Pbl Skenario 3 Heato (1)
February 28, 2019 | Author: Narti Rajak | Category: N/A
Short Description
pbl sk 3...
Description
PBL SKENARIO 3 Ketua
: Nabil Dhiya Ulhak
(1102014177)
Sekr Sekret etar aris is
: Nart Nartii Raja Rajak k
(110 (11020 2015 1515 158) 8)
Anggota
: Meike Marsha Naraswari
(1102015130) (1102014188)
Primadilla Rahma
(1102015178)
Putri Pas Pasya ya
(1102015183)
Ramadhan
(1102015186)
Tamara Ramadh Ramadhan an
(1102015236) (110201 5236)
SKENARIO 3 PEMBE PEMBENG NGKA KAKA KAN N KELEN KELENJJAR LEHER LEHER Seor Seoran ang g laki laki-l -lak aki, i, usia usia 35 tahun ahun data datang ng ke UGD UGD RS dengan keluhan terdapat benjolan pada leher kanan sejak 1 bulan yang lalu.Benjolan dirasakan semakin lama bertambah besar. Keluhan disertai dengan Demam terutama malam hari, berat badan menurun dan nyeri pada benjolan tersebut. Pada peme pemeri riks ksaa aan n fisi fisik k dida didapa patt pemb pemben engk gkak akan an kelen elenja jarr getah etah beni bening ng di regi regio o Coll Collii Dext Dextra ra,, satu satu buah buah,, konsi onsist sten ensi si sedi sediki kitt keras, ukuran 3x3 cm, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan. Ditemukan juga pembengkakan kelenjar getah bening di kedua Inguinal masing-masing satu buah, ukuran 1x1 cm, konsistensi sedikit keras, tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan. an. Dok Dokter memi memin nta pasi pasien en untu untuk k mel melakuk akukan an biop biopssi kelen elenja jarr getah etah beni bening ng untu untuk k mene meneg gakk akkan diag diagno nosi siss dan dan pasien menyetujuinya.
KATA SULIT 1. Biopsi:Mengambil sepotong jaringan yang masih keadaan hidup 2. Regio Colli Dextra: Daerah leher sebelah kanan dimana letak kelenjar getah bening berada dan biasanya terjadi pembesaran
3. Kelenjar Getah Bening: Bagian dari system pertahanan tubuh yang berfungsi untuk mengenali dan melawan kuman,infeksi dan benda asing lain 4. Inguinal: Lipatan atau pangkal paha
PERTANYAAN 1. 2. 3. 4.
Mengapa demam hanya terjadi pada malam hari? Mengapa terjadi penurunan berat badan? Mengapa konsistensi pada benjolan sedikit keras? Kenapa pada pemeriksaan fisik tidak ada tanda inflamasi dan nyeri tekan? 5. Dimana saja letak kelenjar getah bening selain di regio Colli Dextra? 6. Apa yang menyebabkan kelenjar getah bening mengalami pembengkakan? 7. Mengapa pembengkakan kelenjar getah bening terjadi di regio Colli Dextra dan inguinal? 8. Apakah diagnosisnya? 9. Apa yang menyebabkan benjolan nyeri dan tidak nyeri? 10. Apa pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosisnya? 11. Bagaimana penanganannya? 12. Mengapa benjolan tersebut semakin lama semakin besar?
JAWABAN 1.
Karena metabolisme tubuh meningkat pada malam hari
2.
Terjadi penurunan nafsu makan dan nutrisi tubuh dipakai untuk pembentukan limfosit
3.
Karena terjadi penumpukan sel limfosit yang telah mati
4.
Kemungkinan kasus ini bukan karena infeksi
5.
Selain di regio Colli Dextra ada juga di 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Inguinal Axilla Mediastinal Submandibularis Subclavicula Pelvis Abdominis
6.
Karena infeksi akut, kronik, bakteri autoimun dan keganasan
7.
Karena pembengkakan pertama terjadi di regio Colli Dextra, axilla dan Inguinal
8.
Limfadenopati karena adanya demam malam hari, penurunan berat badan, infeksi, autoimun, keganasan, tumor dan TBC
9.
Nyeri tekan karena adanya peradangan
10.
CT Scan, Radiologi, Hematologi
11.
Analgesik, antipiretik, operasi pengangkatan, radiografi, antibiotic
12.
Karena limfositnya aktif berproliferasi jadi kelenjar getah beningnya bekerja terus
HIPOTESA •
Pembengkakan kelenjar getah bening disebabkan oleh infeksi akut, kronik, bakteri autoimun dan keganasan yang terjadi di regio Colli Dextra, axilla, Inguinal, mediastinal, submandibularis, subclavicula, pelvis dan abdominis. Gejala disertai demam pada malam hari karena metabolisme tubuh meningkat pada malam hari, penurunan berat badan karena terjadi penurunan nafsu makan dan nutrisi tubuh dipakai untuk pembentukan limfosit serta nyeri karena adanya peradangan. Pada pemeriksaan fisik dari gejala didapatkan infeksi dan benjolan sedikit keras karena terjadi penumpukan limfosit yang telah mati dan benjolan semakin besar karena limfositnya aktif berproliferasi yang menyebabkan kelenjar getah beningnya bekerja terus, dan Dilakukan pemeriksaan penunjang yakni CT Scan, Radiologi, Hematologi. Hasil pemeriksaan pasien di diagnosis limfadenopati. Adapun penanganannya dengan Analgesik, antipiretik, operasi pengangkatan, radiografi, dan antibiotic.
1. Memahami dan menjelaskan Limfadenopati Limfodenopati adalah pembesaran kelenjar limfe sebagai respons terhadap proliferasi Limfosit T atau Limfosit B. Limfadenopati di bedakan menjadi 2 : •
•
Limfadenopati Regional : Indikasi akibat adanya infeksi local Limfadenopati Generalisata : Indikasi adanya infeksi sistemik : AIDS,Artritis Rheumatoid,SLE.
2.ETIOLOGI Keganasan PENYEBAB
KARAKTERISTIK
DIAGNOSTIK
DEMAM,KERINGAT MALAM,PENURUNAN BB
BIOPSI KELENJAR
LEUKIMIA
MEMAR DAN SPLENOMEGALI
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI DAN ASPIRASI STL
NEOPLASMA KULIT
LESI KULIT
BIOPSI LESI
SARKOMA KAPOSI
LESI KULIT
BIOPSI LESI
METASTASIS
BERVARIASI TERGANTUNG TUMOR PRIMER
BIOPSI
LIMFOMA
2.ETIOLOGI
•
Infeksi
BRUSELOSIS
DEMAM,MENGGIGIL DAN MALAISE
KULTUR DARAH DAN SEROLOGI
CAT-SCRATCH DISEASE
DEMAM,MENGGIGIL DAN ASIMPTOMATIK
DIAGNOSIS KLINIS DAN BIOPSI
HEPATITIS,PNEUMONITIS, INFLUENZA
PCR DAN ANTIBODI CMV
DEMAM,MUAL,MUNTAH, DIARE,IKTERUS
RAPID PLASMA REAGEN
RUAM KARAKTERISTIK,DEMAM
KULTUR TENGGOROKAN
CMV SIFILIS FARINGITIS
RUBELA HEPATITIS VIRUS TULAREMIA TIFOID
DEMAM,KERINGAT MALAM,HEMOPTISIS
SEROLOGI
ARTRITIS,NEFRITIS,ANEMIA,RUA M
SEROLOGI HEPATITIS,UJI FUNGSI HATI
DEMAM,KONSTIPASI,DIARE, SAKIT KEPALA
KULTUR DARAH,SEROLOGI
RUAM DAN ULKUS TANPA NYERI
KULTUR DARAH DAN KULTUR STL
2. ETIOLOGI •
AUTOIMUN
SLE
ARTITIS SIMETRIS,KAKU PAGI HARI,DEMAM
KLINIS,dsDNA,LED,HEMATOLOGI
ARTRITIS RHEUMATOID
PERUBAHAN KULIT,LEMAH OTOT PROKSIMAL
RADIOLOGI,LED,HEMATOL OGI
DERMATOMIOSTISIS
KERATOKONJUNGTIVIS,GA EMG,KREATIN KINASE NGGUAN SERUM,BIOPSI GINJAL,VASKULITIS
SINDROM SJORGEN
DEMAM,KONJUNGTIVIS,S TRAWBERRY TONGUE
UJI SCHIMMER,BIOPSI BIBIR,LED,HEMATOLOGI
3.PATOFISIOLOGI •
Limfoma Hodgkin
3.PATOFISIOLOGI •
Limfoma Non-Hodgkin
3.PATOFISIOLOGI •
Limfadenitis TB Bakteri Tuberculosis Terhirup
Di fagosit di Makrofag Alveolus
Bakteri yang tidak terfagosit berkembang biak di makrofag membentuk koloni.
Bakteri TB menyebar ke saluran Limfe dan Kelenjar limfe mengakibatkan limfangitis dan limfadenitis
4.PATOGENESIS •
Peradangan → Kenaikan Penembusan Cairan Interstisial ke dalam saluran limfa jaringan → Cairan Limfe, protein dan sel cairan limfe bertambah → Pembengkakan KGB
5.MANIFESTASI •
•
•
•
•
Tandadan gejala secara umum: Demam berkepanjangan dengan suhu lebih dari 38 oC. Sering keringat malam.
Kehilangan berat badan lebih dari 10% dalam 6 bulan. Timbul benjolan di bagian leher.
6. Diagnosis dan Diagnosis Banding •
Anamnesis • •
•
•
•
Umur penderita dan lamanya limfadenopati Lokasi Limfadenopati : pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada Infeksi Kawasaki pembesaran KGB hanya ada di satu sisi saja Gejala penyerta : fatigue, malaise, dan demam, keringat malam, dan penurunan berat badan lebih dari 10%, Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam Riwayat penyakit : peradangan tonsil sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus, luka lecet pada wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi Staphylococcus . Riwayat pemakaian obatLimfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).
6. Diagnosis dan Diagnosis Banding •
•
•
•
•
Pemeriksaan Fisik Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan. Konsistensi: keras seperti batu mengarah kepada keganasan, padat seperti karet mengarah kepada limfoma, lunak mengarahkan kepada proses infeksi, fluktuatif mengarah kepada terjadinya abses/pernanahan. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan, dapat terjadi akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
6. Diagnosis dan Diagnosis Banding •
•
•
•
•
•
Pemeriksaan Penunjang Ultrasonografi (USG) : teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular. Biopsi : Biopsy KGB memiliki nilai sensitifitas 98 % dan spesifisitas 95 %. Dilakukan jika kelenjar limfe tidak mengecil setelah 4-6 minggu. Kultur : mengidentifikasikan organisme penyebab infeksi. CT Scan : dapat mendeteksi pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
6. Diagnosis dan Diagnosis Banding •
•
•
•
•
•
•
•
•
Diagnosis Banding Gondongan Kista duktus tiroglosus Kista dermoid Hemangioma Limfoma non-hodgkin Limfoma Hodgkin Tuberculosis KGB Limfadenitis kronik non-spesifik
7. Tatalaksana •
•
Farmakologi Kloramfenikol : Dosis yang diberikan adalah 4×500 mg per hari di berikan Oral. Diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas. Pada konsentrasi tinggi kloramgenikol kadang-kadang bersifat bakteriasid. Kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Didalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukornat oleh enzim glokoronil transferase. melalui oral akan diserap secara cepat, kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2jam. ES : Reaksi hematologik (leukopeni), mual , muntah, diare, glositis , sydrom gray,(pada neonates ditandai dengan muntah),
7. Tatalaksana •
Tiamfenikol : Dosis tiamfenikol adalah 4×500 mg,dengan rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6. diserap dengan baik pada pemberian pre oral dan penetrasi baik ke saluran serebrospinal, tulang maupun sputum, di ekskresikan di Urin. ES : psikotik, halusinasi, kejang jarang terjadi, hilang nafsu makan, sakit kepala, vertigo, dan insomnia.
7. Tatalaksana •
Kotrimoksazol : Dosis untuk orang dewasa adalah 2×2 tablet (1 tablet mengandungb sulfametaksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu. Di distribusikan ke dalam jaringan dan sekitar 40 % terikat pada protein plasma, dieksresikan melalui urin dalam 24 jam setelah pemberian ES : mual, muntah, diare, kepala pusing,depresi, halusinasi dan anemia.
7. Tatalaksana •
Fluorokuinolon : Norfloksasin dosis 2×400 mg/hari selama 14 hari,Siprofloksasin 2×500 mg/hari selama 6 hari,Ofloksasin dosis 2×400 mg/hari selama 7 hari,Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari,Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari. Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang harike-4. Mengahambat enzim topoisomerase II dan VI pada kuman. Diserap dengan baik oleh saluran cerna dan hanya sedikit yang terikat dengan protein. Mual, muntah, rasa tidak enak di perut ,kejang dan delirium.
•
•
•
•
Pembentukan abses Selulitis (infeksi kulit) : penyebaran infeksi bakteri ke dalam kulit dan jaringan di bawah kulit.Infeksi dapat segera menyebar dan dapat masuk ke dalam pembuluh getah bening dan aliran darah. Sepsis (septikemia atau keracunan darah) Fistula (terlihat dalam disebabkan oleh TBC)
limfadenitis
yang
9. Prognosis •
Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan antibiotik. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi. Penderita dengan limfadenitis yang tidak diobati dapat mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah (septikemia), yang kadang-kadang fatal.
Daftar Pustaka •
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi , Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC
•
Gunawan, S.G., Setiabudy, R.N. 2007. Farmakologi dan Terapi , Edisi 5. Jakarta: FKUI
•
•
•
•
•
•
•
Kumar, V., Cotran, R.S., Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi, Edisi 7, Volume 2. Jakarta: EGC http://www.medicalnewstoday.com/articles/142595.php?page=2 diakses pada 11 November 2016 http://emedicine.medscape.com/article/201886-overview diakses pada 11 November 2016 http://emedicine.medscape.com/article/956340-followup#e7 diakses pada 11 November 2016 http://www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_209Pendekatan%20Diagnosis%20Limfaden opati.pdf diakses pada 11 November 2016 Sudiono, J., Budi, K., etc. 2001. Penuntun Pratikum Patologi Anatomi. Jakarta: EGC Zulhamidah, Yeni. 2015. Sistema Lymphaticus. Jakarta : Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi
View more...
Comments