PBL BLOK 12 Measles

February 19, 2017 | Author: Dinto Purwandanu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download PBL BLOK 12 Measles...

Description

Penjelasan Tentang Penyakit Campak pada Anak Gabriella Franly Theodorus 102013120/B6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) - 5694 2061

Abstract Measles is a highly contagious viral disease which is characterized by a rash, fever, cough, coryza, runny nose and conjunctivitis. the disease is transmitted through droplets. its incubation period is 3 days before the rash appears. Measles infection can cause serious complications, including subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), a disease of the brain which always lead to death. measles consists of 4 phases i.e. incubation, prodomal, konvalensi, exanthematous or healing. There are some penyulit disease measles so aggravating disease iniyaitu Pneumonia, diarrhea and vomiting. Children and adults can be protected from measles through immunization. Key Words: Measles, fever, cough, conjunctivitis Abstrak Campak adalah penyakit virus sangat menular yang ditandai dengan ruam, demam, batuk, pilek dan konjungtivitis. penyakit ini ditularkan melalui droplet. masa inkubasi nya adalah 3 hari sebelum muncul ruam. Infeksi campak dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), penyakit merusak otak yang selalu menyebabkan kematian. campak terdiri dari 4 fase yaitu inkubasi, prodomal, exanthematous, konvalensi atau penyembuhan. ada beberapa penyakit penyulit campak sehingga memperparah penyakit iniyaitu Pneumonia, diare dan muntah-muntah. Anak-anak dan orang dewasa dapat dilindungi dari campak melalui imunisasi. Kata Kunci: Campak, demam, batuk, konjungtivitis 1

Pendahuluan Campak adalah salah satu penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi dan masih masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini umumnya menyerang anak umur di bawah lima tahun ( balita ) akan tetapi campak bisa menyerang semua umur. Dan ada beberapa penyakit penyulit yang memperparah penyakit ini seperti Pneumonia. Campak telah banyak diteliti, namun masih banyak terdapat perbedaan pendapat dalam penanganannya. Imunisasi yang tepat pada waktunya dan penanganan sedini mungkin akan mengurangi komplikasi penyakit ini.1

Anamnesis Berdasarkan Skenario, dengan alloanamnesa pada ibu sang anak dan diketahui bahwa anak tersebut menderita demam disertai batuk dan pilek sejak 3 hari lalu dan muncul bintik-bintik merah mulai terlihat di dahi, wajah, leher tanpa disertai rasa gatal.

Pemeriksaan Fisik Kesadaran

: Compos mentis.

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang.

TTV= Suhu 39oC, Pernafasan 24 kali/menit, Nadi 100 kali/menit Di kulit terdapat makula papula di dahi dan leher. Kelenjar getah bening tidak terlihat, mata merah konjungtivitis tanpa disertai secret. Lidah tidak terdapat Stawberry Tongue. Thoraks= Terdapat pergerakkan dada simetris, tidak ada retraksi sela iga, suara nafas vesikuler, tidak terdapat wheezing. Abdomen= Tampak datar, : Hepatomegali, 2cm dibawah arcus costae dan proc. Xiphoideus. Sisi tajam, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri tekan.

2

Gejala Klinis Penegakan diagnosis campak biasanya dapat dibuat berdasarkan gejala klinis yang sangat berkaitan yaitu demam, batuk, pilek, konjungtivitis, dan bercak kopliks yang muncul pada stadium prodromal. Masa infeksinya 3 hari sebelum muncul ruam. Lesi kemerahan di mukosa pipi bagian dalam. Measles muncul di kening, perbatasan rambut dan kening, dan belakang telinga. Pada saat muncul rum, gejala-gejala mulai hilang kecuali batuk. Batuk itu berlangsung 10 hari. Makula papula menyatu di daerah wajah bertahan kira-kira 5 hari.1

Gambar 1. Campak pada anak.2

Pemeriksaan Laboratorium Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Di samping itu, pemeriksaan laboratorium dapat juga digunakan sebagai petunjuk dalam pengelolaan kesehatan masyarakat di lapangan. Prosedur diagnosis laboratorium terdiri dari : Mendeteksi Virus 1. Pemeriksaan sitologi secara langsung dari sel epitel yang merasal dari nasofaring, mukosa bukalis, konjungtiva, dan urine untuk melihat sel raksasa dan badan inklusi. 3

2. Pemeriksaan jaringan langsung merupakan hal yang paling penting untuk mendiagnosis komplikasi SSPE, karena virus tidak dapat diisolasi dengan mudah dan juga untuk mendiagnosis penderita dengan imunocompromized, karena respon antibody tidak terbentuk. 3. Polymerase Chain Reaction (PCR) digunakan mendeteksi RNA virus pada gen yang dilindungi gen N,M, atau F. Mendeteksi Antibodi Metode serologis sering ditegakkan untuk diagnosis penyakit campak. Sampel serologis sebaiknya diambil pada fase akut dan penyembuhan penyakit. Bila terjadi peningkatan titer empat kali antara sampel pertama dan kedua, maka penderita dinyatakan positif menderita campak. 1

Differential Diagnosis (Diagnosis Banding) Diagnosa untuk campak dapat ditegakkan dari gejala klinis dapat dilihat dengan adanya koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas yaitu diawali dari belakang telinga kemudian menyebar ke muka. Pada stadium pedromal dapat ditemukan di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomosis campak (bercak Koplik). Demam tetap bertahan pada masa awal munculnya ruam-ruam. pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa (Giant Cell) pada lapisan mukosa hidung dan pipi dan pada pemeriksaan serologi didapatkan IgM spesifik. Campak yang bermanifestasi tidak khas disebut campak atipikal; diagnosa bandingnya adalah rubela, demam skarlatina, ruam akibat obat-obatan, eksantema subitum dan infeksi stafilokokus. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan penurunan jumlah sel darah putih dan peningkatan limfosit melebihi netrofil. Pada campak yang tanpa komplikasi infeksi, LED dan CRP dalam jumlah normal.3 1. Kawasaki Disease

4

Demam panjang lebih dari 5 hari, pembesaran kelenjar getah bening uni lateran (satu sisi) 1,5cm dan ada Strawberry Tongue, Trombosit meningkat >15.000. sedangkan pada penyakit campak, penderita tidak terdapat adanya strawberry oblique pada lidahnya. 2. Alergi Obat Pada penderita ini, gejala yang dapat terlihat berupa papula besar dan timbul-timbul saja. Gejala pada bagian kulit luar terlihat sama seperti pederita campak, selebihnya normal.

Working Diagnosis Dari DD/ di atas kita dapat menegakan WD/ bahwa anak ini terkena Campak. Hal tersebut sesuai dengan demam pada anak yang berlangsung 3 hari lalu diikuti dengan munculnya bintik-bintik kemerahan pada daerah muka yang merupakan ciri khas ruam- ruam pada campak.

Etiologi Measles (Campak) penyebabnya adalah virus campak; virus RNA berutai tunggal negative. Hanya ada satu serotipe. Virus ini mengkode enam protein struktural, termasuk dua glikoprotein transmembran, fusi (F) dan hemaglutinin (H) yang memfasilitasi perlekatan ke sel pejamu dan masuknya virus. Antibodi terhadap F dan H bersifat memberikan perlindungan. Variasi dari komposisi genetik virus ini sudah diidentifikasikan dan menunjukan tidak ada pengaruhnya pada sistem imun.4

Epidemiologi Vaksin measles mengubah epidemiologi dari penyakit measles secara dramatis di seluruh dunia. Tetapi untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit ini masih menjadi salah satu momok yang menakutkan. Hal itu terbukti dari Survei Kesehatan Rumah Tangga; campak menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada bayi dan tempat ke-5 juga dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun. 5

Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul secara tidak teratur. Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu di daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang lemah. Pada zaman dahulu, campak di anggap normal dan harus dialami oleh setiap anak-anak. Mereka beranggapan bahwa penyakit campak dapat sembuh sendiri bila ruam sudah keluar. Ada anggapan bahwa semakin banyak ruam semakin bagus. Bahkan ada usaha dari masyarakat untuk mempercepat keluarnya ruam. Kepercayaan seperti ini memudahkan penyebaran penyakit campak di Indonesia. Secara biologis, campak memiliki sifat ruam yang jelas, tidak diperlukan hewan perantara, tidak ada penularan melalui serangga (vektor), adanya siklus musiman dengan periode bebas penyakit, tidak ada penularan virus secara tetap, hanya memiliki satu serotipe dan adanya vaksin campak yang efektif. Hampir semua anak Indonesia yang mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit campak, walaupun yang dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.5

Transmisi Virus campak masuk ke dalam tubuh manusia melalui droplet dalam jumlah besar atau aerosol dalam jumlah kecil dengan jalur utamanya yaitu saluran pernapasan dan bisa juga melalui mata. Virus campak dalam tubuh seorang pasien dapat bersifat infeksius atau dapat menularkan ke orang lain dalam jangka waktu 3 hari sebelum ruam muncul sampai 4-6 hari setelahnya. Sebanyak 90% orang yang terpapar virus ini bisa terkena panyakit campak. Kontak langsung tidak diperlukan karena virus ini dapat bertahan di ruang tertutup dalam jangka waktu 1 jam. Virus ini tidak aktif dalam pH rendah.1

Patologi Infeksi measles menyebabkan nekrosis jaringan epitel saluran pernapasan dan diikuti dengan pembekakkan kelenjar limfe. Measles memproduksi ruam-ruam kecil pada kulit dan membran 6

mukosa mulut. Histologi dari bercak-bercak menunjukkan endema intraseluler serta diskeratosis. Penggabungan dari beberapa sel yang terinfeksi menghasilkan sebuah sel yang cukup besar dengan inti yang banyak. Sel tersebut di kenal dengan Warthin-Finkeldey giant cells, hal tersebut merupakan pathognomokik untuk penyakit measles.6

Patogenesis Secara singkat, patogenesis dari measles dapat dibagi ke dalam 4 fase : 1. Stadium Inkubasi Disini virus mulai memperbanyak diri dengan sangat perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa. Focus infeksi mulai terbentuk yaitu ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel orofaring, konjungtiva mata, saluran nafas, kulit dan kandung kemih. 2. Stadium kataral (prodromal) Di stadium ini terjadi perbanyakan virus sehingga terbentuk Giant Cell Formation. Stadium ini berlangsung pada hari ke-2 setelah infeksi awal (inkubasi) atau 14 hari setelah pemajanan. Masa ini sangat infeksius. Manifestasi klinik yang pertama kali muncul adalah demam ringan sampai sedang, malaise (lemas), fotofobia, batuk pilek disertai selaput konjungtiva yan tampak merah. Selanjutnya respons imun yang terjadi adalah peradangan epitel saluran napas diikuti manifestasi klinik berupa demam tinggi. Secara klinis gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering diduga sebagai influenza. Kemudian disusul dengan timbulnya bercak koplik yang patognomonik bagi campak. Bercak kopliks berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Lokalisasinya di mukosa bukalis dan faring berhadapan dengan molar bawah. Jarang ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum.

7

3. Stadium erupsi (exanthematous/eritematous) Selanjutnya daya tahan tubuh menurun sebagai akibat respons delayed hypersensitivity terhadap antigen virus, muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal infeksi dan pada saat ini antibody himoral dapat dideteksi pada kulit. Pilek dan batuk makin bertambah. Mulai timbul exantema atau titik kemerahan di palatum durum dan palatum molle. Kemudian eritema membentuk macula – papula disertai meningkatnya suhu badan. Eritema muncul berturut-turut, dimulai dari belakang telinga, bagian atas lateral tengkuk, sepanjang perbatasan rambut-kulit kepala (jidat), leher dan muka, tubuh, lengan serta kaki. Kadang terdapat pendarahan ringan pada kulit, rasa gatal dan muka menjadi bengkak. Ruam mencapai anggota bawah tubuh pada hari ke3 setelah dimulainya demam. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Juga disertai sedikit spleenomegali dengan diare dan muntah. 4. Stadium konvalesensi (Recovery) Ditandai dengan hilangnya ruam sesuai urutan munculnya ruam, dan terjadi hiperpigmentasi (bekas yang berwarna lebih tua) yang lama-kelamaan akan hilang dengan sendirinya. Hiperpigmentasi ini juga merupakan gejala patognomonik untuk campak. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksantema, ruam kulit dapat menghilang tanpa hiperpigmentasi. Selain itu, pada anak di Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Suhu badan

pun menurun

sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi.6

Komplikasi Penyulit pada penderita measles yang menyebabkan komplikasi adalah sebagai berikut : 1. Pneumonia. Dapat disebabkan oleh virus campak maupun akibat invasi bakteri. Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas dan adanya bronki basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan virus, gejala pneumonia akan menghilang kecuali batuk yang masih dapat terus berlanjut sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak turun juga pada saat yang diharapkan dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung, dapat diduga karena adanya bakteri yang telah menginvasi pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. 8

2. SSPE, Subacute sclerosing panencephalitis merupakan kelainan regeneratif susunan saraf pusat yang jarang disebabkan oleh infeksi virus campak yang presisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Resiko terjadi SSPE lebih besar pada usia yang lebih muda dengan masa inkubasi rata-rata 7 tahun gejala. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya mioklonik. Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal, antobodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai meninggal antara 6-9 bulan. 3. Diare dan muntah-muntah, Virus measles menyerang seluruh tubuh termasuk sistem pencernaan.7

Penatalaksanaan Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat simtomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusit, ekspektoran dan antikonvulsan bila diperlukan. Sedangkan pada campak degan penyakit penyulit, pasien perlu dirawat inap. Di rumah sakit pasien campak dirawat di bangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadaan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU per oral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari.5

Prognosis Pada awal abad ke 20, rata-rata terdapat 10 kematian per 1000 kasus dari campak. Dengan perkembangan pengobatan yang cukup maju, kematian dapat ditekan menjadi 1 kematian per 1000 kasus campak. Kematian paling banyak disebabkan karena penyakit penyulit pneumonia. Sepanjang pengobatan simtomatik dan kebutuhan gizi terpenuhi serta tidak ada penyulit yang cukup berarti maka penderita campak bisa sehat kembali.7

9

Pencegahan (Prevention) Sekarang telah tersedia vaksin measles secara monovalen atau gabungan dengan rubela (MR) atau gabungan measles-mumps-rubela (MMR). Direkomendasikan vaksin pertama diberikan pada anak berusian 12-15 bulan lalu diikut booster kedua pada usia 4—6 tahun. Tetapi pemberian vaksin pertama pada usia 15 bulan lebih dianjurkan karena antibodi bayi dapat terbentuk dengan efektif. Sedangkan bayi yang mendapat vaksin MMR sebelum usia 12 bulan harus mendapat 2 kali booster yaitu pada usia 12- 15 bulan dan 4-6 tahun. Dalam beberapa kasus, pemberian booster kedua dapat dilakukan 4 minggu setelah vaksin pertama.5

Kesimpulan Campak (Measles) merupakan penyakit dari RNA virus dan ditularkan melalui droplet. Mempunyai Pathognomokik yaitu Warthin Fienkeldey giant cell. Campak mempunyai 4 stadium yaitu inkubasi, prodromal, exanthemathous, dan penyembuhan. Gejala campak yaitu demam, batuk, pilek, konjungtivitis, bercak kopliks. Komplikasi penyakit campak yang paling parah yaitu Pneumonia. Campak bisa dicegah dengan Imunisasi.

10

Daftar Pustaka 1. Fennelly. Measles. (Online, http://www.emedicine.com/PED/topic1388.htm, diakses tanggal 14 November 2015). Hal 33-8 2. Campakanak.Diunggahdari: http://klikdokter.com/uploads/TanyaDokter_Image/campak_anak.JPG, 14 November 2015 3. Alan R. Pendekatan diagnostik penyakit eksantema akut dalam. Edisi I. Jakarta:Balai Penerbit FKUI. 2007;h.113 4. Phillips C.S. Measles in behrman R.E vaughan VC (eds) nelson textbook of pediatrics. 12th edition. Igaku-Shoin/Saunders. 2005. p.743 5. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Pedoman diagnosis dan terapi. Surabaya: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2006. H.119-22 6. Cherry J.D. 2004. Measles virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds) Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia. Saunders. p.2283 – 98 7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu kesehatan masyarakat. Edisi 2, Percetakan Infomedika, Jakarta, 2010. h.220-22

11

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF