Pedoman Internal

September 25, 2017 | Author: chipa | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

WE...

Description

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Dalam Undang undang nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan, disebutkan bahwa tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap individu agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Puskesmas merupakan ujung tombang terdepan dalam pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan. Oleh karena upaya pelayanan Laboratorium Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib menyelenggarakan pelayanan Labroratorium di Puskesmas. Saat ini Puskesmas sudah merata di seluruh Indonesia, dan setiap kecamatan telah memiliki satu Puskesmas. Puskesmas memberikan kontribusi yang sangat berarti untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, namun demikian belum diikuti dengan peningkatan mutu pelayanan dan keterjangkauan oleh seluruh masyarakat. Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka Puskesmas diharapkan mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanannya

Untuk

meningkatkan mutu pelayanan yang optimal, maka diperlukan kegiatan yang dapat menentukan diagnosa penyakit secara pasti yaitu pelayanan Laboratorium yang bermutu. Laboratorium Puskesmas melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Dalam melaksanakan pelayanan Laboratorium di Puskesmas Megaluh supaya dapat berjalan dengan baik dan dapat memenuhi kebutuhan pasien, maka disusunlah pedoman pelayanan Laboratorium Puskesmas Megaluh. B. Tujuan Tujuan Umum : Tersedianya standar dalam melaksanakan pelayanan Laboratorium di Puskesmas Megaluh. Tujuan Khusus :

1

1. Tersedianya standar bagi tenaga Laboratorium untuk memberikan pelayanan yang bermutu di Puskesmas Megaluh. 2. Tersedianya standar tentang jenis pelayanan Laboratorium peran dan fungsi ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas Megaluh

C. Sasaran Pedoman ini disusun untuk digunakan bagi Tenaga Pelaksana Laboratorium dan Tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas Megaluh. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup pedoman ini meliputi 1. Jenis-jenis pemeriksaan; 2. Standar hasil pemeriksaan; 3. Sarana dan prasarana; 4. Keselamatan pasien; 5. Keselamatan kerja; 6. Mutu Laboratorium; E. Batasan Oprasional a. Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat. b. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan Laboratorium Puskesmas. c. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. d. Keselamatan Kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan, kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencemaran lingkungan yang pada urnumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda bagi pekerja dan masyarakat yang berada dilingkungannya e. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. f. Spesimen Laboratorium adalah bahan yang berasal dari manusia yang digunakan untuk pengujian, pemeriksaan Laboratorium.

2

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan upaya wajib Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukup baik jumlah maupun mutunya. Sesuai dengan permenkes no 37 tahun 2012 Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas tanpa tempat Perawatan. Jenis, kualifikasi dan jumlah tenaga Laboratorium Puskesmas tanpa tempat perawatan antara lain : No.

JENIS TENAGA

KUALIFIKASI

JUMLAH

1.

Penanggung Jawab

Dokter

1

2.

Tenaga Teknis

DIII Analis Kesehatan

1

3.

Tenaga non Teknis

Minimal SMU/ sederajat

1

Pada kenyataannya Penanggung Jawab di Laboratorium Puskesmas Megaluh adalah petugas teknis. Dalam permenkes tersebut dinyatakan bahwa petugas teknis tidak boleh merangkap tugas lain, akan tetapi karena keterbatasan tenaga, dalam hal ini karena tidak ada tenaga non teknis/Administrasi di Laboratorium Puskesmas Megaluh, maka tenaga teknis tersebut juga merangkap tugas sebagai tenaga Administrasi di Laboratorium. Untuk mempermudah koordinasi dari penanggung jawab kepada tenaga teknis, maka Puskesmas

Megaluh mengangkat Kepala Unit Pelayanan. Untuk

kelancaran dalam proses pelayanan, salah satu tenaga teknis diangkat sebagai koordinator Laboratorium. Uraian tugas : 1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab: a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium; b. Bertanggung

jawab

terhadap

mutu

laboratorium,

validasi

hasil

pemeriksaan laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium; c. Melaksanakan

pengawasan,

pengendalian

dan

evaluasi

kegiatan

laboratorium; d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu. 2. Tenaga Teknis Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung 3

jawab: a. Melaksanakan

kegiatan

teknis

operasional

laboratorium

sesuai

kompetensi dan kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur operasional; b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium; c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan; d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium; e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga kesehatan lain; B. Distribusi Ketenagaan Kegiatan pelayanan Laboratorium di lakukan oleh 1 orang tenaga teknis yang juga sebagai penanggung jawab Laboratorium di Puskesmas Megaluh. C. Jadwal Kegiatan Jam pelayanan Laboratorium : Senin – kamis : 07.30 – 13.00

No.

Jumat

: 07.30 – 11.00

Sabtu

: 07.30 – 12.00

Hari minggu

: Tutup

Jadwal Kegiatan

Rincian Kegiatan

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov

Des

1.

Pemeriksaan Gula Darah

























2.

Pemeriksaan Cholesterol Total

























3.

Pemeriksaan Asam Urat

























4.

Pemeriksaan Darah Lengkap

























5.

Pemeriksaan Widal

























6.

Pemeriksaan Golongan Darah

























7.

Pemeriksaan BTA Sputum

























8.

Pemeriksaan Urin Lengkap dan Sedimen

























9.

Melakukan pencatatan dan pelaporan pada buku register

























10.

Pelaporan LPLPO

























4

11.

Pelaporan Google Drive ke dinkes

12.

Pembuatan SPJ TB













√ √

5





√ √





√ √

BAB III STANDAR FASILITAS Sarana adalah suatu tempat ,fasilitas dan peralatan yang langsung terkait dengan Pelayanan klinis. Sedangkan prasarana adalah tempat ,fasilitas dan peralatan yang secara tidak langsung mendukung pelayanan kesehatan. Dalam upaya mendukung Pelayanan klinik Puskesmas diperlukan sarana dan prasarana yang memadai. A. Denah Ruangan Pintu masuk Kursi pasien

Meja administrasi sekaligus menjadi Meja sampling

Meja terima sampel, hematologi analyser dan Lemari es kecil

Kursi petugas

Tempat sampah infeksius

U Bak Cuci

Tempat sampah non infeksius

S

Etalase stok reagen basah dan diatasnya ada tempat pengecatan

Lemari berkas dan tempat stik

Lemari berkas dan tempat centrifuge

Keterangan : a. Luas ruangan 3x2 m2 b. Ruangan kecil c. Memiliki ventilasi yang kurang memadai d. Memiliki cahaya yang kurang e. Lantai terbuat dari keramik f. Dinding dicat warna putih g. Ruangan ber AC

B. Standar Fasilitas 1. Sarana Persyaratan umum konstruksi ruang laboratorium sebagai berikut: 6

Kondisi No

Standar

di

MS

TMS

Puskesmas 1



Ukuran ruang minimal 3x4 3x2 m2 m2, kebutuhan luas ruang disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diselenggarakan oleh Puskesmas

2

Langit-langit berwarna

Berwarna

terang dan mudah

putih



dibersihkan. 3

Dinding berwarna terang,

Berwarna

harus keras, tidak berpori,

putih,

kedap air, dan mudah

keramik



bahan

dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (keramik). 4

Lantai harus terbuat dari

Lantai dari

bahan yang tidak licin,

keramik,

tidak berpori, warna

berwarna

terang, dan mudah

putih



dibersihkan serta tahan terhadap bahan kimia (epoxi, vinyl) 5

Pintu disarankan memiliki

Hanya terdiri

lebar bukaan minimal 100

dari 1 daun

cm yang terdiri dari 2 dua

pintu



daun pintu dengan ukuran 80 cm dan 20 cm. 6

Disarankan disediakan

Tidak ada

akses langsung (lubang/celah) bagi pasien untuk memberikan sampel dahak. 7



7



Kamar kecil/WC pasien

WC

laboratorium dapat

bergabung

bergabung dengan WC

dengan

pasien Puskesmas.

pasien

WC

puskesmas Keterangan : MS

= Memenuhi Syarat

TMS

= Tidak Memenuhi Syarat

2. Prasarana No

Jenis

Standar

Pencahayaan

Diperoleh

1.

Kondisi di Puskesmas

MS/TMS

Agak gelap

TMS

Jendela

TMS

setidaknya dari jendela dengan luas minimal 1,6 m2 Sirkulasi udara baik,

2.

12-15 ACH

pertukaran udara dari

Terbuka

dalam ruangan dapat mengalir ke luar ruangan 3.

Area pengambilan sampel

Exhauster

Ada tapi belum

dilengkapi exhauster yang

dipasang pada

terpasang

mengarah keluar

ketinggian + 120

bangunan Puskesmas ke

cm dari

area terbuka

permukaan lantai

Suhu udara nyaman

suhu

4.

TMS

Memakai AC

MS

Tidak ada

TMS

dipertahankan antara 220 C s/d 260C tidak boleh memakai kipas angin Pengambilan dahak

5.

dilakukan di ruangan terbuka yang telah disiapkan. Tersedia air

air bersih yang

6. 8

MS

mengalir dan debit air yang cukup pada bak cuci. Air tersebut harus memenuhi syarat kesehatan Limbah padat

tersedia wadah

7.

Ada

MS

Tidak ada

TMS

(tempat sampah) khusus/terpisah yang dilengkapi dengan penutupnya untuk pembuangan limbah padat medis infeksius dan non infeksius pada laboratorium. Pengelolaan (pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan) limbah padat dilakukan sesuai prosedur dan peraturan yang berlaku Limbah cair

diolah pada

8.

sistem/instalasi pengolahan air limbah Puskesmas.

9

3. Perlengkapan STANDAR JUMLAH MINIMAL

KEADAAN RIIL

I. Set Laboratorium 1. Batang Pengaduk

3 buah

Ada 3

2.

Beker Gelas

3 buah

Ada 3

3.

Botol Pencuci

1 buah

Ada 1

4.

Corong Kaca (5 cm)

3 buah

Ada 2

5.

Erlenmeyer, Gelas

2 buah

Ada 2

6.

Fotometer

1 buah

Ada 1

7.

Gelas Pengukur (100 cc)

1 buah

Ada 1

8.

Gelas Pengukur (16 Oz/500 ml)

1 buah

Tidak ada

9.

Hematology Analizer (HA)

1 set

Ada 1

1 set

Ada 2

11. Lemari Es

1 buah

Ada 1

12. Mikroskop Binokuler

1 buah

Ada 1

13. Pipet Mikro 5-50, 100-200, 500-1000 ul

1 buah

Ada 2

14. Pipet Berskala (Vol 1 cc)

3 buah

Tidak ada

15. Pipet Berskala (Vol 10 cc)

3 buah

Tidak ada

16. Pipet Tetes (Pipet Pasteur)

12 buah

Ada 3

NO

JENIS PERALATAN

10. Hemositometer Set/Alat Hitung Manual

17. Pot Spesimen Dahak Mulut Lebar 18. Pot Spesimen Urine (Mulut Lebar) 19. Rotator Plate

Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 1 buah

Ada banyak Tidak ada Tidak ada

20. Sentrifuse Listrik

1 buah

Ada 1

21. Sentrifuse Mikrohematokrit

1 buah

Tidak ada

22. Tip Pipet (Kuning dan Biru)

3 buah

Ada banyak

23. Tabung Kapiler Mikrohematokrit 24. Tabung Reaksi (12 mm) 25. Tabung Reaksi dengan tutup karet gabus

Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 12 buah

Tidak ada Ada banyak Tidak ada

26. Tabung Sentrifus Tanpa Skala

6 buah

Ada 5

27. Telly Counter

1 buah

Tidak ada

28. Termometer 0 – 50° Celcius

1 buah

Tidak ada

29. Urinometer (Alat Pengukur Berat Jenis Urine)

1 buah

Ada 1

30. Wadah Aquades

1 buah

Tidak ada

10

31. Westergren Set (Tabung Laju Endap Darah)

3 buah

Ada 9

II. Bahan Habis Pakai Ada banyak

2. Kawat Asbes

Sesuai Kebutuhan -

3. Kertas Lakmus

Sesuai Kebutuhan

Tidak ada

4. Kertas Saring

Sesuai Kebutuhan

5. Kaca Objek

Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan 3 buah

1. Blood Lancet dengan Autoklik

6. Kaca Penutup (Dek Glass) 7. Penghisap Karet (Aspirator)

Tidak ada

Ada

Ada banyak Ada banyak Ada 2

III. Perlengkapan 1. Kaki Tiga

1 buah

Ada 1

2. Lampu Spiritus

1 buah

Ada 1

3. Pembendung

1 buah

Ada 2

4. Penjepit Tabung dari Kayu

2 buah

Ada 2

5. Pensil Kaca

1 buah

Ada 10

6. Pemanas/Penangas dengan Air

1 buah

Tidak ada

7. Rak Pengering

1 buah

Tidak ada

8. Rak Pewarna Kaca Preparat

1 buah

Ada 2

9. Rak Tabung Reaksi

1 buah

Ada 3

10. Stopwatch

1 buah

Tidak ada

11. Sengkelit/Ose

3 buah

Ada 1

12. Sikat Tabung Reaksi

1 buah

Ada 1

13. Timer

1 buah

Tidak ada

1. Kursi Kerja

2 buah

Ada 2

2. Lemari Peralatan

1 buah

Ada 1

3. Meja Tulis ½ biro

1 buah

Tidak ada

IV. Meubelair

V. Pencatatan dan Pelaporan Sesuai Kebutuhan Sesuai Kebutuhan

1. Buku register pelayanan 2. Formulir Informed Consent 3.

Formulir dan Surat Keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan

11

Sesuai Kebutuhan

Ada Ada Ada

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN 

Jenis Pelayanan Pelayanan Laboratorium hanya dilakukan di dalam gedung meliputi: 1. Pemeriksaan Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jpp dan Gula Darah Acak 2. Pemeriksaan Cholesterol Total 3. Pemeriksaan Asam Urat 4. Pemeriksaan Darah Lengkap 5. Pemeriksaan Hemoglobin 6. Pemeriksaan Widal 7. Pemeriksaan Golongan Darah 8. Pemeriksaan BTA Sputum 9. Pemeriksaan Urin Lengkap 10. Pemeriksaan sedimen



Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan Petugas Laboratorium mencatat setiap identitas lengkap pasien yang melakukan pemeriksaan Laboratorium pada : a. Register Pada register memuat identitas pasien yaitu nama, umur, alamat dan pasien tersebut mempunyai kartu bpjs ataupun pasien umum serta memuat hasil pemeriksaan Laboratorium pasien. b. Informer consent

c. Lembar hasil pemeriksaan Laboratorium Pada lembar hasil pemeriksaan Laboratorium memuat identitas pasien yaitu nama, umur, alamat dan tanggal pemeriksaan. Dan memuat hasil pemeriksaan serta nilai normal untuk masing-masing pemeriksaan serta ada tanda tangan petugas Laboratorium yang melakukan pemeriksaan. 2. Pelaporan d. Bulanan Data hasil pemeriksaan pasien di Laboratorium selama 1 bulan di rekapitulasi jumlah kunjungan, jumlah tiap jenis pemeriksaan dan dilaporkan melalui google drive ke Dinas Kesehatan Jombang. 12

e. Tahunan Pelaporan dibuat satu tahun sekali, data pemeriksaan Laboratorium selama setahun di rekapitulasi dan dituangkan ke dalam laporan penilaian kerja Puskesmas 

Alur pelayanan Laboratorium

PASIEN

PENDAFTARAN

1. RUANG PEMERIKSAAN UMUM 2. RUANG PEMERIKSAAN KIA 3. RUANG PEMERIKSAAN GIGI

RUANG PEMERIKSAAN LABORATORIUM

PEMBAYARAN KEMBALI KE POLI PENGIRIM PENGAMBILAN HASIL LAB

B. METODE 1. Promotif Upaya promotif adalah serangkain kegiatan yang lebih mengutamakan kegiatan promosi. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat merupakan salah satu upaya promotif yang biasanya dilakukan di Puskesmas. Menggunakan Lieflet, brosur adalah salat satu media promotif yang digunakan di Laboratorium Puskesmas Megaluh. 2. Preventif Upaya preventif adalah serangkain kegiatan pencegahan terhadap sesuatu yang tidak diinginkan. Untuk pencegahan hal-hal yang tidak diinginkan di Laboratorium Puskesmas Megaluh adalah dengan melakukan segala tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku di Puskesmas. Dan juga harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk mencegah terjadinya penularan infeksi atau bakteri dari pasien ke petugas atau dari pasien ke pasien lainnya. 3. Kuratif 13

Upaya kuratif adalah serangkaian kegiatan pengobatan akibat penyakit, pengendalian penyakit atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin. Kebanyakan pasien yang datang ke Laboratorium adalah individu, kelompok atau masyarakat. Pasien datang ke Laboratorium agar bisa mendapatkan tindakan yang cepat dan tepat untuk hasil pemeriksaan Laboratorium. Dan bertujuan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat atau menyembuhkan penyakit yang di derita pasien. C. LANGKAH KEGIATAN Standar Operasional Prosedur 

SOP permintaan pemeriksaan Laboratorium 1. Jika pasien tersebut dari ruang Umum/KIA/Gigi, maka petugas ruangan tersebut memberikan Form Permintaan Pemeriksaan Laboratorium yang berisikan data pasien dengan identitas lengkap untuk dibawa ke ruang laboratorium. 2. Memastikan persyaratan pemeriksaan laboratorium sudah dilakukan dengan benar. 3. Menanyakan Identitas pasien sesuai yang tercantum pada Formulir Permintaan. 4. Mengambil

sampel/ bahan

pada

pasien

sesuai dengan

Prosedur

Pengambilan Sampel untuk pemeriksaan yang tercantum pada Formulir Permintaan Pemeriksaan Laboratorium. 

SOP penerimaan spesimen 1. Petugas menerima blanko permintaan pemeriksaan Laboratorium 2. Petugas mempersilahkan pasien duduk 4. Petugas menanyakan ulang identitas pasien 5. Petugas menerima spesimen dari pasien yang datang ke Laboratorium 6. Petugas menaruh spesimen di atas meja pemeriksaan sesuai pemeriksaan yang diminta 7. Petugas memberitahu waktu pengambilan hasil pemeriksaan.



SOP pengambilan spesimen 1. Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan tertentu : a. Bersih, kering, tidak mengandung bahan kimia/deterjen, b. Terbuat dari bahan yang tidak mempengaruhi spesimen. c. Mudah dicuci atau dibersihkan dari sampel sebelumnya. 2. Wadah spesimen harus memenuhi : a. Terbuat dari gelas atau plastik. b. Tidak bocor atau merembes. c. Harus dapat ditutup rapat dengan tutup berulir. 14

d. Besar wadah disesuaikan dengan volume specimen e. Bersih dan kering f. Tidak mempengaruhi sifat zat-zat dalam spesimen g. Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen. 3. Pengawet

: Diberikan

agar

sampel

yang

akan

diperiksa

dapat

dipertahankan kondisi dan jumlahnya dalam waktu tertentu. Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah. 4. Waktu : Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama untuk pemeriksaan Kimia klinik, Hematologi dan Imunologi karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal. 5. Lokasi : Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Spesimen untuk pemeriksaan menggunakan darah vena umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis tangan bagian tepi. Tempat yang dipilih tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah bekas luka dan radang. 6. Volume : Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang diperiksa. 7. Teknik Pengambilan : Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya. 

SOP penyimpanan spesimen 1. Slide dimasukkan kedalam kotak slide, diganjal dengan tissue, kemudian kotak slide diberi etiket. 2. Darah EDTA dimasukkan ke dalam lemari es suhu 2–80C 3. Serum dalam cryovial (disimpan dalam tabung kaca), dimasukkan kedalam lemari es suhu 2–80C (hanya tahan < 2 hari.



SOP pemeriksaan Laboratorium yang beresiko tinggi 1. Petugas menyiapkan alat pelindung diri ( jas laboratorium, masker, sarung tangan ) 2. Petugas menggunakan alat pelindung diri ( jas laboratorium, masker, sarung tangan ) 3. Petugas melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan memperlakukan semua sampel sebagai bahan infeksius 4. Petugas cuci tangan dengan sabun yang mengandung desinfektan.



SOP kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas 15

1. Petugas mengecek ruangan laboratorium dan peralatan didalamnya sebelum pelayanan 2. Petugas selalu memastikan suhu ruangan laboratorium 3. Petugas menempatkan reagen–reagen di tempat yang sesuai standart (reagen tidak ditempatkan pada meja pengambilan spesimen) 4. Petugas membersihkan meja dengan desinfektan 5. Petugas selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan laboratorium 6. Petugas selalu menggunakan alat pelindung diri sebelum melakukan tindakan (semua sampel di anggap infeksius) 7. Petugas selalu membaca petunjuk penggunaan peralatan dan reagenreagen sebelum menggunakannya 8. Petugas selalu mencuci dan mensterilkan peralatan sesudah digunakan 9. Petugas membuang alat dan bahan habis pakai setelah digunakan ke dalam sampah medis atau safety box yang telah disediakan 10. Petugas tidak boleh makan, minum dan merokok di dalam ruang laboratorium. 

SOP penggunaan alat pelindung diri (APD) 1. Petugas laboratorium melakukan cuci tangan sesuia prosedur 2. Petugas menyiapkan alat pelindung diri (jas laboratorium, masker, sarung tangan) 3. Petugas laboratorium memakai pelindung kaki 4. Petugas memakai masker 5. Petugas laboratorium memakai pelindung mata 6. Petugas laboratorium memakai jas dan celemek 7. Petugas laboratorium memakai sarung tangan.



SOP pengelolaan bahan berbahaya dan beracun 1. Petugas menyediakan bahan kimia di ruang laboratorium dalam jumlah secukupnya. 2. Petugas membuat kartu stok penggunaan bahan berbahaya dan beracun 3. Petugas membuat label khusus pada bahan kimia berbahaya dan mudah terbakar. 4. Petugas menyimpan bahan berbahaya dan beracun yang mudah terbakar dalam ruang yang terpisah. 5. Petugas tidak menyimpan bahan berbahaya sesuai abjad namun berdasarkan klasifikasinya. 6. Petugas menjauhkan bahan berbahaya dan baracun dari sumber api dan sinar matahari langsung. 16



SOP pengelolaan limbah hasil pemeriksaan Laboratorium 1. Petugas menyiapkan tempat sampah yang berlapis plastik dan memberi keterangan sampah medis dan non medis pada tempat sampah tersebut 2. Petugas menempatkan limbah medis dan non medis pada tempat yang berbeda 3. Petugas memasukkan larutan lisol/bayclin kedalam pot yang berisi sisa sampel sputum hasil pemeriksaan BTA dan dimasukkan sampah medis 4. Petugas menempatkan sampah medis spuit dan blood lancet pada satu wadah khusus berupa sebuah box kertas atau safety box 5. Petugas

menampung

limbah

cair(sisa

sampel

darah,alat

DL

dan

photometer)pada jirigen yang terisi klorin 6. Petugas menyerahkan kepada sanitarian apabila safety box, penampung sampel pada jiregen tersebut sudah terisi penuh danterisi ¾ limbah dari tempat sampah. 

SOP pengelolaan reagen 1. Petugas membuat kartu stok pemakaian reagen 2. Reagen yang lebih dulu masuk dan ED (Expired Date) pendek persediaan harus digunakan lebih dahulu 3. Petugas menempatkan reagen pada tempat yang sesuai 4. Petugas menyimpan reagen pada tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung 5. Petugas menyimpan reagen pada suhu kamar atau suhu dingin (2o C – 8o C) tergantung jenis reagen.



SOP pengelolaan limbah 1. Petugas menyiapkan tempat sampah dan memberi label pada tempat sampah tersebut 2. Petugas menempatkan sampah pada satu tempat sampah khusus untuk sampah medis yang sudah diberi tanda dan dilapis plastik berwarna kuning. 3. Petugas menyerahkan sampah medis tersebut kepada petugas sanitarian. 4. Petugas memasukkan larutan lisol kedalam pot yang berisi sisa sampel sputum hasil pemeriksaan BTA. 5. Petugas menutup pot sputum kembali dengan rapat, dimasukan kedalam kantong plastik dan diikat kemudian buang pada tempat sampah medis 6. Petugas menempatkan limbah cair (darah, limbah DL dan photometer) pada jirigen yang terisi klorin 7. Petugas menempatkan sampah medis spuilt dan blood lancet pada satu wadah khusus berupa sebuah box kertas yang berwarna kuning bertuliskan safety box. 17

8. Petugas menyerahkan kepada sanitarian apabila safety box tersebut sudah terisi penuh. 9. Petugas sanitarian membakar sampah medis dan sampah sisa hasil pemeriksaan 

SOP pengambilan darah kapiler 1. Petugas menyiapkan lancet, kapas alkohol dan kapas kering 2. Petugas membersihkan ujung jari (jari tengah atau jari manis) atau tumit ( jari ke-3 atau jari ke-4) yang akan diambil darahnya dengan kapas Alkohol 70%, biarkan kering sendiri 3. Petugas memegang bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit, tusuk dengan lancet steril sedalam kurang lebih 3mm (pada bayi tidak boleh lebih 2,5 mm) dan darah harus keluar dengan sendirinya 4. Petugas menghapus tetesan darah pertama dengan kapas kering 5. Tetesan berikutnya dipergunakan untuk pemerikasaan 6. Petugas memberi kapas alkohol pada jari bekas tusukan.



SOP pengambilan darah vena 1. Petugas menyiapkan spuit, kapas alkohol, torniquet 2. Petugas meletakkan tangan pasien lurus di atas meja dengan telapak tangan menghadap ke atas, pasang tourniquet untuk membendung aliran darah dan Petugas menyuruh pasien mengepal tanganya untuk menguji pembuluh darah 3. Petugas mencari lokasi pembuluh darah yang akan ditusuk dengan ujung telunjuk kiri dalam keadaan tangan pasien mengepal. 4. Petugas membersihkan lokasi pengambilan darah dengan kapas Alkohol 70% membiarkan kering 5. Masukkan jarum dengan sisi miring menghadap ke atas membentuk sudut ± 25 derajat 6. Petugas membuka kepalan tangan pasien lalu ambil darah sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan 7. Petugas mencabut spuit dan meletakkan kapas alkohol dan ditutup dengan plaster 8. Petugas memasukkan spesimen kedalam botol melalui pinggir botol dg sebelumnya melepas jarum spuit dan memberi identitas nama pasien dengan label



SOP pengambilan spesimen sputum 1. Petugas menyiapkan alat dan bahan (pot sputum bermulut lebar , bersih dan steril) 18

2. Petugas menyiapkan label 3. Petugas memberikan pot sputum yang telah diberi label nama kepada pasien dan mengarahkan pada pasien untuk dahak di luar ruangan 4. Petugas memberi pot sputum kepada pasien dibawa pulang untuk pengambilan dahak pagi dan siang untuk esok hari 5. Petugas menganjurkan pasien untuk datang pada hari berikutnya untuk menyerahkan dahak pagi sewaktu sebelum berangkat ke laboratorium 6. Petugas melihat kualitas sampel ada darah apa tidak baru bisa melanjutkan pemeriksaan. 

SOP pengambilan spesimen urin 1. Petugas menyiapkan botol urin yang sudah diberi label nama 2. Petugas memberi tempat sampel yang telah diberi label nama pada pasien 3. Petugas menyuruh pasien untuk menempatkan sampel urin dalam pot urin 4. Petugas menyuruh pasien untuk mengambil sampel urin dikamar mandi 5. Petugas menerima sampel dari pasien.



SOP pengambilan spesimen tinja 1. Petugas menyiapkan pispot dan beri label 2. Memberitahu pasien tujuan dan prosedur tindakan 3. BAB ditempat kering tidak boleh tercampur dengan urin atau darah haid 4. Setelah selesai BAB, buka tutup pispot kemudian ambil feses dengan lidi + 5 gram (cair 15-30 ml) 5. Masukkan pada pispot yang dibuka tadi kemudian tutup rapat.



SOP pemeriksaan asam urat dengan strips test 1. Menyiapkan alat dan memasang handscoon 2. mencocokkan kode chip yang ada dialat dengan kode strips, pastikan kode sama. 3. Membuka botol stik asam urat dan memasang pada alat 4. Memasukkan stik asam urat pada colokkan yang ada pada alat EASY TOUCH 5. Menunggu sampai monitor alat menampilkan gambar tetesan darah, menandakan stik reagen siap untuk dimasukkan darah 6. Melakukan pengambilan darah kapiler 7. Memasukkan darah pada stik reagen yang sudah dipasang pada alat 8. Menutup bekas tusukkan pasien dengan kapas 9. Menunggu sampai hasil terbaca pada layar kurang lebih 20 detik 10. Mencabut stik yang sudah digunakan 11. Menulis hasil pada register



SOP pemeriksaan BTA 19

 PEMBUATAN SEDIAAN 1. Kaca obyek diberi no. Kode pada sisi kanan kaca obyek. 2. Pilih bagian dahak yang kental, warna kuning kehijauan, atau

pus.

Ambil sedikit bagian tersebut dengan memakai ose / tusuk gigi. 3. Ratakan di atas kaca obyek dengan ukuran 2 – 3 cm. Apusan dahak jangan terlalu tebal/tipis. Keringkan pada suhu kamar. 4. Setelah itu sediaan langsung diwarnai dengan pewarnaan Ziehl Neelsen.  PEWARNAAN ZIEHL NEELSEN 1. Letakkan sediaan diatas rak pewarna, kemudian tuang larutan Carbol Fuchsin sampai menutupi seluruh sediaan. 2. Panasi sediaan secara hati-hati diatas api sampai keluar uap tetapi jangan sampai mendidih. Biarkan selama 5 menit 3. Cuci dengan air mengalir. 4. Tuang HCL-Alkohol 3% sampai warna merah dari Fuchsine hilang tunggu 2 menit. 5. Cuci dengan air mengalir. 6. Tuangkan larutan Methyline Blue 0,1 % dan tunggu 10 – 20 detik. 7. Cuci dengan air mengalir. 8. Keringkan di rak pengering  PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS 1. Siapkan sediaan BTA 2. Letakkan pada meja mikroskop 3. Set objektif 10 X 4. Periksa dan cari lapang pandang yanglekosit merata 5. Teteskan oil emersi 6. Putar objektif ke pembesaran 100 x 7. Cari bakteri tahan asam ( batang warna merah ) dalam 100 lapang pandang. 8. Laporkan. Menurut skala IUATLD 

Negatif bila tidak ditemukan



Pos 1 bila ditemukan 10 – 99 dalam 100 LP



Pos 2 bila ditemukan 1-9 / LP



Pos 3 Bila ditemukan >10 / LP

9. Hasil pemeriksaan dicatat di Buku Register 

SOP pemeriksaan tinja 1. Siapkan obyek glass yang kering, bersih dan steril 2. Teteskan eosin 2% pada obyek glass 3. Ambil sedikit feses, aduk dengan tetesan eosin 20

4. Tutup dengan cover glass 5. Lihat pada mikroskop perbesaran 45 X , lihat adanya telur cacing, larva, bakteri, Amuba, eritrosit, lekosit dan lain lain 6. Hasil dicatat pada buku register 

SOP pemeriksaan glukosa darah dengan strips test 1. Menyiapkan alat dan memakai handscoon 2. mencocokkan kode chip yang ada di alat dengan kode strips, pastikan kode sama. 3. Membuka bungkus stik glucose dan memasang pada alat 4. Memasukkan stik glucose pada colokkan yang ada pada alat Easytouch 5. Menunggu sampai monitor alat menampilkan gambar tetesan darah, menandakan stik reagen siap untuk dimasukkan darah 6. Melakukan pengambilan darah kapiler 7. Memasukkan darah pada stik reagen yang sudah dipasang pada alat 8. Menutup bekas tusukkan pasien dengan kapas 9. Menunggu sampai hasil terbaca pada layar kurang lebih 10 detik 10. Mencabut stik yang sudah digunakan 11. Menulis hasil pada register



SOP pemeriksaan golongan darah 1. Ambil darah kapiler dari ujung

jari pasien dengan menggunakan Blood

Lancet 2. Teteskan darah kapiler pada cover glass di tiga tempat berbeda. 3. Pada tetesan darah 1 tambahkan 1 tetes anti A (warna biru) 4. Pada tetesan darah 2 tambahkan 1 tetes anti B (warna kuning) 5. Pada tetesan darah 3 tambahkan 1 tetes anti AB ( tidak berwarna ) 6. Baca Hasil : 

Gol. Darah A

:

Aglutinasi pada tetes darah 1 dan 3



Gol Darah B

:

Aglutinasi pada tetes darah 2 dan 3



Gol. Darah AB

:

Aglutinasi pada semua tetes darah



Gol Darah O

:

Tidak ada Aglutinasi pada semua tetes darah

7. Catat hasil pada Buku Register 

SOP pemeriksaan HB 1. Siapkan sampel darah. 2. Isi tabung sahli dengan Hcl 0,1 N sampai tanda 2 3. Hisap darah menggunakan pippet sahli sampai tanda garis (20 mikro liter) 4. Bersihkan dengan tisu, bagian luar pipet yang terkena darah sampel. 5. Masukkan darah kedasar tabung sahli yang telah diisi Hcl dengan pelan pelan 21

6. Bilas pipet dengan bagian atas cairan hcl yang bening. 7. Kocok sampai homogen 8. Diamkan 5 menit 9. Encerkan pelan pelan sambil diaduk sampai perubahan warna yang terjadi sama dengan warna standart. 10. Nilai Hb dilihat dari skala yang ditunjukkan batas atas cairan 11. Catat hasil pemeriksaan pada buku register. 

SOP pemeriksaan kehamilan 1. Siapkan urine sampel. 2. Celupkan strip One Med pada sample urine sampai tanda panah batas garis. 3. Tunggu selama 30-60 detik 4. Angkat strip, tunggu 1-3 menit, baca hasilnya 5. Baca, bila positif (+) keluar tanda dua garis merah muda dan bila negatif (-) keluar tanda satu garis merah muda 6. Catat hasil pada Buku Register



SOP pemeriksaan urin lengkap 1. Siapkan sampel urine 2. Tuang sampel urine kedalam tabung reaksi 3. Ambil stik urine 4. Celupkan Stick Uristik ke dalam tabung yang berisi urine selama + 1 menit 5. Tiriskan dengan tisu 6. Kemudian baca perubahan warna yang terjadi dengan menyamakan warna pada botol uristik, untuk mengetahui keadaan kimiawi urineb selama 30-60 detik 7. Catat hasil pada Buku Register Hasil Urine Lengkap



SOP pemeriksaan kolesterol dengan strip test 1. Menyiapkan alat dan memasang handscoon 2. mencocokkan kode chip yang ada dialat dengan kode strips, pastikan kode sama. 3. Membuka botol stik kolesterol dan memasang pada alat 4. Memasukkan stik kolesterol pada colokkan yang ada pada alat EASY TOUCH 5. Menunggu sampai monitor

alat menampilkan gambar tetesan darah,

menandakan stik reagen siap untuk dimasukkan darah 6. Melakukan pengambilan darah kapiler 7. Memasukkan darah pada stik reagen yang sudah dipasang pada alat 8. Menutup bekas tusukkan pasien dengan kapas 22

9. Menunggu sampai hasil terbaca pada layar kurang lebih 150 detik 10. Mencabut stik yang sudah digunakan 11. Menulis hasil pada register 

SOP pemeriksaan sedimen 1. Siapkan sampel urine 2. Masukkan urine ke dalam tabung sampai 3/4 bagian tabung . 3. Masukkan kedalam centrifuge. 4. Atur kecepatan 3000 rpm , waktu selama + 5 menit. 5. Nyalakan centrifuge 6. Setelah centrifuge berhenti, ambil tabung sampel tersebut. 7. Buang cairan supernatannya 8. Ambil filtratnya kemudian teteskan pada objek glass, dan tutup dengan cover glass. 9. Baca pada mikroskop dengan pembesaran lensa objektif 40x untuk mengetahui kandungan sedimen secara mikroskopis. 10. Catat hasil pada Buku Register



SOP pemeriksaan widal 1. Melakukan pengambilan darah vena 2. Mensentrifuge darah untuk mendapatkan serum/plasma 3. Memipet darah yang sudah di centrifuge ( Serum/ plasma) 4. Memipet serum atau plasma dengan menggunakan pipet mikro sebanyak 20 ul dan letakkan pada obyek glass, mengulangi pemipetan hingga 4 titik pada objek glass 5. Meneteskan anti salmonela A,B,O dan H diatas serum/ plasma yang sudah diletakkan diatas kaca slide. 6. Aduk sebentar sampai homogen 7. Meletakkan kaca obyek diatas rotator, putar selama ± 2 menit 8. Baca pada mikroskop dengan pembesaran 10x 9. Jika terjadi aglutinasi hasil positif sesuai dengan titer. 10. Jika tidak terjadi aglutinasi hasil negative 11. Catat hasil pada buku register

23

BAB V LOGISTIK

Logistik adalah suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta penghapusan material/alat-alat. Logistik diartikan pula sebagai bagian dari instansi yang tugasnya menyediakan barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasionalnya instansi tersebut dalam jumlah,kualitas dan pada waktu yang tepat (sesuai kebutuhan) dengan harga serendah mungkin. Adapun kegiatan logistik meliputi mengadakan pembelian, inventory dan stock control, penyimpanan dan pengembangan, produksi dan operasional, keuangan, akuntansi manajeman, penjualan dan distribusi serta informasi. Kegiatan logistik mempunyai tiga tujuan yaitu tujuan operasional, keuangan dan pengamanan. Tujuan operasional adalah bahwa logistik bagaimana agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai. Tujuan keuangan adalah bagaimana upaya tujuan operasional dapat terlaksana dengan dengan biaya yang serendah-rendahnya. Sedangkan tujuan pengamanan adalah bagaimana agar persediaan tidak terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian dan penyusutan yang tidak wajar. Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran, pemeliharaan, serta penghapusan. a. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan Fungsi

perencanaan

merupakan

fungsi

yang

mencakup

aktivitas

dalam

menetapkan sasaran, pedoman, dan pengukuran penyelenggaraan dalam bidang logistik. Sedangkan penentuan kebutuhan adalah rincian dari fungsi perencanaan dengan

memepertimbangkan

faktor-faktor

yang

yang

mempengaruhinya.

Perencanaan pengadaan barang logistik harus dilaksanakan secara hati-hati, sehingga logistik selalu tersedia setiap dibutuhkan dalam jumlah yang cukup dan mutu yang baik. b. Fungsi penganggaran Fungsi ini merupakan kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala standar,yaitu mata uang dan jumlah biaya dengan memeperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku terhadapnya. c. Fungsi pengadaan

24

Fungsi pengadaan merupakan usaha dan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan, penentuan kebutuhan maupun penganggaran d. Fungsi penyimpanan dan penyaluran Merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan dan penyaluran perlengkapan yang telah diadakan melalui fungsi terdahulu untuk kemudian disalurkan ke instansi pelaksana. e. Fungsi pemeliharaan Adalah usaha untuk mempertahankan kondisi teknis, daya guna dan daya hasil barang inventaris. f. Fungsi penghapusan Berupa kegiatan dan usaha pembebasan barang dari pertanggung jawaban yang berlaku. Disebut juga sebagai usaha untuk menghapus kekayan karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis, kelebihan, hilang, susut atau hal lain sesuai dengan perundangan yang berlaku. g. Fungsi pengendalian Merupakan fungsi inti dari pengelolaan perlengkapan yang meliputi usaha untuk memonitor dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik. Unsur kegiatan utama dalam fungsi ini adalah pengendalian inventarisasi dan ekpedisi. Perencanaan logistik untuk kegiatan pelayanan Laboratorium direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini Puskesmas sesuai dengan tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan. Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatan pelayanan maka diperlukan perencanaan yang tepat. Perencanaan logistik meliputi penyediaan kebutuhan

sarana

dan

prasarana

pada

saat

dilakukan

tindakan

pelayanan

Laboratorium antara lain berbagai alat penunjang pemeriksaan Laboratorium, formulir pencatatan dan pelaporan yang jenis dan jumlah logistik ditentukan berdasarkan kebutuhan selama setahun, disusun dalam suatu perencanaan.. Perencanaan sarana dan prasara yang dimaksud antara lain : No

Nama Perlengkapan

Jumlah Kebutuhan

1.

Gelas Pengukur (16 Oz/ 500 mL)

1 buah

2.

Pipet berskala (vol 1 cc)

3 buah

3.

Pipet berskala (vol 10 cc)

3 buah

4.

Pot Spesimen Urine

Sesuai kebutuhan

5.

Rotator Plate

1 buah

6.

Sentrifus hematokrit

1 buah

7.

Tabung kapiler hematokrit

Sesuai kebutuhan

25

8.

Tabung reaksi dengan tutup karet

12 buah

9.

Tell Counter

1 buah

10.

Termometer 0 – 50° Celcius

1 buah

11.

Wadah aquades

1 buah

12.

Kertas Lakmus

Sesuai kebutuhan

13.

Pemanas/Penangas dengan Air

1 buah

14.

Rak Pengering

1 buah

15.

Stopwatch

1 buah

16.

Timer

1 buah

17.

Meja Tulis ½ biro

1 buah

26

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN PROGRAM

Tujuan dari ditetapkannya sasaran keselamatan pasien adalah untuk mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien. Sasaran menyoroti bagian-bagian yang bermasalah dalam pelayanan kesehatan dan menjelaskan bukti serta solusi dari konsensus berbasis bukti dan keahlian atas permasalahan ini. Untuk meningkatkan keselamatan pasien perlu dilakukan pengukuran terhadap sasaran-sasaran keselamatan pasien. Indikator pengukuran sasaran keselamatan pasien seperti pada tabel berikut ini:

NO

INDIKATOR SASARAN KESELAMATAN PASIEN

TARGET

1.

Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien

100%

2.

Terlaksananya komunikasi yang efektif dalam pelayanan

100%

klinis 3.

Tidak terjadinya kesalahan prosedur tindakan medis

100%

4.

Pengurangan terjadinya risiko infeksi di Puskesmas

≥75%

5.

Tidak terjadinya pasien jatuh

1.

Tidak terjadinya kesalahan identifikasi pasien Identifikasi pasien yang tepat meliputi tiga detail wajib, yaitu: nama, umur, nomor rekam medis pasien. Kegiatan identifikasi pasien dilakukan pada saat pengambilan spesimen atau pemberian tindakan

2.

Terlaksananya komunikasi yang efektif dalam pelayanan klinis Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh

resipien/penerima akan

mengurangi

kesalahan,

dan

menghasilkan

peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera/ cito. 3.

Tidak terjadi kesalahan prosedur tindakan medis Dalam melaksanakan tindakan medis, petugas harus selalu melaksanakannya sesuai prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi pasien yang akan mendapatkan tindakan medis perlu dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian prosedur.

4.

Pengurangan terjadinya risiko infeksi di puskesmas 27

Agar tidak terjadi risiko infeksi, maka semua petugas Puskesmas Megaluh menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan 5 langkah dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Lima langkah cuci tangan pakai sabun harus dilaksanakan pada lima keadaan, yaitu: a. Sebelum kontak dengan pasien b. Setelah kontak dengan pasien c. Sebelum tindakan aseptik d. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien. 5. Tidak terjadinya pasien jatuh

Agar pasien tidak jatuh, maka petugas harus mengkondisikan permukaan lantai

bersih dan kering yaitu dengan membersihkan semua tumpahan.dan juga bed untuk tindakan jangan terlalu tinggi agar mudah dijangkau dan pasien tidak terjatuh..

28

BAB VII KESELAMATAN KERJA

Laboratorium sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya beragam terhadap kesehatan. Faktor yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja,proses kerja,cara kerja,alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Tujuan dari pengenalan potensi bahaya di Laboratorium dan masalah yang ditimbulkannya adalah agar petugas Laboratorium dapat melakukan pengendalian resiko dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pekerjaan. A. Identifikasi Potensi Bahaya di Laboratorium Ruang lingkup pelayanan Laboratorium meliputi pelayanan di dalam gedung. MASALAH NO

POTENSI BAHAYA

JEHIS BAHAYA

KESEHATAN/KECELAKAAN KERJA

1.

Kecelakaan kerja

Benda tajam,alat medis

Tertusuk, terbakar

2.

Biologi

Mikroorganisme,virus

Infeksi hepatitis, TBC, influenza,

bakteri dll

HIV

3.

Kimia

Mercuri, klor etil,clorin

4.

Psikososial

Bekerja yang monoton

Gangguan SSP, ginjal, dermatitis Stres kerja

B. Pengendalian Resiko Dengan Upaya; 1. Promotif Menginformasikan potensi bahaya ditempat kerja kepada seluruh petugas 2. Preventif a. Penerapan prinsip pencegahan meliputi cuci tangan pakai sabun, memakai Alat Pelindung Diri (APD) seperti jas Laboratorium, handscone, masker dan tidak makan dan minum di dalam Laboratorium. b. Deteksi dini melalui medical check up, pemeriksaan berkala pada petugas kesehatan 3. Kuratif Melakukan pengobatan penyakit akibat kerja C. Penatalaksanaan limbah hasil pemeriksaan Laboratorium

29

NO

JENIS LIMBAH

ASAL

PERLAKUAN

1

Limbah domestik

Kardus bahan laboratorium, plastik lain yang tidak infeksius, kertas

 Ditampung dalam tempat sampah non medis  Selanjutnya di bawa ke TPA

2.

Limbah patologis

Limbah berasal dari organ tubuh misalnya darah, sputum (dahak), urin

 Masukkan dalam kontener kuat dan tidak bocor (sampah medis)  Tidak boleh dicampur dengan limbah lain  Penyimpanan di Puskesmas tidak boleh lebih dari 48 jam sejak mulai dari penyimpanan

3.

Limbah logam berat

Berasal dari alat medis  yang mengandung logam berat

30

Penampungannya sampah medis

di

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

A. BAKUAN MUTU Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu kewaktu, diperlukan bakuan mutu berupa pedoman/bakuan yang tertulis yang dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana. 1. Tiap pelaksana yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana prosedur melakukan suatu aktifitas. 2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelatihan bagi tenaga pelaksana baru yang akan dipercayakan untuk mengerjakan suatu aktifitas. 3. Kegiatan yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur baku yang tertulis akan menjamin konsistensinya mutu hasil yang dicapai. 4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab Laboratorium. 5. Standar Operasional Prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh tenaga teknis Laboratorium dan disahkan oleh penanggung jawab Laboratorium Puskesmas. B. PEMANTAPAN MUTU Pemantapan mutu (quality assurance) Laboratorium adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan. Kegiatan ini berupa Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal (PME) dan Peningkatan Mutu. 1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/Internal Quality Control) Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh setiap laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan atau penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat. a. Manfaat: 1. Pemantapan

dan

penyempurnaan

metode

pemeriksaan

dengan

mempertimbangkan aspek analitik dan klinis. 2. Mempertinggi kesiagaan tenaga, sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi dan perbaikan penyimpanan dapat dilakukan segera. 3. Memastikan bahwa semua proses mulai dari persiapan pasien, pengambilan, pengiriman, penyimpanan dan pengolahan dan pemeriksaan spesimen sampai dengan pencatatan dan pelaporan telah dilakukan dengan benar. 4. Mendeteksi penyimpangan dan mengetahui sumbernya. 5. Membantu perbaikan pelayanan kepada pelanggan (customer) b. Cakupan 31

Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi aktivitas: tahap pra analitik, tahap analitik dan tahap pasca-analitik. 1. Tahap Pra-Analitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien, mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim spesimen rujukan sampai dengan menyimpan spesimen. a. Persiapan pasien Sebelum spesimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan b. Penerimaan spesimen Petugas penerimaan spesimen harus memeriksa kesesuaian antara spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat kondisi fisik spesimen tersebut pada saat diterima antara lain volume, warna, kekeruhan, dankonsistensi. Spesimen yang tidak sesuai dan tidak memenuhi persyaratan hendaknya ditolak. Dalam keadaan spesimen tidak dapat ditolak (via pos,ekspedisi), maka perlu dicatat dalam buku penerimaan spesimen dan formulir hasil pemeriksaan c. Penanganan spesimen Pengelolaan

spesimen

dilakukan

sesuai

persyaratan,

kondisi

penyimpanan spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan-pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman spesimen sudah benar d. Pengiriman spesimen Spesimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta. Jika Laboratorium Puskesmas tidak mampu melakukan pemeriksaan, maka spesimen dikirim ke Laboratorium lain dan sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil e. Penyimpanan spesimen Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dengan

memperhatikan

jenis

pemeriksaan

yang

akan

diperiksa.

Beberapa cara menyimpan spesimen antara lain : 

Disimpan pada suhu kamar (Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan Vibrio cholera).



Disimpan dalam lemari es dengan suhu 00C.



Dapat diberikan bahan pengawet.



Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.

32

2. Tahap Analitik adalah tahap mulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi dan memelihara alat Laboratorium, uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan spesimen. a. Persiapan reagen Reagen memenuhi syarat sesuai standar yang berlaku, masa kadaluarsa tidak terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, cara pengenceran sudah benar b. Kalibrasi dan pemeliharaan peralatan Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan Laboratorium adalah peralatan Laboratorium, wadah spesimen. Harus dilakukan kalibrasi dan pemeliharaan peralatan Laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah spesimen harus bersih dan tidak terkontaminasi. Contoh beberapa peralatan Laboratorium yang perlu dikalibrasi adalah: 

Lemari es (Refrigerator/freezer) Catat suhu setiap hari dengan thermometer, thermometer yang digunakan adalah thermometer standar lemari es yang mempunyai rentang suhu -30 0C – 50 0C



Micro Pipet



Sentrifus (Centrifuge)



Fotometer (Photometer)



Thermometer

c. Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol d. Pemeriksaan spesimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing-masing parameter 3. Tahap Pasca-Analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil pemeriksaan dan melakukan validasi hasil serta memberikan interpretasi hasil sampai dengan pelaporan. Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas antara lain: a. Pembuatan alur pasien, alur pemeriksaan, cara pengambilan spesimen. b. Pembuatan prosedur/instruksi kerja untuk pengambilan spesimen dan setiap jenis pemeriksaan. 2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control) Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar Laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu Laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Penyelenggaraan kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal dilaksanakan oleh pihak 33

pemerintah, swasta atau internasional. Setiap Laboratorium Puskesmas wajib mengikuti Pemantapan Mutu Eksternal yang diselenggarakan oleh pemerintah secara teratur dan periodik meliputi semua bidang pemeriksaan Laboratorium. Pemantapan mutu eksternal untuk berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada berbagai tingkatan, yaitu : a. Tingkat nasional/tingkat pusat

: Kementerian Kesehatan

b. Tingkat Regional

: BBLK

c. Tingkat Propinsi/wilayah

: BBLK/ BLK

Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat bagi Laboratorium Puskesmas, karena dari hasil evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance (penampilan/proficiency) Laboratorium yang bersangkutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Dalam melaksanakan kegiatan ini tidak boleh diperlakukan secara khusus, harus dilaksanakan oleh petugas yang biasa melakukan pemeriksaan tersebut serta menggunakan peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan, sehingga hasil pemantapan mutu eksternal tersebut benarbenar dapat mencerminkan penampilan Laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara dicatat dan dievaluasi untuk mencari penyebabpenyebab dan mengambil langkah-langkah perbaikan. 3. Peningkatan Mutu Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus menerus yang dilakukan oleh Laboratorium sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) untuk meningkatkan kinerja Laboratorium.

Indikator mutu kegiatan pelayanan Laboratorium meliputi: NO 1.

INPUT

STANDAR

PARAMETER

PENGUKURAN

Sumber Daya SDM memiliki STR dan SIP-ATLM

Ada

Manusia 2.

Sarana

Sampah medis dan non medis

Ada

3.

SOP

Pemeriksaan sesuai SOP

Ada

pemeriksaan Laboratorium 4.

Pencatatan

Pencatatan

kegiatan

pelayanan 100 %

kegiatan

pelayanan 100 %

Laboratorium 5.

Pelaporan

Pelaporan Laboratorium

34

BAB IX PENUTUP

Pedoman internal pelayanan Laboratorium di UPTD Puskesmas Megaluh ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan, upaya pengembangan, dan peningkatan pelayanan serta mutu pelayanan Laboratorium di Puskesmas Megaluh. Pedoman internal Laboratorium Puskesmas Megaluh ini dapat di kembangkan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka upaya peningkatan kualitas pelayanan Laboratorium di Puskesmas Megaluh. Demikian Pedoman internal kegiatan pelayanan Laboratorium ini, segala kritik dan saran akan kami terima sebagai upaya perbaikan.

Jombang, 16 Mei 2017 Penanggung Jawab UKP

Penanggung Jawab Laboratorium

drg. Ami Setyaningrum NIP. 19821026 201412 2 001

Vidia Rosita

Mengetahui Kepala UPTD Puskesmas Megaluh

dr. Fitrijah NIP: 19721102 200604 2 020

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Penuntun Laboratorium klinik karya R Gandasoebrata, 2008 2. Permenkes no 37 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat 3. Permenkes no 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

36

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF