Patomekanisme Dan Patofisiologi Bells Palsy

March 30, 2018 | Author: rizakyusan | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

sadsadasd asd sad sad sa dasd sa dsa dsa dsadsadafd gfdg fdg fg hgfh fghf...

Description

Patomekanisme dan Patofisiologi Bells Palsy Pada awalnya situasi Bell’s Palsy dihasilkan dari paparan dingin (angin, air conditioner atau mengendarai dengan helm dan kaca mobil yang terbuka). Kemudian beberapa peneliti mempercayai adanya infeksi Herpes Simpex Virus (HSV) menyebabkan Bell’s Palsy secara umum walaupun hubungan kausal HSV ke Bells Palsy mungkin sulit dibuktikan karena habitat alami HSV. Hipotesis tersebut dapat dijelaskan pada skema dibawah (Kim et al, 2008).

Paparan dingin (angin, air conditioner atau mengendarai dengan helm dan kaca mobil yang terbuka)

Infeksi HSV

Berjalan secara retrograd melalui axon dari saraf sensoris

Menetap (laten) pada ganglion geniculatum NVII

Terjadi stressor yang melemahkan sistem imun

Reaktivasi dan merusak mielin saraf dan menimbulkan inflamasi serta dapat menimbulkan jepitan dengan sturktur anatomis tulang (canalis falopian)

Mengganggu konduksi dari saraf

Sesuai dengan lokus kejadiannya (lihat tabel patofisiologi)

Hipotesis Patofisiologi Bell’s Palsy (Kim et al, 2008)

Lesi yang ditimbulkan dari hipotesis Bell’s Palsy tersebut bermanifestasi klinis sesuai struktur anatomis atau lokasinya. Hubungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini (Kim et al, 2008).

Letak lesi

Kelainan

Ganggguan

Gangguan

Hiposkresi

Hiposekresi

motorik

pengecapan

pendengaran

saliva

lakrimalis

+

+

+

+

+

-

Pons- Meatus Acusticus Internus

+ Tuli atau Hiperakusis

+

+

+

+

+

+

+

+

+

+

-

+

+

-

+

-

+

_

-

-

-

Meatus Acusticus Internus Ganglion

+ Hiperakusis

genikulatum Ganglion genikulatum - N.Stapedius

+ Hiperakusis

N Stapedius – Chorda timpani Chorda timpani Infrakorda timpani – sekitar foramen stylomastoid

Myastenia Gravis Miastenia gravis dikarakteristikkan melalui adanya kelemahan yang berfluktuasi pada otot rangka dan kelemahan ini akan meningkat apabila sedang beraktivitas. Penderita akan merasa ototnya sangat lemah pada siang hari dan kelemahan ini akan berkurang apabila penderita beristirahat (Kessey, 2004). Gejala klinis miastenia gravis antara lain adalah kelemahan pada otot ekstraokular atau ptosis. Ptosis yang merupakan salah satu gejalasering menjadi keluhan utama penderita miastenia gravis, ini disebabkan oleh kelumpuhan dari nervus okulomotorius.Walaupun pada miastenia gravis otot levator palpebra jelas lumpuh, namun ada kalanya otot-otot okular masih bergerak normal. Tetapi pada tahap lanjut kelumpuhan otot okular kedua belah sisi akan melengkapi ptosis miastenia gravis.Sewaktu - waktu dapat pula timbul kelemahan dari otot masseter sehingga mulut penderita sukar untuk ditutup (Kessey, 2004). Kelemahan otot bulbar juga sering terjadi, diikuti dengan kelemahan pada fleksi dan ekstensi kepala . Selain itu dapat pula timbul kesukaran menelan dan berbicara akibat kelemahan dari otot faring, lidah, pallatum molle, dan laring sehingga timbullahparesis dari pallatum molle yang akan menimbulkan suara sengau. Selain itu bila penderita minum air, mungkin air itu dapat keluar dari hidungnya (Kessey, 2004).

Sumber : John C. Keesey, MD. Clinical Evaluation and Management of Myasthenia Gravis. Dalam:Wiley,penyunting. Muscle and Nerve . Edisi ke -29. USA: Department of Neurology,

UCLA

USA,2004;h.484505.

School

of

Medicine,

Los

Angeles.

California,

Seok JI, Lee DK, Kim KJ. The usefulness of clinical findings in localising lesions in Bell's palsy: comparison with MRI. J Neurol Neurosurg Psychiatry. Apr 2008;79(4):418-20.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF