Panduan Penyusunan Clinical Pathway
February 6, 2018 | Author: Ruth Roulina | Category: N/A
Short Description
kmk no 875...
Description
KATA PENGANTAR
Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran yang dapat dilengkapi dengan Clinical Pathway bertujuan untuk memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan medis pasien.
Clinical Pathway harus dipatuhi untui memenuhi standar mutu klinis dengan mengurangi variasi yang tidak diinginkan dalam pelayanan klinis sekaligus sebagai efisiensi sumber daya
Panduan ini disusun sebagai acuan untuk menyusun Clinical Pathway dan untuk melakukan evaluasi terhadap implementasi Clinical Pathway.
Jakarta, Maret 2014
Penyusun
1
BAB I PENDAHULUAN
Berdasarkan Permenkes 1438 /MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran, harus disusun Standar pelayanan Kedokteran yang bertujuan untuk :
memberikan jaminan kepada pasien untuk memperoleh pelayanan kedokteran yang berdasarkan pada nilai ilmiah sesuai dengan kebutuhan medis pasien.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kedokteran yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.
Standar pelayanan kedokteran terdiri dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan SPO. SPO dibuat mengacu pada PNPK
dan
ditetapkan oleh Direktur. SPO disusun dalam bentuk Panduan Praktik Klinis yang dapat dilengkapi dengan alur klinis (clinical pathway), algoritme, protokol, prosedur atau standing order.
RS Royal Progress menetapkan bahwa PNPK dapat dilengkapi dengan alur klinis (Clinical Pathway), algoritma dan prosedur. PNPK maupun clinical pathway disusun oleh staf medis yang dikoordinasi oleh Komite Medis. SPO harus ditinjau kembali dan diperbaharui minimal 2 (dua) tahun sekali.
2
BAB II PENGERTIAN DAN TUJUAN
Clinical Pathway adalah sebuah rencana yang menyediakan secara detail setiap tahap penting dari pelayanan kesehatan, bagi pasien dengan masalah klinis tertentu, berikut dengan hasil yang diharapkan.
Clinical Pathway adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama di rumah sakit.
4 komponen penting Clinical Pathway adalah: 1. Timeline 2. Kategori pelayanan atau aktivitas dan intervensi yang dilakukan. 3. Kriteria outcome jangka menengah dan panjang 4. Pencatatan variasi yang ada
Tujuan Clinical Pathway 1. Menjamin agar tidak satupun dari aspek pelayanan yang penting akan terlupakan dan dilaksanakan tepat waktu ( dari pre admision sampai ddengan discharge). 3
2. Memfasilitisasi
pengenalan
terhadap
clinical
guideline
yang
sistematis sehingga dapat dilakukan audit yang juga sistematis. 3. Meningkatkan komunikasi multidisiplin dalam perencanaan dan implementasi asuhan serta antara klinisi dengan pasien. 4. Memenuhi standar mutu klinis dengan mengurangi variasi yang tidak diinginkan dalam pelayanan klinis sekaligus sebagai efisiensi sumber daya. 5. Menunjukkan kepada pihak ke tiga (asuransi) tentang best practice.
4
BAB III PENYUSUNAN CLINICAL PATHWAY
Beberapa hal yang perlu disiapkan untuk menyusun Clinical Pathway adalah :
Staf Medis
1. Panduan Praktik klinis yang telah disepakati 2. Kesepakatan rerata lama hari rawat untuk setiap diagnosis, 3. Kesepakatan waktu (kapan) pemeriksaan/tindakan dilakukan, 4. kesepakatan waktu (kapan) obat, dosis dan lamanya diberikan serta kesepakatan klinis yang dipergunakan dalam monitoring/follow up.
Keperawatan Asuhan keperawatan dan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosis penyakit.
Farmasi Sistem satu pintu, unit dose, stop ordering.
Keuangan Menyiapkan tarif dan verifikasi.
5
Tahapan Penyusunan Clinical Pathway: 1. Pembentukan tim penyusun clinical pathway. Tim penyusun clinical pathway terdiri dari staf multidisiplin dari semua tingkat dan jenis pelayanan. 2. Studi literatur. Studi literatur diperlukan untuk menggali pertanyaan klinis yang perlu dijawab dalam pengambilan keputusan klinis dan untuk menilai tingkat dan kekuatan bukti ilmiah. Studi ini sebaiknya menghasilkan laporan dan rekomendasi tertulis. 3. Diskusi kelompok terarah. Diskusi kelompok terarah atau focus group discussion (FGD) dilakukan untuk mengenal kebutuhan pelanggan (internal dan eksternal) dan menyesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dalam memenuhi kebutuhan tersebut serta untuk mengenal kesenjangan antara harapan pelanggan dan pelayanan yang diterima. Lebih lanjut diskusi kelompok terarah juga perlu dilakukan untuk memberi masukan dalam pengembangan indikator mutu pelayanan klinis dan kepuasan pelanggan serta pengukuran dan pengecekan. 4. Penyusunan pedoman klinik. Penyusunan pedoman klinik dilakukan dengan mempertimbangkan hasil site visit, hasil studi literatur (berbasis bukti ilmiah) dan hasil diskusi kelompok terarah. Pedoman klinik in perlu disusun dalam bentuk alur pelayanan untuk diketahui juga oleh pasien.
6
5. Analisis bauran kasus. Analisis bauran kasus dilakukan untuk menyediakan informasi penting baik pada saat sebelum dan setelah penerapan clinical pathway, meliputi: length of stay, biaya per kasus, obat-obatan yang digunakan, tes diagnosis yang dilakukan, intervensi yang dilakukan, praktisi klinis yang terlibat dan komplikasi. 6. Pemilihan diagnosis penyakit yang akan dibuat clinical pathway
Penyakit atau kondisi yang paling sering atau banyak terjadi
Penyakit atau kondisi yang memiliki risiko tinggi
Penyakit atau kondisi yang memerlukan biaya tinggi
Penyakit atau kondisi yang terdapat variasi/keragaman dalam pengelolaannya.
7
BAB IV MONITORING, EVALUASI, DAN PELAPORAN CLINICAL PATHWAY
Dalam pelaksanaan penerapan clinical pathway di rumah sakit sebagai bahan monitoring dan evaluasi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Setiap penyimpangan langkah dalam penerapan Clinical Pathway dicatat sebagai varians dan dilakukan kajian analisis dalam bentuk audit.
Varians tersebut dapat karena kondisi perjalanan penyakit, penyakit penyerta atau komplikasi maupun kesalahan medis (medical errors).
Monitoring kepatuhan terhadap clinical pathway dilakukan setiap bulan. oleh Panitia PMKP bersama dengan Wakil Ketua Komite Medik dan Case Manager.
Caranya adalah:
Dengan melakukan audit berkas RM, yaitu membandingkan catatan perawatan pasien dengan Clinical Pathway.
Perhitungan sampel yang digunakan adalah 10 % dari populasi.
Apabila terdapat variabilitas dalam perjalanan penyakit atau komplikasi tidak digunakan sebagai populasi pengambilan data.
8
o
Kriteria yang dinilai adalah : Operasi : Asesmen klinis (diagnosa), Penunjang (Lab/Radiologi/PA),
Tindakan (Konsultasi dokter, Asesmen anestesi dan bedah, kelengkapan informed consent, penandaan), Obat dan lama rawat. o
Non operasi : Asesmen klinis, Penunjang (lab/radiologi), obat dan
lama rawat.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kepatuhan terhadap clinical pathway dilaporkan setiap 3 (tiga) bulan kepada Direktur .
9
View more...
Comments