dilatasi lebih dari 9mm Pasien dengan criteria triase merah di observasi maksimal 2 jam, dengan pengawasan ketat dan setelah kondisi pasien stabil selanjutnya pasien di rawat atau di rujuk ke Rumah Sakit lain: 2.3.5.1 Hasil skrining menentukan apakah pasien di rawat

inap, dipulangkan atau dirujuk 2.3.5.2 Rumah sakit menetapkan kriteria indikasi pasien di rawat inap, dipulangkan atau dirujuk ke RS lain. 3. Pelayanan menahan untuk Observasi

8

3.1

Bila kamar penuh ruangan observasi IGD dapat digunakan untuk

3.2

pasien yang menunggu kamar. Untuk pasien yang menunggu kamar di ruang observasi dibatasi

3.3

sesuai dengan jumlah tempat tidur observasi yang ada di IGD Menahan pasien observasi maximal hanya 6 jam selanjutnya bila

3.4

kamar masih penuh pasien dirujuk Untuk pasien yang bisa mobilisasi dan mandiri atau dapat berjalan dipersilahkan untuk pulang dahulu bila ada kamar petugas admisi akan menghubungi pasien.

4. Penundaan pelayanan 4.1 Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau 4.2

penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan

4.3

atau pengobatan Memberi informasi

alasan

penundaan

atau

menunggu

dan

memberikan informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinik mereka ( SPO Pemberian Informasi Penundaan Pelayanan ) 5. Identifikasi Hambatan dalam pelayanan 5.1 Hambatan bahasa Bekerja sama dengan keluarga atau pendamping pasien untuk 5.2

penggalian informasi dalam kepentingan pelayanan. Hambatan cacat fisik seperti buta,tuli,bisu,, Bekerjasama dengan keluarga atau pendamping pasien, kalau tidak memungkinkan dengan bahasa isyarat, bahasa tubuh atau alat peraga

6. Kriteria Standing Order Standing Order adalah pemeriksaan penunjang yang harus sudah dilakukan di UGD sebelum pasien dipindahkan ke bangsal,unit khusus atau dirujuk 6.1 Pasien dewasa (25 – 40 tahun) 6.1.1 Darah lengkap (HB,Leko,Diff,LED,Ht,Tr,Eritrosit,MCV,MCH,MCHC) 6.1.2 Urine lengkap ( Protein,Glukose,Keton,Bilirubin,BJ,Reaksi/PH,Sediment) 6.1.3 Gula darah sewaktu

9

6.2 Pasien dengan usia > 40 tahun 6.2.1 Darah lengkap 6.2.2 Urine lengkap 6.2.3 Gula darah sewaktu 6.2.4 Thorax foto 6.2.5 ECG 6.3 Pasien Febris Febris 1 hari 6.3.1 Darah rutin ( hb,leuko,diff,LED ) + hematokrit. Febris lebih dari 3 hari 6.3.2 Darah rutin + hematokrit, trombosit. 6.3.3 Urine Lengkap. Febris lebih dari 5 hari 6.3.4 Darah rutin + hematokrit, trombosit 6.3.5 SGPT/ ALAT. 6.3.6 SGOT/ ASAT. 6.3.7 Widal (Untuk jamkesmas. ) 6.3.8 Antgen salmonella. 6.3.9 Urin Lengkap. 6.3.10 Antigen DB IgGm, IgGi Febris lebih dari 1 minggu. 6.3.11 Darah rutin + hematokrit, trombosit. 6.3.12 Fungsi hati (SGPT/ ALAT, SGOT/ ASAT). 6.3.13 Widal(untuk Jamkesmas). 6.3.14 Antgen salmonella. 6.3.15 Urin Lengkap. 6.4 Pasien GE 6.4.1 6.4.2 6.4.3 6.4.4

Darah rutin. Elektrolit. Faeces rutin. Fungsi ginjal, apabila ada indikasi.

6.5 Pasien operasi . Paket operasi anak. 6.5.1 6.5.2 6.5.3

Darah rutin + hematokrit, trombosit, Faktor pembekuan. APTT , urine lengkap , bill total /direct. Gol. Darah, Rhesus ( bila pasien belum mempunyai kartu golongan darah. 10

6.5.4 6.5.5 6.5.6

Elektrolit . Konsul dokter anak. Konsul anestesi.

6.6 Paket operasi dewasa. 6.6.1 Darah lengkap , PT ,APTT , GDS. 6.6.2 Ureum,Creatinine ,Asam Urat ,Elektrolit. 6.6.3 SGOT/SGPT,urine lengkap. 6.6.4 Gol. Darah, Rhesus ( bila pasien belum mempunyai kartu 6.6.5 6.6.6 6.6.7 6.6.8

golongan darah ). ECG dan thorax foto di atas 45 tahun. Konsul Dokter Penyakit Dalam. Konsul dokter anasthesi. Konsul dokter kebidanan (jika hamil atau kelainan obstetri).

6.7 Pasien stroke. 6.7.1 CT Scan kepala sesuai indikasi. Laboratorium : 6.7.2 6.7.3 6.7.4 6.7.5 6.7.6 6.7.7 6.7.8 6.7.9 6.7.10

Darah rutin (hb, leukosit, Ht. LED, trombosit) Ureum, creatinin, asam urat. GDS. SGOT, SGPT. Cholestrerol, HDL, LDL, Trigliserida. Elektrolit : natrium, kalium. Haemostatis darah (fibrinogen, APTT, D dimer, INR). Thorax foto. ECG.

6.8 Pasien nyeri dada. 6.8.1 ECG. Laboratorium : 6.8.2 6.8.3 6.8.4 6.8.5 6.8.6 6.8.7 6.8.8

Ureum, creatinin, asam urat. GDS. SGOT, SGPT. CPK, CKMB (CYTO). Cholestrerol, HDL, LDL, Trigliserida. Elektrolit : natrium, kalium. Thorak foto AP.

6.9 Pasien gangguan ginjal. 11

6.9.1 6.9.2 6.9.3

Ureum Cretinine,asam urat. Urine lengkap. GDS.

6.10 Pasien cedera kepala. 6.10.1 Darah lengkap . 6.10.2 Gula Darah sewaktu 6.10.3 Ureum creatinine 6.10.4 Urine lengkap 6.10.5 CT Scan Kepala sesuai indikasi. 6.10.6 Elektrolit Pasien anak: Laboratorium: 6.10.7 Darah rutin (hb, leukosit, Ht. , trombosit, MCV/MCH/MCHC) 6.10.8 GDS, elektrolit ( bila kejang) 6.10.9 Elektrolit ,feaces rutin (bila GE) 6.10.10Urine rutin, ureum, creatinin (bila ada gejala ISK) Hasil standing order minimal separuh dari pemeriksaan sudah dapat diakses di BGD sebelum pasien pindah ke bangsal,unit khusus atau dirujuk. 7

Kriteria Pasien Rawat Inap 7.1 Bunyi nafas ngorok atau gargling 7.2 Trauma atau luka bakar multiple daerah wajah sampai leher 7.3 GCS < 8 7.4 Perdarahan lebih dari 2 liter 7.5 RR lebih dari 40 x/mnt 7.6 SPO2 < 90 7.7 Cianosis 7.8 Capillary refill > 3 detik 7.9 Acral dingin 7.10 Nadi teraba halus 7.11 TD sistolik < 90 mmHg atau >160 mmHg 7.12 Suhu 390c disertai penurunan kesadaran 7.13 Cedera kepala berat ( korban tidak sadar ) 7.14 Luka dada terbuka dan luka hancur pada abdominopelvic 7.15 Serangan jantung ,stroke,head stroke,hipotermi berat 7.16 Kemungkinan fraktur vertebrae cervical 7.17 Luka bakar pada mata dan mengenai saluran pernafasan

12

7.18

Fraktur femur dan fraktur tanpa pulsus distal

8. Kriteria pasien pulang 8.1

Hemodinamik stabil antara lain: 8.1.1 Nadi : 60-100x/mnt 8.1.2 TD stabil 140/90 mmHg 8.2 Pernapasan 8.2.1 Dewasa : Frekuensi 12 -16x/mnt 8.2.2 Anak frekuensi : 8.2.2.1 (New born) = 90-180x/mnt 8.2.2.2 ( 1 thn ) = 80-160 x/mnt 8.2.2.3 ( 1-4 thn ) = 80-120x/mnt 8.2.2.4 (5- 12 thn) = 70-110x/mnt 8.3 Kesadaran Compos mentis 8.4 Nyeri Skala 1-4. 8.5 Suhu Antara 36-37 0C 9

Kriteria Pasien Stabil Dewasa: 9.1 Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas, bila ada sudah di atasi 9.2 9.3

( intubasi) SPO 2 > 90 % Tanda- tanda Vital : 9.3.1 Capillary Refill Time < 3 detik 9.3.2

Nadi : kuat, Frekuensi : >40 x/menit dan 80 mmHg dan < 170 mmHg

9.3.4

Respirasi :< 35 x/menit dan >12 x/menit

9.3.5

Suhu > 36 derajat Celsius dan < 39 derajat cesius

9.3.6

Skala Nyeri : 0 – 5

9.3.7

Bila telah memenuhi 4 kriteria dari 6 kriteria tersebut sudah dinyatakan stabil

9.3.8

Setelah dinyatakan stabil observasi 1 jam baru pasien boleh dipindahkan ke CCU atau dirujuk.

9.3.9

Kejang sudah teratasi, tidak berulang dalam 30 menit

13

Masalah metabolik sudah teratasi 9.3.10

Natrium serum > 110 mEq/L dan < 170 mEq/L

9.3.11

Kalium serum >2 mEq/L dan < 7 mEq/L

9.3.12

PaO2 >50 mmHg

9.3.13

PH > 7,1 mmHg dan < 7,7 mmH

9.3.14

Kadar gula darah sewaktu > 80 mmHg dan < 300 mmHg

9.3.15

Calcium serum < 15 mg/dl

9.3.16

Bila telah memenuhi 4 kriteria dari 6 kriteria tersebut sudah dinyatakan stabil

9.3.17

Setelah dinyatakan stabil observasi 1 jam baru pasien boleh dipindahkan ke CCU atau dirujuk.

9.3.18

Gambaran EKG : Sinus rythm

9.3.19

Masalah spesifik pasien sudah dilakukan manajemen medis

9.3.20

Resusitasi cairan

9.3.21

Imobilisasi : cervical, fraktur, lumbal

9.3.22

Menghentikan perdarahan luka

Anak 9.3.23

Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas, bila ada sudah di atasi (

intubasi)SPO 2 > 90 %

TTV 9.3.24

Capillary Reffil time 110 mEq/L dan < 170 mEq/L Kalium serum >2 mEq/L dan < 7 mEq/L PaO2 >50 mmHg PH > 7,1 mmHg dan < 7,7 mmHg Kadar gula darah > 80 mmHg dan < 300 mmHg Calcium serum < 15 mg/dl

Masalah spesifik pasien sudah dilakukan manajemen medis 9.3.40 9.3.41 9.3.42 9.3.43

Resusitasi cairan Imobilisasi : cervical, fraktur, lumbal Menghentikan perdarahan luka Pemeriksaan penunjang sudah dilakukan

10. Kriteria pasien masuk Instalasi Perawatan Intensif ( IPI) berdasarkan:

10.1

Kondisi Pasien 10.1.1 Pasien GCS < 8, pasien tidak stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infuse secara terus menerus (contoh; gagal napas berat, pasca bedah jantung terbuka, syok septik)

15

10.1.2 Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive sehingga komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi (contoh: pasca bedah besar dan luas; pasien dengan STEMI,Ventrikel Fibrilasi,Ventrikel Tacicardi,Supra Ventrikel Tacicardi,Oedema Paru Acut, PPOK,gagal ginjal ,GBS, Fraktur servical,, miastenia gravis, dll) 10.1.3 Pasien yang memerlukan terapi intensif untuk mengatasi komplikasi-komplikasi akut, sekalipun manfaat CCU ini sedikit (contoh: pasien dengan tumor ganas metastasis dengan komplikasi infeksi, tamponade jantung, sumbatan jalan napas) 10.1.4 Bayi baru lahir dengan kondisi level II dan III Kriteria Level II: 10.1.4.1 Bayi dengan hiperbilirubinemia yang memerlukan terapi sinar. 10.1.4.2 BBLR dengan berat badan kurang dari 2500 gram. 10.1.4.3 Bayi kurang bulan (umur kehamilan di bawah 34-36 minggu)

yang

memerlukan

perawatan

dalam

inkubator. 10.1.4.4 bayi yang tidak dapat atau tidak boleh diberikan minum peroral, sehingga bayi memakai NGT/feeding tube 10.1.4.5 bayi yang membutuhkan terapi oksigen, tetapi belum memerlukan alat bantu nafas mekanis, Myaitu : bayi dengandistres/gangguan nafas ringan - riwayat lahir tidak langsung menangis. 10.1.4.6 bayi dengan gejala hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau ibu dengan riwayat diabetes mellitus. 10.1.4.7 bayi dengan riwayat tindakan persalinan yang menyebabkan trauma bayi lahir, yaitu lahir dengan vacum ekstraksi 10.1.4.8 Bayi yang terpasang infus dan mendapatkan therapy antibiotik Kriteria Level III:

16

Karena di rumah sakit Panti Rahayu belum ada NICU, maka bayi yang termasuk level III akan dirujuk ke rumah sakit yang lain (sesuai SPO rujukan pasien). Yang termasuk bayi level III adalah : 10.1.4.9

Bayi dengan sindroma gawat nafas derajat 3 dan 4 yang memerlukan

support alat bantu nafas

mekanik,

air

Aspiration

Aspirasi

Syndrome)

ketuban atau

(Meconeum

janin menghirup

mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban. 10.1.4.10 Bayi berat badan lahir amat / sangat rendah (kurang dari 1200 gram), atau bayi dengan umur kehamilan kurang dari 34 minggu yang belum mendapatkan obat kematangan paru Bayi dengan kelainan kongenital

10.1.4.11

yang

membutuhkan tindakan operatif, yaitu : bayi dengan obstruksi saluran pencernaan hernia diafragmatika Omfalokel penyakit jantung bawaan perforasi usus atresia anii. -

10.1.5

Indikasi social (atas permintaan pejabat , pemerintah atau

10.1.6

instansi Negara) Pasien post op dengan kondisi hemodinamik belum stabil dgn gamgguan airway kemungkinan memburuk.

10.2 Pemeriksaan Fisik 10.2.1 Kesadaran : GCS < 8 10.2.2 Pupil an isokor yang tidak sama besar kanan / kiri sesuai 10.2.3 10.2.4 10.2.5

dengan penyakit Anuria tidak B A K ± 45 cc / hari Kejang terus menerus setelah 30 menit setelah diberi therapy Luka bakar luas > 50 %

Tanda – Tanda Vital 10.2.6

Nadi : < 40 x/menit atau > 150 x/menit 17

10.2.7 10.2.8 10.2.9 10.2.10

TD sistolik < 90 mmHg Respirasi > 35 x/menit atau < 12 x/menit Suhu > 39 derajat Celsius disertai penurunan kesadaran Criteria triage merah

10.3 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium 10.3.1 Natrium serum < 110 mEq/L atau >170 mEq/L 10.3.2 Kalium serum < 2 mEq/L atau > 7 mEq/L 10.3.3 PaO2 < 50 mmHg 10.3.4 PH < 7,1 mmHg atau > 7,7 mmHg 10.3.5 Kadar gula darah > 800 mmHg 10.3.6 Calcium serum > 15 mg/dl Imaging 10.3.7 Perdarahan serebral atau subarachnoid atau kontusio disertai perubahan status mental atau tanda-tanda neurologis fokal 10.3.8 Rupture uteri, varises oesofhagus, hati, atau organ dalam lainnya 10.3.9 Aneurisma aorta diseksi EKG 10.3.10 Miocard infark akut dengan aritmia, hemodinamik tidak stabil dan gagal jantung kongestif 10.3.11 Ventrikel tachicardi dan ventrikel fibrilasi 10.3.12 Blok jantung dengan gangguan hemodinamik 11

Kriteria Keluar Instalasi Perawatan Intensive (IPI) 11.1 Pasien sudah dalam keadaan stabil (criteria stabil) 11.2 Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik atau

terapi

telah gagal dan prognosis dalam waktu

dekat akan memburuk serta manfaaat terapi intensif sangat kecil. 11.3

Dalam hal yang kedua perlu persetujuan dokter yang mengirim. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak

11.4

memerlukan tindakan atau terapi intensif lebih lama Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada:

18

11.4.1 Pasien usia lanjut dengan gagal 3 organ atau lebih yang tidak memberikan respon terhadap terapi intensif selama 72 jam 11.4.2 Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang menimbulkan keadaan vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih 11.4.3 Pasien dengan bermacam-macam diagnosis seperti PPOM, jantung terminal, karsinoma yang menyebar 11.4.4 DNR (Do Not Resusitasi) 12 Tidak Perlu Rawat IPI 12.1 Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium) 12.2 12.3

kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ Pasien menolak terapi bantuan hidup Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi (contoh: karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegetatif).

13.

Kriteria Masuk Ruang Pengawasan (HCU) 13.1

Kondisi Pasien 13.1.1 Pasien GCS 8-15 , pasien tidak stabil yang memerlukan pengawasan secara continyu seperti: paien perdarahan, keracunan obat, sesak nafas berat, post operasi yang kemungkinan terjadi komplikasi dan perdarahan. (contoh post operasi BPH,post Operasi batu Gijal, Status Amatikus, Intoksikasi Pestisida, dehidrasi sedang,combustio , cks ) 13.1.2 Pasien yang Gaduh gelisah. 13.1.3 Indikasi social (pasien yang tidak ada keluarga yang menunggu , pasien yang menolak dirawat di IPI) 13.1.4 Pasien pre operasi dengan kondisi hemodinamik belum stabil.(contoh: pre Operasi multiple fraktur, peritonitis, illius, )

19

13.1.5 Penawasan tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi pada: Pasien mati otak atau koma (bukan karena trauma) yang menimbulkan keadaan vegetatif dan sangat kecil kemungkinan untuk pulih 13.1.6 Pasien dengan bermacam-macam diagnosis seperti PPOM, jantung terminal, karsinoma yang menyebar. 13.1.7 DNR (Do Not Resusitasi)

13.2

Pemeriksaan Fisik 13.2.1 Kesadaran : GCS 8-15 13.2.2 Gaduh gelisah 13.2.3 oliguria 13.2.4 Kejang 13.2.5 Luka bakar luas 30- 50 % 13.3 13.3.1 13.3.2 13.3.3 13.3.4 13.3.5

Tanda – Tanda Vital Nadi : < 50 x/menit atau > 140 x/menit TD sistolik < 90 mmHg Respirasi > 35 x/menit atau < 12 x/menit Suhu > 39 derajat Celsius disertai penurunan kesadaran Criteria triage kuning

13.4

Pemeriksaan Penunjang

Radiologi 10.1.1 kontusio disertai perubahan status mental atau tanda-tanda neurologis fokal 10.1.2 trauma abdomen , perforasi gaster, illeus, trauama thorax. 10.1.3 Infark cerebri EKG 10.1.4 VES, Iskemia 10.1.5 Takhicardia, bradikardia. Kriteria Keluar Ruang Pengawasan (HCU) 10.1.6 Pasien sudah dalam keadaan stabil (Kriteria stabil) 10.1.7 Pasien tidak memerlukan lagi pengawasan.

20

14. Kriteria pasien cuti rawat inap Kriteria pasien yang boleh mendapatkan izin cuti : 14.1 14.2

Pasien sudah mendapatkan izin dari DPJP Pasien diizinkan cuti rawat inap apabila dalam kondisi stabil. 14.3 Hemodinamik stabil antara lain: 14.3.1 Nadi : 60-100x/mnt 14.3.2 TD stabil selama masa perawatan. 14.3.3 Pernapasan Dewasa Frekuensi 12 -16x/mnt, anak 14.3.4

frekuensi: 16-20x/menit. Pasien dan keluarga sudah menandatangani surat pernyataan

14.3.5

izin keluar Rumah Sakit Batasan izin cuti adalah 1x 24 jam apabila pasien tidak kembali dihubungi via telp dijemput leh perawat ruang

14.3.6

rawat inap Alat kesehatan pervena yang di gunakan harus di lepas dan akan di pasang kembali setelah pasien kembali ke ruang rawat inap

Pasien tidak diizinkan cuti rawat inap bila : 14.3.7 Sedang memerlukan terapi intensif seperti bantuan alat 14.3.8

nafas, pemberian obat vaso aktif. Pasien menderita penyakit yang beresiko dapat mengancam jiwa misalnya: GBS, Miastenia gravis, fraktur cervical,

14.3.9

trauma capitis dll Pasien dalam masa observasi ketat atau bedrest total

15. Kriteria pasien di rujuk ke rumah sakit lain

21

Rujukan Sementara: 15.1 15.2

Tujuan diagnostik (MRI, USG second opinion) dimana RS. Panti Rahayu tidak mempunyai fasilitas.

Rujukan Pasien ke Rumah Sakit Lain: 15.3

Pasien dirujuk ke Rumah Sakit lain untuk mendapatkan layanan sesuai

dengan kebutuhan pasien yang tidak dimiliki

15.4

oleh RS. Panti Rahayu. Semua Pasien yang dirujuk perlu mendapatkan surat rujukan

15.5

dan hasil pemeriksaan medis milik Pasien disertaka Digunakan check list untuk menjamin kelengkapan data medis Pasien.

Pindah Rawat : 15.6

Pasien pindah rawat ke RS lain karena alasan permintaan

15.7

pasien atau Keluarga dan tempat penuh. Pasien yang tidak ada indikasi rawat dan minta dirawat di RS lain, RS Panti Rahayu tidak perlu memberikan pendampingan petugas.

16.

Criteria pendampingan pasien saat transfer Pasien harus di dampingi oleh dokter jika 16.1 Pasien sakit berat, dalam kondisi stabil yang memerlukan terapi intensif seperti bantuan ventilator, pemberian obat vasoaktif melalui infuse secara terus menerus (contoh; gagal 16.2

napas berat, pasca bedah jantung terbuka, syok septik) Pasien yang memerlukan bantuan pemantauan intensif atau non invasive, dimana komplikasi berat dapat terjadi tiba-tiba (contoh: pasca bedah besar dan luas; pasien dengan penyakit jantung, paru, gagal ginjal ,GBS, Fraktur servical,, miastenia

16.3

gravis, dll) Pasien dapat hanya di dampingi oleh perawat jika :

22

16.3.1

Pasien dalam kondisi stabil yang tidak menderita penyakit yang beresiko dapat mengancam jiwa mis: febris, gastritis, DM tanpa asidosis, Hipertensi

16.3.2

ringan – sedang dll) Pasien yang dirujuk untuk menjalani prosedur diagnosis atau tindakan medis ke RS lain dengan

16.3.3

kondisi stabil. Pasien tidak dikategorikan sebagaimana kriteria 1.1 dan 1.2 (indikasi sosial )

17. Transfer pasien didalam dan keluar Rumah Sakit Proses transfer/ perpindahan pasien di dalam lingkungan rumah sakit 17.1

Pasien yang berada dalam kondisi tidak stabil / mengalami kedaruratan, dalam proses transfer pasien harus dalam kondisi stabil dan diberikan pendampingan oleh petugas yang

17.2

berkompeten serta dilengkapi dengan fasilitas emergency kit. Sebelum pasien dipindahkan ke bagian lain, petugas harus saling berkomunikasi untuk menjamin kelengkapan administratif dan kesiapan SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan pasien.

18. Tranfer keluar Rumah Sakit / Rujukan 18.1 Pasien yang berada dalam kondisi tidak stabil / mengalami kedaruratan, dalam

proses transfer pasien harus dalam

kondisi stabil dan diberikan pendampingan oleh petugas yang 18.2

berkompeten serta dilengkapi dengan fasilitas emergency kit. Sebelum pasien dipindahkan ke RS lain, petugas harus saling berkomunikasi untuk menjamin kelengkapan administratif dan kesiapan SDM, sarana dan prasarana sesuai dengan kebutuhan

18.3

pasien. Setiap pasien dirujuk harus menggunakan ambulance RS, apabila keluarga menolak harus membuat surat penolakan dan alkes dilepas setelah mendapatkan penjelasan dan memahami

23

risiko yang mungkin terjadi, kecuali apabila pasien dijemput 18.4

oleh ambulance dan tenaga medis dari RS yang dituju. Pasien hanya boleh dirujuk / dipindahkan ke RS lain apabila

18.5

hasil pemeriksaan penunjang diagnostik sudah tersedia. Observasi selama proses transfer di dokumentasikan pada

18.6

form observasi saat rujukan. Transfer pasien kerumah sakit ditujukan kepada dokter yang

18.7

berkompeten di bidangnya atau bidang spesialisasi terkait. RS Panti Rahayu menjalin kerjasama dengan RS lain demi

18.8

kelancaran proses rujukan pasien. Untuk ambulance call penjemputan harus didampingi oleh dokter atau perawat yang berkompeten.

19. Rujukan tidak mungkin dilaksanakan apabila 19.1 19.2

Pasien terminal Pasien tidak stabil yang tidak berhasil dalam proses

19.3

stabilisasi Critical Care Unit penuh disemua Rumah Sakit saat dihubungi.

Direktur Utama,

dr.Sunarim a, M.Kes.

24

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF