Parese Nervus III Fix

February 27, 2019 | Author: marsya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

PARESE N 3...

Description

Parese Par ese Nervus III

Pres Pr esep epttor : dr. dr. Juli Julitta, SpM SpM

Rurin Ad Adriyanti 1110311024 Marrsy Ma sya a Rimad Rimadon ona a 13 1310 1031 3111 1140 40

ILUSTRASI KASUS

Iden Identi tittas Pasie asien n Nama Jeni Jeniss Kelam elamiin Usia Pekerjaan Agama Alamat

: Ny. G : Perem erempu puan an : 40 tahun : Ibu Rumah Tangga : Islam : Padang

ANAMNESIS Seorang pasien wanita berusia 40 tahun datang ke Poli Mata RSUP Dr M. Djamil Padang pada tanggal 1 Maret 2017

Keluhan Utama : Kelopak mata kanan tidak data membuka sejak 1 bulan yang lalu.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG •







Kelopak mata kanan tidak dapat dibuka sejak 1 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasakan mata berair dan nyeri sejak 4 hari sebelumnya, kemudian kelopak mata menutup sedikit hingga tidak dapat terbuka sama sekali. Pasien mengeluh sakit kepala sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluh melihat ganda sejak 1 bulan yang lalu. Riwayat mata merah tidak ada pandangan kabur tidak ada, keluar sekret yang banyak dari mata tidak ada, gatal tidak ada.





Riwayat trauma sebelumnya tidak ada. Pasien telah berobat kedokter spesialis mata untuk keluhannya dan telah diberikan 4 macam obat. Namun pasien lupa nama obatnya. Kemudian 15 hari yang lalu pasien dapat membuka mata kananya. Mata kanan kembali tidak dapat terbuka beberapa jam kemudian.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama.

Paman pasien pernah mengalami stroke

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

-Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama. -Anggota keluarga pernah mengalami stroke

STATUS OFTALMIKUS STATUS OFTALMIKUS Visus tanpa koreksi

OD

OS

5/5

5/60

Visus dengan koreksi Silia / supersilia

Tidak dikoreksi Trikiasis (-) Distrikiasis (-) Madarosis(-)

S -0.25 dan silindris 2.5 : 5/5 F2 Trikiasis (-) Distrikiasis (-) Madarosis(-)

Palpebra superior

Hiperemis(-)

Hiperemis(-)

Edema (-)

Edema (-)

Laserasi(-)

Laserasi(-)

Massa(-)

Massa(-)

Ptosis (+)

Ptosis (-)

Palpebra inferior

Margo Palpebra

Aparat lakrimalis Konjungtiva Tarsalis Konjungtiva Forniks Konjungtiva Bulbii

Hiperemis(-)

Hiperemis(-)

Edema (-)

Edema (-)

Laserasi(-)

Laserasi(-)

Massa(-) Entropion (-)

Massa(-) Entropion (-)

Ektropion (-)

Ektropion (-)

Sikatrik (-) Dalam batas normal Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) Injeksi siliar (-)

Sikatrik (-) Dalam batas normal Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) Hiperemis (-), Papil (-), folikel (-) Injeksi siliar (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Injeksi konjungtiva (-)

Bitot Spot (-)

Bitot Spot (-)

Sklera

Putih

Putih

Kornea

Bening

Bening

Kamera Okuli

Cukup dalam

Cukup dalam

Iris

Coklat

Coklat

Pupil

Bulat, refleks cahaya

Bulat, refleks cahaya

+/+, diameter 3mm

+/+, diameter 3mm

Relatif bening

Keruh

Anterior

Lensa

Fundus : - Media

Relatif jernih

- Papil optikus

Bulat, batas tegas, C/D 0.3- Bulat, batas tegas, C/D

Relatif jernih

0.4

0.3-0.4

- Retina

Perdarahan (-), eksudat (-)

Perdarahan (-), eksudat (-)

- aa/vv retina

2:3

2:3

- Makula

Refleks fovea (+)

Refleks fovea (+)

Tekanan bulbus okuli

Normal (palpasi)

Normal (palpasi)

Posisi bulbus okuli

Ortho

Ortho

Gerakan bulbus okuli

Interpretasi pemeriksaan diplopia II

II

II

I

II

II

I

II

II

Diagnosis Kerja : Paresis N. III Partial :Terapi Rencana : Pemeriksaan Laboratorium dan CT Scan Prognosis : Quo ad vitam : bonam Quo ad sanatioum : dubia ad malam Quo ad functionam : dubia ad malam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

anatomi Nukleus pada substansia nigra periaquaduktal

Nukleus motorik

Nervus Oculomotorius Nukleus otonom

Nukleus pada substasia nigra

otot-otot musculi rectus medialis, superior, inferior, musculus obliqus inferior, dan musculus levator palpebra superior

musculus sfingter pupil dan musculus ciliari

Oculomotor Nerve Pathway Nervus III muncul dari permukaan anterior mesencephalon  di antara arteria cerebri posterior dan arteria cerebelli superior berjalan ke dalam fossa cranii media di dinding lateral sinus cavernosus. •

Disini, nervus III terbagi menjadi ramus superior dan ramus inferior yang memasuki rongga orbita melalui fissura orbitalis superior. •

Dengan demikian, nervus oculomotorius bersifat motorik murni dan berfungsi mengangkat kelopak mata atas; menggerakkan bola mata ke atas, bawah, dan medial; konstriksi pupil; serta akomodasi mata.

ASPEK MOTORIK OTOT-OTOT EKSTRAOKULER Posisi mata ditentukan oleh keseimbangan yang dicapai oleh tarikan keenam otot ekstraokular. Posisi memandang primer kepala dan mata terletak sejajar dengan bidang yang dilihat. Untuk menggerakan mata ke arah pandangan otot agonis menarik mata ke arah tersebut dan otot antagonis melemas.

Origo dan Insersi otot ekstra okular

FUNGSI OTOT MATA Otot

Kerja primer

Kerja sekunder

Rektus lateralis

Abduksi

Tidak ada

Rektus medialis

Aduksi

Tidak ada

Rektus superior

Elevasi

Aduksi, intorsi

Rektus inferior

Depresi

Aduksi, ekstorsi

Obliqus superior

Intorsi

Depresi, abduksi

Obliqus inferior

Ekstorsi

Elevasi, abduksi

PARESE NERVUS III DEFINISI: Paresis nervus okulomotorius atau paralisis parsial nervus okulomotorius adalah gangguan fungsi motorik akibat adanya lesi jaringan saraf pada nervus okulomotorius ETIOLOGI1,3 -Meningitis (meningitis tuberkulosa, luetika, dan purulenta). -Lues serebrospinal. -Infiltrasi karsinoma anaplstik dari nasofaring. -Stroke (infark atau perdarahan di mesensefalon, yang menimbulkan sindroma dari weber). -Trauma kapitis (fraktur basis kranii, traksi pada nervus okulomotorius). -Aneurisma pada sirkulasi arteriosus Willisii. -Migren. -Neuritis reumatika. -Neuropatia pasca-difteri.

MANIFESTASI KLINIS

PARESE NERVUS III Total Kelumpuhan semua otot eksraoklar mata berdeviasi keluar dan bawah & ptosis Diplopia mengatur posisi kepalanya  postur abnormal

strabismus paraltik atau inkomitan

Parsial Hilangnya reflek akomodasi &reflek cahaya

pupil midriasis

Kelumpuhan otot intraokular dan ekstraokular terjadi secara terpisah

Complete left ptosis (looking straight ahead).

Left superior oblique Left inferior rectus action is limited (because  paralysis of inability  (looking down and left).

Left inferior oblique paralysis (looking up and right)

Left medial rectus paralysis (looking right).

Left superior rectus paralysis (looking up and left).

Normal left lateral rectus (looking left)

Sinkenesis okulomotor •

definisi





penyebab





kesalahan arah akson yang sedang tumbuh ke selaput yang salah transmisi atau timbal balik antara aksonakson yang tidak memiliki penutup selaput mielin

Primer : aneurisma a. karotis interna atau meningioma di sinus kavernosus Sekunder: trauma berat atau penekanan N III oleh aneurisma a. komunikans posterior penekanan berlangsung beberapa minggu bedah strabismus

Sinkinesis okulomotor (Regenerasi aberan nervus okulomotorius)



Diskinesia kelopak mata pada saat menatap M.horizontal levator

palpebra bekerja sewaktu M. rektus medialis bekerja;

Aduksi sewaktu berusaha melihat ke atas •

M. rektus medialis bekerja sewaktu M. rektus superior bekerja;

Retraksi sewaktu berusaha melihat ke atas •

kedua rektus, yang bersifat retraktor, bekerja;

Pupil pseudo-Argyll Robertson •

persarafan pupil dari M. rektus inferior atau medialis;

pseudo-Graef e retraksi kelopak mata sewaktu menatap ke bawah persarafan kelopak dari M. rektus inferior



Respon nistagmus optokonetik vertikal monokular •

otot-otot yang memfiksasi mata yang terkena bekerja bersamasama sehingga hanya mata normal yang berespon terhadap target yang bergerak.

Kelumpuhan okulomotor siklik •







Lepas muatan periodik oleh neuron-neuron yang rusak di nukleus okulomotorius rangsang subthreshold yang semakin bertambah sampai timbul lepas muatan Kelainan ini merupakan proses predominan unilateral kelumpuhan N III yang memperlihatkan spasme siklik setiap 10-30 detik. Selama selang waktu ini, ptosis membaik dan akomodasi meningkat Fenomena ini berlanjut terus seumur hidup tetapi berkurang sewaktu tidur dan meningkat seiring dengan tingkat kewaspadaan.

PARESE NERVUS III

ANAMNESIS

Usia onset

Diplopia

Jenis onset: awitan dapat perlahan, mendadak, atau intermiten.

Ketajaman penglihatan: baik atau menurun

Jenis deviasi: ketidaksesuaian penjajaran terjadi di semua arah atau lebih besar di posisiposisi menatap tertentu, termasuk posisi primer untuk  jauh atau dekat

Riwayat penyakit: diabetes melitus, hipertensi, aneurisma, neoplasia, atau trauma (trauma saat kelahiran ataupun trauma kepala akibat kecelakaan).

Inspeksi: inspeksi dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau intermiten, berpindah-pindah atau tidak, dan bervariasi atau konstan Pupil: ukuran, isokor/anisokor, refleks cahaya langsung dan tidak langsung. Hirschberg reflction test : memeriksa reflek cahaya pada kedua permukaan kornea. Dengan tes ini adanya strabismus dapat dideteksi, setiap 1 mm penyimpangan sama dengan 15 dioptri prisma (7 0).

Pergerakan mata: 6 POSISI KARDINAL

Ketajaman penglihatan Cover-uncover test tes ini bertujuan untuk menentukan sudut deviasi/sudut strabismus Hess screen: tes ini bertujuan untuk mengukur sudut deviasi/sudut strabismus

Pemeriksaan sensorik: pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai status pengihatan binokular

DIAGNOSIS

Celah kelopak mata Pasien disuruh memandang lurus ke depan ,kemudian dinilai kedudukan kelopak mata terhadap pupil dan iris. Pupil yang perlu diperiksa : (1) ukuran: apakah normal (diameter 4-5 mm), miosis, midriasis atau pin pont pupil (2) bentuk: apakah normal, isokor atau anisokor (3) posisi: apakah central atau eksentrik (4) refleks pupil

Gerakan bola mata Fungsi otot-otot ekstrinsik bola mata dinilai dengan gerakan bola mata keenam arah yaitu lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial atas dan medial bawah, cara: pasien menghadap ke depan dan bola mata digerakkan menurut perintah atau mengikuti arah objek.

TERAPI

Terapi bedah12 Tujuan terapi bedah adalah untuk mengeliminasi diplopia dalam lapangan pandang yang normal, baik pada penglihatan jauh ataupun dekat Terapi bedah biasanya dilakukan bila penglihatan binokular tidak kunjung membaik setelah otototot ekstraokular pulih, selambat-lambatnya sampai 6 bulan. Prosedur yang digunakan yaitu reseksi dan resesi. •





View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF