Pediatric Coma Scale
April 3, 2017 | Author: Talitha Sayoeti | Category: N/A
Short Description
Download Pediatric Coma Scale...
Description
MAKALAH CSL PENILAIAN TINGKAT KESADARAN DAN PEMERIKSAAN FUNGSI LUHUR
OLEH TALITHA BADZLINA SAYOETI 0918011081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PEDIATRIC COMA SCALE Pediatric Coma Scale adalah setara dengan Glasgow Coma Scale digunakan pada anak-anak. Terdiri dari tiga tes: respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik. Ketiganya di nilai secara terpisah serta jumlah mereka dipertimbangkan. PCS serendah mungkin (jumlahnya) adalah 3 (koma atau kematian) sedangkan tertinggi adalah 15 (sepenuhnya terjaga dan sadar orang).
Interpretasi: • Skor minimal adalah 3 yang memiliki prognosis terburuk
• Nilai maksimum adalah 15 yang memiliki prognosis terbaik • Skor dari 7 atau di atas memiliki peluang yang baik untuk pemulihan. • Skor 3-5 berpotensi fatal terutama jika disertai oleh murid-murid tetap atau tanggapan oculovestibular tidak ada atau tekanan intrakranial meningkat. • Normalnya anak di bawah 5 tahun dapat memiliki nilai lebih rendah daripada orang dewasa karena mengurangi terbaik verbal dan respon motorik.
KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMERIKSAAN MMSE
Tujuan Mini Mental State Examination (MMSE) dirancang untuk memberikan penilaian klinis praktis perubahan status kognitif pada pasien rawat inap usia lanjut. Hal ini mencakup orientasi orang tersebut untuk waktu dan tempat, kemampuan mengingat, memori jangka pendek, dan kemampuan berhitung. Ini dapat digunakan sebagai tes skrining penilaian kognitif . Konsep Dasar Mengevaluasi keadaan mental pasien jiwa usia lanjut dengan tes psikologis formal telah menjadi bagian rutin dari pemeriksaan klinis. Tes-tes tersebut sering kali terlalu panjang untuk mata pelajaran lansia dan berdasarkan teori, bukan pada jenis kerusakan kognitif yang menyebabkan kesulitan praktis dalam hidup setiap hari. MMSE dirancang sebagai alat bantu klinis dalam penilaian kognitif lansia pasien. The American Psychiatric Association (APA) mengklasifikasikan 4 kategori besar dari gangguan kognitif yang terdiri dari : 1. Delirium Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan gangguan perhatian, memori, pikiran dan orientasi. 2. Demensia Suatu penurunan fungsi otak yang kronik dan progresif yang ditandai oleh adanya kelemahan
ingatan
(memori),
kebingungan,
berkonsentrasi. 3. Amnesia Ketidakmampuan mengingat pengalaman yang lalu 4. Gangguan kognitif
dan
kemampuan
untuk
1. Derilium Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif. Etiologi Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal dari penyakit susunan saraf pusat seperti (sebagai contoh epilepsi), penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksi putus obat maupun zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di luar sistem pusat, misalnya gagal ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis. Penyebab Delirium Penyakit intrakranial 1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang 2. Trauma otak (terutama gegar otak) 3. Infeksi (meningitis, ensetalitis). 4. Neoplasma. Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain: •
Usia
•
Kerusakan otak
•
Riwayat delirium
•
Ketergantungan alkohol
•
Diabetes
•
Kanker
•
Gangguan panca indera
•
Malnutrisi.
Diagnosis Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum: 1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap lingkungan)
dengan
penurunan
kemampuan
untuk
memusatkan,
mempertahankan, atau mengalihkan perhatian. 2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari. 3. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul. 4. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum. Gambaran klinis Kesadaran (Arousal) Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium, satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium yang berhubungan dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat, berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik atau mengalami demensia. Orientasi Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan delirium. Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus
delirium yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain (sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus yang berat Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri. Bahasa dan Kognisi Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif umum. Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan. Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai penurunan kognitif yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik. Pasien delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid. Persepsi Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa lalu mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien delirium. Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris walaupun halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium. Suasana Perasaan Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.
Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah terganggu. Paling sedikit mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya atau di ruang keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan delirium semata mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning. Gejala neurologis Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis, inkoordinasi, dan inkontinensia urin. Diagnosis Banding a. Demensia b. Psikosis atau Depresi Pengobatan Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium. Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat antipsikotik golongan butirofenon, dosis awal antara 2 – 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi, segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral Dosis harian efektif total haloperidol 5 – 50 mg untuk sebagian besar pasien delirium. Droperidol (Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini
Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnva. hidroksizine (vistaril) dosis 25 – 100 mg. Perjalanan Penyakit dan Prognosis Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari I minggu setelah menghilangnya faktor penyebab, gejala delirium menghilang dalam periode 3 – 7 hari, walaupun beberapa gejala mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama disebabkan oleb sifat serius dan kondisi medis penyerta 2. Demensia Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal.Hanya satu terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan, pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sembarang rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala diperolehkan. MMSE umumnya digunakan dalam pengobatan untuk untuk demensia, digunakan untuk memperkirakan tingkat keparahan dari kerusakan kognitif pada suatu titik
waktu tertentu dan untuk mengikuti program perubahan kognitif pada individu dari waktu ke waktu, sehingga menjadikannya sebagai cara yang efektif untuk mendokumentasikan respon individu untuk pengobatan. Epidemiologi Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua pasien demensia, 50 – 60% menderita demensia tipe Alzheimer yang merupakan ripe demensia yang paling sering. Kira-kira 5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia tipe Alzhermer, dibandingkan 15 – 25% dan semua orang yang berusia 85 tahun atau lebih. Tipe demensia yang paling sering kedua adalah demensia vaskular yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular, berkisar antara 15 – 30% dari semua kasus demensia, sering pada usia 60 – 70 tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor predisposisi terhadap penyakit demensia vaskular. Penyebab 1. Penyakit Alzheimer 2. Demensia Vaskular 3. Infeksi 4. Gangguan nutrisional 5. Gangguan metabolik 6. Gangguan peradangan kronis 7. Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis) 8. Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otak 9. Anoksia 10. Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome)) 11. Hidrosefalus tekanan normal
Gambaran Klinis Gangguan Daya Ingat Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi Gangguan Bahasa Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau berputar-putar. Perubahan Kepribadian Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid. Gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan keperibadian yang jelas, mudah marah dan meledak – ledak. Perjalanan Penyakit dan Prognosis Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 – 60 tahun dengan pemburukan bertahap selama 5 – 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan kematian. usia saat onset dan kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara tipe demensia yang berbeda dan dalam kategori diagnostik individual. 3. Amnesia Amnesia merupakan suatu kondisi memori yang terganggu atau hilangnya kenangan / memori. Penyebabnya bisa bersifat organik atau bersifat fungsional. Penyebab-penyebab Organik mencakup kerusakan pada otak, karena trauma atau penyakit, atau penggunaan obat-obatan tertentu (biasanya obat penenang).
Penyebab fungsional adalah faktor psikologis, seperti pada saat terjadi mekanisme pertahanan ego. Efek lain dari amnesia adalah ketidak mampuan membayangkan masa depan. Sebuah studi baru-baru ini yang dipublikasikan secara online dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia dengan kerusakan hippocampus tidak dapat membayangkan masa depan. Hal ini karena ketika manusia normal membayangkan masa depan, mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk membangun skenario yang mungkin. Sebagai contoh, seseorang yang akan mencoba untuk membayangkan apa yang akan terjadi di sebuah pesta yang akan terjadi dalam waktu dekat akan menggunakan pengalaman mereka di pesta-pesta untuk membantu menyusun acara. Bentuk Amnesia Berdasarkan pola gejalanya (bukan untuk menunjukan penyebab tertentu atau etiologi) Amnesia dapat dikategorikan: •
Anterograde amnesia adalah suatu bentuk amnesia dimana peristiwa atau kejadian baru yang ada dalam ingatan jangka pendek tidak ditransfer ke ingatan jangka panjang yang permanen.
•
Retrograde amnesia adalah suatu bentuk amnesia dimana seseorang tidak dapat mengingat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum menderita amnesia, lebih dari peristiwa lupa biasa.
Kedua kategori amnesia tersebut dapat terjadi secara bersama pada pasien yang sama, dan biasanya adalah sebagai akibat dari pengaruh obat atau kerusakan pada daerah otak yang paling dekat hubungannya dengan episodik / deklaratif memori: medial lobus temporal, khususnya hipocampus. Satu contoh terjadinya retrograde amnesia dan anterograde amnesia secara bersamaan adalah seperti pada pengendara sepeda motor yang tidak mampu mengingat kejadian ketika dia sedang mengendarai sepeda motornya karena cedera pada kepalanya (retrograde amnesia), dia juga tidak ingat tentang kejadian di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia). Efek amnesia dapat
berlangsung lama meskipun kondisi amnesia tersebut telah berlalu. Banyak penderita amnesia menyatakan bahwa amnesia berubah dari kondisi neurologist ke kondisi psikologis, di mana pasien kehilangan kepercayaan diri dan keyakinan pada kenangan/memori mereka sendiri dan hal dari peristiwa masa lalunya. Gejala Penderita amnesia mudah dikenali. Ia tidak mampu mempelajari hal hal baru atau mengingat hal-hal sebelumnya. Tanda yang lain, penderita mengalami hambatan pada fungsi sosial dan pekerjaan. Meski demikian pemeriksaan medis lebih akurat untuk mengetahui penderita mengalami amnesia atau gangguan otak lain. 4. Mild Cognitive Impairment (MCI) Nama lain Incipient dementia, Isolated memory impairment. Definisi Merupakan kondisi gangguan cognitive yang melampaui / lebih parah dari penurunan cognitive akibat penuaan normal (normal expected age-related changes), namun kemampuan fungsional umum masih berfungsi normal dan tidak memenuhi criteria demensia. Dengan kata lain, MCI merupakan kondisi transisional antara penuaan fungsional dengan demensia. Klasifikasi Amnestic MCI Bentuk MCI ini, di-ciri-khaskan dengan gangguan memory. Dan sering diduga merupakan prekusor/bentuk awal dari penyakit Alzheimer. Non-amnestic MCI Tidak ada gangguan cognitive yang jelas yang dapat mencirikhaskan bentuk MCI ini, namun hasil penelitian menunjukan bahwa gangguan pada fungsi cognitive eksekutif mendominasi bentuk MCI ini (impairment in language, executive function, or visuospatial skills, in addition to memory).
Bentuk MCI ini sering dihubungkan dengan penyakit cerebrovaskular atau dianggap menjadi precursor dari beberapa kondisi meliputi : frontotemporal dementia, Lewy body dementia, Parkinson’s disease, atypical Alzheimer’s disease, dll. Epidemiologi Prevalensi usia pada populasi secara umum : - Umur 65-74 tahun : 19,2 % - Umur 75-85 tahun : 10-27,6 % - Umur >85 tahun : 25-38 % Laki-laki < perempuan, bagi amnestic MCI (mengikuti prevalensi penyakit Alzheimer) Etiologi 1. Plaques amiloid, terutama terdiri dari beta amyloid (A-beta) 2. Neurofibrillary tangles (NFT), yaitu suatu struktur intraselular yang berisi serat khusus, melintir, yang sebagian besar terdiri dari protein 3. Penyusutan hipokampus , sebuah area otak yang penting untuk memory 4. Stroke 5. Badan lewy, gumpalan protein abnormal yang terkait dengan penyakit parkinson’s. 6. Lain-lain: degenerasi frontotemporal, penyakit tiroid, infeksi HIV, depresi, efek samping pada CNS akibat penggunaan narkoba, infeksi cerebral, cedera otak traumatik,efek samping dari gangguan tidur, defesiensi kobalamin, stress psikologis kronik. Patogenesis-fisiologi Patogenfis MCI bersifat multifactorial. Mayoritas kasus amnestic MCI memiliki pathogenesis dan merupakan bagian dari perjalanan penyakit Alzheimer, dimana MCI berada pada posisi “belum parah benar” untuk berada pada posisi demensia pada Alzheimer, begitu juga pada kasus non-amnestic MCI.
Penatalaksanaan a.
Medikamentosa Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan MCI Namun ada beberapa obat yang dapat memperbaiki kulitas hidup seperti : 1.
Antioksidan : Vitamin E dosis tinggi sampai 2000 IU/hari mempunyai pengaruh memperlambat progresifitas penyakit.
2.
Anti inflamasi (NSAID): diperlukan karena proses inflamasi akan
mengaktifkan
dan
meningkatkan
mikroglia
sehingga
menghasilkan bahan inflamasi interleukin I. yang menyebabkan perubahan neuron otak. 3.
Cholinesterase
inhibitor
:menghambat
penghancuran
asetilkolin,misalnya Rivastigmine, Donepezil HCL 4.
Nootropik :
o Centrophenoxine berguna untuk menambah aliran darah ke otak dan bertindak sebagai penangkal radikal bebas dan di eropa digunakan dalam kombinasi dengan piracetam untuk memperbaiki memory o Piracetam :memperbaiki aktivitas kognitif khususnya fungsi korteks tertinggi dan saat digunakan bersama choline dapat meningkatkan attention dan kognisi,meningkatkan kemampuan otak untuk menggunakan glukosa dan meningkatkan sirkulasi darah di otak 5. L-deprenyl hydrochloride :meningkatkan produksi nitric oxide dalam pembuluh darah di otak yang menyebabkan pembuluh darah mengembang dan akhirnya meningkatkan aliran darah ke otak.selain itu juga melindungi endothelium dari efek toksik amyloid beta-peptide yang mana merupakan komponen utama terbentuknya plak dalam penyakit Alzheimer.selain itu penelitian menunjukkan bahwa obat ini melindungi sel otak dari kematian yang disebabkan neurotoksin
b. Perubahan gaya hidup c. Olahraga otak d. Tidur yang cukup e. Membiasakan bersosialisasi dengan orang lain f. Latihan fisik dan otak :berfungsi untuk kebugaran fisik dan meningkatkan kemapuan kognitif,berupa gerak dan latih otak(brain gym),latihannya ringan.santai,aman dan tidak lama,salah satu contoh gerakannya adalah dengan menyilang garis tengah tubuh h. Monitoring : Pasien diminta check up setiap 6 atau 12 bulan untuk dimonitor perubahan dalam membaca , menulis , berbahasa ,reasoning dan understanding,adanya penurunan yang signifikan menandakan adanya progress kea rah demensia alzheimer 5. Alzhaimer Penyakit
Alzheimer
atau Senile
Dementia
of
the
Alzheimer
Type
(SDAT) merupakan gangguan fungsi kognitif yang onsetnya lambat dan gradual, degenerative, sifatnya progresif dan permanen. Awalnya pasien akan mengalami gangguan fungsi kognitif dan secara perlahan-lahan akan mengalami gangguan fungsi mental yang berat. Definisi Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks dan progresif. Penyakit ini dikenal sebagai salah satu penyakit yang paling sering ditemui sebagai penyebab demensia. Demensia adalah suatu penyakit penurunan fungsi kognitif/gangguan intelektualnya/daya ingat yang umumnya semakin lama semakin memburuk (progresif) dan tidak dapat dirubah (irreversible). Demensia menyebabkan penderitanya kesulitan untuk menjalani aktivitas sehari-hari dan berhubungan sosial. Demensia yang disebabkan oleh Alzheimer berarti demensia yang disertai perubahan patologis di otak penderitanya.
Penyebab Hingga kini, sumber sebenarnya penyakit ini belum ditemukan. Meski ada yang beranggapaan karena disebabkan oleh penuaan, namun dalam hal ini Alzheimer bukan disebabkan oleh penuaan. Ilmuan berpendapat bahwa Alzheimer dikaitkan dengan pembentukan dan perubahan pada sel-sel saraf yang normal menjadi serat. Gejala a.
Gejala Ringan
Lebih sering bingung dan melupakan informasi yang baru dipelajari.
Disorientasi: tersesat di daerah sekitar yang dikenalnya dengan baik.
Bermasalah dalam melaaksanakan tugas rutin.
Mengalami perubahan dalam kepribadian dan penilaian.
b. Gejala Menengah
Kesulitan dalam mengerjakan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan dan mandi
c.
Cemas dan curiga
Mengalami gangguan tidur (insomnia)
Keluyuran
Kesulitan mengenali keluarga dan teman
Gejala Akut
Sulit atau kehilangan kemampuan berbicara
Kehilangan nafsu makan dan menurunnya berat badan
Tidak mampu mengontrol buang air kecil maupun besar
Sangat tergantung pada pengasuh
Alzheimer’s Disease and Related Disorders Association (2001) juga membuat 10 gejala penyakit Alzheimer:
Hilang Ingatan.
Salah satu dari gejala awal demensia adalah melupakan informasi yang baru dipelajari. Penderita juga akan melupakan berbagai hal seperti itu lebih sering dan kemudian tidak ingat akan hal tersebut sama sekali.
Sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah familiar.
Penderita demensia sulit untuk mengerjakan tugas yang sudah merupakan tugas sehari-hari mereka.
Bermasalah dengan bahasa.
Penderita akan sulit menemukan kata yang tepat, bahkan sinonim termudah dari kata tersebut akan sulit untuk mereka ucapkan.
Disorientasi waktu dan tempat.
Penderita mudah tersesat di jalan dekat rumahnya, dan ia tidak tahu bagaimana jalan untuk kembali ke rumah.
Kurang baik dalam mengambil keputusan.
Penderita tidak bisa memutuskan sesuatu tepat dengan kondisi yang ada. Misalkan dalam berpakaian mereka akan memilih baju yang tidak sesuai dengan cuaca.
Bermasalah dengan pemikiran abstrak.
Menyeimbangkan buku cek mungkin menjadi tugas sulit bagi penderita. Mereka biasanya lupa berapa jumlah atau angkanya dan apa yang harus mereka lakukan dengan angka-angka tersebut.
Salah menempatkan segala sesuatu.
Penderita biasanya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Misalkan ia akan membuat es, namun justru memasukannya ke dalam pemanas nasi.
Perubahan mood dan tingkah laku.
Penderita akan mengalami perubahan mood dan tingkah laku. Misalnya dari seorang yang bisa mengontrol emosinya serta penyabar menjadi kasar dan penuh emosi.
Perubahan kepribadian.
Kepribadian penderita sangat berubah. Menjadi benar-benar kacau, penuh kecurigaan, katakutan atau terlalu bergantung pada orang lain.
Kehilangan inisiatif.
Lelah akibat pekerjaan rumah, aktivitas bisnis, atau kewajiban sosial sesekali waktu adalah wajar. Namun demikian, orang yang mengidap Alzheimer dapat menjadi pasif, duduk di depan televisi berjam-jam, tidur lebih dari biasanya dan enggan melakukan aktivitas seperti biasanya.
PEMERIKSAAN PENGGANTI MMSE PADA PASIEN BUTA HURUF
1. Clock Drawing Test Clock Drawing Test (CDT) adalah layar untuk visuospatial, praksis konstruksi dan frontal / penurunan eksekutif. Pasien pertama-tama diminta untuk menggambar lingkaran, dan kemudian memakai nomor seakan wajah jam. Ketidak mampuan untuk benar ruang nomor di sekitar lingkaran tersebut dapat disebabkan oleh penurunan visuospatial, kelalaian, atau defisit perencanaan. Akhirnya mereka diminta untuk menggambar di tangan untuk mewakili suatu waktu tertentu. Waktu '10 lalu 11 'biasanya digunakan, karena hal ini tes kemampuan pasien untuk menghitung bahwa tangan menit harus menunjuk, nomor 2 lebih dari 10 (frontal / fungsi eksekutif). Tugas ini juga memerlukan penggunaan kedua sisi bidang visual. Alternatif versi pengujian memang ada, dan dalam beberapa lingkaran pra-ditarik. Setidaknya 15 sistem penilaian berbeda telah diuji, dengan beberapa mengalokasikan lebih dari 30 marks. Opini dibagi sebagai metode yang adalah best. Yang paling sederhana adalah skala tiga titik, dengan satu tanda untuk masing-masing : lingkaran benar ditarik; nomor tepat spasi, dan tangan yang menunjukkan waktu yang tepat. Biasanya yang diperlukan hanya 1-2 menit untuk melakukan. Keuntungan tambahan adalah kemerdekaan relatif dari bias karena kecerdasan, bahasa atau budaya factors. Opini dibagi atas manfaat CDT untuk mendeteksi dini, perubahan ringan pada kognisi dan, oleh karena itu, kegunaannya sendiri sebagai skrining test. Seperti halnya alat penilaian singkat, itu yang membedakan di berbagai subtipe dementia. Walaupun dapat mendeteksi kerusakan kognitif, CDT tidak memiliki manfaat tambahan baik dalam diagnosis atau pemantauan delirium. Skor tidak berpengaruh nyata di hadapan depresi alone. Tinjauan menilai studi ini menyatakan bahwa CDT berarti sensitivitas dan spesifisitas keduanya ~ 85%, meskipun nilai yang diperoleh akan tergantung pada populasi yang diteliti dan
sistem penilaian yang diterapkan. Dalam sampel tidak dipilih masyarakat, nilainilai untuk sensitivitas 83% dan 72% untuk spesifisitas telah obtained.
2. Mini-Cog Mini-Cog menambahkan tes ingat tiga kata untuk CDT, sehingga meningkatkan memori testing. Dibutuhkan sekitar 3 menit untuk melakukannya. Subyek diklasifikasikan memiliki kerusakan kognitif jika mereka tidak dapat mengingat salah satu dari tiga kata (setelah melakukan gambar jam) atau jika mereka mengingat kata-kata hanya 1 atau 2 dan menggambar jam normal (yaitu salah satu lingkaran, angka dan tangan tidak benar ). Hasil yang diperoleh adalah demikian bahwa penurunan nilai kognitif ada atau tidak, bukan skala numerik. Hal ini menambah kesederhanaan sebagai tes skrining, tetapi berarti tidak memiliki nilai tes yang baik dalam pemantauan perkembangan penyakit atau tingkat keparahan.
3.Penilaian Praktisi Jenderal Kognisi (GPCOG) GPCOG memiliki kesamaan dengan Mini-Cog, dalam hal ini mengkombinasikan tugas mengingat (nama dan alamat) dengan CDT. Ada juga komponen tes memori singkat peristiwa terkini dan orientasi. Selain itu, ada kuesioner pendek yang dilakukan pada pasien. Hal ini diperkirakan akan memakan waktu 5-6 menit dalam pelaksanaanya. Namun, estimasi ini akan bervariasi sesuai dengan jumlah yang terjadi pada pasien untuk melengkapi komponen informan.
4. Confused Assessment Metode (CAM) Confused Assessment Metode (CAM) telah dikembangkan sebagai tes skrining untuk mendeteksi delirium. Memiliki format empat pertanyaan yang sangat sederhana dan dirancang untuk digunakan oleh berbagai staf layanan kesehatan untuk memungkinkan identifikasi awal pasien dan manajemen yang diperlukan. Hal ini dianggap positif ketika item A dan B ditambah C dan / atau D, dari daftar berikut, yang :
(A) status konfusional akut dengan tingkat keparahan berfluktuasi (B) kekurangan perhatian (C) tidak teratur pola pikir-biasanya dilihat sebagai pidato teratur (D) tingkat kesadaran yang berubah (mungkin hipo atau hiper-aktif)
5. Middlesex Elder Assessment Memory Score (MEAMS) MEAMS saat ini lebih umum digunakan oleh terapis okupasi daripada dokter, dengan nilai yang lebih rendah menunjukkan impairment. Selain area yang tercakup MMSE, ia memiliki komponen yang dirancang untuk menilai fungsi lobus frontal dan parietal kanan (kefasihan lisan, persepsi terfragmentasi). Hal ini membutuhkan
penggunaan
serangkaian
gambar
kartu
khusus
untuk
menyelesaikannya. Subbagian dinilai dalam 'semua atau fashion none', yang mungkin menjelaskan beberapa masalah yang diamati dengan tes-tes ulang reliability.
DAFTAR PUSAKA 1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid satu. Binarupa Aksara, Jakarta 1997. hal 502-540. 2. Ingram.I.M, Timbury.G.C, Mowbray.R.M, Catatan Kuliah Psikiatri, Edisi keenam, cetakan ke dua, Penerbit Buku kedokteran, Jakarta 1995. hal 2842. 3. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, jilid 1. Penerbit Media Aesculapsius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2001. hal 189-192. 4. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ-III, editor Dr, Rusdi Maslim.1993. hal 3 5. Maramis. W.F, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Cetakan ke VI, Airlangga University Press, Surabaya 1992. hal 179-211.
View more...
Comments