Pedoman OP Bangunan Pengaman Pantai
May 21, 2019 | Author: Dia Chrisna | Category: N/A
Short Description
Pedoman OP Bangunan Pengaman Pantai...
Description
LAMPIRAN I SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 01 / SE / M /2011 TANGGAL : 23 Februari 2011
Pedoman Operasi d an Pemelih araan Bangu nan Pengaman Pantai
1.
Lingkup
Lingkup Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai ini mencakup: a.
Sosialisasi pengamanan pantai;
b.
inventarisasi;
c. d.
pemantauan kondisi bangunan; evaluasi kondisi dari kinerja bangunan;
e. f.
pengoperasian pompa air dan pintu air; penentuan metode umum pemeliharaan;
g. h.
pemilihan cara pelaksanaan pemiliharaan; pemantauan pelaksanaan pemeliharaan; dan
i.
evaluasi pelaksanaan pemeliharaan.
2.
Acuan Normatif
Pedoman Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai ini merujuk pada: • •
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota.
1 dari 52
3.
Istilah dan Defin isi
Beberapa istilah dan definisinya dalam lingkup kepantaian dan bangunan pantai: a. Bangunan Pengaman Pantai Bangunan sipil yang dibangun untuk melindungi dan mengamankan pantai dari erosi / abrasi dan banjir pantai / rob, menjaga stabilitas muara untuk mendukung lalu lintas navigasi, serta revitaslisai kawasan pantai b. Ar mo r Lapis pelindung bagian luar bangunan pengaman pantai, dapat terdiri dari unit-unit batu kosong atau batu buatan. c. Bangunan Kaku Bangunan yang memiliki struktur kaku (rigid), yang dibangun secara masif dan umumnya menggunakan material beton atau pasangan batu. d. Berm Pantai (beach berm) Bagian pantai arah darat yang relatif datar merupakan bagian dari pantai belakang. Berm dibentuk oleh deposisi material pantai akibat aksi gelombang. e. Downdrift Hilir dari bagian yang ditinjau dengan berpatokan pada arah transpor sedimen dominan yang terjadi pada perairan pantai. f.
Garis pantai Tempat atau garis yang merupakan garis batas daratan dengan pengaruh air laut yang berupa ujung berm.
g. Groin Bangunan yang dibuat tegak lurus atau kira-kira tegak lurus pantai, berfungsi mengendalikan erosi yang disebabkan oleh terganggunya keseimbangan angkutan pasir sejajar pantai (longshore sand drift). h. Jeti (Jetty) Bangunan menjorok ke laut yang berfungsi sebagai pengendalian penutupan muara sungai atau saluran oleh sedimen. i.
Operasi bangunan pengaman pantai Upaya menyusun landasan bagi tindak pemeliharaan bangunan pengaman pantai, mulai dari sosialisasi, inventarisasi, pemantauan, dan evaluasi; serta pengaturan kerja sistem drainase atau sistem lain yang terkait dengan bangunan pengaman pantai termasuk kegiatan membuka-menutup pintu air dan menjalankan pompa air drainase.
j.
Pantai (shore) Daerah yang merupakan pertemuan antara laut dan daratan diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah.
k. Pemecah Gelom bang (breakwater ) Konstruksi pengaman pantai yang posisinya sejajar atau kira-kira sejajar garis pantai dengan tujuan untuk meredam gelombang datang. l.
Pemeliharaan bangunan pengaman pantai Upaya menjaga dan mengamankan bangunan pengaman pantai agar selalud apat berfungsi dengan baik guna memperlancar pelaksanaan operasi dan mempertahankan kelestariannya. 2 dari 52
m. Pengisi an pasir (sand nourishment) Kegiatan untuk membentuk pantai menjadi stabil dengan menambahkan pasir ke pantai. n. Piping Salah satu bentuk erosi tanah yang terjadi di bawah permukaan. Biasanya berhubungan dengan keruntuhan tanggul dimana aliran turbulen dari air dalam pori menghanyutkan butiran tanah mulai dari mulut aliran rembesan dan erosi tanah yang berada di bagian atas. o. Polder Sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment/timbunan atau tanggul yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar selain yang dialirkan melalui perangkat manual. p. Revetmen (revetment) Struktur di pantai yang dibangun menempel pada garis pantai dengan tujuan untuk melindungi pantai yang tererosi. q. Rubble Mound Tipe bangunan pantai yang dibuat dari tumpukan batu kosong, atau batu buatan, disusun membentuk kemiringan. r.
Tanggul Laut (sea dike) Struktur pengaman pantai yang dibangun sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi dataran pantai rendah dari genangan yang disebabkan oleh air pasang, gelombang dan badai.
s. Tembok Laut (sea wall) Struktur pantai yang dibangun dalam arah sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi pantai terhadap hempasan gelombang dan mengurangi limpasan genangan areal pantai yang berada di belakangnya. t.
Updrift Hulu dari bagian yang ditinjau dengan berpatokan pada arah transpor sedimen dominan yang terjadi pada perairan di pantai.
u. Runup Elevasi maksimum dari dorongan gelombang di atas tinggi air tenang. v. Wilayah Pesisir Daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.
4.
Penjelasan Umum
Operasi dan pemeliharaan bangunan pengaman pantai adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan agar bangunan pengaman pantai dapat berfungsi sesuai maksud pembangunannya. Berdasarkan lingkup pelaksanannya, kegiatan operasi terbagi dalam 3 bidang, yaitu yang mencakup: sosialisasi, operasi bangunan pengaman pantai, dan operasi bangunan pendukung. Sosialisasi yang dimaksud berupa sosialisasi kebijakan pemerintah. Kebijakan yang disosialisasikan menyangkut beberapa larangan atas kegiatan yang dapat merusak
3 dari 52
lingkungan. Disamping itu, dilakukan juga sosialisasi untuk tata cara pemanfaatan sumber daya alam yang benar sesuai aturan pemerintah. Pemeliharaan dilakukan terhadap bangunan pengaman pantai dan kelengkapannya sesuai dengan hasil pemantauan yang dilakukan. Dalam pedoman ini diuraikan langkah-langkah penilaian atas kondisi fisik dan fungsi bangunan yang menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Saran tindakan berdasarkan hasil penilaian disampaikan untuk memberi arah bagi tindakan yang akan dipilih untuk mengatasi masalah yang dialami bangunan. Diagram lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
OPERASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI
OPERASI
PEMELIHARAAN
SOSIALISASI KEBIJAK AN PEMERINTAH Larangan Tatacara pemanfaatan sempadan pantai
•
-
•
BANGUNAN PENGAMAN PANTAI INVENTARISASI
Pada awal operasi & pemeliharaan (satu kali)
PEMANTAUAN
2 (dua) kali per tahun
EVALUASI
Setiap akhir pemantauan PEMELIHARAAN/ REHABILITASI
BANGUNAN PENDUKUNG •
Operasi bangunan Pompa air } Sesuai manual operasi bangunan o Pintu air o
Gambar 1. Diagram lingkup kegiatan operasi dan pemeliharaan bangunan pengaman pantai.
5.
Bangu nan Pengaman Pantai
Jenis-jenis bangunan pengaman pantai yang dikelola oleh Kementerian Pekerjaan Umum terdiri dari: a. Revetmen b. Tembok Laut c. Pemecah Gelombang d. Groin e. Jeti f. Tanggul Laut g. Pengisian Pasir
4 dari 52
Revetmen, Tembok Laut, Pemecah Gelombang, dan Groin termasuk golongan struktur keras (hard structure) yang mengamankan pantai dengan fisiknya keras dan tidak mudah rusak menghadapi gaya-gaya alam, sementara pengisian pasir adalah cara termasuk golongan struktur lunak (soft structure) yang bekerja dengan cara mengorbankan sebagian volumenya terbawa oleh gaya gelombang dan arus. Adanya pasir di pantai menyebabkan gaya gelombang tidak langsung menyentuh tanah asli di pantai, sehingga tanah pantai tidak tergerus. Dalam konteks pengamanan pantai, Jeti juga memiliki fungsi pengamanan khususnya pada bagian muara agar aliran air menuju ke laut tidak terganggu dan laju penumpukan sedimen di muara dapat direduksi. Dengan demikian banjir di muara akibat berkurangnya penampang sungai dapat dihindari. Dalam hal lain, pengamanan yang diberikan oleh tanggul laut lebih mengarah pada terhindarnya daerah rendah di belakang pantai dari genangan akibat proses pasang surut. Bagian berikut secara singkat memberikan gambaran dari setiap jenis bangunan pantai yang disebutkan. Subbab 5.1 hingga 5.7 menjelaskan bentuk dan cara kerja tiap jenis bangunan pengaman pantai yang telah disebutkan sebelumnya, sementara subbab 5.8 menjelaskan bangunan pendukung yang ada pada bangunan pantai. Pada subab 5.9 dijelaskan beberapa jenis bangunan pelengkap yang dibuat pada bangunan pengaman pantai. 5.1.
Revetmen
Revetmen adalah bangunan yang berfungsi untuk melindungi bagian darat pantai tepat di belakang bangunan terhadap erosi dan abrasi akibat arus dan gelombang. Revetmen yang ditempatkan pada permukaan pantai memperkuat profil pantai dengan material yang tahan gaya gelombang dan gerusan air, dengan demikian profil pantai tidak akan mudah terganggu. Revetmen merupakan konstruksi yang tidak masif dan karenanya dapat dibangun mengikuti bentuk profil pantai seperti gambar berikut.
Gambar 2. Sketsa struktur revetmen.
5 dari 52
Gambar 3. Pengaman pantai tipe revetmen, Bali.
Konstruksi yang lazim dipergunakan antara lain susunan batu kosong, blok-blok beton, plat beton, yang disebut konstruksi tipe rubble mound dengan armor pada terluar yang disebut lapisan pelindung. Antara tanah pantai yang dilindungi dan revetmen harus diselipkan lapisan filter (dapat berupa geotekstil) yang berfungsi untuk mencegah hanyutnya butiran material pantai yang halus. Bila terdapat kemungkinan erosi pada bagian kaki bangunan, maka harus dirancang agar ujung badan yang menghadap laut dilengkapi dengan tumit agar dapat melindungi bangunan saat terjadi arus yang mengerosi. 5.2.
Tembok Laut
Tembok laut adalah bangunan yang berfungsi mengamankan bagian darat pantai di belakang konstruksi terhadap erosi akibat gelombang dan arus dan sebagai penahan tanah di belakang konstruksi. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau kira-kira sejajar dengan garis pantai, membatasi secara langsung bidang daratan dengan air laut. Bangunan ini dapat dipergunakan untuk pengamanan pada pantai berlumpur atau berpasir. Umumnya digunakan untuk memperkuat bagian tertentu dari profil pantai yang terjal.
Tembok Batu TEMBOK LAUT
Pasir HHWL MWL Tanah Keras
Batu Kerikil
Gambar 4. Sketsa tembok laut.
6 dari 52
Profil Asli
Gambar 5. Aplikasi tembok laut di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan.
Tembok laut merupakan konstruksi yang masif, direncanakan agar dapat menahan gaya gelombang yang relatif tinggi. Bahan konstruksi yang lazim dipergunakan antara lain pasangan batu dan beton. Kerusakan tembok laut antara lain akibat pondasi yang kurang dalam, dan terjadinya overtopping yang mengakibatkan aliran air di belakang tembok. 5.3.
Pemecah Gelombang
Pemecah Gelombang adalah bangunan yang berfungsi untuk mencegah erosi pantai secara tidak langsung. Bangunan ini bekerja dengan cara meredam dan mereduksi energi gelombang. Tujuannya adalah memperkecil tinggi gelombang yang lolos ke dalam perairan dalam naungan bangunan ini dan mengurangi transpor sedimen tegaklurus pantai. Ada dua jenis pemecah gelombang, yaitu pemecah gelombang yang tersambung dengan pantai, dan pemecah gelombang lepas pantai ( detached). Jenis yang relevan dengan pengamanan pantai adalah pemecah gelombang lepas pantai.
Gambar 6. Sketsa layout dan unjuk kerja pemecah gelombang lepas pantai.
7 dari 52
Gambar 7. Pengaman pantai tipe Pemecah Gelombang lepas pantai di Sanur, Bali.
Pemecah gelombang lepas pantai berfungsi pula sebagai penahan dan pereduksi besarnya angkutan sedimen sejajar pantai maupun sedimen tegak lurus pantai. Karena energi gelombang direduksi, maka perairan di belakangnya menjadi tenang dan mengakibatkan terbentuknya endapan yang disebut Tombolo. 5.4.
Groin
Groin adalah bangunan yang berfungsi sebagai pengaman pantai terhadap erosi karena gangguan keseimbangan angkutan pasir sejajar pantai ( longshore sanddrift). Groin bekerja dengan menahan atau mengurangi besarnya angkutan pasir sejajar pantai. Karena tujuannya mengurangi angkutan pasir sepanjang pantai, maka groin hanya cocok untuk pantai yang berpasir.
Gambar 8. Sketsa dan cara kerja groin.
8 dari 52
Tipe lurus
Tipe T
Tipe L
Gambar 9. Beberapa tipe groin.
Groin dapat dibedakan tipenya menurut bentuk, yaitu: tipe lurus, tipe T, dan tipe L sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. Groin juga dapat dibuat melengkung, berbentuk mirip ekor ikan, dan juga bentuk lain sesuai keperluannya dan kaitannya dengan estetika pantai. Berdasarkan konstruksinya, groin dapat dibangun dari tumpukan batu, caison beton, turap, tiang yang dipancang berjajar, atau tumpukan silinder beton yang bagian dalamnya diisi dengan adukan beton. Namun demikian, konstruksi tumpukan batu lebih banyak dipilih untuk aplikasi pada tempat-tempat terbuka karena mampu bertahan terhadap beban gelombang yang besar dan berguna untuk mengurangi refleksi gelombang. Dengan adanya groin, maka gerakan sedimen sejajar pantai akan tertahan dibagian hulu (updrift) groin dan sebaliknya kemungkinan akan terjadi erosi di bagian hilir ( downdrift) groin. Makin panjang groin makin tinggi kapasitasnya menahan sedimen. Sebaliknya untuk groin yang rendah dan pendek kapasitasnya untuk menahan sedimen akan lebih kecil.
Gambar 8. Groin di pantai Padang, Sumatera Barat.
5.5.
Jeti
Jeti adalah bangunan yang berfungsi mengendalikan penutupan muara sungai atau saluran oleh sedimen (Pedoman Umum Perbaikan Muara Sungai dengan Jeti, Pd T-07-2004-A). Dalam lingkup yang lebih luas, jeti juga digunakan untuk menjaga kestabilan alur pelayaran dan inlet pasang surut. Pada pantai dengan arus dan angkutan sedimen sejajar pantai, jeti juga
9 dari 52
berfungsi untuk menahan arus yang melintang alur dan mengalihkannya agar melintas melalui bagian perairan yang lebih dalam sehingga resiko ganguan lebih kecil untuk pelayaran. Jeti merupakan struktur yang tersambung dengan pantai dan umumnya dibangun pada salah satu atau kedua sisi alur tegak lurus terhadap garis pantai dan memanjang ke dalam laut.
Gambar 9. Jeti di muara Kali Gawean Anyar, Slamaran, Pekalongan.
Cara kerja jeti adalah dengan membatasi aliran pasang surut, sehingga ada peluang untuk mengurangi tingkat pendangkalan alur dan mengurangi volume pengerukan yang diperlukan. Apabila bangunannya diperpanjang hingga melampaui daerah gelombang pecah, jeti memberikan keleluasaan manuver yang lebih baik bagi kapal yang memasuki alur karena dapat memberikan perlindungan terhadap gelombang. Jeti dibangun dengan cara yang serupa dengan breakwater. 5.6.
Tanggul Laut
Tanggul Laut (sea dike) merupakan struktur pengaman pantai yang dibangun sejajar pantai dengan tujuan untuk melindungi dataran pantai yang rendah dari genangan akibat air pasang, gelombang dan badai. Tanggul ini dibuat dengan tujuan untuk memisahkan pantai dari hinterland. Biasanya badan tanggul dibangun dari material halus seperti pasir, pasir kelanauan dan lempung. Material kedap air diperlukan agar air tidak merembes melalui badan tanggul. Resiko keruntuhan badan tanggul (stabilitas lereng) dan erosi akibat piping menentukan kelandaian badan tanggul di bagian darat, sementara badan arah laut biasanya dibuat sangat landai dengan tujuan untuk mengurangi runup gelombang dan pengaruh erosi akibat gelombang. Material yang digunakan sebagai pelindung dapat berupa rumput-rumputan, aspal, batu-batuan atau pelat beton tergantung tingkat perlindungan yang dibutuhkan. Kemiringan badan bangunan yang semakin terjal membutuhkan lapisan armor pelindung yang lebih kuat. Bila terdapat kemungkinan erosi pada bagian kaki bangunan, maka harus dirancang agar ujung badan yang menghadap laut dilengkapi dengan tumit agar dapat melindungi bangunan saat terjadi arus yang mengerosi.
10 dari 52
Pada kondisi tertentu, tanggul dapat dibuat dari tembok beton dengan kaki yang melebar (parapet). Dibelakang tembok diisi dengan tumpukan tanah yang ditimbun pada kaki tembok.
http://www.encora.eu DL20081516
Gambar 10. Tanggul laut sebagai penahan air dan gelombang, Netherland.
RUMPUT Bagian kedap air ASPAL
HHWS
Urugan batu
1:3
1:3
MUKA AIR DESAIN 1:5
LEMPUNG / PASIR
Gambar 11. Potongan melintang konstruksi tanggul laut.
5.7.
Pengisian Pasir
Pengisian pasir (beach nourishment) adalah solusi struktur lunak yang berfungsi untuk memberikan pengamanan bagi sarana dan prasarana di darat terhadap pengaruh badai dan diterapkan untuk mencegah erosi garis pantai lebih lanjut. Bila tidak ada badai, pengaruh dari gelombang pecah hanya sebatas sisi sebelah laut dari berm. Secara alamiah berm dan dune berperan sebagai buffer pelindung antara bangunan di darat dengan air dan gelombang. Sasaran penggunaan cara ini adalah mengisi pantai dengan material dan membentuk dune secara artifisial yang nantinya akan dierosi oleh gelombang dan arus bila tidak ada suplai natural. Material yang dipilih adalah material dengan ukuran butiran dan kepadatan yang sama atau lebih besar dibanding material aslinya yang ditambahkan pada bagian pantai yang tererosi untuk menggantikan kekurangan pasokan alaminya. Pengisian pasir tidak hanya melindungi pantai pada lokasi yang diisi, namun juga dapat memberikan perlindungan pada bagian downdriftnya yaitu dengan memberikan sumber pasir pada suatu titik di bagian updrift.
11 dari 52
6 Penampang asli Penampang setelah pengisian
4
Penampang rencana 2 ) l s m ( m , i s a v e l E
0
-2
-4
-6
-8
100
0
400
300
200
500
Jarak dari garis pantai, m
Gambar 12. Ilustrasi kondisi sebelum pelaksanaan, setelah pengisian, dan penampang rencana.
JETI
INLET
GELOMBANG
GELOMBANG Garis pantai sebelumnya
Garis pantai setelah pengisian pasir
BANGUNAN UJUNG GELOMBANG
GROIN
Garis pantai sebelumnya Garis pantai sebelumnya
Garis pantai setelah pengisian pasir
Garis pantai setelah pengisian pasir
BANGUNAN UJUNG
a. Pengisian pasir pada bagian downdrrift dari penghalang
Gambar 13.
b. Pengisian pasir distabilkan dengan bangunan pengujung
c. Pengisian pasir distabilkan dengan rangkaian groin yang bergradasi
Pola penempatan pengisian pasir dan kombinasi dengan bangunan lain untuk menstabilkan pasir isian.
12 dari 52
Gambar 14. Pengisian pasir di pantai Kuta Bali, dikombinasi dengan groin.
Pengisian pasir secara umum mencakup pembuatan profil pantai yang lebih lebar dan/atau bukit pasir yang bersifat substansial untuk mengurangi kerusakan akibat badai (relatif terhadap tingkat kerusakan yang terjadi bila tanpa pengisian pasir). Tingkat pengamanan yang diberikan bukan ukuran utama, karena adanya ketidakpastian frekuensi badai (dengan intensitas tinggi) yang akan terjadi. Ada resiko badai tertentu dapat menimbulkan kerusakan bangunan di pantai meski ada tindak pengisian pasir. Taraf pengamanannya sendiri akan berkurang setelah terjadi erosi oleh badai besar, dan tentu akan tetap kurang jika tidak dilakukan pemeliharaan (pengembalian bentuk) kembali setelah badai berlalu. Taraf pengamanan akan dapat dijaga jika pengisian kembali pasir terjadwal dengan baik, dan biasanya merupakan kunci dari desain. Untuk memberikan tingkat pengamanan yang lebih, cara pengisian pasir seringkali dikombinasikan dengan bangunan groin. 5.8.
Bangun an Pendu kun g
Bangunan pendukung merupakan bangunan yang mendukung kegiatan operasi yang dilakukan pada bangunan pengaman pantai bersangkutan. Masuk dalam kelompok bangunan pendukung adalah Pompa Air dan Pintu Air. Keduanya perlu dioperasikan secara tepat untuk mengatasi masalah drainase dan menjaga kondisi keamanan kondisi bangunan pengaman pantai bersangkutan. Pompa air umumnya digunakan pada sistem polder dimana elevasi tanah aslinya rendah dan harus dilindungi dengan tanggul keliling. Air drainase dalam sistem ini dikumpulkan dalam suatu kolam tampung dan akan dibuang ke luar menggunakan pompa. Pintu air digunakan pada kawasan yang memiliki elevasi cukup untuk pembuangan air secara gravitasi. Pintu dibuka saat air laut surut dan ditutup saat air pasang agar tidak menggenangi lahan.
13 dari 52
Gambar 15. Pompa air pada sistem polder di Teluk Gong, Jakarta.
Gambar 16. Muara drainase pada bangunan pengaman pantai di Bengkulu.
5.9.
Bangun an Pelengkap
Bangunan ini bersifat melengkapi penggunaan bangunan utama atau menunjang kegiatan di daerah tempat bangunan pengaman berada. Dapat beruapa akses menuju bangunan pengaman pantai, atau bangunan yang menunjang kegiatan masyarakat sekitar. Jalan setapak, merupakan bangunan pelengkap yang merupakan akses ke bangunan pengaman dan dimanfaatkan untuk keperluan rekreasi atau wisata. Sementara shelter nelayan, bangunan pendaratan, jalan desa, outlet drainase merupakan contoh dari bangunan pelengkap yang berfungsi menunjang kegiatan masyarakat di daerah setempat seperti terlihat pada Gambar 19.
14 dari 52
Gambar 17. Shelter nelayan sebagai bangunan pelengkap.
6.
Material Bangu nan Pengaman Pantai
Pilihan bentuk dan material konstruksi bangunan pengaman pantai dikonstruksi dengan pilihan bentuk dan material yang disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Badan Penelitian dan Pengembangan di Kementerian Pekerjaan Umum juga membuat beberapa produk pendukung yang dapat diaplikasikan untuk bangunan pengaman pantai. Terkait dengan keperluan pemeliharaan, material bangunan pengaman pantai dapat dibagi dalam dua kategori besar, yaitu material alam dan material buatan. 6.1.
Material Alam
6.1.1. Batu Batu digunakan untuk konstruksi kaku (tembok/beton) maupun lentur (tumpukan batu). Pada konstruksi lentur, batu digunakan baik sebagai lapisan inti maupun lapisan pelindung di bagian permukaan. Untuk lapis inti umumnya digunakan batu guling yang bisa diperoleh dari hasil pemecahan batu gunung (stone crushing), sementara untuk lapis pelindung harus digunakan batu dengan ukuran yang besar. Ukuran yang besar mutlak perlu karena stabilitas batu lapis pelindung tergantung pada berat dan bentuk butiran serta kemiringan sisi bangunan. Pengadaannya dilakukan langsung dari sumbernya dengan ukuran yang dibutuhkan. Batu alam yang digunakan umumnya diperoleh dari batuan gunung yang dibentuk menyerupai kubus sehingga dapat disusun dengan rapih membentuk talud yang diinginkan. Ukuran batu alam yang digunakan dapat mencapai bobot 4 ton, namun kemungkinan pengadaannya sangat tergantung pada cadangan di sumbernya, juga volume yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan tekstur dan warna tertentu demi tujuan estetika dapat dipilih jenis batu alam yang karakternya sesuai untuk kondisi laut.
15 dari 52
Gambar 18. Batu alam untuk bagian inti dan lapis lindung di Nusa Dua, Bali.
Gambar 19. Aplikasi batu kali pada revetmen di Pekalongan, Jawa Tengah.
Gambar 20. Aplikasi batu kapur (limestone) pada groin di Sanur.
16 dari 52
6.1.2. Pasir Penggunaan material pasir dibedakan menjadi dua kategori: sebagai bahan campuran (beton), dan sebagai bahan utama (untuk pengisian pasir pantai). Sebagai bahan campuran beton, pasir yang digunakan adalah pasir pasang yang bebas lumpur sesuai persyaratan untuk pembetonan. Meskipun pekerjaan dilakukan di pantai, pasir laut tidak boleh digunakan untuk campuran beton. Khusus untuk pengisian pasir, material harus dipilih dari ukuran butiran dan karakter yang mendekati kondisi material aslinya. Sumbernya dapat diperoleh dari beberapa tempat baik dari bagian darat pantai lain yang memiliki jumlah kandungan yang besar maupun dari daerah lepas pantai atau merupakan hasil pengerukan untuk pembuatan dan pemeliharaan alur pelayaran. Hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan material pengisi adalah bahwa sumber material tidak boleh dari tempat yang terlalu dekat dengan pantai yang diisi karena keseimbangan profil pantai mungkin akan berubah. Bila sumber berada dekat dengan pantai yang diisi, dapat terjadi transpor material yang mengembalikan pasir dari pantai yang diisi ke pantai sumbernya untuk mengembalikan pasir yang diambil karena terjadi defisit pada profil pantai di daerah sumber. Jika lokasi pengerukan material pinjaman terlalu dekat dengan pantai yang diisi dan perairan terlalu dangkal, terbentuk batimetri yang tidak beraturan akibat pengerukan yang secara signifikan mempengaruhi penyebaran gelombang datang. Hal ini dapat berakibat pada erosi di titik tertentu. Praktisnya, bila diambil dari dasar laut, daerah sumber harus dipilih pada perairan dengan kedalaman kurang lebih dua kali dari kedalaman pengisiannya.
Gambar 21. Pasir hasil pengerukan diisi kepantai dengan disemprotkan oleh kapal keruk.
6.1.3. Bambu Bambu pada bangunan pengaman pantai berfungsi sebagai kerangka bangunan yang menjadi wadah material pengisinya. Tergantung pada materi pengisinya, bambu dipancang serapat mungkin membentuk barisan yang memanjang sesuai panjang bangunan yang akan dibuat. Pada jarak tertentu, dipasang pengaku sehingga wadah yang terbentuk dari struktur rangka bambu kuat untuk menampung material pengisi dan tidak mudah digoyang gelombang. Untuk material isi digunakan bahan-bahan berbutir halus atau kasar sesuai kondisi pantai yang diamankan. Bahan pengisi dari tanah digunakan untuk pengaman pantai yang memiliki energi gelombang yang rendah. Untuk pantai dengan gelombang yang sedang atau besar digunakan pengisi berupa kantong-kantong pasir atau batu untuk meredam energi seperti contoh pada Gambar 24.
17 dari 52
Gambar 22. Cerucuk bambu sebagai kerangka bangunan pengaman pantai.
6.1.4. Tanah Tanah sebagai material bangunan pengaman pantai secara khusus digunakan untuk konstruksi tanggul laut. Tanah harus memenuhi standar spesifikasi teknis yang berlaku untuk timbunan, dan untuk bagian kedap tekstur tanah harus dapat menahan air. Untuk itu umumnya digunakan tanah lempung atau lempung dengan campuran pasir yang tidak lebih dari 20%. Apabila material tanah menjadi pilihan, jenis tanah liat yang kedap air diperlukan apabila tanggul harus dibangun pada tanah berpasir. Dengan sifat tanah liat yang kedap air maka inti yang dibangun masuk ke dalam tanah dasar akan dapat mencegah rembesan air melalui tanah berpasir di bawah tanggul.
Gambar 23. Tanah lempung pasiran di kawasan tambak AWS (d/h Dipasena), pantai timur Lampung.
18 dari 52
6.2.
Material Buatan
6.2.1. Pipa Beton (Buis Beton) Pipa beton bulat/silinder atau dikenal dengan sebutan “buis beton” atau “gorong-gorong” kerap digunakan sebagai material untuk membentuk bangunan pengaman pantai. Bangunan yang dibentuk dengan material ini memiliki struktur masif karena pipa beton ditumpuk dan diisi dengan adukan beton cycloop dan antar lapisan dibuat bertautan dengan penulangan ringan.
Foto: BengkuluS20070522, J. Siahaan
Gambar 24. Contoh tembok laut pipa beton silinder di Bengkulu.
Pipa beton bulat dibuat dari beton bertulang yang dicetak dengan cetakan baja. Umumnya yang digunakan adalah pipa beton dengan diameter 100 cm dan tinggi pipa 50 cm. Tebal dinding pipa 10 cm dan didalamnya dilengkapi besi tulangan berdiameter 10 mm yang disusun ke arah memanjang dan melintang dengan jarak antar tulangan 10 cm. Untuk campuran betonnya, digunakan komposisi semen, pasir, dan kerikil dengan perbandingan 1:2:3 atau minimal setara dengan mutu beton K-175. 6.2.2. Blo k Beton Material blok beton banyak dipergunakan dalam bangunan pengaman pantai sebagai armor (material pelindung) yang melapisi bagian terluar bangunan. Penggunaan blok beton sebagai alternatif pengganti batu memiliki kelebihan karena dapat dibuat dengan bentuk yang diinginkan. Bentuk blok beton yang banyak dikenal untuk pengaman pantai antara lain adalah, quadripod, tetrapod, dolos, tribar, dan kubus. Salah satu besaran yang mempengaruhi bobot unit armor adalah nilai koefisien kestabilan armor yang dikenal dengan Kd. Untuk tinggi gelombang yang sama, makin tinggi harga Kd, makin ringan bobot unit armor yang dibutuhkan. Bentuk blok beton berkaitan erat dengan koefisien kestabilannya, oleh karena itu bentuk yang dipilih akan menentukan dimensi blok beton yang digunakan.
19 dari 52
Tampak Bawah
Tampak Atas
Tampak Samping
Gambar 25. Unit armor blok beton jenis Quadripod.
Tampak Bawah
Tampak Atas
Tampak Samping
Gambar 26. Unit armor blok beton jenis Tetrapod.
Tampak Bawah
Tampak Atas
Tampak Samping
Gambar 27. Unit armor blok beton jenis Dolos.
Tampak Atas
Tampak Bawah
Tampak Samping
Gambar 28. Unit armor blok beton jenis Tribar.
Tampak Atas
Tampak Samping
Gambar 29. Unit armor blok beton jenis Kubus.
20 dari 52
Isometri
Tabel 1. Koefisien Stabilitas K D untuk Batu dan Berbagai Bentuk Blok Beton
Lapis Lindung
n
Penempatan
Lengan Bangun an
Ujung (kepala) Bangunan
KD
KD
Kemiringan
Gelomb. Pecah
Gelomb. Tidak Pecah
Gelomb. Pecah
Gelomb. Tidak Pecah
Cot θ
1,5-3,0
Batu pecah Bulat halus
2
Acak
1,2
2,4
1,1
1,
Bulat halus
>3
Acak
1,6
3,2
1,4
2,3
∗
Bersudut kasar
1
Acak
2,3
∗
Bersudut kasar
2
1
∗
Acak
2,0
Bersudut kasar
>3
Acak
Bersudut kasar
2
Khusus∗
Paralelepipedum
2
Khusus
Tetrapod dan Quadripod
Tribar Dolos
3
2
Acak
2
Acak
2
Acak
2,9 4,0
1
∗
2 2
1,9
3,2
1,5
1,6
2,8
2,0
1,3
2,3
3,0 2
2,2
4,5
2,1
4,2
∗
5,8
7,0
5,3
6,4
∗
7,0-20,0
8,5-24,0
-
-
8,0
6,0
1,5
4,5
5,5
2,0
3,5
4,0
3,0
8,3
9,0
1,5
7,8
8,5
2,0
6,0
6,5
3,0
8,0
16,0
2,0
7,0
14,0
3,0
7,0
9,0 15,8
8,0
10,0 31,8
2
2
Kubus dimodifikasi
2
Acak
6,5
7,5
-
5,0
∗
Hexapod
2
Acak
8,0
9,5
5,0
7,0
∗
Tribar
1
Seragam
12,0
15,0
7,5
9,5
∗
2 2
Catatan: n : jumlah susunan butir batu dalam lapis pelindung 1 ∗ : penggunaan n= 1 tidak disarankan untuk kondisi gelombang pecah 2 : sampai ada ketentuan lebih lanjut tentang nilai KD, penggunaan KD dibatasi kemiringan 1:1,5 sampai 1:3 ∗ 3 ∗ : batu ditempatkan dengan sumbu panjangnya tegak lurus permukaan bangunan Sumber: Shore Protection Manual, 1984.
21 dari 52
Gambar 30. Contoh pemecah gelombang kubus beton polos di Kalimantan Barat.
Gambar 31. Contoh groin menggunakan kubus beton di Pariaman, Sumatera Barat.
Gambar 32. Contoh penggunaan tetrapod di Tanah Lot, Bali.
22 dari 52
Agar mampu menahan abrasi akibat hempasan gelombang, maka beton yang digunakan adalah beton dengan mutu K-300 atau lebih. Blok beton dicetak dengan cetakan besi yang dibuat khusus sehingga dapat dibongkar pasang. Setelah proses pengerasan beton selesai, cetakan dapat dibuka dan hasil cetakan dirawat sampai mencapai usia yang cukup dan mencapai kekuatan karakteristiknya. Pemasangan dilakukan setelah blok-blok beton cukup umur. Blok beton yang banyak digunakan di Indonesia untuk pekerjaan pengamanan pantai berskala kecil dan menengah umumnya berbentuk kubus. Kubus beton dicetak dengan panjang sisi 40 cm, 50 cm, atau lebih besar. 6.2.3. Tiang Beton Bertulang Tiang beton bertulang merupakan salah satu alternatif material yang digunakan untuk pengaman pantai namun terbatas pada lokasi tertentu. Dari segi biaya material ini lebih mahal dibanding material jenis lain, oleh karena itu penggunaannya hanya untuk daerah yang penting dengan nilai ekonomis tinggi seperti pelabuhan, daerah industri, niaga, dan pariwisata atau untuk daerah-daerah dengan lahan sangat terbatas. Dalam lingkup bangunan pengaman pantai, tiang beton bertulang dapat diaplikasikan untuk pembuatan jetty maupun groin. Dalam aplikasi lain tiang beton digunakan sebagai turap dermaga yang menjadi konstruksi penahan tanah atau dikenal sebagai konstruksi bulkhead. Bagian yang telah dilindungi tiang dapat direklamasi dan dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas atau mendirikan bangunan.
Gambar 33. Dermaga dengan tiang pancang beton bertulang, Cirebon.
Tiang beton bertulang umumnya dibuat dengan mutu beton K-300, K-450, K-500 hingga K-600 yang dibuat dari campuran semen khusus untuk penggunaan di perairan laut ( marine). Pada masa sekarang, tiang ini sudah diproduksi di pabrik ( prefab) dengan sistem prategang, sentrifugal atau gabungan keduanya sesuai dengan tujuan penggunaanya. Dengan cara tersebut diperoleh tiang beton bertulang dengan kepadatan yang lebih tinggi dan daya dukung serta momen lentur ijin yang lebih besar dibanding pencetakan konvensional.
23 dari 52
7.
Operasi Bangu nan Pengaman Pantai
7.1.
Sosiali sasi Pengamanan Pantai
Kebijakan terkait pengamanan pantai yang ditetapkan oleh pemerintah pada dasarnya merupakan landasan hukum agar upaya pengamanan pantai dapat berjalan secara efektif. Pemahaman masyarakat tentang perlunya pengamanan pantai perlu dibangun agar tidak saja mendukung upaya pemerintah namun juga demi keberlangsungan penghidupan masyarakat di sekitar pantai yang dikelola. Waktu dan jumlah kegiatan sosialisasi bervariasi sesuai kebutuhan setempat. Materi sosialisasi terhadap masyarakat sekitar yang terkait dengan pantai yang diamankan terdiri dari beberapa pokok yang penyampaiannya disesuaikan dengan permasalahan yang terjadi pada pantai bersangkutan. Pokok materi sosialisasi tersebut mencakup: a. Larangan penebangan penebangan hutan atau tanaman mangrove b. Larangan penambangan di sempadan pantai c. Tatacara pemanfaatan sempadan pantai Selain itu, dalam pelaksanannya, sosialisasi perlu dimuati juga dengan peraturan perundangundangan yang melandasi pengaturan, himbauan, dan larangan yang disosialisasikan sebagai bentuk edukasi bagi masyarakat. 7.2.
Inventarisasi
Inventarisasi merupakan kegiatan yang mendahului semua kegiatan lain dalam operasi dan pemeliharaan bangunan pengaman pantai. Inventarisasi ini dilakukan satu kali dan dalam inventarisasi dilakukan pemasangan titik referensi yang dipergunakan untuk mengamati perubahan elevasi bangunan. Data yang diperoleh dari inventarisasi akan menjadi dasar rencana kegiatan operasi dan pemeliharaan yang akan dilaksanakan. 7.2.1.
Peralatan Kerj a
Peralatan kerja perlu disediakan bagi pengelola untuk menunjang kegiatan operasi dan pemeliharaan. Tergantung pada pola pelaksanaannya, jenis fasilitas yang perlu disediakan sebagai aset akan bervariasi. Peralatan kerja yang sama akan digunakan pula dalam kegiatan pemantauan, oleh karena itu peralatan yang disebut pada bagian ini menjadi acuan pula dalam pembahasan kegiatan pemantauan. Fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan disajikan selengkapnya pada Tabel 2. Tabel 2. Peralatan Kerja Inventarisasi dan Pemantauan Fasilitas/Peralatan
Jumlah kebutuhan
Keterangan
-
Sesuai kondisi lapangan
Transportasi
-
Alat Survei
Kamera foto
1 buah
Lampu senter
2 unit
Alat ukur topografi
1 set
Meteran (50 m)
1 buah
Meteran (5m)
1 buah
GPS tangan
1 buah
Handy talkie
1 set
Handphone (tergantung lokasi)
1 buah
Komunikasi
24 dari 52
Pengawas bangunan pantai
7.2.2.
Kegiatan dalam Inventari sasi
Kegiatan yang dilakukan dalam inventarisasi mencakup: 1. pembuatan Benchmark (BM); yang akan digunakan sebagai acuan dalam inventarisasi dan pemantauan, 2. pembagian dan penomoran ruas bangunan (untuk bangunan yang memanjang) atau penomoran bangunan (untuk bangunan yang berjajar), 3. penetapan nomenklatur bangunan, 4. penentuan obyek yang dilindungi oleh bangunan (sebagai fungsi bangunan), dan 5. pegumpulan data teknis bangunan (termasuk kondisi bangunan, sketsa dan foto). Blangko inventarisasi digunakan untuk mencatat semua data bangunan yang diinventarisasi. Untuk bangunan memanjang (Revetmen, Tembok Laut, Pemecah Gelombang, Tanggul Laut, dan Pengisian Pasir) satu set blangko akan berisi informasi bangunan pada satu ruas. Karenanya, jumlah blangko akan sesuai dengan jumlah ruas bangunan memanjang yang ditentukan pada kegiatan nomor 3 diatas. Dengan pola yang serupa, untuk bangunan yang berjajar (Groin dan Jeti), satu blangko digunakan untuk menginventariasi tiap unit bangunan. 7.2.2.1.
Pembuatan Bench Mark
Bench Mark (BM) dibuat sebagai acuan dalam inventarisasi dan untuk memantau perubahan elevasi bangunan dalam kegiatan pemantauan dan pemeliharaan. BM dibuat setiap jarak 1 km, dan antara BM dibuat patok-patok dengan interval 100 meter. Pada bangunan yang berlokasi pada satu titik tertentu (jeti, groin tunggal), minimal dibuatkan satu buah BM. Penempatan BM dipilih pada lokasi yang aman terhadap gangguan dan kerusakan garis pantai. BM dibangun pada tanah yang stabil di belakang pantai. Bila tanah dasar lunak, BM harus diperkuat dengan tiang pancang yang memadai agar posisinya tidak berubah. Sisi muka BM dilengkapi dengan pelat marmer yang diberi identifikasi lokasi dan nomor sesuai rancangan nomor BM di lokasi bersangkutan. BM yang baru dibuat selanjutnya diukur posisi dan ketinggiannya terhadap BM eksisting yang masih valid dan data koordinatnya tersedia. Bila tidak terdapat BM lain sebagai acuan, atau data hilang, maka BM yang baru dapat diberi nilai koordinat tertentu secara lokal dengan elevasi yang ditentukan secara lokal pula. Koordinat BM selanjutnya dapat dikoreksi sesuai koordinat global dengan hasil pengukuran alat Global Positioning System (GPS). Koreksi elevasi BM selanjutnya dapat dilakukan sesuai hasil analisis pasang surut berdasarkan data pengukuran pasang surut di kawasan bersangkutan sesuai Tata Cara Pengamatan Pasang Surut dengan Menggunakan Papan Duga (Pd T-26-2004-A). 7.2.2.2.
Pembagian Ruas dan Penomoran Bangunan
Pembagian ruas bangunan (bangunan memanjang) atau penomoran bangunan (bangunan berjajar) dilakukan dengan memperhatikan keberadaan dan fungsi masing-masing bagian serta penomoran yang mungkin telah digunakan selama ini. Bangunan berjajar dapat dinomori secara urut dari awal hingga akhir. Bangunan memanjang dapat dibagi dalam ruas menurut panjang tertentu atau per segmen antar dua bangunan lain.
25 dari 52
Revetmen GroinD4 GroinC 3
GroinB 2
Groin 5 E
Groin 6
Groin A 1
F
GroinG7
Rev Ruas 1
Rev Ruas 2
Rev Ruas 3
Rev Ruas 4
Rev Ruas 5
Rev: revetmen
Gambar 34. Contoh pembagian ruas dan penomoran bangunan.
7.2.2.3.
Penetapan Nomenklatur
Dalam inventarisasi dilakukan pula penetapan nomenklatur bangunan yang diinventarisasi sebagai identitas bangunan secara spesifik. Bentuk nomenklatur berupa kode yang tersusunan dari huruf dan angka yang memuat informasi bangunan. Untuk kode wilayah, digunakan standar Biro Pusat Statistik. Khusus untuk nama pantai, digunakan nama yang sesuai dengan nama yang digunakan selama ini dalam identifikasi pantai, sementara kode bangunan dibuat dengan huruf awal sesuai jenis bangunannya. Untuk hal ini Kementerian Pekerjaan Umum, perlu menerbitkan listing (daftar) tersendiri. Penggunaan bentuk nomenklatur ini diseragamkan untuk seluruh provinsi di Indonesia. Urutan kode dan informasi yang dimasukkan dalam nomenklatur disebutkan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Informasi Dalam Nomenklatur Bangunan No.
Inform asi
Bentuk
Standar
1.
Provinsi/ Kabupaten/Kota
Kode
Biro Pusat Statistik
2.
Nama Pantai
Kode
Listing PU
3.
Kode Bangunan
Rv
(Revetmen)
TL
(Tembok Laut)
PG
(Pemecah Gelombang
Gr
(Groin)
Jt
(Jeti)
Listing PU
TaL (Tanggul Laut) PP
7.2.2.4.
(Pengisian Pasir)
Identifikasi Obyek yang Dilindungi
Fungsi bangunan pengaman pantai adalah mengamankan pantai dan obyek (atau beberapa obyek) yang ada di belakangnya. Dalam inventarisasi, obyek
26 dari 52
apa saja yang dilindungi perlu diidentifikasi dan dicantumkan dalam blangko. Jenis obyek yang dilindungi dibagi dalam beberapa kategori sebagai berikut: a. Pulau Terluar b. c.
Jalan Raya Nasional / Provinsi / Kabupaten Kawasan Pemukiman
d. e.
Kawasan Wisata Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial
f.
Lalu lintas navigasi (muara sungai)
7.2.2.5.
Pengumpulan Data Teknis
Data teknis bangunan diperoleh dari dua sumber, yaitu melalui pengukuran lapangan dan dokumen pembangunan (as built drawing). Pengukuran lapangan dilakukan untuk setiap bangunan yang diinventarisasi, untuk mengetahui bentuk dan ukuran bangunan saat inventarisasi. Hasil pengukurannya diisikan dalam blangko inventarisasi. Bila dokumen pembangunan masih ada, maka dokumen tersebut menjadi lampiran pada blangko inventarisasi. Untuk mengumpulkan data teknis bangunan dalam inventarisasi (dan pemantauan), dilakukan pengukuran fisik bangunan menggunakan alat bantu ukur yang umum digunakan dalam survei topografi. Alat yang digunakan dalam pengukuran ini adalah: Theodolite T0
Waterpass Bak Ukur
Tongkat duga
GPS Pita Ukur
Panjang Bangunan Panjang bangunan diukur sesuai alinemen bangunan. Untuk bangunan yang memanjang dan mengikuti garis pantai (Revetmen, Tembok Laut, Pemecah Gelombang, Tanggul Laut, Pengisian Pasir), panjang bangunan merupakan panjang ruas yang diidentifikasi/diinventarisasi dari Titik 1 (awal) ke Titik 2 (akhir). Untuk bangunan yang berjajar (Groin, Jeti) panjang bangunan diukur menurut alinemen bangunan dari pangkal (Titik 1) hingga ke ujungnya (Titik 2). Bila bangunan memiliki 2 sumbu alinemen (Groin T, Groin L) maka panjang bangunan diukur dan diisikan secara berurutan, dimulai dari bagian utamanya. Pengukuran dilakukan penggunakan alat Theodolit yang juga mengukur bentuk dasar bangunan untuk digambarkan pada sketsa. Jarak diukur secara optis dan dilengkapi pengukuran langsung menggunakan pita ukur. Elevasi Puncak Bangunan Elevasi puncak bangunan diukur pada bagian puncak yang mendatar dari bangunan terhadap BM acuan terdekat sesuai dengan dokumen inventarisasi. Pengukuran dilakukan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Perubahan pada nilai elevasi puncak digunakan sebagai indikasi adanya perubahan pada bangunan. Lebar Puncak Bangunan Lebar puncak bangunan merupakan lebar bagian mendatar/rata pada bagian tertinggi dari bangunan pengaman. Lebar puncak bangunan diukur untuk bagian utama maupun bagian lain yang memiliki profil yang berbeda.
27 dari 52
Pengukuran lebar dilakukan secara optis dan dibantu dengan pengukuran langsung dengan pita ukur. Lebar Dasar Bangunan Lebar dasar bangunan merupakan lebar rata-rata bagian dasar bangunan pengaman yang bersinggungan dengan tanah dasar. Lebar dasar bangunan diukur untuk bagian utama maupun bagian lain yang memiliki profil yang berbeda. Pengukuran dilakukan menggunakan cara optis dengan menempatkan bak ukur pada kaki bangunan yang terendam air. Kemiringan Badan Luar dan Badan Dalam Kemiringan badan diukur menggunakan perbandingan antara bagian vertikal terhadap bagian horisontal. Untuk setiap 1 meter arah vertikal maka ke arah horisontal akan terbentuk jarak tertentu dengan kemiringan badan yang ada, sehingga dengan badan yang landai, angka bagian horisontal akan semakin besar sebagaimana diilustrasikan oleh gambar berikut.
1m 1m Kemiringan (1:1)
1m
1m 1,5m Kemiringan (1:1,5)
2m Kemiringan (1:2)
Gambar 35. Contoh kemiringan badan dan cara penulisannya.
Yang dimaksud “luar” (badan luar) adalah bagian badan yang menghadap ke laut, sedangkan “dalam” (badan dalam) adalah bagian badan yang menghadap ke darat sebagaimana diilustrasikan oleh sketsa berikut.
28 dari 52
Laut / Sumber Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan Luar
Badan Dalam
Fundasi Luar
Fundasi Dalam
Material Dasar
Material Dasar
Pemecah Pemecah Gelomb Gelomb ang / Groin Groin / Jeti / Tanggul Laut
Laut / Sumber Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan Luar
Material Dasar Dalam
Fundasi Luar Material Dasar Luar
Laut / Sumber Gelombang
Revetmen
Darat / Teduh Gelombang
Puncak Badan Luar Fundasi Luar
Darat / Teduh Gelombang
Laut / Sumber Gelombang
Puncak
Material Dasar Dalam
Badan Luar
Material Dasar Dalam
Fundasi Luar
Material Dasar Luar
Material Dasar Luar
Tembok Laut Gambar 36.
Profil pemecah gelombang, groin, jeti dan tanggul laut, profil revetmen serta profil tembok laut dan pengertian arah luar dan dalam menurut posisi laut.
29 dari 52
Pantai di atas Berm
Laut / Sumber Gelombang
Puncak
Darat / Teduh Gelombang
Bukit Pasir
Berm Pantai di bawah Berm
Pengisian Pasir Gambar 37.
Profil struktur lunak pengisian pasir serta pengertian arah luar dan dalam menurut posisi laut.
Untuk bangunan Groin, Groin , dan Jeti Jeti yang alinemennya tegak lurus pantai, bagian luar yang dimaksud adalah bagian yang terpapar gelombang dominan. Bagian ini ditandai sebagai sisi yang kerap mengalami kerusakan lebih berat. Sisi ini umumnya dapat dikenali juga dengan adanya endapan pada bagian pangkalnya sebagaimana ditunjukkan oleh sketsa berikut. Gelombang Dominan Badan Luar Gelombang Dominan Sisi Endapan
Badan Luar
Badan Dalam
Badan Dalam
muara
Gambar 38. Pemahaman bagian luar dan dalam pada groin dan jeti.
Hasil pengukuran fisik bangunan digambarkan dalam bentuk sketsa bangunan. Sketsa dibuat lengkap dengan ukuran dan keterangan yang diperlukan dengan selengkap mungkin. Selain itu, sketsa juga memuat titik-titik pengambilan foto dan arah bidik foto sesuai dengan nomor identifikasinya. Foto bangunan yang diambil harus menunjukkan bentuk, kelengkapan, material bangunan, dan kerusakan yang teridentifikasi. Foto disusun dan diberi nomor sesuai nomor pada sketsa dan menjadi kelengkapan blangko inventarisasi. Perlu diperhatikan bahwa titik pengambilan foto dan arah bidikannya perlu dipilih dengan baik karena pengambilan foto selanjutnya pada pemantauan akan dilakukan dari titik yang sama. 7.3. 7.3.
Pemantauan Pemantauan Kon dis i Bangun an
Pemantauan kondisi bangunan mencakup struktur dan fungsinya. Pemantauan ini dilakukan dengan interval 6 bulan sekali atau 2 kali dalam setahun dengan jadwal yang dipilih sedemikian rupa sehingga hasilnya mewakili perubahan kondisi
30 dari 52
bangunan pada masing-masing musim (kemarau dan penghujan) setiap tahunnya. Dalam pemantauan, kegiatan pengamatan dan pengukuran dilakukan menggunakan peralatan kerja yang sama sebagaimana dibahas pada bagian inventarisasi. Untuk bangunan pengaman pantai yang telah lama dibangun atau telah rusak, pemantauan pertama dapat dilakukan segera setelah inventarisasi. Hal ini dilakukan agar penanganan bangunan dapat terlaksana sesegera mungkin. Hasil evaluasi dari pemantauan pertama akan dapat langsung menjadi dasar untuk menentukan tindak lanjut untuk bangunan bersangkutan. Untuk pemantauan digunakan Blangko Pemantauan. Satu set blangko digunakan untuk melakukan pemantauan satu ruas bangunan untuk bangunan memanjang (Revetmen, Tembok Laut, Pemecah Gelombang, Tanggul Laut, Pengisian Pasir) atau satu unit bangunan untuk bangunan yang berjajar (Groin, Pemecah Gelombang, Jeti) mengacu pada hasil inventarisasi. Petugas yang akan melakukan pemantauan wajib mempelajari dokumen inventarisasi beserta dokumen pemantauan terakhir untuk bangunan bersangkutan. Pemantauan didahului dengan mencatat data indikator lingkungan saat pantauan dilaksanakan. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan penilaian kondisi bangunan dan pengumpulan informasi terkait fungsi bangunan yang merupakan bagian terpenting dari kinerja bangunan pengaman pantai. 7.3. 7.3.1. 1.
Indikator Lingku ngan
Indikator lingkungan yang diperhatikan dalam pemantauan kondisi struktur adalah: a. Tinggi gelombang. gelombang. Tinggi gelombang rata-rata ditaksir oleh petugas saat pemantauan dilakukan. Tinggi gelombang dapat ditaksir secara langsung atau dengan bantuan perbandingan terhadap mistar duga atau benda-benda disekitar yang diketahui ukurannya. b. Kondisi pasang surut Pasang surut ditentukan dengan mengamati kondisi muka air terhadap bangunan, apakah dalam posisi tinggi, sedang, atau surut. Posisi ini dapat ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap BM dengan bantuan data tunggang pasang surut di lokasi atau dengan memperhatikan jejak air pasang yang umumnya tampak pada badan bangunan. Tinggi gelombang dan kondisi pasang surut sebagai taraf muka air saat pemantauan akan menjadi bahan pertimbangan bagi penilaian terhadap kondisi bangunan dan kinerjanya dalam evaluasi. 7.3.2. 7.3.2. 7.3.2.1.
Kon dis i Bangun an Aksi Gelombang
Sebelum dilakukan penilaian kondisi dan pengukuran fisik bangunan, perlu diketahui aksi gelombang yang terjadi pda bangunan pengaman pantai. Petugas perlu memperhatikan memperhatik an apakah gelombang dengan tinggi yang telah ditaksir sebelumnmya melimpas di atas puncak bangunan atau tidak. Aksi gelombang terhadap bangunan merupakan informasi penting bagaimana interaksi bangunan terhadap gelombang yang datang. Kondisi gelombang limpas ini akan menjadi pertimbangan dalam penilaian tingkat pengamanan yang dapat diberikan oleh bangunan dan korelasinya dengan gelombang rencana. Kondisi pasang surut saat pemantauan selanjutnya menjadi taraf penilaian atas aksi gelombang yang terjadi, karena bila dalam keadaan surut terjadi air limpas akibat gelombang dengan ketinggian dibawah rencana, hal ini menunjukkan bahwa terlah terjadi penurunan elevasi bangunan yang sangat besar.
31 dari 52
7.3.2.2.
Kondisi Fisik Bangunan
Dalam pemantauan, fisik bangunan diukur kembali seperti pada saat inventarisasi. Data elevasi, ukuran, dan bentuk bangunan diisikan dalam kotak-kotak data pada lembar blangko yang telah disediakan. Perubahan yang terjadi akan dapat diketahui apabila data tersebut diperbandingkan dengan data pengukuran sebelumnya. Untuk itu, titik-titik ukur sebaiknya dilakukan pada tempat yang sama. Selain pengukuran fisik bangunan, dilakukan juga penilaian terhadap kondisi bangunan. Kondisi struktur bangunan dinilai berdasarkan beberapa indikator kerusaka. Indikator ini akan berbeda untuk tiap jenis bangunan, untuk itu pengamatan perlu dilakukan sesuai jenis bangunan sebagai berikut: Bangunan Rubble (Tumpukan) Pengamatan dilakukan terhadap indikator: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Puncak bangunan dan elevasinya. Kehilangan lapis pelindung/ armor. Kehilangan kontak (interlock) armor. Penurunan kualitas armor. Perubahan sudut kemiringan badan. Kondisi fundasi bangunan. Kondisi badan bangunan Kondisi materi penyusun. Kehilangan volume material
Bangunan Kaku Pengamatan dilakukan terhadap indikator: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Puncak bangunan dan elevasinya. Kondisi lantai. Kerusakan pada bangunan penutup atas (cap/crown). Kerusakan pada sambungan struktur. Tulangan yang putus/berkarat. Kondisi dinding / badan. Kemungkinan gerusan pada fundasi struktur . Fundasi struktur. Kondisi materi penyusun.
Bangunan Timbunan Pengamatan dilakukan terhadap indikator: a. b. c. d. e. f. g. h.
Puncak bangunan dan elevasinya. Bentuk dan ukuran profil. Kerusakan pada badan struktur. Rekah atau patahan (memanjang/melintang) Keruntuhan lereng. Kemungkinan gerusan pada tumit struktur . Fundasi struktur. Kondisi lapis lindung (armor, vegetasi).
Indikator-indikator tersebut diamati untuk menentukan nilai kondisi komponen bangunan yaitu bagian puncak, badan, dan fundasinya. Cara penilaian dan deskripsi kerusakan secara rinci dimuat dalam Petunjuk Pengisian Blangko Pemantauan. Hasil pengamatan kondisi bangunan dilengkapi dengan foto yang diberi catatan dan komentar. Tiap kerusakan yang ditemukan juga didokumentasi dengan foto dan keterangannya serta petunjuk lokasi kerusakan pada sketsa. 32 dari 52
7.3.2.3.
Kondisi Fungsi
Bagian akhir dari kegiatan pemantauan adalah hal yang penting menyangkut fungsi bangunan. Untuk itu petugas pemantauan perlu mengumpulkan informasi seluas mungkin yang dapat menunjukkan bagaimana bangunan berfungsi. Informasi disajikan dalam bentuk foto dengan uraian kondisi yang meliputi obyek-obyek yang diamankan dan fenomena yang terjadi pada pantai dengan adanya bangunan. Informasi ini selanjutnya akan digunakan dalam tahap evaluasi untuk menilai fungsi bangunan. 7.3.3.
Pelaporan
Seluruh kegiatan pemantauan kondisi bangunan harus didokumentasi dalam laporan sebagai informasi dan pedoman bagi penilaian dimasa yang akan datang. Dalam laporan yang dibuat perlu dilakukan pertimbangan yang seksama sedemikian rupa sehingga data yang dilaporakan dapat memberikan informasi yang baik dan memenuhi kebutuhan pemeliharaan. 7.4.
Evaluasi Kondis i dan Kinerja Bangunan
Evaluasi kondisi bangunan dilakukan menyusul kegiatan pemantauan. Pelaksanaannya bertempat di kantor dan dilakukan oleh tim evaluasi berdasarkan masukan hasil pemantauan. Penilaian kondisi fisik bangunan dilakukan melalui perhitungan dalam kegiatan evaluasi ini. Disamping itu, berdasarkan informasi yang dikumpulkan dinilai juga kinerja fungsi bangunan yang diharapkan memberi dampak positif. Tujuan akhirnya adalah untuk menetapkan tindak lanjut yang perlu dilakukan terkait bangunan bersangkutan. 7.4.1.
Kondis i Fisik
Kondisi fisik bangunan ditunjukkan oleh suatu nilai yang disebut Indeks Kondisi Bangunan. Nilai ini merupakan hasil olahan atas hasil pemantauan bangunan bersangkutan. Untuk bangunan pengaman pantai digunakan skala nilai dari 1 hingga 4, dimana nilai 1 menunjukkan kondisi terbaik sementaran nilai 4 merupakan kondisi terburuk. Perhitungan untuk memperoleh nilai ini didasarkan pada nilai kondisi masing-masing komponen struktur bangunan yang dipantau dan juga kondisi material utamanya. Tahap penentuan nilai indeks kondisi bangunan adalah sebagai berikut: a. Perhitungan indeks komponen fisik . Ditentukan dengan mengisikan nilai-nilai kondisi komponen struktur dari indikator-indikator yang diamati, dan dicatat pada saat pemantauan dilakukan. Bila terdapat komponen bagian luar dan dalam, dicari nilai rata-ratanya sebagai nilai indeks komponen fisik. b. Penentuan bobot. Bobot komponen fisik disesuaikan dengan jenis bangunan yang dievaluasi. Kobinasi nilai bobot untuk komponen puncak, badan, fundasi, dan material penyusun berbeda-beda untuk tiap jenis bangunan. Kombinasi ini ditunjukkan dalam blangko evaluasi dan penjelasannya diberikan dalam petunjuk pengisian. c. Perhitungan nilai Komponen . Nilai komponen diperoleh dengan mengalikan nilai indeks komponen fisik terhadap bobot komponen. d. Penentuan nilai Indeks Kondisi Bangunan. Nilai ini diperoleh dengan membagi jumlah dari nilai komponen dengan bobot keseluruhan. Besarnya nilai indeks kondisi bangunan akan menunjukkan kondisi bangunan bersangkutan, semakin tinggi nilai berarti kerusakan bangunan semakin parah.
33 dari 52
7.4.2.
Kin erja Fungs i Bangun an
Disamping kondisi fisik bangunan, dalam evaluasi dinilai juga kinerja fungsi bangunan. Hasilnya akan menunjukkan apakah bangunan bermanfaat atau tidak, dan sangat menentukan keputusan akhir untuk pengelolaan bangunan bersangkutan. Dalam pemantauan, obyek yang diamankan turut diamati untuk mengetahui efektifitas dari kerja bangunan pengaman yang dibuat. Hasil pengamatan tersebut dituangkan dalam bentuk informasi berupa sketsa, catatan, dan rekaman foto. Berdasarkan informasi tersebut dilakukan evaluasi, dan ditentukan apakah bangunan telah memberikan kinerja fungsi yang baik atau tidak. Nilai fungsi bisa bervariasi, namun disederhanakan sebagai “Baik” atau “Tidak Baik” dengan pedoman yang ditunjukkan oleh Tabel 4 berikut.
Tabel 4.
Penentuan Kinerja Fungsi Bangunan Pengaman Pantai Berdasarkan Pengamatan Kondisi Lingkungan di Sekitar Bangunan Pengaman Pantai Kinerja Fungsi Bangunan
Obyek yang Dilindung i
Baik
Buruk
Pulau Terluar
Pantai tidak terkikis atau pantai bahkan bertambah lebar. Garis pantai bisa mundur namun di lain waktu maju kembali sehingga seimbang sepanjang tahun.
Garis pantai secara konsisten mundur dari waktu ke waktu. Pohon-pohon di tepi pantai tumbang dan sebagian akar terbongkar oleh gerusan air.
Jalan Raya Nasional / Provinsi / Kabupaten
Jalan dalam keadaan utuh dan stabil. Ada kemungkinan jalan tertutup oleh pasir yang terhempas oleh gelombang pasang yang besar hinga jauh di belakang bangu-nan.
Retak-retak muncul karena fundasi jalan terganggu. Jalan mengalami penurunan atau terban. Sisi bahu jalan tampak tergerus dan semakin mendekati badan jalan.
Kawasan Pemukiman
Pemukiman aman dari ancaman gelombang. Gundukan pasir bisa terbentuk di pinggir pantai.
Pemukiman terkena ombak, posisi garis pantai semakin mendekati kawasan pemukiman sehingga jalaran ombak yang pecah mencapai rumah-rumah yang paling dekat dengan pantai.
Kawasan Wisata
Kawasan wisata aman dari gangguan ombak dan gelombang. Pada pantai yang terjal tidak terjadi gerusan pada dinding pantai dan keruntuhan tebing tidak terjadi lagi. Pada pantai berpasir lebar pantai terjaga atau bahkan bertambah.
Energi gelombang dan ombak masih mengganggu kawasan wisata. Masih terjadi gerusan dan keruntuhan tebing pada pantai yang terjal. Pada pantai berpasir jumlah pasir semakin berkurang dan lebar pantai menyusut hingga tempat wisata semakin sempit.
Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial
Fasilitas umum dalam keadaan aman dan beroperasi dengan baik. Tinggi gelombang yang mencapai lokasi tidak melebihi perkiraan rencana sehingga tidak mengganggu aktifitas.
Bangunan pengaman tidak dapat memperbaiki kondisi, kegiatan di fasilitas bersangkutan terganggu oleh besarnya gelombang yang datang atau bahkan fasilitas mengalami kerusakan akibat gelombang.
Lalu lintas navigasi (muara sungai)
Kapal dapat melintasi alur dengan aman. Proses sedimentasi pada alur navigasi seimbang dengan perubahan musim penghujan dan musim kemarau, atau tingkat sedimentasi terjadi sesuai perkiraan dalam perencanaan bangunan.
Alur terlalu sempit dan dangkal untuk dilewati kapal secara wajar. Sedimentasi cenderung terus bertambah dan semakin parah pada musim kemarau.
7.4.3.
Pengambilan Keput usan
Pengambilan keputusan tindak lanjut harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi bangunan secara menyeluruh, tidak hanya fisik namun juga fungsinya.
34 dari 52
Kinerja fungsi bangunan memiliki peran pokok dalam menentukan tindak lanjut. Apabila kinerja fungsi bangunan tidak baik padahal bangunan masih baik atau cukup baik, apapun keadaan fisiknya di akhir evaluasi, bangunan tidak memberikan manfaat yang diharapkan. Untuk itu perlu dilakukan kajian ulang terhadap perencanaan dan penempatan bangunan bersangkutan. Namun perlu diketahui bahwa ada kemungkinan kinerja fungsi bangunan didapati sudah menurun karena bangunan mengalami kerusakan. Dalam kasus ini, informasi yang lebih luas mengenai kinerja fungsi bangunan ini pada masa sebelumnya perlu dicari agar karena hal ini merupakan masukan yang penting untuk bahan pertimbangan dalam evaluasi. Keputusan perlu didasarkan pada kinerja fungsi bangunan yang sesungguhnya. Apabila kinerja bangunan dinilai baik, maka bila bangunan membutuhkan pemeliharaan, pelaksanaannya dapat segera diputuskan. Dari hasil beberapa kali pemantauan dan evaluasi yang dicatat dalam Tabel Rekaman Data Bangunan Pantai , akan tampak gambaran kondisi bangunan dari waktu ke waktu. Apabila kecenderungannya terus menurun dan kondisi terakhir sudah mensyaratkan pemeliharaan, maka bangunan harus segera ditangani dengan pemeliharaan. Di sisi lain, bila bangunan didapati rusak berat akibat bencana alam (badai, gempa bumi) diperlukan tindakan pemulihan yang lebih besar berupa rehabilitasi. Pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas digambarkan oleh tabel berikut. Dapat dilihat bahwa saran tindakan sangat bergantung pada kinerja fungsi bangunan, kondisi fisik bangunan akan dipertimbagkan apabila bangunan berfungsi baik.
Tabel 5. Saran Tindakan Berdasarkan Kinerja Fungsi dan Kondisi Fisik Bangunan Kinerja Fungsi Bangunan
Fisik Bangunan Pengaman Pantai Nilai Indeks 0,0 3,5
Rusak Berat
Rehabilitasi
0,0 3,5
Rusak Berat
Catatan: untuk pemecah gelombang, direkomendasikan aksi perbaikan baru dilaksanakan bila hasil penilaian memberikan nilai indeks 4. 7.5.
Pengoperasian Pompa Air dan Pintu Air
Bangunan pantai tidak terlepas dari interaksi dengan sistem lain yang membutuhkan akses ke laut. Pada umumnya sistem yang dimaksud adalah drainase. Interaksi terjadi pada badan bangunan pantai, dan oleh karenanya dibutuhkan pengoperasian yang tepat dan teratur agar sistem dapat berjalan dengan baik sementara pengamanan pantai dapat tercapai. Apabila terdapat bangunan pompa air atau pintu air pada bangunan pengaman pantai, maka diperlukan sumber daya untuk operasi bangunan bersangkutan.
35 dari 52
7.5.1.
Pengoperasian Pompa Air
Daerah rendah di belakang pantai ( depressed area), sering mengalami masalah genangan karena berada dalam pengaruh pasang surut air laut. Elevasinya yang rendah dan pengaruh pasang surut menyebabkan air drainase tidak dapat secara tuntas dialirkan dengan cara gravitasi. Untuk hal ini diperlukan sistem drainase secara mekanis dengan menggunakan pompa.
DARAT
Pipa pembuang
LAUT
Air drainase dari wilayah di belakang pantai Tanggul
Kolam Pengumpul
Pompa
Gambar 39. Operasi pompa.
Apabila daerah ini dimanfaatkan dan menjadi daerah terbangun, bangunan tanggul dibangun di sekeliling daerah ini untuk melindungi dari genangan air laut saat muka air laut naik di atas elevasi lahan. Tanggul pelindung harus dibangun secara kedap dan menjamin tidak ada air laut yang merembes ke dalam lahan. Dalam kondisi seperti ini pompa air akan berperan mutlak untuk memompa air drainase dari kolam pengumpul pengumpul dan membuangnya ke laut melalui pipa pembuang. Pengoperasian pompa air ini membutuhkan tenaga terlatih yang memahami kerja pompa dan sistem pembuangannya. Pompa harus dioperasikan sesuai dengan manual operasi dan spesifikasi teknik yang menyertai pompa dan sistem drainase yang dibangun. 7.5.2.
Pengoperasian Pintu Air
Untuk daerah pantai yang masih relatif tinggi, drainase pada umumnya hanya terganggu saat air laut pasang. Di daerah seperti ini masih ada cukup waktu bagi air hujan untuk mengalir ke saluran drainase sehingga lahan tidak tergenang. Pada kondisi tertentu, pasang air laut menyebabkan pengaruh buruk bagi sistem drainase. Pasang air laut dapat membawa kotoran dan sampah masuk ke saluran drainase. Disamping itu, pada pantai tertentu aksi arus dan gelombang laut menyebabkan pasir terbawa masuk ke dan mengendap di saluran drainase. Endapan kotoran, sampah, dan pasir yang tidak terkendali dapat menyumbat saluran. Pintu air dibangun pada bangunan pengaman pantai tertentu dalam situasi tertentu sebagai bangunan pengendali aliran air dan material pada saluran drainase. Secara prinsip pintu air harus ditutup pada saat air pasang dan dibuka pada saat air surut. Pengoperasian pintu air ini membutuhkan tenaga umum yang memahami ketentuan saat bukatutup pintu air. Besarnya bukaan dan waktu buka-tutup secara rinci diatur oleh manual operasi yang disertakan pada perencanaan bangunan pintu air.
36 dari 52
Endapan atau sampah yang terbawa saat air pasang (digelontor saat pintu dibuka)
DARAT
LAUT
MUKA AIR PASANG
SALURAN DRAINASE PINTU AIR
MUKA AIR SURUT TEMBOK LAUT (di kiri-kanan pintu air)
Gambar 40. Operasi pintu air.
8.
Pemeliharaan Bangu nan Pantai
Pedoman pemeliharaan bangunan pengaman pantai masih membutuhkan pengalaman dan kajian yang lebih mendalam, oleh karena itu Pedoman Pemeliharaan secara khusus akan diatur dalam dokumen tersendiri. Bagian ini memberikan gambaran secara praktis metoda umum pemeliharaan bangunan pengaman pantai. 8.1.
Metode Umum Pemelih araan
Dari sejumlah jenis bangunan pantai, berdasarkan struktur bangunannya dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu struktur tumpukan (rubble), struktur kaku (rigid) dan struktur timbunan (terbentuk dari material tanah). Tindak pemeliharaan umumnya dapat dibedakan menurut jenis strukturmya. Untuk struktur rubble, pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar kuncian ( interlock) armor pada tumpukan tetap terjaga, baik dengan menjaga posisi mapun bentuk armor. Untuk itu tindakan yang dilakukan mencakup perapihan/penataan armor yang tergeser, penggantian unit armor yang rusak/pecah, pengisian kembali batu-batu pelindung di puncak struktur, perbaikan susunan dan penambahan batu pelindung tumit. Struktur kaku umumnya dibentuk dari campuran beton yang dapat tererosi dengan cepat bila terjadi retak atau rekahan. Karenanya perlu dijaga keutuhan bangunan agar tidak membuka peluang kerusakan lebih lanjut. Untuk itu tindak pemeliharaan bangunan dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan struktural seperti perbaikan bagian betonan yang retak/terkelupas, pemlesteran kembali betonan yang aus, perbaikan pondasi dan penambahan batu pelindung tumit, dan pemeliharaan bangunan pelengkap. Struktur timbunan yang terbentuk dari tanah pada prinsipnya membutuhkan perhatian agar tidak terjadi kehilangan kekuatan timbunan akibat kehilangan butiran tanah, untuk itu tindakan yang dilakukan adalah perapihan lapis lindung (struktur keras dan lunak/vegetasi) dan pengembalian bagian yang hilang dan terlepas. Disamping itu pemeliharaan dilakukan juga dengan penambahan material timbunan, pembersihan struktur dari pohon-pohon (tanaman keras) yang tumbuh di badan timbunan, penambalan lubang-lubang pada badan timbunan, pembasmian hewan-hewan penghuni yang merusak. Lebih jauh lagi sesuai material penyusunnya, metoda pemeliharaan yang dilakukan dapat dibedakan lagi. Pada bagian berikut disajikan metoda umum pemeliharaan untuk tiap jenis bangunan sesuai material yang digunakan. Metode ini masih bersifat umum 37 dari 52
dan terbuka untuk dikembangkan lebih jauh sesuai kondisi spesifik bangunan yang dipelihara. Beberapa pertimbangan untuk pemeliharaan bangunan pantai dalam metode berikut adalah:
Bagian bangunan yang mengalami tekanan terberat adalah sisi yang menghadap laut dan berada pada rentang pasang surut dan gelombang dimana kerusakan lebih sering terjadi (tembok hancur atau bolong, batu alam atau blok beton terlepas dari tempatnya, batu alam terkikis, blok beton patah/terbelah). Bagian ini perlu material dalam kondisi prima (bentuk, ukuran, kekuatan), karenanya diutamakan penggantian material baru (armor) atau perbaikan dengan kekuatan yang sama. Tembok laut, groin, dan revetmen terletak di pantai. Pada waktu tertentu sebagian bangunan tidak terendam. Pada bagian ini masih layak dilakukan pemeliharaan dengan mengatur kembali susunan material eksisting untuk memperbaiki kinerja bangunan. Pemecah gelombang umumnya terletak di tengah perairan (pemecah gelombang lepas pantai). Pada posisi ini upaya pemeliharaan lebih sulit, karenanya tindakan lebih mengarah pada penambahan material untuk mempertahankan ukuran bangunan sesuai rencana. Jeti memanjang dari bagian muara hingga ke tengah perairan, hanya sebagian kecil berada di pantai dan salah satu sisi harus diakses dari sungai. Upaya pemeliharaan lebih sulit dibanding groin, dan karenanya metode tindakan lebih mengarah pada penambahan material untuk mempertahankan ukuran bangunan sesuai rencana. Tanggul laut terletak di pantai dan pada waktu tertentu sebagian bangunan tidak terendam air. Pada bagian ini masih layak dilakukan pemeliharaan dengan melakukan pembongkaran parsial. Bila dibutuhkan pembongkaran besar, cofferdam harus dipasang untuk mencegah struktur hancur terendam air. Struktur rigid (kaku) jarang mengalami penurunan puncak karena sifatnya masif, umumnya kerusakan yang menyebabkan puncak runtuh karena struktur patah dan hancur. Pemeliharaan bangunan pasir terutama dilakukan pada profil yang berada di atas air. Profil pantai yang perlu dibentuk dan pola pemeliharaannya harus disesuaikan dengan karakteristik pantai. Umumnya manual pemeliharaan untuk metoda ini dibuat tersendiri karena cara ini membutuhkan pemeliharaan rutin dan berkala.
38 dari 52
Tabel 1. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Revetmen
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu) Kondisi
Blok Beton
Tindakan
Puncak turun.
Geser, lepas, c abut.
Terkikis, membulat.
Revetmen
Tumit tergerus.
Pecah.
Tambahkan batu pada bagian puncak. Kembalikan batu yang pindah ke posisinya. Atur kembali susunan batu agar saling mengikat.
Tambahkan batu pelindung tumit. Ganti dengan batu ukuran semula (jarang/tidak pernah).
Rigid (Kaku)
Kondisi
Tindakan
Puncak turun,
Geser, lepas.
Terkikis, membulat.
Tumit tergerus.
Patah, pecah.
39 dari 52
Tembok Beton
Pasangan Batu Kali
-
-
-
-
tambahkan blok beton pada bagian puncak. Atur kembali susunan agar blok saling ikat. Gantikan blok beton, pindah blok yang terkikis dan membulat ke bagian atas atau benamkan sebagai pelindung tumit Tambahkan blok beton pada bagian tumit. Ganti blok beton dengan yang baru.
Tabel 2. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai – Tembok Laut
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu)
Rigid (Kaku) Tembok Beton
Blok Beton
Kondisi
Tembok Laut
-
Retak.
Segmen tembok tidak teratur, patah. Mengelupas, aus, agregat terlepas.
Pasangan Batu Kali
Tindakan
Sumbat dengan aspal emulsi. Untuk retak progresive, lakukan pengisian, penambalan, atau rekonstruksi parsial. Tambal tembok bagian luar dengan adukan sehingga rata, rekonstruksi segmen yang rusak berat. Pemlesteran kembali, penambalan, perawatan permukaan, pelapisan dengan synthetic resin.
Kondisi
Tindakan
Siar terlepas.
Retak.
Patah, pecah, jembul.
Berlubang.
Tembok/Fundasi Keropos.
40 dari 52
Tambal dengan mortar semen, mortar plastik atau beton. Isi dengan campuran aspal.
Bongkar dan tambal dengan adukan beton baru. Tambahkan batu pelindung tumit, ., atur kembali batu pelindung.
Batu tercabut.
Hancur, terberai.
Buat kembali siar baru setelah alur bekas siar dipahat untuk dudukan siar baru. Injeksi dengan adukan mortar.
Bongkar bagian yang rusak. Tambal bagian setebal tembok asli. Padatkan dan ratakan tanah di belakang tembok sebelum tambalan dipasang. Ganti dengan batu yang lebih kecil, berikan mortar yang cukup agar batu terkunci dengan baik dalam mortar baru. Bongkar bagian yang hancur, kosongkan tanah di belakang tembok. Rekonstruksi tembok sesuai lebar yang hancur. Isi kembali tanah setelah kekuatan tembok tercapai.
Tabel 3. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai – Pemecah Gelombang
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu) Kondis
Puncak turun Geser, lepas, cabut.
Terkikis, membulat.
Pemecah Gelombang
Tumit tergerus. Pecah.
Blok Beton
Tindakan
Tambahkan batu pada bagian puncak. Tambahkan batu baru pada posisi yang kosong. Atur kembali agar batubatu saling mengunci. Atur kembali susunan batu agar saling mengunci. Tambah batu bila tinggi atau volume penampang berkurang akibat penyusunan ulang. Tambahkan batu pada bagian tumit. Ganti batu dengan ukuran semula, rekonstruksi (jarang).
Rigid (Kaku)
Kondisi
Tindakan
Puncak turun
Geser, lepas.
Terkikis, membulat.
Tumit tergerus.
Patah, pecah
41 dari 52
Tembok Beton
Pasangan Batu Kali
Lihat tabel berikut
Lihat tabel berikut
tambahkan blok beton pada bagian puncak. Tambahkan blok beton pada bagian yang kosong, susun agar blok saling ikat. Gantikan blok beton, pindah blok yang terkikis dan membulat ke bagian belakang yang terlindung atau benamkan sebagai pelindung tumit. Tambahkan blok beton pada bagian tumit. Ganti blok beton dengan yang baru.
Tabel 4. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai – Pemecah Gelombang (lanjutan)
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu)
Rigid (Kaku) Tembok Beton
Blok Beton
Kondisi
Pemecah Gelombang
Lihat tabel sebelumnya
Retak.
Tindakan
Mengelupas, aus, agregat terlepas.
Berlubang.
Lihat tabel sebelumnya
Dinding tidak teratur, patah, hilang. Dinding, fundasi Keropos.
Pasangan Batu Kali
42 dari 52
Sumbat dengan aspal emulsi. Untuk retak progresive, lakukan pengisian, penambalan, atau rekonstruksi parsial. Pemlesteran kembali, penambalan, pelapisan dengan synthetic resin. Tambal dengan mortar semen, mortar plastik atau beton.
Tambal dengan struktur rubble di kiri-kanan dinding menggunakan batu alam atau blok beton. Bongkar dan hancurkan segmen yang rusak. Ganti dengan struktur rubble batu alam atau blok beton. Tambahkan batu pelindung
Kondisi
Retak.
Patah, pecah.
Tindakan
Batu tercabut.
Hancur, terberai.
-
-
Injeksi dengan adukan mortar.
Bongkar bagian yang rusak. Isi bagian yang patah / pecah dengan adukan beton dan ratakan. Ganti dengan batu yang lebih kecil, berikan mortar yang cukup agar batu duduk dengan baik dalam mortar baru. Ganti bagian yang hancur dan hilang dengan struktur rubble dari batu alam atau blok beton.
Tabel 5. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Groin
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu) Kondisi
Blok Beton
Tindakan
Puncak turun
Geser, lepas, cabut.
Terkikis, membulat.
Groin
Tumit tergerus.
Pecah.
Tambahkan batu pada bagian puncak. Kembalikan batu yang pindah ke posisinya. Atur kembali agar batubatu saling mengunci. Atur kembali susunan batu agar saling mengikat.
Tambahkan batu pada bagian tumit. Ganti batu dengan ukuran semula, rekonstruksi (jarang/tidak pernah).
Rigid (Kaku)
Kondisi
Tindakan
Puncak turun,
Geser , lepas.
Terkikis, membulat.
Tumit tergerus.
Patah, pecah.
43 dari 52
Tembok Beton
Pasangan Batu Kali
Lihat tabel berikut
Lihat tabel berikut
tambahkan blok beton pada bagian puncak. Atur kembali susunan agar blok saling ikat.
Gantikan blok beton, pindah blok yang terkikis dan membulat ke bagian atas atau benamkan sebagai pelindung tumit.. Tambahkan blok beton pada bagian tumit. Ganti blok beton dengan yang baru.
Tabel 6. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai – Groin (lanjutan)
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu)
Rigid (Kaku) Tembok Beton
Blok Beton
Kondisi
Groin
Lihat tabel sebelumnya
Retak.
Tindakan
Mengelupas, aus, agregat terlepas.
Berlubang.
Lihat tabel sebelumnya
Dinding tidak teratur, patah, hilang. Dinding, fundasi Keropos.
Pasangan Batu Kali
44 dari 52
Sumbat dengan aspal emulsi. Untuk retak progresive, lakukan pengisian, penambalan, atau rekonstruksi parsial. Pemlesteran kembali, penambalan, pelapisan dengan synthetic resin.
Tambal dengan mortar semen, mortar plastik atau beton.
Tambal dengan struktur rubble di kiri-kanan bangunan menggunakan batu alam atau blok beton Bongkar dan hancurkan segmen yang rusak. Ganti dengan struktur rubble batu alam atau blok beton. Tambahkan batu pelindung tumit.
Kondisi
Tindakan
Retak.
Patah, pecah.
Batu tercabut.
Hancur, terberai.
-
-
Injeksi dengan adukan mortar.
Bongkar bagian yang rusak. Susun kembali batu dan isi bagian yang patah / pecah dengan adukan beton dan ratakan. Ganti dengan batu yang lebih kecil, berikan mortar yang cukup agar batu duduk dengan baik dalam mortar baru. Ganti bagian yang hancur dan hilang dengan struktur rubble dari batu alam atau blok beton.
Tabel 7. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Jeti
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu) Kondisi
Blok Beton
Tindakan
Puncak turun,
Geser, lepas, cabut.
Terkikis, membulat.
Jeti
Tumit tergerus.
Pecah.
tambahkan batu pada bagian puncak. Tambahkan batu baru pada posisi yang kosong. Atur kembali agar batu-batu saling mengunci. Atur kembali susunan batu agar saling mengikat. Tambah batu bila tinggi atau volume penampang berkurang akibat penyusunan ulang. Tambahkan batu pada bagian tumit. Ganti batu dengan ukuran semula, rekonstruksi (jarang).
Rigid (Kaku)
Kondisi
Tindakan
Puncak tur un,
Geser , lepas.
Terkikis, membulat.
Tumit tergerus.
Patah, pecah.
45 dari 52
Tembok Beton
Pasangan Batu Kali
Lihat tabel berikut
Lihat tabel berikut
tambahkan blok beton pada bagian puncak. Tambahkan blok beton pada bagian yang kosong, susun agar blok saling ikat.
Gantikan blok beton, pindah blok yang terkikis dan membulat ke bagian belakang yang terlindung atau benamkan sebagai pelindung tumit. Tambahkan blok beton pada bagian tumit. Ganti blok beton dengan yang baru.
Tabel 8. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Jeti
Rubble (Tumpukan) / Timbunan JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Batu)
Rigid (Kaku) Tembok Beton
Blok Beton
Kondisi
Jeti
Lihat tabel sebelumnya
Retak.
Tindakan
Mengelupas, aus, agregat terlepas.
Berlubang.
Lihat tabel sebelumnya
Dinding tidak teratur, patah, hilang.
Dinding, fundasi Keropos.
46 dari 52
Pasangan Batu Kali
Sumbat dengan aspal emulsi. Untuk retak progresive, lakukan pengisian, penambalan, atau rekonstruksi parsial. Pemlesteran kembali, penambalan, pelapisan dengan synthetic resin.
Tambal dengan mortar semen, mortar plastik atau beton
Tambal dengan struktur rubble di kiri-kanan bangunan menggunakan batu alam atau blok beton. Bongkar dan hancurkan segmen yang rusak. Ganti dengan struktur rubble batu alam atau blok beton. Tambahkan batu pelindung tumit.
Kondisi
Tindakan
Retak.
Patah, pecah.
Batu tercabut.
Hancur, terberai.
-
-
Injeksi dengan adukan mortar.
Bongkar bagian yang rusak. Susun kembali batu dan isi bagian yang patah / pecah dengan adukan beton dan ratakan. Ganti dengan batu yang lebih kecil, berikan mortar yang cukup agar batu duduk dengan baik dalam mortar baru. Ganti bagian yang hancur dan hilang dengan struktur rubble dari batu alam atau blok beton.
Tabel 9. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Tanggul Laut
Rubble (Tumpukan) / Timbunan
JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Rigid (Kaku)
Bahan Alam (Tanah) Kondisi
Tindakan
Puncak turun,
Badan tanggul berlubang.
Lapis lindung rusak/hilang.
Tembok Beton
-
Tambahkan material pada bagian puncak dan padatkan.
Kondisi
Bila lubang kecil, tutup lubang dengan tanah dan padatkan. Bila lubang besar, bongkar bagian yang berlubang dan padatkan kembali timbunan lapis per lapis.
Kembalikan atau tambahkan material lapis lindung (batu/ blok beton) pada posisinya.
Retak.
Segmen tembok tidak teratur, patah.
Mengelupas, aus, agregat terlepas.
Tindakan
-
Tanggul Laut
Bocoran.
Retak Memanjang/Melintang, Tebing Runtuh.
Pohon & sampah.
Selidiki sumber bocoran. Tambal dengan lapisan aspal pada bagian muka secara merata. Buat cofferdam sekitar bagian yang retak. Bongkar bagian retak/runtuh dan padatkan kembali lapis per lapis dengan baik. Bersihkan sampah yang tersangkut pada badan tanggul, cabut pohon yang tumbuh dan padatkan kembali badan tanggul.
47 dari 52
-
Berlubang.
Tembok/Fundasi Keropos.
-
Pasangan Batu Kali
Sumbat dengan aspal emulsi. Untuk retak progresive, lakukan pengisian, penambalan, atau rekonstruksi parsial. Tambal tembok bagian luar dengan adukan sehingga rata, rekonstruksi segmen yang rusak berat. Pemlesteran kembali, penambalan, perawatan permukaan, pelapisan dengan synthetic resin. Tambal dengan mortar semen, mortar plastik atau beton. Isi dengan campuran aspal. Bongkar dan tambal dengan adukan beton baru. Tambahkan batu pelindung tumit
-
Tabel 10. Metoda Umum Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai - Pengisian Pasir
Rubble (Tumpukan) / Timbunan
JENIS BANGUNAN / MATERIAL
Bahan Alam (Pasir) Kondisi
Pengisian Pasir
Puncak bukit turun, bukit pasir runtuh.
Berm turun & melebar, terdapat tumpukan pasir pada perairan dangkal. Lereng bukit menjadi curam.
Berm hilang.
Tindakan
Rigid (Kaku) Blok Beton
Tembok Beton
Pasangan Batu Kali
-
-
-
Timbun kembali bukit dengan lereng yang lebih landai. Tanam vegetasi untuk menjaga bentuk bukit Lakukan pengisian lanjutan mengembalikan elevasi berm.
perbaiki kemiringan lereng dengan melakukan pengisian pasir lanjutan sehingga lereng normal. Lakukan pengisian ulang pasir hingga profil rencana tercapai kembali.
48 dari 52
8.2
Pemantauan Kegiatan Pemeliharaan
Pemantauan dilakukan terhadap objek melalui indikator-indikator sebagai berikut: a. Pekerjaan swakelola, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga kerja, bahan, dan kualitas pekerjaan. b. Pekerjaan kontraktual, indikatornya adalah jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan, dan kualitas pekerjaan. 8.3
Cara Pelaksanaan
Pelaksanaan pemeliharaan dapat dilakukan dengan cara swakelola atau dengan kontraktual (menggunakan penyedia jasa) sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8.4
Evaluasi Pelaksanaan Pemeliharaan
Evaluasi ini dilakukan untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang telah berlangsung. Evaluasi dilakukan terhadap pekerjaan swakelola dan pekerjaan kontraktual dalam dua periode, yaitu: a. Evaluasi langsung dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan dan kualitas pekerjaan. Evaluasi langsung dilakukan pada saat pekerjaan sedang berjalan. b. Evaluasi tahunan dilakukan terhadap hal-hal antara lain jenis pekerjaan, volume, waktu, tenaga kerja, bahan, peralatan dan kualitas pekerjaan. Evaluasi tahunan dilakukan pada akhir tahun. 8.5
Koordinasi
Kegiatan pemeliharaan didahului dengan koordinasi antara satuan kerja, Kepala Desa setempat dan pihak terkait untuk menyesuaikan jadwal pelaksanaan yang telah disusun sebelumnya. 8.6
Pelapor an Kegiatan
Laporan kegiatan pemeliharaan dilakukan sebagai berikut: a. Untuk pekerjaan swakelola dan kontrak, dilakukan sesuai dengan ketentuan swakelola dan kontrak b. Laporan tahunan
9.
Perhi tun gan Kebutu han Biaya
9.1
Kom pon en Pembiayaan
Komponen-komponen pembiayaan untuk pemeliharaan dan pemantauan bangunan pantai terdiri dari:
Biaya Operasional Unit
Biaya Pemeliharaan
49 dari 52
9.2
Cara Perhitu ngan
9.2.1. Biaya Operasion al 9.2.1.1. Insentif a.
Pengawas
: Jumlah pengawas
x 12 x Rp…….../bln
b.
Staff
: Jumlah staff
x 12 x Rp…….../bln
c.
Petugas
: Jumlah petugas
x 12 x Rp…….../bln
9.2.1.2. Perjalanan Dinas Pengamat dan Juru Pengairan a.
b.
Pemantauan
Pengawas : Jumlah pengawas x frekuensi x Rp … / hari
Staff
: Jumlah staff
x frekuensi x Rp … / hari
Petugas
: Jumlah petugas
x frekuensi x Rp … / hari
Rapat (ke Kabupaten / Kota / Provinsi / BWS)
Pengawas : Jumlah pengawas x frekuensi x Rp … / hari
Staff
: Jumlah staff
x frekuensi x Rp … / hari
9.2.1.3. Operasional Kantor a.
Listrik
: 12 x Rp … / bulan
b.
Telepon
: 12 x Rp … / bulan
c.
Air
: 12 x Rp … / bulan
d.
ATK
: 12 x Rp … / bulan
e.
Bahan Survey
: 12 x Rp … / bulan
9.2.1.4. Operasional Peralatan a.
Genset
: Jumlah Genset
x 12 x Rp … / bulan
b.
Pompa air
: Jumlah Pompa
x 12 x Rp … / bulan
c.
Pintu air
: Jumlah pintu air
x 12 x Rp … / bulan
d.
Lain-lain
: ....... x 12 x Rp … / bulan
9.2.1.5. Sosialisasi Dilakukan sesuai kebutuhan. Program sosialisasi disusun sesuai lokasi dan permasalahan yang terjadi, kebutuhan biaya diperkirakan menurut jumlah kegiatan. Biaya sosialisasi
: Rp … (lumpsum)
50 dari 52
9.2.1.6. Biaya Total Biaya total biaya operasional unit adalah jumlah dari lima komponen yang dijabarkan di atas. Biaya Total Operasi =
Insenti f + Biaya Perjalanan Dinas + Biaya Operasional Kantor + Biaya Operasional Peralatan + Biaya Sosiali sasi
9.2.2. Biaya Pemelih araan Perhitungan biaya pemeliharaan dilakukan dengan menjumlahkan biaya masing-masing satuan pekerjaan sesuai usulan pemeliharaan yang diajukan. Besarnya volume pekerjaan termasuk material bangunan, kebutuhan alat, dan tenaga kerja ditaksir pada saat evaluasi dan rekapitulasi dan diisikan dalam taksiran pemeliharaan. Setelah biaya masing-masing jenis pekerjaan dihitung, akan diketahui biaya pemeliharaan untuk tiap bangunan. Selanjutnya, untuk seluruh bangunan yagn dikelola, biaya yang diperlukan untuk pemeliharaan semua bangunan pengaman pantai yang ada di suatu SBWS/BWS dijumlahkan sehingga menjadi total biaya Pemeliharaan (Pm). 9.2.3. Biaya Operasi dan Pemeliharaan Keselur uhan Secara keseluruhan biaya pemeliharaan bangunan pantai menjadi:
Biaya Total Operasi d an Pemeli haraan = O + Pm dimana O
= Biaya Operasi
Pm
= Biaya Pemeliharaan
51 dari 52
Daftar Pustaka
BPS RI (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia), 2007. Daftar Nama Provinsi / Kabupaten / Kota Menurut Dasar Hukum Pembentukan Wilayah . Online http://www.bps.go.id/ Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Biro Prasarana dan Sarana Kota, Januari 2010. Buku Acuan Harga Satuan Bahan dan Upah Pekerjaan Bidang / Jasa Pemborongan. Puslitbang Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, 2004. Bangunan Pengaman Pantai dan Pengendalian Muara di Indonesia . Volume I. Technical Advisory Committee for Flood Defence in The Netherlands, 1999. Guide on Sea and Lake Dikes. US Army Corps of Engineers, USA, 2002-2008. CEM (Coastal Engineering Manual). EM 11102-1100. US Army Corps of Engineers, USA, November 1998. REMR Management Systems - Coastal / Shore Protection Structure, Condition and Performance Rating Procedures for Rubble Breakwaters and Jetties. UU RI 27-2007 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007) tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil . Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2007.
52 dari 52
LAMPIRAN II SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR
:
TANGGAL :
1 dari 8
/ SE / M /2011
2 dari 8
3 dari 8
4 dari 8
5 dari 8
6 dari 8
7 dari 8
8 dari 8
LAMPIRAN III SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : / SE / M /2011 TANGGAL :
BL ANGKO ANGK O INVENT INVENTARISASI ARISA SI BANGUN BA NGUNAN AN PENGAMAN PENGAMA N PANT PANTAI AI Petunju Petunju k Pengis Pengis ian Blangko Inventarisasi Kotak
Penjelasan
Kotak
Diisi tanggal pelaksanaan inventarisasi dan nama petugas yang melakukan inventarisasi.
Tgl-Nama Kotak
Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan
Identifikasi bangunan a. ID Bangunan. Bangunan . Diisi dengan nomor identifikasi bangunan b. Nama Pantai. Pantai . Diisi dengan nama pantai tempat bangunan pantai berada. (bisa lebih dari satu) c. Desa. Desa. Diisi dengan nama desa tempat bangunan pantai berada. (bisa lebih dari satu) d. Kabupaten . Diisi dengan nama kabupaten bersangkutan. Bila terdapat bangunan yang lintas kabupaten, maka kedua kabupaten disebutkan. Kabupaten dengan ruas bangunan terbesar disebutkan lebih dahulu. e. Provinsi. Provinsi . Diisi dengan nama provinsi.
Nomenklatur Nomenklatur bangunan Cara pengisian sesuai dengan ketentuan dan standar seperti dalam tabel berikut.
No.
Inform asi
Bentuk
Standar
1.
Provinsi/Kabupaten/Kota
Kode
Biro Pusat Statistik
2.
Nama Pantai
Kode
Listing PU
3.
Kode Bangunan
Gr
(Groin)
Listing PU
Rv
(Revetmen)
TL
(Tembok Laut)
PG (Pemecah Gelombang Jt
(Jeti)
TaL (Tanggul Laut) PP (Pengisian Pasir)
Nama pantai disesuaikan dengan nama pantai dari proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh DPU. Kode provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan dengan kode wilayah terkini dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kode wilayah dari BPS untuk tahun 2007 terlampir bersama dokumen ini.
1 dari 15
Kotak
Penjelasan
Koordinat global bangunan a. Lintang, Bujur . Diisi dengan posisi lintang (utara/selatan) dan posisi bujur (Timur) b. Derajat, Menit, Detik. Detik . Bagian ini diisi dengan mencantumkan bacaan pada alat GPS (Global Positioning System) untuk angka derajat, menit, dan detik. c. Titik 1. 1. Merupakan titik awal dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman pantai yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang pangkal bangunan. berjajar, ini merupakan titik pangkal bangunan. d. Titik 2. 2. Merupakan titik akhir dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman pantai yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang berjajar, ini merupakan titik ujung bangunan. ujung bangunan. Kotak
Obyek yang Dilindungi
Beri tanda pada kotak kosong di samping pilihan
Pulau Terluar Jalan Raya Nasional Nasional / Provinsi Provinsi / Kabupaten
Kawasan Pemukiman
Kawasan Wisata Fasilitas Umum / Fasilitas Fasilitas Sosial Lalu lintas navigasi (muara sungai) Obyek lain
Pilihan bisa lebih dari satu. Bila terdapat jenis obyek lain yang dilindungi, tuliskan jenis obyek tersebut tersebut pada baris baris paling bawah bawah disamping disamping tulisan “obyek lain”. Kotak
Lampiran Gambar Terbangun
Bila masih terdapat dokumen perencanaan atau pembangunan ( as built drawing ) beri tanda pada kotak kosong di samping jenis dokumen,
Peta Orientasi Denah Bangunan Potongan Melintang Bangunan Potongan Memanjang Bangunan
Sesuai dengan kelengkapan dokumen yang tersedia untuk bangunan pengaman pantai yang sedang diinventarisasi. diinventarisasi. Kotak
Lengkapi dengan data Benchmark terdekat yang digunakan untuk pengukuran Informasi Benchmark . Bagian ini diisi dengan nama benchmark sesuai nama Benchmar a. Identifikasi Benchmark. yang tertera pada pelat marmer benchmark bersangkutan. k (BM) Ac uan b. X, Y, Z. Z. Diisi dengan nilai koordinat dan elevasi benchmark. c. Sketsa Situasi Lokasi BM. BM. Diisi dengan gambar sketsa yang menggambarkan poisisi BM relatif terhadap bangunan, bentuk alam, dan hal lain yang memungkinkan BM dikenali di lapangan.
2 dari 15
Kotak
Penjelasan d. Foto Benchmark. Benchmark . Diisi dengan foto dari BM bersangkutan yang menunjukkan dengan jelas identifikasi pada pelat BM dan kondisi sekitar.
Kotak
Fisik Bangunan
Data Data fisik bangunan Bagian ini merangkum data fisik bangunan yang diinventarisasi. Sebelum pengukuran dan pengisian data, perlu diperhatikan komponen fisik bangunan yang didata. Tidak setiap bangunan memiliki komponen fisik seperti yang disediakan dalam blangko. Untuk pengisian pasir, perlu diperhatikan bahwa beberapa pantai mungkin tidak memiliki berm. Oleh karena itu bila komponen fisik tidak ada, coret kotak isian.
Berikut cara pengisian data fisik bangunan untuk Blangko Seri I: I: a. Panjang Bangunan. Bangunan . Bagian ini diisi dengan panjang bangunan atau ruas bangunan yang diinventarisasi. Panjang diukur untuk setiap komponen bangunan. b. Elevasi puncak. puncak . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian datar pada puncak bangunan terhadap BM acuan. c. Lebar puncak. puncak . Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bangunan. d. Lebar dasar di Titik 1. 1. Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik awal atau pangkal bangunan. e. Lebar dasar di Titik 2. 2. Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik akhir atau ujung bangunan. f. Kemiringan badan . (Luar/Dalam). Bagian ini diisi besarnya angka kemiringan badan secara perbandingan seperti dicontohkan oleh sketsa berikut.
1m Kemiringan (1:1)
1m
1m
1m
1.5m 1.5m Kemiringan (1:1.5)
2m Kemiringan (1:2)
Yang dimaksud “luar” (kemiringan badan luar) adalah bagian lereng yang menghadap ke laut, sedangkan “dalam” (kemiringan badan dalam) adalah bagian badan yang menghadap ke darat.
3 dari 15
Kotak
Penjelasan Laut / Sumber Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan
Badan
Luar
Dalam
Fundasi
Fundasi Dalam
Luar Material Dasar
Material Dasar
Pemecah Gelombang / Groin / Jeti / Tanggul Laut
Laut / Sumber Gelombang
Fundasi Luar
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan Luar
Material Dasar Dalam
Material Dasar Luar
Laut / Sumber Gelombang
Badan Luar Fundasi Luar
Material Dasar Luar
Revetmen
Darat / Teduh Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Laut / Sumber Gelombang
Puncak
Puncak Badan Luar
Material Dasar Dalam
Material Dasar Dalam
Fundasi Luar
Tembok Laut
Material Dasar Luar
Untuk bagian bangunan Groin dan Jeti yang tegak lurus pantai, bagian luar yang dimaksud adalah bagian yang terpapar gelombang dominan ditandai dengan sisi yang kerap mengalami kerusakan lebih berat. Sisi ini umumnya ditandai juga dengan endapan pada bagian pangkalnya sebagaimana ditunjukkan oleh sketsa berikut.
4 dari 15
Kotak
Penjelasan
Gelombang Dominan Badan Luar Gelombang Dominan Sisi Endapan
Badan Luar
Badan Dalam
Badan
muara
Jenis Strukt ur - Material a. Jenis struktur . Pilih jenis struktur yang sesuai dengan bangunan b. Material. Pilih jenis material yang sesuai dengan pengamatan di lapangan.. Sketsa bentuk armor (khusus struktur tumpukan/ rubble) c. Sketsa. Gambarkan bentuk dasar dari armor yang digunakan d. Ukuran. lengkapi ukuran dengan melakukan pengukuran pada panjang sisi-sisi armor. Untuk batu alam, perlu diukur diameter beberapa armor dan diambil ukuran rata-ratanya.
Berikut cara pengisian data fisik bangunan untuk Blangko Seri II: a. Elevasi Puncak Bukit Pasir . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian ujung belakang dari pengisian pasir terhadap BM acuan. Bagian bukit ini dapat dikenali sebagai ujung belakang dari pasir isian yang merupakan batas pekerjaan, umumnya dibatasi oleh bangunan lain (jalan setapak, revetmen). b. Lebar Puncak Bukit. Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bagian pasir yang datar untuk ruas bersangkutan. c. Elevasi Berm. Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi berm terhadap BM acuan. d. Lebar Berm. Diisi dengan hasil ukur lebar rata-rata berm (bagian yang datar) untuk ruas bersangkutan. e. Landai Pantai di Atas Berm . Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai yang di sebelah atas berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran
5 dari 15
Kotak
Penjelasan kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin (f). (lihat sketsa) f.
Landai Pantai di Bawah Berm . Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai yang di sebelah bawah berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin (f). (lihat sketsa)
Catatan: apabila pada pantai yang diamati tidak terdapat berm, maka tidak ada data elevasi berm, lebar berm dan landai pantai di bawah berm. Kotak isian untuk bagian ini dicoret.
Laut / Sumber Gelombang
Pantai di atas Berm Berm
Pantai di bawah Berm
Puncak
Darat / Teduh Gelombang
Bukit Pasir
Pengisian Pasir
g. Warna Pasir . Bagian ini diisi hasil pengamatan terhadap warna pasir yang ada di pantai bersangkutan. Pasir mungkin terdiri dari jumlah partikel yang berbeda warna, oleh karenanya warna yang ditulis adalah warna rata-rata dari keseluruhan. Foto harus disertakan untuk menunjang pengisian warna pasir. h. Ukuran butir rata-rata. Diisi dengan besarnya ukuran butir pasir rata-rata. Pengukuran dapat dilakukan di kantor dengan mengambil sampel pasir dari lokasi pengisian. i.
Cara pengambilan. Diisi sesuai dengan informasi metode pengisian pasir di lokasi.
j.
Sketsa lokasi sumber . Gambarkan sketsa yang menunjukkan posisi lokasi sumber pasir dan posisi lokasi yang diisi pasirnya. Lengkapi dengan nama lokasi sumber dan jarak.
Bangunan Pendukug / Pelengkap
Kotak
Sketsa
a.
Bangunan pendukung & pelengkap . Diisi dengan jenis bangunan pendukung/ pelengkap yang ditemui di bangunan pantai, misalnya: pintu air, pompa air, jalan setapak, shelter.
b.
Panjang / Jumlah. Diisi dengan panjangnya bangunan (jalan akses) atau banyaknya bangunan pada ruas / unit bangunan yang diinventarisasi.
Sketsa Diisi dengan gambar sketsa yang menunjukkan bentuk bangunan dan profilnya. Pada
6 dari 15
Kotak Bangunan
Penjelasan bangunan pengisian pasir, gambar profil dibuat pada beberapa potongan dengan jarak interval 25 meter. Sketsa dilengkapi dengan keterangan:
Panjang bangunan dan komponen bangunan. Penomoran bangunan (untuk Groin, Pemecah Gelombang, dan Jeti) atau ruas bangunan (untuk Tembok Laut, Revetmen, Tanggul Laut, dan Pengisian Pasir). Masing-masing bangunan atau ruas bangunan dilengkapi ukuran. Titik 1 dan Titik 2 yang dimaksud pada dokumen. Titik BM acuan dan keterangannya. Penggambaran titik BM dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui posisinya relatif terhadap bangunan atau ruas bangunan yang ada. Titik pengambilan foto dan arah bidikan foto.
Keterangan lain terkait keistimewaan teridentifikasi pada saat inventarisasi.
Foto
bangunan
atau
kerusakan
yang
Foto bangunan merupakan pendukung hasil inventarisasi dan wajib disertakan sebagai kelengkapan blangko pemantauan. Jumlah foto tidak dibatasi, penyajiannya selengkap mungkin disesuaikan dengan bentuk bangunan dan jumlah permasalahan yang ditemui. Tiap titik pengambilan foto perlu diperhatikan dengan baik agar dapat meliput sisi bangunan secara jelas karena dari titik yang sama akan dilakukan pengambilan foto pada kesempatan pemantauan di masa-masa yang akan datang. Foto bangunan yang diambil menunjukkan bentuk, kelengkapan, material bangunan, dan kerusakan yang teridentifikasi. Foto disusun dan diberi nomor sesuai nomor pada sketsa dan menjadi kelengkapan blangko inventarisasi.
7 dari 15
BLANGKO INVENTARISASI BANGUNAN PANTAI - SERI I TEMBOK LAUT / REVETMEN / GROIN / PEMECAH GELOMBANG / JETI / TANGGUL LAUT* *) Lingkari yang sesuai **) Beri tanda ( ) pada pilihan yang sesuai
Tanggal :
I.
Nama Petugas:
Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan
ID Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Koordi nat (GPS)
Desa Kabupaten
Titik 1 (awal)
Provinsi
Titik 2 (akhir)
II.
Kode Daerah Lintang : Derajat
Menit
Nama Ringkas Pantai Detik
Bujur : Derajat
Kode Bangunan Menit
Detik
Obyek yang Dilind ungi ** Pulau Terluar Jalan Raya Nasional / Provinsi / Kabupaten Kawasan Pemukiman Kawasan Wisata Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Lalu lintas navigasi (muara sungai) Obyek lain (tuliskan) :
III. Data Teknik Bangunan III.A. Lampir an Gambar Terbangun ( As Bu il t Dr awing ) atau Gambar Perencanaan** Peta Orientasi Denah Bangunan Potongan Melintang Bangunan Potongan Memanjang Bangunan
III.B. Infor masi Benchm ark (BM) Acu an Identifik asi Benchmark
Sketsa Situasi Lokasi BM
X
:
(m)
Y
:
(m)
Z
:
(m) Foto Benchmark
8 dari 15
III.C. Fisik Bangun an Panjang Bangunan:
Meter
Elevasi Puncak: Lebar Puncak:
meter Material : Armor Batu / Armor Beton / Buis Beton / Pasangan Batu /Beton Bertulang/Tanah / Pasir* meter
Lebar Dasar di Titik 1:
meter
Lebar Dasar di Titik 2:
meter
Kemiringan Badan Luar:
1:
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam:
1:
(V:H)
Bangunan Pendukung & Pelengkap
Jenis Struktur: Rubble (tumpukan) / Timbunan / Kaku *
Sketsa bentuk armor:
Panjang / Jumlah
1. 2. 3. 4.
Ukuran armor:
III.D. Sketsa Bangun an Keterangan: 1
: No, arah foto
: Titik 1
: Titik 2
: BM Acuan
9 dari 15
(meter)
IV. Foto
Foto 1. ............................
Foto 2. ............................
Catatan dan komentar: ........................
10 dari 15
Foto 3. ............................
Foto 4. ............................
Catatan dan komentar: ........................
11 dari 15
BLANGKO INVENTARISASI BANGUNAN PANTAI - SERI II PENGISIAN PASIR *) Lingkari yang sesuai **) Beri tanda () pada pilihan yang sesuai
Tanggal :
I.
Nama Petugas:
Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan
ID Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Koordi nat (GPS)
Desa Kabupaten
Titik 1 (awal)
Provinsi
Titik 2 (akhir)
II.
Kode Daerah Lintang : Derajat
Menit
Nama Ringkas Pantai Detik
Bujur : Derajat
Kode Bangunan Menit
Detik
Obyek yang Dilind ungi ** Pulau Terluar Jalan Raya Nasional / Provinsi / Kabupaten Kawasan Pemukiman Kawasan Wisata Fasilitas Umum / Fasilitas Sosial Lalu lintas navigasi (muara sungai) Obyek lain (tuliskan) :
III. Data Teknik Bangunan III.A. Lampir an Gambar Terbangun ( As Bu il t Dr awing ) atau Gambar Perencanaan** Peta Orientasi Denah Bangunan Potongan Melintang Bangunan Potongan Memanjang Bangunan
III.B. Infor masi Benchm ark (BM) Acu an Identifik asi Benchmark
Sketsa Situasi Lokasi BM
X
:
(m)
Y
:
(m)
Z
:
(m) Foto Benchmark
12 dari 15
III.C. Fisik Bangun an Panjang Bangunan:
meter
Warna pasir:
Elevasi Puncak Bukit Pasir:
meter
Ukuran Butir rata-rata:
Lebar Puncak Bukit:
meter
Cara pengambilan : pompa / keruk / angkutan darat
Elevasi Berm:
meter
Sketsa lokasi sumber:
Lebar Berm:
meter
Landai pantai di atas berm:
1:
(V:H)
Landai pantai di bawah berm:
1:
(V:H)
Bangunan Pendukung & Pelengkap
Panjang/Jumlah
1. 2. 3. 4.
III.D. Sketsa Bangun an Keterangan: 1
: No, arah foto
: Titik 1
: Titik 2
: BM Acuan
13 dari 15
mm
IV. Foto
Foto 1. ............................
Foto 2. ............................
Catatan dan komentar: ........................
14 dari 15
Foto 3. ............................
Foto 4. ............................
Catatan dan komentar: ........................
15 dari 15
LAMPIRAN IV SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : / SE / M /2011 TANGGAL :
BLANGKO PEMANTAUAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI Petunju k Pengis ian Bl angko Pemantauan
Kotak
Penjelasan
Kotak
Tgl-Nama
Diisi dengan tanggal pelaksanaan pemantauan, jam mulai pada unit bangunan bersangkutan, dan nama petugas yang melakukan pemantauan.
Kotak
Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan
Bagian identifikasi bangunan a. ID Bangunan. Diisi dengan nomor identifikasi bangunan b. Nama Pantai. Diisi dengan nama pantai tempat bangunan pantai berada. (bisa lebih dari satu) c. Desa. Diisi dengan nama desa tempat bangunan pantai berada. (bisa lebih dari satu) d. Kabupaten. Diisi dengan nama kabupaten bersangkutan. Bila terdapat bangunan yang lintas kabupaten, maka kedua kabupaten disebutkan. Kabupaten dengan ruas bangunan terbesar disebutkan lebih dahulu. e. Provinsi . Diisi dengan nama provinsi. Bagian nomenklatur bangunan Cara pengisian sesuai dengan ketentuan dan standar seperti dalam tabel berikut. No.
Inform asi
Bentuk
Standar
1.
Provinsi/Kabupaten/Kota
Kode
Biro Pusat Statistik
2.
Nama Pantai
Kode
Listing PU
3.
Kode Bangunan
Gr
(Groin)
Listing PU
Rv
(Revetmen)
TL
(Tembok Laut)
PG (Pemecah Gelombang Jt
(Jeti)
TaL (Tanggul Laut) PP (Pengisian Pasir)
Nama pantai disesuaikan dengan nama pantai dari proyek-proyek pembangunan yang dilakukan oleh DPU. Kode provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan dengan kode wilayah terkini dari Biro Pusat Statistik (BPS). Kode wilayah dari BPS untuk tahun 2007 terlampir bersama dokumen ini. Bagian koordinat global bangunan a. Derajat, Menit, Detik . Bagian ini diisi dengan mencantumkan bacaan pada alat GPS (Global Positioning System) untuk angka derajat, menit, dan detik. b. Titik 1. Merupakan titik awal dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman pantai 1 dari 17
Kotak
Penjelasan yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang berjajar, ini merupakan titik pangkal bangunan. c. Titik 2. Merupakan titik akhir dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman pantai yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang berjajar, ini merupakan titik ujung bangunan.
Kotak
Data Teknik dan Kondisi Bangunan
Kondisi Lingkungan Diisi berdasarkan hasil pengamatan terhadap lingkungan dan penaksiran tinggi gelombang. a.
Tinggi gelombang. Isi dengan hasil taksiran rata-rata tinggi gelombang yang terjadi saat pengamatan.
b.
Kondisi pasang surut . Pilihan kondisi pasang surut yang sesuai dengan pilihan apakah pasang tinggi, sedang atau surut.
Data Teknik Fisik Bangunan Bagian ini merangkum data fisik bangunan yang dipantau. Sebelum pengukuran dan pengisian data, perlu diperhatikan komponen fisik bangunan yang didata. Tidak setiap bangunan memiliki komponen fisik seperti yang disediakan dalam blangko. Untuk pengisian pasir, perlu diperhatikan bahwa beberapa pantai mungkin tidak memiliki berm. Oleh karena itu bila komponen fisik tidak ada, coret kotak isian. Berikut cara pengisian data fisik bangunan untuk Blangko Seri I: a. Panjang Bangunan. Bagian ini diisi dengan panjang bangunan atau ruas bangunan yang dipantau. Panjang diukur untuk setiap komponen bangunan. b. Elevasi puncak. Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian datar pada puncak bangunan terhadap BM acuan. c. Lebar puncak. Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bangunan. d. Lebar dasar di Titik 1. Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik awal atau pangkal bangunan. e. Lebar dasar di Titik 2. Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik akhir atau ujung bangunan. f.
Kemiringan B adan (Luar/Dalam). Bagian ini diisi besarnya angka kemiringan badan secara perbandingan seperti dicontohkan oleh sketsa berikut.
1m Kemiringan (1:1)
1m
1m
1m
1.5m Kemiringan (1:1.5)
2m Kemiringan (1:2)
Yang dimaksud “luar” (lereng luar) adalah bagian lereng yang menghadap ke laut, sedangkan “dalam” (lereng dalam) adalah bagian lereng yang menghadap ke darat.
2 dari 17
Kotak
Penjelasan Laut / Sumber Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan
Badan
Luar
Dalam
Fundasi
Fundasi Dalam
Luar Material Dasar
Material Dasar
Pemecah Gelombang / Groin / Jeti / Tanggul Laut
Laut / Sumber Gelombang
Fundasi Luar
Darat / Teduh Gelombang
Puncak
Badan Luar
Material Dasar Dalam
Revetmen
Material Dasar Luar
Laut / Sumber Gelombang
Badan Luar Fundasi Luar
Material Dasar Luar
Darat / Teduh Gelombang
Darat / Teduh Gelombang
Laut / Sumber Gelombang
Puncak
Puncak
Material Dasar Dalam
Badan Luar
Material Dasar Dalam
Fundasi Luar Material Dasar Tembok Laut Luar
Untuk bagian bangunan Groin dan Jeti yang tegak lurus pantai, bagian luar yang dimaksud adalah bagian yang terpapar gelombang dominan ditandai dengan sisi yang kerap mengalami kerusakan lebih berat. Sisi ini umumnya ditandai juga dengan endapan pada bagian pangkalnya sebagaimana ditunjukkan oleh sketsa berikut.
3 dari 17
Kotak
Penjelasan Gelombang Dominan Badan Luar Gelombang Dominan Sisi Endapan
Badan Dalam
Badan Dalam
Badan Luar
muara
Berikut cara pengisian data fisik bangunan untuk Blangko Seri II: a. Elevasi Puncak Bukit Pasir . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian ujung belakang dari pengisian pasir terhadap BM acuan. Bagian bukit ini dapat dikenali sebagai ujung belakang dari pasir isian yang merupakan batas pekerjaan, umumnya dibatasi oleh bangunan lain (jalan setapak, revetmen). b. Lebar Puncak Bukit . Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bagian pasir yang datar untuk ruas bersangkutan. c. Elevasi Berm. Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi berm terhadap BM acuan. d. Lebar Berm. Diisi dengan hasil ukur lebar rata-rata berm (bagian yang datar) untuk ruas bersangkutan. e. Landai Pantai Atas. Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai yang di sebelah atas berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin (f). (lihat sketsa) f.
Landai Pantai Bawah . Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai yang di sebelah bawah berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin (f). (lihat sketsa)
Catatan: apabila pada pantai yang diamati tidak terdapat berm, maka tidak ada data elevasi berm, lebar berm dan landai pantai di bawah berm. Kotak isian untuk bagian ini dicoret.
Laut / Sumber Gelombang
Pantai di atas Berm Berm
Pantai di bawah Berm
Pengisian Pasir
4 dari 17
Puncak Bukit Pasir
Darat / Teduh Gelombang
Kotak
Penjelasan Kondis i Fisik Bangunan - Blangko Seri I Untuk memperjelas keterangan dalam penilaian kondisi fisik bangunan, visualisasi disajikan pada dokumen ”Penilaian Indeks Kondisi”. a. Gelombang l impas?(di atas bangunan). Isikan jawaban (”ya” atau ”tidak”) dari hasil pengamatan pada saat pemantauan. b. Puncak. Penilaian terhadap kondisi bagian puncak bangunan pada bagian yang ditinjau berdasarkan salah satu kondisi berikut. Dinilai
1
:
Puncak dalam keadaan baik dengan lebar dan elevasi sesuai desain, sedikit perubahan pada bentuk puncak karena penyesuaian letak armor. Pada tanggul puncak dalam keadaan kokoh dan rata sesuai elevasi desain.
Dinilai
2
:
Permukaan puncak sedikit bergelombang. Pada struktur rubble terjadi karena armor bergeser untuk mencapai posisi yang stabil, sementara pada struktur kaku perubahan puncak karena tanah di bawahnya yang memadat namun struktur tidak terganggu. Pada tanggul tanah, operasi atau lalu lintas di puncak dan genangan air membuat permukaan sedikit terganggu namun secara keseluruhan masih utuh. Limpasan gelombang hanya terjadi saat badai dengan gelombang tinggi yang melampaui gelombang rencana.
Dinilai
3
:
Bagian puncak mengalami penurunan dan/atau kehilangan material dan elevasinya tidak dapat dipertahankan. Pada struktur rubble bagian inti tersingkap dan berpotensi pada kerusakan lanjutan. Bangunan selalu mengalami limpasan pada kondisi gelombang sehari-hari. Pada struktur kaku bagian puncak hilang karena terhempas ombak dan kehilangan tanah di belakangnya, sementara pada bangunan tanggul dari timbunan tanah terjadi settlement tanah dasar yang berlebihan pada ruas tertentu yang daya dukungnya lemah.
Dinilai
4
:
Puncak bangunan kehilangan bentuk.
tidak
dapat
dipertahankan
sama
sekali
dan
c. Badan (Luar/Dalam). Penilaian terhadap kondisi badan, bentuk, kerusakan yang terjadi atau perubahan susunan material berdasarkan salah satu kondisi berikut. Dinilai
1
:
Badan bangunan dalam keadaan baik dan sudut lereng sesuai dengan desain. Pada struktur rubble dapat terjadi sedikit pergeseran menyebabkan perubahan kontak antar permukaan sebagian armor, namun armor masih pada tempatnya masing-masing. Pada tanggul tanah badan dalam keadaan baik dan lapis lindung masih sempurna.
Dinilai
2
:
Sudut lereng badan mengalami perubahan. Pada struktur tumpukan (rubble), kerusakan lereng terjadi karena tercabutnya sebagian armor dari tempatnya dan berpindah ke kaki bangunan. Pada struktur kaku terjadi kehilangan material di bagian belakang atau di dasarnya sehingga kedudukan struktur berubah. Pada tanggul tanah, sebagian lapis lindung mulai hilang namun kerusakan belum terjadi.
Dinilai
3
:
Lereng badan berubah dan menjadi tidak teratur karena gangguan dari luar dan kerusakan lanjutan pada bagian fundasi atau susunan material bangunan. Pada struktur rubble stabilitas armor pada bagian yang tersisa menjadi terganggu karena sudut lereng semakin curam dan berpotensi runtuh. Pada struktur kaku, terjadi kehilangan daya ikat 5 dari 17
Kotak
Penjelasan dan/atau retak akibat kehilangan tanah di belakangnya membuat struktur labil dan retak. Tanggul tanah terganggu karena adanya lubang-lubang atau rekahan pada badan tanggul. Air tampak merembes melalui badan tanggul berpotensi meruntuhkan tanggul. Dinilai
4
:
Badan bangunan berubah sama sekali dan kekuatan bangunan hilang sehingga puncak bangunan tidak dapat dipertahankan dan bangunan tidak berfungsi. Pada struktur rubble, armor penyusun tercerai berai sedang struktur kaku mengalami patah dan hancur. Tanggul dari timbunan tanah mengalami kelongsoran dan jebol saat air pasang.
d. Fundasi (Luar/Dalam). Penilaian terhadap kondisi fundasi, bentuk dan susunan material yang dinilai berdasarkan salah satu kondisi berikut. Pengamatan fundasi hanya dapat dilakukan pada saat air surut. Dinilai
1
:
Fundasi bangunan masih dalam keadaan baik sesuai desain. Pada struktur rubble armor bagian fundasi berada pada posisinya dan memiliki kontak yang baik dengan armor lain. Pada struktur kaku, pondasi masih tertanam cuku pdalam di bawah permukaan tanah/pasir dan bangunan berdiri kokoh, sementara fundasi tanggul tanah yang berada di bawah permukaan masih kokoh dan padat.
Dinilai
2
:
Fundasi bangunan masih berfungsi dengan baik namun tekanan dari defleksi gelombang mencapai bagian dasar fundasi. Pada struktur rubble, tekanan gelombang tersalur melalui sela-sela armor dan mengangkat material dasar yang mengganggu kontak armor sehingga susunannya merenggang. Pada struktur kaku, defleksi yang lebih kuat akibat pantulan gelombang menghalau armor pelindung tumit yang bergeser menjauh. Pada tanggul tanah armor pada tumit menyebar dan efektifitas pemecahan energi mulai berkurang.
Dinilai
3
:
Terjadi gerusan pada tanah di bawah fundasi mengakibatkan terbentuknya lubang-lubang yang lebih dalam. Pada struktur rubble, semakin banyak material dasar yang masuk ke dalam struktur yang mengganggu stabilitas. Pada struktur kaku, kaki bangunan sudah ditinggalkan oleh pelindung dan material dasar terbongkar oleh defleksi gelombang, sebagian fundasi mulai menggantung. Pada tanggul tanah terjadi perlemahan pada bagian fundasi bila lapis lindung terlepas, air merembes melalui fundasi tanggul memberi peluang pada rekahan dan kelongsoran badan tanggul.
Dinilai
4
:
Sebagian besar material pada fundasi hilang atau terbenam. Pada struktur rubble, material fundasi tampak terbenam, sementara pada struktur kaku sisa bangunan tampak menggantung atau kolaps sama sekali di beberapa ruas. Tanggul dari timbunan tanah kehilangan kekuatan pada fundasinya dan berakibat badan tanggul runtuh.
Kondis i Material - Blangko Seri I Kondisi material dinilai berdasarkan pengamatan terhadap kondisi potongan (cutting), ukuran dan kemungkinan pecah atau terbelahnya material serta keausan yang terjadi pada permukaan. Material tanah tidak dinilai dalam bagian ini karena relatif tidak mengalami perubahan kualitas. 6 dari 17
Kotak
Penjelasan
a. Ar mo r . Penilaian terhadap kondisi armor pada struktur tumpukan armor (rubble)
b.
Dinilai
1
:
Armor dalam keadaan baik atau mengalami sedikit pembulatan pada ujung-ujungnya yang runcing atau tajam.
Dinilai
2
:
Armor mengalami pecah di ujung-ujung yang meninggalkan serpih kecil, namun secara umum ukurannya masih masih mendekati ukuran desain.
Dinilai
3
:
Sebagian armor mengalami retak yang terlihat langsung dan berpotensi untuk pecah menjadi ukuran yang lebih kecil namun bangunan masih berfungsi.
Dinilai
4
:
Sebagian armor terbelah dan hancur sehingga tidak dapat berfungsi untuk melindungi dan bangunan tidak berfungsi.
Beton/pasangan batu. Penilaian terhadap kondisi beton pada struktuir beton atau tembok pasangan batu (kaku) Dinilai
1
:
Beton/pasangan batu dalam keadaan baik atau mengalami sedikit retak rambut dan retak non struktural akibat proses pengeringan.
Dinilai
2
:
Sebagian permukaan beton/pasangan batu tergerus dan sambungan antar segmen mengalami kebocoran kecil atau bangunan melengkung namun masih utuh. Selimut beton atau plesteran dan nat pada beberapa tempat terlepas, tulangan pada beton mungkin tersingkap namun kerusakan tidak berlanjut.
Dinilai
3
:
Bangunan mengalami retak struktural dan patah. Bagian tulangan yang tersingkap sudah mengalami perkaratan lanjut dan mengembang.
Dinilai
4
:
Perkaratan pada tulangan beton sudah menjalar ke dalam struktur dan beton mengalami pelapukan serta kehilangan kekuatan. Pasangan batu tercerai berai dan agregat sudah tidak terikat lagi.
Kondis i Fisik Bangunan Pengisian Pasir - Blangko Seri II Penilaian kondisi disesuaikan dengan kelengkapan fisik pantai. Bila tidak terdapat berm, kotak isian kondisi berm dan pantai di bawah berm dicoret. a.
Gelombang limpas?(di atas berm). Isikan jawaban (”ya” atau ”tidak”) dari hasil pengamatan pada saat pemantauan.
b.
Bukit Pasir . Penilaian terhadap kondisi bukit pasir yang menjadi bagian dari pengisian pasir. Bila bukit pasir tidak ada dalam rancangan, bagian ini dikosongkan. Dinilai
1
:
Bukit pasir dalam keadaan utuh dan memiliki lereng yang normal di kiri kanannnya. Puncak bukit pasir masih cukup lebar dan vegetasi (rumputrumputan) yang tumbuh diatasnya berkembang dengan baik, sebagian tertutup oleh pasir yang terperangkap di lereng bukit.
Dinilai
2
:
Bukit pasir mengalami penggerusan minimal. Puncak bukit masih cukup lebar, namun lereng bukit mulai terjal namun masih dalam batas normal. Vegetasi yang menutupi bukit tampak mulai kehilangan pegangan.
Dinilai
3
:
Lereng bukit sebelah laut mengalami gerusan yang serius. Bagian lereng menjadi terjal dan berpotensi runtuh yang berkelanjutan. Vegetasi yang menutup bukit hilang bersama material lereng yang terbawa gelombang. 7 dari 17
Kotak
Penjelasan Dinilai
c.
d.
e.
4
:
Sebagian besar badan bukit hilang dan tidak lagi memberi perlindungan bagi struktur di belakangnya. Gelombang besar yang melimpas akan langsung mencapai struktur di belakang bukit.
Berm. Penilaian terhadap kondisi berm, bentuk, kerusakan yang terjadi atau perubahan ukuran. Dinilai
1
:
Berm dalam keadaan baik, berada sedikit di atas muka air pasang yang menjadi batas hempasan air dari ombak yang mencapai tepi pantai (runup).
Dinilai
2
:
Berm tampak lebar namun elevasinya berada segaris dengan air pasang yang menunjukkan bahwa berm mengalami gerusan dan penurunan elevasi.
Dinilai
3
:
Berm menjadi sangat lebar, namun pada saat pasang tidak terlihat lagi. Ombak yang pecah di pantai tidak mendapat halangan dan dengan mudah hempasan airnya mencapai bagian belakang pantai.
Dinilai
4
:
Bentuk berm hilang sama sekali. Pantai menjadi landai namun air pasang masuk jauh ke belakang pantai dan garisnya berada dekat struktur di pantai. Pada saat gelombang besar, hempasannya merusak bukit pasir (bil ada) atau struktur yang terdekat dengan pantai.
Pantai di Atas Berm. Penilaian terhadap kondisi pantai di atas berm, elevasi dan kelandaiannya. Tidak semua pantai memiliki bagian ini, apabila ditemukan kondisi demikian, penilaian kondisinya dikosongkan. Dinilai
1
:
Pantai di atas berm memiliki kemiringan dengan landai yang normal. Bila terdapat bukit pasir di belakangnya pantai merupakan bagian lereng bukit.
Dinilai
2
:
Pantai di atas berm bagian belakang mulai menjadi terjal. Saat puncak air pasang, limpasan air akibat gelombang berukuran sedang akan merendam bagian ini.
Dinilai
3
:
Pantai di atas berm sulit dibedakan dengan berm karena kehilangan sebagian besar materialnya dan kehilangan elevasinya. Pada saat puncak air pasang selalu terendam oleh air. Sementara bagian ujung atas semakin terjal karena bukit runtuh.
Dinilai
4
:
Pantai dan berm tidak dapat dibedakan lagi. Garis pantai sudah mundur dan yang sebelumnya merupakan pantai di atas berm selalu terendam pada saat air pasang.
Pantai di Bawah Berm. Penilaian terhadap kondisi pantai di bawah berm, kelandaian, elevasi dan bentuknya. Dinilai
1
:
Pantai di bawah berm memiliki landai yang normal yang memberikan keseimbangan antara pasir yang dihempaskan ombak dan yang kembali ke laut. Pantai kelandaian relatif seragam hingga ke dalam perairan.
Dinilai
2
:
Pada saat surut, pangkal pantai di bawah berm tampak lebih maju ke arah laut bila dibandingkan dengan benda tetap di sektiarnya, namun tetap dengan kelandaian yang normal.
Dinilai
3
:
Pantai di bawah berm tampak semakin landai dan saat surut tampak 8 dari 17
Kotak
Penjelasan gundukan pasir yang mengendap. Dinilai
Kotak
Sketsa Bangunan
4
:
Pantai di bawah berm sudah menyatu dengan berm dan tumpukan pasir semakin melebar hingga di bawah elevasi air surut.
Diisi dengan gambar sketsa yang menunjukkan bentuk bangunan dan profilnya. Pada bangunan pengisian pasir, gambar profil dibuat pada beberapa potongan dengan jarak interval 25 meter. Sketsa dilengkapi dengan keterangan:
Foto
Panjang bangunan dan komponen bangunan. Penomoran bangunan (untuk Groin, Pemecah Gelombang, dan Jeti) atau ruas bangunan (untuk Tembok Laut, Revetmen, Tanggul Laut, dan Pengisian Pasir). Masing-masing bangunan atau ruas bangunan dilengkapi ukuran. Titik 1 dan Titik 2 yang dimaksud pada dokumen. Titik BM acuan dan keterangannya. Penggambaran titik BM dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat diketahui posisinya relatif terhadap bangunan atau ruas bangunan yang ada. Titik pengambilan foto dan arah bidikan foto. Keterangan lain terkait keistimewaan bangunan atau kerusakan yang teridentifikasi pada saat inventarisasi. Khusus bangunan pasir, sketsa profil dibuat di atas sketsa bangunan hasil inventarisasi atau hasil pemeliharaan terakhir. Volume pasir yang diperlukan untuk pemeliharaan dapat ditentukan dari selisih profil.
Foto-foto hasil pemantauan wajib disertakan sebagai kelengkapan blangko pemantauan. Jumlah foto tidak dibatasi, penyajiannya selengkap mungkin disesuaikan dengan bentuk bangunan dan jumlah permasalahan yang ditemui. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa foto untuk bagian tertentu yang berulang sejak inventarisasi atau dari pemantauan pertama, kedua, dan seterusnya harus diambil dari titik yang sama dengan sudut pengambilan yang sama. Tujuannya agar perubahan yang terjadi pada bagian tersebut dapat teramati dengan baik dari waktu ke waktu. Untuk itu petugas harus mempelajari dokumen inventarisasi dan pemantauan sebelumnya. Kondisi Bangunan Bagian ini berisi foto-foto bangunan dan kondisinya. Secara umum informasi foto mencakup kondisi puncak bangunan, badan, dan fundasi. Foto kerusakan pada bagianbagian bangunan juga dimasukkan dalam bagian ini. Fungsi Bangunan Bagian ini berisi foto-foto yang menunjukkan fungsi bangunan dalam mengamankan pantai dan obyek lainnya yang diamankan. Foto yang diambil harus menampilkan gambaran bangunan pengaman pantai dan obyek secara langsung. Foto-foto yang menunjukkan detail dapat di tambahkan untuk memperkuat uraian yang menyertai foto fungsi bangunan ini. Jumlah foto tidak terbatas pada blangko dan dapat dimuat sebanyak mungkin sesuai kebutuhan untuk menjelaskan dengan baik kondisi bangunan dan fungsinya di lapangan. Untuk itu lembar blangko untuk foto dapat diperbanyak agar dapat menampung jumlah foto yang diperlukan.
9 dari 17
BLANGKO PEMANTAUAN BANGUNAN PANTAI - SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH) Isi Nomor Jenis Bangunan:
1
*) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
Tanggal, Jam :
Nama Petugas:
,
I. Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan Nomenklatur
Nama Pantai
Kode Daerah
Desa
Koordin at (GPS)
Kabupaten
Titik 1
Provinsi
Titik 2
Nama Ringkas Pantai
Lintang : Derajat
Kode Bangunan
Bujur : Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
II. Data Teknik dan Kondi si Bangunan Tinggi Gelombang
:
meter Kondisi pasang surut*:
BM Acuan
:
Panjang Bangunan
:
meter Puncak
Gelombang limpas?
Elevasi Puncak
:
meter Badan Luar
Badan Dalam
Lebar Puncak
:
meter Fundasi Luar
Fundasi Dalam
Lebar Dasar di Titik 1
:
meter Mat. dsr. Luar
Mat. Dsr. Dalam
Lebar Dasar di Titik 2
:
meter
Kemiringan Badan Luar
: 1:
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam : 1:
(V:H)
Armor
:
No, arah foto : Titik 1
: Titik 2
:
Sedang
/
Kondisi Material Struktur (beri nilai 1-4)
Keterangan:
/
Surut
Kondisi Fisik Bangunan (beri nilai 1-4)
III. Sketsa Bangu nan 1
Tinggi
BM Acuan
10 dari 17
Beton/Pas. Batu
Ya Tdk
IV. FOTO KONDISI BANGUNAN
Foto 1
……………………………..
Foto 2
……………………………..
Catatan dan Komentar.
11 dari 17
KONDISI BANGUNAN
Catatan dan Komentar.
KONDISI BANGUNAN
Foto 3
……………………………..
Foto 4
……………………………..
Catatan dan Komentar.
12 dari 17
FUNGSI BANGUNAN
Catatan dan Komentar.
FUNGSI BANGUNAN
Foto 5
……………………………..
Foto 6
……………………………..
Uraian kondisi pantai & obyek yang dilindungi :
13 dari 17
BLANGKO PEMANTAUAN BANGUNAN PANTAI - SERI II PENGISIAN PASIR *) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
Tanggal, Jam :
Nama Petugas:
,
I. Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan Nomenklatur
Nama Pantai
Kode Daerah
Desa
Koordin at (GPS)
Kabupaten
Titik 1
Provinsi
Titik 2
Nama Ringkas Pantai
Lintang : Derajat
Kode Bangunan
Bujur : Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
II. Data Teknik dan Kondi si Bangunan Tinggi Gelombang
:
meter Kondisi pasang surut*:
BM Acuan
:
Panjang Bangunan
:
meter
Elevasi Puncak Bukit
:
meter Bukit Pasir
Lebar Puncak Bukit
:
meter Berm
Elevasi Berm
:
meter Pantai di Atas Berm
Lebar Berm
:
meter Pantai di Bawah Berm
Landai pantai bawah
: 1:
(V:H)
Landai pantai atas
: 1:
(V:H)
Gelombang limpas di atas Berm?
Keterangan: :
No, arah foto : Titik 1
: Titik 2
:
/
Sedang
/
Ya Tdk
Kondisi Fisik Bangunan (beri nilai 1-4)
III. Sketsa Bangu nan 1
Tinggi
BM Acuan
14 dari 17
Surut
Blangko Monitoring 2010 05 07
Foto 1
……………………………..
Foto 2
……………………………..
Catatan dan Komentar:
15 dari 17
Foto 3
……………………………..
Foto 4
……………………………..
Catatan dan Komentar:
16 dari 17
Foto 5
……………………………..
Catatan dan Komentar:
17 dari 17
LAMPIRAN V SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : / SE / M /2011 TANGGAL :
BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PENGAMAN PANTAI Petunju k Pengisian Blangko Evaluasi Kotak
Penjelasan
Kotak
Identifikasi
Angka-angka dalam kotak ini diisi sesuai dengan isian pada blangko pemantauan dari bangunan yang akan dievaluasi.
Kotak
Kondisi Fisik
Kotak ini diisi sesuai dengan nilai yang tertera pada blangko pemantauan. Bagian ini merupakan proses perhitungan nilai indeks kondisi bangunan secara keseluruhan dengan memperhitungkan kondisi fisik dan kondisi fungsi bangunan untuk keperluan evaluasi bangunan secara keseluruhan dalam menentukan keputusan tindak pemeliharaan. Berikut proses yang terjadi dari baris paling atas ke bawah:
Kotak-kotak pada kolom komponen bangunan yang menunjukkan kondisi Puncak, Badan, Fundasi dan Material Bangunan sesuai dengan hasil penilaian pada Kotak Data Teknik dan Kondisi Bangunan sebelumnya akan terisi sesuai isian pada blangko pemantauan. Khusus bagian badan dan fundasi, akan dihitung nilai rata-rata dari kodisi bagian luar dan bagian dalam sedemikian hingga hanya satu angka yang mewakili. Bila badan atau fundasi hanya ada satu sisi, maka nilainya langsung digunakan sebagai nilai rata-rata.
Untuk kondisi material, bila bangunan dibangun dari kombinasi armor dan beton/tembok maka nilai rata-rata dari kondisi kedua material digunakan untuk mewakili. Bila digunakan hanya salah satu jenis, maka nilai kondisi material yang ada langsung mewakili nilai rata-ratanya.
Selanjutnya nilai komponen dihitung berdasarkan perkalian indeks komponen fisik terhadap bobotnya. Bobot komponen berbeda untuk tiap jenis bangunan. Gunakan bobot yang sesuai pada tabel Bobot Komponen Fisik yang dilampirkan di akhir blangko. Total bobot komponen fisik = 100. Kombinasi bobot komponen ditunjukkan oleh tabel di bagian bawah blangko, keterangan tabel di akhir dokumen ini.
Indeks Kondisi Bangunan secara keseluruhan dihitung dengan membagi jumlah nilai komponen fisik dengan total bobot keseluruhan.
Rentang nilai Indeks Kondisi Bangunan dan Kondisi Bangunan yang akan muncul adalah sebagai berikut Nilai Indeks
Kondisi
0,0 3,5
Rusak Berat
Kotak
Kinerja Fungsi
Kinerja fungsi bangunan ditentukan oleh evaluator setelah mempelajari informasi berupa catatan, sketsa, dan foto kondisi lingkungan pantai dan obyek-obyek yang dilindungi. 1 dari 5
Kotak
Penjelasan
Bangunan
Tidak ada perhitungan dalam penentuan penentuan kinerja fungsi, dan hasil kinerja ditulis berupa ”Baik”, atau ”Tidak Baik”. Hasil penilaian Kinerja Fungsi dituliskan pada kotak yang disediakan.
Kotak
Kesim pulan
Kesimpulan diisikan setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kondisi fisik maupun fungsi bangunan. Apabila kinerja fungsi bangunan buruk saat bangunan masih dalam keadaan baik atau cukup baik, keputusan mengarah pada tinjauan ulang bangunan pengaman pantai. Bila kinerja fungsi bangunan buruk karena bangunan sudah rusak, perlu dicari informasi mengenai kinerja fungsi bangunan ini pada masa sebelumnya. Keputusan didasarkan pada kinerja fungsi yang sesungguhnya. Apabila kinerja fungsi baik, maka keputusan dapat langsung didasarkan pada kondisi bangunan. Perhatikan hasil-hasil pemantauan dan evaluasi sebelumnya dari Tabel Rekaman Data Bangunan Pantai . Apabila kinerja fungsi baik dan kecenderungan kondisi bangunan terus menurun dan sudah perlu pemeliharaan, maka keputusan mengarah pada pemeliharaan. Isi bagian ini dengan keputusan yang diambil pada evaluasi dengan mengisi hasilnya pada kotak saran tind akan yang disediakan. Kinerja Fungsi Bangunan
Baik
Fisik Bangunan Pengaman Pantai Nilai Indeks 0,0 3,5
Tidak Baik
0,0 3,5
Bobot Komponen Fisik
Saran Tindakan
Kondisi
Kaji Ulang
Rusak Berat
Bobot Komponen Fisik menurut Jenis Bangunan Komponen Fisik Jenis Bangunan
A
B
C
D
(Puncak)
(Badan)
(Fundasi)
(Material)
Revetmen
30
20
10
40
Tembok Laut
20
10
30
40
Pemecah Gelombang
20
20
20
40
Groin
10
10
40
40
Jeti
10
10
40
40
Tanggul Laut (struktur kaku)
20
10
30
40
Tanggul Laut (timbunan tanah)
10
60
30
0
Bobot Material Bangunan (40) untuk kebanyakan bangunan karena kondisi material sangat menentukan stabilitas struktur dan kerusakan material berarti perubahan bentuk bangunan yang mengakibatkan penurunan stabilitas dan kinerja bangunan, kecuali bila tanggul dibangun dari tanah. 2 dari 5
Kotak
Penjelasan Bobot Puncak, Badan, Fundasi per Jenis Bangunan Revetmen (30, 20, 10) - bobot utama pada puncak karena struktur tidak diperkenankan mengalami overtopping yang berpengaruh pada stabilitas keseluruhan bangunan(30). Fundasi bangunan tidak terlalu berpengaruh karena struktur rubble (lentur) dan menyesuaikan dengan perubahan (10). Tembok laut (20, 10, 30) - struktur rigid dengan cara kerja memecah energi gelombang dengan membelokkan energi gelombang ke atas dan ke bawah. Kecenderungan utama mengalami penggerusan pondasi akibat cara kerjanya karena energi gelombang dipecah sejajar dengan sumbu bangunan (30), sementara overtopping pada puncak tidak terlalu berpengaruh pada bangunan karena struktur rigid dan masif (20). Jarang ditemui tembok laut mengalami keruntuhan karena gerusan pada badan (10). Pemecah Geombang (20, 20, 20) - struktur selalu terendam di dalam air dan umumnya berupa bangunan non rigid. Posisi elevasi puncak (20) diperlukan untuk memecah gelombang secara efektif, namun karena terletak ditengah, maka kondisi badan sering mengalami gangguan akibat hantaman gelombang, oleh karenanya memiliki bobot yang sama penting (20). Gangguan terhadap fundasi potensial karena gelombang pecah sejajar dengan sumbu bangunan, dan hal ini menentukan stabilitas keseluruhan bangunan (20). Groin (10, 10, 40) – Groin secara umum terletak di tepi pantai berfungsi sebagai penahan laju sedimen. Perubahan elevasi puncak tidak signifikan terhadap kemamuan menahan sedimen (10). Perubahan pada sudut lereng badan bangunan kecil pengaruhnya terhadap fungsi (10) bangunan, namun kegagalan fondasi mengakibatkan bangunan mengalami penurunan yang signifikan dan menjadi rata dengan pantai dan kehilangan fungsinya (40). Jeti (10, 10, 40) – Jeti berada di tepi pantai hingga ke dalam perairan berfungsi sebagai penjaga alur. Perubahan elevasi puncak tidak signifikan terhadap kemamuan menahan sedimen (10). Perubahan pada sudut lereng badan bangunan kecil pengaruhnya terhadap fungsi (10) bangunan, namun kegagalan fondasi mengakibatkan bangunan mengalami penurunan yang signifikan dan menjadi rata dengan pantai dan kehilangan fungsinya (40). Tanggul laut – struktur kaku (20, 10, 30) - struktur rigid dengan cara memblokade aliran air dengan membuat dinding yang kedap. Kecenderungan utama mengalami aliran di bawah pondasi akibat tekanan yang tinggi dan pondasi yang datar dan rata (30), sementara puncak tidak terlalu berpengaruh pada bangunan karena struktur rigid dan masif (20). Dengan konstruksi beton yang impermeable kecil kemungkinan air merembes melalui badan (10). Untuk pengisian pasir indikator penilaian sedikit berbeda, yaitu kondisi bukit pasir , berm, pantai di atas berm dan pantai di bawah berm (50, 20, 20, 10) – kerusakan bukit pasir merupakan indikasi kuat akan rusaknya kondisi pengisian pasir, karenanya kondisi bukit pasir sangat menentukan keberadaan (50), berm tidak selalu hadir pada setiap pantai tergantung pada karakter pantai oleh karenanya pengaruhnya tidak begitu besar namun sebagai bagian yang memberi indikasi jelas adanya perubahan profil yang berlanjut (20), keberadaan pantai di atas berm (20) memberikan banyak indikasi yang signifikan, kecuali pantai di bawah berm (10) yang secara dinamis akan berubah-ubah sesuai keseimbangan pantai setempat.
3 dari 5
BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PANTAI - SERI I 1|
REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG
4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
1
Isi Nomor Jenis Bangunan:
ID Bangunan
Kabupaten
isi kotak sesuai hasil
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
KONDISI FISIK Kondisi Fisik Bangunan Revetmen Badan
Fundasi
Material
Puncak Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik Bobot Komponen Fisik ** Nilai Komponen
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Armor
Beton/ Tembok
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
A
B
C
D
30
20
10
40
0
0
0
0
Nilai Komponen = Indeks komponen fisik x bobot komponen fisik
0
Indeks Kondisi Bangunan
Baik Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disimpulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik): Kinerja Fungsi Bangunan
KESIMPULAN Bangunan
Revetmen
0
ID
Saran Tindakan:
** Bobot Komponen Fisik (menurut jenis bangunan) Komponen Fisik Jenis Bangunan Revetmen Tembok Laut Pemecah Gelombang Groin Jeti Tanggul Laut (struktur kaku) Tanggul Laut (timbunan tanah)
A (Puncak) 30 20 20 10 10 20 10
B (Badan) 20 10 20 10 10 10 60
4 dari 5
C (Fundasi) 10 30 20 40 40 30 30
D (Material) 40 40 40 40 40 40 0
BLANGKO EVALUASI B ANGUNAN PANTAI - SERI II Evaluasi Hasil Pemantauan Isian Pasir ID Bangunan
Kabupaten
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
KONDISI FISIK
isi kotak sesuai evaluasi
Kondi si Fisik Bangunan Pengisian Pasir
Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik Bangunan
Bukit
Berm
Pantai di Atas Berm
Pantai di Bawah Berm
0
0
0
0
Bobot Komponen Fisik **
A
B
C
D
50
20
20
10
Nilai Komponen
0
0
0
0
Nilai Komponen = Indeks ko mponen fisik x bobo t komponen fisik
0.00
Indeks Fisik & Fungsi
Baik Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disimpulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik): Kinerja Fungsi Bangunan
KESIMPULAN Bangunan
0
ID
0
-
Pantauan tgl. ### Saran Tindakan:
5 dari 5
0
-
0
LAMPIRAN VI SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : / SE / M /2011 TANGGAL :
Petun Petun juk Pengi Pengi sian Tabel Rekaman Rekaman Data Operasi dan Pemeliharaan Bangunan Pengaman Pantai Kotak Kotak
Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan
Penjelasan
Isi kotak sesuai data pada Blangko Pemantauan dan Evaluasi Bagian identifikasi bangunan
a. ID Bangunan . Diisi dengan nomor identifikasi bangunan b. Nama Pantai . Diisi dengan nama pantai tempat bangunan pantai berada. (bisa lebih dari satu) c. Desa. Diisi dengan nama desa tempat bangunan pantai berada. berada. (bisa lebih dari satu) d. Kabupaten . Diisi dengan nama kabupaten bersangkutan. Bila terdapat bangunan yang lintas kabupaten, maka kedua kabupaten disebutkan. Kabupaten dengan ruas bangunan terbesar disebutkan lebih dahulu. e. Provinsi . Diisi dengan nama provinsi. f.
Nomenklatur
bangunan
sesuaikan
nomenklatur
bangunan
dalam
tabel
pemantauan. g. Bagian koordinat glo bal bangunan
Derajat, Derajat, Menit , Detik . Bagian ini diisi dengan mencantumkan bacaan pada alat
GPS (Global Positioning System) untuk angka derajat, menit, dan detik.
Titik 1. Merupakan titik awal dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman
pantai yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang berjajar, ini merupakan titik pangkal bangunan.
Titik 2. Merupakan titik akhir dari ruas bangunan untuk bangunan pengaman
pantai yang panjang dan menerus (revetmen, tembok laut, pemecah gelombang, Tanggul Laut, atau Pengisian Pasir). Untuk pengaman pantai dari unit yang berjajar, ini merupakan titik ujung bangunan. a. BM Acuan : sesuaikan dengan BM acuan dalam inventarisasi & pemantauan Kotak
Rekaman Data
Tahun
Isi dengan angka tahun rekaman. Bul an Pantauan 1|2
Isi dengan nama bulan pengukuran (disingkat dalam 3 huruf), kotak sebelah kiri untuk pengukuran semester pertama, kotak sebelah kanan untuk pengukuran semester kedua. Data Data Kondisi Lin gkungan
a.
Tinggi gelombang . Isi dengan hasil taksiran rata-rata tinggi gelombang yang terjadi
saat pengamatan. pengamatan. b.
Kondisi pasang surut . Pilihan kondisi pasang surut yang sesuai dengan pilihan
apakah pasang tinggi, sedang atau surut. c.
Gelombang Gelombang limpas . Isi dengan Y (Ya) atau T (Tidak) sesuai tabel pemantauan. 1 dari 5
Kotak
Penjelasan Rekaman Seri I: Berikut pengisian data dan kondisi fisik bangunan untuk Rekaman Data Teknik Fisik Bangunan
a. Panjang Bangunan . Bagian ini diisi dengan panjang bangunan atau ruas bangunan yang dipantau. Panjang diukur untuk setiap komponen bangunan. bangunan. Elevasi puncak . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian datar pada puncak b. Elevasi bangunan terhadap BM acuan. Lebar puncak . Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bangunan. c. Lebar
d. Lebar dasar di Titik 1 . Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik awal atau pangkal bangunan. Lebar dasar di Titi k 2 . Diisi dengan hasil ukur lebar dasar bangunan pada titik akhir e. Lebar atau ujung bangunan.
f.
Kemiringan B adan adan (Luar/Dalam). (Luar/Dalam) . Bagian ini diisi besarnya angka kemiringan badan
secara perbandingan seperti dicontohkan oleh sketsa berikut. Kondisi Fisik
a. Puncak . Hasil penilaian terhadap kondisi bagian puncak bangunan. b. Badan (Luar/Dalam). Hasil penilaian terhadap kondisi badan. c. Fundasi (Luar/Dalam). Hasil penilaian terhadap kondisi fundasi. d. Kondisi Material. Hasil penilaian kondisi material e. Ar mo r . Hasil penilaian terhadap kondisi armor pada struktur tumpukan armor (rubble). Coret kotak bila data tidak ada. f.
Beton/pasangan Beton/pasangan batu . Hasil penilaian terhadap kondisi beton pada struktuir beton
atau tembok pasangan batu (kaku). Coret kotak bila data tidak ada.
Data-data berikut disalin dari lembar evaluasi , berlaku untuk Seri I dan Seri II. Indeks Fisik Total : Hasil perhitungan perhitungan indeks fisik secara keseluruhan Indeks Fungsi : Hasil penilaian indeks fungsi bangunan dalam evaluasi Indeks Kondisi Bangunan : Hasil perhitungan indeks berdasarkan kondisi fisik dan
fungsi. Berikut pengisian data dan kondisi fisik bangunan untuk Rekaman Seri II : a. Elevasi Puncak Bukit Pasir . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi bagian ujung belakang dari pengisian pasir terhadap BM acuan. Bagian bukit ini dapat dikenali sebagai ujung belakang dari pasir isian yang merupakan batas pekerjaan, umumnya dibatasi oleh bangunan lain (jalan setapak, revetmen). b. Lebar Puncak Bukit . Diisi dengan hasil pengukuran lebar rata-rata dari puncak bagian pasir yang datar untuk ruas bersangkutan. c. Elevasi Berm . Bagian ini diisi hasil pengukuran elevasi berm terhadap BM acuan. d. Lebar Berm . Diisi dengan dengan hasil ukur lebar lebar rata-rata berm berm (bagian yang yang datar) untuk 2 dari 5
Kotak
Penjelasan
ruas bersangkutan. bersangkutan. e. Landai Pantai Atas . Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai yang di sebelah atas berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin (f). (lihat sketsa) f.
Landai Pantai Bawah . Bagian ini diisi besarnya angka landai untuk potongan pantai
yang di sebelah bawah berm. Cara pengisiannya seperti cara pengukuran kemiringan seperti pada Blangko Seri I, poin poin (f). (lihat sketsa)
Kondisi Fisik
a. Bukit Pasir . Hasil penilaian terhadap kondisi bukit pasir b. Berm . Hasil penilaian terhadap kondisi berm Pantai di Atas Berm . Hasil penilaian terhadap kondisi pantai di atas berm c. Pantai
d. Pantai di Bawah Berm . Hasil penilaian terhadap kondisi pantai di bawah berm
3 dari 5
REKAMAN DATA BANGUNAN PANTAI - SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH) Isi Nomor Jenis Bangunan:
1
I. Lokasi d an Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai Desa
Koordinat (GPS)
Kabupaten
Titik 1 (awal)
Provinsi
Titik 2 (akhir)
Kode Daerah Lintang : Derajat
Menit
BM Acuan
Nama Ringkas Pantai Detik
Bujur : Derajat
Kode Bangunan Menit
:
II. Rekaman Data TAHUN
2011
2012
Bulan Pantauan 1 | 2 Data Kondisi L ingkung an
Tinggi gelombang (m)
:
Pasang Surut (Ti/Sd/Sr)* : Gelombang limpas (Y/T) : Data Teknik Fisik Bangunan
Panjang Bangunan (m)
:
Elevasi Puncak (m)
:
Lebar Puncak (m)
:
Lebar Dasar di Titik 1 (m) : Lebar Dasar di Titik 2 (m) : Kemiringan Badan Luar : 1: Kemiringan Badan Dalam: 1: Kondisi Fisik
Puncak
:
Badan Luar
:
Fundasi Luar
:
Mat. dsr. Luar
:
Badan Dalam
:
Fundasi Dalam
:
Mat. Dsr. Dalam
:
Armor
:
Beton/Pas Batu
:
Indeks Fisik Total
:
Indeks Fungsi
:
Indeks Kondisi Bangunan : Keterangan :
Ti: tinggi, Sd: Sedang, Sr: Surut Y : ya, T: tidak
4 dari 5
2013
2014
2015
Detik
REKAMAN DATA BANGUNAN PANTAI - SERI II PENGISIAN PASIR
I. Lokasi d an Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai Desa
Koordinat (GPS)
Kabupaten
Titik 1 (awal)
Provinsi
Titik 2 (akhir)
Kode Daerah
Lintang : Derajat
Menit
BM Acuan
Nama Ringkas Pantai Detik
Bujur : Derajat
Kode Bangunan Menit
:
II. Rekaman Data TAHUN
2011
2012
Bulan Pantauan 1 | 2 Data Kondisi L ingkung an
Tinggi gelombang (m)
:
Pasang Surut (Ti/Sd/Sr)* : Gelombang limpas (Y/T) : Data Teknik Fisik Bangunan
Panjang Bangunan (m)
:
Elev. Puncak Bukit (m)
:
Lebar Puncak Bukit (m) : Elevasi Berm (m)
:
Lebar Berm (m)
:
Landai Pantai Bawah
: 1:
Landai Pantai Atas
: 1:
Kondisi Fisik
Bukit Pasir
:
Berm
:
Pantai Atas Berm
:
Pantai Bawah Berm
:
Indeks Fisik Total
:
Indeks Fungsi
:
Indeks Kondisi Bangunan : Keterangan :
Ti: tinggi, Sd: Sedang, Sr: Surut Y : ya, T: tidak
5 dari 5
2013
2014
2015
Detik
LAMPIRAN VII SURAT EDARAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : / SE / M /2011 TANGGAL :
CONTOH PENGISIAN BLANGKO PEMANTAUAN DAN EVALUASI BANGUNAN PENGAMAN PANTAI A. BLANGKO PEMANTAUA N BA NGUNAN PANTA I – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
4
Isi Nomor Jenis Bangunan: *) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
29 -08-2009
Tanggal, Jam :
11:35
,
Nama Petugas: Asep
I. Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan
Gr PDG 28
1371
PDG
Gr 28
Kode Daerah
Nama Ringkas Pantai
Kode Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Padang
Desa
Padang
Koordin at (GPS)
Lintang : Selatan
Bujur :
Timur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
Kabupaten/Kota Kota Padang
Ujung 1
0
56
14.13
100
21
2.04
Provinsi
Ujung 2
0
56
13.99
100
21
3.34
Sumatera Barat
II. Data Teknik dan Kond isi Bangunan Tinggi Gelombang
:
0.40
meter Kondisi pasang surut*:
BM Acuan
:
BM.PKT-01
Tinggi
/
Sedang
/
Surut
Kondisi Fisik Bangunan Puncak
1
Gelombang limpas?
Ya Tdk
Panjang Bangunan
:
40
meter Badan Luar
1
Badan Dalam
1
Elevasi Puncak
:
3.5
meter Fundasi Luar
2
Fundasi Dalam
1
Lebar Puncak
:
4
meter Mat. dsr. Luar
Baik
Mat. Dsr. Dalam
Hilang
Lebar Dasar
:
12
meter
Kemiringan Badan Luar
: 1: 1
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam : 1: 1
(V:H)
Kondisi Material Struktur Armor
1
Beton/Pas. Batu
III. Sketsa Bangu nan Keterangan: 1
Garis pantai
:
No, arah foto : Ujung 1
:
Ujung 2
:
BM Acuan
Kawasan Perumahan
29
DARAT
3
LAUT
2
28
52m
40m 1 Arah Gelombang Dominan
Pantai berpasir
Jalan Raya
Kawasan Perumahan
BM. PKT -01
27
1 dari 18
-
Foto 1
Pandangan dari sisi selatan. Elevasi puncak tampak masih terjaga dan badan tersusun rapih membentuk talud seperti rencana.
Foto 2
Pandangan dari pangkal groin. Puncak mulai diselim uti oleh tanaman, batu fondasi tampak mulai terpelas.
Catatan dan Komentar:
2 dari 18
Foto 3
Pandangan dari sisi utara. Sisi ini kondisinya tampak lebih terjaga dibanding sisi lain, fondasi dan badan groin masih rapih.
Catatan dan Komentar:
3 dari 18
B.
BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
4
Isi Nomor Jenis Bangunan:
isi kotak sesuai hasil
ID Bangunan
Kabupaten
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
Gr PDG 28
Kota Padang
Sumbar
28-08-2009
Asep
KONDISI FISIK Kondisi Fisik Bangunan Groin Badan
Fundasi
Material
Puncak Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik Bobot Komponen Fisik ** Nilai Komponen
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Armor
1
1
2
1
1
1
Beton/ Tembok
1
1.5
1
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
A
B
C
D
10
10
40
40
10
10
60
40
Nilai Komponen = Indeks komponen fisik x bobot kompone n fisik
1.2
Indeks Kondisi Bangunan
Baik Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disimpulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik): Kinerja Fungsi Bangunan
Baik
KESIMPULAN Bangunan
Groin
Gr PDG 28
ID
Saran Tindakan:
Pemantauan
** Bobot Komponen Fisik (menurut jenis bangunan) Komponen Fisik
Jenis Bangunan Revetmen Tembok Laut Pemecah Gelombang Groin Jeti Tanggul Laut (struktur kaku) Tanggul Laut (timbunan tanah)
A
B
C
D
(Puncak) 30
(Badan) 20
(Fundasi) 10
(Material) 40
20
10
30
40
20 10
20 10
20 40
40 40
10
10
40
40
20 10
10 60
30 30
40 0
4 dari 18
A. BLA NGKO PEMANTAUAN B ANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
4
Isi Nomor Jenis Bangunan: *) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
15 Des 2009
Tanggal, Jam :
9:45
,
Nama Petugas:
Suryo
I. Lokasi dan Identitas (ID) Bangunan ID Bangunan
Gr T CDS 02
5107
CDS
Gr T02
Kode Daerah
Nama Ringkas Pantai
Kode Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Candidasa
Desa
Candidasa
Kabupaten
Karangasem
Ujung 1
Provinsi
Bali
Ujung 2
Koordin at (GPS)
Lintang : Selatan
Bujur :
Timur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
8
30
38.5
115
34
8.9
II. Data Teknik dan Kon disi Bangunan Tinggi Gelombang
:
0.50
BM Acuan
:
BM.01
meter Kondisi pasang surut*:
Tinggi
/ Sedang
/
Surut
Kondisi Fisik Bangunan Puncak
1
Gelombang limpas?
Ya Tdk
Panjang Banguna
:
100;50 (T)
meter Badan Luar
1
Badan Dalam
1
Elevasi Puncak
:
2.25
meter Fundasi Luar
2
Fundasi Dalam
1
Lebar Puncak
:
1.5
meter Mat. dsr. Luar
Baik
Mat. Dsr. Dalam
Baik
Lebar Dasar
:
8
meter
Kemiringan Badan Luar
: 1: 3
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam : 1: 3
(V:H)
Kondisi Material Struktur Armor
III. Sketsa Bangunan Keterangan: 1
:
No, arah foto : Ujung 1
:
Ujung 2
:
BM Acuan
5 dari 18
2
Beton/Pas. Batu
-
Foto 1
Tampak groin dari daratan.
Foto 2
Tampak groin dari pangkal groin.
Catatan dan Komentar :
6 dari 18
Foto 3
Kerusakan jalan setapak di ujung kiri T groin. Kondisi masih sama seperti saat inventarisasi.
Foto 4
Tampak dari tengah groin. Armor pada fundasi m ulai menyebar.
Catatan dan Komentar :
7 dari 18
B. BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
4
Isi Nomor Jenis Bangunan:
isi kotak sesuai hasil
ID Bangunan
Kabupaten
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
Gr T CDS 02
Karangasem
Bali
15 Des 2009
Suryo
KONDISI FISIK Kondisi Fisik Bangunan Groin
Badan Puncak Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik
1
Bobot Komponen Fisik **
A
Nilai Komponen
Fundasi
Material
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Armor
1
1
2
1
2
Beton/ Tembok
1
1.5
2
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
B
C
D
10
10
40
40
10
10
60
80
Nilai Komponen = Indeks komponen fisik x bobot kompone n fisik
1.6
Indeks Kondisi Bangunan
Cukup Baik Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disim pulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik):
Kinerja Fungsi Bangunan
Baik
KESIMPULAN
Bangunan
Groin
Gr T CDS 02
ID
Saran Tindakan:
Pemantauan
** Bobot Komponen Fisik (menurut jenis bangunan) Komponen Fisik
Jenis Bangunan Revetmen Tembok Laut Pemecah Gelombang Groin Jeti Tanggul Laut (struktur kaku) Tanggul Laut (timbunan tanah)
A
B
C
D
(Puncak) 30
(Badan) 20
(Fundasi) 10
(Material) 40
20
10
30
40
20 10
20 10
20 40
40 40
10
10
40
40
20 10
10 60
30 30
40 0
8 dari 18
A. BLA NGKO PEMANTAUAN B ANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
1
Isi Nomor Jenis Bangunan: *) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
3 Januari 2010
Tanggal, Jam :
10:10
,
Holis
Nama Petugas:
I. Lok asi dan Ident itas (ID) Bangun an ID Bangunan
Rv JWI 01
6101
JWI
Rv01
Kode Daerah
Nama Ringkas Pantai
Kode Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Jawai
Desa
Jawai
Kabupaten
Sambas
Provinsi
Kalimantan Barat
Lintang : Utara
Koordin at (GPS)
Bujur :
Timur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
Ujung 1
1
14
7.68
108
58
33.64
Ujung 2
1
14
12.72
108
58
36.1
II. Data Teknik d an Kond isi B angun an Tinggi Gelombang
:
0.20
meter Kondisi pasang surut*:
BM Acuan
:
BM.JWI-01
Tinggi
/
Sedang
/
Surut
Kondisi Fisik Bangunan Puncak
3
Gelombang limpas? Ya Tdk
Panjang Bangunan
:
150
meter Badan Luar
4
Badan Dalam
4
Elevasi Puncak
:
1.75
meter Fundasi Luar
3
Fundasi Dalam
1
Lebar Puncak
:
1
meter Mat. dsr. Luar
Baik
Mat. Dsr. Dalam
Baik
Lebar Dasar
:
8
meter
Kemiringan Badan Luar
: 1: 3
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam : 1: 1
(V:H)
Kondisi Material Struktur Armor
2
Beton/Pas. Batu
III. Sketsa Bangunan Keterangan: 1
:
No, arah foto : Ujung 1
:
Ujung 2
:
BM Acuan
LAUT
5 150m 1
3
Tambak Udang (tidak aktif lagi)
2
200 m 6
4 DARAT
Garis pantai
BM. JWI-01
9 dari 18
-
Foto 1
Unit 1 Daerah Tambak Pantai Jawai. Ini adalah satu dari dua ruas perlindungan Pantai Jawai (masing-masing sepanjang 150 m).
Foto 2
Foto memandang ke Selatan. Mantapnya tumbuhan sisi darat membuktikan bahwa fungsi perlindungan berhasil diemban oleh bangunan pantai .
Catatan dan Komentar :
10 dari 18
Foto 3
Pelapukan wajar untuk blok beton berusia lebih dari 10 tahun.
Foto 4
Ujung Selatan perlindungan Pantai Jawai Unit 1.
Catatan dan Komentar :
11 dari 18
Foto 5
Abrasi di sisi utara perlindungan Pantai Jawai.
Foto 6
Abrasi di sisi selatan perlindungan Pantai Jawai.
Catatan dan Komentar :
12 dari 18
B. BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
1
Isi Nomor Jenis Bangunan:
isi kotak sesuai hasil
ID Bangunan
Kabupaten
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
Rv JWI 01
Sambas
Kalmantan Barat
3 Januari 2010
Holis
KONDISI FISIK Kondisi Fisik Bangunan Revetmen Badan
Fundasi
Material
Puncak Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik Bobot Komponen Fisik ** Nilai Komponen
Luar
Dalam
Luar
Dalam
Armor
4
4
3
1
2
3
Beton/ Tembok
4
2
2
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
A
B
C
D
30
20
10
40
90
80
20
80
Nilai Komponen = Indeks komponen fisik x bobot kompone n fisik
2.7
Indeks Kondisi Bangunan
Perlu Perbaikan Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disim pulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik): Kinerja Fungsi Bangunan
Baik
KESIMPULAN Bangunan
Revetmen
Saran Tindakan:
Rv JWI 01
ID
Pemeliharaan
** Bobot Komponen Fisik (menurut jenis bangunan) Komponen Fisik
Jenis Bangunan Revetmen Tembok Laut Pemecah Gelombang Groin Jeti Tanggul Laut (struktur kaku) Tanggul Laut (timbunan tanah)
A
B
C
D
(Puncak) 30
(Badan) 20
(Fundasi) 10
(Material) 40
20
10
30
40
20 10
20 10
20 40
40 40
10
10
40
40
20 10
10 60
30 30
40 0
13 dari 18
A. BLA NGKO PEMANTAUAN B ANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
2
Isi Nomor Jenis Bangunan: *) Lingkari yang sesuai
isi kotak sesuai keterangan
26 Agustus 2009
Tanggal, Jam :
10:10
,
Nama Petugas:
Erni
I. Lok asi dan Identi tas (ID) Bangunan ID Bangunan
TL PKT 01
5101
PKT
TL01
Kode Daerah
Nama Ringkas Pantai
Kode Bangunan
Nomenklatur
Nama Pantai
Pekutatan
Desa
Pekutatan
Koordin at (GPS)
Kabupaten
Jembrana
Provinsi
Bali
Lintang : Selatan
Bujur :
Timur
Derajat
Menit
Detik
Derajat
Menit
Detik
Ujung 1
8
25
44.18
114
49
3.5
Ujung 2
8
25
44.98
114
49
3.15
II. Data Teknik d an Kondi si Bangunan Tinggi Gelombang
:
0.40
meter Kondisi pasang surut*:
BM Acuan
:
BM.PKT-01
Tinggi
/
Sedang
/
Surut
Kondisi Fisik Bangunan Puncak
4
Gelombang limpas?
4
Badan Dalam
-
Ya Tdk
Panjang Bangunan
:
50
meter Badan Luar
Elevasi Puncak
:
1.5
meter Fundasi Luar
3.5
Fundasi Dalam
-
Lebar Puncak
:
-
meter Mat. dsr. Luar
Baik
Mat. Dsr. Dalam
Hilang
Lebar Dasar
:
15
meter
Kemiringan Badan Luar
: 1: 1
(V:H)
Kemiringan Badan Dalam : 1: -
(V:H)
Kondisi Material Struktur Armor
-
Beton/Pas. Batu
III. Sketsa Bangu nan Keterangan: 1
Sungai
:
No, arah foto : Ujung 1
:
Ujung 2
:
BM Acuan
Tambat Perahu Nelayan
DARAT
1
Bagian tergerus
5 4 RUAS-01
50m 3
LAUT
2
Kawasan Wisata
RUAS-02 BM. PKT-01 50 m
Garis pantai
Pantai berpasir
14 dari 18
4
Foto 1
Tembok laut ruas 01 di Pek utatan sepanjang 50 meter. Sudah hancur dan tidak berbentuk sama sekali.
Foto 2
Pandanga ke arah ke selatan. Tembok ruas 02 masih berdiri dengan kondisi cukup baik.
Catatan dan Komentar:
15 dari 18
Foto 3
Pandangan ke arah utara. Bagian ruas 01 tampak struktur yang terputus dan hilang bentuknya sama sekali.
Foto 4
Di ujung 2 ruas 01, tembok penahan sudah terputus dan hancur serta material tembok bercampur dengah tanah.
Catatan dan Komentar:
16 dari 18
Foto 5
Sisa tembok melintang pantai dan dan potongan tembok penahan sejajar pantai yang sudah hancur.
Catatan dan Komentar:
17 dari 18
B. BLANGKO EVALUASI BANGUNAN PANTAI – SERI I 1| REVETMEN 2| TEMBOK LAUT 3| PEMECAH GELOMBANG 4| GROIN 5| JETI 6| TGL LAUT (KAKU) 7| TGL LAUT (TANAH)
1
Isi Nomor Jenis Bangunan:
isi kotak sesuai hasil
ID Bangunan
Kabupaten
Provinsi
Tanggal Pantauan
Petugas Pantau
TL PKT 01
Jembrana
Bali
26 Agustus 2009
Erni
KONDISI FISIK Kondisi Fisik Bangunan Revetmen Badan
Fundasi
Material
Puncak Luar Indeks Komponen Fisik (isi sesuai penilaian Kondisi Fisik
4
Luar
Dalam
Beton/ Tembok
Armor
3
4
4
4
3
4
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
(Nilai Rata-rata)
A
B
C
D
30
20
10
40
120
80
30
160
Bobot Komponen Fisik ** Nilai Komponen
Dalam
Nilai Komponen = Indeks komponen fisik x bobot kompone n fisik
3.9
Indeks Kondisi Bangunan
Rusak Berat Nilai Komponen =
Σ (nilai
komponen) /
Σ (bobot
komponen)
KINERJA FUNGSI Berdasarkan pengamatan terhadap catatan, sketsa, dan foto-foto terkait kondisi pantai di sekitar bangunan dan obyek-obyek yang dilindungi, maka disim pulkan bahwa hasil evaluasi bangunan menunjukkan kinerja fungsi bangunan (Baik/Tidak Baik): Kinerja Fungsi Bangunan
Baik
KESIMPULAN Bangunan
Revetmen
Saran Tindakan:
TL PKT 01
ID
Rehabilitasi
** Bobot Komponen Fisik (menurut jenis bangunan) Komponen Fisik
Jenis Bangunan
A
B
C
D
(Puncak) 30
(Badan) 20
(Fundasi) 10
(Material) 40
Tembok Laut
20
10
30
40
Pemecah Gelombang
20
20
20
40
Groin
10
10
40
40
Jeti
10
10
40
40
Tanggul Laut (struktur kaku)
20 10
10 60
30 30
40 0
Revetmen
Tanggul Laut (timbunan tanah)
18 dari 18
View more...
Comments