Panduan Surgical Safety Checklist

August 28, 2018 | Author: syiam tri sutrisno | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ejfr...

Description

LAMPIRAN : Peraturan Direktur RSUD Suradadi Kabupaten Tegal  Nomor : / /2016 Tanggal: /2016

PANDUAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST

RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL Jl. Raya Tegal  –  Pemalang   Pemalang KM. 12 Suradadi, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah Telp. & Faximili : 0283-4532151 0283-453215 1

E mai l : r :  rsudsur sudsurad adad adii _teg [email protected] [email protected] d

TAHUN 2016

DAFTAR ISI 

Halaman Judul



Daftar Isi



Lembar Pengesahan



BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG 2. TUJUAN 3. PENGERTIAN



BAB II. TATA LAKSANA 4. Strategi Safe Surgical Saves Lives 5. Implementasi 6. Pelaksanaan 7. Penanggung Jawab



BAB III. DOKUMENTASI



BAB IV. PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN 1.

LATAR BELAKANG Adanya perbedaan harapan, dasar berpikir dan konsep tentang sakit

antara dokter dan pasien membuat hubungan antara keduanya mengandung konfliklaten. Konsep yang harus diiingat seorang dokter dalam hubungan yang kompleks ini yaitu untuk selalu membangun emphaty (Hippocrates 400 SM). Seorang dokter adalah seseorang yang karena profesinya dituntut untuk selalu memprioritaskan penderita. Tindakan pembedahan (surgery) adalah suatu interaksi atau hubungan yang sangat khusus antara dokter atau provider kesehatan (team work) dengan  pasien dan keluarganya, dalam upaya menyelamatkan dan atau meningkatkan kualitas

hidup

pasien,

dimana

potensial

konflik

sangatlah

besar.

Penggunaan anestesi, sedasi dan intervensi bedah merupakan proses yang komplek dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan asesmen lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan, perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer dan  pemulangan pada akhirnya. Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai sebuah rangkaian  proses mulai dari sedasi minimal hingga anestesi penuh. Karena respons pasien  berubah ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut, penggunaan anestesi dan sedasi diatur secaraterpadu. Menurut WHO 2009, diseluruh dunia dan hampir setiap tahun kompilkasi operasi 3 –  16 % dan kematian pasca operasi 0,4  –   0,8

%

dan

dapat

diartikan

bahwa

7

juta

penderita

yang

mengalamimkecacaran dan 1 juta mengalami kematian. Pada juni 2009 di washington DC Amerika, WHO meluncurkan Safe Surgery Saves Lives (S3L).

Perkembangan ilmu tentang system informasi terkait keselamatan  pasien telah memberikan perubahan yang besar dalam undang-undang kesehatan dalam upaya perlindungan terhadap pasien. Pemerintah mewajibkan program keselamatan pasien sebagai salah satu syarat yang harus diterapkan di semua rumah sakit dan akan di evaluasi melalui akreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit. Pasien Safety adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit membuat asuhan  pasien menjadi lebih aman. Upaya upaya peningkatan pasien di kamar bedah menggunakan

selembar

formulir

surgery

safety

checklist

sebagai

alat

komunikasi atau system informasi yang merupakan program WHO yang diharapkan dapat mencegah kesalahan prosedur operasi, kesalahan pasien operasi ataupun kesalahan kesalahan area yang dilakukan operasi. Program Keselamatan Pasien safe surgery saves lifes sebagai bagian dari upaya WHO untuk mengurangi jumlah kematian bedah di seluruh dunia. Tujuan dari program ini adalah untuk memanfaatkan komitmen dan kemauan klinis untuk mengatasi isu-isu keselamatan yang penting, termasuk praktek praktek keselamatan anestesi yang tidak memadai, mencegah infeksi bedah dan komunikasi yang buruk di antara anggota tim. Untuk membantu tim bedah dalam mengurangi jumlah kejadian ini, WHO menghasilkan rancangan  berupa checklist keselamatan pasien di kamar bedah sebagai media informasi yang dapat membina komunikasi yang lebih baik dan kerjasama antara disiplin klinis. 2.

TUJUAN

2.1 Tujuan Utama : Tujuan program Safe Surgery Saves Lives adalah menciptakan perilaku tim  pembedahan dan lingkungan yang aman bagi penderita. 2.2 Tujuan Khusus :

a. Tim

pembedahan

dipastikan

melakukan

pembedahan

pada

tepat

 penderita dan tepat lokasi.  b. Tim pembedahan dipastikan melakukan metode anestesi yang mencegah rasa sakit bagi penderita. c. Tim pembedahan telah mengenali dan melakukan persiapan yang efektif dalam pencegahan dan penanganan terjadinya gangguan airway dan  breathing. d. Tim pembedahan telah mengenali, melakuakn pencegahan dan antisipasi  penanganan yang efektif terhadap resiko perdarahan (circulation). e. Tim pembedahan telah mengetahui dan menghindari serta antisipasi  penanganan terjadinya reaksi alergi maupun efek samping obat yang  berat, yang potensial terjadi pada pasien. f. Tim pembedahan secara konsisten menerapkan metode aseptik, guna mencegah timbulnya infeksi luka operasi. g. Tim pembedahan selalu menghindari terjadinya ketertinggalan alat atau  benda habis pakai pada daerah operasi. h. Tim pembedahan selalu menjaga dan melakukan identifikasi yang tepat terhadap spesimen hasil pembedahan. i. Tim selalu melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang  penting dalam upaya melakukan operasi yang aman.  j. Rumah sakit dan public health system selalu secara rutin melakukan surveylance terhadap kapasitas, volume dan hasil serta komplikasi dari  pembedahan dan anestesi (surgical and anesthesia vital statistic) yang dilakukan.

3.

PENGERTIAN

Pengertian dari Safe Surgery saves Lives ( S3L ) adalah suatu program dalam upaya menurunkan komplikasi pembedahan dan anestesi, yang menjadi  perhatian : 3.1 Pencegahan infeksi luka operasi. 3.2 Keselamatan pembiusan (safe anesthesia). 3.3 Keselamatan pembedahan (safe surgical terms). 3.4 Mekanisme jaminan kualitas dan perawatan pembedahan (surgical care and quality assurance mechanism). Faktor yang berpengaruh terhadap komplikasi pembedahan :

a.

Ketidaktaatan

atau

ignore

terhadap

standar

pelayanan

pembedahan

merupakan awal terjadinya komplikasi pembedahan.  b.

Tingginya

angka

infeksi

luka

operasi,

sering

hanya

diakibatkan

 penggunaaan dan ketidaktepatan waktu pemberian antibiotik profilaksis serta kesalahan tehnik sterilisasi c.

Penggunaan alat monitoring tanda vital yang tidak standar selama operasi, terbukti meningkatkan komplikasi akibat pembiusan sebesar 100 –  1000 kali

d.

e.

Persiapan operasi yang teliti adalah mutlak dilakukan : 

Identifikasi penderita.



Identifikasi tempat operasi.



Ketepatan radiodiagnostik.

Kompetensi tim pembedahan dan pembiusan (menurut WHO bukan merupakan masalah) hindari : 

Kesalahan pasien yang dioperasi (wrong patient).



Kesalahan tempat operasi (wrong site operation).



Kecelakaan tindakan anestesi.

BAB II 4.

TATA LAKSANA Strategi Safe Surgical Saves Lives :

4.1 Sosialisasi dan promosi : Surgical safety adalah masalah kesehatan yang serius dan harus mendapat perhatian. 4.2 Budayakan

penggunaan

checklist

: Sebagai

standar

kendali

mutu

 pembedahan dalam upaya surgical safety dan anesthesia safety. 4.3 Surgical  –  anesthesa vital statistic : Monitoring dan pendataan penting dalam identifikasi

masalah

patient

safety

dan

upaya

pemecahannya

serta

 penyusunan program selanjutnya.

5.

Implementasi.

Diperlukan metode yang sederhana, praktis dan mudah dikerjakan dan tidak menganggu proses pembedahan dan anestesi serta dapat menjamin safe surgerydan

safe

Metode yang digunakan

anesthesia

adalah Surgical safety checklist. Metode yang

digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas pembedahan dan anestesi

Menurunkan

unnecessary

surgical

and

anesthesia

deaths

and

complications

6.

Pelaksanaan

Implementasi Surgical Safety Checklist memerlukan seorang koordinator untuk  bertanggung jawab untuk memeriksa checklist. Koordinator biasanya seorang  perawat atau dokter atau profesional kesehatan lainnya yang terlibat dalam operasi. Ada 3 periode terpenting : 6.1 Sebelum Induksi ( Sign In ) a. Sign in merupakan verifikasi pertama sesaat pasien tiba di ruang terima atau ruang persiapan.

 b. Evaluasi kembali rekam medis pasien yang bersangkutan berkaitan dengan identitas, hasil pengukuran vital sign terakhir, kelengkapan dokumen

termasuk

surat

persetujuan

pembedahan

atau

formulir

 persetujuan operasi c. Riwayat alergi d. Resiko kehilangan darah saat pembedahan e. Resiko gangguan pada jalan nafas f.

Konfirmasi lokasi pada tubuh yang akan dimanipulasi oleh pembedahan

g. Konfirmasi kesiapan peralatan serta jenis anasthesi yang akan digunakan 6.2 Sebelum Insisi ( time out ) a. Verifikasi dilaksanakan ketika pasien sudah siap di atas meja operasi, sudah dalam keadaan terbius, dimana team anasthesi dalam keadaan siaga dan team bedah telah dalam posisi sterile.  b. Scrub nurse yg memberikan kode untuk dilakukan time out. Sirkulator membacakan dan melakukan dokumentasi. c. Team bedah kembali mengkonfirmasi tentang pasien, lokasi insisi pada tubuh pasien, prosedur yang akan dijalankan dan kemungkinan kesulitan teknik pembedahan yang dihadapi selama proses berlangsungnya operasi d. Di sisi lain perawat bedah diwajibkan untuk menyatakan kesiapan alat / instrumen, keadaan sterilitas alat dan termasuk perhitungan jumlah kasa. e. Pada kesempatan ini diungkapkan juga mengenai obat antibiotika  profilaksis yang telah diberikan beserta hasil pemeriksaan penunjang seperti x-ray dan lain-lain yang sewaktu waktu mungkin diperlukan operator ketika menjalankan operasinya f. Kemungkinan resiko pembiusan selama berlangsungnya operasi menjadi kewajiban team anasthesi untuk menyampaikannya

6.3 Sebelum Keluar Ruang Operasi ( Sign Out ) a. Scrub nurse yang akan memberikan kode untuk dilakukan sign out.  b. Dilakukan sebelum penutupan rongga tubuh pasien yang dioperasi. c. Hitungan jumlah instrumen, jarum dan kasa secara benar, disaksikan oleh  perawat sirkulator dan didokumentasikan. d. Pemberian label sesuai identitas pasien pada jaringan yang telah diangkat dari tubuh pasien. ( peran perawat sirkulator ) e. Dokter bedah sebagai operator beserta dokter anasthesi menyampaikan hal-hal yang perlu diperhatikan pada masa pemulihan pasien dan  perawatan pasca operasi selanjutnya. 7.

Penanggung Jawab

Penanggungjawab secara keseluruhan bahwa pasien yang akan dilakukan  pembedahan, telah dilakukan checklist adalah : OPERATOR, dibantu seorang sirkulator (Onloop). Penanggung jawab kegiatan : 

Periode sebelum induksi adalah : perawat anestesi dan bedah dibantu ahli anestesi



Sebelum insisi adalah : operator ahli bedah, perawat bedah dan ahli anestesi



Sebelum keluar dari kamar operasi adalah : perawat bedah, ahli bedah dan anestesi

BAB III DOKUMENTASI Patient Safety

Surgical Safety Checklist  – Sign In, Time Out dan Sign Out 

Dilakukan sebelum induksi anestesi, dihadiri minimal oleh perawat & ahli

Dilakukan sebelum insisi, dihadiri minimal oleh perawat, ahli anestesi,

anestesi Indikator

1.

operator  Sudah Belum

Indikator

1.

Pasien telah dikonfirmasi meliputi :

operator Ya

Sebutkan nama dan peran masing-masing seluruh anggota tim

2.

1) Identitas dan gelang pasien

3. 4.

Konfirmasi meliputi :

Tidak

Indikator Konfirmasi secara verbal tentang nama prosedur / tindakan :

2.

Jumlah instrument, sponge, jarum sesuai ?

1) Nama pasien

3) Prosedur

2) Prosedur

Instrument

3) Lokasi insisi

Sponge

Profilaksis Antibiotik

Jarum

3.

Lokasi operasi sudah diberi tanda

4.

Mesin dan obat-obat anestesi sudah di cek lengkap

Pulse oximeter  sudah

terpasang dan berfungsi

Ya

Item

1)

Sudahkah diberikan 60 menit sebelumnya?

2)

Diberikan oleh............................

Ya

1.

2) Lokasi operasi

4) Persetujuan operasi

2.

Halaman 2/2

Dilakukan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi, dihadiri oleh perawat, ahli anestesi,

Pra

Intra

+

Pasca

Jumlah total

3.

Spesimen telah diberi label (minimal nama, alamat, no RM

Bidang Bedah

4.

 Adakah masalah dengan peralatan selama operasi

1) Apakah kemungkinan timbul kesulitan dalam

5.

Oleh Ahli Bedah, Ahli Anesthesi dan Perawat :

Pencegahan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Tidak

operasi ?

Tidak

dan asal jaringan spesimen)

Pesan khusus dari dokter bedah, dokter anestesi dan perawatan untuk perawatan di RR :

 Apakah tindakan antisipasi telah disiapkan?

5.

2) Berapa estimasi lama operasi = ..............jam

 Apakah pasien mempunyai riwayat alergi

.............................................................................................................................................................................. ..........................................................................................

6.

Kesulitan bernafas

/ risiko aspirasi? Tersediakah

3) Perkiraan kehilangan darah ............ cc

peralatan / bantuan

7.

Risiko  kehilangan darah

> 500 ml

(7 ml / Kg BB pada

Bidang Anestesi

Tanda Tangan

anak)

8.

Dua akses intravena / akses sentral dan rencana terapi

 Adakah masalah khusus pada pasien ini dan

cairan

langkah antisipasi?

Dokter Operator

Dokter Anestesi

Perawat Sirkuler

Perawat Kamar Operasi

Bidang Keperawatan 1) Sudahkan cek alat steril 2) Adakah alat khusus

5.

Sudahkah hasil MRI, CT-Scan, Foto Rontgen terpasang ?

BAB IV PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan. Instalasi kamar operasi merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit khususnya dalam bidang pembedahan, oleh karena itu pemakaian daftar/checklist keselamatan pasien operasi harus dilaksanakan dalam setiap tindakan operasi yang akan dilakukan. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju, maka  pelayanan pembedahan harus juga mengikuti perkembangan tersebut, pendokumentasian  pelayanan pasien yang dilakukan harus tersusun dengan rapi untuk mengetahui riwayat dari  proses perawatan pasien. Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan pelayanan di Instalasi Kamar Operasi.

BAB IV PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan. Instalasi kamar operasi merupakan bagian integral dari pelayanan rumah sakit khususnya dalam bidang pembedahan, oleh karena itu pemakaian daftar/checklist keselamatan pasien operasi harus dilaksanakan dalam setiap tindakan operasi yang akan dilakukan. Dalam perkembangan pelayanan kesehatan yang dari hari ke hari semakin maju, maka  pelayanan pembedahan harus juga mengikuti perkembangan tersebut, pendokumentasian  pelayanan pasien yang dilakukan harus tersusun dengan rapi untuk mengetahui riwayat dari  proses perawatan pasien. Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan dan pelayanan di Instalasi Kamar Operasi.

Slawi, . . . . . . . . . . . . . . . . 2016

DIREKTUR RSUD SURADADI KABUPATEN TEGAL

JOKO WANTORO

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF