Panduan Pemetaan Geologi 2014

April 12, 2019 | Author: Harry Soeharto Gani | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

panduan...

Description

PANDUAN PEMETAAN GEOLOGI 2014

DARI SENDUNYA JATINANGOR 

GEOMOFOLOGI

1.

Klasifikasi Bentang Alam Geomorfologi 

Pedataran

Pedataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato a. Dataran marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang yaitu pasir yang terpilah baik dan kemasan terbuka karena lebih banyak dipengaruhi dipengaruh i oleh hempasan ombak, bercampur dengan lempung dan lanau.  b. Dataran fluvial : disusun disusun oleh material berbutir halus halus seperti lem  pung dan lanau sampai sampai bongkah bongkah - bongkah. bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endap an aluvium dan jika telah termampatkan disebut konglomerat. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de ngan sisa - sisa tumbuhan atau endapan batubara. d. Dataran plato : disusun oleh material material - material gunungapi, sepert  breksi dan dan tuf. 

Perbukitan

Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan perbukitan yang dikontrol oleh struktural. a. Perbukitan Perbukitan kubah intrusi, disusun disusun oleh material material batuan batuan beku intrusi yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter (terpisah), (terpisah) , biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh sesar dan tersebar tidak beraturan.  b. Bentuklahan Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material material - material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi gunungapai. c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun d isusun oleh material sisa kehidupan binatang laut (koral), bersif at karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan yang berkelompok, membentuk pola  pengaliran multi basinal basinal (tiba - tiba menghilang), menghilang), terdapat gua - gua dengan dengan stalagtit stalagtit dan talagmit. talagmit. Daerah  perbukitan karst mencermink mencerminkan an jejak lingkungan lingkungan laut dangkal (25 meter meter sampai sampai 50 meter), sehingga sehingga garis  pantai lama tidak jauh dari kumpulan kumpulan perbukitan karst tersebut. Munculnya Munculnya perbukitan perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan pengangkatan (tektonik). d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang terlipat, sehingga dapat diperkirakan material materi al penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir, batulempung dan batulanau atau  perselingan  perselingan batuan sedimen sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan bentuklahan perbukitan terlipat terlipat memiliki memiliki pola pengaliran pengaliran  paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti lereng sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan sedangkan  puncak dari perbukitan bertindak bertindak sebagai batas pemisah pemisah aliran (water devided). Bentuklahan Bentuklahan perbukitan

memanjang terbentuk akibat dari kegiatan tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk  perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau terpisah, kemungkinan kemungkinan diakibatkan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser 

Pegunungan

Bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian bentuklahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %, biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu nungapi atau akibat kegiatan tektonik yang cukup kuat, seperti  pegunungan  pegunungan Himalaya Himalaya (di India), India), pegunungan pegunungan Alpen (di Eropa) dan Pegunungan Pegunungan Selatan (di Jawa Barat).

2.

Perhitungan kemiringan lereng dan klasifikasinya Untuk menghitung kemiringan lereng digunakan rumus :

Keterangan Keterangan : S

= Kemiringan lereng (%)

Δh

= Perbedaan ketinggian (meter)

D

= Jarak titik tertinggi dengan terendah (meter)

Hubungan kelas lereng dengan dengan sifat - sifat sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol simbol warna yang disarankan (sumber : Van Zuidam, 1985).

Kelas Lereng

00 - 20 (0 - 2 %)

20 - 40 (2 - 7 %)

40 - 80 (7 - 15 %)

Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan

Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering.

Lahan memiliki kemiringan lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan meninggalkan bekas yang sangat dalam.

Lahan memiliki kemiringan lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan terhadap erosi.

Simbol warna yang disarankan.

Hijau tua

Hijau Muda

Kuning Muda

80 - 160 (15 - 30 %)

160 - 350 (30 - 70 %)

350 - 550 (70 - 140 %)

> 550 ( > 140% )

3.

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam, rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur.

Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah dengan kecepatan yang perlahan lahan. Daerah rawan erosi dan longsor

Kuning Tua

Merah Muda

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan terhadap erosi.

Merah Tua

Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan.

Ungu Tua

Tata nama satuan geomorfologi 

Morfografi Morfografi secara garis besar memiliki arti gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan  bumi. Secara garis besar morfografi dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan,  pegunungan, atau gunungapi, lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola punggungan, pola pe - ngaliran dan bentuk lereng



Morfometri Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan merupakan unsur geomorfologi  pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap  bentuklahan memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.



Morfogenetik Morfogenetik adalah proses / asal - usul terbentuknya permukaan bumi, seperti bentuklahan perbukitan /  pegunungan, bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang terhadap  pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan proses endogen

Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan, pegunungan atau pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial, marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik (proses endogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material  penyusun merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga penamaan

satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik). Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi adalah sebagai berikut : Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL Pernyataan PERBUKITAN mencerminkan gambaran bentuk (morfografi) dan STRUKTURAL menyatakan  proses terbentuknya perbukitan tersebut. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar. Unsur - unsur  pendukung seperti morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir

4.

Pola pengaliran sungai dan karakteristiknya

Pola pengaliran adalah kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang dipengaruhi atau tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap mengalir. Biasanya pola pengaliran yang demikian disebut sebagai  pola pengaliran permanen (tetap). Howard (1967) membedakan pola pengaliran menjadi pola pengaliran dasar dan  pola pengaliran modifikasi 

Pola pengaliran dasar adalah Pola pengaliran yang memiliki satu sifat yang terbaca (khas) dan dapat dipisahkan dari pola dasar lainnya.



Pola pengaliran modifikasi adalah salah satu perbedaan/pengembangan yang dibuat dari pola dasar setempat.

Pola pengaliran dan karakteristiknya (van Zuidam, 1985)

POLA PENGALIRAN

KARAKTERISTIK 

DASAR 

DENDRITIK

Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket  batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan landai, jenis pola  pengaliran membentuk percabangan menyebar seperti pohon rindang.

PARALEL

Pada umumnya menunjukkan daerah yang  berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuklahan perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang memanjang dengan  pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh perlipatan.

TRALLIS

Baruan sedimen yang memiliki kemiringan  perlapisan (dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau  batuan metasedimen derajat rendah dengan  perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola  pengaliran biasanya berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen.

REKTANGULAR 

Kekar dan / atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan  batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus.

RADIAL

Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial. Catatan : pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar ke luar dari titik  pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan.

ANULAR 

Struktur kubah / kerucut, kemungkinan retas (stocks)

cekungan

dan

MULTIBASINAL

Endapan berupa gumuk hasil longsoran dengan  perbedaan penggerusan atau perataan batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme,  pelarutan gamping dan lelehan salju (permafrost)

KARAKTERISTIK 

POLA PENGALIRAN MODIFIKASI

SUB DENDRITIK 

Umumnya struktural

PINNATE

Tekstur batuan halus dan mudah tererosi

ANASTOMATIK 

Dataran banjir, delta atau rawa

MENGANYAM (DIKHOTOMIK)

Kipas aluvium dan delta

SUB PARALEL

Lereng memanjang atau dikontrol oleh bentuklahan  perbukitan memanjang.

KOLINIER 

Kelurusan bentuklahan bermaterial halus dan beting  pasir.

SUB TRALLIS

Bentuklahan memanjang dan sejajar 

DIREKSIONAL TRALLIS

Homoklin landai seperti beting gisik 

TRALLIS BERBELOK 

Perlipatan memanjang.

TRALLIS SESAR 

Percabangan menyatu atau berpencar , sesar paralel

ANGULATE

Kekar dan / atau sesar pada daerah miring

KARST

Batugamping

SEDIMENTOLOGI

I. Catatan Lapangan yang Baik Catatan lapangan harus dijaga dengan rapi dan tersusun dengan baik. Bagian lokasi yang diperiksa harus diberikan secara tepat, dan menarik dengan grid referensi dan untuk sketsa peta juga agar bisa tetap terjaga sampai waktu mendatang. Informasi stratigrafi yang sesuai harus dimasukkan lalu hal-hal seperti cuaca atau hal yang mencirikan tempat tersebut agar menarik saat dibaca. Catatan lapangan harus : 1. aktual, 2. mengambarkan dan mengukur ukuran, bentuk dan hal penting yang akan dibahas.

Batuan yang mengalami pelipatan atau rekahan data strukturalnya juga dicatat. Hal yang sangat diperhatikan: 1. Mineralisasi 2. retakan pada batuan, dan 3. strukturnya utamanya. 4. Sketsa harus rapi dan akurat lengkap dengan skalanya. 5. Subjek foto dan lokasi harus dicatat. Saat pengambilan photo skala jangan lupa untuk dimasukkan. Salah satu aspek sedimen yang tidak dapat direkam secara memadai pada grafik log adalah lapisan geometri atau unit batuan secara keseluruhan. Sketsa, foto dan deskripsi harus dibuat dalam bentuk dan perubahan lateral ketebalan dari lapisan. Poin utama yang harus ada pada buku catatan lapangan : 1. Detail lokasi : lokasi, nomor lkasi, grid reference, tanggal dan waktu, cuaca, stratigarfi horizon dan umur dari unit batuan, obervasi struktur (dip,strike,cleavage,dll) 2. Litologi/mineralogi dan texture : Identifikasi dan deskripsi/pengukuran 3. Struktur sedimen : deskripsi/pengukuran dan pembuatan sketsa/mengambil foto 4. Pengukuran paleocurrent : plot rose diagram 5. Fossil : identifikasi dan obervasi 6. Kontruksi grafik log jika sesuai dan sketsa hubung an lateral 7. Catatan lokasi pengambilan sampel dan fossil 8. Identifikasi kehadiran facies : asosiasi fasies dan pengulangan 9. Penentuan atau pengukuran unit batuan dan beberapa siklus dalam suksesi 10. Membuat interpretasi dan catatan untuk kerja kedepannya (contoh analisis di laboratorium)

II. Data yang Perlu Dicari di Lapangan 2.1 Litologi Litologi batuan sedimen secara garis besar dibagi menjadi batuan sedimen klastik dan batuan ssedimen nonklastik, namun pada modul ini hanya akan membahas litologi batuan sedimen klastik berhubung litologi ini sering ditemukan di lapangan.

 Konglomerat dan Breksi Konglomerat atau breksi merupakan batuan sedimen yang mana memiliki ukuran butir komponen gravel, yang membedakan antar keduanya adalah konglomerat memiliki butir komponen yang cenderung membundar sedangkan breksi cenderung menyudut. Sifat utama yang paling penting dalam mendeskripsi  batuan sedimen jenis ini yaitu mendeskripsikan tipe klastik (komponen dan matriks) dan tekstur. Dasar dari asal muasal klastik pada litologi ini dapat terlihat apakah kon glomerat dan breksi ini bertipe intraformational atau extraformational. Intraformational clasts merupakan kerikil-kerikil yang terbawa dari dalam endapan suatu cekungan dan fragmen-fragmen mudrock/lime mudstone berasal dari erossi pada dasar laut atau river

channel. Sedangkan extraformational clasts merupakan berasal dari endapan suatu ccekungan dan lebih tua daripada sedimen yang tersedia. Variasi klastik konglomerat dibagi menjadi:   Polymitic conglomerate, terdiri dari beberapa jenis tipe klastik 

Oligomitic/monomic conglomerate, terdiri dari satu tipe klastik

Sifat alamiah extraformational clasts  dapat digunakan untuk mendapatkan informasi terkait provenance dari suatu endapan. Hal penting yang perlu diingat dalam menginterpretasi suatu mekanisme endapan kerikil-bongkah pada batuan sedimen adalah tekstur. Konglomerat matrix-supported dan clasts supported harus bisa dibedakan. Bentuk, ukuran, dan orientasi komponennya harus diukur serta ketebalan dan geometri perlapisannya.  Batupasir Batupasir terdiri dari 5 komponen dasar: fragmen litik, butir kuarsa, butir feldspar, matriks dan semen. Matriks pada batupasir umumnya terdiri dari mineral lempung dan lanau kuarsa, dan biasanya terendapkan  berbarengan butir sedimen. Semen terpresipitasi antar butir dan dapat juga terbentuk saat proses diagenesis. Komposisi dari batupasir dapat merefleksikan geologi dan iklim dari area sumbernya. Beberapa butir sedimen dan mineral lebih stabil daripada butir lainnya secara mekanik dan kimia. Jika diurutkan dari yang  paling kuat sampai yang paling rentan: 1. Kuarsa 2. Muskovit 3. Mikroklin 4. Ortoklas 5. Plagioklas 6. Hornblend 7. Biotit 8. Piroksen 9. Olivin Dari urutan di atas dapat dikatakan bahwa batupasir yang immature terdiri dari mineral yang lebih rentan yang lebih banyak (rock fragment, feldspar, dan mineral mafik); batupasir mature terdiri dari kuarsa, feldspar, dan beberapa rock fragmen; batupasir  supermature  terdiri hanya dari kuarsa. Yang mana menunjukkan bahwa batupasir immature merupakan batupasir yang terendapkan dekat dengan sumbernya sedangkan batupasir supermature  merupakan batupasir yang sudah mengalami proses sedimentasi yang sangat jauh dan beberapa kali siklus sedimentasi sehingga tersisa hanya butir yang resisten saja yaitu kuarsa. Penamaan batupasir pada umumnya menggunakan dua klasifikasi, yaitu berdasarkan ukuran butir (Wentworth, 1922) dan komposisi batuan (Pettijohn, 1975). Wentworth membagi batupasir menjadi  batupasir sangat kasar, kasar, sedang, halus, dan sangat halus (untuk detail ukuran akan terlampir di bagian  berikutnya) sedangkan pettijohn membagi batupasir sesuai komponen batusedimen dan kandungan mud  pada batupasir, yaitu: (1) arenite (0-15%), (2)wacke/greywacke (15-75%), dan (3) mudrock (>75%)  Mudrock  Mudrock merupakan terminology untuk batusedimen yang berukuran lanau sampai lempung. Umumnya di lapangan mudrock sulit untuk dideskripsi karena butir sedimennya yang sangat halus. Batulanau dapat diidentifikasi di lapangan apabila terkena air ada sensasi seperti berbutir ketika digesek oleh tangan. Sedangkan lempung akan terasa seperti licin dan tampak larut dengan air. Dalam pendeskripsian mudrock tidak boleh mengisi poin tekstur karena walaupun menggunakan lup kita tidak dapat menentukan bentuk, kemas, dan sortasinya karena butirannya sangat kecil sehingga tidak terlihat. Mudrock dapat terendapkan di lingkungan mana saja, khususnya river floodplain, danau, low-energy shoreline, lagoon, dan delta. Di lapangan, apabila mudrock yang ada sudah dipastikan, dapat dideskripsikan dengan penggunaan satu atau dua sifat yang berhubungan dengan sifat tertentu. Sifat yang perlu diperhatikan adalah warna, fissility, struktur sedimen dan mineral, atau konten fosil

2.2 Tekstur Tekstur sedimen menaruh perhatian besar pada ukuran butir dan distribusinya, morfologi dan fitur butiran di permukaan, dan fabric dari sedimen itu sendiri. Tekstur adalah aspek yang penting dalam deskripsi batuan sedimen dan dapat berguna untuk menginterpretasi mekanisme dan lungkungan pengendapan, juga memengaruhi kontrol besar pada porositas dan pe rmeabilitas. Ukuran butir dan pemilahan 

Ukuran Butir Batuan Sedimen (Wentworth, 1922)

Klasifikasi Pemilahan di Batuan Sedimen

Mekanisme yang menyebabkan pemilahan 

Morfologi butiran Morfologi dari butiran mempunyai tiga aspek:  shape,  sphericity, dan roundness. Perbedaan dari ketiganya adalah: - Shape ditentukan berdasarkan rasio berbeda dari axes di batuan

-



Sphericity adalah ukuran seberapa dekat bentuk butir pada kebundarannya  Roundness berfokus pada kurvatur dari butiran

 Fabric Fabrik sedimen menekankan tiga dimensi komponen pada batuan. Fabrik primer adalah yang terbentuk saat sedimentasi berlangsung, dan sekunder merefleksikan jejak dari post-depositionall  processes. Fabrik dapat berguna dalam mendeterminasi proses pengendapan. Fabrik yang umum  pada gravel   dan konglomerat adalah imbrikasi. Hal ini dapat digunakan dalam penentuan analisis  paleocurrent  berdasarkan arah arus pengendapan. Terdapat dua jenis fabric: grain supported  dan matrix supported .

2.3 Geometri dan Hubungan antar Batuan 1. Geometri batuan : 

geometri batuan merupakan gambaran bentukan batuan sedimen secara vertical maupun lateral. namun, jika kita melihat pada outcrop, maka penampang vertical akan lebih mudah dipahami. sedangkan pada peta kita dapat melihat secara lateral. geometri batuan sebaiknya di pahami secara 3 dimensi. namun, perlu adanya korelasi dari beberapa titik pengamatan untuk memahaminya. bentuk geometri batuan yang mungkin di temukan di lapangan secara vertical :

-

tabular : jika memiliki ukuran yang meluas dan memanjang

-

wedge-shaped : jika bentuknya tidak utuh dan tetap seperti terpisah yang datar

-

lenticular : bentuknya individual ataupun banyak seperti lengkungan.



geometri batuan dapat diamati dalam skala unit bed, anggota maupun formasi sebagai cakupan lebih luas. karena itu, cakupan untuk geometri batuan berhubungan dengan stratigrafi baik vertical maupun horizontal.



geometri batuan di lapangan dapat dilihat pada pengukuran strike/dip batuan sehingga tergambarkan penyebaran dan pola pengendapannya bahkan berkaitan dengan struktur.



 bentukan ini dapat menggambarkan kondisi proses sedimentasi dan pengendapan.

2. Hubungan unit batuan 

mengacu pada hukum stratigrafi baik konvensional maupun modern. konvensional diantaranya :

-

hukum steno: ^ superposition : batuan yang terendapkan dibawah relatif lebih tua dari diatasnya ^ original horizontality : pengendapan terjadi secara horizontal akibat adanya gaya gravitasi ^ lateral continuity : penyebaran pengendapan secara lateral pada suatu lingkungan pengendapan

-

tambahan Charles Lyell ^ cross cutting : tubuh batuan yang menerobos batuan lain relatif lebih muda.

-

tambahan William smith ^ suksesi fauna: adanya fauna yang terfosilkan menjadi penciri suatu tubuh batuan.

-

ketidakselarasan dan keselarasan. keselarasan berarti pengendapan atas dan bawah lapian saling  berhubungan. ^ angular conformity : adanya kontak bersudut dengan batuan yang lebih muda. ^ nonconformity : adanya kontak tubuh batuan sedimen dengan batuan beku/ metamorf

^ disconformity : adanya kontak erosional diakibatkan tidak adanya influx sedimen atau proses  pengendapan.



hukum modern mengacu pada sikuen stratigrafi dengan beberapa perbedaan dari konvensional.



hubungan unit batuan dapat dijadikan menjadi suatu fasies jika memiliki karakteristik tertentu yang nantinya dapat mencirikan suatu lingkungan pengendapan.



untuk menentukan hubungan batuan secara vertical maupun horizontal, harus ditentukan terlebih dahulu pembagian unit batuan. pembagian ini juga berdasarkan sudut pandang dan tujuan  peneliti. apakah dari sudut pandang struktur sedimen, kandungan kimia, geometri ataupun fosil yang dikandungnya.



geometri dan hubungan antar batuan menjadi dasar pada cakupan pemahaman g eologi lebih luas. nantinya, hasil pemahaman pada sub-bab ini akan berujung pada lingkungan pengendapan dan statigrafi dan hasilnya berupa peta geologi.

2.4 Warna Batuan Sedimen

Warna batuan dapat digunakan untuk indicator lingkungan pengendapan dan iklim saat pembentukannya. warna batuan mencirikan kandungan mineral di dalamnya yang dipengaruhi oleh keberadaan oksigen saat  pengendapannya.

-

umumnya material utama pemberi warna batuan sedimen : organic matter, iron dan oksigen. iron dan oksigen terdapat dalam batuan saat air melarutkan kedua unsur dan mengisi rongga dalam  batuan.

-  pada table, terdapat warna umum yang ditemui:



hitam- abu- abu mengindikasikan pengendapan yang tidak memperoleh oksigen (anoxic) dan mengandung material organic yang tinggi. mineral iron disini dapat bereaksi dengan mineral anoksik dan membentuk mineral pirit. lingkungan umumnya adalah coastal marsh, lowland marsh bersuhu temperate, swamp ataupun laut dalam.



hijau mengindikasikan pengendapan mengandung sedikit oksigen yang memungkinkan terbentuknya mineral glaukonit sebagai mineral alterasi pada lingkungan sedimen. glaukonit terbentuk saat taka da suplai sedimen sehingga mineral glaukonit terbentuk pada lingkungan laut dangkal.



cokelat - kuning warna ini terdapat beberapa kemungkinan seperti terbentuk akibat pelapukan pada perlapisan yang tersingkap membentuk mineral pyrite atau siderite, pembentukan dari senyawa ferric oxide yang menghasilkan mineral limonite atau goethite.



merah mengindikasikan adanya suplai oksigen yang cukup saat pengendapan. mineral iron (3+)  bereaksi dengan oksigen tersebut membentuk Fe2O3 (hematite). lingkungannya pada semi-arid continental seperti desert, playa lakes dan sungai. lapisan batuan ini disebut red bed. namun,  perlu catatan, terdapat endapan sedimen berwarna merah yang terbentuk didasar laut dalam disebut rijang. ini dapat di lihat dari komposisi batuannya didomina si silika.



 biru muda  jarang ditemui biasanya mengindikasikan batuan hidrat.

namun, perlu digaris bawahi, bahwa warna batuan sedimen tidak dapat digunakan seutuhnya sebagai indicator lingkungan pengendapan. karena, warna tersebut dapat berupa hasil diagenesa yang mengubah mineral atau penambahan mineral. indicator warna harus dikorelasikan dengan indicator lainnya untuk dijadikan sebagai acuan kuat suatu lingkungan pengendapan. uj

III. Grafik Log Suatu metode standar yang digunakan dalam pengumpulan data lapangan tentang sedimen atau batuan sedimen yang direkonstruksikan lewat sebuah grafik log yang memperlihatkan data perlapisan batuan dan memberikan gambaran visualisasi untuk nantinya dapat dilakukan korelasi dengan daerah yang berbeda. Dalam grafik log ini akan dicantumkan data berupa ketebalan perlapisan, kontak antar perlapisan, litologi, strike dip, tekstur dan struktur sedimen, juga hubungan dari perlapisan/perubahan suksesi secara vertikal tersebut seperti fining upward , coarsening upward  dll. Grafik log dibuat dalam milimeter blok dengan skala tertentu dan harus sama dengan grafik log lainnya dalam suatu pengumpulan data. Data-data yang dicantumkan dalam suatu grafik log menggunakan simbol agar lebih mudah untuk mengenali dan menginterpretasikannya. Skala yang biasanya digunakan adalah 1:500 –  1:1000.

Gambar contoh grafik log 1 (Tucker, 2003)

Gambar contoh grafik log 2 (Nichols, 2009)

Kondisi pembuatan grafik log tergantung daripada singkapan yang ditemui. Syarat-syarat utamanya adalah : Singkapan memiliki ketebalan  1-2m. o Terdapat perlapisan batuan sedimen (batupasir, batulempung, perselingan, dll). o o Kondisi singkapan yang relatif segar, untuk deskripsi tekstur dan struktur. Lakukan pembagian lapisan (bed number ) agar lebih memudahkan pembuatan grafik log. o Deskripsi tekstur dan struktur dilakukan tiap perlapisan. o o Jangan terpaku pada tabel pada kolom grafik log standar yang telah ada, catat dan ambil data-data  penting semaksimal mungkin. Usahakan grafik log yang dibuat merupakan hasil yang representatif dari data yang diambil di o lapangan. o Setelah didapatkan data dari lapangan dan telah dibuat di grafik log, buat interpretasi sementara mengenai mekanisme transportasi dan lingkungan pengendapan.

o

o o

Simbol-simbol yang biasa digunakan dalam pembuatan grafik log yaitu litologi, struktur sedimen dan fosil (Tucker, 2003) Data yang harus didapatkan dalam pembuatan grafik log antara lain adalah : Bed or rock-unit thickness   : Ketebalan perlapisan didapatkan dengan pengukuran menggunakan  pita ukur, harus hati-hati jika terdapat dip yang tajam, karena ketebalan yang didapatkan adalah ketebalan semu. Lithology  : Jenis batuan apa yang ada di perlapisan tersebut. Texture : Meliputi ukuran butir untuk batuan sedimen, sedangkan untuk batuan karbonat tambahkan kolom baru, dengan nama lime mudstone (M), wackestone (W), packstone (P) dan grainstone (G),  boundstones (B), rudstones (R) and floatstones (F).

o

o

o

 Sedimentary structures and bed contacts  : Tuliskan struktur sedimen dengan simbol jika ada, untuk kontak antar perlapisan ada tegas/tajam, berangsung dan gradasional. Palaeocurrent directions : Arah arus purba didapatkan dari struktur sedimen ternetu sebagai penciri, contohnya flute cast. Jelaskan arahnya apakahn N-S, dll F ossils and Colours : Tuliskan dengan simbol jika ada fosil pada suatu perlapisan batuannya, untuk warna jelaskan warna segar dan lapuknya.

Lampiran Lembar deskripsi batuan sedimen 1. Warna; Warna Lapuk: 2. Ukuran Butir: 3. Tekstur 

Ukuran butir:



Bentuk butir:



Sortasi:

Kemas: Kandungan Fosil: Ada/Tidak Karbonatan: Ada/Tidak Kekuatan: Keras/Kompak/Getas, Komposisi batuan 

4. 5. 6. 7.



Lithic fragment: …. %



Quarsa: …. %



Feldspar: ….%

Mineral lain: …. % 8.  Nama Batuan: 9. Gambar: 

Warna Segar:

STRATIGRAFI

1. Strike dan dip Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Dip adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus dari garis strike.

Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan (sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstruktur foliasi. Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :



 N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and (Nilai Dip)

Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara  berguna untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.

2. Struktur Sedimen



PENGERTIAN DASAR

Sedimentary structure are large scale features of sedimentary rocks such as parallel bedding, cross, bedding, ripple, and mudcracks that are best studied in the field. (Boggs, 1987) Struktur sedimen dapat digunakan untuk penentuan interpretasi aspek lingkungan pengendapan sedimen, mekanisme transportasi sedimen, arah arus purba ( paleocurrent ), dan kecepatan relatif arus. Beberapa struktur sedimen juga dapat digunakan untuk penentuan top/bottom  perlapisan dan urutan pengendapan sikuen stratigrafi yang tidak terganggu oleh aktifitas tektonik. 

Identifikasi Struktur Sedimen Stratification and Bedforms Laminated Bedding

Planar bedding & lamination Graded Bedding Massive Bedding / Structureless Ripple Bedform

Dunes Antidunes Cross-Bedding

Cross Stratification

Ripple Cross-Lamination Flaser and Lenticular Bedding Hummocky cross-stratification Convolute bedding and lamination Flame Structure Ball & Pillow Syn-Sedimentary fault & fold

Irregular Stratification

Dish & Pilar Structure Channels Scour and Fill Structure Mottled Bedding Stromatolite

Bedding-Plane Markings Groove Cast ; Striations ; Bounce ; Brush ; Prod ; Roll Marks Flute Cast Parting Lineation Load Cast Tracks ; Trail ; Burrows

Mudcracks and syneresis cracks Pits and small impressions Rill and swash marks

Depositional Structures

Wave formed structures Wind formed structures Chemically

and

biochemically

formed

structures Erosional Structures

Scour marks Tool marks

Deformation Structures

Slump structures Load & fonder structures Injection structures Fluid-Escapes structures Desication structures Impact structures (raindrops, etc)

Biogenic Structures

Bioturbation structures Biostratification structures

Other Structure

Sedimentary sill and dikes



Proses keterbentukan struktur sedimen



Menentukan posisi top & bottom lapisan sedimen berdasarkan struktur sedimen

Struktur sedimen yang dapat digunakan sebagai penentu Top & Bottom suatu perlapisan adalah 

Struktur sedimen pada bagian top bedding surface 1. Ripple Marks .Ripple marks merupakan struktur sedimen yang bisa muncul baik pada batuan silisiclastic dan sedimen karbonat.Terbentuk karena air dan angin.Ripple marks berkembang  pada material granular baik Undirectional Flow atau Oscilatory Flow ( wave action).Ripple marks juga bisa dilihat dari sisi pada perlapisan 2. Raindrops imprint .merupakan struktur sedimen yang terbntuk karena bentuk cetakan yang terjadi karena bekas cetakan air hujan



Struktur sedimen pada sisin perlapisan 1. Pararel and Cross Lamination 2. Graded bedding  Normal Graded Bedding

Reverse Graded Bedding



Struktur sedimen bagian bottom 1. Load cast.Terjadi karena pembebanan sedimen sehinga timbul seperti cetakan. 2. Flute cast



Simbol-simbol struktur sedimen

3.Penampang Stratigrafi Terukur



PENGERTIAN

DASAR

Penampang stratigrafi adalah

terukur gambaran

dua dimensi secara

vertikal yang betujuan untuk mengetahui urutan stratigrafi, ketebalan setiap lapisan, hubungan stratigrafi  beserta sejarah sedimentasi nya. Lebih detailnya penampan g stratigrafi terukur mampu memerikan lapisan  batuan secara lengkap dan sistematis serta menafsirkan lingkungan pengendapan nya. Pengukuran stratigrafi terukur dapat dilakukan sesaat atau setelah pemetaan geologi, hal ini dilakukan karena, kita terlebih dahulu harus menentukan pilihan yang baik didaerah yang sedang dipetakan untuk mendapatkan penampang singkapan batuan yang menerus. Kendala yang kerap kali dijumpai pada saat melakukan pengukuran stratigrafi yaitu daerah dengan kemiringan yang curam, singkap an batuan yang tertutup oleh vegetasi atau singkapan batuan yang terendam oleh aliran sungai, dan lain sebagainya. Alat  –   alat penting yang harus dibawa saat melakukan pengukuran penampang stratigrafi terukur diantaranya : a.  pita ukur  b. kompas c.  palu geologi (batuan beku/sedimen) d. loupe e. komparator (beku/sedimen) f. HCL g. GPS h. Alat tulis Syarat melakukan penampang stratigrafi terukur diantaranya : a. Diusahakan mencari singkapan yang berada di sepanjang sungai  b. Diusahakan tegak lurus terhadap strike c. Terjadi perubahan litologi batuan d. Tidak tertutup oleh vegetasi dan singkapan dalam kondisi baik e. Tidak berada pada kemiringan yang curam f. Tidak didoominasi oleh endapan alluvial



MANFAAT PENAMPANG STRATIGRAFI TERUKUR

Mengukur suatu penampang stratigrafi dari singkapan mempunyai arti penting dalam penelitian geologi. Manfaat yang dapat diketahui setelah melakukan pengukuran penampang stratigrafi terukur yaitu sebagai  berikut : 1. Mendapatkan data litologi terperinci dari urut-urutan perlapisan suatu satuan stratigrafi 2. Mengetahui ketebalan yang teliti dari tiap-tiap satuan stratigrafi. 3. Untuk mendapatkan dan mempelajari hubungan stratigrafi antar satuan batuan dan urut-urutan sedimentasi dalam arah vertikal secara detil, untuk menafsirkan lingkungan pengendapan.



METODE

PENGUKURAN

PENAMPANG

STRATIGRAFI

SERTA

MENGHITUNG

KETEBALAN SUATU LAPISAN Pengukuran

hendaknya

dilaksanakan

dengan

menggunakan

metoda-metoda

yang

dapat

dilaksanakan dengan cepat, namun akurat. Variasi lateral dari setiap satuan hendaknya dicatat sedemikian rupa sehingga penyebaran dari setiap satuan di daerah penelitian dapat diketahui; pengetahuan kita tidak hanya terbatas pada penampang yang merupakan produk pengukuran pada suatu lembah atau lereng. Lapisan-lapisan batuan sedimen dan banyak tipe satuan geologi lain pada dasarnya berbentuk lentikuler. Karena itu, setiap kegiatan pengukuran penampang stratigrafi hendakn ya dilakukan dalam tingkat ketelitian yang cukup tinggi sedemikian rupa sehingga dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dimensi dan karakter setiap satuan yang ada. Pada umumnya, terdapat dua metode dalam melakukan pengukuran penampang stratigrafi terukur, diantaranya sebagai berikut : 1) Metode Jacob Staf

Metode Jacob Staff adalah metode yang digunakan untuk megukur ketebalan suatu lapisan batuan yang menggunakan alat yang bernama tongkat jacob yaitu tongkat yang panjangnya 150 cm, diberi tanda atau grid yang panjangnya 10cm berwarna hitam putih atau merah putih untuk memudahkan perhitungan tebal lapisan tersebut dan pada ujung tongkat terdapat busur derajat untuk men yesuaikan kemiringan lapisan  batuan. Salah satu ujung tongkat dibuat agak runcing agar mudah dalam menancapkan ke tanah, d an ujung yang lain untuk menempatkan clinometers.

Metode ini lebih praktis dan cepat dalam pengolahan datanya dikarenakan langsung dapat mengetahui tebal sebenarnya. Tetapi tidah semua bidang perlapisan bisa diukur dengan metode ini, karena diperlukan singkapan yang ideal.



Prosedur pengukuran

Prosedur pengukuran dengan menggunakan metode Jacob Staff adalahsebagai berikut : 1.Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, yaitu : kompas, palu, clipboard,Jacob staff dan alat tulis. 2.Mengidentifikasikan lokasi dengan cara membuat deskripsi lokasi 3.Mengidentifikasi litologi dengan cara mendeskripsikan batuan 4.Ukur stikr/dip bidang perlapisan menggunakan kompas dan catat hasil pengukuran tersebut 5.Tancapkan Jacob staff, kemudian miringkan tongkat tersebut sesuai denganarah dan kemiringan  bidang perlapisan dengan melihat busur derajat yang adadi kepala Jacob staff 6.Hitung ketebalan perlapisan dengan menggunakan grid pada bagian bawah busur derajat, setiap grid berukuran 10 cm 7. Catat dan simpan hasil pengukuran. 2) Metode Rentang Tali

Metode rentang tali adalah metode yang lakukan untuk mengukur ketebalan sebenarnya suatu  bidang perlapisan dengan cara merentangkan tali yang sudah di beri tanda atau grid setiap 10 cm atau 1 meter, kemudian direntangkan pada singkapan batuan dan sebelumnya diukur dip dan slope bidang singkapan tersebut. Selanjutnya dalam pengolahan data lapangan menggunakan metodematematis dengan rumus. Metode ini lebih akurat dibandingkan dengan MetodeJacob Staff. Ada beberapa rumus yang digunakan dalam pengukuranmenggunakan metode rentang tali, yaitu : 

Pada daerah datar Pengukuran pada daerah datar, apabila jarak terukur adalah jarak tegak lurus jurus, ketebalan

langsung di dapat dengan menggunakan rumus : T = d sin ∂ (dimana d adalah jarak terukur di lapangan dan ∂ adalah sudut kemiringan lapisan). Apabila pengukuran tidak tegak lurus jurus, maka jarak terukur harus dikoreksi seperti pada cara diatas.

T = Sin α dip x LS



Pada daerah berlereng

Terdapat beberapa kemungkinan posisi lapisan terhadap lereng seperti diperlihatkan pada gambar 2 dan gambar 3. (Catatan: sudut lereng (s) dan kemiringan lapisan (∂) adalah pada keadaan yang tegak lurus dengan jurus atau disebut “true dip” dan “true slope” ). 

Kemiringan lapisan searah dengan lereng. Bila kemiringan lapisan (∂ ) lebih besar daripada sudut lereng (s) dan arah lintasan tegak lurus jurus,

maka perhitungan ketebalan adalah : T = d sin (∂ - s )

Bila kemiringan lapisan lebih kecil daripada sudut lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus, maka  perhitungan ketebalan adalah : T = d sin (s - ∂ )



Kemiringan lapisan berlawanan arah dengan lereng

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut lancip terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus jurus maka : T = d sin ( ∂ + s )

Apabila jumlah sudut lereng dan sudut kemiringan lapisan adalah 900 (lereng berpotongan tegak lurus dengan lapisan) dan arah lintasan tegak lurus jurus maka: T = d

Bila kemiringan lapisan membentuk sudut tumpul terhadap lereng dan arah lintasan tegak lurus  jurus, maka : T = d sin (1800 - ∂ - s)

C. Kemiringan lapisan mendatar Bila lapisannya relatif mendatar,dengan kemiringan lereng yang sudah diketahui dan di ukur. Maka dapat menggunakan rumus : T = d sin (s)



Lapisan batuan tegak Bila lapisannya relatif tegak,dengan kemiringan lereng yang sudah diketahui dan di ukur. Maka

dapat menggunakan rumus : T = d sin (90o - s)



PROFIL LINTASAN DAN KOLOM STRATIGRAFI Dalam penelitian geologi, pengamatan stratigrafi disepanjang lintasan yang dilalui perlu dibuat, baik

dengan cara menggambarnya dalam bentuk sketsa profil lintasan ataupun melalui pengukuran stratigrafi.

Adapun tujuan dari pembuatan profil lintasan adalah untuk mengetahui dengan cepat hubungan antar batuan / satuan batuan secara vertikal.

Kolom stratigrafi adalah kolom yang menggambarkan susunan berbagai jenis batuan serta hubungan antar batuan menurut usia geologinya, ketebalan setiap satuan batuan, serta genesa pembentukan  batuan. Penampang kolom stratigrafi umumnya tersusun dari kolom-kolom denganatribut umur, formasi, satuan batuan, ketebalan, besar-butir, simbol litologi, deskripsi%pemerian,fosil dianostik, dan lingkungan  pengendapan.

Kolom stratigrafi yang di peroleh dari jalur yang diukur dijadikan dasar untuk beberapa dasar sebagai berikut : 

Penentuan batas secara tepat dari satuan-satuan stratigrafi formal maupun informal, perludiketahui dalam peta dasar yang dipakai terpetakan atau tidak, sehingga akan meningkatkanketepatan dari  pemetaan geologi.



Penafsiran lingkungan pengendapan satuan.



Sarana korelasi dengan kolom-kolom yang diukur di jalur yang lain.



Pembuatan penampang atau profil stratigrafi (stratigraphic section) untuk wilayah tersebut.



Evaluasi lateral (spatial = ruang) dan vertical (temporal = waktu), dari seluruh satuan batuansebagai  berikut :

1. lapisan batu pasir potensial sebagai reservoir 2. lapisan batubara 3. lapisan kaya fosild.3apisan bentonik

4. PEMBAGIAN SATUAN BATUAN



PENGERTIAN DASAR Fasies adalah aspek fisika, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh

 batuan yang diendapkan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies, kalau kedua batuan tersebut  berbeda ciri fisik, kimia atau biologinya. Fasies dapat didasari kesamaan: 1. litologi (litofasies) 2. kandungan organisme (biofasies) 3. lingkungan pengendapan (fasies darat, fasies delta)

Fasies memiliki tiga aspek pengertian, yaitu:

1) Aspek persamaan waktu dalam pembentukannya 2) Aspek perbedaan atau perubahan litologi secara lateral (litofacies). 3) Aspek perbedaan atau perubahan kandungan fauna secara lateral (biofacies).



LITOSTRATIGRAFI Litostratigrafi merupakan studi stratigrafi yang memfokuskan kepada jenis  –   jenis litologi yang

diamati di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengelompokkan jenis litologi yang berbeda secara bersistem. Pada satuan litostratigrafi penentuan satuannya berdasarkan karakteristik litologi dan hubungan stratigrafinya. Litologi yang diamati ketika melakukan observasi di lapangan meliputi jenis batuan, kombinasi antar batuan (unconformity, superposisi, crosscutting), kenampakan fisik batuan seperti warna, mineral, komposisi, dan ukuran butir, struktur geologi, dan gejala lain pada tubuh batuan.. Penentuan batas  penyebarannya tidak terlangsung atas batas waktu. Jika ciri di atas belum memuaskan, maka akan digunakan data geokimia, geofisika dll. Prinsip superposisi dan letak fosil yang ditemukan merupakan salah satu komponen batuan.

Pemerian batuan didasarkan pada sifat-fisik, terutama dari kenampakan hand specimen  dan singkapan. Termasuk sifat fisik ini adalah jenis batuan, warna, mineral, komposisi, dan besar butir. Suatu tubuh batuan atau kumpulan batuan, yang mempunyai ciri khas yang dapat membedakan dengan satuan lain disekitarnya, disebut satuan batuan. Dengan demikian satuan batuan ini dap at berupa batuan sedimen, beku, malihan datu batuan hasil aktivitas gunungapi. Satuan stratigrafi umumnya mengikuti hukum superposisi, dalam keadaan normal batuan yang tua akan terletak di bawah sedang batuan muda terletak di atas. Batasan dari suatu satuan batuan diperikan  berdasarkan ciri batuan yang ada pada penampang tipe atau stratotype. Penampang tipe ini dapat berupa singkapan di alam, galian, penambangan, atau lubang bor. Penamaan satuan dapat secara resmi (formal) dan tidak resmi (informal). Penamaan resmi adalah  penamaan yang mengikiti kaidah yang ada pada sandi stratigrafi, sedangkan yang tidak resmi tentu saja yang tidak mengikuti hal tersebut. Hierarki litostratigrafi resmi memiliki tingkatan satuan dari kecil ke besar, yaitu: 1. Lapisan ( Bed ) merupakan bagian dari anggota. Lapisan adalah satuan terkecil dari litostratigrafi dari  batuan sedimen. Dalam penamaan resmi dari litostratigrafi, lapisan biasanya didasarkan pada ciri yang khas yang membedakan dengan lapisan lain disekitarnya. 2. Anggota ( Member )adalah bagian dari suatu formasi. Tingkat penyebarannya tidak melebihi  penyebaran formasi.

3. Formasi ( Formation) adalah satuan dasar dalam pembagian satuan litostratigrafi yang secara litologi dapat dibedakan dengan jelas dan dengan skala yang cukup luas cakupannya untuk dipetakan dipermukaan atau ditelusuri dibawah permukaan. Formasi dapat terdiri dari satu litologi atau  beberapa litologi yang berbeda, dengan ketebalan antara satu hingga ribuan meter. 4. Kelompok (Group) adalah satuan litostratigrafi yang terdiri dari dua formasi atau lebih yang memiliki keseragaman ciri litologi. 5. Kelompok besar (Supergroup) adalah kombinasi dari beberapa kelompok. Litostratigrafi berguna untuk menentukan korelasi atau hubungan stratigrafi antara satuan di atas dengan satuan di bawahnya, dan dengan satuan litologi lainnya. 

BATAS SATUAN STRATIGRAFI Batas Satuan Stratigrafi ditentukan sesuai dengan batas pen yebaran ciri satuan tersebut sebagaimana

didefinisikan. Batas Satuan Stratigrafi jenis tertentu tidak harus berhimpit dengan batas Satuan Stratigrafi  jenis lain, bahkan dapat memotong satu sama lain. BATAS DAN PENYEBARAN SATUAN 1) Batas satuan litostratigrafi ialah sentuhan antara dua satuan yang berlainan ciri litologi, yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut. 2) Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata, batasnya merupakan bidang yang diperkirakan kedudukannya (batas arbitrer). 3) Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjari-jemari, peralihannya dapat dipisahkan sebagai satuan teresendiri apabila memenuhi persyaratan Sandi. 4) Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh kelanjutan ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya. 5) Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batas cekungan pengendapan atau aspek geologi lain. 6) Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan berakhirnya  penyebaran lateral (pelamparan) suatu satuan. 7) Batas antar Satuan Litodemik berupa sentuhan antara dua satuan yang berbeda ciri litologinya, dimana kontak tersebut dapat bersifat extrusi, intrusi, metamorfosa, tektonik atau kontak berangsur. Penjelasan : Batas satuan litostratigrafi tidak perlu berimpit dengan batas satuan stratigrafi lainnya (misalnya batas satuan waktu). Penjelasan : Batuan kontak antara dua Satuan Litodemik yang berangsur/bergradasi, dimana ciri litologinya cukup berbeda dan memenuhi persyaratan Sandi dapat dikelompokkan menjadi satuan tersendiri.

5. KORELASI STRATIGRAFI



Jenis –  Jenis Korelasi Korelasi adalah penghubungan titik-titik kesamaan waktu atau

penghubungan satuan-satuan

stratigrafi dengan mempertimbangkan kesamaan waktu (Sandi Stratigrafi Indonesia, 1996). Korelasi merupakan usaha untuk menunjukkan bahwa dua tubuh batuan diendapkan pada rentang waktu yang sama (Dunbar & Rodgers, 1957; Rodgers, 1959). Korelasi secara luas sehingga mencakup semua usaha untuk memperlihatkan kesebandingan litologi, paleontologi, atau kronologi (Krumbein & Sloss, 1963). Perbedaan antara konsep matching dengan konsep korelasi. Matching   didefinisikan secara sederhana sebagai korespondensi serangkaian data dengan tidak merujuk pada satuan stratigrafi (Schwarzacher, 1975; Shaw, 1982). Kedua satuan itu mungkin tidak sebanding, baik dalam hal waktu maupun litostragrafinya. Shaw (1982) menyatakan bahwa proses korelasi  adalah proses untuk menunjukkan hubungan geometri antara batuan, fosil, atau lintap data geologi dengan tujuan untuk menafsirkan dan menyusun model fasies, merekonstruksikan paleontologi, atau untuk menyusun model struktur. Tujuan korelasi adalah menetapkan ekivalensi satuan-satuan stratigrafi yang terletak di daerah yang berbeda-beda.

Korelasi dapat dianggap langsung (resmi) atau tidak lan gsung (tidak resmi) (Shaw, 1982). Korelasi langsung (direct correlation) dilakukan secara fisik dan hasilnya tidak diragukan. Penelusuran fisik suatu satuan stratigrafi yang menerus merupakan satu-satunya metoda yang mampu memperlihatkan korespondensi satuan litostratigrafi dari satu tempat ke tempat lain secara meyakinkan. Korelasi tidak langsung (indirect correlation) dilakukan dengan berbagai metoda seperti pembandingan visual terhadap well logs, rekaman pembalikan kutub magnet, atau kumpulan fosil. Korelasi dibagi menjadi dua yaitu korelasi struktur   dan korelasi stratigrafi . Korelasi struktur dibuat dengan cara menempatkan lapisan pada keadaan yang sekarang, sehingga akan memberikan gambaran posisi batuan setelah mengalami aktivitas tektonik (misalnya struktur sesar, kekar, dan lipatan),

sedangkan korelasi stratigraf dibuat dengan cara menempatkan atau menggunakan suatu lapisan penunjuk (marker bed) pada kedudukan yang sama. Korelasi Struktur   dapat diaplikasikan untuk mengetahui deformasi struktur geologi yang telah

terjadi sepanjang waktu geologi pada sumur pemboran, dapat dilakukan flatten (penyamaan data yang didapat di tiap sumur pada kedalaman (depth) yang sama pada masing -masing sumur dimana dalam flatten ini kondisi stratigrafi yang diamati adalah kondisi pada saat ini (setelah terdeformasi). Korelasi Stratigrafi , batas-batas yang ditentukan berdasarkan kriteria tertentu belum tentu sama

dengan batas-batas yang ditentukan berdasarkan kriteria lain. Fakta inilah yang mendorong munculnya metoda-metoda korelasi yang beragam (litokorelasi, biokorelasi, kronokorelasi) dan dapat memberikan hasil yang berbeda-beda, meskipun diterapkan pada lintang stratigrafi yang sama. Sandi Stratigrafi Amerika Utara 1983 mengakui adan ya tiga tipe utama korelasi sbb: 1) Litokorelasi (lithocorrelation)  : yang mengungkapkan kemiripan litologi dan posisi stratigrafi. Pelacakan kemenerusan secara langsung dari sebuah unit lithostratografi dari suatu singkapan ke singkapan lain adalah salah satu metode korelasi yang dapat menentukan kesamaan dari sebuah unit. Metode korelasi ini dapat digunakan hanya jika lapisan secara menerus atau mendekati menerus tersingkap. Jika singkapan dari lapisan tersela oleh daerah yang luas yang tertutup tanah dan vegetasi lebat, atau lapisan terhenti oleh erosi, atau dipotong lembah yang besar, atau tersesarkan, penelusuran secara fisik pada lapisan menjadi tidak mungkin. Dalam keadaan itu, teknik korelasi lainnya (tidak langsung) harus digunakan (Boggs, 1987). Korelasi unit lithostratigrafi dengan metode yang meliputi penyamaan lapisan dari suatu area ke lainnya dengan dasar kesamaan lithologi dan posisi stratigrafi (Boggs, 1987). Dapat ditelaah melalui kesamaan lithology, warna, kelompok mineral berat atau kelompok mineral khusus, struktur sedimen utama seperti perlapisan dan laminasi silang-siur, dan ketebalan rata-rata, dan karakteristik pelapukan. (Boggs, 1987). Posisi stratigrafi yang memegang peranan penting adalah penentuan korelasi berdasarkan kaitannya dengan suatu lapisan atau satuan yang sangat khas dan dapat dengan mudah dikorelasikan dari satu tempat ke tempat lain. Lapisan atau satuan khas berperan sebagai control unit untuk mengkorelasikan strata yang terletak di atas dan dibawahnya. Sebagai contoh, lapisan satuan d ebu jatuhan yang tipis atau lapisan bentonit mungkin hadir dalam suatu lintap stratigrafi dan dapat dengan mudah dikenal pada daerah tertentu. Jika debu atau bentonit itu merupakan satu-satunya lapisan debu atau bentonit dalam lintap stratigrafi di daerah itu, sehingga tidak mungkin tertukar dengan lapisan debu atau bentonit lain, maka lapisan itu dapat berperan sebagai lapisan kunci (key bed; marker bed), kepada lapisan mana strata lain dapat dikaitkan. Semakin  banyak lapisan kunci, maka semakin mudah untuk mengkorelasikan. 2) Biokorelasi (biocorrelation)   yang mengungkapkan kemiripan kandungan fosil dan posisi  biostratigrafi.

Satuan biostratigrafi merupakan satuan stratigrafi objektif yang dapat diamati dan ditentukan keberadaannya berdasarkan fosil yang terkandung didalamnya. Satuan biostratigrafi dapat dikorelasikan, tanpa tergantung pada waktunya, dengan menggunakan prinsip-prinsip yang sangat mirip dengan prinsip prinsip korelasi litostratigrafi, misalnya berdasarkan ke-match-an menurut kandungan fosil dan posisi stratigrafinya. Korelasi zona kumpulan didasarkan pada pengelompokkan tiga atau lebih taxa tanpa memperhitungkan limit-limit kisarannya. Keberadaan zona tersebut ditentukan oleh urut-urutan flora dan fauna yang berbeda dan zona tersebut berurutan satu di atas yang lain dalam suatu penampang stratigrafi tanpa diselingi oleh rumpang. Zona kumpulan cenderung hanya dapat digunakan untuk tujuan korelasi lokal. Korelasi berdasarkan zona puncak (abundance zone; acme zone) ditentukan keberadaannya  berdasarkan jumlah maksimum relatif dari satu atau lebih spesies, genus, atau taxon lain; bukan berdasarkan kisaran taxon. Zona itu merepresentasikan saat atau saat-saat ketika suatu t axon tertentu berada pada puncak  perkembangannya. Korelasi kronostratigrafi berdasarkan metoda biologi terutama didasarkan pada penggunaan concurrent range zones  dan zona selang lainnya. Metoda korelasi biologi juga mencakup penelaahan statistik terhadap data zona selang dan pengkorelasikan berdasarkan zona puncak yang merupakan biological events yang berkaitan dengan fluktuasi iklim. Korelasi zona selang adalah biozona yang membagi-bagi strata yang jatuh diantara saat-saat dimana suatu taxon muncul untuk pertama kalinya dan saat-saat dimana suatu taxon hilang untuk pertama kalinya. Hingga dewasa ini dikenal adanya beberapa tipe zona selang, termasuk zona yang dibentuk oleh kisaran taxa yang saling bertumpang-tindih. Tipe-tipe zona selang yang dikenal dewasa ini adalah: 1) Zona selang antara pemunculan pertama dan pemunculan terakhir suatu taxon tunggal. Zona selang seperti ini dikenal dengan sebutan zona kisaran taxon (taxon range zone). 2) Zona selang antara pemunculan pertama dua taxa yang berbeda atau pemunculan terakhir dari kedua taxa tersebut. 3) Zona selang antara pemunculan pertama suatu taxon dan pemunculan terakhir taxon yang lain. 4) Zona selang yang ditentukan oleh zona-zona kisaran yang saling bertumpang tindih. Zona selang seperti ini dikenal dengan sebutan concurrent range zone. Tipe-tipe zona selang itu memiliki tingkat kegunaan yang berbeda-beda dalam korelasi kronostratigrafi seperti yang akan dijelaskan di bawah ini. Zona kisaran taxon mungkin berguna untuk kronokorelasi jika taxa yang dipakai sebagai dasar  penentuannya memiliki kisaran stratigrafi yang pendek. Namun, zona ini tidak terlalu bermanfaat jika taxa yang dipilih sebagai dasar penentuan-nya memiliki kisaran yang panjang (misalnya beberapa jaman).

Ketika suatu zona kisaran taxon sangat panjang dan, oleh karenanya, korelasi berdasarkan zona kisaran taxon itu tidak sesuai digunakan, korelasi pada skala yang lebih tinggi dapat dilakukan berdasarkan tipe-tipe zona kisaran lain. Zona kisaran yang didasarkan pada pemunculan pertama dua taxa yang berbeda. 3) Kronokorelasi (chronocorrelation)   yang mengungkapkan korespondensi umur dan posisi kronostratigrafi. Korelasi kronostratigrafi adalah matching up satuan-satuan stratigrafi berdasarkan kesebandingan waktu, korelasi yang menyatakan korespondensi umur dan posisi kronostratigrafi dari satuan-satuan stratigrafi. Penentuan kesebandingan waktu antar berbagai strata merupakan tulang punggung dari stratigrafi global dan dianggap oleh kebanyakan ahli stratigrafi sebagai tipe korelasi yang terpenting. Metoda korelasi kronostratigrafi dapat dibedakan menjadi dua kategori: (1) metoda biologi; dan (2) metoda fisika/kimia. . Event stratigraphy memfokuskan diri pada specific events dalam suatu satuan stratigrafi atau suatu lintap batuan, bukan pada karakter fisik atau karakter biologinya. Adanya peristiwa yang memengaruhi  proses sedimentasi secara global. Semua fasies hasil sedimentasi akan eki valen dalam arti kata semuanya terbentuk oleh peristiwa yang sama. Dengan demikian, semua fasies itu, secara kronologi, adalah sebanding. Event memiliki skala yang berbeda-beda, tergantung pada durasi, intensitas, dan efek-efek geologi yang ditimbulkan-nya. Beberapa convulsive event berlangsung sangat cepat, dan memiliki pengaruh regional. Events seperti itu dapat menimbulkan efek-efek yang luas, termasuk punahnya organisme. Karena  besarannya, endapan dari peristiwa-peristiwa itu dapat membentuk suatu bagian penting dari rekaman geologi. Bahkan, rekaman stratigrafi sebenarnya cenderung untuk mengindikasikan jejak-jejak gangguan  berskala besar (Seilacher, 1992). Korelasi yang dilakukan berdasarkan short-term geologic event markers disebut event correlation. Beberapa peristiwa menghasilkan lapisan kunci yang dapat ditelusuri dari satu tempat ke tempat lain hingga  jarak yang jauh. Lapisan kunci sangat bermanfaat untuk korelasi kronostratigrafi, dan untuk korelasi litostratigrafi, jika diendapkan sebagai produk geologic event yang pada hakekatnya berlangsung “seketika”.  Event correlation juga didasarkan pada posisi suatu batuan dalam perlapisan atau daur transgresiregresi (Ager, 1981). Menurut Ager (1981), event correlation dalam kasus tersebut didasarkan pada korelasi  puncak-puncak daur sedimen yang diasumsikan mengindikasikan umur yang sama. Aspek yang digunakan dalam korelasi ini merupakan produk transgresi-regresi yang kemungkinan merepresentasikan terjadinya  perubahan muka air laut eustatik di seluruh muka bumi atau perubahan muka air laut lokal sebagai akibat  pengangkatan, subsidensi, atau fluktuasi pasokan sedimen. Variasi kelimpahan relatif isotop-isotop nonradioaktif-stabil tertentu dalam sedimen bahari dan fosil dapat digunakan sebagai alat kronokorelasi. Bukti-bukti geokimia menunjukkan bahwa komposisi isotopisotop oksigen, karbon, belerang, dan stronsium di samudra mengalami fluktuasi yang hebat atau “ber -

ekskursi” di masa lalu. Fluktuasi itu terekam dalam sedimen bahari. Variasi komposisi isotop dalam sedimen atau fosil memungkinkan para ahli geokimia untuk merekonstruksikan isotopic composition curve yang dapat digunakan sebagai stratigraphic marker untuk tujuan korelasi. Agar dapat bermanfaat dalam korelasi, fluktuasi komposisi isotop itu harus dapat dikenal pada skala global dan harus berlangsung dalam rentang waktu yang singkat sedemikian rupa sehingga akan tampak sebagai suatu “kick” dalam kurva komposisi isotop. Selain itu, para ahli stratigrafi harus dapat menetapkan posisi stratigrafi relatif dari fluktuasi tersebut dalam kaitannya dengan skala b iostratigrafi, paleomagnet, atau radiometrik.



Skala Waktu Geologi

Merupakan bagian –   bagian secara teori dari sesuatu yang pada hakekatnya terus menerus sebagai  bagian yang dipakai untuk memudahkan dalam pernyataan hubungan waktu pada kejadian –   kejadian geologi. Terbagi menjadi beberapa kolom Era  mencirikan Masa, Periode  mencirikan Jaman, Epoch mencirikan Kala, dan terdapat keterangan waktu lamanya suatu kala/jaman. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi, dimana Bumi diperkirakan telah berumur sekitar 4.570 juta tahun. Waktu geologi Bumi disusun menjadi beberapa uni t menurut peristiwa yang terjadi  pada tiap periode. Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi. Bukti-bukti dari penanggalan radiometri menunjukkan bahwa Bumi berumur sekitar 4.570

juta tahun. Waktu geologi Bumi disusun menjadi

 beberapa unit menurut peristiwa yang terjadi pada tiap periode. Masing-masing zaman pada skala waktu  biasanya ditandai dengan peristiwa besar geologi atau paleontologi, seperti kepunahan massal. Sebagai contoh, batas antara zaman Kapur dan Paleogen didefinisikan dengan peristiwa kepunahan dinosaurus dan  berbagai spesies laut. Periode yang lebih tua, yang tak memiliki peninggalan fosil yang dapat diandalkan  perkiraan usianya, didefinisikan dengan umur absolut. Penentuan umur suatu batuan dapat dilakukan dengan cara analisis fosil apabila batuan tersebut sedimen dan terdapat fosil di dalamnya, atau menggunakan radiometric dating untuk batuan yang tidak memiliki fosil atau jenis batuannya beku atau metamorf.

Gambar 2. Skala Waktu Geologi



Cara Pembuatan Log

Setelah memiliki data-data dilapangan, hal yang harus dilakukan kemudian adalah mengurutkannya dalam sebuah log. Untuk membuat log, sebelumnya kita harus mengetahui symbol-simbol batuan terlebih dahulu. Berikut adalah simbol-simbol batuan yang secara umum diterima oleh kalangan geologis.

Gambar 3. Simbol –  simbol batuan Kemudian pembuatan log atau kolom litologi juga harus memperhatikan deskripsi dari batuan yang kita teliti, seperti tekstur, struktur, dll dari batuan tersebut. Pembuatan Log di urutkan dari yang paling tua ke paling muda, dari bawah ke atas. Tujuan  pembuatan log ini pada bagian korelasi adalah agar kita dapat mengetahui kesamaan antar lapisan yang dapat dihubungkan dengan lapisan lainnya pada log lainnya.



Ketentuan urutan (tua-muda) pembentukan batuan.

Untuk menentukan urutan pembentukan batuan, mana yang lebih dahulu terbentuk dll, dibutuhkan  pemahaman mengenai hukum stratigrafi yang telah dipelajari pada praktikum sebelumnya. Metode penentuan umur secara relatif sangat bergantung pada konsep-konsep stratigraphy. Dapat

digunakan dua tipe klasifikasi untuk menentukannya. Yakni rock stratigraphic unit  yang berdasarkan pada karakteristik fisis maupun sifat batuan serta time stratigraphic unit   yang berdasarkan pada waktu ketika material terbentuk. Antara lain: (Pelajari Hukum-hukum stratigrafi) a) Superposition. Konsep paling dasar yang digunakan dalam relative dating merupakan hukum superposisi. Di mana setiap lapisan pada urutan batuan sedimen (atau lapisan batuan volcanic) lebih muda daripada lapisan di bawahnya dan lebih tua daripada lapisan di atasnya. Hukum ini mengikuti dua asumsi. Pertama, lapisan pada awalnya terdeposit dekat horizontal. Kedua, lapisan tidak mengalami pembalikan setelah terdeposit.

 b)  Faunal Succession. Mirip dengan hukum superposisi, hukum pergantian fauna menyatakn bahwa kelompok dari fossilisasi fauna dan flora terjadi sepanjang geologic record dalam urutan yang berbeda dan dapat diidentifikasi. Berdasarkan hukum ini, batuan sediment dapat ditentukan umurnya berdasarkan fossil yang terkandung di dalamnya. Index fossil sangat berguna dalam penentuan umur berdasarkan hukum ini. Yaitu fossil yang  berevolusi dengan cepat dan tersebar luas secara geografis.

c) Crosscutting Relationship. Umur relative dari batuan dan kejadian geologic juga dapat ditentukan menggunakan hukum hubungan crosscutting. Di mana fitur geolic seperti intrusi igneous maupun patahan memiliki umur lebih muda daripada unit yang mereka lalui atau mereka potong.

d) Inclusions. Pecahan dari batuan berumur tua yang berada diantara batuan igneous yang lebuh muda atau batuan sediment dengan ukuran bulir kasar juga dapat digunakan dalam penentuan umur relative. Inklusi sangat membantu pada bidang contact dengan igneous rock bodies di mana magma yang bergerak ke atas melalui kerak membawa serpihan batuan yang berumur lebih tua di sepanjang jalan yang dilaluinya.

Gambar 4. Cross Cutting



Metode Korelasi:

Secara praktis pada singkapan terbuka atau foto udara atau yang lebih jelas lagi pada rekaman seismic dapat ditelusuri secara menerus bidang-bidang perlapisan atau yang mewakilinya. Tetapi kebanyakan keberadaan singkapan selalu tidak menerus karena tertutup vegetasi atau soil. Ada dua metoda yang biasa dipakai dalam mengerjakan korelasi yaitu: 

Metoda Organik Mempergunakan fosil, kumpulan fosil, atau ciri alamiah lain yang memiliki kesamaan waktu dalam

kehidupannya. Fosil-fosil tersebut antara lain: a) Fosil Indeks, fosil penunjuk (paleomarker) yaitu yang memiliki penyebaran lateral luas dan  penyebaran vertical terbatas  b) Zona fosil, yaitu acme-zones, lineage zone, concurrent zone



Metoda Anorganik Didasarkan atas penyamaan lapisan-lapisan batuan, antara lain:

a) Menyelusuri secara menerus perlapisan batuan  b) Mempergunakan “key- bed” c) Menyamakan urut-urutan batuan dalam lapis d) Menyelusuri karakteristik “kicks electric log” atau log mekanik lainn ya e) Dengan menentukan umur absolut

Untuk Pengkorelasian log dapat dilakukan melalui pendekatan



KORELASI LITOSTRATIGRAFI :

menghubungkan lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan jenis litologi (batuan). Catatan : satu lapisan batuan adalah satu satuan waktu pengendapan.

Gambar 5. Korelasi Litostratigrafi Prosedur : 1. Korelasikan mulai dari bawah dengan melihat litologi (batuan) yang sama. 2. Korelasikan/hubungkan titik-titik lapisan batuan yang memiliki jenis litologi yang sama 3. Breksi pada SUMUR-1 dikorelasikan dgn breksi pada SUMUR-2, demikian halnya juga dengan  batugamping dan batulempung. 4. Sebaran batupasir di SUMUR-1 menunjukkan adanya pembajian ke arah SUMUR-2, demikian napal di SUMUR-2 menunjukkanpembajian ke arah SUMUR-1. 

KORELASI BIOSTRATIGRAFI

Menghubungkan lapisan-lapisan batuan didasarkan atas kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan.

Gambar 6. Korelasi Biostratigrafi Mengacu pada kesamaan kandungan dan penyebaran fosil yang terdapat di dalam batuan Prosedur dan penjelasan: 1. Korelasikan/hubungkan lapisan lapisan batuan yang mengandung kesamaan dan persebaran fosil yang sama (Pada gambar diatas diwakili oleh garis warna hitam). 2. Kandungan dan sebaran fosil pada batulempung di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil pada serpih di Sumur-2, sehingga batulempung yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan serpih yang terdapat di Sumur-2. 3. Batupasir pada Sumur-1 mengandung kumpulan fosil K sedangkan pada Sumur-2, batupasir juga mengandung kumpulan dan sebaran fosil K. Dengan demikian lapisan batupasir pada Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan batupasir pada Sumur-2. 4. Kandungan dan sebaran fosil pada lempung di Sumur-1 sama dengan kandungan dan sebaran fosil  pada napal di Sumur-2, sehingga lempung yang ada di Sumur-1 dapat dikorelasikan dengan napal n apal yang terdapat di Sumur-2.



KORELASI KRONOSTRATIGRAFI

Menghubungkan lapisan-lapisan batuan yang mengacu pada kesamaan umur geologinya.

Gambar 7. Korelasi Kronostratigrafi

Prosedur : 1. Korelasikan/hubungkan titik-titik kesamaan waktu dari setiap kolom yang ada, pada gambar diwakili oleh garis orange). Garis ini dikenal sebagai garis kesamaan umur geologi. 2. Korelasikan lapisan-lapisan batuan yang jenis litologinya sama dan berada di antara garis umur yang sama. Pada gambar di atas ditunjukkan oleh batupasir pada SUMUR-1 dengan batupasir pada SUMUR-2, serpih pada SUMUR-1 dan serpih pa da SUMUR-2 (diwakili garis biru). 3. Konglomerat pada SUMUR-1 tidak boleh dikorelasikan dengan konglomerat pada SUMUR-2 karena umur geologinya berbeda. 4. Korelasi lapisan-lapisan batuan tidak boleh memotong garis umur.

PALEONTOLOGI Mikropaleontologi

2.1. Mikropaleontologi 

Definisi:

 Fosil-fosil yang dalam mempelajarinya harus menggunakan alat bantu mikroskop



-

Keunggulan Because microfossils are so small & abundant (mostly < 1mm). They can be recovered from small samples, Microfossils now provide the main evidence for organic ev olution through more than three-quarters of the history of life on earth, Microfossils can answer about age of rock, the salinity, and the depth of water which it was laid down, By using microfossils, geological surveys, deep sea drilling programmes, oil & mining companies working with the small samples can learn more about the rocks they are handling. (Armstrong, H. & Brasier, M. D., 2005)

Ukuran - Mesofosil (0,1 cm- 1 cm): Small gastropod, bivalve, brachiopod, spina & plate Echinoid. - Mikrofosil (50 mikron- 1 mm): Foraminifera, Ostracoda. -  Nanofosil (900 titik tengahnya sigma 3 Arahkan kursor ke sigma 1 tadi, dan catat nilainya

Dari sigma 1 atau 3 tadi, tambahkan 900 keatas atau kebawah pada garis interlimb. Itu merupan sigma selanjutnya sigma 3 atau sigma 1. Catat trend-plunge nya

Hilangkan overlay nya (streonet overlay)

File  save as atau untuk format jpg, file  export image file  enlargement (semakin besar semakin baik resolusinya  ok

PETROLOGI

I.

Petrologi Batuan Beku

Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk oleh karena hasil pembekuan magma. Sebelum kita menentukan penamaan batuan, terlebih dahulu kita mengetahui mineral yang menyusun utama batuan beku. Batuan beku secara umum disusun oleh mineral –   mineral primer yang merupakan rock forming mineral atau mineral penyusun batuan. Mineral ini banyak ditemukan karena unsur kimia  penyusun batuan merupakan unsur major element yang kandungan di dalam bumi lebih dari 1%. Unsur tersebut meliputi Si, Al, Fe, Ca, Na, K, Mg, O. Karena presentase mineral tersebut banyak dalam batuan, maka para ahli umumnya menamakan batuan berdasarkan mineral primer (terutama dalam petrografi). Sebelum kita mengidentifikasi batuan, baiknya kita mengenal terlebih dahulu mineral penyusun  batuan tersebut. Mineral tersebut terdapat pada Bowen Reaction Series yaitu Olivin, Piroksen, Hornblende (Amphibol), Biotite, Plagioklas, K-Feldspar, Quartz, Muskovite. Mineral tersebut dapat dikelompokkan kembali menjadi mineral mafic/mineral basa/mineral gelap (Olivin, Piroksen, Hornblende, Biotite) dan mineral felsic/mineral asam/mineral terang (Plagioklas, KFeldspar, Quartz, Muskovite) a. Olivine Olivin merupakan salah satu mineral penyusun batuan basa dan ultramafic. Ciri mineral ini ialah berwarna hijau. Memiliki sistem kristal orthorombik. Olivin merupakan mineral yang tidak resisten terhadap pelapukan.  b.

c.

d.

e.

f.

Piroksen Piroksen merupakan salah satu mineral yang banyak ditemukan p ada batuan basa dan ultrabasa. Ciri mineral ini ialah berwarna hitam.Habit nya ialah prismatik (Paul F Kerr, Optical Mineralogy). Hornblende / Amphibol Mineral ini dapat ditemukan baik di batuan basa hingga batu asam. Ciri mineral ini  berwarna hitam dan berbeda dengan piroksen, bentuk amphibol diujungnya lancip/Huruf A dan berbentuk prismatik. Biotit Mineral ini dapat ditemukan baik di batuan basa namun dominan di batuan intermediet hingga asam. Ciri mineral ini berwarna hitam dan berbentuk seperti lembaran. K-Feldspar Mineral ini ditemukan pada batuan beku asam. Ciri mineral ini berwarna pink / merah daging.Memiliki habit tabular Plagioklas Mineral ini dapat sering ditemukan di berbagai batuan. Ciri mineral ini ialah berwarna putih susu

g. Kuarsa Mineral ini ditemukan dominan pada batuan beku asam dan terdapat pada batuan beku intermediet. Ciri mineral ini ialah  berwarna putih atau putih kelabu.

Olivine

Piroksen

Amphibol

K-Feldspar

Plagioklas (Putih)

Kuarsa

Biotit

Setelah mengetahui mineral –  mineral dasar penyusun batuan kemudian selanjutnya adalah mendeskripsi batuan beku. Aspek –  aspek deskripsi batuan beku adalah sebagai berikut : 1. Warna : (Warna segar dan warna lapuk) 2. Tekstur: a. Tingkat Kristalisasi : Holokristalin (Semua kristal) Hipokristalin/Hipohyalin (Sebagian kristal/sebagian massa dasar) Holohyalin (Semua gelas)  b. Bentuk kristal : - Euhedral (Membentuk sistem kristal mineral tersebut / terdapat batas bidang kristal yang jelas) -Subhedral (Masih terdapat batas bidang kristal yang jelas namun tak seideal euhedral) -Anhedral (Tidak membentuk bidang kristal yang  jelas / tegas c. Keseragaman butir:

- Equigranular (Seragam) -Inequigranular (Tidak seragam)

d. Bentuk mineral : dominan

- Panidiomorf (Bentuk mineral keseluruhan

euhedral) -Hipidiomorf (Bentuk mineral keseluruhan dominan subhedral) -Allotriomorf (Bentuk mineral keseluruhan dominan anhedral) e. Granularitas : - Phaneritik (Fenokris keseluruhan dominan ‘k asar ’ / berukuran besar dengan sedikit massa dasar) -Porfiritik (Fenokris keseluruhan berukuran sedang / tak sebesar phaneritik dan terdapat massa dasar) subhedral) -Afanitik (Fenokris keseluruhan berukuran halus dan dominan massa dasar) 3. Komposisi Mineral :

-Mineral Mafic (Olivin, Piroksen, Amphibol, Biotit) sebutkan persentasenya.

-Mineral Felsic (Kuarsa, Plagioklas, K-Feldspar, Muskovite) sebutkan  persentasenya. 4. Struktur Batuan Beku:

Intrusif (Konkordan : Siil, Lacolith, Lopolith, Pacolith ; Diskordan : Dike, Stock, Batolith)

 Nama Batuan : Tips: Apabila teman  –  teman  teman masih sulit mengidentifikasi mineral, coba sering berlatih dari sekarang dam sering  –   sering menggunakan komparator. Biasakan amati satu persatu mineral yang terdapat pada komparator batuan beku. Perhatikan warnanya, bentuk mineral / habitnya seperti apa. Tujuannya ialah agar teman  –  teman  teman dapat mengetahui dan terbiasa sehingga mudah untuk mengidentifikasi mineral tersebut.

Jenis

Asam (Granit / Rhyolit )

Interme diet (Diorit / Andesit e)

Basa (Gabbr o / Basalt)

Ultraba sa (Perido tit)

Intrusif

Ekstrusif

II.

Petrologi Batuan Sedimen Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena proses pengendapan ! (Hilangkan konsep PETS !). Batuan sedimen terbagi menjadi batuan sedimen silisiklastik (pengendapan mineral silikat oleh hasil pelapukan yang tertransportkan dan kemudian terdeposisi), batuan sedimen karbonat (presipitasi kimia dan organik), batuan sediment evaporit (presipitasi kimia),  batuan sedimen hasil pengendapan material organik. Deskripsi batuan sedimen silisiklastik secara makroskopis, penamaan batuan didasarkan kepada ukuran butir. Ukuran butir ini mengikuti skala yang dibuat oleh Udden –  Udden –   Wemtworth.Ukuran  butir. Oleh karena itu, sangatlah penting un tuk mengetahui range ukuran uku ran butir mulai dari Gravel hingga kepada Clay. Clay. Dalam batuan sedimen silisiklastik, batuan tersusun atas lithic fragmen dan matrix (Biar mudah fragmen butiran yang berukuran besar, matriks butiran berukuran kecil) Berikut adalah aspek deskripsi batuan sedimen silisiklastik sebagai berikut : 1. Warna : (Warna segar dan warna warna lapuk) 2. Tekstur: a. Pemilahan / Sortasi : Baik / Sedang / Buruk Buruk  b. Bentuk butir : Angular - Rounded c. Ukuran Butir : d. Kemas : Terbuka / Tertutup 3. Kekerasan : Kompak / Keras / Getas / Lunak 4.Struktur Sedimen : 5.Karbonatan  Nama Batuan : Pada kasus konglomerat / breksi, deskrips harus meliputi : Konglomerat / Breksi (Tentukan apakah dia membundar atau menyudut) ; Polimik / Monomik  (Polimik = fragmen terdiri lebih dari satu batuan misal fragmen batuan b eku dan batuan sedimen ; Monomik = Fragmen batuan yang hadir hanya satu batuan misal fragmen total berasal dari  batuan beku) ; Deskripsi keseluruhan batuan (Warna segar & lapuk, Kekerasan, Karbonatan, Struktur Sed, Imbrikasi) ; Deskripsi komponen (Batuan sedimen ikutin yang sedimen, batuan  beku ikutin deskripsi tahapan batuan beku), b eku), Deskripsi matriks (sama seperti deskripsi batuan sedimen).

Catatan: Imbrikasi = kesejajaran butiran lithic fragment pada fragment pada arah tertentu. Memberikan informasi arah poaleocurrent  arah poaleocurrent . Tips: Dalam menentukan ukuran butir, baiknya ialah membandingkan dengan cara ‘mengelus’ antara batuan dengan komparator DAN membandingkan ukuran butir yang ada pada komparator dengan ukuran butir pada batuan sedimen kita. Disarankan agar teman” sering melatih hal tadi dari sekarang sehingga dengan mudah dapat menentukan

ukuran butir / tidak tagu-ragu dalam menentukan ukuran butir karena kalau teman ” ragu otomatis hal yang sebenarnya sepele akan menghabiskan banyak waktu dilapangan. (Ingat, deskripsi batuan merupakan tahapan yang lama di lapangan dan kita harus mencari stasiun singkapan sebanyak  –  banyaknya dan persebaran data mewakili)

III.

Batuan Piroklastik  Merupakan batuan yang terbentuk oleh karena hasil letusan gunungapi yang kemudian terendapkan langsung dari produk letusan. Berikut ialah aspek –  aspek deskripsi batuan piroklastik 1. Warna Deskripsi warna dibedakan menjadi warna segar dan warna lapuk. 2. Ukuran butir - Bom (membundar) atau Blok (menyudut), material yang berukuran lebih besar dari 64 mm, jika di skala wentworth setara dengan kerakal / pebble. - Lapili , material yang berukuran 2 –  64 mm, jika pada skala wentworth setara dengan kerikil /  butiran/ granule. - Debu kasar, material yang berukuran 2 –  0.063 (1/16) mm, jika pada skala wentworth setara dengan ukuran pasir sangat kasar –  pasir sangat halus. - Debu halus, material yang berukuran lebih kecil dari 0.063 (1/16) mm, jika pada skala wentworth setara dengan ukuran lanau dan lempung. 3. Bentuk Butir Angular, Sub Angular, Sub Rounded, Rounded, Very Rounded, dicocokan dengan gambar. 4. Kemas : - Batuan disebut memiliki kemas terbuka/ matrix supported , jika komponen pada batuan vulkanik tidak saling bersentuhan. - Batuan disebut memiliki kemas tertutup/ clast supported , jika komponen pada batuan vulkanik saling bersentuhan. 5. Pemilahan : - Batuan disebut terpilah baik  jika secara umum hanya terdapat satu jenis ukuran butir yang mendominasi berdasarkan skala wentworth, contoh : pasir sedang - Batuan disebut terpilah buruk  jika terdapat beberapa jenis ukuran butir yang mendominasi  berdasarkan skala wentworth, contoh : pasir halus dan kasar, atau kerikil dan kerakal. Klasifikasi pemilahan diatas diambil berdasarkan Garry Nichols (2009). Seringkali terdapat beberapa orang yang mencantumkan batuan terpilah sedang, namun penulis tidak menemukan literatur yang mencantumkan terdapat pemilahan sedang, sehingga parameter untuk menentukan bahwa batuan terpilah sedang tidak jelas. 6. Porositas : - Baik / Sedang / Buruk 7. Sementasi : - Karbonatan / non karbonatan 8. Kandungan fosil 9. Komposisi - Mineral

Mineral yang umum pada batuan Piroklastik berupa kuarsa, plagioklas feldspar, dan alkali feldspar. Mineral mafik jarang ditemukan pada batuan vulkanik kecuali dalam bentuk scoria. Pada lingkungan vulkanik, mineral mafik biasanya muncul pada batuan beku ekstrusif sebagai lava. - Gelas Gelas dapat di identifikasi pada batuan piroklastik dengan bentuk menyerupai mineral, berwarna hitam, seperti kaca. Seringkali pada deskripsi batuan piroklastik kita mendeskripsikan gelas menjadi biotit atau amfibol. - Fragmen Batuan Fragmen pada batuan piroklastik dapat berupa batuan piroklastik dari sumber yang sama maupun  berbeda, batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf. 10. Struktur batuan Struktur pada batuan piroklastik biasanya dijumpai dalam bentuk graded bedding, reverse graded  bedding, cross bedding, paralel bedding, maupun masif (tanpa struktur batuan). 11. Nama Batuan Klasifikasi nama batuan piroklastik berdasarkan ukuran butir nya. Untuk debu kasar dan halus, dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral, gelas, dan fragmen batuan.

IV.

Batuan Metamorf  Merupakan batuan yang terkena tekanan dan temperature dalam fase padat dan bersifat isokimia. Berikut merupakan aspek aspek dalam mendeskripsi batuan metamorfisme: 1. Warna Deskripsi warna dibedakan menjadi warna segar dan warna lapuk. 2. Tekstur Pembagian tekstur berdasarkan bentuk mineral nya:

-

Lepidoblastik, batuan secara umum tersusun atas mineral-mineral pipih seperti biotit dan muskovit. - Nematoblastik, batuan secara umum tersusun atas mineral-mineral tabular seperti piroksen dan  plagioklas. - Granuloblastik, batuan secara umum tersusun atas mineral-mineral membundar, seperti kuarsa dan garnet. Jika batuan secara umum tersusun atas satu jenis bentuk mineral yang terdapat diatas, maka batuan disebut homeoblastik , namun jika batuan secara umum tersusun atas lebih dari satu jenis bentuk mineral maka  batuan disebut heteroblastik . 3. Struktur Batuan Metamorf : Foliasi: Slaty, Filitik, Schistose, Gneissic (gambar) (kalo mau ditambahin bisa)  Non Foliasi : Kataklastik, Milonitik, Filonitic, Granulose, Hornfelsik (gambar) (kalo mau ditambahin bisa) 4. Komposisi Mineral 5. Nama Batuan

V.

Batuan Karbonat Definisi

Batuan Karbonat merupakan kelompok batuan sedimen yang memiliki kandungan mineral karbonat >50%, Batuan karbonat dibagi menjadi dua major types yaitu limestone yang tersusun atas calcite atau aragonite (CaCO3) dan Dolostone, yang tersusun oleh mineral dolomite (CaMg(CO3)2.

AUTOCTHONOUS VS ALLOCTHONOUS

a. Autocthonous Karbonat terendapkan di tempat dimana dia terbentuk (tidak mengalami transportasi)  b. Allocthonous Karbonat terendapkan di tempat yang bukan merupakan asalnya (mengalami transportasi dari tempat dia semula terbentuk)

Penamaan Batugamping (berdasarkan Grabau)

a. Calcirudite Batugamping yang tersusun oleh lebih dari 50% butir yang memiliki ukuran > 2mm (ukuran butir gravel)  b. Calcarenite Batugamping yang tersusun oleh lebih dari 50% butir yang memiliki ukuran 0.0625 to 2 mm in diameter  (ukuran butir pasir)

c. Calcilutite Batugamping yang tersusun oleh lebih dari 50% butir yang memiliki ukuran silt atau clay atau keduanya

Komposisi Batugamping

Secara umum Batuan Karbonat tersusun atas allochemical  particles (atau allochems) dan matriks /semen. Allochems adalah kerangka  penyusun limestone dan dolostone. Jenis-jenis Allochem adalah sebagai  berikut: a. Skeletal fossil b. Ooid  berbentuk spherical dengan ukuran butir struktur internal butir yang cocentirc dan radial

pasir

yang

memiliki

c. Peloid  partikel berbentuk spherical hingga elipsoidal dengan  butir 1/16 mm

batuan

 b. Channel Porosity Porositas yang membentuk saluran-saluran sebagai hasil dari disolusi fragmen/ matriks

c. Mouldic Porosity Porositas yang terbentuk akibat terlepasnya fragmen (fragmen batuan/ fossil) pada tubuh batuan

fragmen

Diagenesis

Diagenesis adalah proses sedimen terlithifikasi menjadi batuan sedimen selama pembebanan, pada proses ini terjadi kompaksi komponen akibat peningkatan tekanan, presipitasi semen dari fluida yang mengisi  pori serta proses transformasi komponen mineral. a. Dolomitisasi Proses diagenesis dimana mineral calcite/aragonite tertransformasi menjadi mineral dolomit

 b. Neomorphism Meliputi proses Rekristalisasi (perubahan kembali ukuran/bentuk kristal dan terjadi pula perubahan jenis mineral) dan Inversi (terjadinya perubahan struktur kristal namun mineral tetaplah sama) . Ex: terjadinya perubahan mineral Aragonite menjadi Calcite c. Replacement Merupakan proses dimana suatu mineral/fossil tergantikan oleh mineral lain tanpa disertai perubahan volume.

MINERAL OPTIK / PETROGRAFI

Dalam mengidentifikasi suatu mineral pada sayatan tipis, terdapat 16 sifat optik yang dapat diamati dibawah mikroskop. Artinya, dalam menentukan jenis mineral tidak hanya semata kepada salah satu aspek sifat optik (misal kuarsa colourless) tapi harus melihat sifat optik yang lain sehingga dapat mendeterminasi mineral tersebut. Berikut 16 sifat optik : ORTOSKOP

KONOSKOP:

Tanpa Analisator: -

Warna Pleokroisme Relief Indeks Bias

Sumbu Optik Tanda Optik Sudut 2V

Dengan / Tanpa Analisator: -

Belahan Inklusi Bentuk Kristal

Dengan Analisator : -

Kembar Zoning Tekstur Warna Interferensi Orientasi Sudut Pemadaman

Keterangan: Ortoskop: -

Lensa Objektif Perbesaran = 40x - Dengan Analisator - Dengan Kondensor - Lensa Amici Bertrand Dipakai

1. Warna : Merupakan kenampakan warna mineral dibawah mikroskop 2. Pleokroisme : Peristiwa ketika meja mikroskop diputar, terjadi perubahan warna. Apabila ada terdapat tiga sifat pleokroisme yaitu kuat/sedang/lemah serta perubahan warna dari apa sampai apa

3. Relief: Kenampakan posisi mineral pada sayatan apakah tinggi/sedang/rendah

4.

Indeks bias:Indeks ketika cahaya dibiaskan saat melewati medium dan mineral. Untuk menentukan indeks bias umumnya menggunakan cara relative (biasanya paling sering menggunakan metode garis ‘Becke’)

5. Belahan: Merupakan garis garis bidang lemah mineral yang merepresentasikan struktur kristal. Umumnya cleavage menampakkan garis –  garis sejajar yang tidak acak dan berpola.

6. Tekstur: Kenampakan fisik atau karakter pada batuan baik geometri, hubungan antar komponen mineral, bentuk, ukuran,kemas, granularitas. Sangat penting untuk mengenali tekstur karena dalam mineral optik untuk mengetahui jenis mineralnya. Berikut merupakan jenis –  jenis tekstur  Kembar (Twinning)

Albit

Sederhana

Kalrsbad

Jamak

Penetrasi

Mikroklin

Bird  s eye:Tekstur khusus yang dimiliki grup mika yang memberikan kenampakan ‘ berkerikil’ pada mineral ’ 

 Zoning : adalah perbedaan komposisi kimia yang terdapat pada kristal.

7.

Warna Interferensi: Merupakan warna yang dihasilkan ketika analisator dimasukkan. Warna yang dihasilkan kemudian dicocoka dengan table warna Michel-Lev y sehingga diketahui warna dan pada orde berapa

8. Orientasi optik : Dalam mineral optik, orientasi mineral disebut juga dengan elongation atau rentang mineral. Terdapat dua macam orientasi optik yaitu fast ray(length fast) dan slow ray (length slow) 9. Sumbu optik : Kenampakan gambar interferensi atau isogire  pada kondisi konoskop. Pada sumbu satu (trigonal, hexagonal, tetragonal), akan terlihat isogire  berbentuk +. Sedangkan pada sumbu dua (orthorombik, monoklin, triklin), isogir akan membentuk seperti bulan sabit tergantung arah sayatan mineranya.

10. Tanda optik : Merupakan kelanjutan dari sumbu optik saat kondisi komparator dimasukkan. Hal ini bertujuan untuk melihat adanya penambahan atau pengurangan warna pada kuadran tertentu Tanda optik positif untuk uniaxial berlaku sebaliknya

Tanda optik untuk mineral biaxial/sumbu II

Kuarsa : Warna colourless, indeks bias mineral > indeks bias medium, bentuk anhedral, tidak ada pleokroisme, relief rendah, tekstur yang umum hadir pada kuarsa umumnya corroded (untuk gambar ini tidak memiliki), length fast, sudut pemadaman lurus / 0o, tidak memiliki belahan / terdapat fracture, warna interfrensi  putih orde 1, sudut pemadaman lurus, sumbu optic 1, tanda optic +

K -Feldspar : Warna colourless hingga sedikit kelabu (umumnya warna kelabu karena feldspar mudah lapuk), indeks bias mineral < indeks bias medium, bentuk subhedral (untuk gambar ini), tidak ada  pleokroisme, relief rendah, tekstur yang umum hadir adalah kembar karlsbad, perthit, dan kembar mikroklin (Pada gambar ini menunjukkan tekstur mikroklin), length fast, sudut pemadaman, lurus hingga 0 –  10o. Sumbu optic II, Tanda optic -

Amphibole : Warna coklat, pleokroisme kuat, indeks bias mineral > indeks bias medium, relief tinggi, belahan 2 arah (untuk gambar ini), orientasi length slow, sudut pemadaman 10-20o, sumbu optic II, tanda optik -. Salah satu ciri khas dari amphibole pada sayatan tipis adalah memiliki warna, serta pleokroisme. Perbedaan dengan biotit adalah amphibole memiliki belahan 2 arah dan tak memiliki tekstur bird eye seperti pada biotit

Biotit : Warna coklat, pleokroisme kuat, indeks bias mineral > indeks bias medium, relief tinggi, belahan 1 arah, tekstur birds eye orientasi length slow, sudut pemadaman 10-20o, sumbu optic II, tanda optik -. Salah satu ciri khas dari biotit pada sayatan tipis adalah memiliki warna, serta pleokroisme serta ketika analisator dimasukkan, terdapat tekstur bird eye (mirip ketika tembok dicaplok semen tanpa diaci)

Piroksen. Warna colourless, indeks bias mineral > indeks  bias medium, relief sedang,tidak ada pleokroisme  belahan 2 arah hampir 90o, warna interferensi orde 2 umumnya (tergantung jenis  piroksen), sudut pemadaman ortopiroksen lurus, klinopiroksen miring, sumbu optic 2

Olivin: Warna colourless, indeks bias mineral > indeks  bias medium, relief tinggi,  bentuk anhedral, tidak ada  pleokroisme, tidak ada  belahan / terdapat fracture, warna interferensi orde 2, sudut pemadaman lurus, sumbu optik 2

Plagioklas: Warna colourless hingga kelabu (umumnya

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF